37
1 ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI PETUGAS PEMULASARAAN JENAZAH DI RUMAH SAKIT DI KOTA SALATIGA OLEH HELLENA DARA CHRISTINA 802013601 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

1

ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI

PETUGAS PEMULASARAAN JENAZAH

DI RUMAH SAKIT DI KOTA SALATIGA

OLEH

HELLENA DARA CHRISTINA

802013601

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan
Page 3: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan
Page 4: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

2

Page 5: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan
Page 6: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan
Page 7: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI

PETUGAS PEMULASARAAN JENAZAH DI RUMAH SAKIT

DI KOTA SALATIGA

Hellena Dara Christina

Aloysius L. S. Soesilo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 8: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

i

ABSTRAK

Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan

memandikan, mengkafani, dan menshalati sebelum jenazah pulang ke rumah duka atau

dilakukan pemakaman jenazah. Jenazah yang dipulasarakan memiliki berbagai variasi

kondisi. Sebagai pekerjaan yang semula tidak dipilih, disertai dengan penanganan jenazah

dalam kondisi jenazah yang berbeda-beda memberikan tantangan bagi partisipan untuk

beradaptasi. Tidak jarang mereka mengalami kecemasan, ketakutan, stres, trauma, dan

mengalami hal mistis sewaktu mereka bekerja. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

mendeskripsikan proses adaptasi dan mengeksplorasi pengalaman berhadapan dengan

kematian dan jenazah pada petugas pemulasaraan jenazah di Rumah Sakit di Kota Salatiga

serta mengidentifikasi reaksi dan proses adaptasi istri terhadap pekerjaan suami. Penelitian ini

melibatkan empat partisipan yang terdiri dari satu petugas pemulasaraan jenazah yang

bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga dengan masa kerja empat tahun dan

satu petugas pemulasaraan jenazah yang bekerja di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan

Salatiga dengan masa kerja sepuluh tahun beserta masing-masing istri. Dari hasil penelitian

ini ditemukan bahwa kedua petugas pemulasaraan jenazah awalnya mengalami stres, takut,

cemas, dan trauma ketika menghadapi berbagai kondisi jenazah maupun ketika mereka

mengalami hal mistis. Adanya magang dan dukungan keluarga dapat membantu mereka

dalam melewati proses adaptasi. Istri kedua partisipan awalnya juga mengalami

kekhawatiran, ketakutan, dan trauma dari pekerjaan suami mereka. Setelah melewati proses

adaptasi dengan cara mereka masing-masing akhirnya mereka bisa beradaptasi dan mampu

memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan suami mereka.

Kata kunci: petugas pemulasaraan jenazah, adaptasi, dukungan sosial keluarga.

Page 9: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

ii

ABSTRACT

The mortician has a duty to care for the corpse which includes bathing, dying, and cremation

before the corpse goes home to funeral or funerals. The corpse has a variety of conditions. As

previously unelected work, accompanied by the handling of corpses in different corpse

conditions posed challenges for participants to adapt. Not infrequently they experience

anxiety, fear, stress, trauma, and experience a mystical thing while they work. Qualitative

research aims to describe the process of adaptation and explore the experience of dealing

with death and corpse on the corpse officer at the Hospital in Salatiga City and identify the

reaction and process of wife adaptation to husband's work. The study involved four

participants consisting of a mortician who worked at Salatiga District Public Hospital with a

four-year working period and a post-mortem worker working at Dr. Ario Wirawan Lung

Hospital Salatiga with ten years working with each wife. From the results of this study it was

found that the two mortgage officers initially experienced stress, fear, anxiety, and trauma

when faced with various conditions of the corpse and when they experience a mystical thing.

The apprenticeships and family support can help them through the process of adaptation. The

wives of both participants initially also experienced fear, fear, and trauma from their

husbands' work. After going through the process of adaptation in their own way they can

finally adapt and be able to provide the social support their husbands need.

Keywords: corpse management officer, adaptation, family social support.

Page 10: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

1

PENDAHULUAN

Rumah sakit tidak hanya merupakan tempat bagi penyelenggaraan

kesehatan, tetapi juga merupakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja dengan

perbedaan tingkat keterampilan dan kemampuan yang sangat luas, mulai dari

dokter spesialis dan superspesialis dengan pendidikan formal yang lama, sampai

tenaga kerja kesehatan yang nonterampil dengan pendidikan umum yang sangat

rendah. Salah satu tenaga kerja di rumah sakit adalah petugas pemulasaraan

jenazah. Petugas pemulasaraan jenazah ini dapat berasal dari berbagai tingkat

pendidikan, dari yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah,

dan juga berasal dari berbagai gender, baik laki-laki maupun perempuan. Petugas

pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi

kegiatan memandikan, mengkafani, dan menshalati sebelum jenazah pulang ke

rumah duka atau dilakukan pemakaman jenazah.

Jenazah yang dipulasarakan juga memiliki berbagai variasi kondisi, ada

yang meninggal secara wajar dan ada juga yang meninggal secara tidak wajar,

misalnya meninggal karena sakit suatu penyakit tertentu baik penyakit yang tidak

menular sampai penyakit yang menular, misalnya HIV/AIDS, meninggal karena

kecelakaan dengan kondisi tubuh yang rusak, maupun meninggal karena bunuh

diri. Hal ini bukan merupakan keadaan yang mudah bagi mereka yang bekerja

sebagai petugas pemulasaraan jenazah untuk memulasarakan jenazah dengan

berbagai variasi kondisi tersebut. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan stres,

kecemasan, dan bahkan trauma bagi yang bersangkutan terutama pada kasus-

kasus tertentu.

Page 11: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

2

Kematian dapat berasal dari berbagai macam penyebab misalnya, sakit

suatu penyakit, bunuh diri, atau kecelakaan, hal seperti ini akan menimbukan

reaksi emosional pada mereka yang bertugas memulasarakan jenazah-jenazah

tersebut. Dalam keadaan serius bisa menyebabkan trauma sekunder. Sklarew,

Handel, dan Ley (2012) menyatakan bahwa trauma sekunder dialami beberapa

anggota staf yang melaporkan mengalami mimpi buruk pada keadaan kematian

paralel; hypervigilance; gangguan tidur; dan perasaan mati rasa, marah, takut dan

kesedihan. Reaksi terhadap kematian mendadak dan traumatis sangat bervariasi,

sehingga proses terjalin duka dapat mencakup aspek sosial, budaya, agama,

psikologis, dan aspek biologis. Hal ini dapat menjadi salah satu pengalaman yang

paling kuat dari kehidupan biasa dengan tingkat kesulitan yang tidak terukur.

Perasaan yang berhubungan dengan kejadian traumatis termasuk depresi,

kecemasan, harga diri yang rapuh, disregulasi, somatisasi, diinternalisasi agresi,

kekosongan, dan keputusasaan dapat terus berlangsung selama bertahun-tahun.

Kondisi seperti ini mudah terjadi ketika misalnya, ada kejadian serupa berulang

kembali, atau adanya acara memperingati kematian korban. Dalam kasus

kematian karena kekerasan, petugas pemulasaraan jenazah dihadapkan dengan

realitas dan gambar kekerasan, mungkin dengan korban yang dimutilasi, hal ini

bisa menimbulkan keadaan emosi yang acak (Sklarew, Handel, dan Ley, 2012).

Dimensi utama dari persona sosial yang diungkapkan melalui ritual kamar

mayat adalah usia, jenis kelamin, kedudukan sosial, sub-kelompok afiliasi,

penyebab kematian dan lokasi kematian (Chapman, 2003).

Page 12: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

3

Orang yang bekerja di kamar jenazah sering mencakup kerabat yang

memberitahukan kematian, yang secara signifikan dapat menimbulkan stres, Eth,

Baron, dan Pynoos (dalam Ward, Flisher, dan Kepe, 2006). Pengurus cenderung

mengalami tingkat yang lebih tinggi dari anxietas akan kematian, Thorston dan

Powell (dalam Ward, Flisher, dan Kepe, 2006) dan mengalami terjadinya tanda

yang berhubungan dengan stres traumatik, Kroshus, Swarthout, dan Tibbetts

(dalam Ward, Flisher, dan Kepe, 2006).

Menurut penelitian Flynn, McCarrol, dan Biggs (2015), pekerja yang

berpengalaman dan tidak berpengalaman mengakui bahwa mereka merasakan

beberapa derajat dari stres sebelum melakukan penanganan secara langsung

terhadap jenazah. Dalam serangkaian penelitian dari tentara, stres diantisipasi

dengan tentara yang memiliki pengalaman menangani dan mereka yang memiliki

pengalaman stres yang diantisipasi dari 13 situasi yang melibatkan penanganan

pada jenazah; kondisi tubuh (dibakar, membusuk, dipotong-potong), hubungan

dari jenazah (dikenal, teman, anak), dan konteks pemulihan (dari medan perang,

rumah sakit). Orang yang berpengalaman melaporkan bahwa stres kurang

diantisipasi daripada yang kurang berpengalaman, McCarroll, Ursano, dan Ventis

(dalam, Flynn, McCarroll, dan Biggs, 2015). Pekerja yang berpengalaman

dilaporkan tidak mengetahui apa jenis trauma yang akan mereka hadapi, pekerja

yang kurang berpengalaman takut akan reaksi yang akan mereka timbulkan dan

akan merasa malu di depan orang lain, McCarroll, Ursano, dan Ventis (dalam,

Flynn, McCarroll, dan Biggs, 2015 ).

Stres menjadi salah satu bagian di dalam penyesuaian diri sebagai akibat

jika seseorang tidak mampu menyelaraskan tuntutan dari luar ataupun dari dalam

Page 13: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

4

secara baik. Perawat yang pada dasarnya sudah dilatih dan sudah belajar dalam

menangani dan menghadapi jenazah masih mengalami stres saat berhadapan

dengan kematian (Indriastuti, 2014).

Menurut Saam dan Wahyuni (2012), stres merupakan emosi ganda (multi

emotion) yang bukan emosi tunggal. Menurut Dwight (dalam Saam dan Wahyuni,

2012), stres adalah suatu perasaan ragu terhadap kemampuannya untuk mengatasi

sesuatu karena persediaan yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan kepadanya.

Goldenson (dalam Saam dan Wahyuni, 2012) mengatakan bahwa stres adalah

suatu kondisi atau situasi internal atau lingkungan yang membebankan tuntutan

penyesuaian terhadap individu yang bersangkutan. Keadaan stres cenderung

menimbulkan usaha ekstra dan penyesuaian baru, tetapi dalam waktu yang lama

akan melemahkan pertahanan individu dan menyebabkan ketidakpuasan.

Saam dan Wahyuni (2012), mengatakan bahwa stres merupakan reaksi

tubuh dan psikis terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan kepada seseorang. Reaksi

tubuh terhadap stres misalnya berkeringat dingin, napas sesak, dan jantung

bedebar-debar. Reaksi psikis terhadap stres misalnya frustrasi, tegang, marah, dan

agresi. Dalam situasi stres terdapat sejumlah perasaan seperti frustrasi,

ketegangan, marah, rasa permusuhan, atau agresi. Dengan kata lain, keadaan

tersebut berada dalam tekanan (pressure). Dalam kualitas yang cukup berat, stres

membuat orang bisa sakit bahkan membunuh kita.

Dalam bekerja, orang kadang-kadang merasa tidak mampu, tidak nyaman,

bosan, dan tertekan. Orang tersebut sebenarnya mengalami stres kerja. Stres kerja

adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi tuntutan-tuntutan

Page 14: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

5

pekerjaannya sehingga ia merasa tidak nyaman dan tidak senang (Saam dan

Wahyuni, 2012).

Gejala stres kerja dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: gejala

psikologis, gejala fisik, dan perilaku. Gejala psikologis seperti bingung, cemas,

tegang, sensitif, mudah marah, bosan, tidak puas, tertekan, memendam perasaan,

tidak konsentrasi, dan komunikasi tidak efektif. Gejala fisik seperti meningkatnya

detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya ekskresi adrenalin, dan

nonadrenalin, gangguan lambung, gangguan pernapasan, gangguan

kardiovaskuler, kepala pusing, migrain, berkeringat, dan mudah lelah fisik. Gejala

perilaku pada stres kerja antara lain prestasi dan produktivitas kerja menurun,

menghindari pekerjaan, bolos kerja, agresif, kehilangan nafsu makan,

meningkatnya penggunaan minuman keras, bahkan perilaku sabotase.

Menurut Cooper (dalam Saam dan Wahyuni, 2012), sumber stres kerja

adalah kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan

pengembangan karir, dan struktur organiasi. Kondisi pekerjaan yang berpotensi

sebagai sumber stres kerja karyawan adalah: (1) kondisi panas, gelap, kotor,

pengap, berisik, dan padat; (2) kelebihan beban (over load). Kelebihan beban

secara kuantitatif dan kualitatif. Kelebihan beban secara kuantitatif artinya beban

atau volume pekerjaan melebihi kapasitas kemampuan karyawan, sehingga

karyawan tersebut mudah lelah dan tegang. Kelebihan beban secara kualitatif

artinya pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan karyawan sehingga ia

merasa kesulitan menyelesaikannya yang menyita kemampuan kognitif dan

teknis; (3) pekerjaan yang tidak lagi menantang, tidak lagi menarik bagi yang

bersangkutan sehingga timbul kebosanan, ketidakpuasan, dan ketidaksenangan.

Page 15: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

6

Kondisi tersebut disebut dengan istilah deprivational stress; (4) pekerjaan berisiko

tinggi, artinya berbahaya bagi keselamatan seperti pekerja tambang, pekerja

pertambangan minyak lepas pantai, pemadam kebakaran, pekerja cleaning service

gedung-gedung bertingkat, dan pekerja bangunan bertingkat.

Tidak hanya mereka yang memiliki tugas memulasarakan jenazah, istri

dari petugas pemulasaraan jenazah juga membutuhkan adaptasi dari pekerjaan

atau profesi yang dimiliki oleh suami mereka. Dikarenakan apabila seorang

petugas pemulasaraan jenazah tidak dapat beradaptasi dengan baik akan timbul

stres atau hal lain seperti kecemasan, trauma, depresi, dan hal negatif lainnya yang

berdampak pada kondisi di dalam keluarga.

Konflik di dalam keluarga dapat terjadi ketika ada ketidaksamaan persepi,

padangan, dan pendapat. Bekerja sebagai petugas pemulasaraan jenazah ini

bukanlah pekerjaan biasa, berpotensi menimbulkan konflik apabila tidak dapat

beradaptasi. Oleh karena istri memiliki peran dalam memberikan dukungan

kepada suami, maka dibutuhkan adaptasi dari istri dalam keadaan seperti ini.

Dukungan sosial diakui sebagai variabel penyangga terhadap efek negatif , Cohen

dan Wills (dalam Linley dan Joseph, 2005).

Ada beberapa pengertian tentang adaptasi (mekanisme penyesuaian diri).

W.A. Gerungan (dalam Sunaryo, 2004) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri

adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah

lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”. Mengubah diri sesuai dengan

keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorang bidan desa

harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut

Page 16: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

7

masyarakat desa tempat ia bertugas. Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk

mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif

(alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu desa

untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen laktasi.

Pengertian lain dikemukakan oleh Soeharto Heerdjan (dalam Sunaryo,

2004), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi

kesulitan dan hambatan”. Sedangkan menurut Sunaryo (2004), adaptasi

merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari

pengalaman untuk mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa membatasi

tempat terjadinya stres, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya. Adaptasi

adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).

Tujuan adaptasi, yaitu:

a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.

b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.

c. Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif.

d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, yaitu:

a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).

b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.

c. Kompromi (kesepakatan).

Page 17: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

8

Menurut Sunaryo (2004), ada beberapa jenis adaptasi, antara lain:

a. Adaptasi fisiologik, bisa terjadi secara lokal atau umum.

Contoh:

1. Seseorang yang mampu mengatasi stres, tangannya tidak

berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.

2. Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan

yang berat dan merasa mengalami gangguan apa-apa pada

organ tubuh.

b. Adaptasi psikologis, bisa terjadi secara:

1. Sadar : Individu mencoba memecahkan/

menyesuaikan diri dengan masalah.

2. Tidak sadar : Menggunakan mekanisme pertahanan diri

(defence mechanism).

3. Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/

psikosomatik.

Menurut teori penyesuaian kerja Cooper-Thomas dan Anderson (dalam

Tan dan Shen, 2016), individu harus setuju untuk tantangan yang akan dihadapi

selama transisi peran. Menurut Lent (2013), nilai kesiapan dapat dimulai dengan

tahap eksplorasi pengembangan karir atau dengan intervensi yang bertujuan untuk

bimbingan karir dan pilihan, tetapi tidak berakhir di sana. Pembentukan,

pemeliharaan, dan tahap pelepasan kehidupan-karir, semuanya memberikan

tantangan yang berkelanjutan yang cukup untuk pengembangan karir dan

kesejahteraan umum.

Page 18: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

9

Dalam konteks penyesuaian kerja, kesiapsiagaan dapat dipromosikan

melalui berbagai modalitas, seperti konseling formal, pelatihan, mentoring,

workshop, atau kegiatan mandiri. Kesiapan digolongkan menjadi dua jenis umum

dari suatu kegiatan: pembaharuan karir rutin dan untuk mempersiapkan dalam

mengatasi peristiwa tertentu (Lent, 2013).

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses adaptasi pada petugas pemulasaraan jenazah

pada saat menghadapi tantangan dan tuntutan pekerjaan

mereka?

2. Bagaimana proses adaptasi istri terhadap profesi yang dimiliki

suami mereka sebagai petugas pemulasaraan jenazah?

3. Apa saja dampak dan respon yang ditimbulkan dari

pengalaman kerja yang didapatkan bagi istri?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses adaptasi dan

mengeksplorasi pengalaman berhadapan dengan kematian dan jenazah pada

petugas pemulasaraan jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Salatiga dan Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Namun, karena

pekerjaan ini tidak dapat dipisahkan dari keluarga maka istri juga akan

diwawancarai untuk mengidentifikasi reaksi dan proses adaptasi dari istri karena

pekerjaan ini bukan pekerjaan biasa. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk

memberikan sumbangsih bagi ilmu psikologi dalam pemahaman mengenai

adaptasi seseorang. Selain itu bagi akademisi, dapat memberikan masukan bagi

Page 19: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

10

mahasiwa mengenai adaptasi khususnya pada petugas pemulasaraan jenazah di

Kota Salatiga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan,

memperkaya pengetahuan, serta mendapat pemahaman yang lebih mendalam

mengenai bahasan adaptasi khususnya pada petugas pemulasaraan jenazah di

RSUD Kota Salatiga dan di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk melihat proses adaptasi istri

dan petugas pemulasaraan jenazah di Rumah di Kota Salatiga.

Partisipan

Subjek dalam penelitian ini adalah satu petugas pemulasaraan jenazah

yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga dengan masa kerja

empat tahun dan satu petugas pemulasaraan jenazah yang bekerja di Rumah Sakit

Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga dengan masa kerja sepuluh tahun beserta masing-

masing istri. Jadi jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah empat orang.

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan

observasi. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis menggunakan

teknik analisis data dengan model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan

Page 20: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

11

Huberman (dalam Herdiansyah, 2015) yang terdiri dari pengumpulan data,

reduksi data, display data, dan kesimpulan/verifikasi.

HASIL

Dimulai dari analisis verbatim, pencarian makna psikologis, hingga

dihasilkan sejumlah kategori, peneliti sampai pada sejumlah tema sebagai temuan

dari penelitian ini, antara lain : Motivasi awal bekerja, magang dengan senior,

mengalami hal mistis, menghadapi jenazah dengan riwayat kecelakaan,

menghadapi jenazah dengan penyakit menular, dampak pekerjaan bagi petugas

pemulasaraan jenazah, respon awal istri terhadap pekerjaan suami, cara istri

mengatasi kecemasan yang timbul dari pekerjaan suami, dan dukungan keluarga.

Motivasi awal bekerja

Awalnya P1 bekerja di rumah sakit sebagai petugas kebersihan, tidak ada

niatan untuk bekerja sebagai petugas pemulasaraan jenazah. Kemudian ia

mendapatkan tawaran dari pihak rumah sakit karena petugas sebelumnya pindah

karena suatu hal. Tidak terpikirkan bagi P1 untuk bekerja sebagai petugas

pemulasaraan jenazah, tetapi karena adanya kebutuhan dan tanggung jawab untuk

menghidupi keluarga, P1 memantapkan diri untuk menerima pekerjaan tersebut.

“ dulu nggak langsung masuk sini nggak, dulu saya tugas disini di bagian lain

tapi dulu yang tugas sini pindah jadi saya dipindah kesini.. Ditawari mau nggak

gitu..”.

Meskipun P3 bekerja sebagai petugas pemulasaraan jenazah berawal dari

coba-coba dan karena adanya tanggung jawab untuk menghidupi keluarga, P3

Page 21: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

12

memiliki dorongan dari dalam diri, ada keinginan untuk merawat orang-orang lain

semenjak pengalamannya dulu sewaktu memandikan jenazah ibunya.

“ heem, tapi awalnya kan kalo dorongan dari diri sendiri itu karena dulu saya

sebelum kerja sini saya sempet merawat ibu saya sendiri pas dia meninggal..”.

“ nah, sejak dari itu saya mungkin entah kenapa ee.. ada panggilan, panggilan

jiwa.. “Ah, saya juga ingin merawat orang-orang lain juga”, makanya saya

masuk sini di bagian pemulasaraan jenazah ini, gitu..”.

Magang dengan senior

Meskipun tidak ada kesiapan dan tidak terpikirkan sebelumnya untuk

bekerja sebagai petugas pemulasaraan jenazah, P1 mendapatkan pelatihan dari

seniornya sebanyak dua kali dan magang ini memberikan kesempatan bagi P1

untuk mempersiapkan diri karena ada pendampingan dari senior sehingga

selanjutnya ia mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

“kalau pertama awal tu kan ya belum bisa ya.. tapi kan ada yang ee.. yang

petugas sini dulu mbak, kan ngajari.. Ngajari dua kali itu langsung bisa..”.

Sedangkan P3 membutuhkan penyesuaian untuk menghadapi jenazah

sebanyak lima kali, awalnya P3 hanya berani melihat seniornya memandikan

jenazah, kemudian ia mulai berani memegang jenazah, dan akhirnya ia berani

untuk memandikan setelah ia melihat seniornya memandikan lima jenazah dalam

kurun waktu yang berbeda

“ heem, kan didampingi tu, cuman ngeliat ee.. satu dua kali, ada lagi, megang..

Tapi belom berani ngerawat, lha terus abis itu baru ngerjain..”.

“ nggak a.. paling sekitar berapa ya.. Kalo lamanya kan nggak bisa diukur

soalnya kan jenazah itu nggak pasti, satu bulan sekali ada, paling sekitar.. liat

Page 22: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

13

sekitar lima jenazah, lima jenazah awal itu udah biasa, menghirup bau-baunya

juga udah biasa gitu..”

Mengalami hal mistis

Kematian di dalam pola pikir budaya Jawa seringkali dikaitkan dengan

hal-hal mistis. Di awal masa kerjanya, P1 pernah mengalami hal mistis yang

membuatnya merasa takut, tetapi hal mistis tersebut hanya terjadi satu kali dan

sampai sekarang tidak pernah terjadi lagi.

“ ya dulu awal-awal itu.. Keranda itu goyang sendiri.. Wah ini mau ada tamu ini

(sambil tertawa). Tapi sekarang ya sudah biasa..”

“ itu pertama ya.. awal-awal disini.. yang.. yang.. yang keranda itu “Glodak!”

gitu itu awal-awal.. Tapi lha lama-lama nda sampe ya satu taun lebih itu sudah

nda pernah lagi..”

Ada juga pengalaman mistis yang dialami P3, yaitu ketika dirinya harus

jaga malam di rumah sakit, ada sesuatu yang meniup telinganya ketika ia sedang

tidur di IGD, tetapi setelah ia bangun ternyata tidak ada satu orang pun

disekitarnya. Meskipun tidak ada ritual khusus yang dilakukan, tetapi dari

pengalaman tersebut munculah ritual doa sebelum P3 menjalankan tugasnya agar

P3 lebih percaya diri saat bekerja.

“ nggak.. Di IGD sini, di IGD, jadi pas tidur itu kaget ditiup kenceng gitu (sambil

tertawa). Pas misalnya pas sholat gitu kerasa di belakang itu kayak ada yang

lewat-lewat gitu, muter-muter, tapi ya itu.. nggak bisa ngeliat cuma bisa

merasakan, tapi kalo misalnya saya tanya istri saya ya, “Oya itu emang ada”

gitu..”

“ nggak ada, kan ritual kita paling ya kalo saya sebagai orang Islam misale

cuman ngucap “Bismillah” itu aja udah sah kok.. Secara hukum di Islam itu udah

sah.. Nggak harus pake apa.. doa yang panjang lebar itu nggak usah..”.

Page 23: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

14

Menghadapi jenazah dengan riwayat kecelakaan

P1 pernah menangani jenazah yang meninggal karena kecelakaan tetapi

hanya satu kali dan jenazah tersebut tidak memiliki kondisi fisik yang parah,

hanya sebatas patah tulang.

“ ee.. pernah ada yang sudah sebagian sudah membusuk, ada yang kecelakaan

tulangya patah, tapi kalo yang dari rumah sakit kan ee.. kebanyakan TBC sama

HIV, itu masih utuh gitu..”

Jenazah yang ditangani P3 didominasi oleh jenazah dengan kondisi fisik

yang ekstrim karena kecelakaan. P3 juga pernah menangani jenazah dengan

kondisi tubuh sudah membusuk. Meskipun P3 awalnya merasa ngeri dan harus

merasakan ketidaknyamanan misalnya dari bau tidak sedap yang berasal dari

jenazah, tetapi karena keharusan yang membuatnya sering berhadapan dengan

kondisi seperti itu justru membuatnya terbiasa dan bisa menyesuaikan diri.

“ jenazahnya, heem secara fisik itu dulu ada pernah yang.. apa.. isi perut keluar

semua sampe sini kan sobek semua, jadi hampir putus..”

“ itu.. udah agak lama sih.. udah agak lama.. Jadi kepalanya hancur, otaknya

keluar gitu, terus perutnya, isi perutnya keluar semua, patah semua gitu, ya

hampir putus.”

“ ee.. setahun yang lalu itu ada itu korban gantung diri, di jalan JB itu.. Itu..

keadaannya baru dua minggu diketemukan, jadi keadaanya kan udah item semua,

belatunge banyak banget itu, ee.. itu yang, itu yang paling busuk yang pernah

saya temui..”.

Menghadapi jenazah dengan penyakit menular

P1 lebih dominan menangani jenazah dengan penyakit menular daripada

jenazah yang meninggal karena kecelakaan. Jenazah yang ditangani P1 adalah

jenazah dengan HIV/AIDS dan juga jenazah dengan penyakit hepatitis. Dalam

Page 24: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

15

menghadapi jenazah dengan penyakit menular ini ia tidak merasa cemas atau takut

karena sejak awal bekerja ia mendapatkan fasilitas keamanan yang lengkap dari

rumah sakit, sehingga ia bisa bekerja dengan percaya diri.

“ ya manteb aja pasrah sama yang kuasa aja.. (sambil tertawa) yang penting kita

udah pake pelindung diri.. gitu aja.. Karena apa ya, sing kene udah merencana

tapi yang kuasa kan punya rencana yang lain, gitu aja..”

P3 menangani jenazah dengan penyakit HIV/AIDS, hepatitis, dan juga

TBC. Tetapi ia merasa takut dan cemas ketika menghadapi jenazah dengan

penyakit menular karena ia merasa tidak mendapatkan fasilitas keamanan yang

memadai dari pihak rumah sakit, meskipun begitu ia tetap memenuhi tugasnya

bahkan ketika ada resiko besar yang harus ia hadapi, misalnya ketika ia harus

memandikan jenazah dengan penyakit HIV/AIDS ketika terdapat luka gores di

tubuhnya. Seiring berjalannya waktu dan karena sering berhadapan dengan

jenazah yang memiliki riwayat penyakit menular, P3 sekarang tidak merasa cemas

atau khawatir karena selama ini juga tidak pernah terjadi hal yang buruk pada

dirinya.

“ kekhawatirannya ya cuman itu, misalnya takut tertular aja, sedangkan kan kalo

misalnya orang di kampung kan pemikirannya kan, wah, orang itu kena

HIV/AIDS berarti kerjannya kan tau sendiri pasti negatif, sedangkan kita kan

emang bersentuhan terus istilahnya kan dengan banyak penyakit kan.. ya gitu..”

“ kalo dipikir apa istilahnya penyakitnya sih rasanya nggak mau kita.. Kita juga

takut terkena.. Tapi karena disini tugas, istilahnya yaudah kita berserah sama

yang diatas aja.. Kita niatnya mau nolong, gitu..”.

Page 25: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

16

Dampak psikologis pekerjaan bagi petugas pemulasaraan jenazah

Pekerjaan P1 menghadirkan konflik bagi dirinya, khususnya konflik ya ia

dapat dari keluarga jenazah. Meskipun mengalami konflik, P1 merasa hal tersebut

bukanlah sesuatu yang membuatnya stres. Selain itu, saat pertama kali

menghadapi jenazah, P1 merasa takut dan membuatnya terbayang-bayang selepas

ia bekerja, tetapi seiring berjalannya waktu, rasa takut dan terbayang-bayang itu

hilang dengan sendirinya karena semakin sering ia menghadapi jenazah ia

semakin terbiasa.

“ ya kan kalo sudah selesai mandikan kok ngenteni ambulance sui men.. ya itu

“Kono mas, dipanggil cepet ki selak meh mangkat gitu” gitu tok itu. Tapi ndak

marah-marah sampe gitu ndak..”.

“ ya.. maksudnya piye ya, ya kita ya pertama ya rodo prinding-prinding tapi

karena sudah kebiasaan sering lihat, sering.. sering melakukan pekerjaan itu ya

lama-lama ilang sendiri gitu..”

Meskipun P3 tidak pernah terbayang-bayang ketika berhadapan dengan

jenazah yang memiliki kondisi fisik yang ekstrim, tetapi ia takut jika hal yang

terjadi pada jenazah tersebut terjadi pada orang terdekatnya atau pada anggota

keluarganya sendiri Selain itu ia juga mengalami konflik dengan keluarga

jenazah, konflik dengan rekan kerja, dan juga konflik dengan pihak rumah sakit.

“ yang dipikirkan ya.. apa ya.. Ya maksudnya takut aja kalo misalnya ee.. ada

keluarga yang meninggalnya kayak gitu, kan ngebayangin juga.. makanya jadi

ngerasa takut, kalo takut misalnya sesuatu yang medeni nggak.. nggak ada..

takutnya karena itu, kalo misal yang meninggal keluarga sendiri, itu sih..”

“ heem, iya.. Jadi ada yang nggak terima, ada yang kurang bersih atau misalnya

pas kita njahit gitu kan ada yang marah-marah nggak tega gitu lho.. Tapi kan

emang harus prosedurnya kayak gitu..”.

“ sama sesama rekan gitu.. Ya.. gitu, kalo saya kan nyambi kerjaannya, di bagian

saya itu emang nyambi.. ee.. nganter pasien ke ruangan sama disini, lha itu

kadang ada yang nggak mau gantian, jadi ya.. ya pengennya disana terus nggak

mau disini, gitu.. Kadang disini terus nggak mau disana.. Kadang merawat disini

Page 26: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

17

udah selesai tapi kembalinya kesana lama.. Jadi kan disana ada pasien banyak,

sendiri, yang disini malah enak-enakan udah selesai malah ditinggal istirahat

duduk-duduk, lha itu kan jadi masalah juga.. Biasanya kayak gitu..”.

“ jengkel, jengkelnya ya udah tau istilahnya yang penyakit menular, penyakit

bahaya, kenapa kok nda dikasih tau, istilahnya apa mereka punya pikiran mau

mematikan saya kan itu juga ada pikiran kayak gitu.. Pastinya jengkel.. kan

perawatannya beda kalo penyakitnya menular sama yang nggak itu.. jadi kadang

jengkel aja, pas kan kadang ada keluarganya juga yang nanya, “Mas, ini sakitnya

apa to? Kok perawat nggak bilang”, biasanya kan gitu, tapi kan yang menderita

kan kadang biasanya nggak memberitahu keluarganya, tergantung dari pribadi

masing-masing, mau dikasih tau atau nggak itu kan nanti tergantung yang

menderita.. Tapi kalo perasaannya pas nggak dikasih tau ya jengkel, udah tau

penyakit kayak gini kok nggak dikasih tau.. Biasanya pas itu saya telpon atau kalo

nggak saya ke ruangannya bilang, tanya sendiri, “Kenapa kok nggak dikasih

tau?”, “Oh lupa.. gini, gini, gini..”, gitu..”.

Selain itu, karena terlalu sering melihat orang lain berduka dan berhadapan

dengan jenazah, P3 kehilangan rasa iba dan rasa belas kasihan.

“ kalo dampak ee.. ya kalo buat saya sendiri sih.. ya itu, rasa iba sama orang itu

yang rasa kasian itu hilang. Misalnya liat orang nangis itu gimana gitu kita

nganggepnya itu, “Wah, itu lebay itu”, karena kita saking serinnya ngeliat yang

seperti itu.. itu liat orang nangis gitu malah rasanya, “Wah, lebay ini..”

“ iya, rasanya itu hilang, itu beneran emang, saya sendiri pas di kampung lihat

ee.. apa.. sodara meninggal, nenek meninggal, om meninggal itu rasanya juga

biasa, rasa sedih itu hilang, karena ya itu, saking seringnya kita ngeliat jenazah

itu jadi rasa kayak gitu itu hilang.. Tapi saya nggak tau kalo yang lain

ngerasakan apa yang saya rasakan atau nggak saya nggak tau.. Kalo saya sendiri

emang seperti itu yang saya rasakan.”

Respon awal istri terhadap pekerjaan suami

Relasi partisipan dengan istri akan dilihat dari respon awal istri terhadap

pekerjaan suami dan peranan istri dalam membantu adaptasi suami. Ketika

pertama kali P2 mendapatkan kabar bahwa suaminya dipindahkan ke bagian

pemulasaraan jenazah dan harus bekerja memandikan jenazah P2 merasa terkejut

karena ia khawatir suaminya tidak bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.

Page 27: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

18

“ ya pas pertama itu dulu pas pertama suami saya ditugaskan di kamar jenazah

itu ya sempat kaget.. Kan abis bersih-bersih halaman to.. Itu terus dipindah ke

kamar jenazah, terus suami saya pulang kerja bilang, ee.. “Saya dipindah ke

kamar jenazah untuk pemulasaraan jenazah” gitu to.. Terus ya saya kaget terus

ya..”

Berbeda dengan partisipan kedua, P4 tidak merasa terkejut ketika

mengetahui suaminya bekerja menjadi petugas pemulasaraan jenazah karena sejak

awal ia sudah mengetahui jika suaminya ingin melamar bekerja sebagai petugas

pemulasaraan jenazah.

“ nggak ada, soale kan dari awal kita udah tau nanti kerjanya ditempatkan disini,

kerjaannya gini, gini, gini, jadinya kita udah tau.. gitu aja..”

Cara istri mengatasi kecemasan yang timbul dari pekerjaan suami

Ketika P2 merasa cemas ketika suaminya harus menangani jenazah

dengan penyakit menular, P2 mengatasi kekhawatiran dan ketakutannya dengan

mengingatkan suami mengenai keselamatan dan juga berdoa agar dirinya merasa

lebih tenang dan percaya diri.

“ ya cara ngatasinya ya kita berdoa saja.. Biar nanti njalaninnya biar tenang,

biar semangat, gitu aja..”

P4 biasanya mendapatkan cerita dari suaminya mengenai pengalaman

yang didapatkan suaminya selama bekerja, misalnya ketika ia memandikan

jenazah dengan kondisi fisik yang parah, tidak hanya mendapatkan cerita, suami

P4 juga menunjukkan foto jenazah yang tadi dimandikan dan hal tersebut

membuat P4 ketakutan hingga tidak bisa tidur. Ketika hal itu terjadi pada P4, ia

berusaha mengatasi ketakutan tersebut dengan melakukan hal-hal yang positif,

Page 28: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

19

selain itu P4 juga memiliki kemampuan supranatural yang membuatnya bisa lebih

cepat terbiasa karena ia juga melihat hal-hal yang menurutnya mirip dengan

kondisi jenazah tersebut. Hal lain yang dilakukan P4 ketika ia merasa takut

mendapatkan cerita dari suaminya adalah dengan menolak mendapatkan cerita

yang detail dari suaminya mengenai jenazah yang tadi dimandikan.

“ terus ya lakukan hal positif aja.. main sama suami, itu kan nanti lupa sendiri..”

“ iya.. tapi kadang kan suami kalo mau cerita kecelakaan itu saya udah bilang,

“Jangan cerita kondisinya”, udah gitu aja.. jadi cuma bilang, “Kecelakaan”, gitu

aja.. (sambil tertawa), jadi terus nggak diceritain kondisinya seperti ini itu nggak

cerita..”

Dukungan Keluarga

Suami P2 memiliki jam kerja yang tidak menentu, terkadang suami P2

harus berangkat memenuhi panggilan pihak rumah sakit untuk memandikan

jenazah di tengah malam, P2 bisa memaklumi dan memahami profesi suami

dengan baik sehingga ia tidak merasa keberatan dan bahkan memberikan

dukungan dengan ikut menemani suaminya pergi ke rumah sakit. Tidak hanya P2

saja yang memberikan dukungan, anak dari P2 juga memberikan dukungan bagi

ayahnya. P2 juga selalu memberikan semangat ketika suaminya mendapatkan

panggilan mendadak dari rumah sakit. P2 juga tidak pernah memberikan tuntutan

atau mengeluh kepada suaminya.

“Di telpon, itu ya saya suruh berangkat, saya dukung, ya kalo berangkat ya gitu

biar disananya itu tenang gitu lho.. Malem-malem biar di jalannya juga tenang,

dalam perjalanan untuk kesana, nanti pulangnya tenang lagi gitu kan dah nggak

kepikiran yang di rumah gitu lho..”

“Kadang berangkat malem itu kadang anak saya yang pertama ikut, menemani di

jalan.. Kan jalan sini kan kadang kan sepi.. Jalan sini sampai pos Tingkir itu kan

sepi, kadang anak saya yang pertama kan nemani..”

Page 29: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

20

Berbeda dengan P2, meskipun P4 bisa menerima pekerjaan suaminya

sebagai petugas pemulasaraan jenazah, tetapi ia tidak memberikan dukungan

khusus kepada suaminya. P4 justru berharap jika suaminya bisa berkuliah lagi

agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

“Jadinya saya pengennya ya kalo pengen pindah bagian nanti kuliah dulu, itu

nanti bisa naik jabatan, gitu..”

PEMBAHASAN

Kebutuhan ekonomi sehari-hari dan tanggung jawab untuk menghidupi

keluarga rupanya menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan seseorang bekerja

diluar bidang minatnya bahkan ketika resiko tinggi harus mereka hadapi. Dalam

penelitian ini kedua partisipan tidak memiliki niatan awal untuk bekerja sebagai

petugas pemulasaraan. Awalnya pastisipan pertama bekerja sebagai petugas

kebersihan tetapi mendapatkan tawaran dari rumah sakit untuk menjadi petugas

pemulasaraan jenazah karena petugas sebelumnya pindah dan tidak ada orang

yang mau mengisi bagian tersebut, sedangkan partisipan kedua bekerja sebagai

petugas pemulasaraan jenazah berawal dari coba-coba, meskipun ada dorongan

dari dalam diri untuk merawat orang-orang lain setelah dulu ia pernah

memandikan jenazah ibunya.

Tidak terbayangkan kondisi psikologis mereka saat pertama kali melihat

dan berhadapan langsung bahkan harus merawat jenazah-jenazah dengan kondisi

fisik yang ekstrim atau jenazah yang memiliki penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, dan HIV/AIDS. Hal tersebut menimbulkan dampak-dampak negatif

seperti rasa stres, takut, cemas, terbayang-bayang, dan resiko tertular penyakit dari

Page 30: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

21

jenazah yang dapat mengancam keselamatan mereka. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Flynn, McCarroll, dan Biggs (2015), baik pekerja yang

berpengalaman maupun yang tidak berpengalaman mengakui bahwa mereka

merasakan beberapa tingkat stres sebelum menangani jenazah secara langsung.

Adanya magang di awal masa kerja mereka sangat membantu proses adaptasi

ketika mereka harus menghadapi masa-masa sulit ketika bekerja berhadapan

dengan kematian. Program magang dan pelatihan dapat dilakukan melalui

kontrak, penggabungan antara kerja dan pelatihan, dan dapat dilakukan secara

penuh atau paruh waktu, serta menjadi bagian dari pendidikan sekolah menengah

yang mana disebut sebagai pelatihan berbasis sekolah, dan dilakukan pada atau di

luar pekerjaan, atau melalui kombinasi, NCVER (dalam Cocks, Thoresen, dan

Lee, 2015). Setelah mendapatkan pelatihan atau magang, kedua partisipan dapat

mempersiapkan diri dengan lebih baik ketika mereka harus melakukan beberapa

prosedur merawat jenazah, misalnya ketika mereka harus menjahit dan menyusun

kembali tubuh jenazah yang rusak atau terpisah-pisah dan saat harus menangani

jenazah dengan penyakit menular ada prosedur tersendiri yang harus dipelajari

dan dilakukan agar tidak membahayakan partisipan maupun keluarga jenazah.

Hal ini membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Indriastuti (2004), dimana pada penelitian tersebut ditemukan bahwa perawat

yang pada dasarnya sudah dilatih dan sudah belajar dalam menangani dan

menghadapi jenazah masih mengalami stres saat berhadapan dengan kematian.

Sedangkan dalam penelitian ini kedua partisipan mendapatkan magang di awal

masa kerjanya dalam kurun waktu yang berbeda dan mereka mampu

Page 31: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

22

menyesuaikan diri serta mampu menghadapi situasi dimana mereka harus

menangani jenazah bahkan dengan kondisi tubuh jenazah yang ekstrim.

Tidak hanya pengalaman berhadapan dengan jenazah, pengalaman mistis

juga dialami oleh kedua partisipan ketika mereka bekerja sebagai petugas

pemulasaraan jenazah. Menurut DeHoff (2014), ada banyak cara agar orang

mengalami iman dan pengalaman mistis menjadi yang paling mendalam.

Kematian di dalam pola pikir budaya Jawa seringkali dikaitkan dengan hal-hal

mistis. Meskipun tidak ada dampak khusus bagi mereka setelah mengalami hal

mistis, tetapi pengalaman tersebut memunculkan ritual doa yang mereka lakukan

ketika akan bekerja memandikan jenazah dengan harapan diberikan kelancaran

dan kemantapan saat bekerja menghadapi segala resiko yang mungkin terjadi.

Doa adalah bagian integral dari kebanyakan agama besar dunia dan dapat menjadi

dimensi penting dalam mengatasi rasa sakit dan penderitaan (Bänzinger, Van

Uden, dan Janssen, 2008). Exline, Smyth, Gregory, Hockemeyer, dan Tulloch

(2005) menemukan bahwa terlibat aktif dalam doa mungkin merupakan cara yang

sangat membantu untuk menegosiasikan masalah kesehatan mental atau

memproses paparan trauma potensial.

Seiring berjalannya waktu, berbagai pengalaman yang dihadapi baik itu

pengalaman menghadapi jenazah maupun pengalaman mistis yang terjadi saat

bekerja, kedua partisipan mampu menyesuaikan diri dan mereka mampu terbiasa

dengan kondisi yang harus mereka hadapi ketika bekerja memandikan jenazah.

Rasa stres, takut, cemas, dan rasa terbayang-bayang kini sudah tidak menjadi

penghalang bagi mereka dalam bekerja. Dampak lain yang ditimbulkan tampak

pada partisipan ketiga, karena terlalu sering berhadapan dengan kematian, melihat

Page 32: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

23

orang lain berduka, dan menangani jenazah dengan kondisi fisik yang ekstrim, ia

kehilangan rasa belas kasihan. Partisipan ketiga juga mengalami trauma sekunder,

ia merasa takut jika hal yang terjadi pada jenazah yang ia tangani juga terjadi pada

anggota keluarganya sendiri maupun orang terdekatnya, meskipun ia tidak secara

langsung mengalami hal tersebut. Trauma sekunder ini juga dialami oleh istri

partisipan ketiga karena istri partisipan ketiga sering mendapatkan cerita-cerita

dan juga foto jenazah yang ditangani suaminya.

Sklarew, Handel, dan Ley (2012) menyatakan bahwa trauma sekunder

dialami beberapa anggota staf yang melaporkan mengalami mimpi buruk pada

keadaan kematian paralel; hypervigilance; gangguan tidur; dan perasaan mati rasa,

marah, takut dan kesedihan. Hal serupa dialami oleh istri partisipan ketiga, setelah

melihat foto-foto jenazah yang dimandikan suaminya, ia merasa takut, kemudian

mengalami sulit tidur dan menjadi lebih waspada ketika ia bepergian keluar

rumah menggunakan kendaraan bermotor.

Meskipun istri dari kedua partisipan juga membutuhkan adaptasi terhadap

pekerjaan suami mereka, tetapi dukungan yang mereka berikan memiliki dampak

yang positif bagi suami mereka. Setelah sebelumnya mereka terlebih dahulu

berhasil manjalani proses adaptasi terhadap pekerjaan suami mereka. Misalnya,

pada partisipan kedua, ia mengatasi kecemasannya dengan berdoa. Sedangkan

partisipan keempat mengatasi kecemasan dan rasa terbayang-bayangnya dengan

melakukan hal-hal positif yang menyenangkan bersama suaminya. Setelah mereka

berhasil menyesuaikan diri dengan pekerjaan suami, baru mereka mampu

memberikan dukungan bagi suaminya.

Page 33: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

24

Partisipan pertama memiliki jam kerja yang tidak menentu,

memungkinkan ia bekerja diluar jam kerjanya. Ketika hal itu terjadi, dukungan

istri dibutuhkan untuk bisa memahami, memaklumi, dan menerima kondisi

pekerjaan suami. Istri partisipan pertama memberikan dukungan bagi suaminya

ketika suaminya mendapatkan panggilan di tengah malam, bahkan anaknya juga

memberikan dukungan bagi ayahnya dengan ikut mengantarkan ke tempat kerja.

Hal tersebut membantu partisipan sebagai petugas pemulasaraan jenazah untuk

mengurangi beban ketika ia harus bekerja diluar jam kerjanya. Semangat dan

dorongan dari keluarga juga membantu partisipan untuk menghadapi saat-saat

sulit. Dukungan sosial sering menjadi sumber bagi seseorang dalam mengatasi

stres, Cohen (dalam Woods, Priest, dan Roush, 2014). Dukungan sosial mungkin

berasal dari pasangan atau anggota keluarga, juga dari hubungan dengan teman,

rekan kerja, dan kelompok sosial lainnya, Allen, Blascovich, dan Mendes (dalam

Woods, Priest, dan Roush, 2014). Secara berulang ditemukan hasil manfaat dari

dukungan teman, keluarga, dan jaringan sosial yang lebih luas untuk hasil

kesehatan yang melimpah. Menurut Cohen dan Cyranowski, (dalam Woods,

Priest, dan Roush, 2014) dukungan sosial dapat meminimalkan depresi dan

kecemasan selama masa kesulitan dan berfungsi sebagai faktor keberhasilan

pemulihan dari kecemasan, Schwarzer dan Knoll, (dalam Woods, Priest, dan

Roush, 2014).

Page 34: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

25

KESIMPULAN

Kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan

keluarga menjadi salah satu faktor pendorong bagi partisipan untuk mau tidak

mau berani menghadapi tantangan dan resiko pekerjaan yang harus dihadapi

ketika mereka harus bekerja sebagai petugas pemulasaraan jenazah.

Adanya magang pada awal masa kerja dapat membantu partisipan untuk

mempersiapkan diri dan membantu mereka dalam proses adaptasi ketika bekerja

menghadapi jenazah dengan kondisi yang bervariasi.

Dukungan dari keluarga khususnya dari istri atau anak dapat membantu

partisipan dalam menghadapi saat-saat sulit ketika mereka harus mengalami

berbagai pengalaman yang tidak biasa ketika harus berhadapan dengan kematian.

SARAN

Dalam penyusunan tugas akhir ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan

penelitian. Kecilnya jumlah partisipan dan lokasi penelitian yang kurang luas

memungkinkan kurangnya temuan-temuan yang dihasilkan. Untuk penelitian

selanjutnya, agar bisa mendapatkan temuan yang lebih kaya, peneliti selanjutnya

bisa menambahkan jumlah partisipan dan juga mengumpulkan data dari berbagai

tempat, tidak hanya dari satu kota saja.

Peneliti selanjutnya juga bisa mengembangkan temuannya dengan mencari

perbedaan proses adaptasi antara petugas pemulasaraan jenazah dengan jenis

kelamin perempuan dan laki-laki.

Page 35: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

26

Pihak rumah sakit bisa membuat program sebagai sarana untuk

menyalurkan dukungan sosial bagi karyawan dan juga keluarga dari karyawan

terkait dengan resiko bekerja sebagai petugas pemulasaraan jenazah.

Page 36: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

27

DAFTAR PUSTAKA

Bänzinger, S., Uden, M.V., & Janssen, J. (2008). Praying and coping: The relation

between varieties of praying and religious coping styles. Mental Health,

Religion & Culture, 11(1), 101-118.

Chapman, R. (2003). Death, society and archaeology: the social dimensions of

mortuary practices. Mortality, 8, 305-312.

Cocks, E., Thoresen, S.H., & Lee, E.A.L. (2015). Pathways to employment and

quality of life for apprenticeship and traineeship graduates with

disabilities. International Journal of Disability, Development and

Education, 62, 422-437.

DeHoff, S. L. (2014). Distinguishing mystical religious experience and psychotic

experience: A qualitative study interviewing presbyterian church (U.S.A)

professionals. Pastoral Psychol, 64, 21-39.

Exline, J. J., Smyth, J. M., Gregory, J., Hockemeyer, J., & Tulloch, H. (2005).

Religious framing by individuals with PTSD when writing about traumatic

experiences. The International Journal for The Psychology of Religion,

15(1), 17-33.

Flynn, B. W., McCarroll, J. E., & Biggs, Q. M. (2015). Stress and resilience in

military mortuary workers: Care of the dead from battlefield to home.

Dead Studies, 39, 92-98.

Herdiansyah, H. (2015). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi.

Jakarta: Salemba Humanika.

Indriastuti, R. (2014). Penyesuaian diri pada pekerja pemulasaraan jenazah

rumah sakit umum daerah di Salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga

: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Lent, R. W. (2013). Career-life preparedness: Revisiting career planning and

adjustment in the new workplace. The Career Development Quarterly, 61,

2-12.

Linley, P. A. & Joseph, S. (2005). Positive and negative changes following

occupational death exposure. Journal of Traumatic Stress, 18, 751-758.

Saam, Z., & Wahyuni, S. (2012). Psikologi keperawatan. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Sklarew, B.H., Handel, S., & Ley S. (2012). The analyst at the morgue: Helping

families deal with traumatic bereavement. Psychoanalytic Inquiry, 32,

147-157.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Page 37: ADAPTASI, BEBAN PSIKOLOGIS, DAN RELASI DENGAN ISTRI ...€¦ · Petugas pemulasaraan jenazah memiliki tugas untuk merawat jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan

28

Tan, Y. & Shen, X. (2016). Socialization content and adjustment outcome: A

longitudinal study of chinese employees beginning their career. Social

Behavior and Personality, 44, 161-176.

Ward, C. I., Flisher, A. J., & Kepe, L. (2006). A pilot study of an intervention to

prevent negative mental health consequences of forensic mortuary work.

Journal of Traumatic Stress, 19, 159-163.

Woods, S.B., Priest, J. B., & Roush, T. (2014). The biobehavioral family model:

Testing social support as an additional exogenous variable. Family

Process, 53, 672-685.