9
Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana Banjir Lidya Octavia Asti 1 dan Sri Utami 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat Email penulis: [email protected] ABSTRAK Kota Malang yang merupakan kota terbesar ke dua di Jawa Timur merupakan kota yang rawan banjir, setidaknya terdapat 58 kawasan di wilayah Kota Malang, rawan terjadi bencana saat musim hujan, baik tanah longsor, banjir maupun puting beliung. Kawasan tersebut berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas, DAS Metro, DAS Amprong, DAS Bangau, dan DAS Sukun. Kawasan Permukiman di Jalan Kintamani RW 08, Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen, Kota Malang atau yang lebih dikenal dengan Permukiman Betek merupakan salah satu kawasan yang rawan banjir di Kota Malang yang lokasinya tepat di bantaran sungai DAS Brantas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi bentuk adaptasi bangunan rumah tinggal di Permukiman Betek terhadap banjir. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif kuantitatif dengan menganalisis tingkat kekumuhan sebagai pertimbangan tingkat kerentanan daerah terhadap bencana dan menganalisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi bentuk adaptasi bentuk bangunan rumah tinggal. Hasil Penelitian berupa rekomendasi bangunan rumah tinggal berdasarkan zona tingkat kerentanan bencana. Kata kunci: Bentuk adaptasi fisik, bangunan rumah tinggal, tingkat kekumuhan, permukiman banjir ABSTRACT Malang City which is the second largest city in East Java is a flood-prone city, there are at least 58 areas in the city of Malang, prone of disasters during the rainy season, both landslides, floods and tornadoes. The area is located along the Brantas watershed, Metro watershed, Amprong Watershed, Bangau Watershed and Sukun Watershed. Settlement Area at Jalan Kintamani RW 08, Penanggungan Village, Klojen Sub-district, Malang City or better known as Betek Settlement is one of the flood-prone areas in Malang City located right on the river bank of the Brantas watershed. This study is intended to discover and identify the adaptation of residential buildings in Betek Settlements to floods. The research method used is quantitative qualitative descriptive by analyzing the slum level as consideration of vulnerability level of the area to a disaster and analyzing external and internal factors that influence form of adaptation of residential building form. The result of this research is the recommendation of residential building based on the zone of disaster vulnerability level. Keywords: Physical adaptation, residential buildings, slum-level, flood-prone settlement

Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

AdaptasiBangunandiPermukimanBetekdariAncamanBencanaBanjir

LidyaOctaviaAsti1danSriUtami2

1MahasiswaProgramSarjanaArsitektur,JurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

2DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijayaAlamatEmailpenulis:[email protected]

ABSTRAK

Kota Malang yang merupakan kota terbesar ke dua di Jawa Timurmerupakan kota yang rawan banjir, setidaknya terdapat 58 kawasan diwilayahKotaMalang, rawan terjadi bencana saatmusim hujan, baik tanahlongsor, banjir maupun puting beliung. Kawasan tersebut berada disepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas, DAS Metro, DAS Amprong,DASBangau,danDASSukun.KawasanPermukimandi JalanKintamaniRW08,KelurahanPenanggunganKecamatanKlojen,KotaMalangatauyanglebihdikenal dengan Permukiman Betek merupakan salah satu kawasan yangrawan banjir di KotaMalang yang lokasinya tepat di bantaran sungai DASBrantas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasibentuk adaptasi bangunan rumah tinggal di Permukiman Betek terhadapbanjir. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatifkuantitatif dengan menganalisis tingkat kekumuhan sebagai pertimbangantingkat kerentanan daerah terhadap bencana dan menganalisis faktoreksternal dan internal yang mempengaruhi bentuk adaptasi bentukbangunan rumah tinggal. Hasil Penelitian berupa rekomendasi bangunanrumahtinggalberdasarkanzonatingkatkerentananbencana.Katakunci:Bentukadaptasifisik,bangunanrumahtinggal,tingkatkekumuhan,permukimanbanjir

ABSTRACT

MalangCitywhich is the second largest city inEast Java is a flood-prone city,thereareat least58areas in thecityofMalang,proneofdisastersduring therainyseason,bothlandslides,floodsandtornadoes.TheareaislocatedalongtheBrantaswatershed,Metrowatershed,AmprongWatershed,BangauWatershedand Sukun Watershed. Settlement Area at Jalan Kintamani RW 08,Penanggungan Village, Klojen Sub-district, Malang City or better known asBetekSettlementisoneoftheflood-proneareasinMalangCitylocatedrightontheriverbankoftheBrantaswatershed.Thisstudyis intendedtodiscoverandidentify the adaptation of residential buildings in Betek Settlements to floods.The researchmethod used is quantitative qualitative descriptive by analyzingtheslumlevelasconsiderationofvulnerabilityleveloftheareatoadisasterandanalyzing external and internal factors that influence form of adaptation ofresidentialbuilding form.The resultof this research is the recommendationofresidentialbuildingbasedonthezoneofdisastervulnerabilitylevel.Keywords:Physicaladaptation,residentialbuildings,slum-level,flood-pronesettlement

Page 2: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan menjadisalahsatuNegarayangteracamakanbencanaalamtertinggididunia,sebutsajabencana alam seperti tsunami, gempabumi, dan letusan gunungberapi.Hal inidisebabkan letak geografis Indonesia yang berada di ujung pergerakan tigalempeng dunia, yaitu: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Selain itu, Indonesiayangmempunyaiberiklimtropisdenganduamusim,yaitumusimpenghujandanmusim kemarau juga sangat rawan terjadinyabencana yang terkaithidroklimatologis. Bencana dengan jenis angin puting beliung, gelombangekstrem,banjir,longsordanbanjirbandangmerupakantermasukdalamkategoribencana hidroklimatologis yaitu bencana yang terkait dengan air dan iklim.Potensiterjadinyabencanatidakdapatdiprediksidimasayangakandatangdancenderung cukup besar potensinya. Sayangnya, disetiap bencana yang terjadidapat dipastikan menimbulkan kerugian diantaranya berupa korban jiwa,material yang cukup besar, hingga harta benda. Hal ini juga berpengaruh padalingkungandanekosistemalamyangmenjadirusakkarenanya.

Dalam konteks kebencanaan di Indonesia yang dilansir dari Data danInformasi Bencana Indonesia - BadanNasional PenanggulanganBencana (DIBI-BNPB) memperlihatkan bahwa hampir seluruh kawasan di Indonesia rawanterhadapbencana,terutamadiPulauJawa.Setidaknyaterdapat160jutajiwaper2015dipulaujawayangmenjadikannyasalahsatupulauterpadatdiduniayangmemicutingkatkebencanaandipulauJawa.

Provinsi JawaTimur termasukdalamkawasansebarankejadianbencanatertinggi nomor tiga di Indonesia selama dua ratus tahun terakhir databerdasarkanDIBI-BNPB. KotaMalang yangmerupakan kota terbesar ke dua diJawa Timur pun merupakan kota yang rawan banjir, setidaknya terdapat 58kawasandiwilayahKotaMalang,JawaTimur,rawanterjadibencanasaatmusimhujan,baiktanahlongsor,banjirmaupunputingbeliung.BerdasarkanpemetaanyangdilakukanBadanKesatuanBangsadanPolitik(Bakesbangpol)KotaMalang,dari 58 kawasan yang rawan bencana itu, 38 kawasan rawan terjadi bencanabanjir,23kawasanrawantanahlongsordansatukawasanrawanputingbeliung.

KawasanrawanbencanatersebutmenyebardilimakecamatanyangadadiKotaMalang. Kawasan yang rawan tersebut berada di sepanjang daerah aliransungai(DAS)Brantas,DASMetro,DASAmprong,DASBangau,danDASSukun.Disepanjang kawasan tersebut selain padat permukiman juga memilikikarakteristikpalungtajamdengansusunantanahyangmudahlongsor.

KecamatanKlojenmerupakankecamatan terkecil diKotaMalangnamundenganpendudukterpadatdibandingkandengankecamatanyanglainnya.Halinidisebabkan karena Kecamatan Klojen merupakan pusat administratif KotaMalang. Kawasan Permukiman di Jalan Kintamani RW 08, KelurahanPenanggungan Kecamatan Klojen, Kota Malang atau yang lebih dikenal denganPermukiman Betek merupakan salah satu kawasan yang rawan banjir di KotaMalang yang lokasinya tepat di bantaran sungai DAS Brantas. Dengan fungsikawasan sebagai fasilitas permukiman. Permukiman ini sangat di padatipenduduk,denganjarakantarsungaidenganperumahanhanyasekitar10metersaja. Selain itu, berdasarkanDataDaerahRawanBanjirTahun2015diWilayahKecamatanKlojenKotaMalangyangdikeluarkanBadanPenanggulanganBencanaDaerah (BPBD) KotaMalang, lokasi penelitian yang terletak di Jalan Kintamani

Page 3: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

RW08merupakan daerah rawan bencana banjir. Jenis kerawan berupa sungaimeluap dan tanah longsor yang merupakan dampak dari terjadinya sungaimeluapdikarenakanlokasipenelitianberadapadaposisikemiringanyangcuram,bagian atas bangunan dengan posisi menjorok ke belakang, sedangkan bagianbawahperumahanpendudukdanbanjirmerupakan luapandari sungaibrantasdenganskalakerawananberat.

Dilihat dari pedoman di atas, terlihat Permukiman Betek di JalanKintamani RW 08, Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang,terbilangkawasanrawanbanjirdanuntukmengetahuiseberaparentanterhadapbanjir dan sudah sejauhmanamasyarakat melakukan adaptasi hunianmerekaterhadapbencanabanjirdipermukimantersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk adaptasibangunanrumahtinggaldikawasanPermukimanBetekJalanKintamaniRW08,KelurahanPenanggunganKecamatanKlojen,KotaMalangdari ancamanbahayabencanabanjir.

2. Metode

Penelitian ini menggunakan mixed method atau metode campurankuantitatif kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Guna menjelaskanfenomena yang terjadi, alami maupun buatan manusia penelitian inimenggunakan jenispenelitiandeskriptif. Fenomena iniberupaaktifitas, bentuk,karakteristik,hubungan,perubahan,kesamaan,danperbedaanantarafenomenayang satu dengan fenomena lainnya (sukmadinata dalam hendra, 2013). Padapenelitian ini fenomena yang terkain adalah penjabaran dampak banjir yangmengakibatkan kerusakan fisik bangunan rumah tinggal di KelurahanPenanggungan,KecamatanKlojen,KotaMalang.

Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian di KelurahanPenanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang dalam menganalisis caraberadapatasi penduduk dengan bencana banjir yang kerap kali terjadi. Dalampenelitian ini, peneliti memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi padalokasipenelitiankemudianditafsirkandandiberimaknasesuaiapaadanyadanberdasarkan cir-ciri tersebut serta sesuai dengan tujuanpenelitian, yaitu untukmendapatkan hasil evaluasi pada kawasan Permukiman Betek Jalan KintamaniRW08,KelurahanPenanggunganKecamatanKlojen,KotaMalangdariancamanbahayabencanabanjirsecarastruktural.

LokasistudiberadadiKelurahanPenanggungan,KecamatanKlojen,KotaMalangterfokusdiwilayahRW08denganluaswilayah78.25ha.Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Snowball Sampling yangdimanatermasukdalamNonprobabilitySamplingyangmenurutSugiyono(2011)adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatansamabagisetiapunsuratauanggotapopulasi.

Penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu pengumpulan data, tahapmenganisisdata, tahapsintesis, tahanrekomendasidankesimpulan.Padatahappengumpulan data dibedakan berdasarkan sumbernya menjadi dua yaitu dataprimer dan data sekunder. Data Primeryaitu perolehan data langsung yangdidapatkan di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.Pengambilan data melalui cara wawancara, observasi, dan dokumentasi padarespondenatausampelbangunbanhunianyangditeliti.DataSekunderyaitucara

Page 4: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

pengumpulandatamelaluistudikepustakaan,dokumentasi,danbahanlainyangrelevan dengan objek penelitian. Pada tahap analisis dilakukan pendataanbangunanhuniandariawalditempatihinggasaatdilakukannyapenelitian(tahun2017).Variableyangdigunakandalampenelitiandibagimenjadiduafaktor,yaitufaktor internal dan faktor eksternal yang merupakan faktor pembentukpermukiman dan faktor yangmempengaruhi adaptasi bangunan rumah tinggalsesuai dengan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan RawanBencana Banjir. Serta variable untuk aspek kekumuhan kawasan guna menilaitingkat kekumuhan lokasi penelitian, semakin tinggi tingkat kekumuhan suatudaerah semakin tinggi pula tingkat kerawan daerah tersebut terhadap bencanaberdasarkan pedoman Petunjuk Pelaksanaan Tingkat Kekumuhan yangdikeluarkan olehDirektorat Jenderal Perumahan dan PermukimanDepartemendan Prasarana Wilayah pada Tahun 2002. Bentuk adaptasi bangunan rumahtinggal dibagi menjadi enam kategori berdasarkan pedoman diatas yaitupenambahan tanggul pada bangunan (A), penambahan struktur bangunanmenjadidualantaiberupamezanin(B),penambahanstrukturbangunanmenjadidua lantai yaitu bertingkat (B’),menggantimaterialmenjadimaterial tahan air(C),meninggikanlantaibangunan(D),memperkuatpondasibangunan(E).

3. HasildanPembahasan3.1 IndikatorKekumuhan

Tingkatkekumuhansuatudaerahmempengaruhisuatutingkatkerawanandaearah tersebut, semakin tinggi tingkat kekumuhan suatu daearah semakintinggi pula tingkat kerawanan daerah tersebut terhadap bencana. Aspek dalamindikator kekumuhan yakni diantaranya kondisi lokasi dilihat dari jumlahbencana banjir dan jumlah bencana tanah longsor yang merupakan bencanasekunder akibat terjadinya bencana banjir yang terjadi pada satuan waktu dikawasan tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian di lapangan, banjir besarterjadi pada tahun 1953, 1963, 1999 dan 2005 dengan ketinggian lebih dari200cm, sedangkan banjir dengan ketinggian kurang dari 100cm terjadi hampirtiap tahun dengan frekuensi 3-4 kali/tahun dan menyebabkan tanah longsorhingga 1-2 kali/3tahun. Kondisi kependudukan dilihat dari tingkat kepadatanpenduduk, rata-rata anggota rumah tangga, jumlahKKper rumah.BerdasarkandatadarimonografiKelurahanPenanggunganTahun2017kepadatanpendudukyangdidapatkansebesar218jiwa/Ha,sedangkanuntukrata-rataanggotarumahtangga didapatkan 3 jiwa/KK dan untuk jumlah KK per rumah pada RW 08didapatkan 1 KK/rumah. Kondisi bangunan dilihat dari tingkat kepadatanbangunan di kawasan tersebut, berdasarkan data darimasing-masing ketuaRTjumlahbangunandiRW08 sebanyak187unit bangunandenganperbandinganluaswilayah4.75Hadenganhasilperbandingan39.3unit/Ha.Kondisisaranadanprasarana dasar dilihat dari kondisi pembuangan sampah, kondisi saluran airhujan atau drainase, kondisi jalan, serta besarnya ruang terbuka. Berdasarkanhasil penelitian kondisi persampahan pada kawsan terlihat dari jumlah rumahhunianyangmembuangsampah tidakpada tempatnyaataumembuangsampahpada tempat terbuka dengan keseluruhan sampel rumah hunian ialah 88.8%.KondisisaluranairhujandipermukimanRW08tidakdidukungsalurandrainaseyangmemadaidengan sebanyak58.58%ruas jalanyang tidak terdapat saluran

Page 5: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

drainase.Penilaianpadakondisi jalan terdapatduakategoriyaitukondisi rusaksebesar 12.47% dan kondisi sedang sebesar 26.58% sehingga didapatperbandingannya sebesar 39.05%. aspek terakhir dalam kondisi sarana danprasaranadasar yaitu besarnya ruang terbuka yang terbagimenjadi luas ruangterbuka non hijau yaitu daerah aliran sungai seluas 13053.41 m2, luas lahanparkir serta tempat pemancingan adalah 373.16 m2, sehingga total luaswilayahnya13426.57m2. Total luasruangterbukatidakterbangun4098.64m2dan total ruang terbuka hijau 764.29 m2, Sehingga total keseluruhan ruangterbuka adalah 18289.5 m2 atau 30.2%. Aspek terakhir yang dilihat ialah darikondisi sosial ekonomi dari segi tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.Tingkat pendapatan diambil berdasarkan sampel, jumlah sampel keluarga yangberpenghasilandibawahUMRsebanyak10keluarga,denganjumlahkeselurahansampel18,dengan total tingkatpendapatanyangdibawahUMRsebesar55.5%.Dalam tingkat pendidikan yang digunakan ialah sampel, dari 18 sampel yangditeliti,terdapat8kepalakeluargayangtidakmenamatkanpendidikannyahingga9tahunatausetingkatdenganSMPSederajatdenganpersentase44.4%.

Penilaian akhir tingkat kekumuhan menurut pedoman PetunjukPelaksanaan Tingkat Kekumuhan yang dikeluarkan oleh Direktorat JenderalPerumahan dan Permukiman Departemen dan Prasarana Wilayah pada Tahun2002 didapatkan tingkat kekumuhan RW 08 Kelurahan Penanggungan dengankategorikekumuhansedanghinggakumuhberat,halinimenunjukkanbahwaRW08cukuprawanbencana.

3.2 FaktorInternal

Bentukadaptasibangunanhuniandapatdipengaruhidari faktor internalialah dari segi kondisi penduduk dan kondisi sosial masyarakat, berdasarkancatatan demografi yang didapat dari Kelurahan Penanggungan serta hasilwawancaradaripara ibuketuaRTsetempat, kondisipendudukwilayahRW08terbagi menjadi 5 RT dengan jumlah total penduduk RW 08 adalah 867 jiwadenganpersentase jumlahpenduduk laki-laki 53.3%danpendudukperempuan46.7%. selain itu kondisi penduduk RW 08 dari segi pendidikan terdatapendidikanSekolahDasar(SD)sederajatpalingbanyakditempuholehwargaRW08 dengan persentase 35.82%, selanjutnya disusul dengan lulusan SekolahMenengah Pertama (SMP) dengan persentase 27.58%, lalu lulusan SekolahMenengah Atas (SMA) sebanyak 18.33% dan ditingkat terakhir denganpersentase12.14%ditempatiolehlulusansarjana.

Kondisisosialmasyarakatyangberpengaruhterhadapadaptasibangunanrumah tinggal ialah lahanpekerjaan,perkumpulanwargadankomunitas sosial.Berdasarkanwawancarajenispekerjaanyangpalingbanyakdilakoniolehkepalakeluarga ialahpekerjakaryawan, sedangkan jenispekerjaanyangpaling sedikityaitu TNI atau Polri dengan jumlah 2 jiwa. Terdapatnya perkumpulan wargaberupa kelompok ibu-ibu atau para perempuan di RW 08 yaitu berupaPendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), arisan per RT yang juga diadakansetiapsatubulansekali,sertaterdapatkarangtarunayangberanggotakanremajadiRW08yangaktifmengadakankegiatanbersamaseperti lombatujuhbelasandankarnaval.

Page 6: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

3.3 FaktorEksternal

Faktoreksternalyangmerupakan faktordari lingkungan luaryangdapatmempengaruhi bentuk adaptasi hunian penduduk diantaranya kondisi fisiklingkungan sekitar, sarana kegiatan pada lingkungan rumahwarga dan kondisijaringandalampenunjangkehidupansehari-hariwarga.KondisiTopografiRW08merupakandaerahyangterkenadampakpalingseringdanhampirsetiaptahundiantara RW lainnya, hal tersebut didukung dengan kondisi ketinggian ataukontur daerahnya RW 08 yang merupakan bagian paling rendah diantara RWlainnya serta jarak permukimanwarga dengan sungai sangat dekat 0-10meterdaritepisungai.SaranakegiatanyangterdapatdiRW08cukupmemadaisepertiterdapatnya3buahmasjid,sekolahTK,4buahgedungSD,5gedungSMP,2buahSMA,1buahposyandudan1buahpuskesmas.

Kondisijaringanpendukungdinilaidarikondisijalanlingkungan,jaringanair bersih, jaringan drainase, fasilitas MCK dan sanitasi, pengelolaan sampah.Kondisi jalan lingkungan pada akses masuk gapura berupa jalan beraspal danterdapat jalan lingkungan yang menggunakan material paving block dan cor-coran.Selain itu,sebagianbesarwargadiRW08banyakyangmenggunakanairsumur sebagai sumber air bersih mereka untuk sehari-hari. Sedangkankurangnya jaringan drainase di permukiman RW 08 yang hanya terdapat padaruas jalan raya yang membatasi permukiman warga menjadi salah satupenyebabnyaairtergenanglamasaatbanjir.SertatidakterdapatnyafasilitasMCKumum dan saluran sanitasi yang kurang baik sehingga sebagian besar wargamembuanglimbahrumahtanggalangsungkesungaidengandialiripipalangsungmenuju sungai. Pengolahan sampah di permukiman RW 08 pun belumterkoordinir dengan baik, banyak rumah yang tidak terdapat temat sampahpribadididepanrumahmasing-masing.

3.4 BentukAdaptasiBangunanRumahTinggal

Tabel1.BentukAdaptasiBangunanRumahTinggalRW08

AdaptasiYangDilakukanWaktuKeWaktu(Sampel1)KondisiRumahAwal(Tahun1955) Renovasi1(2017)

Page 7: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

AdaptasiYangDilakukanWaktuKeWaktu(Sampel2)KondisiRumahAwal(2000) Renovasi1(2006)

Renovasi2(2017) Renovasi3

-

AdaptasiYangDilakukanWaktuKeWaktu(Sampel3)KondisiRumahAwal(1999) Renovasi1(2000)

Renovasi2(2007) Renovasi3

-

Page 8: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

3.4 Sintesis

Sehingga dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulanmengenai fisiklingkunganbaikinternalmaupuneksternalyangmempengaruhibentukadaptasihuniandipermukimanRW08KelurahanPenanggunganadalahsebagaiberikut

Kemampuan setiap individu manusia (man) dengan latar belakangberpendidikan terakhir Sekolah Dasar sebesar 35.82% dengan kemampuandalam mencari pekerjaan dengan penghasilan tinggi yang terbatas sehinggamenyebabkan kemampuan mengadaptasi rumah tinggal terbatas dikarenakanterbentur masalah finansial. Sehingga warga dengan berpenghasilan rendahmengadaptasi rumah tinggal mereka sebatas menambahkan mezanin,dikarenakanbiayayangdikeluarkantidaklahbanyak.

Faktor sosial masyarakat (society) mempengaruhi tingkat kenyamananwargaRW08dalambertahanbermukimdikawsantersebut

Faktor eksternal yang mempengaruhi bentuk adaptasi dari bangunanrumahtinggalyaitukondisialam(nature)dengankemiringantanahberkisar30%menjadikan lokasi permukiman sangat curam dan termasuk dalam daerahdataran rawan banjir dan daerah cekungan sungai menurut PedomanPengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Banjir. Serta topografikawsan yang menurun menyebabkan permukiman ini mendapatkan air banjirkirimandaridaerahyanglebihtinggi.

Faktor sarana kegiatan (shell) yang mendukung kegiatan masyarakatmerupakan salah satu faktor penyebab warga enggan pindah dan memilihberadaptasiadalahdekatnyapermukimandenganaksesyangmudahkeberbagaisarana. Ketersedian sarana pendidikan, sarana perdagangan, kesehatan, sertasarana peribadatan menyebabkan warga mengurungkan niat untuk pindahrumahgunamenghindaribencanabanjir.

Faktor jaringan pendukung (network) merupakan faktor sarana pendukung kebutuhan permukiman dengan kondisi jalan lingkungan, drainase, system pengolahan limbah, jaringan air bersih, hingga pengolahan sampah yang kurang baik menunjang terjadinya bencana banjir. 4. Kesimpulan

Berlandaskan penelitian yang telah dilakukan di permukiman RW 08Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen Kota Malang terhadap adaptasibangunan di daerah rawan banjir, dapat disimpulkan bahwa adaptasi rumahtinggaldipermukimanRW08dipengaruhioleh faktorpembentukpermukimansesuai teori Doxiadis, 1989 yang kemudian terbagimenjadi faktor internal daneksternalsertaadaptasiyangdilakukandipengaruhiolehkarakteristikdaribanjirdiPermukimanBetekRW08.Faktorinternalterkaitdengankemampuanmasing-masingindividu,latarbelakangpendidikan,pekerjaansertapenghasilandanjugaketerkaitan sosialmasyarakat antar sesamawarga. Sedangkan faktor eksternalmerupakanpenyebabterjadinyabanjirdiwilayahpermukimanRW08KelurahanPenanggunganterkaitdengankeadaan lingkunganpermukimansepertikeadaantopografi,saranaprasaran,sertajaringanpendukunglingkungan.

Hasilberuparekomendasibangunanyangberbedadibagimenjaditigazonadengan tingkat kerentanan bencana banjir pada lokasi. Penambahan strukturbangunanmenjadi dua lantai dan ataumenggunakan struktur rumahpanggung

Page 9: Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana

menjadi rekomendasi bangunan hunian pada zona satu yang merupakan zonapaling rawan terhadap banjir, sedangkan untuk zona dua dengan tingkatkerawanan sedang rekomendasi meninggikan lantai bangunan dan menambahstrukturbangunanberupamezaninmenjadirekomendasidanrekomendasipadazona tigadengan tingkatkerentanan rendah,menggantimaterialbangunandanmenggunakanperabotrumahtanggayangtahanair.DaftarPustakaDirektorat JenderalPerumahandanPermukimanDepartemenPermukimandan

Prasarana Wilayah. 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian TingkatKekumuhan.Jakarta.

Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2003. PedomanPengendalianPemanfaatanRuangdiKawasanBencanaBanjir.Jakarta.

Doxiadis, C. 1967.Ekistics:An Introduction totehScienceofHumanSettelements.Hutchinson,London.

Kodoatie dan Sugiyanto. 2002. Banjir: beberapa penyebab dan metodepengendaliannyadalamperspektiflingkungan.Jakarta:PustakaPelajar.

Marfai, Muh Aris. 2012. Bencana Banjir Rob: Studi Pendahuluan Banjir PesisirJakarta.Yogyakarta:GrahaIlmu.

Marfai M.A. 2011. Kerawanan dan kemampuan Adaptasi Masyarakat pesisirterhadapbahayabanjirgenangandanTsunami:IntegrasiKajianKebencanaandanSosialBudaya.

Rahayu, Harkunti P. 2009. Banjir dan Upaya penanggulanganya. Bandung:PromiseIndonesia.