Upload
phamdiep
View
239
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP
KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM
DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS
ACHMAD FADHIL AL MASYHUR
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP
KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM
DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS
ACHMAD FADHIL AL MASYHUR
051111214
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyutujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : PENGARUH JUMLAH HPMC
3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM
DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS untuk dipublikasikan
atau ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas
Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas sesuai
dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini
saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 25 September 2015
Achmad Fadhil Al Masyhur
NIM : 051111214
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Achmad Fadhil Al Masyhur
NIM : 051111214
Fakultas : Farmasi
menyatakan bahwa sesungguhnya hasil skripsi/tugas akhir yang saya tulis
dengan judul :
PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN
DAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN –
HPMC 3 CPS
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau
merupakan hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan kelulusan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Surabaya, 25 September 2015
Achmad Fadhil Al Masyhur
NIM : 051111214
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
Lembar Pengesahan
PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP
KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI SISTEM
DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015
Oleh :
Achmad Fadhil Al Masyhur
NIM : 051111214
Skripsi ini telah disetujui
tanggal 25 September 2015 oleh :
Pembimbing Utama, Pembimbing Serta,
Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. Dr. Retno Sari, Apt., M.Sc.
NIP.197111301997031003 NIP. 196308101989032001
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala ilmu, rahmat, karunia,
dan kemudahan serta kelancaran yang telah diberikan sehingga saya dapat
melalui dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul "PENGARUH
JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP KELARUTAN DAN LAJU
DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3
CPS" dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi syarat mencapai gelar
sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya
saya persembahkan kepada :
1. Bapak Dr. Dwi Setyawan, S.Si.,M.Si.,Apt. selaku pembimbing
utama yang telah memberikan ilmu, nasehat, pelajaran hidup, saran,
motivasi, serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Retno Sari, M.Sc.,Apt. selaku pembimbing serta yang telah
membimbing dan memberikan ilmu, nasehat, saran, motivasi,
fasilitas, serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Helmy Yusuf, M.Sc., Ph.D dan Ibu Dr. Noorma Rosita, Apt,
M.Si selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran
dan masukan demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. M. Nasih, MT., Ak selaku Rektor Universitas
Airlangga yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
program pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga.
5. Ibu Dr. Hj. Umi Athijah, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan
banyak fasilitas selama menyelesaikan program pendidikan sarjana
di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
vi
6. Ibu Dra. Esti Hendradi, Apt.,M.Si.,Ph.D. selaku Ketua Departemen
Farmasetika atas segala kesempatan dan fasilistas yang telah
diberikan di Laboratorium Teknologi Farmasi sehingga
memudahkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt.,M.Si. selaku dosen wali
yang telah membimbing dan memberikan nasehat, masukan, saran,
dan motivasi selama menyelesaikan program pendidikan sarjana di
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
8. Ibu dan Ayah (Almarhum) juga adik – adikku Fadhilah dan Farhan
tersayang, terima kasih atas semua doa serta segala dukungan,
dorongan, nasehat, dan motivasi yang telah diberikan sehingga tugas
akhir ini dapat terselesaikan.
9. Tim skripsi Dispersi Padat Quercetin, Zainul, Febrianti, dan
Dayanara. Serta semua teman-teman skripsi di Departemen
Farmasetika, terima kasih atas semua dukungan dan kerja samanya.
10. Teman - teman angkatan 2011 yang telah menempuh pendidikan
sarjana bersama-sama, yang memberikan dukungan, nasehat, saran,
motivasi, dan mau berbagi ilmu sehingga tugas akhir ini bisa
terselesaikan.
11. Sahabat – sahabat terbaik : Mila Maulidia (Almarhumah), Yoga
Irwan, Hanif Rifqi, Safarini Marwah, Dimas Husada, Frenby
Perdana, M Hidayatullah Choir, Winda Putri, Tiara Jeni, Putri Intan
Pratiwi, Shofia Karima, Wisnu P Utomo dan Adhadi. Terima kasih
banyak atas dukungan, doa dan warna yang kalian lukiskan dalam
lembar perjalananku.
12. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Surabaya yang telah membagikan ilmunya dengan penuh sabar dan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
vii
ikhlas kepada saya selama menyelesaikan program pendidikan
sarjana.
13. Seluruh tenaga non kependidikan Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga terutama tenaga non kependidikan Laboratorium
Teknologi Farmasi (Bapak Harmono, Bapak Suprijono, Mbak
Nawang, dan Ibu Ari) yang telah membantu dengan ikhlas dan
penuh kesabaran saat mengerjakan skripsi ini.
14. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada
saya. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu di
bidang kefarmasian dan bagi almamater Universitas Airlangga.
Surabaya, 25 September 2015
Penulis,
Achmad Fadhil Al Masyhur
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
viii
RINGKASAN
PENGARUH JUMLAH HPMC 3 CPS TERHADAP
KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI
SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN – HPMC 3 CPS
Achmad Fadhil Al Masyhur
Quercetin memiliki nama kimia 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-
trihydroxy-4H-chromen-4-one merupakan senyawa yang potensial sebagai
antioksidan, antikanker, antiinflamasi dan hepatoprotektor. Quercetin
termasuk senyawa polifenol yang merupakan senyawa hidrofob dan
digolongkan dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) II yang
artinya quercetin memiliki permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah
sehingga bioavailabilitasnya dalam tubuh buruk. Permasalahan tersebut
dapat diatasi dengan pembuatan sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3
cps.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh terhadap
kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps
dan pengaruh penambahan HPMC 3 cps terhadap kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps. Sistem dispersi
dibuat dengan perbedaan jumlah quercetin – HPMC 3 cps 1:1, 1:2 dan 1:3
(b/b) dengan metode pelarutan. Selanjutnya, dilakukan uji kelarutan dalam
media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) dan laju disolusi dengan media
SLS 1% dalam air.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem dispersi padat
quercetin – HPMC 3 cps memiliki pengaruh terhadap kelarutan dan laju
disolusi quercetin, diketahui bahwa dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps
(1:3) memiliki kelarutan dan laju disolusi tertinggi bila dibandingkan sistem
lainnya. Hal ini disebabkan adanya pengecilan ukuran partikel pada
quercetin sehingga kelarutan dan laju disolusinya meningkat, selain itu agregasi dari quercetin juga dapat dicegah.
Dari hasil analisis statistik dengan metode ANOVA satu arah yang
dilanjutkan dengan uji HSD, didapatkan hasil bahwa kelarutan dan laju
disolusi quercetin memberikan perbedaan yang bermakna pada setiap sistem
yang dibuat. Selain itu, kelarutan quercetin paling tinggi dicapai oleh sistem
dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps (1:3) dengan peningkatan kelarutan
sebesar 1,07 kali lebih besar dari dispersi padat (1:2), untuk dispersi padat
(1:1) persen kelarutannya 1,35 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:3)
persen kelarutannya 1,87 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:2) persen
kelarutannya 1,58 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:1) persen
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
ix
kelarutannya 1,94 kali lebih besar dan 3,50 kali lebih besar dari quercetin
murni. Untuk hasil penentuan laju disolusi yang menggambarkan persen
quercetin terlarut pada menit ke-30 dari masing – masing sistem, dispersi
padat (1:3) memiliki kenaikan efisiensi disolusi 1,02 kali lebih besar dari
dispersi padat (1:2), untuk dispersi padat (1:1) efisiensi disolusinya 1,03 kali
lebih besar, untuk campuran fisik (1:3) efisiensi disolusinya 1,41 kali lebih
besar, untuk campuran fisik (1:2) efisiensi disolusinya 1,59 kali lebih besar,
untuk campuran fisik (1:1) efisiensi disolusinya 1,77 kali lebih besar dan
1,72 kali lebih besar dari quercetin murni. Penelitian ini memberikan hasil bahwa sistem dispersi padat
quercetin – HPMC 3cps berpengaruh terhadap kelarutan dan laju disolusi
dari quercetin dan peningkatan jumlah HPMC 3cps pada sistem dispersi
padat quercetin – HPMC 3 cps semakin meningkatkan kelarutan dan laju
disolusi dari quercetin.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka perlu dilakukan
karakterisasi dan pengembangan sistem dispersi padat quercetin – HPMC
3cps sebagai tinjauan lebih lanjut mengenai peningkatan laju disolusi
quercetin.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
x
ABSTRACT
Enhancement of Solubility and Dissolution Rate of
Quercetin – HPMC 3 cps by Solid Dispersion
Achmad Fadhil Al Masyhur
Quercetin or 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-trihydroxy-4H-
chromen-4-one is a compound that has been commonly utilized in medical field due its various functions. Quercetin is classified as class II BCS which
has low solubility but good permeability. Solid dispersion is successfully
applied to improve the solubility and consequently the bioavailability of
poorly water soluble drugs.
The purpose of this research was to increase the solubility and
dissolution rate of quercetin by solid dispersion system of quercetin –
HPMC 3 cps with different ratios of quercetin – HPMC 3 cps : 1:1, 1:2 and
1:3 (w/w). The solid dispersion system was prepared by solvent evaporation
method then solubility and dissolution test were performed. The solubility
medium was 40 mL of citric acid – NaOH (pH 5,0 ± 0,05), maintained at 30
± 0,5 oC for 240 minutes. The dissolution medium was 900 mL of 1 % SLS
in water, maintained at 37 ± 0,5 oC for 30 minutes and the stirring speed was 100 rpm. For comparison purpose the solubility and dissolution test
was also performed on : solid dispersion of quercetin – HPMC 3 cps,
physical mixture and pure quercetin.
The results showed that the solubility of solid dispersion quercetin
– HPMC 3 cps (1:3) increased 3,50 times higher than pure quercetin. For
dissolution rate, solid dispersion quercetin – HPMC 3 cps (1:3) increased
1,42 times higher than pure quercetin.
.
Keyword : quercetin, HPMC 3 cps, solid dispersion, solubility, dissolution.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................v
RINGKASAN ....................................................................................... viii
ABSTRACT ...............................................................................................x
DAFTAR ISI ...........................................................................................xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................4
2.1 Quercetin ....................................................................................4
2.2 Dispersi Padat .............................................................................5
2.2.1 Metode Pembuatan ............................................................6
2.2.2 Klasifikasi Dispersi Padat ..................................................7
2.2.3 Karakterisasi Dispersi Padat ..............................................9
2.3 Hypromellose (HPMC) ....................................................... 11
2.4 Kelarutan .......................................................................... 12
2.5 Disolusi ............................................................................. 15
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL .................................................. 21
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ................................................... 21
3.2 Kerangka Penelitian ................................................................ 22
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................. 23
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
xii
BAB IV. METODE PENELITIAN ....................................................... 24
4.1 Bahan Penelitian .................................................................. 24
4.2 Alat Penelitian ..................................................................... 24
4.3 Metode Penelitian ................................................................ 24
4.3.1 Rancangan Penelitian .................................................. 24
4.3.2 Kerangka Penelitian .................................................... 27
4.3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian ............................ 28
4.3.3.1 Pemeriksaan Quercetin ........................................ 28
4.3.3.2 Pemeriksaan HPMC 3 cps ................................... 28
4.3.4 Pembuatan Kurva Baku Quercetin ............................ 29
4.3.4.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin ........... 29
4.3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin ........... 29
4.3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin 30
4.3.4.4 Pembuatan Kurva Regresi Quercetin .................... 31
4.3.4.5 Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3 cps Terhadap Kadar
Quercetin ................................................................ 31
4.3.5 Pembuatan Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3 cps .. 31
4.3.6 Pembuatan Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3 cps .... 32
4.3.7 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin ......................... 32
4.3.8 Pengujian Kelarutan Quercetin .................................. 33
4.3.8.1 Pengamatan Waktu Larutan Jenuh Quercetin ........ 33
4.3.8.2 Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin ..................... 33
4.3.9 Uji Disolusi Quercetin ................................................ 34
4.3.10 Evaluasi Data ............................................................ 36
4.3.10.1 Evaluasi Kelarutan .............................................. 36
4.3.10.2 Evaluasi Profil Disolusi ......................................... 36
4.3.10.3 Perhitungan Harga Efisiensi Disolusi (ED) .......... 36
4.3.10.4 Analisis Statistika ................................................ 36
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
xiii
BAB V. HASIL PENELITIAN................................................................ 38
5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian ................................. 38
5.1.1 Quercetin ........................................................................... 38
5.1.2 HPMC 3 cps ...................................................................... 39
5.2 Pembuatan Kurva Baku Quercetin ....................................... 40
5.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin 40
5.2.2 Hasil Pembuatan Kurva Baku Quercetin ................... 40
5.2.3 Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3 cps Terhadap Spektrum
Quercetin ................................................................. 42
5.3 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin .................................... 44
5.4 Pengujian Kelarutan Quercetin .............................................. 45
5.4.1 Pengamatan Waktu Larutan Jenuh Quercetin ............. 45
5.4.2 Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin .......................... 46
5.5 Penentuan Laju Disolusi Quercetin ....................................... 49
BAB VI. PEMBAHASAN ..................................................................... 54
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 60
7.1 Kesimpulan ............................................................................. 60
7.2 Saran ...................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 61
LAMPIRAN ........................................................................................... 65
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
II.1 Istilah kelarutan ............................................................................ 14
IV.1 Pembagian kelompok perlakuan quercetin..................................... 25
V.1 Pemeriksaan kualitatif quercetin ................................................... 38
V.2 Pemeriksaan kualitatif HPMC 3 cps .............................................. 39
V.3 Hasil absorban larutan baku kerja quercetin dalam media asam sitrat
– NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95
nm................................................................................................ 41
V.4 Hasil absorban quercetin kadar 8,08 µg/mL dengan quercetin
HPMC 3cps (1:1) untuk penentuan match
factor………………………………………………………………43
V.5 Hasil penetapan persen homogenitas kadar quercetin..................... 44
V.6 Hasil kelarutan jenuh quercetin dalam media asam sitrat – NaOH
(pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm ... 45
V.7 Rerata persen terlarut quercetin murni, CF dan DP dalam media
asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 37oC ± 0,5 oC ........ 47
V.8 Hasil uji HSD kelarutan quercetin dari tiap kelompok perlakuan pada
menit ke-30 dengan α = 0,05 ......................................................... 48
V.9 Rerata persen terlarut QC, CF dan DP dalam media asam sitrat –
NaOH (pH 5,0 ± 0,05) dalam air pada suhu 37oC ± 0,5 oC ............. 49
V.10 Efisiensi disolusi menit ke – 30 quercetin dari tiap kelompok dalam
media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) .................................... 51
V.11 Hasil uji HSD efisiensi disolusi quercetin dari tiap kelompok
perlakuan pada menit ke-30 dengan α = 0,05 ................................. 52
V.12 Hasil penentuan harga slope laju disolusi quercetin dari masing –
masing sistem ............................................................................... 53
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Struktur Quercetin ..........................................................................4
2.2 Struktur Hypromellose (HPMC) ................................................... 11
3.1 Bagan Kerangka Konseptual ......................................................... 22
4.1 Bagan Rancangan Penelitian ......................................................... 27
5.1 Spektra quercetin murni kadar 8,08 dan 16,16 µg/mL dalam media
asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang antara
200 – 500 nm ............................................................................... 40
5.2 Kurva baku quercetin pada panjang gelombang 366,95 nm ............ 41
5.3 Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL dan campuran quercetin –
HPMC 3cps (1:1) ......................................................................... 42
5.4 Kurva perbandingan absorban antara quercetin kadar 8,08 µg/mL
dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1) ............................................ 44
5.5 Profil kelarutan jenuh quercetin dalam media asam sitrat – NaOH
(pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang maksimum 366,95 nm ... 46
5.6 Profil kelarutan quercetin murni (QC), Campuran Fisik (CF) dan
Dispersi Padat (DP) dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ±
0,05) pada suhu 30oC ± 0,5 oC ....................................................... 47
5.7 Profil disolusi quercetin murni (QC), Campuran Fisik (CF) dan
Dispersi Padat (DP) dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ±
0,05) pada suhu 37oC ± 0,5oC ....................................................... 50
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Sertifikat Analisis Quercetin ................................................. 65
Lampiran 2 Spektrum FT-IR Quercetin (Bahan & Pustaka) ...................... 66
Lampiran 3 Termogram Bahan Penelitian ................................................ 70
Lampiran 4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin ........... 71
Lampiran 5 Penentuan Kurva Baku Quercetin.......................................... 74
Lampiran 6 Pengamatan Pengaruh Bahan Tambahan Terhadap Panjang
Gelombang Maksimum Quercetin ........................................................... 76
Lampiran 7 Hasil Pengamatan (%) Homogenitas Quercetin ..................... 79
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran
Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air)................ 82
Lampiran 9 Hasil Uji Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan
Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air) .............................. 88
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Disolusi dari Quercetin Murni, Campuran
Fisik dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air)................ 96
Lampiran 11 Hasil Uji Disolusi dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan
Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air) ............................ 106
Lampiran 12 Hasil Statistika .................................................................. 122
Lampiran 13 Tabel Harga Koefisien Kolerasi (r) .................................... 130
Lampiran 14 Tabel Distribusi Harga F pada α = 0,05 ............................. 131
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Quercetin atau dalam IUPAC disebut 2-(3,4-dihydroxyphenyl)-
3,5,7-trihydroxy-4H-chromen-4-one merupakan salah satu dari senyawa
golongan polifenol yang potensial sebagai antioksidan, antikanker,
antiinflamasi dan hepatoprotektor. Quercetin merupakan senyawa hidrofob
dan digolongkan dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) II
yang artinya quercetin memiliki permeabilitas tinggi namun kelarutannya
rendah. Bioavailabilitas quercetin dalam tubuh buruk, sehingga perlu
dilakukan usaha peningkatan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin
(Kakran, 2011; Madaan, 2014; Painter, 1998 dan Van Dijk, et. al, 2000).
Berbagai macam teknik dilakukan untuk meningkatkan kelarutan
dan laju disolusi dari quercetin, yakni dengan cara dispersi padat,
mikronisasi, dan pembentukan kompleks. Dispersi padat merupakan suatu
dispersi dari satu atau lebih bahan aktif dalam pembawa atau matriks yang
inert pada keadaan padat, yang dibuat dengan metode peleburan, pelarutan
atau kombinasi peleburan & pelarutan. Kelebihan dari metode dispersi
padat ini adalah dapat memperbaiki kelarutan obat sukar larut air,
memperbaiki kestabilan bahan obat, meningkatkan kelarutan obat – polimer
dalam fraksi amorphous, meningkatkan kemampuan terbasahi dan porositas
dari bahan obat (Vasconcelos et al, 2007). Selain itu metode ini juga dapat
meningkatkan laju disolusi dengan mekanisme meminimalkan pertumbuhan
partikel kristal dari bahan obat sehingga ukuran partikel yang dihasilkan
dapat diperkecil, dan kemampuan pembawanya yang digunakan untuk
mendispersikan bahan obat dalam bentuk amorf sehingga dapat
meningkatkan kelarutannya (Costa, et al., 2011). Pada penelitian
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
2
sebelumnya, dispersi padat dari quercetin menggunakan pembawa CMCAB
(Carboxymethylcellulose Acetate Butyrate), HPMCAS (Hypromellose
Acetate Succinate) dan CAAdP (Cellulose Acetate Adipate Propionate)
dengan perbandingan rasio yang berbeda, yakni 1:9, 1:3, 1:1, 3:1 dan 9:1
(b/b) menggunakan pelarut Aseton : Etanol (1:4) menunjukkan adanya
peningkatan laju disolusi dari quercetin (Kaur, 2014).
HPMC (Hypromellose) dapat meningkatkan kelarutan dan laju
disolusi dari bahan obat diazepam, cisapride dan ibuprofen (Howlader,
2012; Zhenping, Wei et al, 2004; Saffoon et al, 2011).
Kelebihan HPMC sebagai pembawa sistem dispersi padat adalah :
tidak higroskopis, sistem penghambatan relatif stabil dan dapat
menghambat terjadinya kristalisasi sehingga membantu terbentuknya
larutan padat. Hal ini akan meningkatkan kelarutan dan disolusi dari bahan
obat melalui ikatan hidrogen antara obat – pembawa (Howlader, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini
dilakukan uji terhadap sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps
terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin dengan perbandingan berat
1:1, 1:2, 1:3 (b/b) dan dibuat dengan metode pelarutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pembentukan sistem dispersi padat quercetin
– HPMC 3 cps terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin ?
2. Bagaimana pengaruh perbedaan jumlah HPMC 3 cps terhadap
kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC
3 cps dengan perbandingan berat 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b) ?
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menentukan pengaruh kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi
padat quercetin – HPMC 3 cps yang dibuat menggunakan metode
pelarutan.
2. Menentukan pengaruh penambahan HPMC 3 cps terhadap
kelarutan dan laju disolusi sistem dispersi padat quercetin – HPMC
3 cps yang dibuat menggunakan metode pelarutan dengan
perbedaan jumlah HPMC 3 cps 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pengembangan formulasi sediaan oral quercetin dengan menerapkan sistem
dispersi padat quercetin menggunakan HPMC 3 cps guna meningkatkan
kelarutan dan laju disolusi quercetin sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan bioavailabilitas quercetin di dalam tubuh.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Quercetin
Quercetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, quercetin
dan glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari flavonoid.
Quercetin memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan tubuh manusia.
Beberapa contohnya adalah antioksidan, antikanker, antiinflamasi,
hepatoprotektor dan menurunkan tekanan darah (Kelly, 2011). Quercetin
juga merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan
tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai pencegahan kanker yang poten
dan menjadi penghambat kuat pada pertumbuhan sel kanker payudara, usus,
paru-paru, dan ovarium (Kakran, 2011).
Gambar 2.1 Struktur Quercetin (The Merck Index, 1983).
Quercetin atau 3,4-dihidroksiflavonol atau dalam IUPAC disebut
2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-trihydroxy-4H-chromen-4-one. Dilihat dari
strukturnya, quercetin termasuk senyawa polifenol yang bersifat polar,
namun dari data kelarutannya quercetin bersifat praktis tidak larut dalam air
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
5
(The Merck Index, 1983; dan Hertog, 1996), larut dalam etanol absolut (The
Merck Index, 1983) dengan titik lebur diatas 300oC (The Merck Index,
1983), merupakan senyawa hidrofob (Painter, 1998; van Dijk, et. al, 2000),
dengan panjang gelombang serapan maksimum 258 & 375 nm (The Merck
Index, 1983) dan termasuk Biopharmaceutical Classification System (BCS)
kelas 2 (Kakran, 2011).
Pada penelitian sebelumnya, dispersi padat dari quercetin
menggunakan polimer CMCAB, HPMCAS dan CAAdP dengan
perbandingan jumlah yang berbeda, yakni 1:9, 1:3, 1:1, 3:1 dan 9:1 (b/b)
menggunakan pelarut Aseton : Etanol (1:4) menunjukkan adanya
peningkatan disolusi dari quercetin (Li et al, 2012).
2.2 Dispersi Padat
Dispersi padat merupakan suatu dispersi dari satu atau lebih bahan
aktif dalam pembawa atau matriks yang inert pada keadaan padat, yang
dibuat dengan metode peleburan, pelarutan atau kombinasi peleburan &
pelarutan. Dispersi padat pertama kali didemonstrasikan oleh Sekiguci &
Obi pada tahun 1961 dengan metode campuran eutektik. Mereka meneliti
adanya perubahan ukuran partikel menjadi lebih kecil, peningkatan laju
disolusi dan absorpsi dari sulfathiazole yang merupakan bahan obat sukar
larut dalam air, dengan menggunakan urea sebagai matriks dan pembawa
yang mudah larut dan inert (Chiou & Riegelman, 1971).
Generasi ketiga dari dispersi padat dapat memperbaiki
kestabilannya dan meningkatkan kelarutan obat – polimer, fraksi
amorphous, kemampuan terbasahinya partikel dan porositas dari partikel
(Vasconcelos et al, 2007). Metode ini sudah banyak digunakan untuk
memperbaiki kelarutan dan laju disolusi dari beberapa bahan obat
diantaranya : parasetamol, irbesartan, nifedipin, atorvastatin, domperidon
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
6
dan quercetin (Mogal et al, 2012; Chowdary et al, 2012; Lalitha &
Lakshmi, 2011; Lakshmi et al, 2010; Aparna, 2011; dan Antonini et al,
2011).
2.2.1 Metode Pembuatan
Ada 3 macam metode pembuatan berdasarkan sistem pembuatan
dispersi padat, yakni metode peleburan, pelarutan atau kombinasi peleburan
& pelarutan (Chiou & Riegelman, 1971) :
a. Metode Peleburan (Melting Method)
Campuran fisik dari obat dan pembawa larut air
dipanaskan secara langsung hingga meleleh. Campuran yang telah
meleleh kemudian didinginkan & dipadatkan secara cepat pada
penangas es sambil diaduk. Massa yang terbentuk kemudian
dihancurkan, dihaluskan dan diayak. Untuk mempercepat
pemadatan, lelehan yang homogen dituangkan diatas plat stainless
steel & didinginkan dengan udara atau air yang mengalir pada sisi
yang berlawanan. Selama proses pemadatan, molekul yang terlarut
akan ditangkap oleh matriks dari pelarut. Keuntungan metode
pelelehan langsung ini adalah sederhana & ekonomis, karena tidak
memerlukan pelarut dan dapat dilakukan secara cepat. Sedangkan
kerugian dari metode ini adalah beberapa bahan seperti obat atau
pembawa, dapat mengalami dekomposisi atau menguap selama
proses pelelehan pada suhu tinggi.
b. Metode Pelarutan (Solvent Method)
Campuran fisik dari obat dan pembawa larut air
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, dilanjutkan dengan
penguapan pelarut. Pelarut yang digunakan ini haruslah yang dapat
melarutkan kedua bahan. Keuntungan metode ini adalah terjadinya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
7
dekomposisi dari bahan obat atau pembawa yang diakibatkan
pemanasan dapat dicegah karena suhu yang digunakan untuk
menguapkan pelarut yang digunakan lebih rendah dari suhu
terdekomposisinya bahan obat atau pembawa. Kelemahan metode
ini adalah biaya yang besar untuk pelarut yang digunakan,
kesulitan dalam menghilangkan pelarutan secara sempurna,
kemungkinan adanya efek samping dari pelarut yang dapat
berpengaruh pada kestabilan kimia dari bahan obat dan pemilihan
pelarut yang sesuai.
c. Metode Peleburan – Pelarutan (Melting – Solvent Method)
Bahan obat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
kemudian dicampurkan secara langsung kedalam pembawa yang
sudah dilelehkan. Metode ini terbatas untuk bahan obat yang
memiliki dosis terapetik rendah, yakni dibawah 50 mg.
Keuntungan dari metode ini adalah gabungan dari kedua metode
sebelumnya, yaitu dekomposisi dari bahan obat atau pembawa
yang diakibatkan pemanasan dapat dicegah, selain itu pelarut yang
digunakan lebih sedikit sehingga lebih mudah dihilangkan dan
biaya yang dibutuhkan pun lebih rendah. Sedangkan kerugiannya
adalah kemungkinan adanya kesulitan dalam pencampuran larutan
bahan obat dengan lelehan pembawa.
2.2.2 Klasifikasi Dispersi Padat
Sistem dispersi padat diklasifikasikan berdasarkan interaksi bahan
obat dan pembawa sebagai berikut (Chiou & Riegelman, 1971) :
a. Campuran Eutektik Sederhana
Dibuat dengan cara pembekuan secara cepat dari
komponen yang menunjukkan campuran sempurna dalam keadaan
cair dan mengabaikan kelarutan padat – padat.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
8
b. Larutan Padat (Solid Solution) :
Dibuat dengan cara melarutkan solut padat dalam pelarut
padat yang bisa juga disebut dengan campuran kristal, hal ini
disebabkan larutan tersebut terdiri atas dua komponen yang
mengkristal bersama dalam suatu sistem homogen.
i. Larutan Padat Kontinyu
Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular
dalam matriks dan dapat larut dalam berbagai komponen
ii. Larutan Padat Terputus
Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular
dalam matriks namun terbentuk dua fase walaupun molekul
obat terdispersi secara molekular.
iii. Larutan Padat Subtitusi
Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular
dalam matriks. Diameter molekul obat (terlarut) < 15%
diameter matriks (pelarut). Dalam hal ini, obat dan matriks
merupakan subtitusi, dapat berlanjut atau terputus. Walaupun
demikian, bila dua fase terputus, obat tetap terdispersi dalam
bentuk molekular.
iv. Larutan Padat Interstitial
Matriks dalam bentuk kristalin, obat terdispersi molekular
dalam matriks. Diameter molekul (terlarut) < 59% diameter
matriks (pelarut). Biasanya kelarutan terbatas dan terputus.
c. Larutan Gelas & Suspensi Gelas (Glass Solution & Glass
Suspension)
Larutan Glassy (bersifat gelas) adalah suatu sistem
homogen yang menyerupai gelas, transparan dan bahan obat
terlarut dalam pembawa yang bersifat gelas. Suspensi Glassy
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
9
adalah campuran yang diperoleh dari partikel yang mengendap,
kemudian disuspensikan ke dalam pelarut yang bersifat gelas.
d. Endapan Amorf dalam Pembawa Kristalin
Suatu campuran eutektik sederhana yang diperoleh dari
bahan obat dan pembawa yang mengkristal secara simultan. Dibuat
dengan metode peleburan dan pelarutan. Bahan obat dalam bentuk
amorf berada dalam pembawa kristalin.
e. Kombinasi dari Metode Diatas
Pengelolaan profil obat menggunakan dispersi padat
dilakukan dengan memanipulasi pembawa dan sifat dari partikel
dispersi padat. Parameter seperti berat molekul dan komposisi
pembawa, kristal bahan obat, porositas dan kemampuan
terbasahinya suatu partikel akan menghasilkan bioavailabilitas
yang baik apabila berhasil dikontrol (Vasconcelos et al, 2007).
Pemilihan pembawa memberikan pengaruh yang sangat besar pada
karakteristik disolusi. Pembawa yang larut air menghasilkan
pelepasan obat yang cepat dari matriks dan pembawa yang sukar
larut atau tidak larut pelepasan obat dari matriknya lambat (Chiou
& Riegelman, 1971).
2.2.3 Karakterisasi Dispersi Padat
Menurut Chiou dan Riegelman (1971), ada beberapa metode
karakterisasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pembentukan
dispersi padat, antara lain :
a. Spektrum inframerah
Digunakan untuk menganalisis gugus fungsi yang
terbentuk akibat terjadinya kompleks. Pada umumnya gaya yang
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
10
terbentuk disebabkan oleh terjadinya ikatan hidrogen antara gugus
yang mengandung oksigen.
b. Difraksi Sinar X
Metode ini merupakan metode yang sangat penting dan
paling efisien dalam mempelajari pembentukan campuran fisik dan
dispersi padat. Zat dalam keadaan murni biasanya memberikan
puncak – puncak yang tajam pada pola difraksi sinar X .
c. Analisis Termal
Analisis ini menggunakan Differential Scanning
Calorimetry (DSC). Analisis termal merupakan cara analisis yang
digunakan untuk mengetahui interaksi fisikokimia dari dua atau
lebih sistem komponen.
d. Analisis Termodinamika
Analisis ini dilakukan dengan metode pelarutan.
Kompleks yang terjadi dapat diukur dengan tetapan stabilitas
kompleks (k). selanjutnya setelah stabilitas kompleks diperoleh,
ditentukan parameter termodinamikanya yang meliputi beda energi
bebas (∆F), beda entalpi (∆H), dan beda entropi (∆S).
e. Metode Laju Disolusi
Metode ini dapat digunakan untuk mengamati kecepatan
disolusi yang proporsional pada daerah permukaan, membedakan
kecepatan disolusi antara campuran fisik dan larutan fisik dan
larutan padat serta membedakan bentuk polimorfi yang sama dari
suatu obat pada campuran fisik dengan kopresipitat hasil
pembentukan dispersi padat.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
11
2.3 Hypromellose (HPMC)
Hydroxypropyl Methylcellulose merupakan suatu polimer glukosa
yang tersubstitusi dengan hidroksipropil dan metil pada gugus hidroksinya.
HPMC memiliki nama lain diantaranya : Benecel MHPC, E464,
hydroxypropyl methylcellulose, Hypromellose, Hypromellosum, Methocel,
methylcellulose propylene glycol ether, methyl hydroxypropylcellulose,
Metolose, MHPC, Pharmacoat, Tylopur, Tylose MO.
Gambar 2.2 Struktur HPMC (Howlader, 2012).
Dalam Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition,
HPMC dinyatakan memiliki bentuk serbuk granul atau serat berwarna putih
tak berbau dan tak berasa. Serbuk Hypromellose adalah bahan yang stabil,
meskipun bersifat higroskopis setelah pengeringan. Dalam larutan, HPMC
stabil pada pH 3-11. HPMC mengalami transformasi sol-gel yang reversibel
pada baik saat dilakukan pemanasan maupun pendinginan. Suhu terjadinya
fenomena gelasi adalah 50 – 90o C, tergantung pada kualitas dan
konsentrasi bahan. Apabila digunakan dibawah dari suhu gelasi, maka
viskositas dari larutan HPMC akan menurun apabila terjadi kenaikan suhu.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
12
Sedangkan apabila di atas suhu gelasi, viskositas dari larutan HPMC akan
meningkat seiring kenaikan suhu. Larutan HPMC dalam pelarut air juga
dapat disterilkan dengan menggunakan autoklaf, apabila terjadi
penggumpalan, sediaan dikocok terlebih dahulu hingga terdispersi kembali.
Serbuk HPMC harus disimpan di tempat yang terturup rapat, sejuk dan
kering.
Keuntungan dari HPMC sebagai pembawa adalah : menghambat
terjadinya kristalisasi, sehingga membantu terbentuknya larutan padat. Hal
ini akan meningkatkan kelarutan dan disolusi dari bahan obat melalui ikatan
hidrogen antara obat – pembawa (Howlader, 2012).
2.4 Kelarutan
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) dalam keadaan jenuh.
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat -
zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran (Darmaji, 2005).
Proses kelarutan terdiri dari beberapa tahap, yakni menyangkut
pemindahan satu molekul dari fase terlarut pada temperatur tertentu. Kerja
yang dilakukan dalam memindahkan satu molekul dari zat terlarut sehingga
dapat lewat ke wujud uap memerlukan pemecahan ikatan antara molekul-
molekul yang berdekatan. Tetapi apabila molekul melepaskan diri dari fase
terlarut, lubang yang ditinggalkannya tertutup, dan setengah dari energi
yang diterima kembali. Penerimaan energi potensial atau kerja ini dapat
disebut proses netto. Tahap kedua menyangkut pembentukan lubang dalam
pelarut yang cukup besar untuk menerima molekul zat terlarut. Kerja yang
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
13
dibutuhkan pada tahap ini, menunjukkan energi interaksi antara molekul –
molekul pelarut. Molekul zat terlarut akhirnya ditempatkan dalam lubang
dalam pelarut, dan perambahan kerja atau penurunan energi potensial. Hal
ini menunjukkan adanya energi interaksi zat terlarut dengan pelarut. Lubang
dalam pelarut yang terbentuk sekarang tertutup, dan penurunan tambahan
dalam energi, terjadi menyangkut kerja proses netto. (Martin, 2008).
Kelarutan dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel dan luas area yang
dapat ditunjukan dalam rumus dibawah ini :
...............................................................(1)
Dimana S adalah kelarutan dari partikel kecil; S0 adalah kelarutan
dari partikel besar; γ adalah tegangan permukaan; V adalah volume dalam
molar; R adalah konstanta gas; T adalah suhu absolut; dan r adalah diameter
ukuran partikel kecil (Ansel, 2005). Berdasar persamaan tersebut dapat
diketahui bahwa kelarutan berbanding terbalik dengan ukuran partikel.
Sehingga ukuran partikel semakin kecil akan memperbesar kelarutan
(Ansel, 2005).
Selain persamaan diatas, Ostwald – Freundlich mengemukakan
persamaan lain yang menunjukkan hubungan antara ukuran partikel dengan
kelarutan, yakni :
*
+ (
) (
) (
) ............................(2)
Dimana σ adalah energi interfasial antara padatan dan larutan, M
adalah berat molekul, R adalah konstanta gas, T adalah temperatur absolut,
r1 adalah ukuran partikel besar, r2 adalah ukuran partikel kecil dan adalah
densitas (Shchekin & Rusanov, 2008).
Titik didih dari larutan dan titik lebur dari padatan juga
mencerminkan kekuatan interaksi antar molekul. Semakin tinggi titik didih
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
14
dan titik lebur dari suatu senyawa, maka kelarutan dalam air akan semakin
rendah (Attwood & Florence, 1998).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah
(Martin, 2008) : pH, temperatur, jenis pelarut bentuk dan ukuran partikel,
konstanta dielektrik pelarut, adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan
pembentuk kompleks ion sejenis dan lain – lain
Kelarutan obat biasanya ditentukan melalui metode kesetimbangan
kelarutan, yaitu dengan cara sejumlah obat dimasukan kedalam pelarut dan
dikocok pada suhu yang konstan sampai memperoleh kesetimbangan.
Analisis dilakukan pada larutan untuk menentukan kelarutannya (Ansel,
2005).
Pada sistem dispersi padat diazepam – HPMC menunjukkan bahwa
kelarutan diazepam meningkat dalam sistem dispersi padat karena
terdispersi dengan baik dan menunjukan perubahan bentuk kristal menjadi
amorf dalam matriks (Howlader, 2012).
Tabel II.1 Istilah Kelarutan (Farmakope V, 2014)
Istilah Kelarutan
Jumlah Bagian Pelarut yang
Diperlukan untuk
Melarutkan 1 Bagian Zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
15
2.5 Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai proses suatu zat padat masuk
kedalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi
adalah proses zat padat melarut. Proses ini dikendalikan oleh afinitas antara
zat padat dan pelarut (Syukri, 2002).
Disolusi merupakan salah satu kontrol kualitas yang dapat
digunakan untuk memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus
dapat sebagai pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalen
(bioequivalence). Hubungan kecepatan disolusi in vitro dan
bioavailabilitasnya dirumuskan dalam bentuk IVIVC (in vitro – in vivo
corelation). Kinetika uji disolusi in vitro memberi informasi yang sangat
penting untuk memprediksi bioavailabilitas obat dan efek terapeutiknya
secara in vivo (Sulaiman, 2007).
Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral dipengaruhi oleh
proses absorpsi dan kadar obat dalam darah ini menentukan efek
sistemiknya. Obat dalam bentuk sediaan padat mengalami berbagai tahap
pelepasan dari bentuk sediaan sebelum diabsorpsi. Tahapan tersebut
meliputi disintegrasi, deagregasi dan disolusi. Kecepatan obat mencapai
sistem sirkulasi dalam proses disintegrasi, disolusi dan absorpsi, ditentukan
oleh tahap yang paling lambat dari rangkaian di atas yang disebut dengan
rate limiting step . Efektivitas dari suatu tablet dalam melepas obatnya
untuk absorpsi sistemik bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk
sediaan dan deagregasi dari granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya
lebih penting adalah laju disolusi dari obat padat tersebut. Seringkali
disolusi merupakan tahapan yang membatasi atau tahap yang mengontrol
laju bioabsorpsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah, karena
tahapan ini seringkali merupakan tahapan yang paling lambat dari berbagai
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
16
tahapan yang ada dalam pelepasan obat dari bentuk sediaannya dan
perjalanannya ke dalam sirkulasi sistemik (Martin, 2008).
Untuk mengamati kemaknaan laju disolusi dari obat-obat yang
sangat tidak larut dalam air mungkin perlu menggunakan suatu wadah yang
berkapasitas sangat besar. Pertimbangan yang kedua adalah jumlah
pengadukan dan sifat pengaduk. Kecepatan pengadukan harus dikendalikan
dan spesifikasi yang membedakan antar produk obat. Suhu media disolusi
juga harus dikedalikan dan variasi suhu harus dihindarkan. Sebagaian besar
uji disolusi dilakukan pada suhu 37oC (Shargel et al., 2005).
Dalam penentuan kecepatan disolusi dari bentuk sediaan padat
terlibat berbagai macam proses disolusi yang melibatkan zat murni.
Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan
penetrasi media disolusi kedalam sediaan, proses pengembangan, proses
disintegrasi dan deagragasi sediaan merupakan faktor yang mempengaruhi
karakteristik disolusi obat sediaan (Syukri, 2002).
Persyaratan uji disolusi pertama kali dicantumkan dalam NF XIII
(1970) dan USP XVIII (1970) . Persyaratan yang dimaksud disini bukan
hanya persyaratan untuk jumlah obat yang terlarut dalam waktu yang
ditentukan saja, tetapi juga termasuk prosedur pengujian, medium disolusi
dan peralatan serta persyaratan pengujiannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses disolusi, diantaranya kecepatan pengadukan,
temperatur pengujian, viskositas, pH, komposisi medium disolusi, dan ada
atau tidaknya bahan pembasah (wetting agent) (Sulaiman, 2007).
Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju
disolusinya seringkali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu
merupakan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat,
sedangkan obat yang mempunyai kelarutan besar dalam air, laju disolusinya
cepat (Shargel et al., 2005).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
17
Proses disolusi merupakan langkah penentu dari proses absorbsi,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi akan
mempengaruhi kecepatan absorbsi bahan obatnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi tersebut
adalah :
a. Sifat – Sifat Fisika Kimia
Sifat-sifat fisika kimia yang mempengaruhi laju disolusi
meliputi : kelarutan, bentuk kristal, solvasi, hidrasi,
kompleksasi serta ukuran partikel (Shargel et al., 2005)
b. Formulasi sediaan
Berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan
pengolahan (processing). Pengaruh bentuk sediaan pada laju
disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan zat aktif yang
terkandung di dalamnya (Shargel et al., 2005).
c. Alat Uji Disolusi & Parameter Disolusi
Dapat meliputi : wadah, suhu, media pelarutan dan alat
disolusi yang digunakan, dan faktor-faktor lain seperti bentuk
sediaan, lama penyimpanan dan kondisi penyimpanan produk
(Shargel et al., 2005).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
18
Laju disolusi memberikan informasi tentang profil proses melarut
per satuan waktu. Hukum yang mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes
dan Whitney sejak tahun 1897 dan diformulasikan secara matematik
sebagai berikut :
dC = k1 A (Cs-Ct) ...................................................................................... (3) dt
Keterangan :
dC = laju disolusi (perubahan konsentrasi per satuan waktu) dt
Cs = kelarutan (konsentrasi jenuh bahan dalam pelarut)
Ct = konsentrasi bahan dalam larutan pada waktu t
k = konstanta yang mempertimbangkan koefisien difusi, volume
larutan jenuh dan tebal lapisan difusi (tetapan disolusi)
A = luas permukaan
Dari persamaan tersebut dapat diketahui faktor – faktor yang
mempengaruhi laju disolusi, yaitu :
a. Luas Permukaan (A) dipengaruhi oleh ukuran partikel,
dispersi serbuk padat dalam medium disolusi, penyerapan dari
partikel padat.
b. Kelarutan dalam medium disolusi (Cs) dari zat padat
dipengaruhi oleh suhu, sifat dari medium disolusi, struktur
kimia dari zat terlarut, bentuk kristal dari zat padat, kandungan
bahan lain.
c. Konsentrasi solut dalam larutan pada waktu t (C) dipengaruhi
oleh volume medium disolusi, proses perpindahan solut dari
medium disolusi.
d. Konstanta laju disolusi (K) dipengaruhi oleh ketebalan
membran yang mengelilingi zat padat pada saat disolusi,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
19
koefisien difusi dari solut dalam medium disolusi (Aulton,
2002)
Laju disolusi maksimum dapat diperkirakan apabila C = 0 (nol).
Jika C < 15% dari kelarutan jenuh Cs, maka pengaruh C dapat diabaikan,
kondisi ini dapat disebut kondisi sink. Hal ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan volume media disolusi yang besar atau dengan penambahan
larutan setelah setiap pengambilan secara kuantitatif pada waktu – waktu
yang telah ditetapkan. Dengan mempertahankan volume pelarut yang besar
(paling sedikit 3 kali konsentrasi jenuh), kondisi sink kurang lebih tercapai.
Dikarenakan uji disolusi untuk quercetin tidak terdapat dalam farmakope,
maka prosedur uji disolusi pada penelitian ini menggunakan prosedur
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kakran et al (2012) yaitu
menggunakan media disolusi air sebanyak 900 mL pada suhu 37 ± 0,5oC,
menggunakan pengaduk tipe I (keranjang) dengan kecepatan 100 rpm.
Penggunaan volume media sebanyak 900mL tersebut dikarenakan pada
jumlah tersebut sudah memenuhi kondisi sink.
Efisiensi disolusi (ED) didefinisikan sebagai luas daerah di bawah
kurva disolusi sampai batas waktu tertentu. ED dinyatakan sebagai
persentase terhadap luas segiempat yang digambarkan oleh disolusi 100%
pada batas waktu yang sama (Khan & Rhodes, 1975). Setelah diperoleh
profil disolusi, maka efisiensi disolusi dapat dihitung dengan rumus:
ED (%) = luas daerah dibawah kurva X 100% ........................................ (4)
luas segiempat
Pada penggunaan metode dispersi padat, hal-hal yang harus
diperhatikan yakni metode preparasi, reproduksibilitas sifat fisikokimia obat
dan matriks, scale up pada proses pembuatan, dan stabilitas fisika kimia
obat dan matriks. Hal ini dikarenakan bisa terjadi pemisahan fase dengan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
20
cara pertumbuhan kristal atau perubahan produk pada saat penyimpanan
sehingga dapat menurunkan kelarutan dan laju disolusinya (Vibha et al.,
2012).
Pada sistem dispersi padat pada bahan obat diazepam, cisapride dan
ibuprofen menunjukan bahwa laju disolusinya meningkat, hal ini
dikarenakan efek kelarutan HPMC menghasilkan sistem penghambatan
yang relatif stabil dan dapat menghambat terjadinya kristalisasi, sehingga
membantu terbentuknya larutan padat (Howlader, 2012; Zhenping, Wei et
al, 2004 dan Saffoon et al, 2011).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
Quercetin merupakan senyawa polifenol yang memiliki sifat
hidrofob dan dikategorikan dalam BCS kelas 2. Untuk itu, perlu dilakukan
usaha peningkatan kelarutan dan disolusi dari quercetin (Painter, 1998; Van
Dijk et al, 2000 dan Kakran, 2011).
Peningkatan kelarutan dan laju disolusi dapat dilakukan dengan
pembentukan sistem dispersi padat. Dengan terbentuknya sistem ini,
diharapkan dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari quercetin
dengan mekanisme meminimalkan pertumbuhan partikel kristal dari bahan
obat sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat diperkecil, selain itu
kemampuan pembawa yang digunakan untuk mendispersikan bahan obat
dalam bentuk amorf dapat meningkatkan kelarutannya (Vasconcelos et al,
2007).
Pemilihan pembawa memberikan pengaruh yang sangat besar pada
karakteristik disolusi. Pembawa yang larut air menghasilkan pelepasan obat
yang cepat dari matriks (Chiou & Riegelman, 1971). Pada penelitian ini
digunakan HPMC 3 cps yang merupakan polimer mudah larut air sebagai
pembawa, selain itu polimer ini juga dapat meningkatkan efek solubilisasi
dan menurunkan tegangan permukaan. Dengan menggunakan HPMC 3 cps,
bahan obat akan terperangkap di dalamnya sehingga meningkatkan
pembasahan dari bahan obat, selain itu pembawa ini juga dapat menurunkan
tegangan permukaan antara bahan obat dan media disolusi (Howlader,
2012).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
22
3.2 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Bagan kerangka konseptual.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
23
3.3 Hipotesis Penelitian
1. Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps berpengaruh
terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin.
2. Penambahan HPMC 3 cps sebagai pembawa dalam sistem dispersi
padat quercetin – HPMC 3 cps dengan perbandingan jumlah 1:1,
1:2 dan 1:3 (b/b) dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi
quercetin dibandingkan dengan quercetin murni.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian
Quercetin hidrat (Tokyo Chemical Industry Co., Ltd., Japan, Lot :
83N2O), HPMC 3cps (Shin – Etsu, Japan), etanol p.a (E Merck, Germany)
dan air demineralisata.
4.2 Alat-alat Penelitian
Alat Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnetik
stirrer (Thermolyne Cimarec® 3), spektrofotometer UV – Vis (Cary 50
Conc), spektrofotometer IR (Jasco FT/IR – 5300), Differential Thermal
Analysis (Erweka), bejana kelarutan, alat uji disolusi (Erweka DT 700),
timbangan analitik (Mettler Toledo AL 204), pengayak Mesh no.50 & 80
(Restch Type ASTM) dan alat gelas yang umum digunakan dalam
penelitian.
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan penelitian eksperimen
laboratorium tentang uji kelarutan dan laju disolusi quercetin pada
kelompok perlakuan dalam media dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05).
Pembagian kelompok perlakuan ditunjukkan pada tabel IV.1. Terdapat
dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terkontrol dan variabel
tergantung. Untuk variabel terkontrolnya adalah adalah penambahan
HPMC 3 cps dalam perbandingan jumlah yang berbeda pada dispersi
padat quercetin – HPMC 3 cps, sedangkan untuk variabel
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
25
tergantungnya adalah kelarutan dan laju disolusi quercetin dalam
masing – masing kelompok perlakuan.
Tabel IV.1 Pembagian Kelompok Perlakuan Quercetin
Bahan
Tanpa
Perlakuan Dengan Perlakuan
Quercetin Murni
(QC)
Campuran Fisik
(CF)
Dispersi Padat
(DP)
I II III I II III
Quercetin 1 1 1 1 1 1 1
HPMC 3cps - 1 2 3 1 2 3
Keterangan :
QC : Quercetin Murni (1)
CF I : Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps (1 : 1)
CF II : Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps (1 : 2)
CF III : Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps (1 : 3)
DP I : Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3cps (1 : 1) DP II : Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3cps (1 : 2)
DP III : Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3cps (1 : 3)
Dari masing – masing kelompok perlakuan yaitu dispersi padat,
campuran fisik dan quercetin murni ditambahkan dalam 40 mL dapar sitrat -
NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada bejana kelarutan. Kemudian diaduk
menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu pada suhu 30 ±
0,5 oC. Diambil cuplikan larutan pada waktu yang telah ditentukan,
kemudian didiamkan selama 5 menit, disaring dan diukur absorbannya
dengan spektrometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum
quercetin. Untuk uji disolusi, campuran fisik dan quercetin murni
dimasukkan ke dalam bejana disolusi. Kemudian masing – masing
perlakuan dilakukan uji disolusi sebanyak tiga kali dalam media disolusi
dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 37 ± 0,5oC sebanyak 900
mL, menggunakan pengaduk tipe I (basket) dengan kecepatan 100 rpm.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
26
Untuk membandingkan laju disolusi quercetin antar kelompok perlakuan,
maka dibuat profil disolusi quercetin kemudian ditentukan harga efisiensi
disolusi (ED30). Bagan mengenai rancangan penelitian dapat dilihat pada
gambar 4.1.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
27
4.3.2 Kerangka Penelitian
Gambar 4.1 Bagan perencanaan penelitian
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
28
4.3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian
4.3.3.1 Pemeriksaan Quercetin
a. Analisis Spektrofotometri Inframerah
Spektrum inframerah quercetin dibuat dengan metode
cakram KBr. Sebanyak 2 mg quercetin dalam KBr digerus
sampai homogen dalam mortir, kemudian dimasukkan ke
dalam pengering hampa udara, selanjutnya dicetak dengan
penekan hidrolik sampai diperoleh cakram yang transparan.
Cakram yang terbentuk dimasukkan dalam kuvet dan dialiri
sinar inframerah, kemudian diamati spektrumnya. Hasil
pemeriksaan dibandingkan dengan spektrum inframerah
quercetin standar.
b. Analisis Termal dengan DTA (Differential Thermal Analysis)
Pemeriksaan titik lebur quercetin dengan menggunakan
DTA, yaitu dengan menimbang quercetin 3 – 5 mg dalam krus
aluminium. Selanjutnya krus aluminium dimasukkan ke dalam
alat DTA yang diatur dengan kecepatan pemanasan
10oC/menit dan pengamatan dilakukan pada rentang suhu 200
- 350oC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk membandingkan
titik lebur quercetin sesuai dengan pustaka yaitu sebesar
314oC.
4.3.3.2 Pemeriksaan HPMC 3 cps a. Analisis Spektrofotometri Inframerah
Spektrum Inframerah HPMC 3cps dibuat dengan metode
pellet KBr seperti pada prosedur 4.3.3.1
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
29
b. Analisis Termal dengan DTA (Differential Thermal Analysis)
Pemeriksaan titik lebur HPMC 3cps menggunakan DTA
seperti pada prosedur 4.3.3.1 dilakukan pada rentang suhu 100
- 200oC untuk membandingkan titik lebur HPMC 3 cps
dengan pustaka yaitu 160oC.
4.3.4 Pembuatan Kurva Baku Quercetin
4.3.4.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin
Larutan baku induk quercetin dibuat dengan
kadar 400 µg/mL. Larutan baku tersebut dibuat dengan
menimbang teliti sebanyak 20,0 mg quercetin dan
dilarutkan etanol p.a. Kemudian larutan tersebut
ditambahkan etanol p.a dalam labu ukur 50,0 mL sampai
tepat tanda.
4.3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin
Larutan baku kerja quercetin dibuat dengan konsentrasi
0,4; 4; 8; 16; 20 dan 24 µg/mL dengan cara berikut :
a. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk,
dimasukkan ke dalam labu ukur 500,0 mL kemudian
ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 0,4
µg/mL.
b. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL kemudian
ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 4
µg/mL.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
30
c. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk,
dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 mL kemudian
ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 8
µg/mL.
d. Dipipet sebanyak 1,0 mL larutan baku induk,
dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 mL kemudian
ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 16
µg/mL.
e. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk,
dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL kemudian
ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 20
µg/mL.
f. Dipipet sebanyak 3,0 mL larutan baku induk,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL kemudian
ditambahkan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
sampai tepat tanda sehingga diperoleh konsentrasi 24
µg/mL.
4.3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
Panjang gelombang maksimum quercetin
ditentukan dengan menggunakan larutan baku kerja
quercetin kadar 8 dan 16 µg/mL. Larutan baku tersebut
diamati absorbannya dengan spektrofotometer UV – Vis
pada panjang gelombang 200 – 500 nm. Panjang
gelombang maksimum yang ditentukan merupakan
panjang gelombang yang memberikan absorban terbesar.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
31
Panjang gelombang maksimum teoritis dari quercetin :
258 dan 375 nm.
4.3.4.4 Pembuatan Kurva Regresi Quercetin
Larutan baku quercetin yang telah dibuat diamati
absorbannya pada panjang gelombang maksimum
quercetin, kemudian dibuat kurva absorban terhadap
kadar larutan baku quercetin. Selanjutnya akan diperoleh
suatu persamaan kurva baku dari hasil regresi linier kurva
tersebut.
4.3.4.5 Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3 cps Terhadap
Pemeriksaan Kadar Quercetin
Dibuat larutan HPMC 3cps dalam air suling
dengan kadar 200 µg/mL. Larutan HPMC dipipet 1,0 mL
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 mL.
Kemudian ditambahkan 1,0 mL larutan baku induk
quercetin 200 µg/mL, kemudian campur larutan tersebut
dan diencerkan dengan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ±
0,05) sampai 25,0 mL sehingga didapatkan larutan
campuran quercetin dan HPMC 3 cps dengan
perbandingan 1:1. Kemudian larutan tersebut diamati
absorbannya menggunakan spektrofotometer UV – Vis
pada panjang gelombang maksimal. Spektrum yang
dihasilkan dibandingkan dengan spektrum larutan baku
kerja quercetin kadar 8 µg/mL.
4.3.5 Pembuatan Campuran Fisik Quercetin – HPMC 3cps
Campuran fisik quercetin – HPMC 3cps dibuat
dengan terlebih dahulu mengayak masing – masing bahan
(quercetin maupun HPMC 3cps) dengan pengayak mesh
no. 50. Timbang teliti quercetin dan HPMC 3cps sesuai
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
32
dengan perbandingan 1:1, 1:2 dan 1:3 (b/b) seperti yang
direncanakan pada tabel IV.1. Setelah itu, tambahkan
quercetin pada HMPC 3cps dan campur hingga homogen.
4.3.6 Pembuatan Dispersi Padat Quercetin – HPMC 3 cps
Pembuatan dispersi padat dilakukan dengan
metode pelarutan, yaitu dengan menimbang teliti
sejumlah bahan setara dengan perbandingan 1:1, 1:2 dan
1:3 (b/b) yang direncanakan pada tabel IV.1. HPMC 3 cps
dilarutkan dengan menggunakan air suling sedangkan
quercetin dilarutkan dengan etanol p.a. Kemudian ke
dalam larutan HPMC 3cps tersebut ditambahkan larutan
quercetin sedikit demi sedikit. Campuran quercetin –
HPMC 3 cps tersebut kemudian diaduk dengan
menggunakan magnetik stirrer hingga terbentuk sistem
dispersi padat. Setelah itu dispersi padat quercetin –
HPMC 3cps diuapkan pelarutnya hingga kering. Massa
digerus dalam mortir agat, kemudian diayak dengan
ayakan mesh no. 50.
4.3.7 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin
Pada masing – masing kelompok campuran fisik
dan dispersi padat, diambil sejumlah sampel setara 20 mg
quercetin dan dilarutkan dengan etanol p.a sampai 10,0
mL. Larutan tersebut dipipet 1,0 mL dan diencerkan
dengan dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sampai 25,0
mL. Absorban sampel diamati dengan spektrofotometer
UV – Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin
dan dihitung % perolehan kembali kadar quercetin.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
33
4.3.8 Pengujian Kelarutan Quercetin
4.3.8.1 Pengamatan Waktu Kelarutan Jenuh Quercetin
Untuk menentukan waktu tercapainya larutan
jenuh quercetin dalam media dapar sitrat - NaOH (pH 5,0
± 0,05) dilakukan prosedur sebagai berikut :
Ditimbang sejumlah 20 mg quercetin dan
ditambahkan dalam 40 mL dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ±
0,05) pada bejana kelarutan. Kemudian diaduk
menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu
pada suhu 30 ± 0,5 oC. Diambil cuplikan larutan pada 30,
60, 120, 180, 240, 300, 360 dan 420 menit, kemudian
didiamkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring
millipore 0,45µm dan diukur absorban dengan
spektrometer UV – Vis pada panjang gelombang
maksimum quercetin.
4.3.8.2 Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin
Untuk menentukan tercapainya kelarutan
dispersi padat quercetin – HPMC 3 cps dalam air,
dilakukan prosedur sebagai berikut :
Ditimbang sampel setara 20 mg quercetin
kemudian ditambahkan dalam 40 mL dapar sitrat - NaOH
(pH 5,0 ± 0,05) pada bejana kelarutan. Kemudian diaduk
menggunakan magnetik stirrer dengan kecepatan tertentu
pada suhu 30 ± 0,5 oC. Diambil cuplikan larutan pada
waktu yang sudah ditentukan sesuai dengan waktu
kelarutan jenuh quercetin, didiamkan selama 5 menit,
disaring dengan kertas saring millipore 0,45µm dan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
34
diukur absorban dengan spektrometer UV – Vis pada
panjang gelombang maksimum quercetin.
4.3.9 Uji Disolusi Quercetin
Preparasi uji disolusi dilakukan dengan cara
menimbang sampel 20 mg serbuk quercetin, serta
campuran fisik dan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps
yang setara dengan 20 mg quercetin. Masing – masing
sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam bejana
disolusi.
Uji disolusi dilakukan terhadap 20 mg serbuk
quercetin murni, campuran fisik dan dispersi padat
quercetin – HPMC 3 cps yang setara dengan 20 mg
quercetin. Alat uji disolusi yang digunakan adalah
pengaduk bentuk basket (tipe I, keranjang) dengan
kecepatan 100 rpm serta dilakukan replikasi sebanyak tiga
kali. Media disolusi yang digunakan adalah dapar sitrat -
NaOH (pH 5,0 ± 0,05) sebanyak 900 mL. Prosedur uji
disolusinya adalah sebagai berikut :
Bejana disolusi diisi dengan sebanyak 900 mL
dapar sitrat - NaOH (pH 5,0 ± 0,05; diuji dengan
pHmeter) dan termostat diatur pada suhu 37 ± 0,5oC.
Setelah suhu media disolusi mencapai 37 ± 0,5oC, sampel
yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana
disolusi dan pengaduk diputar dengan kecepatan 100 rpm.
Cuplikan sampel diambil sebanyak 5,0 mL setiap interval
waktu 5, 10, 15, 30, 45, 60 menit, kemudian disaring
menggunakan kertas saring milipore 0,45 µm. Pada setiap
pengambilan cuplikan sampel dilakukan penggantian
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
35
media disolusi air suling sejumlah 5,0 mL. Setelah itu,
masing – masing cuplikan sampel diamati absorbannya
pada spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang
maksimum quercetin. Kadar quercetin yang terlarut tiap
interval waktu dapat diperoleh dengan memasukkan harga
absorban sampel ke persamaan kurva baku quercetin
(Kakran, 2011).
Untuk mendapatkan kadar yang sebenarnya
dengan memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media
disolusi dalam setiap pengambilan cuplikan sampel, maka
digunakan faktor koreksi dalam persamaan Wurster
sebagai berikut (Wurster & Taylor, 1965) :
∑
...................................................(4)
Keterangan :
Cn : Kadar sebenarnya setelah koreksi (mg/L)
C’n : Kadar yang terukur oleh spektrofotometer (mg/L)
Cs : Kadar yang terukur spektrofotometer dari sampel yang
sebelumnya (mg/L)
a : Volume sampel yang diambil (mL)
b : Volume media disolusi (mL)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
36
4.3.10 Evaluasi Data
4.3.10.1 Evaluasi Kelarutan
Perhitungan kelarutan dihitung berdasarkan
persentase kelarutannya (% b/v). Sehingga dapat
diketahui bahwa kelarutan pada masing – masing
perlakuan memiliki perubahan yang bermakna atau tidak
dengan uji statistik.
4.3.10.2 Evaluasi Profil Disolusi
Penentuan kurva profil disolusi merupakan kurva
yang menggambarkan jumlah senyawa yang terlarut
terhadap waktu.
4.3.10.3 Perhitungan Harga Efisiensi Disolusi (ED)
Perhitungan menggunakan rumus II.4 untuk
membandingkan laju disolusi quercetin antar kelompok
perlakuan pada menit tertentu. Harga efisiensi disolusi
yang akan dibandingkan antar perlakuan adalah ED30.
4.3.10.4 Analisis Statistika
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang
bermakna pada kelarutan jenuh quercetin pada waktu
sampling, maka dilakukan uji statistik unpaired t-test, dan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna
pada kelarutan quercetin pada masing – masing perlakuan
maka dilakukan uji statistik dengan one – way ANOVA
(Analysis of Variance). Sedangkan untuk membandingkan
laju disolusi quercetin antar kelompok perlakuan dapat
dilakukan perhitungan ED30. Data kemudian dianalisis
secara statistik dengan ANOVA (Analysis of Variance).
Untuk menunjukkan adanya kebermaknaan perbedaan
antar kelompok perlakuan dengan derajat kepercayaan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
37
0,95 (α = 0,05) dengan membandingkan harga F hitung
dengan F tabel. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel
maka terdapat perbedaan efisiensi disolusi yang
bermakna, minimal satu pasang data.
Bila ada perbedaan efisiensi disolusi quercetin
yang bermakna, maka untuk mengetahui letak
perbedaannya dilanjutkan uji HSD (Honestly Significant
Difference) menurut Tukey dengan α = 0,05.
√
..............................................(5)
Keterangan :
q : diperoleh dari tabel F
α : derajat kepercayaan
k : jumlah perlakuan
N : jumlah pengamatan total
n : jumlah pengulangan
MSE : kuadrat rata – rata kesalahan
Jika selisih rata – rata efisiensi disolusi antara dua
perlakuan lebih besar dari hasil perhitungan nilai HSD, maka
terdapat perbedaan efisiensi disolusi yang bermakna antara dua
perlakuan tersebut.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian
5.1.1 Quercetin
Bahan baku quercetin yang digunakan dalam penelitian ini
produksi Tokyo Chemical Industry Co., Ltd., Japan, Lot : 83N2O. Hasil
pemeriksaan kualitatif dapat dilihat pada tabel V.1. Sedangkan Certificate
of Analysis (CoA), spektra inframerah, dan termogram DTA dari quercetin
dapat dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3. Hasil identifikasi pada spektrum
inframerah dan termogram DTA menunjukkan bahwa quercetin yang
digunakan sesuai dengan pustaka.
Tabel V. 1 Pemeriksaan kualitatif quercetin
Identifikasi Hasil Identifikasi Pustaka
1. Organoleptis Serbuk kuning, halus,
berbau khas, tidak berasa.
Serbuk kuning, halus,
berbau khas, tidak
berasa.(1)
2.Titik lebur DTA 325,4 °C 326 °C (2)
3. Spektrum FTIR
Gugus Fungsi :
- C-H aromatik
- C-O-C
- Gugus aromatik
- C=O
- O-H
Bilangan
gelombang (cm-1
) :
- 1014
- 1319, 1168
- 1522
- 1667, 1612
- 3411
Bilangan
gelombang (cm-1
) :
- 999 (2)
- 1310, 1160 (2)
- 1510 (2)
- 1660, 1610 (2)
- 3340 (2)
(1) (The Merck Index, 1983)
(2) (Kakran et al., 2011)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
39
5.1.2 HPMC 3cps
Bahan baku HPMC yang digunakan dalam penelitian ini produksi
PT. Shin-Etsu, Japan. Hasil pemeriksaan kualitatif dapat dilihat pada tabel
V.2. Sedangkan Certificate of Analysis (CoA), spektra inframerah, dan
termogram DTA dari HPMC dapat dilihat pada lampiran 4, 5, dan 6. Hasil
identifikasi pada spektrum inframerah dan termogram DTA menunjukkan
bahwa HPMC yang digunakan sesuai dengan pustaka.
Tabel V. 2 Pemeriksaan kualitatif HPMC 3 cps
Identifikasi Hasil Identifikasi Pustaka
1. Organoleptis Serbuk putih, halus, tidak
berbau, tidak berasa.
Serbuk putih, halus,
tidak berbau, tidak
berasa. (1)
2.Transition glass 126,7 °C 125,5 (3)
3. Spektrum FTIR
Gugus Fungsi :
- Gugus CH2
- Cincin piran
- C-O-C
- Epoksida
- Cincin anhidrida
- C-H
- Gugus aromatis
- O-H
- CH3 dan CH3OH
- O-H (ikatan hidrogen
intermolekular)
Bilangan
gelombang (cm-1
) :
- 850
- 945
- 1123, 1062
- 1316
- 1383
-1459
- 1638
- 2342, 2326
- 2934
- 3467
Bilangan
gelombang (cm-1
) :
- 850-800 (4)
- 1000-950 (4)
- 1100-1000 (4)
- 1300-1250 (4)
- 1400-1350 (4)
- 1500-1450 (4)
- 1650-1600 (4)
- 2250-2500 (4)
- 2900 (4)
- 3500-3400 (4)
(3) (Perfetti et al., 2011)
(4) (Sahoo et al., 2012)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
40
5.2 Pembuatan Kurva Baku Quercetin
5.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
Penentuan panjang gelombang maksimum larutan quercetin dalam
media (asam sitrat – NaOH pH 5 dalam air) dilakukan dengan mengamati
serapan larutan quercetin menggunakan kadar 8,08 dan 16,16 µg/mL
dengan spektrofotometri UV – Vis pada panjang gelombang 200 – 500 nm.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh panjang gelombang
maksimum quercetin yaitu pada 366,95 nm. Hasil penentuan panjang
gelombang dapat dilihat pada lampiran 4.
Gambar 5.1 Spektra quercetin murni kadar 8,08 dan 16,16
µg/mL dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ±
0,05) pada panjang gelombang antara 200 – 500 nm.
Keterangan :
: Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL : Spektra quercetin kadar 16,16 µg/mL
5.2.2 Hasil Pembuatan Kurva Baku Quercetin
Berdasarkan hasil penentuan pengaruh bahan tambahan (HPMC
3cps) terhadap serapan quercetin yang menghasilkan spektrum berhimpit
antara spektrum larutan quercetin – HPMC 3cps (1:1) dan spektrum larutan
0.00
0.50
1.00
1.50
238 288 338 388 438
Sera
pa
n
Panjang Gelombang (nm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
41
quercetin 10 µg/mL. Maka dapat dilakukan pengamatan serapan larutan
baku quercetin dengan kadar 0,42; 4,04; 8,08; 16.16; 20,20 dan 24,24
µg/mL pada panjang gelombang maksimum quercetin 366,95 nm dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel. Dari hasil pengamatan diperoleh
persamaan regresi kurva larutan baku quercetin terhadap serapan : Y =
0,05257 X + 0,00221 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,99979
sedangkan nilai r tabel (n-2 = 4; α = 0,05) = 0,8114. Karena nilai r hitung
lebih besar dari r tabel maka terdapat kolerasi linier antara serapan dengan
kadar larutan baku quercetin.
Tabel V.3 Hasil serapan larutan baku kerja
quercetin dalam media asam sitrat –
NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang
gelombang maksimum 366,95 nm
Kadar Quercetin (µg/mL) Serapan
0,40 0,0282
4,04 0,2042
8,08 0,4270
16,16 0,8607
20,20 1,0754
24,24 1,2630
Gambar 5.2 Kurva baku quercetin pada panjang gelombang
maksimum 366,95 nm.
0.00
0.50
1.00
1.50
0 5 10 15 20 25
Sera
pan
Konsentrasi (µg/mL)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
42
0.0
0.5
260 310 360 410
Sera
pan
Panjang Gelombang (nm)
5.2.3 Pemeriksaan Pengaruh HPMC 3cps terhadap Spektrum
Quercetin
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh bahan
tambahan (HPMC 3cps) terhadap serapan quercetin, dengan cara larutan
quercetin dan larutan quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:1
diamati spektrumnya pada panjang gelombang antara 200 – 500 nm dan
hasilnya dapat dilihat pada lampiran 6. Dari hasil pengamatan terlihat
bahwa spektra larutan quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:1
berhimpitan dengan spektra larutan quercetin 8,08 ug / mL.
Gambar 5.3 Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL dan campuran
quercetin – HPMC 3cps (1:1).
Keterangan :
: Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL
: Spektra quercetin – HPMC 3cps (1:1)
Selanjutnya dilakukan perhitungan match factor (MF) antara
spektra quercetin murni dengan spektra quercetin – HPMC 3cps (1:1) yang
bertujuan sebagai data pendukung analisis kualitatif. Dari hasil pengamatan
diperoleh persamaan regresi perbandingan serapan antara quercetin kadar
8,08 µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1) : Y = 1,0014 X + 0,0026
dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,9996. Berdasarkan nilai koefisien
kolerasi, dilakukan perhitungan match factor (lampiran 6) sehingga
didapatkan hasil MF = 999,6 yang bermakna : spektra campuran quercetin –
HPMC 3cps (1:1) identik dengan spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
43
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa HPMC 3cps tidak memiliki
pengaruh terhadap quercetin.
Tabel V.4 Hasil serapan quercetin kadar 8,08
µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1) untuk penentuan match
factor
Serapan quercetin
kadar 8,08 µg/mL (x)
Serapan quercetin –
HPMC 3cps (1:1) (y)
0,0034 0,0034
0,0036 0,0035
0,0041 0,0038
0,0045 0,0041
0,0052 0,0046
0,0088 0,0051
0,5502 0,5566
0,5578 0,5573
0,5737 0,5575
0,8270 0,8256
0,8389 0,8466
0,8635 0,8915
0,8641 0,8867
0,8908 0,8969
0,9681 0,9951
1,7177 1,6946
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
44
Gambar 5.4 Kurva perbandingan serapan antara quercetin kadar
8,08 µg/mL dengan quercetin – HPMC 3cps (1:1).
5.3 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin
Hasil penetapan persen homogenitas kadar quercetin dalam
campuran fisik quercetin – HPMC 3cps dan dispersi padat quercetin –
HPMC 3cps dapat dilihat pada tabel V.5. Data tersebut dapat digunakan
untuk menghitung jumlah campuran fisik maupun dispersi padat yang setara
dengan quercetin 20,0 mg yang selanjutnya digunakan untuk penentuan uji
kelarutan dan laju disolusi. Hasil selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 7.
Tabel V.5 Hasil penetapan persen homogenitas kadar quercetin*
Formula Kadar Quercetin ± SD (mg) % Recovery KV (%)
Campuran Fisik 1:1 23,67 ± 0,48 108,47 1,56
Campuran Fisik 1:2 23,30 ± 0,35 107,91 1,45
Campuran Fisik 1:3 23,65 ± 0,30 110,87 1,41
Dispersi Padat 1:1 24,31 ± 0,25 114,23 0,61
Dispersi Padat 1:2 24,22 ± 0,28 113,46 0,90
Dispersi Padat 1:3 22,84 ± 0,04 107,46 0,09
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Sera
pan
QC
- H
PM
C
3cp
s (n
m)
Serapan QC (nm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
45
5.4 Pengujian Kelarutan Quercetin
5.4.1 Pengamatan Waktu Kelarutan Jenuh Quercetin
Uji kelarutan jenuh quercetin dilakukan pada suhu 30oC ± 0,5oC
dengan cara melarutkan sejumlah ± 20 mg quercetin ke dalam 40 mL media
dapar asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05) dalam air. Kemudian diaduk
menggunakan magnetic stirrer dengan water bath sirkulasi. Sampel diambil
sebanyak 3 mL pada menit ke 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360 dan 420
kemudian disaring dengan membran filter 0,45 µm, selanjutnya diukur
serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV – Vis pada panjang
gelombang 366,95 nm. Profil kelarutan jenuh quercetin dapat dilihat pada
tabel V.6 dan gambar 5.5, sedangkan kadar quercetin pada saat kelarutan
dapat dilihat pada tabel lampiran 9. Pada profil kelarutan tersebut, dapat
dilihat bahwa pada menit ke – 240 kadar quercetin mulai konstan.
Tabel V.6 Hasil kelarutan jenuh quercetin dalam
media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ± 0,05)
pada panjang gelombang maksimum
366,95 nm*
Waktu
(menit) Persen quercetin terlarut ± SD (% b/v, 10-4)
30 1,93 ± 0,73
60 1,38 ± 0,03
120 1,56 ± 0,04
180 1,44 ± 0,11
240 1,64 ± 0,14
300 1,57 ± 0,16
360 1,57 ± 0,35
420 1,64 ± 0,55
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
46
Gambar 5.5 Profil kelarutan jenuh quercetin dalam media asam sitrat –
NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada panjang gelombang
maksimum 366,95 nm.
Selanjutnya dilakukan uji statistik analisis unpaired t-test yang
bertujuan untuk menyimpulkan mean perlakuan dengan membandingkan
hasil antar perlakuan pada menit ke 240 dan 300 (lampiran 12). Dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua titik tersebut,
sehingga untuk uji kelarutan dilakukan pada menit ke-240.
5.4.2 Pengamatan Uji Kelarutan Quercetin
Uji kelarutan quercetin dilakukan pada suhu 30oC ± 0,5oC dengan
cara menimbang sejumlah sampel setara ± 20 mg quercetin ke dalam 40 mL
media (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air). Kemudian diaduk
menggunakan magnetic stirrer dengan water bath sirkulasi. Sampel diambil
sebanyak 3 mL pada menit ke 240 kemudian disaring dengan membran
filter 0,45 µm, selanjutnya diukur serapannya dengan menggunakan
spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang 366,95 nm. Profil
kelarutan sampel dapat dilihat pada tabel V.7 dan gambar 5.6, sedangkan
kadar sampel pada saat kelarutan dapat dilihat pada tabel lampiran 9. Pada
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
0 100 200 300 400
% Q
ue
rce
tin
Te
rlar
ut
(%b
/v,
10-4
)
Waktu (menit)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
47
profil kelarutan tersebut, dapat dilihat bahwa pada menit ke – 240 terjadi
peningkatan kelarutan quercetin dalam media.
Tabel V.7 Rerata persen terlarut quercetin
murni, CF dan DP dalam media asam sitrat – NaOH (pH 5,0 ±
0,05) pada suhu 30oC ± 0,5 oC*
Formula Persen quercetin terlarut ± SD
(% b/v, 10-4)
QC 1,64 ± 0,14
CF 1:1 2,96 ± 1,24
CF 1:2 3,64 ± 0,66
CF 1:3 3,69 ± 0,85
DP 1:1 4,24 ± 0,20
DP 1:2 5,36 ± 0,34
DP 1:3 5,75 ± 0,01
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
Gambar 5.6 Profil kelarutan quercetin murni (QC), Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) dalam media asam sitrat
– NaOH (pH 5,0 ± 0,05) pada suhu 30oC ± 0,5 oC.
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
% Q
uer
ceti
n T
erla
rut
(%b
/v,
10-4
)
QC
CF (1:1)
CF (1:2)
CF (1:3)
DP (1:1)
DP (1:2)
DP (1:3)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
48
Selanjutnya dilakukan uji HSD kelarutan quercetin yang dilakukan
pada menit ke-240. Hasil uji HSD yang dilakukan pada menit ke-240 dari
masing – masing perlakuan dapat dilihat pada tabel V.8.
Tabel V.8 Hasil uji HSD kelarutan quercetin dari tiap
kelompok perlakuan pada menit ke-30 dengan α
= 0,05
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
QC - - - + + +
CF 1:1 - - - - + +
CF 1:2 - - - - - +
CF 1:3 + - - - + +
DP 1:1 + - - - - -
DP 1:2 + + - + - -
DP 1:3 + + + + - -
Keterangan : + : Ada perbedaan yang bermakna
- : Tidak ada perbedaan yang bermakna
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
49
5.5 Penentuan Laju Disolusi Quercetin
Hasil penentuan disolusi quercetin murni, campuran fisik quercetin –
HPMC 3cps dan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps dapat dilihat pada
tabel V.9 dan pada gambar 5.7.
Tabel V.9 Rerata persen terlarut quercetin murni, CF dan DP dalam media
SLS 1% pada suhu 37oC ± 0,5 oC*
t
(menit)
Persen quercetin terlarut (% b/b) ± SD
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
5 54,19 ±
9,57
40,93 ±
0,39
39,45 ±
0,48
43,79 ±
0,08
34,62 ±
0,03
39,85 ±
2,47
49,33 ±
0,67
10 58,41 ±
8,35
53,15 ±
2,14
49,54 ±
2,21
58,49 ±
0,48
50,76 ±
0,10
51,82 ±
0,99
69,26 ±
0,56
15 59,94 ±
8,62
58,79 ±
5,24
58,89 ±
4,91
59,92 ±
0,04
64,42 ±
2,51
68,38 ±
0,69
87,19 ±
1,01
20 60,36 ±
8,72
65,80 ±
0,74
62,18 ±
0,14
71,21 ±
0,04
74,16 ±
0,39
77,89 ±
0,43
92,44 ±
0,87
25 64,72 ±
12,09
67,79 ±
3,48
68,57 ±
0,06
70,79 ±
0,13
78,33 ±
0,25
85,25 ±
1,06
94,06 ±
1,06
30 61,02 ±
6,43
72,96 ±
5,84
76,12 ±
0,03
74,75 ±
0,12
86,63 ±
0,26
95,60 ±
3,34
99,81 ±
1,11
* : Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi ± SD
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
50
Gambar 5.7 Profil disolusi quercetin murni (QC), Campuran Fisik
(CF) dan Dispersi Padat (DP) dalam media SLS 1%
37oC ± 0,5 oC.
Pada profil disolusi di atas dapat dilihat bahwa sistem dispersi
padat quercetin – HPMC 3cps 1:3 memiliki laju disolusi yang terbesar bila
dibandingkan dengan sistem lainnya.
Berdasarkan data persen quercetin terlarut dari masing – masing
kelompok perlakuan dihitung nilai efisiensi disolusi pada menit ke – 30.
Hasil perhitungan ED30 dari masing – masing perlakuan dapat dilihat pada
tabel V.10.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
0 10 20 30 40
% T
erl
aru
t
Waktu (menit)
QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
51
Tabel V.10 Efisiensi disolusi menit ke – 30 quercetin dari tiap
kelompok dalam media SLS 1%
Replikasi
Efisiensi disolusi menit ke – 30 (%)
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
1 58,24 52,87 53,11 56,84 57,48 61,80 73,25
2 45,14 53,01 53,10 56,99 57,34 62,32 74,52
3 60,68 55,59 52,15 56,96 57,98 61,37 73,32
ED30 rerata (%) 51,69 52,94 53,10 56,91 57,41 62,06 73,89
SD 8,36 1,53 0,55 0,08 0,34 0,47 0,71
Berdasarkan hasil ED30 di atas, pada menit ke – 30 dapat dilihat
bahwa sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps 1:3 memiliki profil
disolusi yang lebih besar bila dibandingkan dengan quercetin murni.
Untuk mengetahui adanya perbedaan profil disolusi quercetin antar
kelompok perlakuan dilakukan analisis statistik terhadap harga efisiensi
disolusi pada menit ke-30 dengan menggunakan uji ANOVA satu arah pada
α = 0,05. Dari hasil uji ANOVA satu arah (lampiran 12) dengan
menggunakan SPSS menunjukkan bahwa terdapat perbedaan disolusi yang
bermakna antar kelompok perlakuan pada derajat kepercayaan 0,95 (α =
0,05).
Selanjutnya dilakukan uji HSD Efisiensi Disolusi (ED) quercetin
yang dilakukan pada menit ke-30. Hasil uji HSD yang dilakukan pada menit
ke-30 dari masing – masing perlakuan dapat dilihat pada tabel V.11.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
52
Tabel V.11 Hasil uji HSD efisiensi disolusi quercetin dari
tiap kelompok perlakuan pada menit ke-30
dengan α = 0,05
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
QC - - - + + +
CF 1:1 - - - + + +
CF 1:2 - - - + + +
CF 1:3 - - - + + +
DP 1:1 + + + + - -
DP 1:2 + + + + - -
DP 1:3 + + + + - -
Keterangan : + : Ada perbedaan yang bermakna
- : Tidak ada perbedaan yang bermakna
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna antar perlakuan quercetin murni dengan sistem dispersi
padat, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem dispersi padat yang
dibuat memiliki perbedaan yang bermakna.
Kecepatan disolusi quercetin dapat dilihat dari harga slope.
Semakin tinggi harga slope suatu formula maka semakin cepat laju disolusi
tiap waktunya. Harga slope untuk disolusi dapat dicari melalui persamaan
Hixson & Crowell tentang hukum akar kubus dengan cara Mo1/3 – M1/3
versus waktu (Abdou, 1990). Nilai Mo menyatakan 100% obat yang
terdisolusi secara keseluruhan dqalam media tertentu, sedangkan M
menyatakan bahan obat yang belum terdisolusi secara keseluruhan. Hasil
perhitungan slope (lampiran 11) dari masing – masing perlakuan dapat
dilihat pada tabel V.12.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
53
Tabel V.12 Hasil penentuan harga slope laju disolusi quercetin dari
masing – masing sistem
Waktu (menit) Mo
1/3 – M
1/3
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
5 0,0460 0,0445 0,0467 0,0532 0,0694 0,0743 0,0712
10 0,0492 0,0487 0,0532 0,0594 0,0852 0,0814 0,0819
15 0,0502 0,0547 0,0595 0,0676 0,0909 0,0910 0,0979
Slope 0,0004 0,0010 0,0013 0,0014 0,0022 0,0024 0,0027
R 0,9972 0,9951 0,9999 0,9967 0,9654 0,9963 0,9935
Persamaan Regresi :
- QC : y = 0,0004x + 0,0372
- CF 1:1 : y = 0,0009x + 0,0328
- CF 1:2 : y = 0,0013x + 0,0340
- CF 1:3 : y = 0,0014x + 0,0390
- DP 1:1 : y = 0,0022x + 0,0532
- DP 1:2 : y = 0,0024x + 0,0586
- DP 1:3 : y = 0,0027x + 0,0503
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
melakukan analisis kualitatif terhadap bahan – bahan yang akan digunakan,
yaitu quercetin hidrat dan HPMC 3cps dengan analisis termal menggunakan
DTA dan analisis spektra infra merah dengan FTIR. Berdasarkan hasil
analisis, kedua bahan tersebut sesuai dengan pustaka sehingga dapat
digunakan dalam penelitian (Kakran et al., 2011; Perfetti et al., 2011; Sahoo
et al., 2012) hal ini bisa ditunjukkan pada tabel V.1 dan V.2.
Selanjutnya untuk membuat kurva baku quercetin, dilakukan
penentuan panjang gelombang maksimum quercetin terlebih dahulu.
Penentuan panjang gelombang ini dilakukan dengan menggunakan larutan
baku kerja 8,08 dan 16,16 µg/mL dan akan diamati pada rentang panjang
gelombang 200 – 500 nm. Pada hasil pengamatan (gambar 5.1)
menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum quercetin adalah
366,95 nm.
Berdasarkan panjang gelombang maksimum yang diperoleh, maka
dapat dilakukan pengamatan absorban larutan baku quercetin dengan kadar
0,42; 4,04; 8,08; 16.16; 20,20 dan 24,24 ug / mL pada panjang gelombang
maksimum quercetin 366,95 nm dan hasilnya dapat dilihat pada tabel V.3
dan gambar 5.2. Dari hasil pengamatan diperoleh persamaan regresi kurva
larutan baku quercetin terhadap absorban : Y = 0,05257 X + 0,00221
dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,99979 sedangkan nilai r tabel (n-2 =
4; α = 0,05) = 0,8114. Karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka
terdapat kolerasi linier antara absorban dengan kadar larutan baku quercetin.
Untuk mengetahui pengaruh HPMC 3cps yang digunakan pada
pembuatan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps terhadap absorban
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
55
quercetin perlu dilakukan penentuan pengaruh HPMC 3cps dengan cara
membandingkan spektrum larutan quercetin dan larutan quercetin – HPMC
3cps dengan perbandingan 1:1. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa
spektrum larutan quercetin – HPMC 3cps dengan perbandingan 1:1
berhimpitan dengan spektrum larutan quercetin 8,08 µg/mL, hal ini bisa
ditunjukkan pada gambar 5.3. Kemudian dilakukan perhitungan match
factor (MF) antara spektra quercetin murni dengan spektra quercetin –
HPMC 3cps (1:1) yang bertujuan sebagai data pendukung analisis kualitatif.
Dari hasil pengamatan (gambar 5.4) diperoleh persamaan regresi
perbandingan absorban antara quercetin kadar 10,0 µg/mL dengan quercetin
– HPMC 3cps (1:1) : Y = 1,0014 X + 0,0026 dengan nilai koefisien kolerasi
(r) = 0,9996. Berdasarkan nilai koefisien kolerasi, dilakukan perhitungan
match factor (tabel V.4) sehingga didapatkan hasil MF = 999,6 yang
bermakna : spektra campuran quercetin – HPMC 3cps (1:1) identik dengan
spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa HPMC 3cps tidak memiliki pengaruh terhadap quercetin.
Langkah selanjutnya adalah pengujian kelarutan jenuh quercetin
yang bertujuan untuk menentukan kondisi sink media dan menghilangkan
pengaruh pembasahan pada polimer terhadap uji kelarutan, sehingga
kenaikan kelarutan disebabkan oleh pengecilan ukuran partikel (Dupas,
2013). Uji kelarutan dilakukan pada waktu tertentu hingga diperoleh
absorban quercetin yang konstan. Berdasarkan hasil pengujian statistik
analisis unpaired t-test yang bertujuan untuk menyimpulkan mean
perlakuan dengan membandingkan hasil antar perlakuan pada menit ke-240
dan 300 (tabel V.6), tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua titik
tersebut sehingga waktu yang diambil untuk uji kelarutan dilakukan pada
menit ke-240. Kelarutan jenuh quercetin dalam air menurut literatur adalah
7 µg/mL (The Merck Index, 1983; dan Hertog, 1996), namun pada hasil
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
56
penelitian, ditambahkan dapar asam sitrat – NaOh dengan tujuan untuk
membantu stabilitas quercetin sehingga didapatkan kelarutan jenuhnya
sebesar 1,64 µg/mL. Terjadi perbedaan antara literatur dan hasil pada
penelitian tersebut dikarenakan kondisi penelitian yang berbeda, terutama
media yang digunakan. Terjadinya peningkatan kadar pada menit ke-30
kelarutan yang disusul oleh penurunan kadar pada menit ke-60 disebabkan
oleh adanya kristal hidrat yang lepas sehingga hal ini menyebabkan
peningkatan kelarutan quercetin pada menit ke-30. Setelah kristal hidrat
lepas, kelarutan quercetin mengikuti bentuk quercetin murni. Dikarenakan
hasil uji kelarutan yang rendah, oleh karena itu ditambahkan SLS 1% pada
uji disolusi agar terjadi peningkatan kelarutan dari quercetin.
Selanjutnya dilakukan pembuatan campuran fisik quercetin –
HPMC 3cps dan dispersi padat quercetin – HPMC 3cps. Setelah sistem
terbentuk, dilakukan penetapan perolehan kembali quercetin pada sistem
tersebut. Penetapan persen perolehan kembali bertujuan untuk memastikan
bahwa sistem tersebut telah homogen sehingga variasi kadar quercetin tidak
berpengaruh terhadap uji kelarutan dan penentuan laju disolusi. Dari
pemeriksaan persen perolehan kembali diperoleh hasil untuk campuran fisik
(1:1) sebesar (108,47 ± 1,56)%, untuk campuran fisik 1:2 sebesar (107,91 ±
1,45)%, untuk campuran fisik 1:3 sebesar (110,87 ± 1,41)%, untuk dispersi
padat (1:1) sebesar (114,23 ± 0,61)%, untuk dispersi padat (1:2) sebesar
(113,46 ± 0,90)%, dan untuk dispersi padat (1:3) sebesar (107,23 ± 0,09)%.
Tahap akhir dari penelitian ini adalah melakukan uji kelarutan dan
penentuan laju disolusi quercetin dalam campuran fisik dan dispersi padat
serta quercetin murni sebagai pembanding. Hasil uji kelarutan yang
menggambarkan persen quercetin terlarut pada menit ke-240 dari masing –
masing sistem bisa dilihat pada gambar 5.6. Dispersi padat (1:3) memiliki
kenaikan persen kelarutan yang paling besar bila dibandingkan dengan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
57
sistem lainnya, untuk sistem dispersi padat (1:3) memiliki persen kelarutan
1,07 kali lebih besar dari dispersi padat (1:2), untuk dispersi padat (1:1)
persen kelarutannya 1,35 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:3) persen
kelarutannya 1,56 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:2) persen
kelarutannya 1,58 kali lebih besar, untuk campuran fisik (1:1) persen
kelarutannya 1,94 kali lebih besar dan bila dibandingkan dengan quercetin
murni kelarutannya 3,50 kali lebih besar.
Untuk hasil penentuan laju disolusi yang menggambarkan persen
quercetin terlarut pada menit ke-30 dari masing – masing sistem bisa dilihat
pada gambar 5.7. Pada profil disolusi nampak bahwa profil disolusi
quercetin merupakan yang paling rendah apabila dibandingkan dengan
sistem lainnya, hal ini dikarenakan sifat quercetin yang hidrofob sehingga
dapat mempersulit kontak dengan media. Sedangkan sistem dispersi padat
quercetin – HPMC 3cps (1:3) memiliki profil disolusi yang terbesar
dikarenakan penggunaan HPMC 3cps sebagai pembawa pada dispersi padat
tersebut mampu melingkupi quercetin sehingga meningkatkan pembasahan
dan mencegah terjadinya agregasi dari quercetin sehingga dapat
menyebabkan pengecilan ukuran partikel. Pengecilan ukuran partikel akan
meningkatkan luas permukaan pada media, faktor – faktor tersebut
menyebabkan peningkatan laju disolusi dari quercetin pada sistem dispersi
padat (Vibha et al., 2012).
Dari persen kelarutan quercetin terlarut pada uji disolusi, dapat
diketahui nilai efisiensi disolusi quercetin dengan menghitung area dibawah
kurva disolusi dibandingkan dengan luas kurva total. Efisiensi disolusi
menggambarkan keseluruhan jumlah obat yang terlarut hingga waktu
tertentu sehingga dapat menggambarkan secara keseluruhan proses disolusi
(Vibha et al., 2012). Pada masing – masing sistem dilakukan perbandingan
efisiensi disolusi pada menit ke-30. Rata – rata efisiensi disolusi pada menit
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
58
ke-30 ditunjukkan pada tabel V.10, pada tabel ini tampak bahwa semua
sistem memiliki efisiensi disolusi yang lebih besar dibanding quercetin
murni. Dispersi padat (1:3) memiliki kenaikan efisiensi disolusi yang paling
besar bila dibandingkan dengan sistem lainnya, untuk sistem dispersi padat
(1:3) memiliki efisiensi disolusi 1,19 kali lebih besar dari dispersi padat
(1:2), untuk dispersi padat (1:1) efisiensi disolusinya 1,28 kali lebih besar,
untuk campuran fisik (1:3) efisiensi disolusinya 1,30 kali lebih besar, untuk
campuran fisik (1:2) efisiensi disolusinya 1,39 kali lebih besar, untuk
campuran fisik (1:1) efisiensi disolusinya 1,40 kali lebih besar dan 1,43 kali
lebih besar dari quercetin murni. Apabila peningkatan tersebut diurutkan :
QC < CF (1:1) < CF (1:2) < CF (1:3) < DP (1:1) < DP (1:2) < DP (1:3).
Terjadinya peningkatan efisiensi disolusi tersebut disebabkan oleh
penambahan jumlah HPMC 3 cps yang berpengaruh terhadap pengecilan
ukuran partikel quercetin (Kakran et al., 2011). Adanya perbedaan profil
disolusi quercetin antar kelompok perlakuan dilakukan analisis statistik
terhadap harga efisiensi disolusi pada menit ke-30 dengan menggunakan uji
ANOVA satu arah pada α = 0,05. Dari hasil uji ANOVA satu arah
(lampiran) dengan menggunakan SPSS diperoleh F hitung sebesar 23,935
dan F tabel sebesar 3,48. Nilai F hitung yang lebih besar dibanding F tabel
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna efisiensi disolusi pada
menit ke-30 minimal satu pasang perlakuan. Selanjutnya uji HSD
dillakukan untuk mengetahui perlakuan pasangan mana saja yang memiliki
perbedaan bermakna pada ED30. Hasil uji HSD menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang ED30 bermakna antara quercetin murni dengan
dispersi padat.
Kecepatan disolusi quercetin dapat dilihat dari harga slope.
Semakin tinggi harga slope suatu formula maka semakin cepat laju
disolusinya tiap waktu. Hasil penentuan harga slope yang diambil pada
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
59
menit ke 5, 10 dan 15 (tabel V.12) menunjukkan bahwa dispersi padat (1:3)
memiliki slope tertinggi yakni sebesar 0,0027; sehingga dapat dikatakan
bahwa sistem dispersi padat (1:3) memiliki laju disolusi yang mendekati
pustaka (Abdou, 1990).
.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
60
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Hasil penelitian disimpulkan bahwa :
1. Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps berpengaruh
terhadap kelarutan dan laju disolusi dari quercetin.
2. Peningkatan jumlah HPMC 3cps pada sistem dispersi padat
quercetin – HPMC 3cps semakin meningkatkan kelarutan dan
laju disolusi dari quercetin.
3. Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps dengan
perbandingan 1:3 (b/b) memiliki persentase terlarut tertinggi
pada uji kelarutan, yakni 3,50 kali lebih besar dibandingkan
dengan quercetin murni.
4. Sistem dispersi padat quercetin – HPMC 3cps dengan
perbandingan 1:3 (b/b) memiliki efisiensi disolusi tertinggi
pada uji laju disolusi, yakni 1,43 kali lebih besar dibandingkan
dengan quercetin murni.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka perlu
dilakukan karakterisasi dan pengembangan sistem dispersi padat
quercetin – HPMC 3cps sebagai tinjauan lebih lanjut mengenai
peningkatan laju disolusi quercetin.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
61
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C,. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.
Jakarta : UI Press. Halaman : 217 – 223.
Aparna, 2011, Studies on Enhancement of Dissolution Rate of
Domperidone by Surface Solid Dispersion Technology, International
Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, 1(2) : 133 – 141.
Arbain, D. 2004. Dua Dekade Penelitian Kimia Tumbuhan Sumatera, Bul.
Soc. Nat. Prod. Chem. (Indonesia). 4 : 1-12
Astuti, Widyani Ketut, dkk. 2008. Farmasi Fisika. Denpasar : FMIPA
Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics : The Science of Dosage Forms Design.
London : Churchill Living Stone
Chiou, W.L., dan Riegelman, S., 1971, Pharmaceutical Applications of
Solid Dispersion System., J. Pharm. Sci., 60(9): 1281-1302.
Chowdary, K.P.R., Sankar, P.R., Ali, S.M., Babu, C.R., 2012, A Factorial
Study on The Enhancement of Disolution Rate of Irbesartan by Solid
Dispersion in Starch Phosphate and Gelucire, International Journal
of Comprehensive Pharmacy, 3(8) : 1 – 4.
Costa, et al. 2011. Quercetin-PVP K25 solid dispersions : Preparation,
thermal characterization and antioxidant activity. Hungary : Journal
of Thermal Analysis and Calorimetry.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal 461,1022,1084
Howlader, et al. 2012. Enhancing dissolution profile of diazepam using
hydrophilic polymers by solid dispersion technique. International
Current Pharmaceutical Journal, 1(12): 423-430
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
62
Kakran, Mitali., Li, Lin., Muller, H., 2012, Overcoming the Challenge of
Poor Drug Solubility, Tampa : Pharmaceutical Engineering.
Kakran, Mitali., Sahoo, Nanda., Muller, H., 2011, Comparison of
Homogenization and Precipitation Techniques for Production of
Quercetin Nanocrystals, Perth : Chemeca Journal.
Kaur, Harkiran,. Kaur, Gurpreet,. 2014. A Critical Appraisal of Solubility
Enhancement Techniques of Polyphenols. New Delhi : Hindawi
Publishing Corporation.
Khan & Rodes. 1975. Water-sorption properties of tablet disintegrants.
USA : National Center for Biotechnology Information.
Lachman, L., Lieberman H.A. dan Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia
Press. Hal. 934-937
Lakshmi, et al., 2010, Enhanced Dissolution Rate of Atorvastatin Calcium
using Solid Dispersion with PEG 6000 by Dropping Method, J.
Pharm. Sci. & Res. Vol.2 (8), 484-491
Lalitha, Y & Lakshmi, P.K., 2011, Enhancement of Dissolution Rate of
Nifedipin by Surface Solid Dispersion Technology, International
Journal of Research in Pharmacy and Chemistry,
Martin, Alfred dkk. 2008.Dasar - dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik . Jakarta : UI Press
Merck Index, The. 1983. The Merck Index, An Encyclopedia of Chemicals
and Drug, Ninth Edition, Merck and Co., Inc, Rahway, New Tersey,
USA. p: 7936.
Mogal S. Gurjar P., Yamgar D. S2 and Kamod A.C., 2012, Solid Dispersion
Technique for Improving Solubility of Some Poorly Soluble Drugs,
Der Pharmacia Lettre, 4 (5) :1574-1586
Painter, F. M. 1998. Monograph Quercetin. Alternative Medicine Review.
Volume 3, Number 2.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
63
Saffoon, et al. 2011. Dissolution Profile of Ibuprofen Solid Dispersion
Prepared with Cellulosic Polymers and Sugar by Fusion Method. S. J.
Pharm. Sci. 4(1): 31-37
Shargel, L. dan Yu. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 449-453.
Shchekin, A.K. dan Rusanov I,. 2008. Generalization of the Gibbs–Kelvin–
Köhler and Ostwald–Freundlich Equations for A Liquid Film on A
Soluble Nanoparticle. Russia : The Journal Of Chemical Physics.
129, 154116
Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
Dasar - Dasar Praktis, Jakarta : Buku Kedokteran EGC, hal : 423 -
426.
Smith, Adam et al. 2011. Cocrystals of Quercetin with Improved Solubility
and Oral Bioavailability. USA : Mol. Pharmaceutics 8 (5), hal :
1867–1876.
Sulaiman, T.N.S,. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia. Hal : 149-
153.
Syamsuhidayat, S. D., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I).
Jakarta : Depkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Syukri, Y. 2002. Biofarmasetika, UII Press: Jogjakarta, Hal : 31 – 61
Vasconcelos, T., Sarmento, B., Costa, P., 2007, Solid Dispersion as Strategy
to Improve Oral Bioavailability of Poor Water Soluble Drugs, Drug
Discovery Today. 12(23/24) : 1068 – 1075.
Vibha, et al.2012. Solid Dispersion as a Strategy to Enhance Solubility: A
Review Article. India : International Journal for Pharmaceutical
Research Scholars (IJPRS).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
64
Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soewandhi, S.N., Yogyakarta : UGM Press.
Zhenping, Wei, et al. 2004. Dissolution Improvement of Cisapride by Solid
Dispersion with HPMC. Journal of Chinese Pharmaceutical
Sciences , 13 (4)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
65
LAMPIRAN
Lampiran 1
Sertifikat Analisis Quercetin
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
66
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0 10.0
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70.0
cm-1
%T 3731,39
3411,14
2348,52 2326,54
1840,64 1825,65
1767,65
1729,63
1667,33
1612,19
1560,38
1522,20
1451,39
1429,46 1409,42
1383,29 1367,32
1319,24 1264,27 1243,33
1213,33 1199,29
1168,24
1141,50 1132,46
1093,46 1014,41
1000,55
933,59 884,62
864,56 842,55
824,41
806,50 795,48 785,51
721,50 703,51 691,51
679,51 657,53
638,47
603,48
576,55 552,57
497,57
472,60 457,61
Lampiran 2
Spektrum FT – IR Quercetin & HPMC 3 cps (Bahan & Pustaka)
1. Quercetin
QUERCETIN HYD.pk
QUERCE~2.SP 3551 4000 450 14 69 4 %T 1 0
REF 4000 34 2000 61 600
3731 39 3411 14 2348 52 2326 54 1840 64
1825 65 1767 65 1729 63 1667 33 1612 19
1560 38 1522 20 1451 39 1429 46 1409 42
1383 29 1367 32 1319 24 1264 27 1243 33
1213 33 1199 29 1168 24 1141 50 1132 46
1093 46 1014 41 1000 55 933 59 884 62
864 56 842 55 824 41 806 50 795 48 785 51 721 50 703 51 691 51 679 51
657 53 638 47 603 48 576 55 552 57
497 57 472 60 457 61
END 48 PEAK(S) FOUND
Spektra FT – IR Quercetin Bahan Penelitian.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
67
Spektra FT – IR Quercetin Bahan Pembanding.
(L. Y. Foo, et al., 2000)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
68
4000. 300 200 150 100 450.
20.
25
3
35
40
45
50
5
60
65
7
75.0
cm-1
%
3467,23
2934,38
2838,44
2342,59 2326,59
1638,51 1459,50 1383,48
1316,51
1123,37 1062,36
945,51
850,6
672,60
574,55
2. HPMC 3 cps
HPMC 3
CPS.pk
HPMC3C~2.SP 3551 4000 450 23 70 4 %T 1 0
REF 4000 42 2000 62 600
3467 23 2934 38 2838 44 2342 59 2326 59
1638 51 1459 50 1383 48 1316 51 1123 37
1062 36 945 51 850 69 672 60 574 55
END 15 PEAK(S) FOUND
Spektra FT – IR HPMC 3 cps Bahan Penelitian.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
69
Spektra FT – IR HPMC 3 cps Bahan Pembanding.
(Bugay, David E., 1999)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
70
Lampiran 3
Termogram Bahan Penelitian
1. Quercetin
2. HPMC 3 cps
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
71
Lampiran 4
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
Keterangan :
: Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL
: Spektra quercetin kadar 16,16 µg/mL
Sample Name: QCT-8ppm Collection Time 15/12/14 23:54:14
Peak Table Peak Type Maximum Peak
Peak Threshold 0.0000
Range 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
201.96 1.0006
Peak Table Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
Range 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
498.06 -0.0001
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
238 288 338 388 438
Ab
sorb
an
ce
Wavelength (nm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
72
493.98 -0.0002
492.01 -0.0001
487.93 0.0005
483.99 0.0012
478.99 0.0016
477.01 0.0015
473.98 0.0023
374.08 0.4228
333.94 0.2860
330.99 0.2838
328.04 0.2827
321.97 0.2813
319.01 0.2768
289.06 0.2254
266.07 0.4410
264.03 0.4407
254.94 0.4501
240.03 0.3748
226.99 0.4999
201.96 1.0006
Sample Name: QCT-16ppm Collection Time 15/12/14 23:56:07
Peak Table Peak Type Maximum Peak
Peak Threshold 0.0000
Range 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
226.99 0.5024
Peak Table Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
Range 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
498.06 -0.0001
495.04 -0.0004
492.01 -0.0000
487.93 0.0008
482.02 0.0008
478.99 0.0014
477.01 0.0013
466.99 0.0049
375.93 0.4343
372.99 0.4346
328.97 0.2848
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
73
323.06 0.2833
319.01 0.2784
289.06 0.2249
267.00 0.4478
264.97 0.4488
254.94 0.4624
226.99 0.5024
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
74
Lampiran 5
Penentuan Kurva Baku Quercetin
Standard Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
_______________________________________________________________
_______
Std 1
0.0282
0.0281
0.40 0.0282 0.0002 0.15
0.0283
Std 2
0.2038
0.2048
4.04 0.2042 0.0006 0.27
0.2039
Std 3
0.4280
0.4264
8.08 0.4270 0.0009 0.21
0.4266
Std 4
0.8596
0.00
0.50
1.00
1.50
0 5 10 15 20 25
Abso
rban
Konsentrasi (µg/mL)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
75
0.8620
16.16 0.8607 0.0012 0.14
0.8605
Std 5
1.0748
1.0728
20.20 1.0754 0.0030 0.27
1.0786
Std 6
24.24 1.2630 0.0099 0.79
1.2687
1.2515
1.2687
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
76
Lampiran 6
Pengamatan Pengaruh Bahan Tambahan Terhadap Panjang
Gelombang Maksimum Quercetin
Keterangan :
: Spektra quercetin kadar 8,08 µg/mL
: Spektra quercetin – HPMC 3cps (1:1)
Sample Name: qc 8ppm Collection Time 16/12/14 21:44:58
Peak Table Peak Type Maximum Peak
Peak Threshold 0.0000
Range 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
201.96 1.7177
Peak Table Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
Range 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
498.07 0.0036
492.93 0.0034
0.0
0.5
260 310 360 410
Ab
sorb
an
ce
Wavelength (nm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
77
489.00 0.0041
485.06 0.0045
482.94 0.0052
472.93 0.0088
375.01 0.8389
368.06 0.8270
337.06 0.5737
331.00 0.5578
324.00 0.5502
266.07 0.8635
264.03 0.8641
256.04 0.8908
226.99 0.9681
201.96 1.7177
Sample Name: qc hpmc 8ppm Collection Time 16/12/14 21:48:22
Peak Table Peak Type Maximum Peak
Peak Threshold 0.0000
Range 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
204.01 1.6946
Peak Table Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
Range 500.04nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
498.07 0.0035
493.99 0.0034
490.97 0.0038
487.03 0.0041
485.06 0.0046
482.94 0.0051
375.94 0.8466
331.00 0.5584
328.04 0.5575
324.93 0.5573
323.06 0.5566
267.01 0.8915
264.03 0.8867
256.98 0.8969
226.99 0.9951
204.01 1.6946
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
78
Perhitungan Match Factor (MF) :
Absorban quercetin kadar 8,08 µg/mL (x) Absorban quercetin – HPMC 3cps (1:1) (y)
0,0034 0,0034
0,0036 0,0035
0,0041 0,0038
0,0045 0,0041
0,0052 0,0046
0,0088 0,0051
0,5502 0,5566
0,5578 0,5573
0,5737 0,5575
0,8270 0,8256
0,8389 0,8466
0,8635 0,8915
0,8641 0,8867
0,8908 0,8969
0,9681 0,9951
1,7177 1,6946
Y = 1.0014x + 0.0026
R = 0,9996
Match Factor = R X 1000
= 0,9996 X 1000
= 999,6
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Ab
sorb
an
QC
- H
PM
C 3
cps
(nm
)
Absorban QC (nm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
79
Lampiran 7
Hasil Pengamatan (%) Homogenitas Quercetin
Campuran Fisik 1:1
Replikasi
Jumlah
yang
ditimbang
(mg)
Absorban Kadar
(ppm)
Kadar
Quercetin
(mg)
%
Recovery
1 41,0 0,4873 9,26 23,15 106,58
2 41,2 0,5073 9,64 24,1 110,40
3 41,4 0,5007 9,51 23,78 108,44
Rata – Rata 23,67 108,47
SD 0,48 1,91
KV 1,56
Perhitungan Jumlah Quercetin setara Untuk Uji Kelarutan
100/108,44 X 41,2 mg = 37,98 mg
Campuran Fisik 1:2
Replikasi
Jumlah
yang ditimbang
(mg)
Absorban Kadar (ppm)
Kadar Quercetin
(mg)
% Recovery
1 60,8 0,4943 9,39 23,48 109,36
2 60,9 0,4821 9,16 22,90 106,46
3 61,1 0,4949 9,41 23,53 109,04
Rata – Rata 9,32 23,3 107,91
SD 0,35 2,05
KV 1,45
Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan
100/107,91 X 60,9 mg = 56,44 mg
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
80
Campuran Fisik 1:3
Replikasi
Jumlah
yang
ditimbang
(mg)
Absorban Kadar
(ppm)
Kadar
Quercetin
(mg)
%
Recovery
1 80,5 0,5020 9,54 23,85 111,86
2 80,8 0,4830 9,32 23,30 108,88
3 80,3 0,5001 9,50 23,80 111,89
Rata – Rata 9,40 23,65 110,87
SD 0,30 1,73
KV 1,41
Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan
100/110,87 X 80,53 mg = 72,63 mg
Dispersi Padat 1:1
Replikasi
Jumlah yang
ditimbang
(mg)
Absorban Kadar
(ppm)
Kadar
Quercetin
(mg)
%
Recovery
1 40,3 0,5168 9,82 24,55 114,98
2 40,2 0,5118 9,73 24,33 114,23
3 40,0 0,5062 9,62 24,05 113,49
Rata – Rata 24,31 114,23
SD 0,25 0,75
KV 0,61
Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan
100/114,23 X 40,17mg = 35,16mg
Dispersi Padat 1:2
Replikasi
Jumlah
yang ditimbang
(mg)
Absorban Kadar (ppm)
Kadar Quercetin
(mg)
% Recovery
1 60,7 0,5116 9,72 24,30 113,34
2 60,4 0,5146 9,78 24,45 114,63
3 60,2 0,5029 9,56 23,90 112,42
Rata – Rata 24,22 113,46
SD 0,28 1,11
KV 0,90
Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan
100/113,46 X 60,43mg = 53,26mg
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
81
Dispersi Padat 1:3
Replikasi
Jumlah
yang
ditimbang
(mg)
Absorban Kadar
(ppm)
Kadar
Quercetin
(mg)
%
Recovery
1 80,2 0,4804 9,13 22,83 107,48
2 80,3 0,4816 9,15 22,88 107,57
3 80,2 0,4799 9,12 22,80 107,34
Rata – Rata 22,84 107,46
SD 0,04 0,11
KV 0,09
Perhitungan Jumlah Quercetin Untuk Uji Kelarutan
107,46% X 80,23mg = 74,66mg
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
82
Lampiran 8
Hasil Pengamatan Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik
dan Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air)
Quercetin Murni
30
0.1417
0.1423
2.72 0.1421 0.0003 0.23
0.1422
60
0.0721
0.0717
1.40 0.0722 0.0005 0.69
0.0727
120
0.0814
0.0819
1.57 0.0813 0.0006 0.77
0.0807
180
0.0757
0.0758
1.47 0.0759 0.0004 0.48
0.0763
240
0.0859
0.0856
1.65 0.0856 0.0003 0.32
0.0854
300
0.0874
0.0867
1.68 0.0873 0.0005 0.62
0.0878
360
0.0916
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
83
0.0929
1.79 0.0928 0.0011 1.15
0.0937
420
0.1077
0.1090
2.08 0.1083 0.0006 0.58
0.1082
qc 30 rep 2
0.0874
0.0867
1.68 0.0873 0.0005 0.62
0.0878
qc 60 rep 2
0.0962
0.0985
1.85 0.0964 0.0006 0.34
0.0893
qc 120 rep 2
0.1465
0.1462
2.79 0.1468 0.0006 0.34
0.1451
qc 180 rep 2
0.1834
0.1836
3.48 0.1833 0.0006 0.34
0.1833
qc 240 rep 2
0.1902
0.1905
3.44 0.1811 0.0006 0.34
0.1893
qc 300 rep 2
0.1202
0.1205
2.40 0.1260 0.0006 0.34
0.1293
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
84
qc 360 rep 2
0.1037
0.1022
1.97 0.1031 0.0006 0.34
0.1027
qc 420 rep 2
0.0867
0.0872
1.67 0.0871 0.0006 0.34
0.0873
30
0.0668
0.0669
1.29 0.0668 0.0002 0.25
0.0666
60
0.0691
0.0680
1.33 0.0685 0.0005 0.77
0.0684
120
0.0776
0.0776
1.49 0.0773 0.0005 0.64
0.0768
180
0.0667
0.0664
1.29 0.0666 0.0002 0.28
0.0667
240
0.0763
0.0755
1.47 0.0759 0.0004 0.53
0.0759
300
0.0728
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
85
0.0696
1.38 0.0712 0.0016 2.26
0.0713
360
0.0595
0.0585
1.15 0.0593 0.0007 1.14
0.0598
420
0.0524
0.0513
1.01 0.0516 0.0007 1.38
0.0511
Campuran Fisik (1:1)
cf 1:1 4 jam rep 1
0.1902
0.1905
2.24 0.1173 0.0006 0.34
0.1893
cf 1:1 4 jam rep 2
0.1316
0.1323
2.16 0.1130 0.0007 0.56
0.1331
cf 1:1 4 jam rep 3
0.1560
0.1573
4.36 0.2300 0.0009 0.61
0.1554
Campuran Fisik (1:2)
1:2 rep 1 (4)
0.2300
0.2301
4.39 0.2300 0.0002 0.08
0.2298
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
86
1:2 rep 2 (4)
0.1653
0.1644
3.15 0.1650 0.0005 0.28
0.1652
1:2 rep 3 (4)
0.1732
0.1733
3.31 0.1731 0.0003 0.20
0.1727
Campuran Fisik (1:3)
cf 1:3 4 jam rep 1
0.2490
0.2508
4.62 0.2493 0.0006 0.34
0.2493
cf 1:3 4 jam rep 2
0.1686
0.1673
3.18 0.1671 0.0007 0.56
0.1631
cf 1:3 4 jam rep 3
0.1640
0.1653
3.12 0.1644 0.0009 0.61
0.1654
Dispersi Padat (1:1)
kel dp 1:1 rep 1 4
0.2105
0.2093
4.00 0.2096 0.0008 0.39
0.2090
kel dp 1:1 rep 2 4
0.2305
0.2308
4.41 0.2311 0.0008 0.34
0.2320
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
87
kel dp 1:1 rep 3 4
0.2215
0.2225
4.24 0.2224 0.0008 0.34
0.2231
Dispersi Padat (1:2)
kel dp 1:2 rep 1 4
0.2605
0.2693
5.10 0.2692 0.0008 0.39
0.2690
kel dp 1:2 rep 2 4
0.2605
0.2608
5.10 0.2692 0.0008 0.34
0.2620
kel dp 1:2 rep 3 4
0.3000
0.3024
5.68 0.3008 0.0008 0.34
0.3000
Dispersi Padat (1:3)
kel dp 1:3 rep 1 4
0.2105
0.2093
5.68 0.3008 0.0008 0.39
0.2090
kel dp 1:3 rep 2 4
0.2305
0.2308
5.67 0.3000 0.0008 0.34
0.2320
kel dp 1:3 rep 3 4
0.2215
0.2225
5.67 0.3000 0.0008 0.34
0.2231
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
88
Lampiran 9
Hasil Uji Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan
Dispersi Padat (Asam Sitrat – NaOH pH 5 dalam air)
1. Quercetin Murni
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 20,0 mg
Replikasi 2 : 20,0 mg
Replikasi 3 : 20,0 mg
- Replikasi 1
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
0 0,0000 0,00 0
30 0,1421 2,71 2,71
60 0,0722 1,39 1,39
120 0,0813 1,57 1,57
180 0,0759 1,46 1,46
240 0,0856 1,65 1,65
300 0,0873 1,68 1,68
360 0,0928 1,78 1,78
420 0,1083 2,07 2,07
- Replikasi 2
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
0 0,0000 0,00 0,00
30 0,0885 1,70 1,70
60 0,0702 1,36 1,36
120 0,0812 1,56 1,56
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
89
180 0,0779 1,50 1,50
240 0,0909 1,75 1,75
300 0,0834 1,60 1,60
360 0,0899 1,73 1,73
420 0,0931 1,79 1,79
- Replikasi 3
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
0 0,0000 0,00 0,00
30 0,0668 1,29 1,29
60 0,0685 1,33 1,33
120 0,0773 1,49 1,49
180 0,0666 1,29 1,29
240 0,0759 1,46 1,46
300 0,0712 1,38 1,38
360 0,0591 1,15 1,15
420 0,0516 1,01 1,01
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
90
2. Campuran Fisik (1:1)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 38,0 mg
Replikasi 2 : 38,0 mg
Replikasi 3 : 38,0 mg
- Replikasi 1
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,1173 2,24 2,24
- Replikasi 2
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,1130 2,16 2,16
- Replikasi 3
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,2300 4,36 4,36
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
91
3. Campuran Fisik (1:2)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 56,4 mg
Replikasi 2 : 56,4 mg
Replikasi 3 : 56,3 mg
- Replikasi 1
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,23 4,36 4,36
- Replikasi 2
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,165 3,14 3,14
- Replikasi 3
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,1731 3,29 3,29
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
92
4. Campuran Fisik (1:3)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 72,6 mg
Replikasi 2 : 72,6 mg
Replikasi 3 : 72,6 mg
- Replikasi 1
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,1900 3,61 3,61
- Replikasi 2
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,1323 2,52 2,52
- Replikasi 3
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,1562 2,97 2,97
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
93
5. Dispersi Padat (1:1)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 35,2 mg
Replikasi 2 : 35,2 mg
Replikasi 3 : 35,3 mg
- Replikasi 1
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,2096 3,97 3,97
- Replikasi 2
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,2311 4,37 4,37
- Replikasi 3
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,2224 4,21 4,21
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
94
6. Dispersi Padat (1:2)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 53,3 mg
Replikasi 2 : 53,3 mg
Replikasi 3 : 53,3 mg
- Replikasi 1
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,2692 5,09 5,09
- Replikasi 2
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,2692 5,09 5,09
- Replikasi 3
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,3008 5,68 5,68
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
95
7. Dispersi Padat (1:3)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 74,7 mg
Replikasi 2 : 74,6 mg
Replikasi 3 : 74,6 mg
- Replikasi 1
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,3008 5,68 5,68
- Replikasi 2
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,3000 5,67 5,67
- Replikasi 3
Waktu
(menit)
Absorba
n
Kadar
(ppm)
% Quercetin Terlarut (%b/v, 10-
4)
240 0,3000 5,67 5,67
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
96
Lampiran 10
Hasil Pengamatan Disolusi dari Quercetin Murni, Campuran Fisik dan
Dispersi Padat (1% SLS dalam air)
Quercetin Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
______________________________________________________________________
5 rep 1 0.1730
0.1730
3.404 0.1732 0.0003 0.17 0.1735
10 rep 1 0.1822
0.1822
3.572 0.1820 0.0003 0.16 0.1817
15 rep 1 0.1910
0.1917
3.754 0.1917 0.0007 0.34 0.1923
20 rep 1 0.1900
0.1895
3.721 0.1899 0.0004 0.19 0.1902
25 rep 1 0.1988
0.1978
3.877 0.1982 0.0005 0.26 0.1979
30 rep 1 0.1904
0.1903
3.726 0.1902 0.0002 0.13 0.1899
5 rep 2 0.1302
0.1302
2.591 0.1302 0.0000 0.03 0.1303
10 rep 2 0.1473
0.1487
2.934 0.1483 0.0009 0.61 0.1490
15 rep 2 0.1515
0.1520
2.999 0.1518 0.0002 0.16 0.1519
20 rep 2 0.1524
0.1532
3.021 0.1529 0.0005 0.31 0.1532
25 rep 2 0.1569
0.1570
3.097 0.1569 0.0000 0.02 0.1569
30 rep 2 0.1633
0.1633
3.216 0.1632 0.0001 0.05 0.1631
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
97
5 rep 3 0.1885
0.1888
3.696 0.1886 0.0002 0.08 0.1885
10 rep 3 0.2018
0.2016
3.943 0.2016 0.0002 0.11 0.2014
15 rep 3 0.2027
0.2024
3.963 0.2027 0.0004 0.17 0.2031
20 rep 3 0.2077
0.2071
4.053 0.2075 0.0003 0.13 0.2076
25 rep 3 0.2370
0.2369
4.610 0.2369 0.0001 0.06 0.2367
30 rep 3 0.2034
0.2031
3.970 0.2031 0.0003 0.15 0.2028
Campuran Fisik (1:1) Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
______________________________________________________________________
5 rep 1 0.0958
0.0959
1.942 0.0960 0.0002 0.25 0.0962
5 rep 2 0.0963
0.0961
1.948 0.0963 0.0001 0.11 0.0963
5 rep 3 0.0960
0.0962
1.948 0.0963 0.0003 0.29 0.0966
10 rep 1 0.1296
0.1296
2.576 0.1295 0.0002 0.17 0.1292
10 rep 2 0.1314
0.1315
2.618 0.1317 0.0004 0.30 0.1321
10 rep 3 0.1312
0.1304
2.604 0.1309 0.0005 0.36 0.1312
15 rep 1 0.1343
0.1341
2.663 0.1340 0.0003 0.21 0.1337
15 rep 2 0.1342
0.1339
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
98
2.665 0.1341 0.0002 0.15 0.1343
15 rep 3 0.1339
0.1341
2.661 0.1339 0.0002 0.12 0.1338
20 rep 1 0.1607
0.1607
3.166 0.1606 0.0001 0.08 0.1605
20 rep 2 0.1602
0.1609
3.163 0.1604 0.0004 0.25 0.1602
20 rep 3 0.1604
0.1607
3.166 0.1606 0.0002 0.10 0.1606
25 rep 1 0.1597
0.1593
3.145 0.1595 0.0002 0.14 0.1594
25 rep 2 0.1592
0.1590
3.141 0.1593 0.0003 0.18 0.1595
25 rep 3 0.1600
0.1596
3.152 0.1598 0.0002 0.14 0.1599
30 rep 1 0.1691
0.1693
3.328 0.1692 0.0001 0.08 0.1690
30 rep 2 0.1693
0.1690
3.322 0.1688 0.0005 0.32 0.1682
30 rep 3 0.1685
0.1689
3.317 0.1686 0.0003 0.18 0.1683
Campuran Fisik (1:2) Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
______________________________________________________________________
5 rep 1 0.0980
0.0976
1.977 0.0978 0.0002 0.18 0.0978
5 rep 2 0.0975
0.0978
1.974 0.0977 0.0002 0.16 0.0977
5 rep 3 0.0986
0.0990
1.996 0.0988 0.0002 0.18 0.0989
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
99
10 rep 1 0.1215
0.1218
2.424 0.1214 0.0005 0.41 0.1208
10 rep 2 0.1210
0.1213
2.423 0.1214 0.0004 0.35 0.1218
10 rep 3 0.1202
0.1205
2.404 0.1204 0.0002 0.14 0.1204
15 rep 1 0.1570
0.1566
3.098 0.1570 0.0004 0.26 0.1574
15 rep 2 0.1564
0.1564
3.088 0.1565 0.0001 0.04 0.1565
15 rep 3 0.1565
0.1565
3.085 0.1563 0.0003 0.19 0.1560
20 rep 1 0.1572
0.1571
3.103 0.1573 0.0001 0.08 0.1574
20 rep 2 0.1578
0.1577
3.113 0.1578 0.0002 0.11 0.1580
20 rep 3 0.1574
0.1570
3.101 0.1571 0.0002 0.13 0.1570
25 rep 1 0.1747
0.1749
3.431 0.1746 0.0003 0.18 0.1743
25 rep 2 0.1746
0.1747
3.432 0.1747 0.0001 0.03 0.1747
25 rep 3 0.1741
0.1744
3.427 0.1744 0.0002 0.12 0.1745
30 rep 1 0.1943
0.1945
3.808 0.1945 0.0002 0.08 0.1946
30 rep 2 0.1945
0.1944
3.805 0.1944 0.0001 0.07 0.1942
30 rep 3 0.1945
0.1942
3.808 0.1945 0.0002 0.11 0.1947
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
100
Campuran Fisik (1:3) Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
______________________________________________________________________
5 rep 1 0.1568
0.1574
3.101 0.1572 0.0003 0.20 0.1573
5 rep 2 0.1562
0.1558
3.076 0.1558 0.0003 0.19 0.1556
5 rep 3 0.1542
0.1544
3.047 0.1543 0.0001 0.07 0.1544
10 rep 1 0.1957
0.1949
3.820 0.1951 0.0005 0.26 0.1948
10 rep 2 0.1942
0.1939
3.798 0.1940 0.0002 0.08 0.1939
10 rep 3 0.1948
0.1947
3.811 0.1946 0.0002 0.12 0.1944
15 rep 1 0.2103
0.2109
4.112 0.2106 0.0003 0.13 0.2105
15 rep 2 0.2093
0.2094
4.091 0.2095 0.0002 0.09 0.2097
15 rep 3 0.2104
0.2100
4.107 0.2103 0.0002 0.09 0.2104
20 rep 1 0.2136
0.2136
4.174 0.2138 0.0004 0.17 0.2143
20 rep 2 0.2134
0.2133
4.163 0.2133 0.0001 0.07 0.2131
20 rep 3 0.2134
0.2136
4.163 0.2133 0.0004 0.20 0.2128
25 rep 1 0.2395
0.2393
4.656 0.2393 0.0002 0.07 0.2391
25 rep 2 0.2389
0.2383
4.643 0.2386 0.0003 0.14 0.2387
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
101
25 rep 3 0.2393
0.2389
4.652 0.2391 0.0002 0.09 0.2391
30 rep 1 0.2228
0.2230
4.345 0.2229 0.0001 0.04 0.2229
30 rep 2 0.2227
0.2229
4.344 0.2228 0.0001 0.06 0.2229
30 rep 3 0.2225
0.2220
4.334 0.2223 0.0002 0.11 0.2223
Dispersi Padat (1:1) Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
______________________________________________________________________
5 rep 1 0.1014
0.1009
2.038 0.1010 0.0003 0.26 0.1009
5 rep 2 0.1009
0.1013
2.038 0.1010 0.0003 0.26 0.1008
5 rep 3 0.1010
0.1012
2.041 0.1012 0.0002 0.19 0.1014
10 rep 1 0.1516
0.1517
2.994 0.1515 0.0003 0.19 0.1512
10 rep 2 0.1513
0.1518
2.991 0.1514 0.0004 0.25 0.1510
10 rep 3 0.1512
0.1510
2.983 0.1509 0.0003 0.19 0.1506
15 rep 1 0.1886
0.1890
3.706 0.1891 0.0006 0.32 0.1898
15 rep 2 0.1894
0.1894
3.710 0.1893 0.0002 0.11 0.1891
15 rep 3 0.1888
0.1884
3.694 0.1885 0.0002 0.11 0.1884
20 rep 1 0.2264
0.2257
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
102
4.394 0.2254 0.0011 0.50 0.2242
20 rep 2 0.2234
0.2233
4.355 0.2234 0.0001 0.02 0.2234
20 rep 3 0.2233
0.2233
4.353 0.2233 0.0000 0.01 0.2233
25 rep 1 0.2385
0.2375
4.630 0.2379 0.0006 0.23 0.2377
25 rep 2 0.2372
0.2363
4.606 0.2366 0.0005 0.21 0.2364
25 rep 3 0.2365
0.2364
4.603 0.2365 0.0001 0.04 0.2366
30 rep 1 0.2625
0.2625
5.098 0.2626 0.0003 0.10 0.2629
30 rep 2 0.2640
0.2633
5.118 0.2637 0.0003 0.12 0.2637
30 rep 3 0.2620
0.2620
5.088 0.2621 0.0002 0.07 0.2623
Dispersi Padat (1:2) Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
______________________________________________________________________
5 rep 1 0.1459
0.1455
2.299 0.1455 0.0004 0.29 0.1451
5 rep 2 0.1464
0.1465
2.511 0.1463 0.0003 0.19 0.1460
5 rep 3 0.1460
0.1455
2.233 0.1456 0.0003 0.23 0.1454
10 rep 1 0.2075
0.2067
3.050 0.2068 0.0006 0.29 0.2063
10 rep 2 0.2056
0.2051
3.112 0.2053 0.0003 0.13 0.2052
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
103
10 rep 3 0.2057
0.2053
2.989 0.2055 0.0002 0.11 0.2054
15 rep 1 0.2634
0.2626
5.101 0.2628 0.0005 0.20 0.2624
15 rep 2 0.2630
0.2632
5.105 0.2630 0.0002 0.07 0.2629
15 rep 3 0.2632
0.2627
5.100 0.2628 0.0004 0.15 0.2624
20 rep 1 0.2803
0.2801
5.425 0.2799 0.0005 0.19 0.2793
20 rep 2 0.2785
0.2784
5.398 0.2785 0.0000 0.02 0.2785
20 rep 3 0.2788
0.2792
5.405 0.2789 0.0004 0.13 0.2785
25 rep 1 0.2843
0.2840
5.509 0.2844 0.0004 0.13 0.2848
25 rep 2 0.2845
0.2845
5.505 0.2841 0.0007 0.23 0.2834
25 rep 3 0.2833
0.2840
5.497 0.2837 0.0004 0.13 0.2839
30 rep 1 0.3021
0.3026
5.849 0.3023 0.0002 0.08 0.3022
30 rep 2 0.3015
0.3019
5.840 0.3018 0.0003 0.09 0.3020
30 rep 3 0.3010
0.3017
5.831 0.3013 0.0004 0.12 0.3013
Dispersi Padat (1:3) Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings
mg/L
______________________________________________________________________
5 rep 1 0.1459
0.1455
2.881 0.1455 0.0004 0.29 0.1451
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
104
5 rep 2 0.1464
0.1465
2.895 0.1463 0.0003 0.19 0.1460
5 rep 3 0.1460
0.1455
2.883 0.1456 0.0003 0.23 0.1454
10 rep 1 0.2075
0.2067
4.042 0.2068 0.0006 0.29 0.2063
10 rep 2 0.2056
0.2051
4.012 0.2053 0.0003 0.13 0.2052
10 rep 3 0.2057
0.2053
4.015 0.2055 0.0002 0.11 0.2054
15 rep 1 0.2634
0.2626
5.101 0.2628 0.0005 0.20 0.2624
15 rep 2 0.2630
0.2632
5.105 0.2630 0.0002 0.07 0.2629
15 rep 3 0.2632
0.2627
5.100 0.2628 0.0004 0.15 0.2624
20 rep 1 0.2803
0.2801
5.425 0.2799 0.0005 0.19 0.2793
20 rep 2 0.2785
0.2784
5.398 0.2785 0.0000 0.02 0.2785
20 rep 3 0.2788
0.2792
5.405 0.2789 0.0004 0.13 0.2785
25 rep 1 0.2843
0.2840
5.509 0.2844 0.0004 0.13 0.2848
25 rep 2 0.2845
0.2845
5.505 0.2841 0.0007 0.23 0.2834
25 rep 3 0.2833
0.2840
5.497 0.2837 0.0004 0.13 0.2839
30 rep 1 0.3021
0.3026
5.849 0.3023 0.0002 0.08 0.3022
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
105
30 rep 2 0.3015
0.3019
5.840 0.3018 0.0003 0.09 0.3020
30 rep 3 0.3010
0.3017
5.831 0.3013 0.0004 0.12 0.3013
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
106
Lampiran 11
Hasil Uji Disolusi Kelarutan dari Quercetin Murni, Campuran Fisik
dan Dispersi Padat (1% SLS dalam air)
Quercetin Murni
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 5,4 mg
Replikasi 2 : 5,4 mg
Replikasi 3 : 5,5 mg
- Replikasi 1
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 3,40 3,06 3,40 58,92 147,29
10 3,57 3,21 3,59 61,82 301,85
15 3,75 3,38 3,79 64,97 316,99
20 3,72 3,35 3,78 64,40 323,44
25 3,88 3,49 3,96 67,10 328,76
30 3,73 3,35 3,83 64,49 328,98
AUC0 – 30 1747,30
ED 30(%) 58,24
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
107
- Replikasi 2
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,59 2,33 2,59 43,18 107,96
10 2,93 2,64 2,95 48,90 230,21
15 3,00 2,70 3,03 49,98 247,21
20 3,02 2,72 3,07 50,35 250,83
25 3,10 2,79 3,16 51,62 254,92
30 3,22 2,89 3,30 53,60 263,04
AUC0 – 30 1354,17
ED 30(%) 45,14
- Replikasi 3
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 3,70 3,33 3,70 60,48 151,20
10 3,94 3,55 3,96 64,52 312,50
15 3,96 3,57 4,01 64,85 323,43
20 4,05 3,65 4,12 66,32 327,93
25 4,61 4,15 4,70 75,44 354,40
30 3,97 3,57 4,08 64,96 351,00
AUC0 – 30 1820,45
ED 30(%) 60,68
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
108
Campuran Fisik (1:1)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 10,8 mg
Replikasi 2 : 10,6 mg
Replikasi 3 : 10,8 mg
- Replikasi 1
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,94 1,75 1,94 40,65 101,62
10 2,58 2,32 2,59 53,92 236,41
15 2,66 2,40 2,69 55,74 274,13
20 3,17 2,85 3,21 66,27 305,01
25 3,15 2,83 3,20 65,83 330,23
30 3,33 3,00 3,40 69,66 338,70
AUC0 – 30 1586,09
ED 30(%) 52,87
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
109
- Replikasi 2
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,95 1,75 1,95 40,77 101,93
10 2,62 2,36 2,63 54,80 238,92
15 2,67 2,40 2,69 55,78 276,44
20 3,16 2,85 3,20 66,20 304,95
25 3,14 2,83 3,20 65,74 329,86
30 3,32 2,99 3,40 69,53 338,18
AUC0 – 30 1590,28
ED 30(%) 53,01
- Replikasi 3
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,98 1,78 1,98 41,38 103,45
10 2,42 2,18 2,43 50,73 230,28
15 3,10 2,79 3,12 64,84 288,94
20 3,10 2,79 3,14 64,95 324,47
25 3,43 3,09 3,49 71,81 341,90
30 3,81 3,43 3,89 79,70 378,78
AUC0 – 30 1667,83
ED 30(%) 55,59
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
110
Campuran Fisik (1:2)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 16,4 mg
Replikasi 2 : 16,4 mg
Replikasi 3 : 16,3 mg
- Replikasi 1
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,97 1,78 1,97 39,48 98,70
10 2,42 2,18 2,43 48,46 219,85
15 3,09 2,78 3,11 61,76 275,55
20 3,11 2,80 3,15 62,26 310,05
25 3,43 3,09 3,49 68,64 327,25
30 3,81 3,42 3,88 76,10 361,85
AUC0 – 30 1593,25
ED 30(%) 53,11
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
111
- Replikasi 2
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,00 1,80 2,00 39,92 99,80
10 2,40 2,16 2,42 48,08 220,00
15 3,09 2,78 3,11 61,70 274,45
20 3,11 2,80 3,15 62,26 309,90
25 3,43 3,08 3,49 68,54 327,00
30 3,81 3,43 3,89 76,16 361,75
AUC0 – 30 1592,90
ED 30(%) 53,10
- Replikasi 3
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,95 1,75 1,95 38,96 97,40
10 2,60 2,34 2,61 52,08 227,60
15 2,66 2,39 2,69 53,22 263,25
20 3,10 2,79 3,14 62,02 288,10
25 3,43 3,08 3,48 68,54 326,40
30 3,81 3,42 3,88 76,10 361,60
AUC0 – 30 1564,35
ED 30(%) 52,15
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
112
Campuran Fisik (1:3)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 21,6 mg
Replikasi 2 : 21,6 mg
Replikasi 3 : 21,8 mg
- Replikasi 1
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,94 1,75 1,94 43,70 109,24
10 2,58 2,32 2,59 57,96 254,14
15 2,66 2,40 2,69 59,92 294,69
20 3,17 2,85 3,21 71,24 327,88
25 3,15 2,83 3,20 70,76 354,99
30 3,33 3,00 3,40 74,88 364,11
AUC0 – 30 1705,05
ED 30(%) 56,84
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
113
- Replikasi 2
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,95 1,75 1,95 43,83 109,58
10 2,62 2,36 2,63 58,91 256,84
15 2,67 2,40 2,69 59,96 297,17
20 3,16 2,85 3,20 71,17 327,83
25 3,14 2,83 3,20 70,67 354,60
30 3,32 2,99 3,40 74,75 363,54
AUC0 – 30 1709,55
ED 30(%) 56,99
- Replikasi 3
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 1,95 1,75 1,95 43,83 109,58
10 2,60 2,34 2,61 58,59 256,05
15 2,66 2,39 2,69 59,87 296,16
20 3,17 2,85 3,21 71,24 327,77
25 3,15 2,84 3,21 70,92 355,39
30 3,32 2,99 3,39 74,63 363,88
AUC0 – 30 1708,82
ED 30(%) 56,96
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
114
Dispersi Padat (1:1)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 10,2 mg
Replikasi 2 : 10,2 mg
Replikasi 3 : 10,3 mg
- Replikasi 1
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,04 1,83 2,04 34,61 86,52
10 2,99 2,69 3,01 50,84 213,62
15 3,71 3,34 3,73 62,93 284,43
20 4,39 3,95 4,44 74,62 343,87
25 4,63 4,17 4,70 78,62 383,09
30 5,10 4,59 5,20 86,57 412,98
AUC0 – 30 1724,52
ED 30(%) 57,48
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
115
- Replikasi 2
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,04 1,83 2,04 34,61 86,52
10 2,99 2,69 3,00 50,79 213,50
15 3,71 3,34 3,74 63,00 284,48
20 4,36 3,92 4,40 73,95 342,38
25 4,61 4,15 4,68 78,22 380,42
30 5,12 4,61 5,22 86,91 412,81
AUC0 – 30 1720,10
ED 30(%) 57,34
- Replikasi 3
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,04 1,84 2,04 34,66 86,65
10 2,98 2,68 2,99 50,65 213,28
15 3,96 3,57 3,99 67,31 294,92
20 4,35 3,92 4,40 73,92 353,08
25 4,60 4,14 4,68 78,16 380,21
30 5,09 4,58 5,19 86,40 411,41
AUC0 – 30 1739,55
ED 30(%) 57,98
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
116
Dispersi Padat (1:2)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 16,3 mg
Replikasi 2 : 16,3 mg
Replikasi 3 : 16,3 mg
- Replikasi 1
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,30 2,07 2,30 39,06 97,64
10 3,05 2,75 3,06 51,79 227,12
15 4,02 3,62 4,05 68,26 300,14
20 4,56 4,10 4,61 77,43 364,25
25 5,00 4,50 5,08 84,91 405,85
30 5,81 5,23 5,92 98,66 458,92
AUC0 – 30 1853,92
ED 30(%) 61,80
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
117
- Replikasi 2
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,51 2,26 2,51 42,62 106,56
10 3,11 2,80 3,12 52,81 238,58
15 3,99 3,59 4,02 67,75 301,42
20 4,61 4,15 4,66 78,28 365,09
25 5,09 4,58 5,17 86,43 411,79
30 5,42 4,88 5,53 92,04 446,18
AUC0 – 30 1869,62
ED 30(%) 62,32
- Replikasi 3
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,23 2,01 2,23 37,87 94,67
10 2,99 2,69 3,01 50,84 221,77
15 4,07 3,66 4,10 69,11 299,89
20 4,59 4,13 4,64 77,94 367,64
25 4,97 4,47 5,05 84,40 405,85
30 5,66 5,09 5,77 96,11 451,27
AUC0 – 30 1841,09
ED 30(%) 61,37
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
118
Dispersi Padat (1:3)
Penimbangan Sampel :
Replikasi 1 : 21,7 mg
Replikasi 2 : 21,6 mg
Replikasi 3 : 21,6 mg
- Replikasi 1
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,88 2,59 2,88 48,92 122,31
10 4,04 3,64 4,06 68,64 293,90
15 5,10 4,59 5,14 86,60 388,10
20 5,43 4,88 5,49 92,12 446,82
25 5,51 4,96 5,61 93,55 464,18
30 5,85 5,26 5,98 99,32 482,18
AUC0 – 30 2197,49
ED 30(%) 73,25
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
119
- Replikasi 2
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,90 2,61 2,90 50,11 125,26
10 4,01 3,61 4,03 69,44 298,86
15 5,11 4,59 5,14 88,36 394,49
20 5,40 4,86 5,47 93,43 454,46
25 5,51 4,95 5,60 95,28 471,76
30 5,84 5,26 5,97 101,08 490,89
AUC0 – 30 2235,72
ED 30(%) 74,52
- Replikasi 3
Waktu
Sampling
Kadar
(mg/L)
Berat dalam
900mL media
Kadar
Terkoreksi
%
Quercetin
Terlarut
AUCt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 2,88 2,59 2,88 48,96 122,39
10 4,11 3,69 4,12 69,71 296,66
15 5,10 4,59 5,14 86,60 390,78
20 5,41 4,86 5,47 91,78 445,97
25 5,50 4,95 5,59 93,35 462,82
30 5,83 5,25 5,96 99,02 480,91
AUC0 – 30 2199,52
ED 30(%) 73,32
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
120
Contoh perhitungan quercetin pada menit ke – 5 :
Dari data absorban didapatkan kadar melalui persamaan Y = 0,05257 X +
0,00221 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,99979 dengan y sebagai
absorban dan x sebagai kadar :
Y = 0,05281 X - 0,0660
0,1732 = 0, 05281 X - 0,0660
X = 0,1732 + 0,0660
0, 05281
X = 3,40
Berat yang terlarut (mg) dalam media 900,0 mL media disolusi :
900 x kadar dalam 900 mL = 900 x 3,40
1000 1000
= 3,06
Dengan menggunakan persamaan Wurster :
∑
% quercetin terlarut = kadar dalam media sampel x 100 %
berat penimbangan
= 3,40 x100 %
5,4
= 58,92%
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
121
Area dibawah kurva tiap waktu
(AUCt) = (tn-tn-1) x (Cn + Cn-1)
2
(AUC5) = (5 – 0) x (58,92– 0)
2
(AUC5) = 147,29
Perhitungan Nilai Slope Profil Disolusi
Nilai slope dihitung antara (Mo1/3 – M1/3) sebagai variabel tergantung dan
waktu sebagai variabel bebas, dengan :
Mo = Jumlah quercetin mula – mula (100%)
M = Jumlah quercetin pada waktu t yang belum terlarut (Mo –
quercetin terlarut)
Waktu
(menit)
Mo1/3 – M1/3
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
5 0,0460 0,0445 0,0467 0,0532 0,0694 0,0743 0,0712
10 0,0492 0,0487 0,0532 0,0594 0,0852 0,0814 0,0819
15 0,0502 0,0547 0,0595 0,0676 0,0909 0,0910 0,0979
Slope 0,0004 0,0010 0,0013 0,0014 0,0022 0,0024 0,0027
R 0,9972 0,9951 0,9999 0,9967 0,9654 0,9963 0,9935
Persamaan Regresi :
- QC : y = 0,0004x + 0,0372
- CF 1:1 : y = 0,0009x + 0,0328
- CF 1:2 : y = 0,0013x + 0,0340
- CF 1:3 : y = 0,0014x + 0,0390
- DP 1:1 : y = 0,0022x + 0,0532
- DP 1:2 : y = 0,0024x + 0,0586
- DP 1:3 : y = 0,0027x + 0,0503
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
122
Lampiran 12
Hasil Statistika
1. Perhitungan unpaired t – test kelarutan jenuh
2. Perhitungan ANOVA uji kelarutan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
123
ANOVA Data Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
Between Groups
6.197 6 1.033 9.807 .000
Within Groups
1.474 14 .105
Total 7.671 20
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons Dependent Variable: Data Tukey HSD
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Mean Difference
(I-J)
Std. Error
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
1.00
2.00 -.37667 .26496 .782 -1.2814 .5281
3.00 -.68000 .26496 .208 -1.5847 .2247
4.00 -.43333 .26496 .664 -1.3381 .4714
5.00 -.95000* .26496 .037 -1.8547 -.0453
6.00 -1.44000* .26496 .001 -2.3447 -.5353
7.00 -1.61667* .26496 .000 -2.5214 -.7119
2.00
1.00 .37667 .26496 .782 -.5281 1.2814 3.00 -.30333 .26496 .903 -1.2081 .6014 4.00 -.05667 .26496 1.000 -.9614 .8481 5.00 -.57333 .26496 .371 -1.4781 .3314
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
124
6.00 -1.06333* .26496 .017 -1.9681 -.1586 7.00 -1.24000* .26496 .005 -2.1447 -.3353
3.00
1.00 .68000 .26496 .208 -.2247 1.5847 2.00 .30333 .26496 .903 -.6014 1.2081 4.00 .24667 .26496 .961 -.6581 1.1514 5.00 -.27000 .26496 .941 -1.1747 .6347 6.00 -.76000 .26496 .128 -1.6647 .1447 7.00 -.93667* .26496 .040 -1.8414 -.0319
4.00
1.00 .43333 .26496 .664 -.4714 1.3381 2.00 .05667 .26496 1.000 -.8481 .9614 3.00 -.24667 .26496 .961 -1.1514 .6581 5.00 -.51667 .26496 .483 -1.4214 .3881 6.00 -1.00667* .26496 .025 -1.9114 -.1019 7.00 -1.18333* .26496 .007 -2.0881 -.2786
5.00
1.00 .95000* .26496 .037 .0453 1.8547 2.00 .57333 .26496 .371 -.3314 1.4781 3.00 .27000 .26496 .941 -.6347 1.1747 4.00 .51667 .26496 .483 -.3881 1.4214 6.00 -.49000 .26496 .540 -1.3947 .4147 7.00 -.66667 .26496 .225 -1.5714 .2381
6.00
1.00 1.44000* .26496 .001 .5353 2.3447 2.00 1.06333* .26496 .017 .1586 1.9681 3.00 .76000 .26496 .128 -.1447 1.6647 4.00 1.00667* .26496 .025 .1019 1.9114 5.00 .49000 .26496 .540 -.4147 1.3947 7.00 -.17667 .26496 .993 -1.0814 .7281
7.00
1.00 1.61667* .26496 .000 .7119 2.5214
2.00 1.24000* .26496 .005 .3353 2.1447
3.00 .93667* .26496 .040 .0319 1.8414
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
125
4.00 1.18333* .26496 .007 .2786 2.0881
5.00 .66667 .26496 .225 -.2381 1.5714
6.00 .17667 .26496 .993 -.7281 1.0814
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Data Tukey HSDa
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
1.00 3 .9233
2.00 3 1.3000 1.3000
4.00 3 1.3567 1.3567
3.00 3 1.6033 1.6033 1.6033
5.00 3 1.8733 1.8733 1.8733 6.00 3 2.3633 2.3633 7.00 3 2.5400 Sig. .208 .371 .128 .225
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
126
3. Perhitungan ANOVA ED30 quercetin
Oneway
Descriptives
ED 30 N Mean Std.
Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum
Maximum
Lower Bound
Upper Bound
QM 3 3.316
7 .46522 .2686
0 2.161
0 4.472
3 2.95 3.84
CF 1:1
3 3.2767
.05508 .03180
3.1399
3.4135
3.22 3.33
CF 1:2
3 3.4800
.31432 .18148
2.6992
4.2608
3.26 3.84
CF 1:3
3 3.7667
.51868 .29946
2.4782
5.0551
3.33 4.34
DP 1:1
3 4.8700
.09539 .05508
4.6330
5.1070
4.77 4.96
DP 1:2
3 4.7967
.19140 .11050
4.3212
5.2721
4.64 5.01
DP 1:3
3 5.3133
.03055 .01764
5.2374
5.3892
5.28 5.34
Total
21
4.1171
.84481 .18435
3.7326
4.5017
2.95 5.34
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
127
ANOVA ED 30 Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
Between Groups
13.006 6 2.168 23.935 .000
Within Groups
1.268 14 .091
Total 14.274 20
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons Dependent Variable: ED 30 Tukey HSD
(I) Sistem
(J) Sistem
Mean Difference
(I-J)
Std. Error
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
QM
CF 1:1 .04000 .24572 1.000 -.7990 .8790
CF 1:2 -.16333 .24572 .993 -1.0024 .6757
CF 1:3 -.45000 .24572 .550 -1.2890 .3890
DP 1:1 -1.55333* .24572 .000 -2.3924 -.7143
DP 1:2 -1.48000* .24572 .000 -2.3190 -.6410
DP 1:3 -1.99667* .24572 .000 -2.8357 -1.1576
CF 1:1
QM -.04000 .24572 1.000 -.8790 .7990 CF 1:2 -.20333 .24572 .978 -1.0424 .6357 CF 1:3 -.49000 .24572 .458 -1.3290 .3490 DP 1:1 -1.59333* .24572 .000 -2.4324 -.7543
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
128
DP 1:2 -1.52000* .24572 .000 -2.3590 -.6810 DP 1:3 -2.03667* .24572 .000 -2.8757 -1.1976
CF 1:2
QM .16333 .24572 .993 -.6757 1.0024 CF 1:1 .20333 .24572 .978 -.6357 1.0424 CF 1:3 -.28667 .24572 .895 -1.1257 .5524 DP 1:1 -1.39000* .24572 .001 -2.2290 -.5510 DP 1:2 -1.31667* .24572 .002 -2.1557 -.4776 DP 1:3 -1.83333* .24572 .000 -2.6724 -.9943
CF 1:3
QM .45000 .24572 .550 -.3890 1.2890 CF 1:1 .49000 .24572 .458 -.3490 1.3290 CF 1:2 .28667 .24572 .895 -.5524 1.1257 DP 1:1 -1.10333* .24572 .007 -1.9424 -.2643 DP 1:2 -1.03000* .24572 .012 -1.8690 -.1910 DP 1:3 -1.54667* .24572 .000 -2.3857 -.7076
DP 1:1
QM 1.55333* .24572 .000 .7143 2.3924 CF 1:1 1.59333* .24572 .000 .7543 2.4324 CF 1:2 1.39000* .24572 .001 .5510 2.2290 CF 1:3 1.10333* .24572 .007 .2643 1.9424 DP 1:2 .07333 .24572 1.000 -.7657 .9124 DP 1:3 -.44333 .24572 .566 -1.2824 .3957
DP 1:2
QM 1.48000* .24572 .000 .6410 2.3190 CF 1:1 1.52000* .24572 .000 .6810 2.3590 CF 1:2 1.31667* .24572 .002 .4776 2.1557 CF 1:3 1.03000* .24572 .012 .1910 1.8690 DP 1:1 -.07333 .24572 1.000 -.9124 .7657 DP 1:3 -.51667 .24572 .401 -1.3557 .3224
DP 1:3
QM 1.99667* .24572 .000 1.1576 2.8357
CF 1:1 2.03667* .24572 .000 1.1976 2.8757
CF 1:2 1.83333* .24572 .000 .9943 2.6724
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
129
CF 1:3 1.54667* .24572 .000 .7076 2.3857
DP 1:1 .44333 .24572 .566 -.3957 1.2824
DP 1:2 .51667 .24572 .401 -.3224 1.3557
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
ED 30 Tukey HSDa
Sistem N Subset for alpha = 0.05
1 2
CF 1:1 3 3.2767
QM 3 3.3167
CF 1:2 3 3.4800
CF 1:3 3 3.7667
DP 1:2 3 4.7967 DP 1:1 3 4.8700 DP 1:3 3 5.3133 Sig. .458 .401
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
130
Lampiran 13
Tabel Harga Koefisien Kolerasi (r)
df = (N – 2) 0.10 0.05 0.02 0.01
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999
2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614
13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411
14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226
15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055
16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897
17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751
18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614
19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487
20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368
21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256
22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151
23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052
24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958
25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur
131
Lampiran 14
Tabel Distribusi Harga F pada α = 0,05
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi pengaruh jumlah .... Achmad fadhil Al Masyhur