18
THE RELATIONSHIP OF LEARNING ORIENTATION AND ACHIEVEMENT MOTIVATION OF PSYCHOLOGY STUDENT, GUNDARMA UNIVERSITY Yulifa Taslima, Awaluddin Tjalla, Dr. Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2008 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key words : relationship, learning orientation, psychology, achievement Motivation ABSTRACT : Education is an important aspect of citizens, especially for developing countries like Indonesia. There is no exception in the world. Many companies require a minimum degree of education for their employees, so that individuals try to pursue higher education. But lately, there appeared an alarming phenomenon in the world of education with the problems the "motivation crisis" with the symptoms such as reduced interest shown at the time of study, negligence in duties, homework, delaying preparation for tests or exams, and so on. This study aims to determine the students achievement motivation. Besides, this study also aims to determine the relationships between the study orientation and the achievement motivation. This research was conducted on 70 students of Psychology, University Gunadarma Depok, aged 20 to 23 years. To collect the data, a questionnaire was administered to the subjects. The results of study shows that 5.71% of the respondents have a high achievement motivation, 84.29% of respondents were motivated achievers, while 10% of respondents have low achievement motivation. The results shows that there is a significant relationship between the orientation of learning achievement motivation and achievement motivation of the students.

achievement motivation of psychology student, gundarma university

  • Upload
    vodung

  • View
    217

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: achievement motivation of psychology student, gundarma university

THE RELATIONSHIP OF LEARNING ORIENTATION AND ACHIEVEMENT MOTIVATION OF PSYCHOLOGY

STUDENT, GUNDARMA UNIVERSITY

Yulifa Taslima, Awaluddin Tjalla, Dr.

Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2008

Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Key words : relationship, learning orientation, psychology, achievement Motivation ABSTRACT : Education is an important aspect of citizens, especially for developing countries like Indonesia. There is no exception in the world. Many companies require a minimum degree of education for their employees, so that individuals try to pursue higher education. But lately, there appeared an alarming phenomenon in the world of education with the problems the "motivation crisis" with the symptoms such as reduced interest shown at the time of study, negligence in duties, homework, delaying preparation for tests or exams, and so on. This study aims to determine the students achievement motivation. Besides, this study also aims to determine the relationships between the study orientation and the achievement motivation. This research was conducted on 70 students of Psychology, University Gunadarma Depok, aged 20 to 23 years. To collect the data, a questionnaire was administered to the subjects. The results of study shows that 5.71% of the respondents have a high achievement motivation, 84.29% of respondents were motivated achievers, while 10% of respondents have low achievement motivation. The results shows that there is a significant relationship between the orientation of learning achievement motivation and achievement motivation of the students.

Page 2: achievement motivation of psychology student, gundarma university

Hubungan Orientasi Belaj ar Denganh Motivasi Berprestasi Mahasiswa Psikologi Gunadarma

Yulifa Taslima

Awaluddin Tjalla, Dr.

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi berprestasi mahasiswa. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan orientasi belajar dengan motivasi berprestasi mahasiswa psikologi.

Penelitian ini dilakukan terhadap 70 mahasiswa Psikologi Universitas Gunadarma Depok, dengan kriteria: mahasiswa psikologi Gunadarma, dengan usia 20 – 23 tahun, angkatan 2003, 2004 dan 2005 yang masih aktif kuliah (tidak cuti). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sign ifikan orientasi belajar dengan motivasi berprestasi. Hal ini juga dapat diketahui dari tabel correlations, dimana nilai dari pearson correlation +, 557** sedangkan nilai Sig. (1-tailed) sebesar 0,000 (p< 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan orientasi belajar dengan motivasi berprestasi mahasiswa. Orientasi belajar mahasiswa yang tinggi akan mengakibatkan motivasi berprestasi mahasiswa tinggi, demikian pula sebaliknya orientasi belajar mahasiswa rendah maka motivasi berprestasi mahasiswa juga rendah, diterima.

Kata kunci : Orientasi Belaj ar, Motivasi Berprestasi dan Mahasiswa Psikologi

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aspek

penting bagi setiap Negara, terutama

bagi Negara berkembang seperti

Indonesia. Tak terkecuali dalam dunia

kerja, dimana banyak perusahaan yang

menuntut pegawainya yang

berpendidikan minimal sarj ana,

sehingga individu berusaha untuk

menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Namun akhir-akhir ini muncul suatu

gej ala yang cukup mengkhawatirkan

didalam dunia pendidikan dengan

adanya permasalahan yang dikemukakan

oleh Winkel (1991) yang adanya “krisis

mot ivas i” dengan ge j a la yang

ditunjukkan seperti berkurangnya

perhatian pada waktu belajar, kelalaian

Page 3: achievement motivation of psychology student, gundarma university

dalam mengerjakan tugas-tugas,

pekerjaan rumah, menunda persiapan

bagi ulangan atau ujian, serta pandangan

asal lulus, asal cukup dan sebagainya.

Jenjang pendidikan yang cukup

dikhawatirkan dengan adanya krisis ini

adalah jenjang Perguruan Tinggi, karena

sebagai individu yang telah menjadi

mahasiswa dianggap sudah cukup

dewasa untuk mengatur dirinya sendiri.

Berbeda dengan jenjang pendidikan

sebelumnya, seperti SMU (Sekolah

Menengah Umum), SMP (Sekolah

Menengah Pertama dan SD (Sekolah

Dasar), dimana siswa lebih terkontrol

karena waktu belajar yang harus mereka

jalani lebih teratur. Di samping itu

fungsi pengajar bukan hanya sebagai

guru saja, tetapi juga berfungsi sebagai

pembimbing dan pengawas yang terus

memantau kedisiplinan serta hasil

belajar yang diperoleh setiap siswa.

Pada jenjang Perguruan Tinggi

mahasiswa lebih diberikan kebebasan

untuk memilih banyaknya jumlah kredit

matakuliah yang diambil walaupun

dibatasi dengan IPK (Indeks Prestasi

Kumulatif), begitu pula dengan waktu

atau jadwal kuliah yang dapat disusun

sendiri oleh mahasiswa sesuai dengan

waktu yang dimiliki mahasiswa. Dengan

adanya kebebasan-kebebasan lainnya

yang diberikan, tidak jarang membuat

mahasiswa menjadi tidak disiplin

terutama dalam hal kehadiran pada

perkuliahan atau kehadiran dikelas. Ada

b e b e r a p a m a t a k u l i a h y a n g

memungkinkan mahasiswa untuk tidak

disiplin, dimana mahasiswa dapat

menitipkan daftar hadir (absent) kepada

temannya yang hadir pada perkuliahan.

Jika hal itu dilakukan oleh mahasiswa

maka motivasi mahasiswa untuk

mengikuti pelajaran akan menurun,

sehingga membuat mahasiswa tidak siap

dalam menghadapi ulangan maupun

ujian dan cenderung untuk menumpuk

bahan pelajaran dan baru belajar jika

ulangan atau ujian sudah dekat. Hal-hal

Page 4: achievement motivation of psychology student, gundarma university

diatas dapat merupakan penyebab

terjadinya masalah “krisis motivasi”.

Walaupun pokok permasalahan

yang dihadapi sudah jelas yaitu masalah

motivasi, namun apakah motivasi itu

sendiri, seperti apa motivasi yang harus

d imi l i k i mahas i swa . M o t iva s i

merupakan perubahan tenaga didalam

diri seseorang yang ditandai oleh

dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk

mencapai suatu tujuan (Donald dalam

Hardjo & Badjuri, 2004). Sedangkan

menurut Gage & Barliner (1992)

menyatakan bahwa motivasi merupakan

h a l - h a l y a n g m e n d o r o n g d a n

mengarahkan aktifitas seseorang.

Berdasarkan pendapat yang telah

dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa tingkah laku manusia yang

ditampilkan untuk mencapai tujuan

tertentu digerakkan dan diarahkan oleh

motivasi. Sedangkan motivasi yang

harus dimiliki oleh mahasiswa adalah

motivasi untuk mencapai prestasi belajar

yang baik dan motivasi seperti itu biasa

disebut dengan motivasi berprestasi.

Harapan orang tua untuk anak-

anak mereka juga penting dalam

perkembangan motivasi berprestasi

(Eccles & Morgan dalam Prabowo,

1998). Orang tua mengharapkan anak-

anak mereka bekerja keras dan berusaha

untuk sukses, mereka akan mendorong

anak-anak mereka untuk melakukan hal

itu dan memuji atau menghargai mereka

untuk perilaku yang mengarah ke

prestasi. Serangkaian harapan orang tua

yang berhubungan dengan motivasi

berprestasi berkenaan dengan gagasan-

gagasan ketika anak-anak harus menjadi

mandiri dalam suatu keterampilan.

McCllelland, (1987) mendefinisikan

motivasi berprestasi sebagai keinginan

untuk sukses dalam kompetisi, yang

berkeinginan untuk mengungguli orang

lain dengan mencapai suatu prestasi atau

suatu standar tertentu yang dianggap

berhasil. Penelitian yang dilakukan

McCllelland kalangan mahasiswa

Page 5: achievement motivation of psychology student, gundarma university

membuktikan bahwa motivasi

berprestasi memberikan kontribusi

sampai dengan 64% terhadap prestasi

belajar mahasiswa (dalam Elfizar,

2002).

Sedangkan Winkel (1991)

m e n g e m u k a k a n “ a c h i e v e m e n t

motivation” ialah daya penggerak dalam

diri mahasiswa untuk mencapai taraf

yang setinggi mungkin , adapun ukuran

mengenai taraf yang setinggi mungkin

itu ditentukan oleh individu sendiri.

Apabila taraf prestasi itu tercapai ia akan

merasa puas dan memberikan pujian

kepada dirinya, kalau tidak ia akan

kecewa dan mencela dirinya sendiri.

Motivasi berprestasi itu tidak berdiri

sendiri dalam menghasilkan prestasi

belajar yang baik, tetapi harus melalui

proses dan usaha-usaha yang harus

dilakukan. Sehubungan dengan kegiatan

belajar-mengajar maka cara yang

diperlukan untuk memperoleh nilai

akademik yang baik adalah dengan cara

belajar.

Membangun komunitas belajar

yang produktif dan mahasiswa yang

termotivasi untuk terlibat dalam

aktivitas belajar yang bermakna

m e r u p a k a n t u j u a n u t a m a d a r i

pengajaran. Salah satu sasaran penting

dari pembelajaran adalah memiliki anak

yang mampu mengembangkan motivasi

intrinsik (Desyanti, 2002). Sekolah

merupakan tempat berlangsungnya

proses belajar secara formal. Dalam

dunia pendidikan formal, belajar tidak

lepas dari tujuan belajar. Mengapa

seseorang mau belajar di lembaga

pendidikan formal, tidak lepas dari

tujuannya untuk belajar. Setiap orang

memiliki orientasi belajar yang berbeda,

tergantung pada hasil yang ingin

dicapai. Orientasi belajar menentukan

bagaimana seseorang belajar dan usaha

yang dilakukannya untuk mencapai hasil

yang diinginkannya (Ames & Archer,

1998).

Entwistle dan Wilson (dalam

Suardhika, 2004) mendefinisikan

Page 6: achievement motivation of psychology student, gundarma university

orientasi belajar dapat sebagai motivasi

belajar mahasiswa yang berpengaruh

terhadap pendekatan belajarnya dan

strategi belajar mahasiswa tersebut.

Mahasiswa dengan orientasi belajar,

menunjukkan ciri bahwa mahasiswa

tersebut melihat universitas sebagai

tempat untuk berkompetisi. Motif

belajar yang dominan adalah motivasi

berprestasi. Karenanya memainkan

peran sebaik mungkin sebagai seorang

mahasiswa. Mahasiswa dengan orientasi

belajar ini biasanya menaruh perhatian

yang besar dalam mengorganisasikan

cara belajar mereka sebaik mungkin.

Peserta didik bukan menguasai

berbagai mata pelajaran atau matakuliah

yang diajarkan dalam arti sesungguhnya

melainkan hanya sekedar mengetahui,

memiliki cara menjawab soal, sehingga

dalam ujian dapat menjawab seluruh

pertanyaan yang diberikan. Proses

belajar-mengajar didominasi oleh

tuntutan untuk menghafalkan dan

menguasai pelajaran sebanyak mungkin

guna menghadapi ujian atau tes, dimana

pada kesempatan tersebut peserta didik

harus mengeluarkan apa yang dihafalkan

( D e s y a n t i , 2 0 0 2 ) . P e n g e r t i a n

sederhananya adalah tolok ukur

keberhasilan belajar yang digunakan

adalah nilai tes yang diperoleh peserta

didik, bahkan yang lebih buruk, keadaan

dan kebiasaan ini berlangsung sampai di

Perguruan Tinggi.

Kegiatan belajar akan bermakna dan

berhasil jika individu itu merasa senang

dalam menjalankan tugas belajarnya.

Keing inan a taupun usaha yang

dilakukan oleh dirinya itu merupakan

t e n a g a y a n g m e n d o r o n g d a n

menggerakkan aktivitas untuk belajar

yang lebih berdaya guna dan tepat guna.

Ini berarti merupakan modal pertama

i n d i v i d u u n t u k m e m p e r o l e h

keberhasilan. Keberhasilan yang

diterima oleh individu akan menambah

semangat untuk meneruskan perjuangan

semangat belajarnya sebaliknya

kegagalan akan menjadi cambuk untuk

Page 7: achievement motivation of psychology student, gundarma university

mendapatkan keberhasilan yang belum

didapat.

TINJAUAN PUSTAKA

Orientasi Belajar

Teori orientasi belajar

diciptakan oleh para ahli psikologi

perkembangan dan psikologi pendidikan

(Pintrich & Garcia, Nicholls, Bandura &

Dweck, Ames & Archer, Elliot, dalam

Midgley, 2001) untuk menjelaskan

proses belajar dan performa siswa pada

tugas-tugas akademik. Teori ini dapat

diaplikasikan untuk memahami dan

memperbaiki proses serta pemberian

instruksi dalam belajar.

Ames (1998) mengemukakan

definisi orientasi belajar yaitu suatu

orientasi dimana belajar sebagai sarana

untuk mencapai suatu tujuan lain dan

pembelajaran itu sendiri. Dengan kata

lain belajar merupakan suatu sarana

yang digunakan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Namun disisi lain,

belajar dapat dipersepsikan sebagai

tu juan akhir (yai tu be la ja r dan

menguasai pelajaran).

Teori orientasi tujuan

diungkapkan Ames & Archer (1998) dan

Dweck & Legget (1988) dalam dua

dimensi, yaitu Learning Goal dan

Performance Goal. Berbeda dengan

Pintrich & Schunk (2002) mereka

membedakan orientasi tujuan dalam

Mastery Learning dan Performance

Goal, dan kedua orientasi ini paralel

dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Hal yang membedakan orientasi tujuan

dengan motivasi menurut kedua tokoh

ini adalah pada orientasi tujuan, lebih

bersifat kognitif-spesifik, situasional dan

tergantung konteks, sedangkan motivasi

ekstrinsik lebih bersifat seperti

karakteristik kepribadian umum, lebih

organismik dan tidak kontekstual.

Dari beberapa definisi yang

d i u r a i k a n s e b e l u m n y a , d a p a t

disimpulkan bahwa orientasi belajar

merupakan strategi yang digunakan

dalam melakukan aktivitas belajar,

Page 8: achievement motivation of psychology student, gundarma university

misalnya bagaimana cara belajar dan

suasana seperti apa yang mendukung di

dalam belajar.

Karakteristik orientasi belaj ar

Menurut Ames & Archer (1998), ada

dua jenis orientasi belajar, yaitu :

1). Orientasi tujuan penguasaan

(Mastery Goal)

Orientasi tujuan penguasaan

merupakan suatu orientasi motivasional

y a n g d i m i l i k i i n d i v i d u , y a n g

menekankan diperolehnya pengetahuan

dan perbaikan diri. Woolfolk (2004)

memaksudkan orientasi ini sebagai

intensi pribadi untuk memperbaiki

kemampuan dan memahami apa yang

dipelajari, tanpa memperdulikan

buruknya performa yang ditampilkan

seorang individu yang memiliki

orientasi tujuan penguasaan akan

memfokuskan diri pada kegiatan belajar

itu sendiri, berusaha menguasai tugas,

mengembangkan keterampilan baru,

m e m p e r b a i k i k o m p e t e ns i ny a ,

menyelesaikan tugas yang menantang

dan berusaha untuk memperoleh

pengalaman terhadap apa yang

dipelajari.

Ormrod, 2000 (dalam Desyanti, 2002)

dar i berbaga i has i l pene l i t i an ,

memberikan gambaran yang lebih

lengkap mengenai karakteristik siswa

dengan orientasi mastery sebagai

berikut:

( a ) . P e r c a y a bahwa

kompetensi dapat

berkembang melalui

latihan dan usaha.

( b ) . Memilih tugas-tugas yang

dapat memaksimalkan

kesempatan untuk belajar.

( c ) . Bereaksi terhadap tugas

yang mudah dengan

perasaan yang bosan dan

kecewa.

( d ) . M e m a n d a n g usaha

sebagai sesuatu yang

penting untuk

Page 9: achievement motivation of psychology student, gundarma university

meningkatkan

kompetensi.

(e). Lebih termotivasi secara

intrinsik untuk

mempelajari materi

pelajaran.

(f). Menampilkan perilaku

dan belajar yang lebih

bersifat Self-Regulated.

(g). Menggunakan strategi

belajar yang mengarah

pada pemahaman materi

yang sesungguhnya

(misalnya belajar yang

bermakna, dan monitoring

pemahaman.

(h). Mengevaluasi kinerja

sendiri dalam kerangka

kemajuan yang sudah

dibuat.

(i). Memandang kesalahan

sebagai sesuatu yang

normal dan bagian yang

bermanfaat dalam proses

belajar, memanfaatkan

kesalahan untuk

membantu perbaikan

kinerja.

(j). Merasa puas terhadap

kinerja jika sudah

berusaha keras, meskipun

usaha tersebut mengalami

kegagalan.

(k). Menginterpretasikan

kegagalan sebagai tanda

bahwa diperlukan usaha

yang lebih keras.

(l). Memandang guru sebagai

sumber daya dan

penuntun untuk

membantu individu

belajar.

2). Orientasi tujuan performa

(Performance Goal)

Dari berbagai literatur dan

penelitian mengenai orientasi belajar,

tampak bahwa orientasi ini akan

mempengaruhi kognisi dan perilaku

individu dalam konteks belajar

(akademik). Karakter individu dengan

Page 10: achievement motivation of psychology student, gundarma university

orientasi performance digambarkan

Ormrod, 2000 (dalam Desyanti, 2002)

sebagai berikut :

( a ) . P e r c a y a bahwa

kompetensi merupakan

karakteristik yang bersifat

stabil. Ada orang yang

memilikinya dan ada yang

tidak.

( b ) . Memilih tugas yang

memaksimalkan

kesempatan untuk

mendemonstrasikan

kompetensi, menghindari

tugas dan

tindakan

(misalnya bertanya) yang

membuat mereka

kelihatan tidak kompeten.

( c ) . Bereaksi terhadap tugas

yang mudah dengan

perasaan bangga.

( d ) . M e m a n d a n g usaha

sebagai tanda kompetensi

yang rendah, beranggapan

bahwa orang yang

berkompeten seharusnya

t idak perlu berusaha

keras.

( e ) . Lebih termotivasi

secara ekstrinsik, seperti

penguat dan hukuman

eksternal, cenderung

menyontek

untuk mendapatkan nilai

yang tinggi.

( f ) . Kurang

menampilkan

belajar dan perilaku yang

self-regulated.

( g ) . Menggunakan strategi

b e l a j a r y a n g h a n y a

bersifat rote learning

(misalnya pengulangan,

mencontoh, mengingat

kata per kata).

( h ) . Mengevaluasi kinerjanya

dalam kerangka

perbandingan dengan

orang lain.

( i ) . Memandang

Page 11: achievement motivation of psychology student, gundarma university

kesalahan

sebagai tanda kegagalan dan

tidak kompeten.

Page 12: achievement motivation of psychology student, gundarma university

(j). Merasa puas dengan

kinerja hanya jika

berhasil.

(k). Menginterpretasikan

kegagalan sebagai tanda

rendahnya kemampuan

dan karena itu

meramalkan kegagalan

berulang di waktu yang

akan datang.

(l). Memandang guru

(pengajar) sebagai penilai,

pemberi hadiah atau

hukuman.

Motivasi Berprestasi

Gage dan Berliner (1992),

mengatakan bahwa motivasi berprestasi

adalah usaha untuk meraih sukses dan

menjadi yang terbaik dalam melakukan

sesuatu. Lebih lanjut dikatakan bahwa

motivasi ini dipengaruhi oleh budaya

dan pekerjaan seseorang. Motivasi ini

juga dapat muncul pada semua orang

yang berasal dari lingkungan budaya

atau jenis pekerjaan apapun.

Ciri-ciri Orang yang Memiliki

Motivasi Berprestasi

Menurut Edwards (dalam

Azwar, 2006) ciri-ciri orang yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi,

yaitu:

a. Melakukan sesuatu dengan

sebaik-baiknya.

b. Melakukan sesuatu dengan

sukses.

c. Mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas-tugas yang

memerlukan usaha dan

keterampilan.

d. Ingin menjadi penguasa yang

terkenal atau terpandang dalam

suatu bidang tertentu.

e. Mengerjakan sesuatu yang

sangat penting.

f. Melakukan suatu pekerjaan

yang sukar dengan baik.

Page 13: achievement motivation of psychology student, gundarma university

g. Menyelesaikan teka-teki dan

sesuatu yang sukar dengan baik.

h. Melakukan sesuatu yang lebih

baik dari orang lain.

i. Menulis novel atau cerita yang

hebat dan bermutu.

METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Variabel-Variabel

Peneitian

Dalam penelitian ini terdapat

beberapa variabel yang akan dianalisis,

yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent):

Orientasi Belajar

2. Variabel Terikat (Dependent):

Motivasi Berprestasi

Partisipan

Partisipan penelitian adalah

seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma, peneliti

melakukan kontrol terhadap subjek yang

akan menjadi sampel penelitian ini.

Pengontrolan ini dilakukan dengan

memilih subjek yang sesuai dengan

karakteristik subjeknya telah ditetapkan.

Tujuannya adalah untuk memperoleh

sampel penelitian yang benar-benar

mewakili dan sesuai dengan tujuan.

Karakteristik penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa psikologi

Universitas Gunadarma Depok

Sesuai dengan ruang lingkup

penelitian ini, dimana peneliti

melakukan penelitian ini di

Universitas Gunadarma Depok,

maka yang menjadi sampel

penelitian ini adalah mahasiswa

yang berjenis kelamin laki-laki

dan perempuan Universitas

Gunadarma Depok yang masih

aktif kuliah (tidak cuti kuliah).

2. Usia 20 sampai 23 tahun

Dengan asumsi bahwa usia

tersebut adalah usia aktif

sebagai seorang mahasiswa-

mahasiswi. Dengan perkataan

la in bahwa usia 18 tahun

menurut tugas perkembangan

Page 14: achievement motivation of psychology student, gundarma university

diharapkan sebagai siswa SMU

(sekolah menengah umum) telah

menyelesaikan sekolahnya dan

melanjutkan keperguruan tinggi.

Masa aktif kuliah sebagai

mahasiswa adalah paling lambat

7 tahun atau 14 semester. Oleh

ka rena i t u maka pe nu l i s

membatasi usia sampel dari 20

sampai 23 tahun.

3. Tahun angkatan

Tahun angkatan dari 2003, 2004

dan 2005 dengan jumlah subjek

penelitian 70 subjek. Hal ini

didasari bahwa mahasiswa

psikologi semakin tinggi tingkat

semesternya semakin banyak

matakuliah yang diambil dan

tugas yang dipelajarinya.

Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling yaitu teknik

sampling berdasarkan ketersediaan

subjek yang memenuhi karakteristik

yang telah ditentukan sebelumnya yang

dapat mewakili keseluruhan populasi

yang ingin diteliti (Sugiyono, 1999).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang

akan digunakan dalam penelitian ini

adalah skala orientasi belajar dan skala

motivasi berprestasi.

Validitas dan Reliabilitas Alat

Pengumpul Data

Agar skala yang digunakan dapat

menjalankan fungsinya dengan baik,

harus mampu memberikan informasi

yang dapat dipercaya dan memenuhi

kriteria tertentu.

1. Validitas (Kesahihan)

Validitas berasal dari kata validity

yang mempunyai arti sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen pengukuran (tes) dalam

melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes

dikatakan mempunyai validitas yang

tinggi apabila tes tersebut menjalankan

fungsi ukurnya, atau memberikan hasil

Page 15: achievement motivation of psychology student, gundarma university

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakannya tes

tersebut. Konsep validitas adalah

kecermatan pengukuran kriteria

koefisien validitas yang dianggap

memuaskan yaitu 0,3 telah memberikan

kotribusi yang baik (Azwar, 2005). Uji

validitas dalam penelitian ini adalah

v a l i d i t a s i s i (c o n te n t ) d e n g a n

menggunakan teknik analisis Product

Moment Pearson (Azwar, 2005). Uji

validitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan bantuan program

komputer SPSS for Windows versi 12.0.

2. Reliabilitas (Keandalan)

Reliabilitas adalah sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya

(Anastasia & Urbina, 2003). Reliabilitas

alat ukur menunjukkan sifat suatu alat

ukur dalam pengertian apakah suatu alat

ukur cukup akurat, stabil atau konsisten

dalam mengukur apa yang ingin diukur

(Nazir, 2003). Reliabilitas yang

digunakan untuk menguji kedua alat

ukur dalam penelitian ini menggunakan

metode konsistensi internal, yaitu

reliabilitas yang didapatkan dengan cara

satu kali pengujian dan hasil pengujian

tersebut akan diolah dengan formula

tertentu (Azwar, 2005). Mengukur

reliabilitas, digunakan formula Alpha

Cronbach yang memiliki kriteria

reliabilitasnya lebih dari 0,7 (Azwar,

2005). Uji reliabilitas dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan program komputer SPSS for

Windows versi 12.0.

HASIL PENELITIAN

UJI ASUMSI

Uji Normalitas

Untuk uji normalitas sebaran

skor digunakan uji Kolmogrof Smirnov

dan Shapiro Wilk . Dari hasil uji

normalitas menggunakan Kolmogrof

Smirnov pada skala orientasi belajar

diketahui nilai statistik sebesar 0,064

dengan nilai signifikansi sebesar 0,200

(p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa

Page 16: achievement motivation of psychology student, gundarma university

distribusi skor orientasi belajar pada

subjek penelitian adalah normal.

Sedangkan hasil uji normalitas

pada skala motivasi berprestasi

diketahui nilai statistik sebesar 0,110

dengan nilai signifikansi sebesar 0,037

(p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa

distribusi skor motivasi berprestasi pada

subjek penelitian adalah normal.

Sedangkan dar i has i l u j i

normalitas menggunakan Shapiro-Wilk

pada skala orientasi belajar diketahui

nilai statistik sebesar 0,9 89 dengan nilai

signifikansi 0,784 (p<0,001). Hal ini

menunjukkan bahwa distribusi skor

orientasi belajar pada subjek penelitian

adalah normal.

Sedangkan hasil uji normalitas

pada skala motivasi berprestasi

diketahui nilai statistik sebesar 0,966

dengan nilai signifikansi sebesar 0,05 5

(p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa

distribusi skor motivasi berprestasi pada

subjek penelitian adalah normal.

UJI HIPOTESIS

Dari hasil analisis data yang

dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi Pearson (1-tailed) diketahui

nilai koefisien korelasi sebesar r = +,557

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000

(p < 0,0 1). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis penelitian ini diterima,

artinya ada hubungan yang positif (+)

dan signifikan orientasi belajar dengan

motivasi berprestasi pada mahasiswa

psikologi dimana orientasi belajar

mahasiswa tinggi maka motivasi

berprestasinya juga tinggi, sebaliknya

jika orientasi belajar rendah maka

motivasi berprestasinya juga rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Ames&Archer. (1998). Achievement goals in the classroom: Students Lea rn ing S t r a t eg i es and Motivation Processes. Journal Of Educational Psychology, 23, 64-66.

Anastasi, A., & Urbina. S. (2003). Tes psikologi. Alih bahasa: Robertus H. Imam. Jakarta: PT Indeks Gramedia Grup.

Page 17: achievement motivation of psychology student, gundarma university

Atkinson, J. W. (1964). An introduction Gage, N.L., Berliner, D.C. (1992). to motivation. Canada: P. Van Educational psychologi (5th ed). Norstrand. Co. Inc.Boston: Houghton Mifflin

Company.

_____ . (1978). Introduction to motivation (2nd ed). New York: Litton Educational Publishing, Inc.

Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Jakarta: UMM Press.

Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta. Penerbit: Pustaka Pelajar.

_ . (2005). Sikap manusia: Teori dan pengukuranya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin. J. P. (2005). Kamus lengkap psikologi. Edisi Revisi. Alih Bahasa : Kartono, K. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.

Desyanti. (2002). Hubungan antara persepsi siswa terhadap struktur kelas dan orientasi tujuan belajar siswa. Tesis. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Elfizar. (2002). Saya dosenmu (!) [ O n l i n e ] . A v a i l a b l e :Http//:www.geocities.com/Bah ana_tetap/kolom 1001 .htm.

Eggen, P . Kauchak, D. (1997) . Educational psychologi : Window on Classrooms (3 rd ed). Prentice Hall, Inc.

Fransisca. (2000). Hubungan antara persepsi yang mengancam d e n g a n k e c e m a s a n p a d a masyarakat jakarta. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Hadi, S. (2004). Statistik. Edisi ke-2. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hamidah. (2001). Hubungan antara persepsi mengenai harapan orang tua terhadap orientasi belajar dengan goal orientation pada siswa SD. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Hollander. (1981). Principle and menthod of social psychology (4th ed). New York: Oxford University Press.

Leavitt , H. J. (2006). Psikologi manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

McClelland. (1987). The achievement motive. New York: Appleton- Century Crofts, Inc.

Midgley, dkk. (2001). Performance- approach goals: Good for what, F o r W h o m , U n d e r W h a t Circumstances, and At What Cost?. Journal Of Educational Psychology, 37, 63-65.

Morgan. (1998). An introduction to psychology, 7 ed. Singapore, Mc Grow Hill Book, Co.

Nazir, M. (2003). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Oktarina, A. (2002). Hubungan persepsi siswa terhadap dukungan social ortu, guru dan teman dengan motivasi berprestasi pada siswa SLTP peringkat atas dan bawah. Skripsi . Depok: Fakul tas Psikologi Universitas Indonesia.

Page 18: achievement motivation of psychology student, gundarma university

Ormrod, J, E. (2003). Educational psycho logy : Deve lop ing learners (4th ed). New Jersey: Merril Prentice Hall, Inc.

Parson, R, D. (2001). Educational psychology: A practicioner – researcher model of teaching. Canada: Woodsworth.

Pintrich&Schunk. (2002). Motivation in educational: Theory, research, and applications. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Prabowo, H. (1998). Pengantar psikologi lingkungan. Depok: Universitas Gunadarma.

Rahmat, J. (2000). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Robbins, S. P. (2001). Organizational behavior (9th ed): San Deago State University: Prentice-Hall.

Santrock. J. W. (2001). Psychology, the science of mind and behavior. Io wa : W. C. Brom Publisher.

Sarwono, S. W. (1999). Psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Slavin, R.E. (1994). Educational

p s ycho log y : T he or y d an practice. (4th ed). Boston: Allyn dan Bacon.

Setawati, T, N. (1997). Hubungan antara intelegensi, kreativitas dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada mahasiswa S M U 8 . Skr ips i . D e po k : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Solmon. (1996). Impact of motivational climate on students’ behaviors

and perceptions in a physical education setting. Journal Of Educational Psychology.

Suardhika, G. D. (2004). Karakteristik orientasi belajar mahasiswa fakultas psikologi universitas indonesia dalam kaitannya dengan prestasi akademis dan persepsi terhadap aspek-aspek perguruan tinggi. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sugiyono. (1999). Metode penelitian administrasi. Bandung: CV Alfabeta.

Suryabrata, S. (2000). Pengembangan a l a t u k u r p s i k o l o g i s . Yogyakarta: ANDI.

Widyasari, P. (2005). Hubungan antara interaksi kelas dengan motivasi berprestasi pada murid SMA negeri peringkat atas. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Winkel, W. S. (1991). Psikologi pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Woolfolk, A. (2004). Educational psychology (9th ed). Boston: Allyn&Bacon.

Wulan, R. (1998). Tes frostig untuk mengukur kemampuan visual anak berumur 4-8 tahun. Jurnal Psikologi. No. 1,35-43. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

http://202. 159.1 8.43/Ip/12 Srihardjo. htm

www.gunadarma.co.id