Upload
dini-farhatunnabilah
View
208
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Toksisitas asetaminofen
Citation preview
ACETAMINOPHEN
Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil
dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4).Senyawa ini dapat
disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan
natrium nitrat.Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol
direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
Definisi
Acetaminophen adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengurangi demam.
Tujuan
Acetaminophen digunakan untuk meringankan berbagai jenis kecil sakit-sakit dan
sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, sakit gigi, kram menstruasi, arthritis, dan
sakit dan nyeri yang sering menyertai pilek.
Deskripsi
Obat ini tersedia tanpa resep. Acetaminophen-atau APAP-yang dijual dengan
berbagai merek nama, termasuk Tylenol, Panadol, Aspirin Gratis Anacin, dan
Kekuatan Maksimum Bayer Pilih Headache Pain Relief Formula. Banyak multi-gejala
dingin, flu, dan obat sinus juga mengandung acetaminophen.Periksa bahan yang
tercantum pada wadah untuk melihat apakah asetaminofen disertakan dalam
produk tersebut.
Studi telah menunjukkan bahwa mengurangi nyeri asetaminofen dan mengurangi
demam sekitar serta aspirin.Namun perbedaan antara kedua obat yang umum
ada.Asetaminofen kurang mungkin dibandingkan aspirin untuk mengganggu
perut.Namun, tidak seperti aspirin, parasetamol tidak mengurangi kemerahan,
kekakuan, atau pembengkakan yang menyertai arthritis.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan
perdebatan.Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.Telah
dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim
siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa
penyebab inflamasi (4,5).Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini
berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu
molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-
inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut
terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat
inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.
Metabolisme parasetamol terjadi di hati.Metabolit utamanya meliputi senyawa
sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat
ginjal.Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggungjawab terhadap efek
toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p-benzo-kuinon
imina).
Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI
ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera
dikeluarkan melalui ginjal (7).Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol
pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga
menyebabkan kerusakan hati.
Indikasi
Paracetamol digunakan untuk meredakan demam dan nyeri yang disebabkan oleh
berbagai hal.Efek pereda nyerinya tidak terlalu tinggi namun efek pereda
demamnya sangat bagus.
Efek Samping
Jika digunakan sesuai dengan aturan, efek samping dari paracetamol ini sangat
jarang.Efek yang paling berbahaya adalah kerusakan hati jika digunakan secara
berlebihan.Penggunaan yang disertai dengan minum alcohol juga menyebabkan
kerusakan pada lambung.
Kehamilan dan Menyusui : Paracetamol aman diminum oleh ibu hamil dan yang
sedang menyusui
Fitur dosis
Dosis yang biasa untuk orang dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas adalah 325-
650 mg setiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan. Karena obat berpotensi dapat merusak
hati, orang yang minum alkohol dalam jumlah besar harus mengurangi
acetaminophen dan mungkin harus menghindari obat sama sekali.
Untuk anak-anak usia 6-11 tahun, dosis biasa adalah 150 - 300 mg, tiga sampai
empat kali sehari. Periksa dengan dokter untuk dosis untuk anak-anak di bawah
usia 6 tahun.
Tindakan pencegahan
Jangan pernah mengambil lebih dari dosis yang dianjurkan asetaminofen kecuali
diperintahkan untuk melakukannya oleh dokter atau dokter gigi.
Pasien tidak harus menggunakan asetaminofen selama lebih dari 10 hari untuk
meredakan nyeri (5 hari untuk anak-anak) atau untuk lebih dari 3 hari untuk
mengurangi demam, kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh dokter. Jika gejala
tidak hilang-atau jika mereka mendapatkan buruk-kontak dokter.Siapa pun yang
minum tiga atau lebih minuman beralkohol sehari harus memeriksa dengan dokter
sebelum menggunakan obat ini dan tidak boleh mengambil lebih dari dosis yang
dianjurkan.Sebuah risiko kerusakan hati ada dari menggabungkan sejumlah besar
alkohol dan
asetaminofen.Orang-orang yang sudah memiliki ginjal atau hati penyakit atau hati
infeksi juga harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat.Jadi
harus perempuan yang sedang hamil atau menyusui.
bebas rokok dapat mengganggu efektivitas dari asetaminofen. Perokok mungkin
harus minum lebih tinggi dosis obat, tapi tidak boleh mengambil lebih dari dosis
harian yang dianjurkan kecuali diberitahu oleh seorang dokter untuk
melakukannya.
Gale Encyclopedia of OBAT 2
Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan satu sama lain. Berkonsultasi dengan
dokter atau apoteker sebelum menggabungkan asetaminofen dengan obat lain.
Jangan menggunakan dua mengandung acetaminophen yang berbeda-produk di
waktu yang sama.
Acetaminophen mengganggu hasil dari beberapa tes medis. Sebelum dilakukan
setelah tes medis, memeriksa melihat apakah mengambil asetaminofen akan
mempengaruhi hasil.
Menghindari obat selama beberapa hari sebelum tes mungkin diperlukan.
Efek samping
Acetaminophen menyebabkan beberapa efek samping.Yang paling satu umum
adalah ringan.Beberapa orang mungkin pengalaman gemetar dan rasa sakit di sisi
atau bawah
kembali.Reaksi alergi tidak terjadi pada beberapa orang, tetapi mereka jarang
terjadi.Siapa saja yang mengalami gejala seperti ruam, pembengkakan, atau
kesulitan bernapas setelah mengambil asetaminofen harus berhenti menggunakan
obat dan mendapatkan perhatian medis segera. Lain efek samping yang jarang
termasuk kulit kuning atau mata, pendarahan yang tidak biasa atau memar,
kelemahan, kelelahan, berdarah atau hitam bangku, berdarah atau berawan urin,
dan penurunan mendadak dalam jumlah kencing.
Overdosis dari acetaminophen dapat menyebabkan mual, muntah, berkeringat, dan
kelelahan.Sangat besar overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati.Dalam kasus
overdosis, mendapatkan perhatian medis segera.
Interaksi
Acetaminophen dapat berinteraksi dengan berbagai macam obat-obatan
lainnya.Ketika ini terjadi, efek salah satu atau kedua obat dapat mengubah atau
risiko efek samping dapat lebih besar. Di antara obat yang mungkin berinteraksi
dengan asetaminofen adalah alkohol, anti-inflamasi nonsteroid obat (NSAID) seperti
Motrin, kontrasepsi oral, Antiseizure obat fenitoin (Dilantin), pengencer darah obat
warfarin (Coumadin), kolesterol- cholestyramine menurunkan obat (Questran),
yang antibiotik Isoniazid, dan AZT (Retrovir, AZT).Periksa dengan dokter atau
apoteker sebelum menggabungkan acetaminophen dengan resep lain atau
nonprescription (Over-the-counter) obat.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan
ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol,
Panadol, Itramol dan lain lain
Paracetamol atau Acetaminophen sering dijadikan pilihan utama untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri), sehingga obat ini sangat mudah ditemui
dipasaran dengan berbagai merk dagang baik dalam bentuk tablet maupun sirup,
seperti Pamol, Sanmol, Sumagesic, Tempra, Panadol dan lain-lain.
Paracetamol berkhasiat sebagai antipiretik (penurun demam). Selain itu,
paracetamol tergolong analgetika perifer sehingga paracetamol dapat digunakan
sebagai penghilang rasa nyeri.Efek analgetisnya diperkuat oleh kofein dengan kira-
kira 50% dan kodein.Obat ini tidak memiliki aktifitas sebagai anti inflamasi (anti
radang) dan tidak menyebabkan gangguan saluran cerna.
Cara kerja paracetamol dengan menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di
otak tetapi sedikit aktifitasnya sebagai penghambat prostaglandin
perifer.Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat.
Paracetamol aman digunakan untuk wanita hamil dan selama menyusui meskipun
mencapai air susu ibu.
Paracetamol jarang memberikan efek samping yang serius bila digunakan
dengan dosis yang tepat. Namun bila penggunaannya tidak tepat, dapat memberikan
efek hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari
dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan necrose hati
yang tidak reversible. Hepatotoksis ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya,
yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutathion (suatu tripeptida dengan –
SH).
Over dosis paracetamol dapat mengakibatkan mual, muntah dan
anorexia.Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga diperlukan zat-zat
penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya 8-
10 jam setelah intoksikasi.
Interaksi paracetamol pada dosis tinggi dapat memperkuat efek
antikoagulansia.Masa paruh kloramphenikol dapat sangat diperpanjang.
kafein juga membentuk ikatan dengan paracetamol menjadi bentuk kompleks
dengan kelarutan rendah. dengan demikian efek terapi paracetamol menjadi lebih
rendah dan lambat ketimbang bentuk sediaan paracetamol tunggal
Dosis: nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimum 4 g/hari, pada penggunaan
kronis maksimum 2,5 g/hari. Anak-anak : 4-6 dd 10mg/kg.
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat penghilang rasa sakit dan demam yang paling banyak digunakan.Kepopulerannya terutama disebabkan obat ini memiliki sedikit efek samping dan lebih ringan di perut, berbeda dengan aspirin dan ibuprofen yang dapat menyebabkan iritasi lambung.Khasiat Paracetamol
1. Analgesik. Paracetamol bekerja sebagai inhibitor prostaglandin lemah dengan menghalangi produksi prostaglandin, yang merupakan zat kimia yang terlibat dalam proses pengiriman pesan rasa sakit ke otak. Dengan mengurangi jumlah prostaglandin, paracetamol membantu mengurangi rasa sakit.Namun, berbeda dengan aspirin, paracetamol memblokir pesan rasa sakit di sistem saraf pusat, bukan pada sumber rasa sakit. Paracetamol digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang, termasuk sakit kepala, migrain, nyeri otot, neuralgia, sakit punggung, nyeri sendi, nyeri rematik, sakit gigi, nyeri tumbuh gigi, artritis, dan nyeri menstruasi.
2. Antipiretik. Paracetamol adalah antipiretik yang dapat mengurangi demam dengan memengaruhi bagian otak yang disebut hipotalamus yang mengatur suhu tubuh.Efek ini membuat paracetamol banyak digunakan dalam obat-obatan untuk batuk, pilek dan flu.Secara khusus, paracetamol diberikan kepada anak-anak setelah pemberian vaksinasi untuk mencegah demam pasca-imunisasi.
3. Khasiat lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paracetamol mungkin bermanfaat melindungi arteri dari perubahan yang mengarah pada pengerasan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung atau penyakit kardiovaskuler. Hal ini karena paracetamol dapat mencegah proses pembentukan plak arteri dengan menghambat oksidasi LDL (kolesterol buruk). Beberapa bukti lain menunjukkan paracetamol mungkin juga bermanfaat melindungi terhadap
kanker ovarium.
Paracetamol direkomendasikan untuk pasien yang kontraindikasi NSAID (obat anti-inflamasi non-steroid), termasuk mereka yang memiliki asma atau tukak lambung/maag dan mereka yang sensitif terhadap aspirin.Namun, paracetamol tidak memiliki sifat anti-inflamasi sehingga tidak berguna untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan pada kulit atau sendi.
Efek paracetamol
Tubuh menyerap paracetamol dengan cepat.Paracetamol dalam bentuk larutan lebih cepat diserap daripada tablet padat. Efek paracetamol biasanya akan mencapai puncaknya antara setengah jam sampai dua jam setelah konsumsi, dengan efek analgesik berlangsung selama sekitar empat jam. Setelah itu, paracetamol akan dikeluarkan dari tubuh.
Tips untuk Anda
Beberapa tips berikut perlu diperhatikan bila Anda mengambil paracetamol untuk pengobatan sendiri:
* Jangan melebihi dosis yang ditentukan pada label, yang didasarkan pada umur dan berat badan. Dosis paracetamol yang disarankan untuk bayi dan anak-anak adalah 60 mg per kg berat badan per hari.Dosis yang disarankan untuk orang dewasa adalah tidak melebihi 3 g per hari.Dalam kasus rasa sakit yang hebat dan atas resep dokter, dosis dewasa dapat diberikan 4 g per hari.* Berikan jeda waktu antara dua dosis paracetamol. Jeda waktu minimal 4 jam atau 6 jam pada anak-anak. Sebagai contoh, pada anak-anak diberikan 10 mg per kg bb setiap 4 jam atau 15 mg per kg bb setiap 6 jam.* Waspadai interaksi obat. Obat penurun kolesterol cholestyramine dapat mengurangi tingkat penyerapan paracetamol oleh usus, sedangkan metoclopramide dan domperidone, yang digunakan untuk meringankan gejala gangguan perut, mungkin memiliki efek sebaliknya.* Paracetamol tidak menimbulkan kecanduan, bahkan pada orang yang sering menggunakannya. Namun, penggunaan jangka panjang atau reguler dapat meningkatkan aktivitas antikoagulan warfarin atau obat-obatan sejenisnya.Jika Anda dalam pengobatan antikoagulan, konsultasikan dengan dokter Anda bila mengambil paracetamol lebih dari 4 hari karena potensi risiko pendarahan.* Mintalah nasihat medis dari dokter jika rasa sakit bertahan lebih dari 5 hari dan jika demam berlangsung lebih dari 3 hari.* Waspadai overdosis. Jika Anda mengonsumsi obat lain, pastikan obat itu tidak mengandung paracetamol, atau acetaminophen (nama lainnya). Banyak obat dengan berbagai merk yang mengandung paracetamol, baik sebagai zat tunggal atau dalam kombinasi dengan zat lain. Overdosis paracetamol dapat menyebabkan kerusakan hati yang tidak bisa dipulihkan.Itulah mengapa di sejumlah negara maju seperti Jerman dan Inggris, pembelian paracetamol tanpa resep dibatasi jumlahnya.
* Paracetamol aman untuk ibu hamil. Lembaga pengawasan obat AS (FDA) menetapkan kategori B untuk penggunaan paracetamol pada masa kehamilan.Artinya, penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko terhadap janin atau studi pada reproduksi hewan telah menunjukkan dampak buruk yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil di trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).* Paracetamol aman untuk ibu menyusui. Sebuah studi menemukan bahwa dosis puncak paracetamol dalam ASI dicapai setelah satu sampai dua jam sang ibu mengambilnya secara oral. Dengan asumsi bayi menelan susu 90 ml pada 3, 6, dan 9 jam setelah konsumsi paracetamol ibunya, jumlah paracetamol yang tersedia untuk konsumsi kurang dari 0,23% dari dosis ibu. American Academy of Pediatrics mengklasifikasikan paracetamol sebagai obat yang “biasanya aman untuk ibu menyusui”.
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2127379-paracetamol-analgesik-dan-antipiretik-terpopuler/#ixzz1NklVsOvN
Mengenal Metabolisme Obat
Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia
senyawa obat oleh organisme hidup, pada umumnya
dilakukan melalui proses enzimatik. Proses metabolisme
obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan
durasi dan intensitas khasiat farmakologis obat.
Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma sel-sel hati.
Selain itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada saluran
pencernaan, paru-paru, ginjal, dan kulit.
Terdapat 2 fase metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini,
senyawa yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang
lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi senyawa obat.
Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi melalui reaksi-reaksi
oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila
ada penambahan atom oksigen atau penghilangan hidrogen secara enzimatik.
Biasanya reaksi oksidasi ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP),
NADPH, dan oksigen. Obat-obat yang dimetabolisme menggunakan metode ini
antara lain golongan fenotiazin, parasetamol, dan steroid.
Reaksi oksidasi akan mengubah ikatan C-H menjadi C-OH, hal ini
mengakibatkan beberapa senyawa yang tidak aktif (pro drug) secara farmakologi
menjadi senyawa yang aktif. Juga, senyawa yang lebih toksik/beracun dapat
terbentuk melalui reaksi oksidasi ini.
Reaksi fase II, disebut pula reaksi konjugasi, biasanya merupakan reaksi
detoksikasi dan melibatkan gugus fungsional polar metabolit fase I, yakni gugus
karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), dan amino (NH2), yang terjadi melalui reaksi
metilasi, asetilasi, sulfasi, dan glukoronidasi. Reaksi fase II akan meningkatkan
berat molekul senyawa obat, dan menghasilkan produk yang tidak aktif. Hal ini
merupakan kebalikan dari reaksi metabolisme obat pada fase I.
Metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain faktor fisiologis (usia,
genetika, nutrisi, jenis kelamin), serta penghambatan dan juga induksi enzim
yang terlibat dalam proses metabolisme obat. Selain itu, faktor patologis
(penyakit pada hati atau ginjal) juga berperan dalam menentukan laju
metabolisme obat.
http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/metabolisme_obat.htm
Senin, 28 Juni 2010
CONTOH INTERAKSI OBAT DALAM RESEP
CONTOH INTERAKSI OBAT DALAM R/
R/ I
Captopril
Clonidin
Dicynon
Transamin
Pycin
Vitamin C
Panso
Neulin
Cepiran
Neurobion
Ranitidine
Interaksi Obat :
Captopril
- alopurinol : resiko besar untuk hipersensitifitas dengan coadministration- antasid : mungkin menurunkan bioavailabilitas dari kaptopril- capsaicin : batuk kemungkinan bertambah parah- digoksin : menaikkan tingkatan digoksin- makanan : menurunkan bioavailabilitas dari kaptopril- indometasin : bisa mengurangi efek hipotensif- lithium : menaikkan kadar lithium dan kemungkinan terjadi gejala keracunan
lithium- Phenothiazine : kemungkinan menaikkan efek kaptopril
- Probenecid : menaikkan kadar kaptopril dalam darah dan menurunkan total klirens.
Clonidin
- efek antihipertensi dipertinggi oleh oleh diuretika, vasodilator, dan ß-bloker.- menurunkan detak jantung dan disritmia dengan ß-bloker dan atau glikosida
jantung.- pengurangan efek menurunkan tekanan darah jika digunakan dengan
antidepresan trisiklis
Dicynon (etamsilat)
---
Transamin (Asam Traneksamat)
resiko penggumpalan darah meningkat jika digunakan dengan kontrasepsi oral yang mengandung Estrogen.
Pycin [sulfamicin (ampisilin + sulbaktam)]
Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek toksik:1. Disulfiran dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar ampisilin.2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar ampisilin3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam.Menurunkan efek:
Dicurigai ampisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral.Dengan Makanan :
Makanan dapat menurunkan tingkat absorbsi ampisillin, sehingga kemungkinan akan menurunkan kadar ampisillin.
Vitamin C
Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek / toksisitas : asam askorbat meningkatkan absorpsi besi dari saluran cerna. Bila asam askorbat diberikan bersama kontrasepsi oral maka akan meningkatkan efek kontrasepsi. Menurunkan efek : asam askorbat dapat menurunkan level fluphenazine, asam askorbat bila diberikan dengan warfarin maka akan menurunkan efek antikoagulan.
Panso (Pantoprazole)
Dapat mempengaruhi penyerapan obat-obat yang absorbansinya tergantung dari pH (Ketokonazol)
Neulin (Citicoline)
---
Cepiran
---
Neurobion
Mengurangi efek levodopa
Ranitidine
Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek/toksisitas siklosporin (meningkatkan serum kreatinin), gentamisin (blokade neuromuskuler), glipizid, glibenklamid, midazolam (meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoksifilin, fenitoin, kuinidin, triazolam. Mempunyai efek bervariasi terhadap warfarin. Antasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin. Absorpsi ketokonazol dan itrakonazol berkurang; dapat mengubah kadar prokainamid dan ferro sulfat dalam serum, mengurangi efek nondepolarisasi relaksan otot, cefpodoksim, sianoklobalamin (absorpsi berkurang), diazepam dan oksaprozin, mengurangi toksisitas atropin. Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung.
Dengan Makanan : Makanan tidak mengganggu absorpsi ranitidin.
INTERAKSI DARI R/ I
Interaksi antara captopril dan ranitidine menyebabkan neuropati.
R/ II
ISDN
Simvastatin
Terfacef seftriaxon
Metronidazol
Nasta
Panso
Vitamin C
Cipro
Dopamine
Interaksi Obat :
ISDN
Dengan Obat Lain :
Penginduksi CYP3A4: Penginduksi CYP3A4 dapat menurunkan kadar/efek isosorbid dinitrat. Contoh obat ini adalah aminoglutethimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, and rifamisin.Penghambat CYP3A4: Dapat meningkatkan kadar/efek isosorbid dinitrat. Contoh obat ini adalah antifungi golongan azol, kalritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid, nefazodon, nikardipin, propofol, penghambat protease,kuinidin, telithromisin, dan verapamil. Sildenafil, tadalafil, vardenafil: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik bila digunakan bersama (kontraindikasi), harus diberi interval 24 jam.Etanol: dapat meningkatkan risiko hipotensi.Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan menurunkan eliminasi di ginjal.
Dengan Makanan : Obat ini bisa diberikan tanpa terpengaruh oleh adanya makanan.
Simvastatin
Dengan Obat Lain : Efek Cytochrome P450: substrat CYP3A4 (mayor); menghambat CYP2C8/9 (lemah), 2D6 (lemah)
Meningkatkan efek/toksisitas : resiko myopathy/rhabdomyolyis dapat meningkat dengan pemberian bersama senyawa penurun lipid yang dapat menyebabkan rhabdomyolysis (gemfibrozil, turunan asam fibrat atau niasin pada dosis = 1 g/ hari),atau selama penggunaan bersama inhibitor CYP3A4 kuat .Inhibitor CYP3A4 dapat meningkatkan efek/kadar simvastatin;contoh inhibitor meliputi:antifungi golongan azol,klaritromisin,diklofenak,doksisiklin, eritromisin,imatinib,isoniazid,nefazodon,nicardipin,propofol,inhibitor protease,kuinidin, telitromisin dan verapamil.Dalam jumlah besar ( > 1 quart/hari, 1 quart = 0,9463 L), jus grapefruit dapat meningkatkan serum konsentrasi simvastatin, meningkatkan risiko rhabdomyolysis. Pada umumnya penggunaan bersama dengan inhibitor CYP3A4 tidak direkomendasikan; produsen merekomendasikan pembatasan dosis simvastatin hingga 20 mg/hari jika digunakan dengan amiodaron atau verapamil, dan 10 mg/hari jika digunakan dengan siklosporin,gemfibrozil atau turunan asam fibrat.Efek antikoagulan warfarin dapat ditingkatkan oleh simvastatin. Efek penurun kolesterol aditif bila digunakan bersama dengan golongan sekuestran asam empedu (kolestipol atau kolestiramin). Menurunkan efek: Jika digunakan dalam 1 jam sebelum atau hingga 2 jam sesudah kolestiramin, penurunan absorpsi simvastatin dapat terjadi.
Dengan Makanan : Hindari penggunaan etanol yang berlebihan (potensial mengakibatkan efek hepatik) Konsentrasi serum simvastatin dapat ditingkatkan jika digunakan dengan jus grapefruit ; hindari penggunaan bersama dengan jus dalam jumlah besar ( > 1 quart/hari, 1 quart = 0,9463 L) St. John’s wort dapat menurunkan efek simvastatin.
Terfacef (Seftriaxon)
Dengan Obat Lain : Chephalosporin : menigkatkan efek antikoagulan dari derivat kumarin(Dikumarol dan Warfarin)Agen urikosurik: (Probenesid, Sulfinpirazon) dapat menurunkan ekskresi sefalosporin, monitor efek toksik.
Metronidazol
Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450 : menghambat CYP2C8/9 (lemah), 3A4 (moderate)Meningkatkan efek/toksisitas : Etanol dapat menyebabkan reaksi seperti disulfiram. Warfarin dan metronidazol dapat meningkatkan bleeding time (PT) yang menyebabkan perdarahan. Simetidin dapat meningkatkan kadar metronidazol.Metronidazol dapat menghambat metabolisme cisaprid, menyebabkan potensial aritmia; hindari penggunaan secara bersamaan. Metronidazol dapat meningkatkan efek/toksisitas lithium. Metronidazol dapat meningkatkan efek/toksisitas benzodiazepin tertentu, calcium channel blocker, siklosporin, turunan ergot, HMG-Coa reduktase inhibitor tertentu, mirtazapine, nateglinid, nefazodon, sildenafil ( dan PDE-5 inhibitor yang lain), takrolimus, venlafaxine, dan substrat CYP3A4 yang lain.Menurunkan efek: fenobabital, fenobarbital (inducer enzim yang lain), dapat menurunkan efek dan waktu paro metronidazol
Dengan Makanan : Konsentrasi puncak serum antibiotik diturunkan dan terjadi delay (terlambat), tetapi jumlah total obat yang diabsorbsi tidak dipengaruhi.
Nasta
Panso
Dapat mempengaruhi penyerapan obat-obat yang absorbansinya tergantung dari pH (Ketokonazol)
Vitamin C
Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek / toksisitas : asam askorbat meningkatkan absorpsi besi dari saluran cerna. Bila asam askorbat diberikan bersama kontrasepsi oral maka akan meningkatkan efek kontrasepsi. Menurunkan efek : asam askorbat dapat menurunkan level fluphenazine, asam askorbat bila diberikan dengan warfarin maka akan menurunkan efek antikoagulan.
Ciprofloxacin
Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek:
Meningkatkan efek toksik dari substrat CYP1A2 (seperti; aminofilin, fluvoxamine, mexiletin, mirtazapin, ropinirol, trifluoperazin), gliburid, metotreksat, ropivacaine, teofilin, dan warfarin. Jika digunakan dengan kortikosteroid maka akan dapat meningkatkan kerusakan tendon. Jika digunakan dengan foscarnet dapat meningkatkan efek kejang. Probenezid kemungkinan meningkatkan kadar siprofloksasin.
Menurunkan efek: Antasida, suplemen elektrolit oral, quinapril, sukralfat, kemungkinan juga siprofloksasin dapat menurunkan kadar fenitoin
Dengan Makanan : Makanan (kalsium yang ada dalam sari buah, multivitamin dan mineral)kemungkinan menganggu penyerapan siprofloksasin pada saluran cerna akibat efek kation divalen dan trivalen.Sebaiknya obat digunakan 2 jam sebelum makan atau 6 jam setelah makan. Jika siprofloksasin dalam bentuk obat lepas lambat, digunakan 4 jam sebelum makan dan 6 jam setelah makan. Kofein (dari kopi), jika dikonsumsi bersamaan dengan siprofloksasin dapat meningkatkan efek detak jantung yang berlebihan atau stimulasi SSP meningkat.
Dopamine
Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas : efek dopamin diperpanjang dan ditingkatkan oleh MAO inhibitor; alpha dan beta-adrenergic blockers, cocaine, anestetik umum, metilldopa,fenitoin, reserpin dan antidepresan trisiklik. Menurunkan efek: Efek antidepresan trisiklik diturunkan jika digunakan bersama dengan dopamin. Efek hipotensif guanetdin hanya berefek sebagian; memerlukan simpatomimetik kerja langsung.
INTERAKSI DARI R/ II
Tidak ada interaksi.
R/ III
ISDN
Pronalges
Ceftriaxon
Neurobion 5000
Nausea amp
Vitamin C
Dicynon amp
Vitamin K
Transamin
Interaksi obat
ISDN
Dengan Obat Lain :
Penginduksi CYP3A4: Penginduksi CYP3A4 dapat menurunkan kadar/efek isosorbid dinitrat. Contoh obat ini adalah aminoglutethimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, and rifamisin.Penghambat CYP3A4: Dapat meningkatkan kadar/efek isosorbid dinitrat. Contoh obat ini adalah antifungi golongan azol, kalritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid, nefazodon, nikardipin, propofol, penghambat protease,kuinidin, telithromisin, dan verapamil. Sildenafil, tadalafil, vardenafil: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik bila digunakan bersama (kontraindikasi), harus diberi interval 24 jam.Etanol: dapat meningkatkan risiko hipotensi.Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan menurunkan eliminasi di ginjal.
Dengan Makanan : Obat ini bisa diberikan tanpa terpengaruh oleh adanya makanan.
Pronalges (Ketoprofen)
Dengan Obat Lain :Obat antikoagulan & antitrombosis : Sedikit memperpanjang waktu prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor.
Lithium : Meningkatkan toksisitas LithiumObat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan munculnya efek sampingObat Diuretik : Meningkatkan risiko kerusakan ginjalAINS : Meningkatkan efek sampingProbenesid : meningkatkan toksisitas Ketorolac.Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan menurunkan eliminasi di ginjal.
CeftriaxonDengan Obat Lain :
Chephalosporin : menigkatkan efek antikoagulan dari derivat kumarin(Dikumarol dan Warfarin)Agen urikosurik: (Probenesid, Sulfinpirazon) dapat menurunkan ekskresi sefalosporin, monitor efek toksik.
Neurobion
Mengurangi efek levodopa
Nausea amp
Analgesik opiat dapat meningkatkan depresi sistem saraf pusat. Hindari alkohol karena dapat meningkatkan depresi sistem saraf pusat.
Vitamin C
Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek / toksisitas : asam askorbat meningkatkan absorpsi besi dari saluran cerna. Bila asam askorbat diberikan bersama kontrasepsi oral maka akan meningkatkan efek kontrasepsi. Menurunkan efek : asam askorbat dapat menurunkan level fluphenazine, asam askorbat bila diberikan dengan warfarin maka akan menurunkan efek antikoagulan.
Dicynon (etamsilat)
---
Vitamin K
Dengan Obat Lain : Fitonadione dapat mengurangi efek koagulan warfarin, pemberian fitonadione secara oral tidak diabsorpsi dengan baik jika diberikan bersamaan dengan orlistat.
Transamin (Asam Traneksamat)
resiko penggumpalan darah meningkat jika digunakan dengan kontrasepsi oral yang mengandung Estrogen.
INTERAKSI DARI R/ III
Interaksi antara seftriakson dan dicynon menyebabkan kemungkinan terjadinya keracunan seftriakson pada pasien dengan gangguan ginjal (menghambat ekskresi).
R/ IV
Cefizox seftizoksim
Tranexid
Vitamin K
Dcynon
Panso
Neurotam
Interaksi Obat :
Cefizox (seftizoksim)
Pemberian bersama-sama dengan aminoglikosida dapat mengakibatkan inaktivasi. Bila diberikan bersamaan sebaiknya diinjeksikan pada tempat (bagian tubuh) yang berbeda. Jangan mencampur kedua obat ini dalam kantong atau botol infus yang sama.Dengan vancomycin dapat terjadi pengendapan sehingga untuk pemberian dengan infus harus dibilas terlebih dahulu bila menggunakan selang yang sama.
Tranexid
resiko penggumpalan darah meningkat jika digunakan dengan kontrasepsi oral yang mengandung Estrogen.
Vitamin K
Dengan Obat Lain : Fitonadione dapat mengurangi efek koagulan warfarin, pemberian fitonadione secara oral tidak diabsorpsi dengan baik jika diberikan bersamaan dengan orlistat.
Dicynon (etamsilat)
---
Panso (Pantoprazole)
Dapat mempengaruhi penyerapan obat-obat yang absorbansinya tergantung dari pH (Ketokonazol)
Neurotam
Pemberian bersama dengan ekstrak tiroid, menyebabkan confusion, iritabilitas dan gangguan tidur.
INTERAKSI DARI R/ IV
Interaksi antara seftriakson dan dicynon menyebabkan kemungkinan terjadinya keracunan seftriakson pada pasien dengan gangguan ginjal (menghambat ekskresi).
Dapus…..
Ganiswarna G.Sulistia, 1995, “Farmakologi dan Terapi” Edisi 4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
WarfarinDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Warfarin
Nama sistematis (IUPAC)
(RS)-4-hydroxy- 3-(3- oxo- 1-phenylbutyl)- 2H- chromen- 2-one
Data klinis
Nama dagang Coumadin
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a682277
Kat. kehamilan D(AU) X(US)
Status hukumPrescription Only (S4) (AU) POM (UK) ℞ -
only (US)
Rute Oral or intravenous
Pharmacokinetic data
Bioavailabilitas 100%
Ikatan protein 99.5%
MetabolismeHepatic: CYP2C9, 2C19, 2C8, 2C18, 1A2
and 3A4
Waktu paruh 40 hours
Ekskresi Renal (92%)
Pengenal
Nomor CAS 81-81-2
Kode ATC B01 AA03
PubChem CID 6691
DrugBank DB00682
ChemSpider 10442445
UNII 5Q7ZVV76EI
KEGG D08682
ChEBI CHEBI:10033
ChEMBL CHEMBL1464
Data kimia
Formula C19H16O4
Massa mol. 308.33 g/mol
SMILES eMolecules & PubChem
InChI [tampilkan]
Warfarin merupakan senyawa antagonis vitamin K dari kelas enantiomer yang pertama kali dipasarkan sebagai bahan terapi anti-koagulan sejak tahun 1954.[1] Efek anti-koagulan yang diberikan warfarin diperoleh dari terhambatnya vitamin K pada jenjang karboksilasi γ sintesis faktor koagulasi II, VII, IX dan X,[2] Sekitar 99% warfarin dalam darah terikat pada serum albumin. Dalam keadaan terikat, warfarin tidak memiliki aktivitas farmakologis, tidak bertransformasi serta tidak diekskresi.[3]
Kedua isomer warfarin, masing-masing S-Warfarin dan R-Warfarin melintasi jenjang enzimatik sitokrom P450 sebelum melewati lintasan glusuronidasi dan diekskresi melalui urin. R-warfarin terutama diproses oleh enzim sitokrom P450 1A2 menjadi 6-hidroksiwarfarin dan 8-hidroksiwarfarin.[4] Enzim jenis karbonil reduktase juga memproses R-warfarin menjadi alkohol diastereoisomerik, dan sitokrom P450 3A4 memproses R-warfarin menjadi 10-hidroksiwarfarin. Isomer yang lain, S-warfarin terutama bereaksi dengan enzim sitokrom P450 2C9 menjadi 7-hidroksiwarfarin. Pada lintasan glusuronidasi, 6- dan 7-hidroksiwarfarin bereaksi dengan Glusuronosiltransferase 1A1, -1A3, -1A10, dan seterusnya.Pada dosis tinggi, warfarin dapat menyebabkan kalsifikasi pada pembuluh darah,[5] nekrosis pada kulit dan kerontokan rambut.[6]
[sunting] Pranala luar
(Inggris) Drug interactions with warfarin: what clinicians need to know
[sunting] Rujukan
1. ̂ (Inggris)"Warfarin Pharmacogenetics". Department of Neurology, University of Alabama at Birmingham, Department of Pharmaceutical Outcomes Research and Policy Program and Institute for Public Health Genetics, University of Washington; NA Limdi dan DL Veenstra. Diakses pada 22 Agustus 2011.
2. ̂ (Inggris)"Warfarin reversal". Department of Haematology, Royal Victoria Infirmary; J P Hanley. Diakses pada 23 Agustus 2011.
3. ̂ (Inggris)"Glucuronidation of Monohydroxylated Warfarin Metabolites by Human Liver Microsomes and Human Recombinant UDP-Glucuronosyltransferases". Department of Biochemistry and Molecular Biology, University of Arkansas for Medical Sciences, Arkansas Public Health Laboratory, Arkansas Department of Health, Drug Discovery and Development Technology Center, Faculty of Pharmacy, University of Helsinki, Arkansas Public Health Laboratory, Arkansas Department of Health; Agnieszka Zielinska, Cheryl F. Lichti, Stacie Bratton, Neil C. Mitchell, Anna Gallus-Zawada, Vi-Huyen Le, Moshe Finel, Grover P. Miller, Anna Radominska-Pandya, and Jeffery H. Moran. Diakses pada 23 Agustus 2011.
4. ̂ (Inggris)"Human P450 metabolism of warfarin". New York State Department of Health, Wadsworth Center; Kaminsky LS, Zhang ZY. Diakses pada 22 Agustus 2011.
5. ̂ (Inggris)"Warfarin causes rapid calcification of the elastic lamellae in rat arteries and heart valves". Department of Biology, University of California; Price PA, Faus SA, Williamson MK.. Diakses pada 22 Agustus 2011.
6. ̂ (Inggris)"Warfarin: almost 60 years old and still causing problems". Department of Pharmacology and Therapeutics, The University of Liverpool; Munir Pirmohamed. Diakses pada 23 Agustus 2011.
Kamis, 19 Maret 2009
TOKSIKOLOGI
BAB IPENDAHULUAN
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek merugikan berbagai bahan kimia dan fisik pada semua sistem kehidupan. Dalam istilah kedokteran, toksikologi didefinisikan sebagai efek merugikan pada manusia akibat paparan bermacam obat dan unsur kimia lain serta penjelasan keamanan atau bahaya yang berkaitan dengan penggunaan obat dan bahan kimia tersebut. Toksikologi sendiri berhubungan dengan farmakologi, karena perbedaan fundamental hanya terletak pada penggunaan dosis yang besar dalam eksperimen toksikologi. Setiap zat kimia pada dasarnya adalah racun, dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Salah satu pernyataan Paracelsus menyebutkan “semua substansi adalah racun; tiada yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari obat”. Pada tahun 1564 Paracelsus telah meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan mengatakan, bahwa dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun (dosis sola facit venenum). Pernyataan Paracelcus tersebut sampai saat ini masih relevan. Sekarang dikenal banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun dosis tetap merupakan faktor utama yang paling penting. Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada jumlah unsur kimia yang terabsopsi. Sedangkan istilah bahaya (hazard) adalah kemungkinan kejadian kerusakan pada suatu situasi atau tempat tertentu; kondisi penggunaan dan kondisi paparan menjadi pertimbangan utama. Untuk menentukan bahaya, perlu diketahui dengan baik sifat bawaan toksisitas unsur dan besar paparan yang diterima individu. Manusia dapat dengan aman menggunakan unsur berpotensi toksik jika menaati kondisi yang dibuat guna meminimalkan absopsi unsur tersebut. Risiko didefinisikan sebagai kekerapan kejadian yang diprediksi dari suatu efek yang tidak diinginkan akibat paparan berbagai bahan kimia atau fisik. Istilah toksikokinetik merujuk pada absopsi, distribusi, ekskresi dan metabolisme toksin, dosis toksin dari bahan terapeutik dan berbagai metabolitnya. Sedangkan istilah toksikodinamik digunakan untuk merujuk berbagai efek kerusakan unsur tersebut pada fungsi fital.
igdrsudbuol.blogspot.com/2009/03/toksikologi.html
TOKSIKOLOGI DAN PENANGANAN KERACUNAN
- Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun.- Pengertian lain yaitu semua subtansi yang digunakan, dibuat, atau hasil dari suatu formulasi
dan produk sampingan yang masuk ke lingkungan dan punya kemampuan untuk menimbulkan pengaruh negative bagi manusia.
- Keracunan dapat ditimbulkan oleh zat kimia ( zat industri, obat, kosmetik, BTM), insektisida, tumbuhan ( jamur), dan hewan (bisa ular/lebah).
- Bentuk toksisitas :a. Toksisitas fisika : dermatitis, kulit kering, kulit pecah, iritasi, demam dll. Yang disebabkan oleh
radiasi. b. Toksisitas kimia : disebabkan oleh asam kuat, logam merkuri, dll.c. Toksisitas fisiologis : yang mempengaruhi ensim dalam metabolisme.- Semua zat adalah racun yang tegantung dari dosis dan lama kontak.
- Zat bersifat racun yang berada dalam tubuh belum tentu bersifat racun karena sangat tergantung dari kadar zat tersebut dalam tubuh.
- Konsentrasi zat yang kontak dalam waktu lamam dan tidak menimbulkan efek toksik disebut ambang batas.
- Keracunan : a. Keracunan akut : terjadi segera disebabkan logam, insektisida, obat dll. b. Keracunan kronis : terjadi dalam waktu lama dan terjadi penimbunan dalam tubuh.
Keracunan kronis dapat menyebabkan kanker,mutagenic, kerusakan organ, dll.- Penggolongan toksikologi :
a. Toksikologi obat : efek samping/efek yang tidak diharapkan pada penggunaan obat sesuai petunjuk, keracunan akut pada penggunaan dosis berlebih, pada uji toksisitas.
b. Toksikologi bahan makanan : penggunaan BTM, kekurangan/kelebihan gizi. c. Toksikologi peptisida : penggunaan peptisida dalam pertanian. d. Toksikologi industri : industri kimia. e. Toksikologi lingkungan : pencemaran lingkungan oleh bahan kimia, peptisida, kosmetik, gas
buangan. f. Toksikologi kecelakaan : kecelakaan akibat racun termasuk bunuh diri. g. Toksikologi perang : senjata nuklir/biologi/kimia. h. Toksikologi penyinaran : penggunaan zat radioaktif dalam pengobatan, PLTN.
- Penanganan keracunan : menjaga fungsi organ dan menghindarai absorpsi lebih lanjut, mempercepat eliminasi, dan menormalkan fungsi tubuh.
a. Melalui mulut : - mengurangi absorbsi dengan merangsang muntah (sirup ipeca). - menguras lambung (air hangat dengan tube nasogantrik). - karbon aktif, membersihkan usus ( laksan). - pemberian antidotum. - meningkatkan eliminasi ( diuretic asam atau basa). - transfuse penukar. - dialysis. - hemodialisis. - hemoperfusi.
b. Melalui hidung : memindahkan penderita dari ruangan yang tercemar racun, trakeotomi,resuscitator.
c. Kontaminasi kulit : siram dengan air. d. Kontaminasi mata : dibilas dengan air/laritam Na Cl fisiologis.
e. Sengatan/gigitan binatang berbisa : diikat didaerah luka gigitan, beri antidotum, pendinginan local, mengisap dari luka.
- Antidotum yaitu zat yang memiliki daya kerja bertentangan dengan racun, dapat mengubah sifat kimia racun, atau mencegah absorbsi racun.
- Jenis antidotum yang digunakan pada keracunan : a. Keracunan insektisida (alkali fosfat), asetilkolin, muskarin : atropine, reaktivator kolinesteras
(pralidoksin, obidoksin). b. Keracunan sianida : 4 dimetilaminofenol HCl (4-DMAP) dan natrium tiosulfat. c. Keracunan methanol dengan etanol. d. Keracunan methenoglobin : tionin. e. Keracunan besi : deferoksamin f. Keracunan As,Au, Bi, Hg, Ni, Sb : dimerkaprol(BAL =british anti lewisit). g. Keracunan glikosida jantung : antitoksin digitalis. h. Keracunan Au,Cd,Mn,Pb,Zn : kalsium trinatrium pentetat.- Jenis keracunan : a. logam berat : Pb, Hg, As, Cd, Fe. b. asam : asam asetat, asam klorida, asam sulfat, asam nitrat. c. basa : natrium hidroksida, K hidroksida. d. sabu dan detergen. e. pelarut organic : bensin, m.bumi, benzene, kloroform, alcohol f. Racun pernafasan : klor, nitrogen oksida, CO2, HCN, SO2,CO, H2S g. Senyawa pembentuk besi (III): klorat, perklorat, nitrit, nitrat membentuk besi III Hb. h. Alkaloid : beladona, opium, kolkhisin, nikotin. i. Jamur : amatoksin, falotoksin, muskarin. k. Bisa ular. l. Insektisida m. Rodentisida : kumarin n. Herbisida : fenoksikarboksilat, dikuat. o. Racun bahan makanan : enerotoksin, botulinus. p. Zat karsinogen : benzopiren. q. Obat.- Mekanisme kerja antidotum :
a. Membentuk senyawa kompleks dengan racun : dimerkaprol, EDTA, penisilamin, dikobal edetat, pralidoksin.
b. Mempercepat detoksifikasi racun : natrium tiosulfat,dll. c. Berkompetisi dengan racun dalam interaksi dengan reseptor : oksigen, nalokson. d. Memblokade reseptor esensial : atropine. e. Efek antidot melampaui efek racun : oksigen, glukagon. f. Mempercepat pengeliaran racun : NaCl untuk meningkatkan pengeluaran urin pada keracunan
bromide g. Mengabsorpsi racun : karbon. h. Menghambat absorpsi racun : MgSO4. i. Perangsang muntah : sir. Ipeca. j. Menginaktifkan racun : natrium tiosulfat, antibisa, antitoksin botulinus. k. Pengendap racun : natrium sulfat, kalsium laktat. l. Antidot universal (campuran karbon, asam tanat, MgO (1:1:2): asam ,alkali, logam berat,
glikosida. m. Antidot multiple (campuran besi sulfat, Mg S04, air, karbon) : As, opium, Zn, digitalis, Hg,
strihnin. n. Serum anti bisa ular : neurotoksis, hemotoksis.
Penanganan keracunan :1. Tindakan untuk penegakan fungsi vital - Bebaskan jalan nafas. - Nafas buatan. - Menjaga sirkulasi.
2. Tindakan primer untuk eliminasi racun ( yang belum diabsorpsi) - Timbulkan muntah : sirup ipeca. - Bilas lambung. - Berikan zat absorben : karbon aktif. - Pengosongan usus (diare paksa) : laksan. - Pada kontaminasi mata : bilas dengan air hangat. - Pada kontaminasi kulit : bilas dengan air. - Terpapar gas beracun : beri udara segar/oksigen. - Inhalasi racun : beri inhalasi glukokortikoid.
3. Tindakan sekunder untuk eliminasi racun ( yang sudah diabsorpsi) - Diuresis paksa : furosemid iv atau manitol infuse.
- Diuresis paksa alkali : diuresis paksa ditambah natrium bikarbonat infuse (pada keracunan barbiturate, asam salisilat) - Diuresis paksa asam : diursis paksa ditambah arginin HCl infuse atau amonium klorida (pada keracunan amfetamin, metadon, efedrin, fensiklidin). - Antidotum.
- Hemodialisa. - Hemoperfusi.
- Dialisis peritoneal dilakukan bila hemodialisis adan hemoperfusi tidak dapat dilakukan). - Transfusi pertukaran : pada intoksikasi berat (CO, methemoglobin, hemolisis).
Pemberian antidotum. - Parasetamol dengan A-asetilsistein (reaksi konyugasi metabolit toksik). - Opioid dengan nalokson ( Antagonis kompetitif pada reseptor opioid). - Benzodiazepin dengan flumazenil ( antagonis kompetitif pada reseptor benzodiazepin). - Digitalis dengan antibody digitalis ( reaksi antigen-antibodi). - Neuroleptik dengan biperidin ( sebagai antikolinergik sentral). - Antikoagulan dengan vitamin K (antagonis kompetitif pada system protrombin). - Antikolinergik dengan fisostigmin ( hambatan terhadap asetilkolinesterase) - Alkalifosfat/karbamat dengan atropine (antagonis kompetitif reseptor Ach.). - Metanol dengna etanol ( ikatan kompetitif pada alkoholdehidrogenase). - Amanitin/jamur amanita dengan silibinin (hambatan ambilan amanitin di hepatosit).
- Sianida dengan DMAP, Natrium tiosulfat, EDTA ( terjadi pembentukan methemoglobin/tiosianat/kompleks CN ).
- Nitrit/nitrat dengan biru toluidin/biru metilen (reduksi methemoglobin). - Tembaga dengan D-penisilamin (pambentukan kompleks Cu). - Logam berat dengan EDTA/NaCaDTPA/dimerkaprol (pembentukan kompleks).
sumber:Farmakologi Toksikologi