Upload
inna690589206
View
236
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
ACARA II
ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa
ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus karbonil (sebagai
aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya istilah
karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus
(CH2O)n yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi
oleh n molekul air. Namun demikian ada juga karbohidrat yang tidak
memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitogen,
fosforus atau sulfur.
Pati merupakan zat gizi penting dalam makanan sehari-hari.
Menurut Greenwood dan Munro, sekitar 80% kebutuhan energi manusia
didunia dipenuhi oleh karbohidrat. Karbohidrat ini dapat dipenuhi dari
berbagai sumber seperti biji-bijian, umbi-umbian dan batang (sagu)
sebagai tempat penyimpanan pati yang merupakan cadangan makanan
bagi tanaman. Sumber dan produksi pati di negara kita sangat berlimpah,
yang terdiri dari tapioka, pati sagu, pati beras, pati umbi umbian selain
singkong diasmping sumber pati yang belum diproduksi secara komersial.
Dilain pihak, industri pengguna pati menginginkan pati yang yang
mempunyai spesifikasi, kekentalan yang stabil baik pada suhu tinggi
maupun suhu rendah, ketahanan yang baik terhadap perlakuan mekanis,
dan daya pengentalnya tahan pada kondisi asam dan suhu tinggi.
Pati mengandung 10% air pada RH 54% dan 20oC. Pada umumnya
pati tersusun dari 25% amilosa dan 75% amilopektin. Amilosa merupakan
polimer berbentuk panjang dan lurus dan sedikit cabang (kurang dari 1%)
dengan berat molekul 500.000 g/mol. Unit-unit glukosa terhubung oleh
ikatan α-1,4 pada molekul amilosa. Molekul amilosa berbentuk helix dan
bersifat hidrofobik. Amilopektin memiliki bentuk yang bercabang dan
memiliki berat molukul 107-109g/mol bergantung pada jenis tanamannya.
Pati terbentuk dari monomer-monomer glukosa.
Pati alami seperti tapioka, pati jagung, sagu dan pati-pati lain
mempunyai beberapa kendala jika dipakai sebagai bahan baku dalam
industri pangan maupun non pangan. Jika dimasak, pati membutuhkan
waktu yang lama, juga membentuk pasta yang terbentuk keras dan tidak
bening. Selain itu sifatnya terlalu lengket dan tidak tahan dengan
perlakuan asam. Kendala-kendala tersebut menyebabkan pati alami
terbatas penggunaannya dalam industri.
Pati (C6 H10O5 )n dalam perdagangan dikenal dua macam pati,
yaitu pati yang belum dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati
dapat dimodifikasi melalui cara hidrolisis, oksidasi, cross-linking atau
cross ling starch. Pati ini biasanya dibuat dengan cara mengasamkan
suspensi pati sampai pH tertentu dan memanaskan pada kondisi tertentu
pula, sampai diperoleh derajat konversi atau modifikasi yang diinginkan,
karena sebagian pati terhidrolisis menjadi dekstrin, maka viskositas larutan
menjadi rendah. Ekstraksi pati dari ubi kayu dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dari yang amat sederhana sampai yang sangat modern.
Walaupun demikian, prinsip dasar dan cara kerja dari proses-proses
industri tersebut sama. Pemisahan pati dari sel-sel parenkim penyimpanan
pati di dalam ubi kayu dilakukan cara memarut, kemudian pati dipisahkan
dari serat-serat kasar (selulosa) dengan cara pengendapan dan penepisan.
Suspensi encer pati (amilum) di dalam air bila dipanaskan akan
mempercepat dan meningkatkan penyerapan air oleh butir-butir pati.
Semakin tinggi suhu pemanasan, akan semakin banyak air yang diserap
butir pati, yang berakibat terjadinya penggelembungan butir pati tersebut.
Bila penggelembungan pati ini melewati batas maksimum, maka butir pati
akan pecah dan molekul pati yang telah terhidrasi akan ”terlarut” kedalam
air (membentuk koloid). Pada fase ini pati telah mengalami gelatinisasi.
Viskositas suspensi pati meningkat selama pemanasan, menurun setelah
mencapai suhu gelatinisasi, dan meningkat setelah didinginkan. Suhu
gelatinisasi pada tiap-tiap jenis pati sangat bervariasi, biasanya merupakan
kisaran antara lain pati beras 68-78o C, pati kentang 55-58o C dan pati
jagung 62-72o C.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara II isolasi amilum ubi kayu dan
hidrolisisnya ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui isolasi pati pada ubi kayu
2. Menentukan produk hidrolisis pati
3. Melakukan uji kualitatif terhadap hidrolisis pati dengan cara uji
molisch, uji pikrat, uji barfoed, dan uji selliwanof.
4. Mengetahui reaksi peragian (fermentasi) dengan uji benedict dan uji
iod.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Amilum atau bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi,
daun, batang dan biji-bijia. Batang pohon sagu mengandung pati yang
setelah dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan rakyat di daerah
Maluku. Umbi yang terdapat pada ubi jalar atau ketela pohon atau
singkong mengandung pati yang cukup banyak, sebab ketela pohon
tersebut selain dapat digunakan sebagai makanan sumber karbohidrat, juga
digunakan sebagai bahan baku dalam pabrik tapioka (Poedjiaji, 1994).
Ubi kayu atau singkong atau ketela pohon merupakan tanaman perdu
yang berasal dari benua Amerika tepatnya Brazil. Penyebarannya hampir
ke seluruh dunia, antra lain Afrika, Madagaskar, India dan
Tiongkok.Pengolahan Ubi kayu dalam industry makanan dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu hasil fermentasi ubi kayu (tape/peuyem), ubi
kayu dikeringkan (gaplek), tepung ubi kayu/tapioka. Ubi kayu juga
merupakan tanaman perdaganagan (cash crop) yang menghasilkn pati
(starch), etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung
aromatik dan pellet (Malikhah, 2010).
Ragi adalah suatu inokulum atau starter untuk melakukan fermentasi
dalam pembuatan produk tertentu. Ragi ini dibuat dari tepung beras, yang
dijadikan adonan ditambah ramuan-ramuan tertentu dan dicetak dengan
diameter ± 2 – 3 cm, digunakan untuk membuat arak, tape ketan, tape
ketela (peuyeum), dan brem di Indonesia. Secara tradisional bahan-bahan
seperti laos, bawang putih, tebu kuning atau gula pasir, ubi kayu, jeruk
nipis dicampur dengan tepung beras, lalu ditambah sedikit air sampai
terbentuk adonan. Adonan ini kemudian didiamkan dalam suhu kamar
selama 3 hari dalam keadaan terbuka, sehingga ditumbuhi khamir dan
kapang secara alami. Setelah itu adonan yang telah ditumbuhi mikroba
diperas untuk mengurangi airnya, dan dibuat bulatan-bulatan lalu
dikeringkan (Puspitasari, 2009).
Uji glukosa yang sangat positif ( lebih dari 2% glukosa dalam air
seni ) dinyatakan dari produksi endapan perak atau larutan merah. Pada
konsentrasi larutan gula yang rendah, larutan uji yang biru berubah
menjadi hijau atau kuning. Gula tidak memberikan uji positif dengan
pereaksi benedict dan tollens jika bentuk siklik dan aldehida tidak berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida. Semua gula yang berupa
asetat atau ketal ( baik disebabkan oleh pembentukan eter dari gugus
hidroksil hemi asetal dengan alcohol biasa atau pembentukan ikatan
glikosida ). Bersifat non pereduksi. Uji benedict dan tollens untuk
karbohidrat berlaku bagi gula sederhana. Polisakarida seperti amilosa
seharusnya adalah gula pereduksi, karena bentuk hemi asetal pada unit
gula terakhir berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehidanya.
Tetapi jika rantai polisakarida terlalu panjang, jumlah gugus ujung dalam
suatu contoh misbi sedikit sehingga kepositifan uji benedict atau tollens.
Jadi, polisakarida besar seperti pati atau selulosa pada umumnya bukan
gula pereduksi (Wilbraham, 1992).
Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan sebagai karbohidrat
simpanan dalam tumbuhan. Pati terdapat sebagai butiran kecil dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang khas untuk setiap spesies tumbuhan. Pati
terdiri atas 2 polimer yang berlainan, senyawa rantai lurus, amilosa, dan
komponen yang bercabang, amilo pektin. Dalam pati yang paling umum
seperti jagung, beras, dan kentang, fraksi rantai lurus merupakan
komponen tambahan dan besarnya sekitar 17-30% dari keseluruhan.
Warna biru khas pati yang dihasilkan dengan iodium berkaitan khusus
dengan fraksi rantai lurus ( Deman, 1988).
2. Tinjauan Teori
Oksidasi mempunyai peranan penting dalam kimia dan analisis
karbohidrat. Gula pereduksi teroksidasi dan zat pengoksidasi lemah seperti
larutan benedict dan fehling dan pereaksi tollens. Hasil oksidasi pertama
aldosa ialah asam monokarboksilat yang dikenal sebagai asam aldonat.
Penamaan asam aldonat ialah dengan mengakhirkan –osa pada nama aldosa
dengan asam –onat. Pereaksi benedict fehling dan tollens mengoksidasi baik
aldosa maupun 2-ketosa menjadi asam aldonat, akan tetapi mereka biasanya
tak digunakan dalam sintesis asam tersebut. Polisakarida penting, yaitu pati
dan selulosa, adalah poliglukosida. Sifat fisiknya yang amat berbeda
disebabkan oleh perbedaan konfigurasi pada atom karbon kiral ( karbon
anomer ) ikatan glukosida ( Pine, 1988).
Tujuan penyaringan adalah untuk mendapatkan endapan yang bebas
(terpisah) dari larutan (cairan induk). Alat-alat yang digunakan untuk
menyaring adalah kertas saring (pakai corong gelas), gooch dilapisi serat
asbes, dan penyaring atau gelas sinter.Saringan yang digunakan tergantung
dari sifat endapan dan juga dari suhu pengerjaan selanjutnya. Kertas saring
dipakai untuk endapan yang gelatinus. Kertas saring harus dapat menahan
zarah-zarah endapan tetapi dapat dilalui dengan mudah oleh cairan. Kertas
saring berdasarkan pada besarnya pori-pori kertas ada 3 macam yaitu untuk
endapan yang sangat halus, untuk endapan sedang, dan untuk endapan yang
gelatinus. Endapan yang masih melekat pada dasar tempat pengendapan
dilepas dengan gelas pengaduk yang ujungnya diberi pipa karet/plastic yang
sesuai. Seluruh endapan secara kuantitatif harus masuk saringan dan tertahan
sempurna oleh saringan juga pengaduk harus bebas dari endapan yang masih
melekat dengan menyemprot menggunakan aquades dan ditampung kedalam
saringan (Rohman, 1993).
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-keduanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya
amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat
dengan ikatan α 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik.
Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadiny cabang, sehingg
molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang-cabang.
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga
menghasilkan glukosa. Hidrolisis ini juga dapat dilakukan dengan bantuan
enzim amilase (Poedjiaji, 1994).
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-
nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari
dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut
amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai
cabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa, sedang amilopektin mempunyai
cabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa sebanyak 4-5% dari berat total.
Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokan menjadi monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan sautu molekul
yang dapat terdiri dari 5 atau 6 atom C, sedangkan oligosakarida merupakan
polimer dari 2-10 monosakarida, dan pada polisakarida merupakan polimer
yang terdiri dari lebih 10 monomer monosakarida (Winarno, 1984).
Pati terisolasi dari tanaman berbonggol banyak seperti tanaman
serealia. Pati adalah bahan baku yang relatif murah dengan sifat fisik dan
kimia yang ideal dalam berbagai aplikasi di bidang makanan maupun non-
pangan. Fungsi pati menjadi lebih kompleks dengan didorong kemampuan
untuk memodifikasi granula pati secara kimia, genetika dan enzimatis, serta
urutan variasi dalam sifat pati itu sendiri. Hal itu bergantung pada genotipe
tanaman dan kondisi lingkungan sekitar (Wischmann, 2006).
Pati singkong berasal dari akar singkong yang secara luas digunakan
dalam industri makanan karena viskositasnya tinggi, penampilan yang baik
serta biaya produksi yang relatif rendah. Biasanya pati termodifikasi
digunakan untuk industri baik dalam bidang pangan maupun non-pangan
seperti untuk zat aditif, pengikat, pelapis pasta dll. Untuk singkong yang
dirubah menjadi pati, pati singkong dijadikan substrat awal baku dan
dilarutkan sebagai larutan koloid yang disebut Cassava Starch Solution
(CSS). Pengetahuan tentang sifat-sifat CSS penting diketahui untuk
mendesain sebuah proses produksi yang tepat. (Cansee, 2008).
C. Metodologi
1. Alat
a. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
b. Pipet ukur
c. Gelas ukur
d. Cawan porselen
e. Corong Buchner
f. Stopwatch
g. Timbangan analitik
h. Waterbath
i. pH meter
j. Spektrofotometer
k. Bola hisap
l. Blender
m. Alat parut
n. Pisau
o. Kain saring
2. Bahan
a. Umbi ubi kayu
b. Alkohol 95%
c. HCl pekat
d. H2SO4 pekat
e. Na2CO3 1M
f. Aquades
g. Pereaksi Fehling
h. Pereaksi Barfoed
i. Pereaksi Selliwanoff
j. Pereaksi Molisch
k. Pereaksi Pikrat
l. Larutan ragi roti 20%
m. Larutan Iodine 0,01 M
n. Larutan NaOH 8N
o. Larutan gula 1%
p. Larutan fruktosa 1%
q. Larutan pati 1%
r. Hidrolisa pati
1. Cara Kerja
Percobaan 1 : Isolasi pati ubi kayu
A. Isolasi Pati Umbi/biji-bijian
Ubi kayu kemudian dicuci,diparut dan dimasukan kedalam blender
Umbi-umbian dikupas dan ditimbang sebanyak 100 gram.
Aquades dimasukan sebanyak 200ml kemudian dihaluskan selama 30 detik.
Residu disaring dengan kain saring dan larutan yang keruh ditampung dalam gelas ukuran 500ml
ditambahkan 200ml aquades, dikocok kemudian pertikel yang tidak larut dibiarkan mengendap dan larutan yang jernih didekantasi.
Larutan yang keruh dan endapannya ditambah dengan 100ml alkohol 95% dan disaring dengan corong buchner
Pati yang diperoleh dikeringkan dengan meratakan pati yang didapat pada kertas saring suhu kamar.
Hidrolisis Pati
B. Uji kualitatif terhadap Hidrolisis Pati
disediakan 25ml larutan pati 1% (dibuat dari amilum tahap pertama) dalam sebuah gelas beaker.
ditambahkan 10 tetes HCL pekat, dan didihkan
Setelah 2 atau 5 menit, larutan diambil dan dilakukan uji iod. Hal ini juga dilakukan pada menit ke 10 dan 15
Pada waktu yang sama (menit ke 2 atau 5) diambil 1ml larutan pati kedalam tabung reaksi, hal ini juga dilakukan pada menit ke 10 dan 15.
Setelah itu pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 5ml pereaksi Fehling.
diamati derajat yang reduksi yang terjadi dan bandingkan dengan pekerjaan uji iod (perubahan warna)
Sisa hidrolisat pati dari tahap II dipanaskan lebih lanjut selama 10 menit dalam penangas air.
didinginkan dan dinetralkan dengan 0,5 ml larutan NaOH 8N
Diamati perubahan warna dan pH (cek dengan kertas pH atau pH meter.
1. Uji Molisch
2. Uji Pikrat
3. Uji Barfoed (monosakarida yang reduksi)
ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch ke dalam tabung-tabung reaksi yang telah berisi 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1% hidrolisat pati dan larutan pati 1%
Asam sulfat pekat sebanyak 5 ml dengan hati-hati dan perlahan-lahan tambahkan melalui dinding tabung-tabung reaksi tersebut
diamati perubahan yang terjadi
dicampur 2 ml larutan-larutan glukosa 1% fruktosa 1%, hidrolisat pati dan larutan pati 1% masing-masing dengan 1 ml larutan asam pikrat jenuh dan 0,5 ml Na2CO3
1M
Seluruh tabung reaksi kemudian dipanaskan secara bersama didalam penangas air yang mendidih sampai terjadi perubahan warna
ditambahkan 1 ml dari larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, hidrisilat pati dan larutan pati 1% kedalam masing-masing tabung reaksi yang berisi 3 ml pereaksi Barfoed.
Seluruh tabung reaksi kemudian diletakan pada pemanas air yang telah mendidih selama 1 menit atau lebih sampai terlihat adanya reduksi.
Amati perubahan yang terjadi
4. Uji seliwanof
Masing-masing tabung reaksi dimasukan pereaksi Seliwanof sebanyak 3 ml
Larutan glukosa 15, fruktosa 1%, hidrosilat pati dan larutan pati 1% ditambahkan sebanyak 3 tetes kedalam setiap tabung reaksi
Seluruh tabung reaksi kemudian dipanaskan secara bersamaan didalam pemanas air yang mendidih sampai terjaid perubahan warna
diamati perubahan warna yang terjadi.
Tabung reaksi dimasukan 5 ml larutan suspensi ragi roti 20%, 5 ml hidrosilat pati dan 5 ml buffer fosfa (pH 6,6-6,8)
Campuran dibiarkan selama 1 jam
Prosedur yang sama dilakukan untuk larutan pati 1%. Adanya gelembung CO2
menunjukan adanya reaksi peragian.
Uji benedict dilakukan dengan memasukan 2 ml reagen benedict dan 1 ml larutan sampel kedalam tabung reaksi
Tabung reaksi dimasukan kedalam pemanas air selama 5 menit atau dipanaskan langsung selama 1 menit.
Reaksi positif jika terjadi warna hijau, merah, oranye, atau merah bata dan endapan merah bata tergantung dari banyaknya Cu2O yang terbentuk
Uji Iod dilakukan dengan mengambil 1 tetes larutan (larutan suspensi ragi roti 5% dan larutan sukrosa 10%
diteteskan ke lampeng porselin/ test plate dan ditambah 1 tetes larutan 0,01 N Iod.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Isolasi Pati dari Ubi Kayu
a. Isolasi Pati Ubi Kayu
Massa awal ubi kayu : 100 gr (a)
Massa akhir pati : 16,8 gr (b)
Rendemen = MassaakhirMassa awal
X 100%
=
16 , 8100
x 100 %
= 16,8 %
Pembahasan :
Pengamatan pada praktikum Isolasi Pati Ubi Kayu, berat ubi
kayu setelah proses pengupasan sebesar 100 gram. Kemudian, ubi
kayu diblender dengan aquades 200 ml selama 30 detik. Residu
disaring menggunakan kertas saring sehingga didapatkan larutan
keruh. Kemudian, menambahkan aquades kembali sebanyak 200 ml,
dihomogenkan dan bila ada partikel yang tidak larut dibiarkan
sehingga terjadi endapan dan larutan jernih terdekantasi. Larutan keruh
beserta endapannya tersebut ditambahkan lagi alkohol 95% sebanyak
100 ml kemudian disaring dengan 2 saringan yaitu kertas saring dan
kain saring. Pati pada kertas saring dikeringkan dan diperoleh massa
pati sebesar 16,8 gram dan rendemen sebanyak 16,8%.
Faktor yang mempengaruhi rendemen pati adalah mutu bahan
baku (umur, penanaman, bibit), penanganan pasca panen (perajangan,
perbandingan bahan-air),proses ekstraksi, lama penyaringan. Fungsi
dari penambahan alkohol 95% adalah untuk mencuci endapan yang
kemudian disaring dengan kertas saring. Hasilnya adalah larutan jernih
dan endapan putih, kemudian endapan putih ini dikeringkan
menggunakan oven yang selanjutnya digunakan untuk hidrolisis.
b. Hidrolisis Pati
Tabel 2.1 Uji Iod Hasil Hidrolis Pati
Kel Waktu SampelPerubahan Warna
KeteranganWarna Awal
Warna Akhir
1 dan 7
0’
15 ml larutan pati 1% + 10 tetes HCl pekat*didihkan, ambil 1 tetes larutan tersebut + 1 tetes larutan iod 0,01 N
Putih bening
Kuning bening dan ada bercak
biru
Warna biru menunjukkan adanya pati
1 dan 7
5’Putih keruh
Biru tua
Warna biru menunjukkan adanya pati
1 dan 7
10’Putih keruh
Biru lebih tua
Warna biru menunjukkan adanya pati
7 Putih keruh
Ungu tua Tidak ada endapan
115’ Putih
keruhBiru
kehitaman
Warna biru menunjukkan adanya pati
7Putih keruh
Coklat Tidak ada endapan
Sumber : Laporan Sementara
Proses hidrolisis pati, larutan pati 1% terlebih dahulu ditambah 10 tetes
HCl sebelum larutan iod. Hidrolisis pati dengan asam, dapat dibuat dengan
mengontrol hidrolisis asam dalam suspensi. Fungsi penambahan HCl pekat
sebagai enzim yang dapat mempercepat terbentuknya pati. Kemudian
dididihkan. Setelah 5 menit larutan diambil 1 tetes untuk melakukan uji Iod
dengan cara menambah 1 tetes larutan 0,01 N Iod ke lempeng porselen/test
plate. Dari hasil pengujian Iod tersebut, diperoleh data pada menit ke-0, menit
ke-5, menit ke-10 dan menit ke-15 warna yang terjadi adalah putih keruh
menjadi biru hitam dan tidak ada endapan. Pati yang berikatan dengan iodin
akan menghasilkan warna biru. Sifat ini menunjukan adanya pati. Struktur
molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin. Bila
pati dipanaskan, spiral merenggang, molekul – molekul iodin terlepas sehingga
warna biru hilang. Pati akan merefleksikan warna biru bila berupa molekul
amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka akan
menghasilkan warna merah. Sedangkan dekstrin membentuk warna coklat
(Winarno, 2004).
Tabel 2.1 menunjukan hasil hidrolisis pati. Larutan pati mulanya
berwarna bening kemudian ditambahkan HCl pekat dan didihkan. Setelah itu
larutan yang sudah didihkan diambil sebanyak 1 tetes untuk ditambahkan
larutan iod 0,01 N. Hasil pengamatan pada kelompok 1 menunjukan hasil warna
kuning bening dan bercak biru menurut pengamatan kelompok 7. Kemudian
larutan didiamkan dan diamati pada menit ke-5, ke-10 dan ke-15. Hasil
pengamatan warna larutan pada menit ke-5 oleh kelompok 1 dan 7 adalah biru
tua, hasil pengamatan pada menit ke-10 oleh kelompok 1 biru lebih tua dan oleh
kelompok 7 ungu tua, sedangkan pada menit ke-15 hasil pengamatan kelompok
1 adalah biru kehitaman dan oleh kelompok 7 adalah coklat. Hasil percobaan
dari menit ke-0 hingga menit ke-15 tidak ada endapan yang terbentuk.
Amilum atau pati dapat terhidrolisis dengan sempurna dengan
menggunakan asam sehingga didapatkan glukosa. Penambahan HCl pekat pada
pemanasan yang pertama dimaksudkan agar pati terhidrolisis menjadi glukosa
beserta polimernya. Penggunaan larutan Iodine juga dimaksudkan untuk
mengetahui adanya kandungan pati pada suatu bahan.
Pati yang berikatan dengan Iodine (I2) akan menghasilkan warna biru.
Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan
oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat
molekul Iodine dan terbentuklah warna biru. Bila dipanaskan molekul
meregang, molekul-molekul Iodine terlepas sehingga warna biru itu hilang. Dari
percobaan diketahui bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila berupa
polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul-molekul
amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka
dihasilkan warna merah. Sedangkan dekstrin dengan polimer 6, 7, dan 8
membentuk warna dengan Iodine.
Hasil percobaan didapatkan bahwa sampel kelompok 1 yang
menghasilkan warna biru kehitaman mengandung molekul amilosa yang lebih
banyak dibandingkan dengan molekul lainnya. Sedangkan hasil pengamatan
kelompok 7 menghasilkan warna biru tua pada menit ke-5, namun pada menit
ke-15 menghasilkan warna coklat, maka dapat disimpulkan bahwa pati
terhidrolisis menjadi dekstrin karena menghasilkan warna coklat ketika uji Iod.
II. Uji Kualitatif terhadap hidrolisis pati
Tabel 2.2 Uji Kualitatif terhadap hidrolisis pati
KelSampel
Perubahan yang
TerjadipH Keterangan
Warna
Awal
Warna
Akhir
2
Hidrolisat pati
*dipanaskan selama 10 menit, lalu
didinginkan dan
dinetralkan dengan 0,5 ml larutan NaOH 8 N
Putih keruh
Bening 12 Setelah ditambahkan NaOH larutan termasuk basa kuat
8
Putih tepung
Putih jernih -
Kertas pH berubah warna dari biru menjadi ungu
Sumber : Laporan Sementara
Pembahasan :
Dalam uji kualitatif hidrolisis pati, sisa hidrolisat pati dipanaskan
selama 10 menit, kemudian didinginkan lalu ditambah 0,5 ml larutan
NaOH 8 N. Fungsi penambahan NaOH 8 N dalam uji ini yaitu untuk
menetralkan larutan.
Sisa dari hidrolisa pati yang dipanaskan selama 10 menit,
kemudian didinginkan dan dinetralkan dengan 0,5 ml larutan NaOH 8 N.
penambahan NaOH pada percobaan kali ini dimaksudkan untuk
menetralkan kembali hidrolisa pati yang pada percobaan sebelumnya
sudah ditambahkan HCl. Hasil percobaan kelompok 2 menunjukan sampel
dengan warna awal putih keruh berubah menjadi bening dan setelah diukur
dengan pH meter didapatkan pH 12, dan hasil percobaan kelompok 8
menunjukan larutan sampel yang mulanya berwarna putih tepung menjadi
putih jernih sementara kertas pH berubah warna menjadi ungu hal ini
menunjukan bahwa larutan hidrolisa pati itu bersifat basa. Warna kertas
lakmus seharusnya tidak berubah bila pH larutan telah netral kembali.
a. Uji Molisch
Tabel 2.3 Uji MolischKel Sampel Perubahan yang Terjadi Keterangan
Warna Awal
Warna Akhir
3
2 tetes pereaksi molisch + 2 ml larutan glukosa
1% + 5 ml H2SO4 pekat
Bening
Ungu pekat dan warna coklat pada
bagian bawah
Warna ungu menunjukkan reaksi positif
9 Ungu tua Tidak ada endapan
3
2 tetes pereaksi molisch + 2 ml larutan fruktosa
1% + 5 ml H2SO4 pekat
Bening Coklat pekat -9 Ungu tua Tidak ada
endapan
3 2 tetes pereaksi molisch + 2 ml larutan pati 1% + 5 ml H2SO4
pekat
Putih keruh
Ungu pekat dan warna coklat
bening pada bagian bawah
Warna ungu menunjukkan reaksi positif
9 Putih tepung
Ungu tua Tidak ada endapan
3
2 tetes pereaksi molisch + 2 ml hidrolisat pati +
5 ml H2SO4
pekat
Putih keruh
Ungu tua, coklat pekat, dan coklat
bening pada bagian bawah
Warna ungu menunjukkan reaksi positif
9
Kuning keruh
Ungu tua Tidak ada endapan
Sumber : Laporan Sementara
Pembahasan :
Uji molisch digunakan untuk menunjukan adanya karbohidrat yang
terkandung dari tiap sampel (glukosa 1&, fruktosa 1%, larutan hidrolisa pati dan
larutan pati 1%). Dari data, diketahui perubahan larutan sampel terhadap pereaksi
molisch. Pada sampel glukosa 1% dengan warna awal yaitu bening kemudian
berubah menjadi ungu pekat dengan bagian bawah sedikit coklat. Kemudian,
sampel fruktosa dari warna bening menjadi coklat pekat. Dalam sampel hidrolisa
pati awalnya berwarna putih keruh menjadi ungu pekat dengan bagian bawah
coklat bening. Dan pada sampel larutan pati dari warna putih keruh kemudia
bereaksi menjadi warna lapisan ungu, coklat dan coklat bening. Dari hasil tersebut
semua sampel berubah menjadi berwarna ungu hitam hal ini menunjukkan bahwa
semua sampel tersebut mengandung karbohidrat. Fungsi penambahan H2SO4
adalah sebagai katalis, yaitu untuk mempercepat reaksi.
Secara umum fungsi dari uji molish adalah untuk mengetahui adanya
senyawa karbohidrat. Pereaksi molisch terdiri dari α-napthol (larutan napthol
dalam alkohol) dan akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walaupun hasil reaksi
yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung
karbohidrat.
Tabung pertama diisi dengan 2 tetes pereaksi molisch dan 2 ml larutan
glukosa 1% menghasilkan warna awal yaitu bening kemudian ketika
ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat menghasilkan warna akhir coklat keunguan
pada kelompok 3 dan warna akhir ungu tua pada kelompok 9. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan bereaksi positif terhada uji molisch sehingga
glukosa merupakan monosakarida.
Tabung ke-2 diisi dengan 2 tetes pereaksi molisch dan 2 ml larutan
fruktosa 1% menghasilkan warna awal yaitu bening. Kemudian ketika
ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat menghasilkan warna akhir coklat pekat pada
kelompok 3 dan warna akhir ungu tua pada kelompok 9. Hasil kelompok 9
menunjukkan bahwa larutan beraksi positif terhadap uji Molisch sehingga
fruktosa merupakan monosakarida sedangkan pada kelompok 3 mengalami
penyimpangan karena tidak menunjukkan hasil yang positif terhadap uji
Molisch.
Tabung ke-3 diisi dengan 2 tetes pereaksi molisch dan 2 ml larutan pati
1% menghasilkan warna awal putih keruh. Kemudian ketika ditambahkan 5 ml
H2SO4 pekat menghasilkan warna akhir yaitu ungu pekat dan bagian bawah
berwarna agak coklat pada kelompok 3 dan warna akhir ungu tua pada
kelompok 9. Hasil ini menunjukkan reaksi positif pada kelompok 3 dan 9
terhadap uji Molisch sehingga terdapat monosakarida pada larutan pati.
Tabung ke-4 diisi dengan 2 tetes pereaksi molisch dan 2 ml hidrolisat pati
menghasilkan warna awal yaitu putih keruh pada kelompok 3 dan kuning keruh
pada kelompok 9. Kemudian ketika ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat
menghasilkan warna akhir larutan menjadi ungu tua dan bagian bawah
berwarna coklat tua dan coklat bening pada kelompok 3 dan warna akhir ungu
tua pada kelompok 9. Hal ini menunjukkan bahwa pada hidrolisat pati bereaksi
positif dengan molisch. Pati merupakan polisakarida, namun karena dipanaskan
dengan ditambah asam sulfat pekat, maka hidrolisat pati dan larutan pati
terhidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana, yaitu menjadi monomer
penyusunnya berupa glukosa sehingga ketika dilakukan uji Molisch
menunjukkan reaksi positif.
b. Uji Pikrat
Tabel 2.4. Uji PikratKel Sampel Perubahan yang Terjadi Keterangan
Warna Awal
Warna Akhir
4
2 ml larutan glukosa 1% + 1 ml asam pikrat jenuh + 0,5 ml NaHCO3 1 M*dipanaskan
Putih bening
Coklat bening Setelah pemanasan
terdapat warna kuning pada permukaan
10Orange tua Orange tua Tidak ada
endapan
4
2 ml larutan fruktosa 1% + 1 ml asam pikrat jenuh + 0,5 ml NaHCO3 1 M*dipanaskan
Putih bening
Orange bening
Terdapat warna kuning pada permukaan
10 Orange tua Orange tua Tidak ada endapan
4 2 ml larutan pati 1% + 1 ml asam pikrat jenuh +
0,5 ml NaHCO3
1 M*dipanaskan
Putih keruh Orange bening
Terdapat endapan
10 Kuning Orange tua Tidak ada endapan
4 2 ml hidrolisat pati + 1 ml asam
pikrat jenuh + 0,5 ml NaHCO3
1 M*dipanaskan
Putih keruh Kuning bening
Terbentuk gelembung-
gelembung kecil & endapan hitam
10 Kuning Orange tua Tidak ada endapan
Sumber: Laporan Sementara
Dalam uji pikrat ini menggunakan sampel 2 ml glukosa 1%, 1 ml asam
pikrat, dan 0,5 ml Na2CO3 1 N. Warna awal sampel sebelum dipanaskan
putih bening, dan setelah dipanaskan menjadi orange bening dan terdapat
endapat. Menurut teori, trinitrofenol atau asam pikrat jenuh dalam suasana
basa dapat digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi.
Reaksi yang terjadi dengan uji ini adalah oksidasi karbohidrat pereduksi
menjadi asam onat dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi
asam pikramat yang berwarna merah (Sumardjo, 2009). Karakter reagen
pikrat pada tiap-tiap sampel yaitu dapat mengalami oksidasi karbohidrat
pereduksi menjadi asam onat dan reduksi asam pikrat.
Percobaan dilakukan dengan menyediakan 4 tabung reaksi. Tabung
pertama diisi dengan 2 ml larutan glukosa 1% kemudian ditambahkan 1 ml
asam pikrat jenuh dan 0,5 ml NaHCO3 1 M menghasilkan warna awal putih
bening pada kelompok 4 dan warna awal orange tua pada kelompok 10 dan
setelah dipanaskan menghasilkan warna akhir coklat bening pada kelompok 4
dan warna akhir orange tua pada kelompok 10. Pada kelompok 10 reaksi ini
menunjukan reaksi positif terhadap uji pikrat. Hal ini menunjukkan bahwa
glukosa merupakan gula pereduksi. Sedangkan pada kelompok 4
menunjukkan penyimpangan karena tidak menunjukkan reaksi positif
terhadap uji pikrat.
Tabung ke-2 diisi dengan 2 ml larutan fruktosa 1% kemudian
ditambahkan 1 ml asam pikrat jenuh dan 0,5 ml NaHCO3 1 M menghasilkan
warna awal putih bening pada kelompok 4 dan warna awal orange tua pada
kelompok 10 dan setelah dipanaskan menghasilkan warna akhir orange
bening pada kelompok 4 dan warna akhir orange tua pada kelompok 10.
Reaksi ini menunjukan reaksi positif terhadap uji pikrat. Hal ini menunjukkan
bahwa fruktosa merupakan gula pereduksi. Tabung ke-3 diisi dengan 2 ml
larutan pati 1% kemudian ditambahkan 1 ml asam pikrat jenuh dan 0,5 ml
NaHCO3 1 M menghasilkan warna awal putih keruh pada kelompok 4 dan
warna awal kuning pada kelompok 10 dan setelah dipanaskan menghasilkan
warna akhir kuning bening pada kelompok 4 dan warna akhir orange tua pada
kelompok 10. Hasil kedua kelompok menunjukkan bahwa larutan pati
mengandung gula pereduksi.
Tabung ke-4 diisi dengan 2 ml hidrolisat pati kemudian
ditambahkan 1 ml asam pikrat jenuh dan 0,5 ml NaHCO3 1 M menghasilkan
warna awal putih keruh pada kelompok A dan warna awal kuning pada
kelompok B dan setelah dipanaskan menghasilkan warna akhir orange bening
pada kelompok A dan warna akhir orange tua pada kelompok B. Hasil
pengamatan pads kedua kelompok menunjukan bahwa hidrolisat pati
mengandung gula pereduksi.
c. Uji Barfoed (untuk monosakarida yang mereduksi).
Tabel 2.5 Uji BarfoedKel Sampel Perubahan yang
TerjadiKeterangan
Warna Awal
Warna Akhir
5
3 ml pereaksi barfoed + 1 ml larutan glukosa
1%*dipanaskan
Biru bening
Merah kejingga-jinggaan
pada bagian bawah
Terdapat endapan merah orange
11 Biru Biru tuaTerdapan endapan merah saat 1 menit
pemanasan
5
3 ml pereaksi barfoed + 1 ml larutan fruktosa
1%*dipanaskan
Biru bening
Merah kejingga-jinggaan
pada bagian bawah
Endapan merah orange
11 Biru Biru tuaTerdapan endapan merah saat 1 menit
pemanasan
5
3 ml pereaksi barfoed + 1 ml larutan pati 1%
*dipanaskan
Biru bening
Biru agak gelap dan
sedikit merah
kejingga-jinggaan
Endapan merah orange
11Biru Biru tua Tidak ada endapan saat
1 menit pemanasan
5
3 ml pereaksi barfoed + 1 ml hidrolisat pati*dipanaskan
Biru bening
Biru gelap dan sedikit
merah kejingga-jinggaan
Endapan merah orange
11Biru Biru tua Terdapat endapan
merah saat 1 menit pemanasan
Sumber : Laporan Sementara
Dalam percobaan pada uji Barfoed (untuk monosakarida yang
mereduksi), sebelumnya menambahkan 1 ml dari larutan glukosa 1%,
fruktosa 1%, hidrolisat pati dan larutan pati 1% ke dalam masing-masing
tabung reaksi yang berisi 3 ml pereaksi barfoed. Pereksi terdiri dari kupri
asetat dan asam asetat. Endapan berwarna merah orange menandakan
adanya monosakarida dalam sampel (Winarno, 2004). Kemudian dipanaskan
dalam penangas air yang mendidih samapi terjadi perubahan warna. Fungsi
pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi. Dalam percobaan uji berfoed
menandakan adanya endapan merah orange menunjukkan adanya
monosakarida. Larutan pati dan larutan hidrolisat pati warna akhir berubah
menjadi endapan merah orange namun lebih sedikit. Hal tersebut
menandakan kandungan monosakarida pada hidrolisat pati dan larutan pati
lebih sedikit. Karakter reagen barfoed tiap sampel, uji barfoed lebih spesifik
untuk menandakan adanya monosakarida pada sampel sehingga merubah
warna biru bening menjadi merah orange.
Percobaan ini dilakukan dengan 4 tabung reaksi dari masing-masing
kelompok. Tabung pertama diisi 3 ml pereaksi barfoed dan 1 ml larutan
glukosa 1% kemudian dipanaskan. Warna awal dari sampel kelompok 5 dan
11 adalah biru kemudian setelah dipanaskan didapatkan warna merah
kejingga-jinggaan dan terdapat endapan warna merah bata saat pemanasan
dalam waktu 1 menit. Reaksi ini menunjukan bahwa glukosa adalah
monosakarida.
Tabung kedua diisi 1 ml larutan fruktosa 1% dan ditambahkan 3 ml
pereaksi barfoed kemudain dipanaskan. Warna awal pada kelompok 5 dan
11 adalah biru. Kemudian setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi
merah kejingga-jinggaan dengan endapan merah orange setelah pemanasan
selama 1 menit. Reaksi ini menunjukan bahwa fruktosa adalah
monosakarida.
Tabung ketiga, diisi dengan larutan pati 1% kemudian ditambahkan
3 ml barfoed dan kemudian di panaskan. Warna awal sampel kelompok 5
dan 11 setelah ditambahkan barfoed berwarna biru kemudian setelah
dipanaskan menjadi biru agak gelap dan tidak terdapat endapan. Hal ini
menunjukan bahwa tidak ada monosakarida dalam larutan pati karena belum
terhidrolisa sehingga bentuknya masih polisakarida.
Pada tabung ke empat, diisi larutan pati 1 ml dan ditambahkan
barfoed sebanyak 3 ml dan dipanaskan. Warna setelah ditambahkan barfoed
adalah biru kemudian setelah dipanaskan menjadi biru gelap agak kemerah
jinggaan pada kelompok 5, sementara pada kelompok 11 warna akhirnya
adalah biru tua dengan sedikit endapan merah bata. Hal ini menunjukan
bahwa pati merupakan polisakarida namun setelah dipanaskan dan
ditambahkan asam sulfat pekat, maka hirolisa pati dan larutan pati
terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana.
d. Uji Seliwanoff
Tabel 2.6 Uji SeliwanoffKel Sampel Perubahan yang
TerjadiWaktu Keterangan
Warna Awal
Warna Akhir
63 ml pereaksi seliwanoff +
3 tetes larutan glukosa 1%*dipanaskan
Pink orange
Merah bata 15 detik
Tidak ada endapan
12Kuning pudar Orange
Tidak ada endapan
63 ml pereaksi seliwanoff +
3 tetes larutan fruktosa 1%*dipanaskan
Kuning pudar
Orange
1 menit 25 detik
12Pink
orangeMerah bata
Tidak ada endapan
6 dan 12
3 ml pereaksi seliwanoff +
3 tetes larutan pati 1%
*dipanaskan
Kuning pudar
Orange kuning
1 menit 25 detik
Tidak ada endapan
6 dan 12
3 ml pereaksi seliwanoff +
3 tetes hidrolisat pati*dipanaskan
Bening Orange ke-
merah-meraha
n
26 detik Tidak ada endapan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 2.6 Hasil Uji Selliwanof dapat diketahui perubahan
yang terjadi setelah pereaksi selliwanof ditambah dengan larutan sampel dan
dipanaskan. Dari keempat tabung hasil reaksi akhir berwarna orange dan
merah. Uji seliwanoff, pereaksi dibuat sebelum uji dimulai. Pereaksi dibuat
dengan mencampurkan 3,5 resorsinol 0,5% dengan 12 ml HCl pekat,
kemudian diencerkan menjadi 35 ml dengan air suling. Uji dilakukan, bila
terdapat warna merah cherry pada hasil akhir menunjukkan adanya fruktosa
dalam contoh (Winarno,2004). Fungsi pemanasan dalam uji seliwanoff yaitu
untuk mempercepat reaksi yang terjadi, dalam ini ditunjukkan pada saat
campuran yang dipanaskan akan berubah menjadi orange.
Percobaan ini dilakukan dengan menyediakan 4 buah tabung reaksi.
Tabung pertama diisi dengan 3 tetes larutan glukosa 1% kemudian
ditambahkan 3 ml pereaksi seliwanoff menghasilkan warna awal pink orange
pada kelompok A dan warna awal kuning pudar pada kelompok B dan setelah
dipanaskan menghasilkan warna merah bata pada kelompok A dan warna
akhir orange pada kelompok B. Hasil percobaan yang dilakukan kelompok A
menunjukkan reaksi positif terhadap uji Seliwanoff karena perubahan warna
menjadi merah bata. Namun, hal ini dikatakan menyimpang karena menurut
teori (Poedjiadi, 2009) tidak ada gugus keton pada glukosa karena glukosa
tidak mengandung gugus ketosa melainkan aldoheksosa.
Tabung ke-2 diisi dengan 3 tetes larutan fruktosa 1% kemudian
ditambahkan 3 ml pereaksi seliwanoff menghasilkan warna awal kuning pudar
pada kelompok A dan warna awal pink orange pada kelompok B dan setelah
dipanaskan menghasilkan warna orange pada kelompok A dan warna akhir
merah bata pada kelompok B. Hasil percobaan yang dilakukan kelompok B
menunjukkan reaksi positif terhadap uji Seliwanoff karena perubahan warna
menjadi merah bata. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya gugus keton pada
fruktosa.
Tabung ke-3 diisi dengan 3 tetes larutan pati 1% kemudian ditambahkan 3
ml pereaksi seliwanoff menghasilkan warna awal bening pada kelompok A dan
warna awal kuning pudar pada kelompok B dan setelah dipanaskan
menghasilkan warna akhir orange merah pada kelompok A dan warna akhir
orange kuning pada kelompok B. Hasil percobaan yang dilakukan kelompok B
menunjukkan reaksi negatif terhadap uji Seliwanoff karena tidak adanya
perubahan warna menjadi merah cherry atau merah bata. Hasil ini
menunjukkan bahwa tidak adanya gugus keton pada larutan pati. Pati
merupakan susunan dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-a-
glikosida sehingga pati tidak mengandung gugus ketosa.
Tabung ke-4 diisi dengan 3 tetes hidrolisat pati kemudian
ditambahkan 3 ml pereaksi seliwanoff menghasilkan warna awal kuning pudar
pada kelompok A dan warna awal bening pada kelompok B dan setelah
dipanaskan menghasilkan warna orange kuning pada kelompok A dan warna
akhir orange merah pada kelompok B. Hasil percobaan yang dilakukan
kelompok A dan B menunjukkan reaksi negatif terhadap uji Seliwanoff karena
tidak adanya perubahan warna menjadi merah cherry atau merah bata. Hasil
ini menunjukkan bahwa tidak adanya gugus keton pada hidrolisat pati.
e. Reaksi peragian
Tabel 2.7 Reaksi PeragianKel Sampel Reaksi yang Terjadi Keterangan
7 5 ml larutan suspensi ragi roti
20% + 5 ml hidrolisat pati
Adanya gelembung-gelembung kecil di permukaan larutan.
Terdapat endapan coklat muda dan diatasnya berupa
larutan keruh berwarna coklat agak tua,
tercium bau alkohol
1Terdapat gelembung-
gelembung CO2
Waktu : 1 jamWarna awal : coklat
mudaWarna akhir : coklat
muda
7 5 ml larutan suspensi ragi roti
20% + 5 ml larutan pati 1%
Tidak ada gelembung-gelembung kecil di dalam
larutan
Terdapat endapan coklat muda dan diatasnya berupa
larutan keruh berwarna putih keruh
1Tidak terdapat gelembung
CO2
Waktu : 1 jamWarna awal : Coklat
mudaWarna akhir : Coklat
mudaSumber : Laporan sementara
Pada reaksi peragian, terjadi reaksi pemutusan ikatan pada suatu
polimer (amilum pada ubi) menjadi monomer-monomernya. Supensi ragi
roti sebesar 20%, larutan karbohidrat (amilum), dengan perbandingan 1:1:1
membuat reaksi cepat terjadi dan tidak membutuhkan waktu yang lama
sehingga muncul gelembung-gelembung gas pada tabung reaksi.
Gelembung tersebut merupakan gas CO2 yang merupakan hasil sampingan
dari pemutusan ikatan pada amilum, dan semakin lama gelembung gas
yang terbentuk semakin banyak dan memenuhi mulut tabung reaksi.
Terbentuknya gelembung gas CO2 ini menunjukkan adanya reaksi peragian.
Fungsi dari fermentasi glukosa atau reaksi peragian ini adalah untuk
mengubah glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida. Berdasarkan data
Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Reaksi Peragian, dapat diketahui bahwa
setelah 1 jam tampak adanya gelembung CO2. Enzim ragi roti mengubah
gula (glukosa dan fruktosa) menjadi etanol (C2H5OH) dan karbondioksida
(CO2) saat fermentasi. Pelepasan karbondioksida menyebabkan adanya
gelembung dalam tabung.
Tahap kedua adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa
(gula) menjadi etanol dan CO2. Fermentasi etanol adalah perubahan 1 mol
gula menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2. Enzim yang berperan dalam
peragian dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan
pangan itu sendiri. Pada praktikum ini, enzim yang berperan berasal dari
ragi roti yang merupakan turunan Saccharomyces cerevisiae. Sedangkan
sebagai substratnya digunakan larutan gula pasir. larutan gula pasir cepat
ditransformasikan oleh enzim ragi, invertase, menjadi glukosa dan fruktosa.
Pada proses fermentasi etanol, khamir terutama akan memetabolisme
glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada
jalur Embden-Meyerhof-Parnas, sedangkan asam piruvat yang dihasilkan
akan didekarboksilasi menjadi asetaldehida yang kemudian mengalami
dehidrogenasi menjadi etanol.
Tabel 2.8 Uji Benedict
Kel. SampelPerubahan warna
KeteranganWarna awal Warna akhir
2
2ml reagen benedict + 1ml lar. Suspensi ragi roti 5% +
larutan Sukrosa 10 %
Biru kecoklat-coklatan
Menjadi sedikit hijau
Ada endapan
8
2ml reagen benedict + 1ml lar. Suspensi ragi roti 5%
BiruBiru agak
keruh
Ada sedikit endapan merah
bata
8
2ml reagen benedict +
larutan sukrosa 10%
Biru BiruTidak ada endapan
Sumber : Laporan sementara
Pereaksi Benedict, pereaksi ini berupa larutan yang mengandung
kuprisulfat,natrium karbonat dan natriumsitrat. Adanya natrium karbonat dan
natrium sitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang
dapat terbentuk dapat berwarna hijau,kuning, merah bata.
Pada reaksi benedict, benedict merupakan uji karbohidrat yang paling
sering digunakan, selain dengan indikator iod. Benedict mampu menunjukkan
proses yang terjadi dalam larutan tahap demi tahap sesuai perubahan yang
terjadi dari hijau, kuning, merah, oranye, merah bata + endapan. Dari sampel
suspensi ragi roti dan larutan sukrosa mendapatkan hasil positif yaitu dengan
hasil akhir endapan berwarna kehijauan dan larutan biru. Warna endapan yang
dihasilkan tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
Percobaan dilakukan dengan menyediakan tiga tabung reaksi. Tabung
pertama diisi dengan 2 ml reagen benedict, 1 ml larutan sukrosa 10 %, dan
larutan suspensi ragi roti 5 % lalu dipanaskan dan terjadi perubahan warna
yang semula berwarna biru kecoklatan berubah warna menjadi sedikit hijau.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya gula pereduksi pada pencampuran
larutan sukrosa 10 % dan larutan suspensi ragi roti 5 % yang mereduksi logam
Cu2+ menjadi Cu+ pada reagen benedict sehingga menghasilkan warna hijau.
Pada tabung ke-2 yang diisi dengan 2 ml reagen benedict dan 1 ml larutan
suspensi ragi roti 5 % terjadi perubahan warna setelah pemanasan. Warna
larutan sedikit berubah dari biru menjadi biru sedikit berkeruh. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tabung ke-2 mengandung sedikit gula pereduksi.
Selain itu juga dihasilkan sedikit endapan berwarna merah bata, yang
menunjukkan bahwa tabung ke-2 mengandung sedikit gula pereduksi. Gula
pereduksi yang dimaksud adalah glukosa.
Sedangkan tabung ke-3 yang diisi dengan 2 ml reagen benedict dan 1 ml
larutan sukrosa 10 % tidak terjadi perubahan warna setelah pemanasan. Warna
larutan tetap berwarna biru dan tidak terbentuknya endapan. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada larutan sukrosa tidak mengandung gula pereduksi.
Menurut (Poedjiadi, 2009) molekul sukrosa tidak memiliki gugus aldehida
ataupun keton bebas, atau tidak mempunyai gugus –OH glikosidik. Dengan
demikian sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion Cu2+ atau Ag+.
Tabel 2.9 Uji Iod pada peragian
Kel SampelPerubahan warna
KeteranganAwal Akhir
6
1 tetes lar (lar suspensi ragi roti 5% & lar sukrosa 10%) + 1 tetes lar 0,01N Iod
kuningKuning
kecoklatanTidak ada endapan
12
1 tetes lar suspensi ragi roti 5% + 1 tetes
lar 0,01N Iod
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Tidak terjadi perubahan
warna setelah
penambahan Iod
1 tetes lar sukrosa 10% + 1 tetes lar
0,01N IodBening Kuning
Terjadi perubahan
warna setelah
penambahan Iod
Sumber : Laporan sementara
Pengujian selanjutnya adalah pengujian yang menggunakan iodium
sebagai reagen yang dikenal sebagai uji iod. Uji atau tes ini digunakan untuk
memisahkan amilum atau pati yang terkandung dalam larutan tersebut. Reaksi
positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Warna biru
yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum
dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin kemudian dipanaskan,
warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang.
Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam amilum
sendiri terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut dalam air
dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin (Wahyudi,dkk., 2003:116).
Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu
molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada
tingkat molekuler.
Pada percobaan uji Iod dengan menggunakan larutan suspensi ragi roti
5% ditambah larutan sukrosa 10% kemudian ditambahkan larutan Iod 0,01N,
warna awal sampel berwarna kuning kemudian berubah menjadi kuning
kecoklatan. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa larutan suspensi ragi
roti 5% merupakan polisakarida yaitu glikogen. Pada tabung yang berisi
larutan sukrosa 10% ditambah larutan Iod terjadi perubahan warna yang
semula berwarna bening berubah menjadi kuning. Selanjutnya pada tabung
larutan ragi roti ditambah larutan Iod tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap
berwarna coklat muda. Berdasarkan percobaan di atas menunjukkan bahwa
semua sampel yang diuji hasilnya negatif terhadap uji iod karena tidak
dihasilkan warna biru atau warna yang mendekati biru ketika ditetesi larutan
iod. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa larutan sampel, larutan suspensi
ragi roti 5% dan larutan sukrosa 10% tidak mengandung amilum.
III. KESIMPULAN
Dari praktikum Isolasi Amilum Ubi Kayu dan Hidrolisisnya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada isolasi pati ubi kayu, diperoleh rendemen sebesar 16,8% dari
hasil perhitungan.
2. Berberapa faktor yang mempengaruhi rendemen pati adalah mutu
bahan baku (umur, penanaman, bibit), penanganan pasca panen, proses
ekstraksi, lama pengeringan/penggilingan/penyaringan.
3. Hasil uji Iod pada hidrolisis pati yaitu positif dengan perubahan warna
biru tua, kecuali menit ke 15 pada kelompok 7 yang justru berubah
menjadi coklat.
4. Pada uji pH, uji hidrolisa pati yang dipanaskan selama 10 menit,
didinginkan kemudian dinetralkan dengan NaOH 8 N perubahan warna
dari putih menjadi lebih jernih.
5. Pada uji pH, sampel tersebut ketika diukur pH nya dengan
menggunakan pH meter menunjukkan angka 12 dan ketika diuji
dengan kertas pH menunjukkan perubahan kertas pH dari warna biru
menjadi ungu. Hal ini menunjukkan bahwa larutan hidrolisat pati
tersebut bersifat basa.
6. Pada uji molisch, keempat tabung menunjukan hasil yang positif
dengan perubahan warna menjadi ungu dari glukosa, fruktosa, larutan
pati 1% dan larutan hidrolisa pati.
7. Reaksi positif terhadap uji Barfoed terjadi pada ketiga tabung yang
diisi glukosa, fruktosa dan hidrolisat pati dengan menunjukan hasil
endapan merah orange.
8. Reaksi negatif pada uji Barfoed terjadi pada tabung keempat yang
berisi larutan pati, karena tidak terjadi perubahan warna dan tidak ada
endapan merah. Hal ini disebabkan larutan hidrolisa pati berlum
terhidrolisis sehingga masih berbentuk polisakarida.
9. Pada reaksi peragian, tabung reaksi pertama yang berisi larutan
suspensi ragi roti dan hidrolisa pati timbul gelembung-gelembung kecil
pertanda adanya CO2 pada larutan tersebut, terdapat endapan coklat
muda yang disertai bau alkohol.
10. Pada reaksi peragian di tabung reaksi kedua yang berisi larutan
suspensi ragi roti dan larutan pati 1% tidak terdapat gelembung-
gelembung CO2 , terdapat endapan coklat muda namun rtidak tercium
bau alkohol.
11. Pada uji benedict, terjadi perubahan warna sampel larutan dari biru
menjadi biru kehijauan dan terdapat sedikit endapan merah bata yang
menunjukan adanya gula pereduksi.
12. Pada uji Iod, sampel pertama dengan 1 tetes larutan sukrosa 10% dan 1
tetes larutan 0,01 N Iod menunjukan perubahan warna dari bening
menjadi kuning. Hal ini menunjukan sukrosa tidak mengandung
amilum karena tidak terjadi perubahan warna menjadi biru.
13. Pada uji Iod kedua dengan sampel 1 tetes larutan ragi 5% dan 1 tetes
larutan Iod 0,01 N tidak terjadi perubahan warna, dari kuning
kecoklatan tetap menjadi kuning kecoklatan. Hal ini juga menunjukan
bahwa larutan ragi 5% tidak mengandung amilum.
DAFTAR PUSTAKA
Cansee, Sopa. 2008. Effects of Temperature and Concentration on Thermal Properties of Cassava Starch Solutions Songklanakarin Journal of Food Science and Technology 30 (3) 405-411.
Deman, John.1988. Kimia Makanan. Penerbit ITB.Bandung.
Herzig. 2005. Vet. Med. – Czech, 50, 2005 (12): 521–525.
Kumar, Ashok. 2011. International Journal of Universal Pharmacy and Life Sciences.
Lingga, Linus, dkk. 1986. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Miller, Donald. 2006. Journal of American Physicians and Surgeons Volume 11 Number 4 Winter.
Pine, Stanley. 1988. Kimia Organik 2. Penerbit ITB.Bandung.
Poedjiaji, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.UI-Press. Jakarta.
Rohman, Abdul. 1993. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar.Yogyakarta..
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wischmann, Bente. 2006. Testing Properties of Potato Starch from Different Scales of Isolations-A Ring Test Journal of Food Engineering 79 (2007) 970-978.