Upload
sukro-nizheers
View
115
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ACARA II
MEDIA TANAM
I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan kualitas bibit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu tanah tersususun dari unsur-unsur zat padat, zat cair dan gas. Untuk pertumbuhan
tanaman yang memuaskan, unsur-unsur ini harus ada dalam perbandingan yang tepat. Bagian zat
padat tersusun atas bahan anorganik dan bahan organik. Bagian anorganik terdiri atas sisa
bebatuan setelah mengalami pelapukan karena iklim, yang dapat berupa proses kimiawi dan
fisika. Komponen anorganik bermacam-macam ukurannya, dari batuan kerikil sampai partikel
koloid yang sangat kecil dari tanah liat.Bagian organik tanah terdiri dari organisme hidup dan
organisme mati. Serangga, cacing, jamur, bakteri dan akar-akar tanaman merupakan zat organik
yang hidup, sedangkan sisa dari hewan dan tumbuhan dalam bermacam-macam tingkat
pembusukan merupakan zat organik yang mati (Hartman and Kester, 1976).
Pengelolaan tanah dimaksudkan untuk menciptakan ruang tumbuh bagi tanaman
sehingga akan dapat menopang pertumbuhan dan perkembangan di atasnya. Keefisienan pupuk
diartikan sebagaii jumlah kenaikan hasil yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan
lainnya yang diukur sebagai akibat pemberian satu satuan pokok unsur hara. Arti dari keaadan
diatas pemupukan berimbang harus diterapkn. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk
dengan memperhatikan jenis, jumlah, dosis, dan waktu pemupukan (Hanson, 2005).
Ketika biji yang matang diletakkan pada kondisi yang cocok, biji tersebut berkecambah
dengan pembentukan benih. Perkecambahan tersebut diikuti dengan pertumbuhan
benih/kecambah menjadi tanaman. Proses ini sering disebut sebagai pertumbuhan dan
perkembangan vegetatif tanaman (Banner and Galston, 1952).
Menurut Goss (1973), biji tidak mampu bertahan selamanya. Kelak biji tersebut harus
mati atau berkecambah. Tujuannya berkecambah adalah untuk membentuk individu baru. Agar
dapat berkecambah, biji harus dalam kondisi baik/layak, tidak dorman, dan diletakkan di tempat
yang sesuai. Tempat tersebut harus memiliki jumlah air memadai, suhu yang sesuai, dan suplai
oksigen yang cukup. Perkecambahan melibatkan kembalinya pertumbuhan embrio biji dan
dikatakan berakhir ketika radikula embrio dapat dilihat menembus kulit biji.
Dalam pengujian benih, salah satu persyaratan tumbuh yang paling penting adalah
substrat/media tumbuh benih. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih
adalah media perkecambahan. Daya berkecambah tertinggi (70,7%) dihasilkan oleh benih tanpa
perlakuan yang ditanam pada media tanah campur kompos 1:1 (Yafid, 1991 cit. Murniati dan
Suminar, 2006).
Pada proses perkecambahan pada bagian embrio, biasanya radikula, berkembang
menembus struktur yang mengelilingi embrio tersebut. Proses tersebut diikuti oleh ketersediaan
air dan oksigen pada suhu yang cocok. Dormansi didefinisikan sebagai tahap biji tidak dapat
berkecambah walaupun syarat untuk dapat berkecambah terpenuhi (temperatur, air, oksigen).
Dormansi menghambat perkecambahan (Samadi et al., 2012).
Menurut Sutopo (2002), perkecambahan merupakan suatu rangakaian kompleks
perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia benih tanaman. Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih,
dan hidrasi protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim
serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap terjadinya penguraian
bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk terlarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang
telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan
pembentukan komponen dan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah
melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Acara II yang berjudul Media Tanam dilaksanakan
pada hari Selasa, 5 Maret 2013 di rumah kaca dan laboratorium Manajemen dan Produksi
Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum ini diantaranya 30 biji kacang hijau (Vigna radiata), tanah, pasir, dan pupuk
kandang. Adapun alat-alat yang digunakan adalah tiga buah polybag, cetok, oven, penggaris,
alat tulis, dan timbangan.
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut. Polybog 1 diisi dengan tanah
sebanyak ¾ bagian polybag. Polybag 2 diisi dengan tanah dan pupuk yang telah dicampur rata
dengan perbandingan 2:1. Polybag 3 diisi dengan tanah, pasir, dan pupuk yang dicampur rata
dengan perbandingan 1:1:1. Masing-masing polybag disiram dengan air sampai kapasitas
lapang. Kemudian, 10 biji kacang hijau yang telah direndam ditanam pada masing-masing
polybag. Polybag tersebut disimpan di rumah kaca dan dipelihara. Setiap hari dalam satu
minggu perkecambahan diamati dan dicatat jumlah biji yang telah berkecambah. Pada awal
minggu kedua, dilakukan penjarangan. Tiga tanaman dengan pertumbuhan relatif sama
disisakan dari masing-masing polybag. Setelah dilakukan penjarangan, jumlah daun dan tinggi
tanaman diamati setiap 3-4 hari sekali selama 14 hari. Setelah itu, tanaman dipanen dan
ditimbang berat segar tajuk dan akar untuk setiap perlakuan. Tanaman kacang hijau tersebut
dioven pada suhu sekitar 65-70˚C selama 48 jam. Setelah itu, berat kering tajuk dan akarnya
ditimbang. Gaya berkecambah (GB) dan indeks vigor (IV) dihitung dengan rumus :
GB = ∑ bijiberkecambah sampaihari ke−n
harike−n×100 %
IV = ∑ biji yang berkecambahhari ke−n
hari ke−n
Kemudian dibuat grafik gaya berkecambah, indeks vigor, tinggi tanaman, dan jumlah daun pada
berbagai hari pengamatan serta histogram berat segar dan berat kering tajuk dan akar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Berikut adalah data golongan hasil praktikum Acara II yang berjudul Media Tanam :
Tabel 1.1 Tinggi Tanaman dan Jumlah daun
Hari keA B C
TT (cm) JD TT (cm) JD TT (cm) JD7 16.70 2.38 17.61 2.42 18.60 2.4210 20.70 2.76 22.10 2.85 21.67 2.7314 26.88 4.04 29.67 3.57 29.26 3.5217 30.70 4.52 32.64 4.85 31.33 4.2821 37.50 6.71 38.81 7.19 37.71 6.95
Tabel 1.2 Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun
A (Tanah) 0.69 5.51
B (Tanah:Pupuk 2:1) 0.17 4.96
C (Tanah:Pupuk:Pasir 1:1:1) 0.38 4.89
Tabel 1.3 Gaya Berkecambah
Perlakuan Gaya Berkecambah
A (Tanah) 100%
B (Tanah:Pupuk 2:1) 100%
C (Tanah:Pupuk:Pasir 1:1:1) 100%
Tabel 1.4 Indeks Vigor
Hari keIndeks Vigor
A(Tanah)
B(Tanah:Pupuk 2:1)
C(Tanah:Pupuk:Pasir 1:1:1)
1 0.71 1.71 0.14
2 1.64 2.70 3.21
3 1.42 0.85 1.47
4 0.64 0.49 0.35
5 0.40 0.34 0.34
6 0.28 0.23 0.23
7 0.24 0.24 0.20
B. Pembahasan
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam
yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan
media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat awalnya
merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan
kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara
(Anonim, 2012).
Di samping cahaya matahari dan air, tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang
dapat mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga merupakan alat produksi pertanian. Untuk
menjamin pertumbuhan yang maksimal, diperlukan keseimbangan, faktor-faktor pertumbuhan
tanaman yang terdapat pada tanah, mineralogi tanah, mikrobiologi tanah, kesuburan tanah,
genesa klasifikasi tanah, morfologi tanah, konservasi tanah, dll. Dari segi pertanian, untuk
pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan keseimbangan tanah yang baik, yaitu sekitar
45% bagian mineral, 5% bahan organik (humus), 25% air, dan 25% udara.
Media tumbuh yang ideal harus dapat menyediakan keperluan tumbuh tanaman dalam
jumlah yang cukup. Keperluan tumbuh tersebut meliputi air, udara, dan unsur hara. Tanah
sendiri sebenarnya telah menyediakan hara dan mineral yang cocok untuk tanaman. Namun
dalam jangka waktu yang panjang persediaan hara dalam tanah akan semakin berkurang.
Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara penyerapan hara yang cepat dengan pembentukan
hara yang lambat. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan unsur hara dari luar melalui
pemupukan.
Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang
ditambahkan kedalam tanah atau media tumbuh dengan maksud untuk menambah kesuburan
tanah agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk
yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman untuk
meningkatkan produksi dan hasil mutu tanaman (Sudjitno, 1992 cit. Ishak, 1999 ).
Manfaat pemberian pupuk pada media tanam adalah meningkatkan bahan organik dalam
tanah, dan memperbaiki struktur serta agregat tanah. Pupuk yang digunakan dalam perlakuan
adalah pupuk kandang. Pemberian pasir bermanfaat untuk mempermudah air masuk ke dalam
tanah (infiltrasi) dan meningkatkan porositas tanah.
Berikut adalah grafik dan histogram dari data yang telah diperoleh :
7 10 14 17 2105
1015202530354045
Tinggi Kacang Hijau
ABC
Hari ke-
Ting
gi (c
m)
Gambar 4.1 Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau
Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau pada hari ke-7,
10, 14, 17, dan 21. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman paling kecil ada pada
kacang hijau yang ditanam di media A (tanah). Pertumbuhan
7 10 14 17 210
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah Daun
ABC
Hari ke-
Jum
lah
daun
Gambar 4.2 Grafik jumlah daun tanaman kacang hijau
1 2 3 4 5 6 70.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Indeks Vigor
ABC
Hari ke-
Inde
ks v
igor
Gambar 4.3 Grafik indeks vigor kacang hijau
Grafik di atas menunjukkan nilai indeks vigor perkecambahan kacang hijau selama tujuh
hari pengamatan. Nilai indeks vigor menunjukkan keserempakan berkecambah suatu biji.
Semakan besar/tinggi nilai indeks vigornya, semakin banyak biji yang berkecambah pada hari
tersebut.
Dari grafik, dapat dilihat bahwa indeks vigor tertinggi dimiliki oleh kacang hijau dengan
perlakuan media tanam C (tanah:pupuk:pasir 1:1:1) pada hari kedua. Nilai indeks vigornya
sebesar 3,21.
A B C0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Histogram
Perlakuan
Gaya
ber
keca
mba
h
Gambar 4.4 Histogram gaya berkecambah kacang hijau
Pada hari pertama, belum ada tanda-tanda perkecambahan kacang hijau di polybag A dan
C, sedangkan pada polybag B telah tumbuh 2 kecambah. Pada hari kedua di polybag perlakuan
C dan B semua biji telah berkecambah, di polybag perlakuan A baru tumbuh 2 kecambah. Pada
hari ketiga, di polybag A tumbuh 4 kecambah dan di polybag lain telah berhenti berkecambah
(karena semua biji telah berkecambah pada hari kedua). Pada hari keempat, polybag A tumbuh 5
kecambah. Hari kelima tumbuh 7 kecambah. Pada hari keenam tumbuh 8 kecambah. Pada hari
ketujuh/terakhir, semua biji telah berkecambah. Diperoleh GB pada hari terakhir sebesar 100%
untuk semua perlakuan.
Dari grafik di atas, dapat diketahui IV kacang hijau tertinggi ada pada perlakuan C.
Perlakuan C diberikan perlakuan tanah : pupuk : pasir 1:1:1. IV tertinggi sebesar 3,214 pada hari
kedua. Pada hari yang sama, IV tertinggi nomor dua adalah pada perlakuan B sebesar 2,7 dan
terakhir pada perlakuan A sebesar 1,642857. Hasil percobaan tersebut telah sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan optimal jika didukung oleh kualitas media
tanamnya.
Komposisi media tanam perlakuan C dapat dikatakan ideal untuk pertumbuhan kacang
hijau. Media tanam tersebut memiliki cukup kandungan bahan nutrisi untuk pertumbuhan dan
udara untuk respirasi akar. Komposisi media tanam perlakuan B kurang ideal. Media tanam
tersebut tidak memiliki cukup kandungan bahan organik untuk pertumbuhan tanaman, tetapi
media tersebut mampu memberikan banyak pasokan udara untuk respirasi akar. Sedangkan
perlakuan A (tanpa penambahan pasir dan/atau pupuk) menunjukkan hasil paling kecil karena
media tanamnya kurang mendukung pertumbuhan dari kacang hijau.
V. KESIMPULAN
Berdasarakan praktikum yang telah dilakukan didapat kesimpulan :
1. Media tanam yang ideal untuk pertumbuhan kacang hijau adalah pada perlakuan C yaitu
campuran antara tanah, pasir, dan pupuk organik dengan pebandingan 1:1:1.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Macam-Macam Media Tanah. <http://kangtoo.wordpress.com/macam-macam-media-tanam/>. Diakses tanggal 11 Maret 2013.
Banner, J. and A. W. Galston. 1952. Principles of Plant Physiology. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Goss, J. A. 1973. Physiology of Plants and Their Cells. Pergamon Press Inc, New York.Hanson, J. 2005. Plant Growth and Development. McGraw-Hill Publishing Company, New
Delhi.Hartman, H. T. and F. K. Date. 1976. Plant Propagation Principles and Practices. Prentice Hall
of India Private Limited, New Delhi.Ishak, D. M. 1999. Pengaruh Pemupukan NPK dan Pengapuran Terhadap Pertumbuhan Semai
paraserientes falkataria (L) Nielson Pada Media Tanah Pedsolik Merah Kuning Asal Sidei. Skripsi Sarjana Kehutanan Universitas Cendrawasi Manokwari.
Murniati, E. dan M. Suminar. 2006. Pengaruh jenis media perkecambahan dan perlakuan praperkecambahan terhadap viabilitas benih mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan hubungannya dengan sifat dormansi benih. Buletin Agronomi 3 : 119-123.
Samadi, A., J. Carapetian, M. Q. Zadeh, and A. H. Ghortapeh. 2012. Comparison of two cultur media for breaking seed dormancy and germination improvement in four species of Linum L. African Journal of Biotechnology 11 : 4699-4705.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Edisi ke-5. Raja Grafindo Persada, Jakarta.