Upload
vuongnhu
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ABSTRAK
VITRIA ALVIANI
Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual (CTL) terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan
kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar PAI yang dilaksanakan di SMP N 2
Tangerang Selatan pada bulan november hingga bulan Desember 2010 pada
pokok bahasan thaharah (bersuci) dikelas VII. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling dari 413 siswayang terbagi dalam 10 kelas dan
diambil 2 sebagai sampel kelompok eksperimen dan kontrol yang berjumlah 78
siswa. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar
siswa kelompok eksperimen rata-ratanya adalah 81,85 dan simpangan bakunya
adalah 5,72, hasil belajar kelompok kontrol lebih rendah dengan rata-rata 77,23
dan simpangan bakunya 5,74. Setelah dilakukan uji “t” diperoleh thitung = 3,45 dan
ttabel = 1,99 pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99 yang artinya thitung > ttabel.
Maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha yang menyatakan terdapat pengaruh
penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) terhadap hasil belajar PAI siswa
diterima. Hal ini menunjukkan penggunaan pendekatan kontekstual (CTL)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
ii
ABSTRACT
VITRIA ALVIANI
Use of Contextual Influence approach (CTL) against the Islamic Religious
Education Learning Outcomes. This study aims to determine the effect of
contextual approach (CTL) against the PAI study conducted in South Tangerang
SMP N 2 in November to December 2010 on the subject thaharah (purification) in
class VII. The research method used in this study was quasi experiment. Sampling
was done by purposive sampling of 413 students who are divided in 10 classes
and samples taken 2 as experimental and control groups totaling 78 students. The
instrument used was the instrument of achievement test. The results of the
experimental group students' average was 81.85 and standard deviation is 5.72,
the learning control group was lower with an average of 77.23 and standard
deviation 5.74. After doing the test "t" is obtained tcount = 3.45 and ttable = 1.99 at
0.05 significance level of 1.99, which means tcount> ttable. Then it can be concluded
Ho refused and Ha which states have the effect of contextual approach (CTL)
against PAI student learning outcomes acceptable. This suggests the use of
contextual approach (CTL) have a significant influence on student learning
outcomes.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Dan sebagai
ta’zim, penulis haturkan salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan para
pengikutnya yang setia pada ajarannya.
Karya tulis yang ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMP N 2 Tangerang
Selatan)” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan,
walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah dicurahkan sepenuhnya dengan segala
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini
agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
3. Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu dan perhatiannya dalam membimbing penulis
dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
4. Bapak Abd. Ghofur, M.A, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikam bimbingan serta arahan kepada penulis.
5. Seluruh Dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
6. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat,
membesarkan, mendidik, mencintai dan mencurahkan kasih sayangnya, serta
tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa kepada anak-anaknya
setiap saat, di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
7. KH. Syarif Rahmat RA, S.Q, M.A selaku pimpinan pesantren Ummul Qura
beserta keluarga yang telah memeberikan motivasi serta dorongan terhadap
penulis.
8. Bapak Alan Suherlan, M.M, selaku kepala SMP N 2 Tangerang Selatan.
9. Bapak Munawir, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
SMP N 2 Tangerang Selatan.
10. Sahabat karibku Habibie dan Siti Timas Nona yang telah memberikan hari-
hari penulis penuh keceriaan, terutama selama masa penulisan skripsi ini.
11. Kawan-kawan PAI/E angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan semangat
dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
12. Bunda Siti Nuriyah, S.Pd.I yang banyak memberikan arahan pada penulis.
13. Kawan-kawan di Ponpes UQ: Aan, Maunah, Meta Zahra, Hibah, Na’rifuddin,
Amiril, dan Wahid yang telah banyak memberikan motivasi dan menjadikan
hari-hari penulis penuh dengan keceriaan
14. Kawan-kawan PPKT dii MTS Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: Rini Setiani, Mulyani Ratna Wulan, Rose Adibah, M. Nurul Fajri, Iip
Irpana, Sayed Rizky Yusriansyah, Diding Mahpudin, Nita Suantika, Devi
Fatimah, Hidayatil Muslimah, Fatimah Az-zahra, Riksa Damayanti.
v
Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada di
dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang
membangun terhadap skripsi ini agar dapat memperbaiki dalam menyusun karya
tulis selanjutnya. Kepada semua pihak penulis ucapkan terima kasih yang tak
terhingga, semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang mereka berikan.
Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik
sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Desember 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang Masalah ........................................................................ 5
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................................. 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Landasan Filosofis CTL ................................................................... 8
2. Landasan Teoritis CTL..................................................................... 9
3. Definisi Pembelajaran Kontekstual ................................................. 10
4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual .......................................... 12
5. Komponen Pembelajaran Kontekstual ............................................. 13
6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ................................... 16
7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual ....................................... 17
8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional 19
B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Belajar ................................................................................ 23
2. Definisi Hasil Belajar ...................................................................... 23
3. Definisi Pendidikan Agama Islam.................................................... 25
4. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................. 28
vii
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ....................................... 29
6. Dasar - Dasar Pendidikan Agama Islam .......................................... 33
C. Kerangka berfikir dan Hipotesis ........................................................... 37
1. Kerangka Berfikir ............................................................................. 37
2. Hipotesis ................................................................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................................. 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 39
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................................. 39
D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 40
E. Variable Penelitian ................................................................................ 41
F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 42
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 43
1. Tahap -Tahap Proses Penelitian ....................................................... 43
2. Analisis Instrumen Penelitian........................................................... 44
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis data ..................................................................................... 47
a. Uji Normalitas ............................................................................. 47
b. Uji Homogenitas .......................................................................... 47
2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ..................................................... 48
I. Hipotesis Statistik ................................................................................. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian ....................................................................... 50
B. Deskripsi Data ...................................................................................... 51
1. Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen .................................... 54
2. Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol........................................... 54
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data ........................................................ 55
1. Uji Normalitas .................................................................................. 55
a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen ............................ 55
b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol ................................... 55
viii
c. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen ............................ 56
d. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol ................................... 56
2. Uji Homogenitas ............................................................................... 57
a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 57
b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 57
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ................................................... 58
1. Analisis Data .................................................................................... 58
2. Pembahasan ...................................................................................... 59
BAB V KSESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 61
B. Saran ..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional 20
Tabel 3.1 Desain penelitian ............................................................................. 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi test hasil belajar PAI final ................................................ 42
Tabel 4.1 Data guru dan pegawai .................................................................... 51
Tabel 4.2 Data siswa ....................................................................................... 51
Tabel 4.3 Data nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ............... 52
Tabel 4.4 Rekap hasil belajar PAI (thaharah) kelompok eksperimen ............. 54
Tabel 4.5 Rekap hasil belajar PAI (thaharah) kelompok kontrol .................... 54
Tabel 4.6 Uji normalitas pretes kelompok eksperimen ................................... 55
Tabel 4.7 Uji normalitas pretes kelompok kontrol.......................................... 56
Tabel 4.8 Uji normalitas postes kelompok eksperimen .................................. 56
Tabel 4.9 Uji normalitas postes kelompok kontrol ......................................... 56
Tabel 4.10 Uji homogenitas pretes kelompok eksperimen dan kontrol ........... 57
Tabel 4.11 Uji homogenitas postes kelompok eksperimen dan kontrol .......... 57
Tabel 4.12 Hasil uji “t“ kemampuan awal siswa .............................................. 59
Tabel 4.13 Hasil Uji “t” hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran 59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Eksperimen) .............. 64
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Kontrol) ..................... 70
Lampiran 3 Rekap Analisi Butir Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda, Tingkat
kesukaran ............................................................................................... 76
Lampiran 4. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 77
Lampiran 5. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................... 78
Lampiran 6. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................ 79
Lampiran 7. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............... 83
Lampiran 8 Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Eksprimen .................................... 87
Lampiran 9 Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Kontrol ......................................... 88
Lampiran 10 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Eksprimen ................................... 89
Lampiran 11 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Kontrol ........................................ 90
Lampiran 12. Perhitungan Uji t Pretes dan Postes ........................................................ 91
Lampiran 13 Lembar Kerja siswa 1 ............................................................................. 93
Lampiran 14 Lemabar Kerja Siswa 2 .......................................................................... 94
Lampiran 15 Kisi-Kisi Uji coba Instrumen dan Pemetaan Soal Validasi .................... 95
PERSEMBAHAN
Dengan segala hormat, kerendahan hati, cinta serta kasih sayang
karya sederhana ini aku persembahkan untuk:
kedua orang tuaku tercinta
Ayahanda Muhajirin Dan IbundaTarwiah
Kedua kakakku tercinta
Heni Varida Nurhasanah, S.Pd dan Neni Nur’aeni
Kedua Adikku tercinta
Alfan Nasrul Haq dan Hikmal Maulana Ahsan
Sahabat-sahabatku
Almamaterku
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Teman-teman seperjuangan PAI/E angkatan 2006
Keluarga besar Ponpes Ummul Qura Pondok Cabe
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Dan sebagai
ta’zim, penulis haturkan salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan para
pengikutnya yang setia pada ajarannya.
Karya tulis yang ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMP N 2 Tangerang
Selatan)” ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan,
walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah dicurahkan sepenuhnya dengan segala
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini
agar bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
berbagai pihak. Karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu dan perhatiannya dalam membimbing penulis
dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
4. Bapak Abd. Ghofur, M.A, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikam bimbingan serta arahan kepada penulis.
5. Seluruh Dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
6. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat,
membesarkan, mendidik, mencintai dan mencurahkan kasih sayangnya, serta
tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa kepada anak-anaknya
setiap saat, di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
7. KH. Syarif Rahmat RA, S.Q, M.A selaku pimpinan pesantren Ummul Qura
beserta keluarga yang telah memeberikan motivasi serta dorongan terhadap
penulis.
8. Bapak Alan Suherlan, MM., selaku kepala SMP N 2 Tangerang Selatan.
9. Bapak Munawir, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
SMP N 2 Tangerang Selatan.
10. Sahabat karibku Habibie dan Siti Timas Nona yang telah memberikan hari-
hari penulis penuh keceriaan, terutama selama masa penulisan skripsi ini.
11. Kawan-kawan PAI/E angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan semangat
dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
12. Bunda Siti Nuriyah, S.Pd.I yang banyak memberikan arahan pada penulis.
13. Kawan-kawan di Ponpes UQ: Aan, Maunah, Meta Zahra, Hibah, Na’rifuddin,
Amiril, dan Wahid yang telah banyak memberikan motivasi dan menjadikan
hari-hari penulis penuh dengan keceriaan
14. Kawan-kawan PPKT dii MTS Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: Rini Setiani, Mulyani Ratna Wulan, Rose Adibah, M. Nurul Fajri, Iip
Irpana, Sayed Rizky Yusriansyah, Diding Mahpudin, Nita Suantika, Devi
Fatimah, Hidayatil Muslimah, Fatimah Az-zahra, Riksa Damayanti.
iv
Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada di
dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang
membangun terhadap skripsi ini agar dapat memperbaiki dalam menyusun karya
tulis selanjutnya. Kepada semua pihak penulis ucapkan terima kasih yang tak
terhingga, semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang mereka berikan.
Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang ada di dalam skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik
sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Desember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang Masalah ........................................................................ 5
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan.............................................................. 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Landasan Teritis ..............................................................................
2. Landasan filosofis CTL .................................................................... 8
3. Definisi Pembelajaran Kontekstual ................................................. 9
4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual .......................................... 11
5. Komponen Pembelajaran Kontekstual ............................................. 12
6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ................................... 14
7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual ....................................... 15
8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional 17
B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Hasil Belajar ...................................................................... 21
2. Definisi Pendidikan Agama Islam.................................................... 22
3. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................. 25
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ....................................... 26
v
5. Dasar - Dasar Pendidikan Agama Islam .......................................... 28
C. Kerangka berfikir dan Hipotesis ............................................................. 32
1. Kerangka Berfikir ............................................................................. 32
2. Hipotesis .................................................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................................. 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 34
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................................. 34
D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 35
E. Variable Penelitian ................................................................................ 36
F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 36
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 38
1. Tahap -Tahap Proses Penelitian ....................................................... 38
2. Analisis Instrumen Penelitian........................................................... 39
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis data ..................................................................................... 42
a. Uji Normalitas ............................................................................. 42
b. Uji Homogenitas .......................................................................... 42
2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ..................................................... 43
I. Hipotesis Statistik ................................................................................. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian ....................................................................... 45
B. Deskripsi Data ...................................................................................... 46
1. Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen ................................... 49
2. Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol .......................................... 49
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data ........................................................ 50
1. Uji Normalitas ................................................................................. 50
a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen ............................ 50
b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol ................................... 50
c. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen ............................ 51
vi
d. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol ................................... 51
2. Uji Homogenitas .............................................................................. 52
a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 52
b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 52
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ................................................... 53
1. Analisis Data .................................................................................... 53
2. Pembahasan ...................................................................................... 54
BAB V KSESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 56
B. Saran ..................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu meliputi sikap, motivasi,
konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan hasil belajar, menggali hasil
belajar serta aplikasi hasil belajar. Sedangkan faktor ekstern yang dapat
mempengaruhi yaitu guru, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan
penilaian, lingkungan sosial siswa dan kurikulum siswa.
Sampai sat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang
terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan
menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, sehingga sering
mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan
belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan
siswa adalah pendekatan CTL ini.
Pendekatan ini memberikan inspirasi bahwa anak belajar lebih baik melalui
kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah sebagaimana
kurikulum yang diterapkan di Indonesia sekarang ini yang lebih dikenal dengan
istilah KTSP, dimana dalam penerappan KTSP guru dituntut agar lebih kreatif
dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga sesuai
dengan yang diharapkan.
Belajar akan lebih bermakna jika anak „mengalami‟ apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan
2
materi terbukti berhasil dalam kompetisi „mengingat‟ jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Dan itulah yang terjadi di kelas sekolah kita.
Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka
pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka
mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya.
Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dengan demikian tugas atau peran seorang guru dalam pembelajaran
kontekstual bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksakan
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya serta membantu agar setiap siswa mampu
menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya dan yang membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anak didiknya. Suatu pengetahuan yang baru yang didapat dari
menemukan sendiri.1
Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi
pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 261
3
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual
dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
Pembelajaran materi mata pelajaran agama disekolah, selama ini lebih
menitik beratkan pada target yang harus dicapai yang dicantumkan dalam tujuan
pembelajaran umum. Hal itu menyebabkan kemampuan yang harus di
kembangkan peserta didik menjadi kurang jelas. Selain itu, pembelajaran mata
pelajaran agama sementara ini juga lebih menekankan pada materi pokok dan
lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan peserta
didik terabaikan. Hal ini kurang sesuai dengan prinsip pendidikan yang
menekankan pengembangan peserta didik lewat fenomena bakat, minat serta
dukungan sumber daya lingkungan.
Fakta lainnya adalah bahwa pembelajaran bidang studi agama di sekolah
lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, dan kurang mengakomo-
dasikan kemampuan afektif dan psikomotor anak didik.
Kegiatan pendidikan dan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berahlak
mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
Al-Qur‟an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
penggunaan pengalaman.
Bila dikaitkan dengan tujuan pendidikan Islam, maka pendidikan agama
mestilah mampu mengantarkan seorang peserta didik kepada terbina setidaknya
tiga aspek yaitu aspek keimanan yang mencakup arkanul iman, aspek ibadah yang
mencakup seluruh arkanul Islam, da ketiga aspek akhlak yangmencakup akhlakul
karimah.2
Pendidikan dan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah ditunjukan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta
didik tentang materi keimanan dan perilaku terpuji, sehingga menjadi manusia
2 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 38
4
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Berdasakan fungsi dan tujuan pembelajaran mata pelajaran agama di
sekolah itu, maka pendekatan pembelajarannya tidak bisa hanya mengandalkan
pada pendekatan verbal dan hanya menekankan pada kemampuan kognitif siswa.
Selain itu, proses pembelajarannya juga hendaknya memiliki asumsi bahwa para
siswa sebagai peserta didik sesungguhnya telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman di seputar mata pelajaran tersebut yang diperolehnya melalui
pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.
Fakta yang ada menunjukan bahwa sebelum para siswa memasuki sekolah
menengah pertama mereka telah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman di
seputar masalah keimanan dan akhlak, dan juga telah mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Di Sekolah Dasar misalnya, peserta didik telah memperoleh pengetahuan
dan pemahaman masalah-masalah keimanan dan perilaku terpuji dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, para guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran mata pelajaran agama di sekolah perlu
memiliki asumsi bahwa peserta didik sedikit banyak telah memiliki pengetahuan
dan pemahaman di seputar masalah-masalah keimanan dan perilaku terpuji yang
mereka peroleh pada jenjang pendidikan sebelumnya, maupun yang mereka
peroleh secara non-formal di masyarakat. Hal ini sesuai dengan tugas guru dalam
pembelajaran kontekstual.
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
berasumsi bahwa pembelajaran merupakan proses pengingatan kembali
pengetahuan dan pengalaman-pengalaman masa lalunya. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam penulisan skripsi yang berjudul :
Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam (study kasus di SMP N 2 Tangerang Selatan).
5
B. Identifikasi Masalah
1. Siswa sebagai peserta pendidik kurang berpartisipasi karena pembelajaran
bersifat teacher centered, sehingga pembelajaran kurang efektif.
2. Peran guru sebagai fasilitator kurang optimal sehingga kemampuan siswa
kurang berkembang.
3. Strategi pembelajaran yang monoton menyebabkan siswa kurang minat
belajar.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tugas utama seorang guru
adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses
akomodasi, karena setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang
baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang
dianggap aneh dan baru. Belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap
persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih
bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemapuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam
tahap-tahap perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran
guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
Permalahan dalam judul di atas sangatlah luas maka dari itu, penulis
membatasi penulisan skripsi ini pada masalah: “Pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual (CTL) di kelas VII
dan hasil belajar yang di ukur adalah aspek kognitif”.
6
2. Perumusan Masalah
Cara belajar yang dimiliki siswa dalam buku Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar proses Pendidikan karya Wina Sanjaya oleh Bobbi Deporter
dinamakan unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa,
yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.3 Dalam proses pembelajaran kontekstual,
setiap guru perlu memahami tipe belajar siswa, artinya setiap guru harus
menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa dan dalam
pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan.
Kemudian dari pada itu supaya ilmu agama lebih mudah dipahami dan
dimengerti siswa, maka guru harus dapat membantu setiap siswa agar mampu
menemukan keterkaitan antara pengalaman-pengalaman baru dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dimana dalam proses pembelajaran siswa
dapat menghubungkan antara materi pelajaran dengan fenomena yang sedang
terjadi di masyarakat, sehingga siswa dapat mengaitkan keduanya. Karena dalam
pembelajaran kontektual siswa dituntut untuk aktif maka akan semakin banyak
pengetahuan yang di dapat siswa.
Dari pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah pada penulisan skripsi ini
pada dua pokok masalah yaitu:
1) Apa perbedaan dan kelebihan pembelajaran kontekstual (CTL) dengan
pembelajaran konvensional?
2) Apakah terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap
hasil belajar pendidikan agama Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru agama Islam mengenai
bagaimana mengajar pelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual
sehingga harapannya adalah guru dalam melaksanakan pengajaran lebih
bervariatif. Maka model ini bisa digunakan dimana saja tempat guru itu
mengajar.
3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 260
7
2. Diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi semua pihak,
khususnya guru pendidikan agama Islam.
3. Diharapkan dengan guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan kontekstual akan merubah cara belajar siswa yang
individual menjadi kooperatif.
4. Dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan rencana
pembelajaran dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan
pemahaman lebih bermakna.
8
8
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS,
KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL)
1. Landasan filosofis CTL
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John
Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan
pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. CTL dikembangkan
oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and
Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-
lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
kontruktivisme yang berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh
John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.1
Landasan kontruktivisme merupakan filosofis belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.Siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan dalam dirinya sendiri, pengetahuan yang
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari
berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar
1 Dharma Kesuma, dkk, Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam
Pengemabangan PBM, (Garut: Rahayasa, 2010), h. 56
9
akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah.
Siswa dapat menunjukkan hasil belajar dalam bentuk yang dapat mereka
ketahui dan yang dapat mereka lakukan.
2. Landasan Teoritis CTL
Dalam landasn teori ini penulis mengutip mutiara-mutiara
pemikiran Whitehead, seorang filsuf Inggris terkenal yang diterjamahkan
oleh Drs. Dharma Kesuma, M.Pd yakni:
“Dalam pendidikan seorang anak untuk aktifitas pemikiran, yang
paling penting kita harus sadar atas apa yang akan saya sebut “inert
ideas (ide-ide lembam) begitulah dikatakan, ide-ide yang diterima
belaka ke dalam kesadaran tanpa digunakan, atau dites, atau
dikembangkan menjadi kombinasi-kombinasi yang segar.
Setiap revolusi intelektual yakni pernah mengubah kemanusiaan
menjadi keagungan/ kehebatan adalah sebuah protes yang
bersemangat terhadap inert ideas. Akan tetapi masih terdapat
kebodohan yang menyedihkan dari psikologi manusia, melalui
praktek berdasarkan skema pendidikan yang lagi-lagi mengekang
kemanusiaan dengan inert ideas.”2
Pada dasarnya Whitehead menghemdaki pendidikan memiliki
tujuan agung melalui penanaman ide-ide hidup dan di hidupi, bukan inert
ideas, oleh orang-orang yang terdidik. Pola kehidupan dari orang-orang
yang memiliki ide hidup ini merupakan yang mengalami perkembangan
diri dan mengubah atau merevolusi kehidupan yang tidak berkembang
karena meyakini inert ideas.
2Kesuma, Darma, dkk., Contextual Teaching & Learning Sebuah Panduan Awal dalam
Pengembangan PBM, h. 4-5
10
3. Definisi Pembelajaran Kontekstual
Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang ditambah awalan
“pe-“ dan akhiran “–an” yang berarti proses, cara, menjadikan orang atau
makhluk hidup supaya belajar.3
Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran
meskipun kedua istilah tersebut sering diprgunakan bergantian dengan arti
yang sama dalam wacana pendidikan dan perencanaan pendidikan itu
sendiri. Pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta
didik. Dari pengertian tersebut telah jelas menunjukkan bahwa
pembelajaran berpusat pada siswa.
Kontekstual adalah salah satu prisip pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna.Dengan
memperhatikan prinsip kontekstual, proses pembelajaran diharapkan
mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya
untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.4
Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, disini
ditampilkan tiga pengertian yang berasal dari sumber yang berbeda.
Pertama, dalam bukunya yang dikutip dari US Departemen of
Education Office of Vocational and Adult Education The Nasional
School to Work Office dalam http:/www. Contextual.org/19/10/2001
Masnur Muslich mengatakan bahwa Pembelajaran kontekstual (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.5
3 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-9,
h.15 4 Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya
Dalam KBK, h. 15 5 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 41
11
Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah
sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu
menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi
akademis yang mereka terima , dan mereka menangkap makna dalam
tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.6
Ketiga, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.7
Dari beberapa konsep pengertian diatas ada tiga hal yang harus
dipahami, yaitu yang pertama CTL menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi , artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara lansung, kedua CTL
mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan
kehidupan nyata, dan yang ke tiga CTL mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya , akan
tetapi bagaimana materi pelajaran irtu dapat diaplikasikan pada prilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, melalui pendekatan CTL, mengajar bukan
transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan mengahafal
sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata,
akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk
6 Ellaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Learning: menjadikan kegiatan
belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2007),
h. 14 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, h. 253
12
mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan
demikian belajar akan lebih bermakna.
4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran yang menunjukkan kondisi alamiah dari
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu
pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih
relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan
mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup.
Banyak manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam
pembelajaran kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya
siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan
mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran akan menjadilebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan
bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan
pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan
baru.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran
yang menggunakan pendekatan CTL, diantaranya:8
1) Pembelajaran dengan model CTL merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (Activiting knowledge). Artinya apa yang
akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan (Acquiring knowledge).
3) Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan
untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini (Understanding
knowledge).
8 Ibid, h. 254
13
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalama tersebut, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan
dalam kehidupan siswa (Applying knowledge).
5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan
(Reflecting knowledge).
5. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual pada prinsipnya menerapkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, diantaranya yaitu (1)
kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya
(questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan
(modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian sebenarnya
(authentic assessement).
1) Kontruktivisme (Contuctivisme)
Kontuktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL,
melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain
yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat
fakta-fakta tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3) Questioning
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah
kemampuan dan kebiasaan umtuk bertanya. Pengetahuan yang
dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.Oleh karena itu
bertanya merupakan strategi uatama dalam pendekatan CTL.
Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan CTL harus difasilitasi
oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru
14
dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada
peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
4) Learning Community
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk
melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-
teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community,
bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain
melalui berbagai pengalaman (sharing).
5) Modeling
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya
permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang semakin
berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan
guru yang memiliki kemampuan lengakap, dan ini yang sulit dipenuhi.
Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber
belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan
yang dimilki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup
heterogen.
Oleh karena itu tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif
untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat memenuhi
siswa secara menyeluruh, dan menyatu mengatasi keterbatasan yang
dimiliki oleh para guru.
6) Reflection
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang bari terjadi atau baru
saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berfikir kebelakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya.
15
Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna,
menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi
dengan dirinya sendiri (learning to be).
7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Tahap terakhir pendekatan CTL adalah melakukan penilaian.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memilki fungsi
yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses
dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL.
Penilaian adalah hasil pengumpulan berbagai data dan informasi
yang bias memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman
belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang
lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan
semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil
pengalaman belajar setiap siswa.9
Penilaian nyata (authentic assesment) adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik
dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran.10
Secara umum terdapat empat jenis penilaian otentik, yaitu
portofolio, proyek, penilaian kinerja, dan jawaban tertulis secara
lengkap. Adapun prosedur umum untuk perancanganya adalah:11
Jelaskan dengan tepat apa yang harus diketahui dan bisa
dikerjakan oleh para siswa. Beritahukan kepada mereka
standar yang dipenuhi.
Hubungkan pelajaran akademik dengan konteks dunia yang
nyata dengan cara yang penuh makna dan nilai, atau
9 Asep, Asra, dan Laksmi, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press, 2007), h.
157-160 10
Wina Sanjaya, Starategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 268-
269 11
Ellaine B. Johnson, PH.D., Contextual Teaching & Teaching : menjadikan kegiatan
belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, h. 290-291
16
dilakukan simulasi dengan konteks dunia nyata yang penuh
makna.
Tugaskan para siswa untuk menunjukkan apa yang bisa
mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui, untuk
memperlihatkan keterampilan dan kedalaman pengetahuan
mereka dengan memproduksi hasil, contohnya : presentasi,
koleksi hasil tugas.
Putuskan tingkat penguasaan tersebut dalam sebuah rubrik,
yaitu bentuk pedoman penilaian yang dilengkapi dengan
kriteria yang digunakan untuk menilai.
Ajak para siswa untuk terus-menerus melakukan penilaian
diri saat mereka menilai kerja mereka sendiri.
Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menanggapi
penilaian ini.
6. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan CTL, guru
untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan dalam setiap materi ajar, maka guru
melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini:
a. Pendahuluan12
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan
dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:
3) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
oleh setiap siswa.
12
Wina Sanjaya, (Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan), h.
268-269
17
b. Inti
Dilapangan
1) Siswa melakukan observasi dan mencari data mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan materi bersuci sesuai dengan pembagian tugas
kelompok.
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan ketika observasi.
Dikelas
1) Siswa mendiskusikan pengalamannya sesuai dengan pembagian
kelompok yang sudah ditentukan.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi.
3) Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
lain.
c. Penutup
Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi dan
pengalamannya tentang al-Qur’an dengan indicator hasil belajar yang
harus dicapai.
7. Strategi umum Pembelajaran Kontekstual
Center of Occupational Reseach and Development (CORD)
menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan
pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu:13
1). Relating: Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.
2). Experiencing: Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).
3). Applying: Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam
konteks pemanfaatannya.
4). Cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama, dan sebagainya.
13
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., (Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya
Dalam KBK), h. 23
18
5). Transferring: Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam
situasi atau konteks baru.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diperlukan adanya strategi,
dalam hal ini terdapat beberapa strategi yang berasosiasi dengan CTL diantaranya
adalah:14
a. Membangun hubungan
Hubungan atau keterkaitan diperlukan dalam rangka
menciptakan makna, dan ini merupakan tema sentral dalam CTL.
b. Belajar secara mandiri dan melalui kerjasama
Dalam CTL proses itu penting , tetapi hasil yang sifatnya
akademik dapat dicapai dengan nilai tinggi. Proses belajar mandiri
memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan bagaimana
kehidupa akademik sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari.
c. Berfikir kritis dan kreatif
Berfikir kritis diperlukan ketika individu dihadapakan pada
masalah yang membutuhkan pemahaman secara jelas dan
mendalam.Berfikir kritis adalah aktivitas mental yang membantu orang
memahami masalah, merumuskannya, dan mendapatkan jawabannya.
Berfikir kreatif sesuai dengan namanya adalah berfikir dalam
rangka menemukan hal-hal baru.berfikir kreatif pada dasarnya adalah
proses berfikir imajinatif mengusulkan suatu cara baru, rancangan baru
dalam menyelesaikan suatu masalah.
d. Membantu individu tumbuh dan berkembang
Mengajar dengan CTL tidak semudah dengan cara yang
konvensional, klasikal-ceramah. Para guru CTL adalah sekaligus
sebagai pengawas, pembimbing untuk berfikir kritis dan kreatif, wali
asuh, dan ahli dalam mata pelajaran mereka.Para guru juga
memberikan perhatian pada siswa secara individual, sekalian teorinya
14
Kesuma, Darma, Contextual Teaching & Learning Sebuah Panduan Awal dalam
Pengembangan PBM,(Garut: Rahayasa Reseac & Training), 2010, h. 14-18
19
sudah lama ditemukan tetapi memberikan praktik dan contoh-contoh
baru dalam dunia pendidikan.
e. Menepakan standar tinggi dan penilaian otentik
Standar akademik yang tinggi dapat memotivasi siswa untuk
belajar lebik giat dan lebih baik lagi.Standar tinggi memiliki banyak
tuntutan terhadap siswa dan siswa harus bekerja keras. Dengan CTL
siswa dituntut untuk melakukan apa yang diketahuinya.
8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional
Pembelajaran yamg menggunakan pendekatan kontekstual siswa
dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk berfikir
kreatif untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya yang tidak hanya
melibatkan cara berfikir otak tetapi juga cara kerja fisik. Keterlibatan
semua ini dalam pembelajaran akan membawa pengetahuan masing-
masing siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa ditetapkan
menjadi objek belajar yang berperan sebegai penerima informasi secara
pasif.Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima,
mencatat dan menghafal materi pelajaran.
Untuk lebih lengkapnya, perbedaan pendekatan kontekstual
dengan pendekatan tradisional dalam proses belajar mengajar dapat
dilihat pada table 2.1.
20
Table 2.1Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan
pendekatanTradisional15
No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisional
1. Siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran
Siswa adalah penerima informasi
secara pasif
2. Siswa belajar dari teman melalui
kerja kelompok, diskusi, saling
mengoreksi
Siswa belajar secara individual
3. Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan atau masalah
yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis
4. Perilaku dibangun atas kesadaran
diri.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Keterampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman.
Keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan
6. Hadiah untuk perilaku baik adalah
kepuasan diri
Hadiah untuk perilaku baik adalah
pujian atau nilai (angka) rapor
7. Seseorang tidak melakukan yang
jelek karena dia sadar hal itu keliru
dan merugikan
Seseorang tidak melakukan yang
jelek karena dia takut hukuman
8. Bahasa diajarkan dengan
pendekatan komunikatif, yakni
siswa diajak menggunakan bahasa
dalam konteks nyata
Bahasa diajarkan dengan
pendekkatan structural: rumus
diterangkan sampai paham,
kemudian dilatihkan (drill)
9. Pemahaman rumus dikembangkan
atas dasar skema yang sudah ada
dalam diri siswa
Rumus itu ada di luar diri siswa,
yang harus diterangkan, diterima,
dihafalkan, dan dilatihkan.
10. Pemahaman rumus itu rellatif
berbeda antara siswa yang satu
Rumus adalah kebenaran absolut
(sama untuk semua orang). Hanya
15
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya
Dalam KBK, h. 35-36
21
dengan lainnya, sesuai schemata
siswa (ongoing process of
development)
ada dua kemungkinan, yaitu
pemahaman rumus yang benar.
11. Siswa menggunakan kemampuan
berpikir kritis, terlibat penuh
dalam mengupayakan terjadinya
proses pembelajaran yang efektif,
ikut bertanggung jawab atas
terjadinya proses pembellajaran
yang efektif, dan membawa
schemata masing-masing ke dalam
proses pembelajaran.
Siswa secara pasif menerima
rumus atau kaidah (membaca,
mendngarkan, mencatat,
menghafal), tanpa memberikan
kontribusi ide dalam proses
pembelajaran.
12. Pengetahuan yang dimiliki
manusia yang dikembangkan oleh
manusia itu sendiri. Manusia
menciptakan atau pengetahuan
dengan cara memberi arti dan
memahami pengalamannya
Pengetahuan adalah penangkapan
terhadap serangkaian fakta,
konsep, atau hukum yang berada
di luar diri manusia
13. Karena ilmu pengetahuan itu
dikembangkan oleh manusia
sendiri, sementara manusia selalu
mengalami peristiwa baru, maka
pengetahuan itu tidak pernah
stabil, selalu berkembang
Kebenaran bersifat absolut dan
pengetahuan bersifat final
14. Siswa diminta bertanggung jawab
memonitor dan mengembangkan
pembelajaran mereka masing-
masing
Guru adalah penentu jalannya
proses pembelajaran
15. Penghargaan terhadap pengalaman
siswa sangat diutamakan
Pembelajaran tidak
memperhatikan pengalaman siswa
22
16. Hasil belajar diukur dengan
berbagai cara: proses bekerja, hasil
karya, penampilan, rekaman, tes
dan lain-lain
Hasil belajar hanya diukur dengan
tes
17. Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam
kelas
18. Penyesalan adalah hukuman dari
prilaku jelek
Sangsi adalah hukuman dari
prilaku jelek
19. Prilaku baik berdasar motivasi
intrinsic
Prilaku baik berdasar motivasi
ekstrinsik
20. Seseorang berprilaku baik karena
dia yakin itulah yang terbaik dan
bermanfaat
Seseorang berprilaku baik, karena
dia terbiasa melakukan begitu.
Kebiasaan ini di bangun dengan
hadiah yang menyenangkan.
23
B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Belajar
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.16
Belajar adalah suatu
proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui
serentetan reaksi atau situasi yang terjadi.17
Secara psikologis, proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dinamakan belajar. Perubahan-perubahan tersebut akan
dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku sehari-hari. Pengertian
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18
Menurut UNESCO terdapat empat pilar belajar yaitu :19
1. Learning to know : Belajar untuk mengetahui
2. Learning to do : Belajar untuk aktif
3. Learning to be : Belajar untuk mandiri
4. Learning to live together : Belajar untuk hidup bersama-
sama
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya
belajar bukanlah peristiwa yang dilakukan tanpa sadar, akan tetapi
merupakan proses yang dirancang dan disengaja.
2. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata “hasil dan belajar”.Hasil adalah
pendapatan atau perolehan dari uasaha pikiran dan sebagainya.20
Hasil
16
Wina, Sanjaya, pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetisi,
(jakarta: kencana, 2008) h. 89 17
Ahmad Fauzi, psikologi umum, (Bandung: Pustaka Setia 2004) h. 24 18
Slamet, proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991) Cet. Ke-1, h. 78 19
Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Gaung Persada Press) h. 104-105 20
Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 30
24
adalah salah satu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang
pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar
diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan
memindahkan pengetahuan kepada yang belajar.21
Secara psikologis belajar merupakan suatu proses tingkah laku
seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannyadalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
dinyatakan dalam sebuah aspek tingkah laku dan pengetahuan siswa.
Pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.22
Nana Sujana berpendapat bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang memperlihatkan setelah
mereka menempuh penglaman belajarnya (pbm) tingkah sebagai hasil
belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik.23
Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi
didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas
belajar.24
Jika dikaitkan dengan belajar, hasil merupakan sesuatu yang
dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam selang waktu
tertentu.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
(kemampuan yang diperoleh atau dicapai) oleh siswa di perlihatkan setelah
mereka menempuh pengalaman belajar. Hasil belajar yang diperoleh dari
kegiatan penilaian yang diharapkan adalah pemahaman siswa terhadap
21
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya
Dalam KBK, h. 9 22
Slamet, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), cet. Ke-1, h. 78 23
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), cet. Ke-7, hal.3 24
Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), cet. Ke-1, h.196
25
materi yang telah diajarkan serta adanya perubahan tingkah laku yang
merupakan aplikasi dari pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diajarkan.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes.Hasil berupa keterampilan,
pengetahuan, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh disekolah
biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu.Tes bertujuan
untuk membangkitkan motivasi pada siswa agar mereka memperhatikan
pelajaran serta mendorong mereka agar dapat mengorganisasikan pelajaran
dengan baik. Selain itu, tes juga dapat digunakan sebagai feed back bagi
guru dalam rangka perbaikan program pengajaran.
Penilaian hasil belajar ini dapat dilaksanakan dalam dua tahap,
yaitu tahap jangka pendek dan tahap jangka panjang. Tahap pertama yaitu
tahap jangka pendek yang disebut juga dengan nama penilaian formatif.
Penilaian ini dapat dilaksanakan pada akhir proses belajar mengajar. Tahap
kedua, yaitu tahap jangka panjang yang disebut dengan penilaian sumatif.
Penilaian ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung
beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, seperti penilaian
tengah semester atau penilaian akhir semester.
3. Definisi Pendidikan Agama Islam
Kata “pendidikan” merupakan kata benda, yang berasal dari kata
“didik” kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan artinya “proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.25
Dalam UU No. 23 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat (1) pendidikan
adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
25
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), hal.204
26
pengendaliandiri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.26
Pendidikan juga berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian)
serta menanamkan rasa tanggung jawab.27
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwasnya
pendidikan merupakan usaha sadar dan bantuan yang diberikan oleh
seorang pendidik dalam membantu menggali dan mengembangkan
jasmani dan rohani peserta didik agar dapat bertanggung jawab dan dapat
memenuhi fungsi hidupnya serta mengantarkan anak pada cita-cita yang
diharapkan sesuai dengan fungsinya sebagai manusia.
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi
sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk
dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang
nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah,
kepada masyarakat serta alam sekitarnya.28
Kata Islam yang melekat dalam pendidikan Islam adalah
pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan Islam adalah pendidikan
yang didasarkan Islam.
Dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” Nur Uhbiyati
mengatakan pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan
mewarnai corak kepribadiannya. 29
Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah.Oleh karena itu Islam memberi pedoman seluruh aspek
kehidupan manusia yaitu dengan al-Qur’an dan hadis.
26
Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1,
h. 12 27
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 12 28
Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara), h.4 29
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, h. 13
27
Pendidikan Islam merupakan bagian dari bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya
kepribadian yang utama menurut ukuran- ukuran Islam. Sebagaimana yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan seruan agama
dengan dakwahnya, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih
keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan
sosial yang mendukung pelaksanaan pembentukan pribadi muslim
sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dan secara umum
dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan
kepribadian muslim.30
Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari
sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan
bimbingan, latihan, serta penggunaan pengamalan.31
Pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap
asuhan anak didik agar dapat memahami, mengahayati, mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta
menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.32
Berdasarkan definisi dan pengertian yang dikemukakan diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan agama Islam adalah kegiatan
pendidikan yang berupa pengajaran pengajaran, bimbingan dan asuhan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani anak didik yang bertujuan untuk
membentuk anak didik agar setelah mereka memperoleh pendidikan itu
anak didik dapat meyakini, memahami, mengahayati dan mengamalkan
seluruh ajaran Islam sehingga mendapatkan kebagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
30
Zakiah Darajat, dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 28 31
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.21 32
Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, h. 92
28
Pendidikan agama Islam merupakan bagian dari pendidikan
nasional. Dengan demikian pendidikan agama Islam tidak akan
bertentangan dengan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan
agama Islam tentunya harus sejalan dengan pendidikan nasional.
4. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.33
Tujuan pendidikan Islam yaitu mendidik anak-anak, pemuda-
pemudi dan orang dewasa supaya menjadi muslim sejati yang beramal
shaleh dan berakhlak mulia. Untuk lebih jelasanya, tujuan pendidikan
agama islam dalam segala tingkatan pengajaran umum adalah sebagai
berikut:34
a) Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati
kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan hikmat Allah yang tidak
terhitung banyaknya.
b) Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam
dada anak-anak.
c) Mendidik anak-anak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan
Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik kepada Allah
maupun terhadap masyarakat.
d) Mendidik anak-anak dari kecilnya supaya membiasakan akhlak
yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.
e) Mengajar pelajaran-pelajaran supaya mengetahui macam-macam
ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta
33
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h 22 34
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1992), Cet. 17, h. 13
29
mengetahui hikmah-hikmah dan pengaruh-pengaruhnya untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
f) Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju
akhirat.
g) Memberi contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan
nasihat-nasihat.
h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik,
yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh
dengan ajaran agama.
Adapun tujuan pendidikan agama Islam di SMP berdasarkan
standar kompetensiyaitu siswa beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia yang tercermin dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain
dalam kerangka kerukunan antar umat beragama.35
Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan
hidup manusia. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah arah yang
diharapkan setelah peserta didik mengalami perubahan proses pendidikan,
baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun
kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad, untuk diteruskan kepada umat manusia, yang mengandung
ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah
dan muamalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa dan
berbuat dan proses terbentuknya kata hati.36
Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
35
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep, dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130 36
Abu Ahmadi, Noor Salim, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, h. 4
30
oleh hamba Allah. Untuk itu, manusia sebagai ciptaan Allah harus tunduk
dan patuh kepada-Nya serta bisa menyeimbangkan antara kepentingan
duniawi maupun ukhrawi.
Ajaran pokok agama Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan
itu mengandung tiga unsur, yaitu: iman, islam dan ihsan.37
Adapun ruang lingkup kelompok mata pelajaran pendidikan agama
Islam di SMP yaitu membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia. Akhlak
mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama Islam.38
Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan
kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan
dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:39
a) Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia
sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.
b) Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga
yang sejahtera.
c) Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem
kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.
d) Lapangan hidup kemasyarakatan, agar tebina masyarakat yang adil
dan makmur dibawah rida dan ampunan Allah SWT.
e) Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat
dan dinamis sesuai ajaran Islam.
f) Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia
penuh keindahan dan kegairah yang tidak gersang dari nilai moral
agama.
37
Ibid, hal. 4-5 38
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), Cet. 3, h. 47 39
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.19-20
31
g) Lapangan hidup pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk
mencapai kesjahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh
iman.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat diketahui bahwa inti dari
ajaran pokok agama Islam meliputi aspek aqidah, syariah dan akhlak yang
kemudian dikembangkan melalui berbagai disiplin ilmu diantaranya yaitu
fiqh, tafsir, hadis, tauhid, akhlak, tasawuf dansebagainya yang kaitannya
dalam ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseinbangan antara:40
a) Hubungan manusia dengan Allah SWT
b) Hubungan manusia dengan sesama manusia
c) Hubungan manusia dengan dirinya
d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam
sekitarnya.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam
meliputi tujuh unsur pokok, yaitu:
1. Keimanan
2. Ibadah
3. Al-Qur’an
4. Akhlaq
5. Muamalah
6. Syari’ah
7. Tarikh
Ruang lingkup pengajaran agama di sekolah menegah pertama
(SMP) meliputi:41
1. Keimanan (itikad)
2. Abadah (fiqh)
40
Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1,
h. 15-16 41
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1992), Cet. 17, h. 71
32
3. Akhlak
4. Sejarah Islam
5. Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
6. Islam dan kemasyarakatan.
Sedangkan kompetensi dasar pendidikan agama Islam untuk SMP
meliputi: al-Qur’an, keimanan, fiqh, akhlak dan tarikh.42
Adapun
penjabarannya adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an Hadis
Membaca, mengartikan, dan menyalin.
Menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam
qomariyah, nun mati/tanwin dan mim mati.
Menerapkan hukum bacaan qal-qalah, tafhim, dan tarqiq, huruf
lam dan ro’ serta mad.
Menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham.
b. Aqidah Akhlak
Beriman kepada Allah swt dan memahami sifat-sifatNya.
Beriman kepada Malaikat Allah swt dan memahami tugas-
tugasNya.
Beriman kepada kitab-kitab Allah dan memahami arti beriman
kepadaNya.
Beriman kepada rasul-rasul Allah dan memahami arti beriman
kepadaNya.
Beriman kepada hari akhir dan memahami arti beriman
kepadaNya.
Beriman kepada Qada dan Qadar Allah swt dan memahami arti
beriman kepadaNya.
Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji
Bertatakrama.
42
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. 4, h. 41
33
c. Fiqh
Melakukan thaharah.
Melakukan shalat wajib
Melakukan macam-macam sujud.
Melakukan shalat jum,at
Shalat jama’ dan qasar.
Melakukan macam-macam shalat sunnah
Melakukan ibadah puasa
Zakat.
Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman, dan
binatang yang halal dan haram.
Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.
Memahami tentang ibadah haji dan umrah.
Melakukan shalat jenazah
Memahami tata cara pernikahan.
d. Sejarah Kebudayaan Islam
Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan sesudah
datang Islam.
Keadaan masyarakat Makkah periode Rasulullah SAW.
Memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah
datang Islam.
Memahami perkembangan Islam pada masa
KhulafaurRasyidin.43
6. Dasar- dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar dasar pendidikan Islam , secara prinsipil diletakkan pada
dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-
43
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep, dan Implementasi
Kurikulum 2004, h. 151s
34
dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama
dan utama tentu saja adalah al-Qur’an dan Sunnah.44
Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip yang sangat penting bagi
pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah,
tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial.Al-
Qur’an merupakan firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang didalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui ijtihad.
Pendidikan karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk
membentuk manusia, termasuk kedalam muamalah, untuk itu pendidikan
sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal dan
kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.45
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai
dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar- dasar tersebut ditinjau dari:46
1). Dasar Yuridis (Hukum)
Yang dimaksud dasar hukum dalam pelaksanaan
pendidikan agama adalah berasal dari peraturan undang-undang
yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat dijadikan
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-
sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.
Disebutkan dalam Undang-Undang SISDIKNAS Pasal 12
ayat 1 yang berbunyi “setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.47
44
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), Cet. Ke-IV, hal. 9 45
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 20 46
Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1,
h. 16-17 47
Anwar, Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang
SISDIKNAS, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003) h. 40
35
2). Dasar Religius (Agama)
Dasar agama yakni dasar-dasar yang besumber dari ajaran
Islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam Islam,
melaksanakan agama merupakan perintah yang sekaligus ibadah.
Al-Qur’an menunjukkan adanya perintah tersebut antara lain:
a) Q.S. An Nahl ayat 125
Artinya :“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
b) Q.S. Ali-Imran ayat 104
Artinya :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung”.
Syech Muhammad Abduh dalam buku Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Islam karya Abu Ahmadi dan Noor Salimi
menyatakan bahwa “Islam adalah agama fitrah manusia, jadi
36
manusia berkemampuan dasar untuk beragama tersebut”.48
Bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk yang dapat
dipengaruhi oleh hal-hal yang religious, meskipun nilai dan
kedalaman pengaruh tersebut bagi masing-masingnya tidak sama.
Sejalan dengan hal tersebut diatas kenyataan sejarah
manusia membuktikan bahwa manusia baik secara kelompok
maupun perseorangan selalu memiliki agama, meskipun bentuk
maupun corak atau isi agama bagi masing-masing orang atau
kelompok tidak sama. Kenyataan demikian telah membuktikan
bahwa manusia didalam dirinya terdapat kemampuan dasar untuk
beragama.
Dari ayat diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa
dalam ajaran Islam ada perintah untuk melaksanakan pendidikan
agama. Dengan belajar manusia akan mendapat ilmu pengetahuan
dan Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Mujadallah
ayat 11, yaitu:
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
3). Dasar Sosial Psikologis
Semua manusia yang hidup di dunia ini pada dasarnya tidak
dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain apapun
alasannya. Dan dalam menjalani kehidupan manusia selalu
membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang biasa disebut
dengan agama.
48
Abu Ahmadi, Noor Salim, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, h. 7-8
37
Bagi masyarakat muslim, diperlukan adanya pendidikan
agama agar dapat mengarahkan mereka kearah yang benar
sehingga dapat mengabdi dan menundukkan diri kepada Allah
SWT. Tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi ke
generasi lain maka akan semakin jauh dari pengalaman agama
yang benar.49
Manusia merasakan bahwa jiwanya mengakui adanya dzat
yang maha kuasa tempat manusia itu memohon pertolongan dan
perlindungan.Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya
ketika seseorang itu merasa dekat dengan Tuhannya. Manusia akan
merasa dekat dengan Tuhannya dan tentram hatinya ketika
manusia itu menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt surat Ar-Ra’d ayat 28 yang
berbunyi:
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
C. Kerangka berfikir dan Hipotesis
1. Kerangka berfikir
Dalam dunia pendidikan, terutama sekolah model
pembelajaran menjadi salah satu hal yang menentukan hasil belajar
serta tecapainya tujuan pembelajaran.Bagi seorang guru, disadari
atau tidak bahwasanya setiap mengajar sudah tentu dihadapkan
dengan berbagai masalah. Diantaranya daya tangkap siswa yang
berbeda-beda, tingkah laku yang bermacam-macam ataupun yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini
49
Rika Sa’diah, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: PT. Wahana Kordofa, 2009), Cet. 1,
h. 18
38
disebabkan oleh faktor cara belajar siswa yang berbeda-beda, ada
yang audio, kinestetik dan visual.
Hal ini selalu terjadi pada tiap-tiap tahun di sekolah-sekolah
dan masalahnya tidak jauh berbeda dengan masalah-masalah yang
ada sebelumnya.Sebagian guru beranggapan ini adalah hal yang
simple, sederhana, dan mudah ketika hanya menganggap mengajar
itu merupakan memindahkan ilmu yang ada di kepala guru ke
kepala siswa sesudah itu melakukan pengajaran kemudian di akhiri
dengan evaluasi atau tes.
Padahal kenyataannya tidak semudah itu, tetapi seorang
guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu tetapi bagaimana ilmu
yang sudah didapat siswa itu dapat dipahami dan di aplikasikan
dalam kehidupannya serta bagaimana siswa dapat mengaitkan
antara pelajaran yang ia pelajari dengan situasi yang terjadi
disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pembelajaran kontekstual
sehingga semakin banyak yang siswa pahami maka akan semakin
banyak makna yang siswa dapatkan.
Jika seorang guru memahami hal-hal seperti ini seharusnya
guru mencoba mengamati setiap pertemuan dalam kegiatan belajar
mengajar supaya guru mengetahui apa sebenarnya kesulitan-
kesulitan yang dihadapi siswa yang bertujuan untuk pertemuan-
pertemuan selanjutnya bisa diperbaiki menjadi lebih baik.
2. Hipotesis
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ho = Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar PAI
antara siswa yang diajar dengan pendekatan CTL dengan yang
diajar mengunakan pendekatan konvensional.
Ha = Rata-rata hasil belajar PAI siswa yang diajar dengan
pendekatan CTL lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar
mengunakan pendekatan konvensional.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak atau hasil
dari penggunaan model pendekatan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan.
B. Tempat dan Waktu, dan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
Jln.Cireundeu Raya No. 2 Ciputat Kode Pos 15419 Tlp. 021-7401084 pada
bulan Oktober-November 2010.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah quasi
eksperimen (eksperimen semu), yaitu penelitian yang mendekati
percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan Kontrol atau
memanipulasi semua varibel yang relevan.1Metode ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang sebenarnya yang awalnya merupakan sebuah
perkiraan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui dampak atau
hasil dari penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil
belajar PAI siswa dengan cara menerapkan suatu perlakuan terhadap satu
1 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2001), h. 106
40
kelompok eksperimen dan memperbandingkannya dengan satu kelompok
kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent Kontrol group design.Dalam penelitian yang menggunakan
desain ini kelompok eksperimen ataupun kelompok Kontrol tidak dipilih
secara random.2
Table 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Post test
Eksperimen T1 Pendekatan Kontekstual
(CTL) T2
Kontrol T1 Pendekatan Konvensional T2
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.3Sedangkan sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4Adapun populasi
tersebut adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
yang berjumlah 413 siswa.Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sample atau sampel betujuan.
Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
berdasarkan suatu tes yang baik seperti validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda.5
Pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan purposive sample
yaitu sebanyak 10% - 20 % dari populasi yang ada.Sampel yang diambil
terdiri dari dua kelas yaitu sebanyak 80 siswa. Sedangkan sample yang
diambil yaitu kelas VII-2 dan VII-4. Kelas VII-2 yang dijadikan kelas
eksperimen dan kelas VII-4 dijadikan kelas kontrol.
2 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabet 2009),
h. 116 3 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 108 4Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 109
5 Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algresindo: 2001), h. 96-97
41
E. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala bervariasi yang menjadi objek
penelitian yang bervariasi. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variable bebas
(X) adalah penggunaan pembelajaran kontekstual dan adapun yang
menjadi terikat (Y) adalah hasil belajar PAI siswa.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berbentuk tes hasil
belajar yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 40 soal, untuk mengukur
kemampuan kognitf siswa yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi pada pokok bahasan thaharah. Intrumen tes berbentuk pilihan
ganda dengan empat pilihan jawaban A, B, C, dan D.
Pengukuran validitas isi untuk instrumen dilakukan dengan cara
mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada para ahli yakni
dosen pembimbing dan guru bidang studi agama islam. Selanjutnya untuk
melihat validitas internal, dilakukan analisis terhadap hasil uji coba
instrument.Hasil uji coba instrument tes hasil belajar PAI diolah dengan
menggunakan program Anates untuk melihat validitas dari setiap butir
soal secara keseluruhan.
Dari hasil uji coba yang telah dilakukan terhadap 25 orang siswa
kelas VIII SMP N 2 Tangerang Selatan, ternyata diperoleh butir soal yang
diterima dan dapat digunakan dalam penelitian (valid) sebanayak 40 butir,
diantaranya adalah nomor 1, 5, 7, 8, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29,
30, 31, 32, 33,35, 37, 38, 39 dan 40.
42
Tabel 3.2Kisi-kisi Test Hasil Belajar PAI Final
No. Indikator Soal pilihan ganda
Jumlah C1 C2 C3
1.
Menjelaskan pengertian
dan tata cara berwudhu,
tayamum, dan mandi
wajib
1,5 2
2.
Menyebutkan hal-hal
yang menyebabkan
berwudhu, tayamum,
dan mandi wajib
7, 8 2
3.
Mendemonstrasikan
berwudhu, tayamum,
dan mandi wajib
11, 17,
18, 19 20, 21 6
4.
Menjelaskan pengertian
hadas dan najis
22, 23,
26 3
1.5
5.
Menyebutkan macam-
macam hadas dan najis
serta cara
mensucikannya
27,28,
30,31
32,33,
35 29 8
6.
Menjelaskan perbedaan
antara hadas dengan
najis
37,38,
40 39 4
43
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes yaitu
tes hasil belajar siswa.
1. Tahap-Tahap Proses Penelitian
a. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah penyesuaian waktu
belajar disekolah dengan satuan pelajaran dan alokasi
waktu yang telah ditetapkan, juga penyusunan materi yang
diajarkan serta dilakukan pembuatan dan pengujian
instrument.Instumen diuji cobakan kepada siswa yang telah
mempelajari standar kompetensi meteri yang digunakan
dalam penelitian.Sebelum di uji cobakan instrumen
tersebut, instrument di judgment terlebih dahulu oleh
beberapa pakar pendidikan agama Islam.Dalam hal ini
adalah guru-guru pendidikan agama Islam.
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilakukan langsung oleh peneliti di SMP
Negeri 2 Tangerang Selatan yang dimulai dengan
penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) pada kelas VII-
2 (kelas eksperimen) dan dan pendekatan konvensional
pada kelas VII-4 (kelas kontrol).
c. Tahap Penelesaian
Setelah pokok bahasan thaharah selesai diajarkan
pada dua kelas dengan menggunakan pendekatan yang
berbeda, maka kemudian diadakan tes hasil belajar pada
dua kelas tersebut dengan instrument berupa soal pilihan
ganda berjumlah 40 soal.Substansi materi tes berupa materi
pelajaran pendidikan agama Islam SMP pada pokok
bahasan thaharah yang disesuaikan dengan KTSP.
44
2. Analisis Instrumen Penelitian
a. Analisis Validitas Instrumen
Validitas dapat diartikan dengan ketepatan,
kebenaran, keasahihan, atau keabsahan. Sebuah tes
dikatakan telah memiliki validitas apabila tes tersebut
dengan secara tepat, benar, telah dapat mengungkapkan
atau mengukur apa yang seharusnya di ungkapkan atau
diukur lewat tes tersebut.
Validitas merupakan proses yang dilakukan oleh
penulis untuk mengumpulkan data secara empiris guna
mendukung kesimpulan yang dihasilkan oleh skor
instrument. Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila
tes hasil belajar tersebut secara tepat telah dapat mengukur
hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu. Untuk tes cara yang digunakan penulis
untuk mengukur validitas soal adalah rumus point biserial,
dengan rumus sebagai berikut:6
rbis=𝑀𝑃−𝑀1
𝑆𝐷
𝑝
𝑞
Keterangan:
rbis = Koefisien korelasi point biserial yang dianggap
sebagai validitas butir soal
Mp =Skor rata-rata hitung yang dijawab benar
Mt =Skor rata-rata dari skor total
SDt =Standar deviasi skor total
p =Proporsi siswa yang menjawab benar
q = Proporsi siswa yang menjawab salah
6 Anas sudujono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), h. 258
45
b. Analisis Reabilitas Instrumen
Kata “reabilitas” sering diterjemahkan dengan
keajegan atau kemantapan.Suatu alat ukur memiliki
reabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi
yang handal. Untuk menentukan reabiliatas tes penulis
menggunakan rumus yang digunakan oleh Kuder dan
Richardson (KR-20)7:
r11= 𝑛
𝑛−1
𝑆2−Σ𝑝𝑞
𝑆2
Keterangan:
r11 = Reabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawabitem dengan benar
q =Proporsi subjek yang menjawabitem dengan salah
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n =Banyaknya item
S =Standar deviasi dari tes
c. Pengujian Taraf Kesukaran
Tahap kesukaran bertujuan untuk mengetahui
bobot soal, karena butir-butir soal dinyatakan baik apabila
butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula
terlalu mudah. Untuk mengukur taraf kesukaran soal
digunakan rumus:8
P= 𝐵
𝑗𝑁
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu
dengan betul
7 Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 100-
101
8 Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 208
46
JN = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Setelah mendapatkan hasil, maka hasil tersebut
dapat di interpretasikan dengan merujuk pada ketentuan
indeks kesukaran yang diklasifikasikan sebagai berikut:
0,70 - 1,00 = Soal Mudah
0,30 - 0,69 = Soal Sedang
0,00 - 0,29 = Soal Sukar
d. Pengujian Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir
item tes hasil belajar untuk dapat membedakan kemapuan
peserta tes (siswa). Rumus yang digunakan untuk
mengukur daya pembeda pada soal pilihan ganda adalah:9
D=PA – PB=𝐵𝐴
𝐽𝐴 -
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Keterangan:
D : Daya pembeda
BA : Banyaknya siswa kelas atasyang menjawab
benar untuk setiap butir soal
BB: Banyaknya siswa kelas bawahyang menjawab benar
untuk setiap butir soal
JA : Jumlah siswa kelas atas
JB : Jumlah siswa kelas bawah
Kriteria daya pembeda:
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
9Suharsimi.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 213-214
47
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat kenormalan
penyebaran data. Uji normalitas data ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah
Tes Kai Kuadrat.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji normalitas dengan
menggunakan tes kai kuadrat adalah sebagai berikut:10
1) Menentukan kelas interval
2) Menentukan panjang kelas interval
3) Menyusun kedalam table distribusi frekuensi
4) Menghitung ft (frekuensi yang diharapkan)
5) Memasukkan harga-harga ft kedalam table kolom ft, sekaligus
menghitung harga-harga (fo – ft)2dan (fo - ft)
2/ft.
6) Harga (fo - ft)2/ft merupakan harga kai kuadrat yang dihitung.
7) Membandingkan harga kai kuadrat hitung dengan kai kuadrat
table. Jika harga kai kuadrat hitung lebih kecil dari pada kai
kuadrat hitung table maka dinyatakan berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara
dua kelompok yang deteliti. Uji homogenitas yang digunakan
adalah uji F yaitu:
F hitung =𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
10
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 382-389
48
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0, dimana H0
adalah sampel varians yang homogen dengan F hitung<𝐹𝑎 (n1 – 1, n2
– 1).
2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t
Setelah data terkumpul, maka data di uji dengan t-tes untuk
sampel bebas:
a) Jika varians populasi homogen, maka:
to= 𝑥 1−𝑥 2
𝑠𝑔 𝐼
𝑛1+
𝐼
𝑛2
dimana 𝑠𝑔 = 𝑛1− 1 𝑠𝐼2+ 𝑛2− 1 𝑠2
2
𝑛1+ 𝑛2− 2
b) Jika varians populasi heterogen, maka:
thitung= 𝑥 1−𝑥 2
𝑆𝐼2
𝑛1+𝑆2
2
𝑛2
Keterangan:
n1 : Jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2 : Jumlah siswa kelompok padakontrol
𝑥 1 : Mean pada kelompok eksperimen
𝑥 2 :Mean pada kelompok kontrol
𝑆12 : Varians mean pada kelompok eksperimen
𝑆22 :Varians mean pada kelompok Kontrol
Dengan mean sebagai berikut:
𝑥 1 = 𝑥1
𝑛1, untuk kelompok eksperimen
𝑥 1 = 𝑥2
𝑛2, untuk kelompok kontrol
I. Hipotesis Statistik
Dengan bentuk hipotesis statistik sebagai berikut:
𝐻0: 𝜇𝐸 = 𝜇𝐾
𝐻𝑎 :𝜇𝐸 > 𝜇𝐾
49
Keterangan:
𝜇𝐸 = rata-rata hasil belajar PAI yang diajar menggunakan pendekatan
kontekstual (CTL)
𝜇𝐾 = rata-rata hasil belajar PAI yang diajar menggunakan pendekatan
konvensional
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Thitung ≤ ttabel,maka Ha ditolak dan Ho diterima
Thitung > t table, maka Ha diterima dan Ho ditolak
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil
penghitungan akhir serta pembahasan hasil penelitan, sedangkan untuk
perincian data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiran-
lampiran. Data yang didapat dalam penelitian ini berasal dari hasil pretes dan
postes.
A. Profil SMP N 2 Tangerang Selatan Tahun 2010/2011
a. Identitas Sekolah
Nama sekolah : SMP N 2 Kota Tangerang Selatan
NSS : 201280310001
NPSN : 20603125
Akreditasi : A
Alamat : Jl. Cireundeu Raya No. 2, Ciputat Timur
Kode Pos : 15419
Telephone : 021 - 7401084
Faximili : 021 - 7402310
E-mail : [email protected]
Website : www.smpn2tangsel.com
b. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
51
Visi dari SMP Negeri 2 Tangerang Selatan adalah unggul
dalam prestasi santun dalam prilaku.Sedangkan Misinya adalah
menyelenggarakan pembelajaran efektif berwawasan IPTEK
berlandaskan IMTAQ.Dan tujuan dari SMP Negeri 2 Tangerang
Selatan adalah menghasilakan lulusan yang cerdas, kreatif,
kompetitif dan berakhlakul karimah.
c. Data Guru dan Pegawai
Tabel 4.1 Guru dan Pegawai SMP N 2 Tangerang Selatan
L P L+P PNS Non PNS
Guru 17 35 52 52 11
Pegawai 5 5 10 2 8
Pesuruh 4 - 4 - 4
Satpam 3 - 3 - 3
Jumlah 29 40 69 54 26
d. Data Siswa
Tabel 4.2 Data Siswa SMP N 2 Tangerang Selatan
Kelas Rombel L P L + P
VII 10 205 208 413
VII 9 176 184 360
IX 9 171 165 336
Jumlah 28 552 557 1109
B. Deskripsi Data
Penelitian ini berlangsung di SMP N 2 Tangerang selatan seperti
yang telah dikemukakan pada Bab III dengan sampel kelas VII yaitu VII-2
dan VII-4, dimana kelas VII-2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas
VII -4 sebagai kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini yang dilakukan setelah sampel ditentukan
yaitu memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi thaharah
52
yang akan diajarkan dengan dengan menggunakan tes yang berbentuk
pilihan ganda sebanyak 25 butir yang sebelumnya telah di uji validitas,
reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan alternatife 4
jawaban. Setelah didapatkan hasilnya kemuadian masing-masing
kelompok diberi perlakuan yang berbeda.Kelompok eksperimen belajar
dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan kelompok
kontrol tetap seperti biasa guru mengajar yaitu dengan ceramah.Pada saat
pembelajaran mengenai materi thaharah selesai kemudian diberikan postes
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah dikenai perlakuan
yang berbeda.
Berikut ini disajikan data dari dua kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang diambil dari pretes dan postes.
Tabel 4.3 Data nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
No
Subjek
Kelompok
Eksperimen
No
Subjek
Kelompok
Kontrol
Pretes Postes Pretes Postes
1 36 72 1 20 76
2 40 92 2 48 92
3 32 84 3 20 76
4 36 84 4 32 72
5 24 80 5 32 88
6 24 80 6 28 84
7 36 88 7 20 72
8 32 80 8 12 68
9 28 80 9 32 76
10 36 80 10 20 76
11 20 80 11 16 72
12 40 84 12 24 76
13 24 80 13 12 88
53
14 28 96 14 24 76
15 20 84 15 20 80
16 20 76 16 32 76
17 12 68 17 36 76
18 12 80 18 40 76
19 20 88 19 24 76
20 36 80 20 24 80
21 40 80 21 8 64
22 16 80 22 28 76
23 32 76 23 16 80
24 16 80 24 20 76
25 20 84 25 16 80
26 28 76 26 16 72
27 12 84 27 20 72
28 16 80 28 28 76
29 52 92 29 24 76
30 16 72 30 36 76
31 28 80 31 28 80
32 36 84 32 36 76
33 12 84 33 28 92
34 24 80 34 32 84
35 36 80 35 36 80
36 24 80 36 28 72
37 40 84 37 24 76
38 40 96 38 28 72
39 24 84 39 16 76
Rata-rata 27,38 81,85 Rata-rata 25,23 77,23
SD 9,86 5,72 SD 8,41 5,74
54
1. Deskripsi Data Nilai Kelompok Eksperimen
Dari tabel 4.1 dapat diketahui nilai rata-rata skor pretes dan postes
hasil belajar Pendidikan agama islam ada pokok bahasan thaharah , tingkat
pemahaman siswa sebelum pembelajaran 27,38, sedangkan stelah
mengalami proses pembelajaran mengalami peningkatan yang rata-ratanya
81,85. hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa
dapat terlihat secara langsung dari kenaikan rata-rata hasil belajar yang
didapatkan.
Table 4.4 Rekap Hasil Belajar PAI (thaharah) Kelompok Eksperimen
Data Pretes Postes
N 39 39
Rata-rata 27,38 81,85
SD 9,86 5,72
2. Deskripsi Data Nilai Kelompok Kontrol
Dari tabel 4.1 dapat diketahui nilai rata-rata skor pretes dan postes
hasil belajar Pendidikan agama islam ada pokok bahasan thaharah , tingkat
pemahaman siswa sebelum pembelajaran 25,23, sedangkan stelah
mengalami proses pembelajaran mengalami peningkatan yang rata-ratanya
77,23. hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa
dapat terlihat secara langsung dari kenaikan rata-rata hasil belajar yang
didapatkan.
Table 4.5 Rekap Hasil Belajar PAI (thaharah) Kelompok Kontrol
Data Pretes Postes
N 39 39
Rata-rata 25,23 77,23
SD 8,41 5,74
55
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan
dilakukan pengujian prasyarat analisis yang berupa uji normalitas dan
homogenitas untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
berdidtribusi normal atau tidak dan apakah sampel yang digunakan bersifat
homogen atau tidak.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan sebagai uji prasyarat data sebelum
melakukan uji hipotesis statistik. Uji normalitas yaitu untuk
mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak dengan syarat
Kai- Kuadrat hitung lebih kecil dari Kai-Kuadrat tabel maka
sampel yanh digunakan berdistribusi normal, tetapi sebaliknya jika
Kai-Kuadrat hitung lebih besar dari Kai-Kuadrat tabel maka
sampel yang digunakan tidak berdistribusi normal.
a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen
Pada pretes kelompok eksperimen, uji normalitas dilakukan
dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat
dilihat pada lampiran 5.hasil data dapat dilihat pada tabel
4.6berikut ini.
Table 4.6 Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen
N x2
hitung x2
tabel Kesimpulan
39 9,59 11,07
x2
<x2
, sehingga
sampel berdistribusi
normal
b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol
Pada pretes kelompok kontrol, uji normalitas dilakukan
dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat
56
dilihat pada lampiran 5.hasil data dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut ini.
Table 4.7 Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol
N x2
hitung x2
tabel Kesimpulan
39 8,91 11,07
x2
<x2
, sehingga
sampel berdistribusi
normal
c. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
Pada postes kelompok eksperimen, uji normalitas dilakukan
dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat
dilihat pada lampiran 6.hasil data dapat dilihat pada tabel 4.8
dibawah ini.
Table. 4.8 Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
N x2
hitung x2
tabel Kesimpulan
39 7,90 11,07
x2
hitung<x2
tabel,
sehingga sampel
berdistribusi normal
d. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol
Pada postes kelompok kontrol, uji normalitas dilakukan
dengan tes Kai-Kuadrat, berdasarkan perhitungan yang dapat
dilihat pada lampiran 6.hasil data dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut ini.
Table 4.9 Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
N x2
hitung x2
tabel Kesimpulan
39 8,44 11,07 x
2hitung<x
2tabel,
sehingga sampel
57
berdistribusi normal
2. Uji Homogenitas
Pada uji homogenitas pengujian yang dilakukan terhadap
hasil pretes dan postes adalah dengan rumus fisher, syarat dalam
uji homogenitas ini adalah jika fhitung lebih kecil dari f table maka
kedua kelompok dinyatakan homogen, tetapi jika fhitung lebih besar
dari ftabel maka kelompok dinyatakan tidak homogen.
a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Hasil penghitungan uji homogenitas pretes kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan perhitungan yang
terdapat dalam lampiran 7, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10
dibawah ini.
Table. 4.10 Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
fhitung ftabel Keterangan
1,38 1,72
fhitung < ftabel , maka
kedua kelompok
homogen
b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Hasil penghitungan uji homogenitas postes kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan perhitungan yang
terdapat dalam lampiran 8, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9
dibawah ini.
Table 4.11 Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
fhitung ftabel Keterangan
1,26 1,72 fhitung < ftabel , maka kedua
58
kelompok homogen
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Analisis Data
Berdasarkan hasil pretes diketahui hasil rata-rata kelas eksperimen
27,38 dan kelas kontrol 25,23. Sedangkan dari hasil rata-rata postes yang
diberikan, diketahui hasil rata-rata yang didapat kelas eksperimen yaitu
81,85 dan kelas kontrol yaitu 77,23. Dari hasil tersebut diatas dapat
diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual
melalui model pembelajaran berbasis pendekatan proses memiliki
kenaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan siswa yang
hanya diajarkan dengan metode tradisional (ceramah).
Kedua kelas tersebut berada dalam distribusi normal pada uji
normalitas pretes dan postes. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian
prasyarat analisis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang
menyatakan x2
hitung ≤ x2
tabel, dengan nilai x2
tabel pada taraf kepercayaan
95% (α= 0,05) sebesar 11,07. Kelompok eksperimen dan kelompok
kontrolpun bersifat homogeny berdasarkan hasi uji pretes yang
menyatakan x2
hitung ≤ x2tabel, dengan nilai x
2tabel pada taraf 95% (α= 0,05)
sebesar 1,38≤1,72. Dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrolpun
bersifat homogeny berdasarkan hasi uji postes yang menyatakan x2
hitung ≤
x2
tabel, dengan nilai x2
tabel pada taraf 95% (α= 0,05) sebesar1,26≤1,72.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t pada taraf
kepercayaan 95% (α= 0,05). Hasil uji rata-rata pretes dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretes
kelompok eksperimen dan nilai pretes kelompok kontrol, diperoleh nilai
thitung sebesar 1,02 dan nilai ttabel sebesar 1,99. Hasil pengujian yang
diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho
yaitu thitung < ttabel atau 1,02 < 1,99, dengan demikian Ho diterima dan Ha
59
ditolak pada taraf kepercayaan 95%.dan hal ini menunjukkan bahwatidak
terdapat perbedaan yang signfikan antara rata-rata pretes kelompok
eksperimen dan nilai pretes kelompok kontrol.
Tabel 4. 12 Hasil Uji “t” kemampuan awal siswa
Variabel thitung ttabel Kesimpulan
Kemampuan awal
siswa belajar
(kognitif)
1,02 1,99 thitung< ttabel , maka Ho
diterima
Sedangkan pada uji t pada taraf kepercayaan 95% (α= 0,05). Hasil
uji rata-rata postes dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara nilai postes kelompok eksperimen dan nilai postes
kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung sebesar 3,37 dan nilai ttabel sebesar
1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung
berada di daerah penerimaan Ha, yaitu thitung> ttabel atau 3,45> 1,99,
dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf kepercayaan 95%.
Dan hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signfikan antara
rata-rata postes kelompok eksperimen dan nilai postes kelompok kontrol.
Tabel 4.13 Hasil uji “t’ hasil belajar siswa setelah mengalamipembelajaran
(postes)
Variabel thitung ttabel Kesimpulan
Hasil belajar siswa
(kognitif) 3,45 1,99
thitung> ttabel , maka Ho
ditolak
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil nilai rata-rata yang diperoleh, dapat diketahui
bahwa penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) lebih baik dibandingkan
dengan pendekatan tradisional (ceramah).Hal ini dibuktikan dari hasil
postes yang dimana nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari
60
nilai rata-rata kelompok kontrol. Nilai rata-rata kelompok eksperimen
adalah 81,85, sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 77,23.
Tingginya nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen ini
dibandingkan dengan kelompok kontrol membuktikan bahwa siswa lebih
antusias belajar lebih besar bila dibandingkan kelompok kontrol.Karena
pada dasarnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh guru, motivasi,
minat belajar, perhatian, lingkungan belajar, media yang digunakan,
metode yang digunakan, serta masih banyak lagi yang tentunya dipakai
dalam pembelajaran.Semua itu memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Dalam pembelajaran pendidikan agama islam yang
menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) ini, peneliti menyajikan
materi dengan menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, yang artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung dan mendorong siswa untuk menerapkannya
dalam kehidupan. Dengan pendekatan CTL ini diharapkan agar siswa
semangat, perhatian, serta minat belajarnya lebih baik sehingga
pembelajaranpun menjadi lebih efektif.
Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual hasilnya
meningkat dan cukup signifikan dibandingkan dengan menggunakan
pendekatan tradisional. Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan data berupa hasil penelitian pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol terhadap penggunaan pendekakatan kontekstual (CTL)
ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat peneruh yang cukup positif untuk
proses pembelajaran.
61
BAB V
PENUTUP
Dari hasil analis data yang diperoleh, maka didapat kesimpulan dan
diberikan saran-saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada
penggunaan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar PAI
siswa pada pokok bahasan thaharah oleh siswa kelas VII-2 SMP N
2 Tangerang Selatan. Hal ini dinyatakan dari hasil penghitungan uji
hipotesis pada data penelitian dengan dengan diperoleh hasil
bahwa thitung > ttabel atau 3,37 > 1,99.
B. Saran
Bersadarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru
memperhatikan gaya belajar siswa serta lebih kreatif lagi
dalam menggunakan strategi pembelajaran sehingga
pembelajaran akan berjalan efektif
2. Dalam pelitian menggunakan pendekatan kontekstual ini,
peneliti harus lebih mengenal siswa dan pandaui memilihih
materi yang akan digunakan dalam penelitian.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), h. 258
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, Cet. Ke-4
Asep, Asra, dan Laksmi, Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung: UPI Press,
2007, Cet. Ke-1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, Cet.
Ke-9
Drajat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
1995
-------------------,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Johnson, B, Ellaine , Contextual Teaching & Learning: menjadikan kegiatan
belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna, Bandung: Mizan Learning
Center (MLC), 2007
Kesuma, Darma, Contextual Teaching & Learning Sebuah Panduan Awal dalam
Pengembangan PBM, Garut: Rahayasa Reseac & Training, 2010
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar
Baru Algresindo: 2001)
Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, A.G., Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya
Dalam KBK, Malang: Universitas Negeri Malang, 2004
Sabri, Alisuf, Psikolgi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet. Ke-2
Sa’diah, Rika, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Wahana
Kordofa, 2009, Cet. I
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2009
Slamet, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta: Bumi
Aksara, 1991, Cet. I
58
Santrock, John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008
Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2001)
Sudjana, Nana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001, cet. Ke-7
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabet
2009)
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002)
------------, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya
Agung, 1992), Cet. 17
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Eksperimen) ... 59
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelompok Kontrol) .......... 65
Lampiran 3 Rekap Analisi Butir Validitas, Reabilitas, Daya Pembeda, Tingkat
kesukaran ..................................................................................... 71
Lampiran 4. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 72
Lampiran 5. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 73
Lampiran 6. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 74
Lampiran 7. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 78
Lampiran 8 Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Eksprimen ......................... 82
Lampiran 9 Proporsi Jawaban Pretest Kelompok Kontrol .............................. 83
Lampiran 10 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Eksprimen ........................ 84
Lampiran 11 Proporsi Jawaban Postest Kelompok Kontrol ............................. 85
Lampiran 12. Perhitungan Uji t Pretes dan Postes ............................................. 86
Lampiran 13 Lembar Kerja siswa 1 .................................................................. 88
Lampiran 14 Lemabar Kerja Siswa 2................................................................ 89
Lampiran 15 Kisi-Kisi Uji coba Instrumen dan Pemetaan Soal Validasi ......... 90
ix
59
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelompok Eksperimen)
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami ketentuan – ketentuan thaharah
(bersuci)
Kompetensi Dasar : 1.1.Menjelaskan ketentuan –ketentuan
berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Indikator Menjelaskan pengertian dan tata cara
berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan
berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Mendemonstrasikan berwudhu, tayamum,
dan mandi wajib
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit ( 2 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengertian dan tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi
wajib, hal-hal yang menyebabkannya serta mendemonstrasikannya.
Materi Pembelajaran
Pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Hal-hal yang menyebabkan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Demonstrasi berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
60
Tutor sebaya
Demonstrasi
CTL
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Guru memberi salam dan bersama siswa membuka dengan berdoa
Membaca ayat-ayat pendek/ Tadarrus
Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya thaharah terutama
berwudhu, tayamum, dan mandi wajib.
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
Kegiatan Inti
Guru memberikan pertanyaan penuntun kepada siswa dan siap menjawa
semampunya
Siswa mendiskusikan tentang Taharah : Wudhu, Tayamum dan mandi
wajib
Salah satu perwakilan kelompok memprenstsikan hasil diskusinya
Guru menambahkan penjelasan kesimpulan hasil diskusi tentang Taharah :
Whuduh, Tayammum dan mandi wajib
Guru bertanya apakah yang dimaksud dengan Taharah atau bersuci ?
Siswa menjawab pertanyaan guru
Siswa menelaah lebih dalam mengenai berwudhu, tayamum, dan mandi
wajib.
Siswa berlatih mendemonstrasikan mandi wajib dengan metode tutor
sebaya.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam
KD ini. Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
Sumber Belajar
Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira
61
Lembar Kerja Siswa
Mushaf Al-Qur’an
Penilaian
Teknik
Tes tertulis
Bentuk Instrumen
Tes uraian
Instrumen
1. Jelaskan pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
2. Jelaskan cara-cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
3. Jelaskan sebab-sebab berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
4. Apakah hukum berwudhu, tayamum, dan mandi wajib?
5. Jelaskan sunah berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
........................., ................ 20.....
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM ___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008 NIP
62
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelompok Eksperimen)
Sekolah : SMP N 2 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah
(bersuci)
Kompetensi Dasar : 1.2. Menjelaskan perbedaan hadas dan najis
Indikator Menjelaskan pengertian hadas dan najis
Menyebutkan macam-macam hadas dan
najis serta cara mensucikannya
Menjelaskan perbedaan antara hadas dengan
najis
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengertian hadas dan najis, menyebutkan macam-
macamnya dan cara mensucikannya, serta menjelaskan perbedaan antara hadas
dan najis.
Materi Pembelajaran
Pengertian hadas dan najis
Macam-macam hadas dan cara mensucikannya
Macam-macam najis dan cara mensucikannya
Perbedaan antara hadas dengan najis
Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Ceramah
63
Diskusi
Penugasan
CTL
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Guru memberi salam dan bersama siswa membuka dengan berdoa
Membaca ayat-ayat pendek/ Tadarrus
Apersepsi
Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya bersuci.
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan tentang hadas dan najis, pembagiannya serta cara
mensucikannya.
Siswa berdiskusi untuk mencari perbedaan antara hadas dan najis.
Siswa melaporkan hasilnya.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam
KD ini. Bermanfaat atau tidak? Menyenangkan atau tidak?
Sumber Belajar
Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira
LKS
Penilaian
Teknik:
Tes tertulis
Bentuk Instrumen:
Tes uraian
64
Instrumen:
1. Jelaskan pengertian hadas!
2. Jelaskan pengertian najis!
3. Sebutkan pembagian hadas!
4. Sebutkan pembagian najis!
5. Bagaimana cara menghilangkan hadas kecil?
........................., ................ 20.....
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM ___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008 NIP
65
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelompok Kontrol)
Sekolah : SMP N 2 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami ketentuan – ketentuan thaharah
(bersuci)
Kompetensi Dasar : 1.2.Menjelaskan ketentuan –ketentuan
berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Indikator Menjelaskan pengertian dan tata cara
berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan
berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Mendemonstrasikan berwudhu, tayamum,
dan mandi wajib
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit ( 2 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengertian dan tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi
wajib, hal-hal yang menyebabkannya serta mendemonstrasikannya.
Materi Pembelajaran
Pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Hal-hal yang menyebabkan berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Tata cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
Demonstrasi berwudhu, tayamum, dan mandi wajib
66
Metode Pembelajaran:
Ceramah
Hapalan
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan :
Guru memberi salamdan bersama siswa membuka dengan berdoa
Membaca ayat-ayat pendek/ tadarus
Kegiatan Inti:
Guru menjelaskan pengertian dan hal-hal yang menyebabkan wudhu,
tayamum, dan mandi wajib
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai wudhu, tayamum,
dan mandi wajib
Siswa menjawab pertanyaan guru
Siswa menghafal niat wudhu, tayamum, dan mandi wajib
Siswa mengerjakan lembar kerja
Kegiata Akhir
Refleksi :
Diharapkan siswa mampu mengerti, memahami dan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan Taharah : Whudu, dan Tayammum serta mengamalkan
dengan benar sebelum melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari
Sumber Belajar
Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira
Lembar Kerja Siswa
Mushaf Al-Qur’an
67
Penilaian
Teknik
Tes tertulis
Bentuk Instrumen
Tes uraian
Instrumen
1. Jelaskan pengertian berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
2. Jelaskan cara-cara berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
3. Jelaskan sebab-sebab berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
4. Apakah hukum berwudhu, tayamum, dan mandi wajib?
5. Jelaskan sunah berwudhu, tayamum, dan mandi wajib!
........................., ................ 20.....
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM ___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008 NIP
68
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelompok Kontrol)
Sekolah : SMP N 2 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas /Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah
(bersuci)
Kompetensi Dasar : 1.2. Menjelaskan perbedaan hadas dan najis
Indikator Menjelaskan pengertian hadas dan najis
Menyebutkan macam-macam hadas dan
najis serta cara mensucikannya
Menjelaskan perbedaan antara hadas dengan
najis
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengertian hadas dan najis, menyebutkan macam-
macamnya dan cara mensucikannya, serta menjelaskan perbedaan antara hadas
dan najis.
Materi Pembelajaran
Pengertian hadas dan najis
Macam-macam hadas dan cara mensucikannya
Macam-macam najis dan cara mensucikannya
Perbedaan antara hadas dengan najis
Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Ceramah
69
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal :
Guru memberi salamdan bersama siswa membuka dengan berdoa
Membaca ayat-ayat pendek/ Tadarrus
Mereview pelajaran terakhir yang telah diberikan
Kegiatan Inti:
Guru menjelaskan pengertian hadas dan najis
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai hadas dan najis
Siswa menjawab pertanyaan guru
Siswa mengerjakan lembar kerja
Kegiatan Akhir:
Refleksi :
Diharapkan siswa mampu mengerti, memahami dan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan Hadas dan Najis, ketentuan serta dapat dapat diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari
Sumber Belajar
Buku Agama Islam , untuk SMP Kelas VII, Penuntun Akhlaq, Yudistira
Al-Qur’an dan Terjemahan
LKS
Penilaian
Teknik:
Tes tertulis
Bentuk Instrumen:
Tes uraian
70
Instrumen:
1. Jelaskan pengertian hadas!
2. Jelaskan pengertian najis!
3. Sebutkan pembagian hadas!
4. Sebutkan pembagian najis!
5. Bagaimana cara menghilangkan hadas kecil?
........................., ................ 20.....
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel PAI
Alan Suherlan, S.Pd. MM ___________________
NIP. 19621205 1988403 1 008 NIP
76
Lampiran 3. REKAPITULASI VALIDITAS,REABILITAS, DAYA PEMBEDA, TINGKAT KESUKARAN
REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 25.36 Simpang Baku= 5.93 KorelasiXY= 0.58 Reliabilitas Tes= 0.74 Butir Soal= 40 Jumlah Subyek= 25 Nama berkas: G:\VITRIA ALVIANI.ANA Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 57.14 Mudah 0.514 Sangat Signifikan 2 2 -14.29 Mudah -0.268 - 3 3 14.29 Sukar 0.271 - 4 4 0.00 Mudah 0.014 - 5 5 42.86 Mudah 0.309 Signifikan 6 6 14.29 Mudah 0.180 - 7 7 57.14 Mudah 0.345 Signifikan 8 8 57.14 Sedang 0.426 Sangat Signifikan 9 9 14.29 Sangat Mudah 0.108 - 10 10 0.00 Mudah 0.207 - 11 11 42.86 Sedang 0.402 Sangat Signifikan 12 12 28.57 Sedang 0.101 - 13 13 14.29 Sedang 0.230 - 14 14 28.57 Sedang 0.264 - 15 15 14.29 Sedang 0.277 - 16 16 14.29 Sedang 0.132 - 17 17 71.43 Sedang 0.430 Sangat Signifikan 18 18 57.14 Mudah 0.615 Sangat Signifikan 19 19 42.86 Sangat Mudah 0.595 Sangat Signifikan 20 20 57.14 Mudah 0.685 Sangat Signifikan 21 21 57.14 Sedang 0.377 Signifikan 22 22 42.86 Sedang 0.434 Sangat Signifikan 23 23 28.57 Sedang 0.308 Signifikan 24 24 14.29 Sedang 0.249 - 25 25 14.29 Sukar 0.126 - 26 26 28.57 Sedang 0.320 Signifikan 27 27 57.14 Sedang 0.534 Sangat Signifikan 28 28 57.14 Sedang 0.520 Sangat Signifikan 29 29 57.14 Mudah 0.722 Sangat Signifikan 30 30 42.86 Sangat Mudah 0.722 Sangat Signifikan 31 31 42.86 Sangat Mudah 0.553 Sangat Signifikan 32 32 42.86 Sangat Mudah 0.447 Sangat Signifikan 33 33 85.71 Sedang 0.624 Sangat Signifikan 34 34 0.00 Sedang -0.087 - 35 35 42.86 Sedang 0.308 Signifikan 36 36 0.00 Sukar 0.038 - 37 37 57.14 Mudah 0.496 Sangat Signifikan 38 38 28.57 Mudah 0.421 Sangat Signifikan 39 39 28.57 Sukar 0.330 Signifikan 40 40 28.57 Sangat Mudah 0.447 Sangat Signifikan
72
Lampiran 4. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
a. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen
Interval Nilai fo ft fo - ft (fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
12 – 18 4 1 3 9 9,00
19 – 25 6 5 1 1 0,20
26 – 32 12 13 -1 1 0,08
33 – 39 11 13 -2 4 0,31
40 – 46 5 5 0 0 0
47 – 53 1 1 0 0 0
Jumlah 39 38 9,59
thitung = 9,59
ttabel = 11,07
thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal
b. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol
Interval Nilai fo ft fo - ft (fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
8 – 14 3 1 2 4 4,00
15 – 21 2 5 -3 9 1,80
22 – 28 17 13 4 16 1,23
29 – 35 14 13 1 1 1,08
36 – 42 2 5 -3 9 1,80
43 – 49 1 1 0 0 0
Jumlah 39 38 1 8,91
thitung = 8,91
ttabel = 11,07
thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal
73
Lampiran 5. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
a. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
Interval Nilai fo ft fo - ft (fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
68 – 72 3 1 2 4 4,00
73 – 77 3 5 -2 4 0,80
78 – 82 17 13 4 16 1,23
83 – 87 10 13 -3 9 0,67
88 – 92 4 5 -1 1 0,20
93 – 97 2 1 1 1 1,00
Jumlah 39 38 1 7,90
thitung = 7,90
ttabel = 11,07
thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal
b. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol
Interval Nilai fo ft fo - ft (fo - ft)2
(fo - ft)2 / ft
64 – 69 2 1 1 1 1,00
70 – 74 7 5 2 4 0,80
75 – 79 18 13 5 25 1,92
80 – 84 8 13 -5 25 1,92
85 – 89 2 5 -3 9 1,80
90 – 94 2 1 1 1 1,00
Jumlah 39 38 1 8,44
thitung = 8,44
ttabel = 11,07
thitung < ttabel , sehingga sampel berdistribusi normal
74
Lampiran 6. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen
No. Xi (Xi – X) (Xi – X)2
1 36 8,7 75,69
2 40 12,62 159,26
3 32 4,62 21,34
4 36 8,7 75,69
5 24 -3,38 11,42
6 24 -3,38 11,42
7 36 8,7 75,69
8 32 4,62 21,34
9 28 0,62 0,38
10 36 8,7 75,69
11 20 -7,38 54,46
12 40 12,62 159,26
13 24 -3,38 11,42
14 28 0,62 0,38
15 20 -7,38 54,46
16 20 -7,38 54,46
17 12 -15,38 236,54
18 12 -15,38 236,54
19 20 -7,38 54,46
20 36 8,7 75,69
21 40 12,62 159,26
22 16 -11,38 129,50
23 32 4,62 21,34
24 16 -11,38 129,50
25 20 -7,38 54,46
26 28 0,62 0,38
75
27 12 -15,38 236,54
28 16 -11,38 129,50
29 52 24,62 606,14
30 16 -11,38 129,50
31 28 0,62 0,38
32 36 8,7 75,69
33 12 -15,38 236,54
34 24 -3,38 11,42
35 36 8,7 75,69
36 24 -3,38 11,42
37 40 12,62 159,26
38 40 12,62 159,26
39 24 -3,38 11,42
Jumlah 1068 3802,79
Rata-rata 27,38
S2 = 3802 / 38
= 100,07
76
b. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Kontrol
No. Xi (Xi – X) (Xi – X)2
1 20 -5, 23 27,35
2 48 22,77 518,47
3 20 -5, 23 27,35
4 32 6,77 45,83
5 32 6,77 45,83
6 28 2,77 7,67
7 20 -5, 23 27,35
8 12 -13,23 175,03
9 32 6,77 45,83
10 20 -5, 23 27,35
11 16 -9,23 85,19
12 24 -1,23 1,51
13 12 -13,23 175,03
14 24 -1,23 1,51
15 20 -5, 23 27,35
16 32 6,77 45,83
17 36 10,77 115,99
18 40 14,77 218,15
19 24 -1,23 1,51
20 24 -1,23 1,51
21 8 -17,23 296,87
22 28 2,77 7,67
23 16 -9,23 85,19
24 20 -5, 23 27,35
25 16 -9,23 85,19
26 16 -9,23 85,19
27 20 -5, 23 27,35
77
28 28 2,77 7,67
29 24 -1,23 1,51
30 36 10,77 115,99
31 28 2,77 7,67
32 36 10,77 115,99
33 28 2,77 7,67
34 32 6,77 45,83
35 36 10,77 115,99
36 28 2,77 7,67
37 24 -1,23 1,51
38 28 2,77 7,67
39 16 -9,23 85,19
Jumlah 984 2756,98
Rata-rata 25,23
S2
= 2756,98 / 38 = 72,55
F = Varian terbesar / Varian terkecil
= 100,07 / 72,55 = 1,38
ftabel = f (α, 0,05) db1, db2
db1 = 39-1 = 38
db2 = 39-1 = 38
ftabel = 1,72
fhitung < ftabel, maka kedua kelompok homogen
78
Lampiran 7. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol
a. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen
No. Xi (Xi – X) (Xi – X)2
1 72 -9,33 87,05
2 92 10,67 113,85
3 84 2,67 7,12
4 84 2,67 7,12
5 80 -1,33 1,77
6 80 -1,33 1,77
7 88 6,67 44,49
8 80 -1,33 1,77
9 80 -1,33 1,77
10 80 -1,33 1,77
11 80 -1,33 1,77
12 84 2,67 7,12
13 80 -1,33 1,77
14 96 14,67 215,21
15 84 2,67 7,12
16 76 -5,33 28,41
17 68 -13,33 177,69
18 80 -1,33 1,77
19 88 6,67 44,49
20 80 -1,33 1,77
21 80 -1,33 1,77
22 80 -1,33 1,77
23 76 -5,33 28,41
24 80 -1,33 1,77
25 84 2,67 7,12
26 76 -5,33 28,41
79
27 84 2,67 7,12
28 80 -1,33 1,77
29 92 10,67 113,85
30 72 -9,33 87,05
31 80 -1,33 1,77
32 84 2,67 7,12
33 84 2,67 7,12
34 80 -1,33 1,77
35 80 -1,33 1,77
36 80 -1,33 1,77
37 84 2,67 7,12
38 96 14,67 215,21
39 84 2,67 7,12
Jumlah 3192 1485,42
Rata-rata 81,85
S2
= 1485,42 / 38
= 39,09
80
b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Kontrol
No. Xi (Xi – X) (Xi – X)2
1 76 -1,23 1,51
2 92 14,77 218,15
3 76 -1,23 1,51
4 72 -5,23 27,35
5 88 10,77 115,99
6 84 6,77 45,83
7 72 -5,23 27,35
8 68 -9,23 85,19
9 76 -1,23 1,51
10 76 -1,23 1,51
11 72 -5,23 27,35
12 76 -1,23 1,51
13 88 10,77 115,99
14 76 -1,23 1,51
15 80 2,77 7,67
16 76 -1,23 1,51
17 76 -1,23 1,51
18 76 -1,23 1,51
19 76 -1,23 1,51
20 80 2,77 7,67
21 64 -13,23 175,03
22 76 -1,23 1,51
23 80 2,77 7,67
24 76 -1,23 1,51
25 80 2,77 7,67
26 72 -5,23 27,35
27 72 -5,23 27,35
81
28 76 -1,23 1,51
29 76 -1,23 1,51
30 76 -1,23 1,51
31 80 2,77 7,67
32 76 -1,23 1,51
33 92 14,77 218,15
34 84 6,77 45,83
35 80 2,77 7,67
36 72 -5,23 27,35
37 76 -1,23 1,51
38 72 -5,23 27,35
39 76 -1,23 1,51
Jumlah 3012 1183,05
Rata-rata 77,23
S2 = 1183,05 / 38 = 31,13
F = Varian terbesar / Varian terkecil
= 39,09 / 31,13= 1,26
ftabel = f (α, 0,05) db1, db2
db1 = 39-1 = 38
db2 = 39-1 = 38
ftabel = 1,72
fhitung < ftabel, maka kedua kelompok homogen
86
Lampiran 12. Perhitungan Uji t Pretes dan Postes
a. Uji Pretes kelompok eksperimen dan kontrol
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak
Jika thitung < tabel maka Ho diterima
𝑡0 =x 1 − x 2
𝑆2 𝑔𝑎𝑏. (1𝑛1
+1𝑛2
)
𝑆2 𝑔𝑎𝑏 = (𝑛
1− 1)𝑆1
2 + (𝑛2− 1)𝑆2
2
𝑛1 + 𝑛2 − 2
= 39 − 1 100,07 + 39,1 72,5
39 + 39 − 2
=3802,66 + 2756,9
76
=6559,56
76
= 86,31
𝑡0 =27,38 − 25,23
86,31 (1
39+
139)
=2,15
4,43
=2,15
2,10
= 1,02
87
b. Uji Postes kelompok eksperimen dan kontrol
𝑡0 =x 1 − x 2
𝑆2 𝑔𝑎𝑏. (1𝑛1
+1𝑛2
)
𝑆2 𝑔𝑎𝑏 = (𝑛
1− 1)𝑆1
2 + (𝑛2− 1)𝑆2
2
𝑛1 + 𝑛2 − 2
= 39−1 39,09+ 39,1 31,13
39+39−2
=485,42 + 1182,94
76
=2668,36
76
= 35,11
𝑡0 =81,85 − 77,23
35,83 (1
39 +1
39)
=4,62
1,80
=4,62
1,34
= 3,45
88
Lampiran 13 Lembar Kerja siswa 1
Carilah 8 jawaban dari pertanyaan pada kotak berikut dengan cara diarsir!
Z S D R T Y J K L N
W T U J U H D H M G
Q R V T E R T I B W
Z H A I D H M B T S
C B E R S I H J M K
M U G H A A Z H A H
V R Y W U D H U N B
Q W R B T Y P L D N
W H E M U S A F I R
Q D S Y X Z F D V M
Pertanyaan:
1. Air wudhu menurut bahasa
2. Salah satu alat bersuci selain air
3. Contoh najisnya air liur anjing
4. Rukun wudhu yang terakhir
5. Cara membersihkan hadas kecil
6. Cara bersuci dari hadas besar
7. Salah satu sebab mandi wajib
8. Salah satu sebab tayamum
89
Lampiran 14 Lembar Kerja Siswa 2
Lengkapilah huruf-huruf dibawah pernyataan sehingga menjadi kalimat jawaban
dari pernyataan!
1. Salah satu contoh air suci yang menyucikan
a
2. Hukum melaksanakan wudhu
a
3. Syarat debu yang dapat digunakan untuk tayamum
i
4. Hukum membaca basmalah sebelum wudhu
a
5. Salah satu sebab orang mandi wajib
a
Jawaban:
1. Air laut
2. Wajib
3. Suci
4. Haid
Lampiran 15. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen dan Pemetaan Soal Validasi
Mata pelajaran : PAI
Jumlah Soal : 40 Butir
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami Ketentuan-ketentuan Thaharah (bersuci)
Kompetensi dasar Indikator Butir Soal Jawaban Jenjang Status
1. Menjelaskan
ketentuan –
ketentuan
berwudhu,
tayamum, dan
mandi wajib
Menjelaskan
pengertian dan tata
cara berwudhu,
tayamum, dan
mandi wajib
1. Dalam agama islam yang membahasa tata cara bersuci
dikenal dengan istilah….
A. Thaharah C. Tayamum
B. Wudhu D. Shalat
2. Tayamum dilakukan sebagai pengganti....
A. Shalat C. Mandi wajib
B. Istinja D. wudhu
3. Dalil yang menunjukkan supaya kita menjaga
kebersihan (bersuci) adalah….
A. Al-Mu’minun ayat 1-4 C. Al-Imran ayat 1-5
B. Al-Baqarah ayat 5-9 D. Al-Mudatsir ayat 4-5
4. Arti mandi menurut bahasa adalah...
A
D
D
C1
C1
C1
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
95
Menyebutkan hal-
hal yang
menyebabkan
berwudhu,
tayamum, dan
mandi wajib
A. Mengalirkan air pada tubuh
B. Mengalirkan air pada tubuh dengan niat
C. Mengalirkan air pada tubuh dalam suatu waktu
D. Mengalirkan air keseluruh tubuh pada waktu
tertentu
5. Perintah berwudhu terdapat dalam al-Qur’an surat….
A. Al-Imran ayat 5 C.Al-Baqarah ayat 7
B. Al-Maidah ayat 6 D. An-Nisa ayat 8
6. Seseorang dalam keadaan sakit parah dan jika kena air
penyakitnya akan bertambah parah, maka sebelum
mengerjakan ibadah salah ia harus.....
A. Istinja C. Mandi
B. Wudhu D. Tayamum
7. Kotoran yang wajib dihilangkan dan dibersihkan karena
mengahalangi sahnya shalat disebut….
A. Istinja C. Najis
B
B
D
B
C1
C1
C2
C2
Tidak
Valid
Valid
Tidak
Valid
Valid
96
Mendemonstrasika
n berwudhu,
tayamum, dan
B. Bersuci D. Debu
8. Seorang ibu setelah selesai nifasnya bila akan
mengerjakan shalat maka ia harus....
A. Wudhu C. Tayamum
B. Mandi wajib D. Istinja
9. Salah satu sebab mandi wajib adalah darah yang keluar
dari rahim wanita setelah selesai melahirkan yang
disebut dengan....
A. Nifas C. Haid
B. Meninggal D. Istihadhah
10. Seseorang dalam keadaan hadas kecil dan akan
mengerjakan ibadah shalat, maka yang dilakukannya
adalah….
A. Mandi C. Wudhu
B. Mandi, Wudhu D.Mandi,wudhu,tayamum
11. Alat-alat dibawah ini yang tidak dapat digunakan untuk
bersuci adalah…
A
C
C
C2
C1
C2
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
97
mandi wajib
A. Plastik C. Daun
B. Air D. Tanah
12. Salah satu yang termasuk rukun wudhu adalah….
A. Berkumur-kumur C. Membasuh telapak tangan
B. Membasuh muka D. Mengusap Telinga
13. Membaca basmalah sebelum mandi hukumnya....
A. Sunah C. Mubah
B. Wajib D. Haram
14. Berikut ini yang termasuk syarat wudhu adalah….
A. Islam C. Baligh
B. Tidak berhadas besar D. Mumayyiz
15. Salah satu yang tidak disunnakan ketika berwudhu
adalah....
A. Mengeringkan bekas air wudhu
B. Membaca doa setelah wudhu
C. Membaca basmalah sebelum berwudhu
A
B
A
A
A
C1
C1
C1
C1
C2
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
Tidak
98
D. Membasuh kedua telapak tangan
16. Firman Allah swt. Tersebut
menjelaskan bahwa seseorang yang berwudhu
wajib….
A. Berkumur-kumur
B. Membasuh kedua tangan
C. Membasuh kaki sampai mata kaki
D. Mengusap sebagian dari kepala
17. Telah masuk waktu shalat merupakan….
A. Sunnah tayamum C. Rukun tayamum
B. Syarat tayamum D. Sebab tayamum
18. Alat yang dapat digunakan untuk bertayamum
adalah….
A. Tanah yang berlumpur C. Debu yang suci
B. Batu D. Air
C
D
C
C1
C1
C2
Valid
Tidak
Valid
Valid
Valid
99
19. Apabila telah selesai tayamum, sedangkan waktu
shalat belum habis, kemudian ada air, maka
tayamumnya adalah….
A. Tidak batal C. Tidak perlu diulang
B. Batal D. Perlu diulang
20. Cara melakukan tayamum yang benar adalah….
A. Mengusap muka dan kaki dengan debu yang suci
B. Berkumur-kumur, mengusap muka dan tangan
dengan debu
C. Niat, mengusap muka dan kedua tangan dengan
debu yang suci
D. Niat, mengusap tangan dan kaki dengan debu yang
suci
21. Fungsi utama melakukan wudhu yaitu....
A. Membersihkan badan
B. Mensucikan hadats kecil
C. Mensucikan badan
D. Mensucikan hadats kecil dan hadats besar
C
C
C1
C3
Valid
Valid
100
B C3
Valid
2. Menjelaskan
perbedaan hadas dan
najis
Menjelaskan
pengertian hadas
dan najis
22. Najis mutawassitah yang kelihatan wujud, warna, dan
baunya disebut najis….
A. Mukhafafah C. Hukmiyah
B. ‘Ainiyah D. Mughadzoh
23. Hadas terbagi menjadi....
A. 2 C. 4
B. 3 D. 5
24. Suatu keadaan seseorang yang jika akan mengerjakan
ibadah seperti shalat harus berwudhu terlebih dahulu,
hal tersebut menandakan orang tersebut dalam
keadaan...
A. Hadas besar C. Najis
B. Hadas kecil D. Wiladah
25. Yang dimaksud dengan hadas besar yaitu
A. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus
mandi wajib ketika akan melakukan ibadah seperti
B
A
B
A
C1
C1
C2
C1
Valid
Valid
Tidak
Valid
Tidak
Valid
10
1
Menyebutkan
macam-macam
hadas dan najis
serta cara
mensucikannya
shalat
B. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus
tayamum ketika akan melakukan ibadah seperti
shalat
C. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus
berwudhu ketika akan melakukan ibadah seperti
shalat
D. Suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus
istinja ketika akan melakukan ibadah seperti
shalat
26. Air kencing orang dewasa yang sudah kering termasuk
kedalam najis....
A. Mugholadzoh C. Mutawasitah ainiyah
B. Mukhaffah D. Mtawasitah hukmiyah
27. Najis mukahfafah artinya....
A. Berat C. Ringan
B. Pertengahan D. Sedang
28. Najis terbagi menjadi....
A. 2 C. 4
B. 3 D. 5
29. Cara membersihkan najis mugholadzoh adalah….
D
C
B
A
C1
C1
C1
C3
Valid
Valid
Valid
Valid
10
2
A. Di cuci 7x dan salah satunya dicampur dengan debu
B. Dicuci dan dibasuh sampai hilang warna, bau, dan
rasanya
C. Mengalirkan air pada benda yang terkena najis
D. Cukup memercikkan air pada benda yang terkena
najis
30. Dibawah ini salah satu yang tidak termasuk syarat
mandi wajib adalah….
A. Tidak adanya penghalang air ke kulit
B. Islam
C. Niat
D. Mumayyiz
31. Berikut ini yang tidak termasuk hadas besar yaitu….
A. Haid C. Nifas
B. Buang air besar D. Keluar air mani
32. Najisnya anjing dan babi merupakan salah satu contoh
C
B
C1
C1
Valid
Valid
10
3
najis...
A. Mugholadzoh C. Mutawasitah ainiyah
B. Mukhaffah D. Mtawasitah hukmiyah
33. Air kencing bayi laki-laki yang belum makan sesuatu
kecuali ASI, tergolong kedalam najis....
A. Najis Mukhafafah C. Najis ‘Ainiyah
B. Najis mutawassithah D.Najis Mughaldzoh
34. Pasangan suami istri yang telah selesai melakukan
hubungan badan, bila akan mengerjakan ibadah shalat
maka terlebih dahulu harus bersuci dengan cara….
A. Menghilangkan najis yang ada pada badan
kemudian membaca niat mandi besar yang
dilanjutkan dengan meratakan air keseluruh tubuh
B. Membaca niat mandi besar yang dilanjutkan dengan
menghilangkan najis yang ada pada badan
kemudian meratakan air ke seleruh tubuh
C. Menghilangkan najis yang ada pada badan
dialnjutkan dengan meratakan air keseluruh tubuh
kemudian membaca niat mandi besar
A
A
D
C2
C2
C3
Valid
Valid
Tidak
Valid
104
Menjelaskan
perbedaan antara
hadas dengan najis
D. Membaca niat mandi besar yang dilanjutkan dengan
meratakan air keseluruh tubuh kemudian
menghilangkan najis yang ada pada badan
35. Dibawah ini benda yang termasuk najis yaitu….
A. Bangkai Ikan C. Bangkai
B. Bangkai belalang D. Hati
36. Kotoran anjing hewan merupakan....
A. Hadats kecil C. Najis mugholadzoh
B. Hadats besar D. Najis mutawsithah
37. Salah satu sebab mandi wajib
sesuai dengan ayat disamping adalah….
A. Nifas C. Junub
B. Meninggal D. Haid
38. Jika seseorang telah selesai haidnya maka yang
dilakukannya adalah mandi wajib karena haid
merupakan....
C
C
C
B
C2
C2
C1
C1
Valid
Tidak
Valid
Valid
Valid
10
5
A. Hadas kecil C. Najis mughaladzah
B. Hadas besar D. Najis mukhafafah
39. Apabila seseorang bangun tidur dan akan mengerjakan
salat, maka yang wajib dilakukannya adalah….
A. Mengambil air suci, niat, membasuh kedua telapak
tangan, berkumur, membasuh muka, kedua tangan,
kedua telinga, kedua kaki
B. Mengambil air suci, berkumur, membasuh muka,
kedua tangan, kedua telinga, kedua kaki
C. Mengambil air suci kemudian membasuh muka,
sebagian tangan, dan mengusap sebagian kepala
dan kakinya
D. Mengambil air suci, niat, kemudian membasuh
muka dan kedua tangannya sampai siku, mengusap
sebagian kepala serta membasuh kedua kakinya
sampai mata kaki.
40. Mandi wajib dilakukan dalam rangka
menghilangkan….
D
C3
Valid
10
6
C. Hadats kecil C. Najis mugholadzoh
D. Hadats besar D. Tayamum
D
C1 Valid
10
7