32
SISIPAN BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X Volume 5, Nomor 1, Januari 2004 Halaman: i-xxxii Abstrak Konggres dan Seminar Nasional Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI) Universitas Sebelas Maret Surakarta, 19-20 Desember 2003 Biodiversitas Oral BO-01 Tipe Spora Lumut Marchantiales Spore types of Liverworth (Marchantiales) Heri Sujadmiko Laboratory of Plant Taxonomy, Faculty of Biology, Gadjah Mada University, Jl. Sekip Utara, Yogyakarta 55281. Tel. +62-274- 902262, 563942 ABSTRAK. Penelitian mengenai spora lumut telah dilakukan dengan tujuan mempelajari morfologi spora untuk menentukan tipe spora anggota Marchantiales. Spora berbagai jenis lumut anggota Marchantiales sebagai bahan penelitian diperoleh dari Lereng Gunung Merapi dan hasil penelitian Nath & Asthana (1992) dari Pegunungan Himalaya. Data sifat dan ciri morfologi spora yang dipelajari untuk menentukan tipe spora adalah meliputi: bentuk, ukuran, simetri, apertura, perispora dan ornamentasi spora. Hasil pengamatan 10 jenis lumut anggota Marchantiales mempunyai tipe spora dengan sifat dan ciri: Bentuk spora oblat, subsperoidal & prolat; Spora berukuran kecil sampai sangat besar; Simetri spora dari asimetri sampai simetri radial & bilateral, Perispora ada/tidak ada; Ornamentasi striat, retikulat & granulat. Kata kunci: tipe spora, Marchantiales. BO-02 Keanekaragaman Sonneratia spp. di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah Berdasarkan pola Pita Isozim. Isozymic diversity of Sonneratia spp. in northern and southern coast of Java. Ahmad Dwi Setyawan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected] ABSTRACT. Sonneratia spp. was genetically unique genera. They had some members in Java, especially Sonneratia alba and S. caseolaris. This species have ability to cross reproduction, and produce fertile hybrid, although the fertility is lower than the parent, so they hard to differ morphologically. This research had been done in 6 sites (populations) of the southern and northern coast of Java, i.e. Bogowonto estuary, Kulonprogo (1 pop.), Segara Anakan, Cilacap (2 pops), coast of Pasar Bangi, Rembang (1pop), Juwana estuary, Pati (1 pop), and Canal Wulan estuary, Demak (1 pop). The research indicated that S. alba was more dominant, but there were some confused in morphological character, that may be caused by hybridization. Isozymic analyses on peroxidase and esterase marker to 60 individuals (10 per population) had been no differing in isozymic band significantly. They have similarity index value more than 60%. It indicated, that they tend to same species than separate it. Keywords: isozyme, diversity, Sonneratia, northern and southern coast of Java. BO-03 Keanekaragaman Tanaman Pekarangan di Kota Tomohon, Sulawesi Utara Homegarden plants diversity at City of Tomohon, North Sulawesi Dintje F. Pendong 1 , Arrijani 1,2, 1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Manado, Tondano 95187 2 Mahasiswa Program Doktor, Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. ABSTRACT. Homegarden (pekarangan) is one of ecosystem types becomes more and more important for support biodiversity in Indonesia because the yard is 4,5 million hectare or more 27% from total farmland in Indonesia (data at 1980). This research had been done to obtain data on the number of the plants species in the pekarangan. This is a descriptive research using survey method at Kota Tomohon city regency of Minahasa North Sulawesi. There are 3 stratum of crop based on high i.e. stratum 1 < 1 m, stratum 2 between 1-3 m and stratum 3 > 3 m. The research findings showed that the plants community in the pekarangan has a low value of species diversity index (Brillouin’s index) when calculated to the number of species and the varieties of the plants. From the environmental quality, the plants species diversity index value is moderate. The Pekarangan plants are dominated by the varieties of decorating plants (59,9%), while the rests are fruit trees (16,5%), various medicinal plants (11,8%), vegetables (9,3%), and shade (2,5%).

Abstrak - Biodiversitas

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Abstrak - Biodiversitas

S I S I P A N B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033XVolume 5, Nomor 1, Januari 2004Halaman: i-xxxii

AbstrakKonggres dan Seminar Nasional

Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI)Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 19-20 Desember 2003

Biodiversitas Oral

BO-01Tipe Spora Lumut Marchantiales

Spore types of Liverworth (Marchantiales)

Heri Sujadmiko

Laboratory of Plant Taxonomy, Faculty of Biology, Gadjah MadaUniversity, Jl. Sekip Utara, Yogyakarta 55281. Tel. +62-274-902262, 563942

ABSTRAK. Penelitian mengenai spora lumut telahdilakukan dengan tujuan mempelajari morfologi spora untukmenentukan tipe spora anggota Marchantiales. Sporaberbagai jenis lumut anggota Marchantiales sebagai bahanpenelitian diperoleh dari Lereng Gunung Merapi dan hasilpenelitian Nath & Asthana (1992) dari PegununganHimalaya. Data sifat dan ciri morfologi spora yang dipelajariuntuk menentukan tipe spora adalah meliputi: bentuk,ukuran, simetri, apertura, perispora dan ornamentasi spora.Hasil pengamatan 10 jenis lumut anggota Marchantialesmempunyai tipe spora dengan sifat dan ciri: Bentuk sporaoblat, subsperoidal & prolat; Spora berukuran kecil sampaisangat besar; Simetri spora dari asimetri sampai simetriradial & bilateral, Perispora ada/tidak ada; Ornamentasistriat, retikulat & granulat.

Kata kunci: tipe spora, Marchantiales.

BO-02Keanekaragaman Sonneratia spp. di Pantai Utaradan Selatan Jawa Tengah Berdasarkan pola PitaIsozim.

Isozymic diversity of Sonneratia spp. in northern andsouthern coast of Java.

Ahmad Dwi SetyawanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Sonneratia spp. was genetically uniquegenera. They had some members in Java, especiallySonneratia alba and S. caseolaris. This species have abilityto cross reproduction, and produce fertile hybrid, althoughthe fertility is lower than the parent, so they hard to differ

morphologically. This research had been done in 6 sites(populations) of the southern and northern coast of Java,i.e. Bogowonto estuary, Kulonprogo (1 pop.), SegaraAnakan, Cilacap (2 pops), coast of Pasar Bangi, Rembang(1pop), Juwana estuary, Pati (1 pop), and Canal Wulanestuary, Demak (1 pop). The research indicated that S. albawas more dominant, but there were some confused inmorphological character, that may be caused byhybridization. Isozymic analyses on peroxidase andesterase marker to 60 individuals (10 per population) hadbeen no differing in isozymic band significantly. They havesimilarity index value more than 60%. It indicated, that theytend to same species than separate it.

Keywords: isozyme, diversity, Sonneratia, northern andsouthern coast of Java.

BO-03Keanekaragaman Tanaman Pekarangan di KotaTomohon, Sulawesi Utara

Homegarden plants diversity at City of Tomohon, NorthSulawesi

Dintje F. Pendong1, Arrijani1,2,1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Manado, Tondano

951872 Mahasiswa Program Doktor, Program Pasca Sarjana Institut

Pertanian Bogor.

ABSTRACT. Homegarden (pekarangan) is one ofecosystem types becomes more and more important forsupport biodiversity in Indonesia because the yard is 4,5million hectare or more 27% from total farmland inIndonesia (data at 1980). This research had been done toobtain data on the number of the plants species in thepekarangan. This is a descriptive research using surveymethod at Kota Tomohon city regency of Minahasa NorthSulawesi. There are 3 stratum of crop based on high i.e.stratum 1 < 1 m, stratum 2 between 1-3 m and stratum 3 >3 m. The research findings showed that the plantscommunity in the pekarangan has a low value of speciesdiversity index (Brillouin’s index) when calculated to thenumber of species and the varieties of the plants. From theenvironmental quality, the plants species diversity indexvalue is moderate. The Pekarangan plants are dominatedby the varieties of decorating plants (59,9%), while the restsare fruit trees (16,5%), various medicinal plants (11,8%),vegetables (9,3%), and shade (2,5%).

Page 2: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiiii

Keywords: Homegarden (pekarangan), plant diversity,Tomohon city, North Sulawesi.

BO-04Pemanfaatan Penanda RAPD untuk Melakukan UjiPaternitas Pada Kultivar Tomat (Lycopersiconlycopersicum L.)

The use of RAPD marker to get paternity test on tomatoscultivar (Lycopersicon lycopersicum L.)

Diah KusumawatyProgram Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA,Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Jl. Dr. Setiabudhi 229,Bandung 40154. Tel. & Fax.: +62-22-2001937. e-mail:[email protected]

ABSTRAK. Studi keanekaragaman genetik denganmenggunakan metode “Random Amplified PolymorphicDNA” telah digunakan untuk melakukan uji paternity padalima kultivar tomat (Lycopersicon lycopersicum L.). Kelimakultivar tersebut terdiri dari tiga kultivar yang telah diketahuiasal usul persilangannya dan telah dideterminasi yaituRatna, Mutiara dan Berlian. Sedangkan dua kultivar lainnyayaitu LV2099 dan LV2471 belum dideterminasi dan belumdiketahui asal usulnya. Kelima DNA kultivar tomat tersebutdiamplifikasi dengan menggunakan sepuluh macam primerberukuran 10 nukleotida dengan alat “ Polymerase ChainReaction” (PCR). Hanya 4 dari 10 primer yang dianalisislebih lanjut yang seluruhnya menghasilkan 27 macam larikDNA dengan kisaran berat molekul 150-3380 pb. Analisisklaster berdasarkan “Simple Matching” mengelompokkankultivar Ratna yang berasal dari Filipina dan LV2099 yangberasal dari Lembang dengan koefisien kesamaan 0.85,diduga LV2099 adalah hasil pemuliaan yang menggunakanRatna sebagai salah satu induknya. Klaster grup pertamaadalah Ratna, LV2099 dan Mutiara (hasil persilangan dariRatna dan UPCA1169). Kultivar Mutiara memiliki nilaikesamaan 0.67 dengan pasangan kultivar Ratna danLV2099. Klaster grup kedua adalah Ratna, LV2099, Mutiaradan LV2471. Sedangkan Berlian yang merupakan hasilintroduksi dari Taiwan berada di luar kelompok tersebut.Terpisahnya Berlian dari keempat kultivar lainnya didugakarena kultivar Berlian tidak dipakai sebagai induk bagikultivar LV2099 dan LV2471. Metode RAPD menunjukkandapat membantu untuk mendeterminasikan hubungangenetik di antara kelima genotip tomat.

Kata kunci: RAPD, Lycopersicon lycopersicum L, tomat, ujipaternity.

BO-05Analisis Kualitas Produk Fermentasi Beras (RedFermented Rice) dengan Monascus purpureus3090

The analysis of the quality of red fermented rice (RFR)product with Monascus purpureus 3090

Djumhawan R. Permana, Sunnati Marzuki, D.TisnadjajaPusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jl. Raya Bogor Km. 46,Cibinong-Bogor 16911. Tel.: +62-21-8754587. Fax.: +62-21-8754588.

ABSTRACT. Analysis of red fermented rice product withMonascus purpureus 3090 was conducted on monascusfloor product (MFP-264), MFP-244 and rice monascusproduct (RMP). Evaluation of microbiological, pigmentintensity and lovastatine content analysis result was aimedto see quality differences on each production of 5 kg riceraw material. Of both product types (MFP-264, RMP) whichonly oven dried compare to MFP-244 which is sterilized inautoclave showed a significantly difference of populationlevel on total microorganism colonies, that is mould 26x106

propagule/ml, bacteria 13x106 cell/ml (MFP-264), mould85x106 propagule/ml, bacteria 265x106 cell/ml (RMP). TheMFP-244 produced highest absorption spectra 0.3513-0.4050 compare to MFP-264 0.3110-0.3324, rice monascusproduct (RMP) 0.3343-0.3663. Pigment biosynthesis seemsoccurred at sexual developmental stage or conidiaformation of M. purpureus 3090, which is produced colorchanges of yellow pigment, orange pigment, and redpigment. Lovastatine content of MFP-264 has Rf value 0.84MFP-244 Rf 0.83 and RMP Rf 0.82 showed higher valuecompare to Rf 0.81 of the lovastatine standard solution.

Keywords: quality analysis, rice fermented product,Monascus purpureus 3090.

BO-06Pengetahuan Lokal Suku Marind-Papua versus IlmiahBotani Tanaman Wati (Piper methysticum Forst.)

Local knowledge of Marind trible, Papua versus botanicalsaintific of tanaman wati (Piper methysticum Forst.)

Konstantina M.B. Kameubun1, Eko Baroto Walujo2,1 Fakultas MIPA Universitas Cendrawasih, Jayapura2 "Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian

Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.: +62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Wati (Piper methysticum Forst.), merupakansalah satu jenis tanaman yang memiliki arti penting bagikehidupan sosial dan religius masyarakat di Papua,masyarakat di kepulauan Pasifik dan Papua Nugini.Sebagian besar masyarakat mengenalnya sebagai bahandasar minuman keras. Berbagai penelitian menyimpulkanbahwa jenis ini mengandung senyawa kavain, hidrokavaindan dihidrometistesin yang diidentifikasi sebagai narkotikdan sedatif. Di Papua, terutama di Kabupaten Meraukejenis ini memiliki nama lokal yang berbeda-beda. Melaluipenelitian etnobotani dengan menggunakan pendekatanemik dan etik, terungkap bahwa tanaman wati menurutperspektif masyarakat Marind Pantai dan Marind Daratterdapat 10 kategori yang berasal dari 30 nama lokal. Darijumlah tersebut, 8 kategori diantaranya telah dibudidayakandan sisanya tidak dibudidayakan. Secara lokal merekamengelompokkan berdasarkan habitus, tinggi tanaman,warna batang, panjang pendeknya ruas batang, dan adatidaknya bintik-bintik pada batang. Ternyata pencirian inibelum cukup kuat untuk menentukan mereka sebagai jenisyang berbeda seperti yang diakui dalam tatanama ilmiahbotani. Oleh sebab itu, dicari jalan lain dengan caramenganalisis berdasarkan ciri-ciri anatomi pada akar,batang, dan daun. Hasilnya diketahui bahwa tanaman wati(P. methysticum Forst.) memiliki 4 kultivar: masing masingP. methysticum var. babit, P. methysticum var. palima, P.methysticum var. safufare dan P. methysticum var. marub.Kemudian dengan menggunakan program NTSYSpc versi

Page 3: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 iii

2.0 dapat diketahui hubungan kekerabatannya, dimana var.palima dan var. babid memiliki kemiripan karakter yangpaling dekat.

Kata kunci: Suku Marind-Papua, tanaman wati (Pipermethysticum Forst.)

BO-07Keanekaragaman Bambu di Pulau Sumba

Bamboo diversity in Sumba island

Elizabeth A. Widjaja, Karsono"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Bambu merupakan salah satu tanamanekonomi yang umumnya tumbuh di pedesaan dan banyakdimanfaatkan oleh penduduk di desa. Indonesiadiperkirakan memiliki 10% jenis bambu di dunia, 50% diantaranya merupakan bambu endemik di Indonesia.Menurut Widjaja (2001) Kepulauan Sunda Kecil yangtermasuk di antaranya Lombok, Sumbawa, Flores, Timor,Sumba dan pulau-pulau di sebelah timur Flores memiliki 14jenis bambu, namun sebenarnya informasi dari PulauSumba belum direkam dengan teliti karena kurangnya datadari daerah ini kecuali jenis yang diusulkan oleh S.Soenarko pada tahun 1977 yang dikoleksi oleh Iboet 443tahun 1925. Untuk melengkapi data dari Pulau Sumbamaka dilakukan eksplorasi ke daerah ini pada bulan Juli2003. Pengamatan dilakukan di Kabupaten Sumba Baratdan Sumba Timur terutama pada cagar alam di daerahtersebut. Berdasarkan atas hasil eksplorasi dan penelitiandi Pulau Sumba, saat ini terekam ada 10 jenis bambu, 1jenis di antaranya (Dinochloa sp.) merupakan jenis yangsebelumnya belum pernah ditemukan di pulau ini, demikianpula 1 jenis lagi (Dinochloa kostermansiana) merupakandata baru untuk daerah ini. Jenis-jenis bambu yang terekamdari Pulau Sumba adalah Bambusa blumeana, Bambusavulgaris, Dendocalamus asper, Dinochloa kostermansiana,Dinochloa sp., Gigantochloa atter, Nastus reholtumianus,Phyllostqachys aurea, Schisotachyum brachycladum danSchizostachyum lima. Dari antara kesepuluh jenis tersebut,hanya jenis-jenis Dinochloa yang ditemukan tumbuh liar dihutan-hutan, sedangkan jenis lainnya umumnya tumbuhmeliar atau ditanam di pekarangan dan kebun penduduk. Disamping itu marga Dinochloa merupakan satu-satunya jenisyang merambat. Adapun jenis endemik yang terdapat diPulau Sumba adalah Nastus reholttumianus, sedangkanjenis Dinochloa kostermansiana juga tumbuh di PulauFlores sedangkan jenis Dinochloa sp. juga tumbuh diPapua.

Kata kunci: keanekaragaman, bambu, pulau Sumba.

BO-08Keragaman Oryza sativa dari PengetahuanMasyarakat Baduy tentang Varietas Padi LokalHingga Varietas Padi Hasil Rekayasa Genetikuntuk Melestarikan Nilai Budaya dan Ilmiah

Diversity of Oryza sativa from knowledge of society Baduyof local varieties paddy till varieties paddy result of geneticengineering to preserve the erudite and cultural value.

Ely Djulia

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan (UNIMED), Jl.Willem Iskandar Pasar V Sampali, Medan 20221

ABSTRAK. Masyarakat adat baduy di Banten danmasyarakat ciptagelar di Jawa Barat, Indonesia telah lamamengenal varietas padi lokal yang diklasifikasikanberdasarkan karakteristik morfologi seperti: (i) padi biasa,padi ketan; (ii) padi berbulu dan tidak berbulu; (iii) warnaberas: putih, hitam, merah; (iv) bentuk, ukuran, dan warnabulu butir padi; (v) warna jerami, dan (vi) umur tanam padi.Berdasarkan karakteristik tersebut masyarakat baduy telahmengenal 89 varietas padi lokal, masyarakat ciptagelartelah mengenal lebih dari 100 varietas padi lokal. Telahdikenal pula cara tradisional untuk menjaga padi agar tahanterhadap hama dengan menggunakan biopestisida.Perkembangan penelitian padi lebih lanjut yangmenyangkut daya tahan terhadap hama telah dilakukantidak berdasarkan morfologi tapi lebih didasarkan padakemampuan genetis genetis yang bisa dimunculkan melaluirekayasa genetika. Pergerakan dari taksonomikonvensional berdasarkan klasifikasi rakyat menujutaksonomi modern berdasarkan genetika molekuler,diharapkan bahwa semakin terungkap keragaman varietaspadi lokal, semakin ditemukan varietas padi hasil rekayasagenetik, semakin bijak masyarakat memecahkan masalahlingkungannya. Hal ini berimplikasi pada pendidikanlingkungan dalam memelihara nilai budaya dan nilai ilmiahmelalui pendidikan lingkungan berkelanjutan

Kata kunci: Oryza sativa, varietas lokal, varietas hasilrekayasa genetik, ekosistem berkelanjutan.

BO-09Variasi Kandungan Serat Kasar dan Vitamin CVarietas Apel (Malus pumila L.)

Variation in content of fibers and vitamin C of some applevarieties (Malus pumila L.)

Gotri Lastiti, Endang AnggarwulanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS)Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

Abstract. Apple (Malus pumila L.) is one of the fruits, whichhave nutritional content completely. This fruit is notoriginally from Indonesia, but it had been widely planted inBatu, Malang, and Timor island. Apple has some varietiesthat have specific aromas and tastes. This researchconducted to find out variation of fibers and vitamin Ccontent of three varieties of apple, namely: manalagi, romebeauty, and jonathan. The materials had been collectedfrom Pasar Gede Surakarta in five repetitions randomly.Analyses of fiber content conduct on defeating and digestmethods in order to get cellulose and lignin residues. Thevitamin C content had been measured by titration-iodometrymethod. Analyses of data used analysis of variance(ANOVA) one-way factor, followed by orthogonal contrasttest. The research result indicated that content of fibers andvitamin was significantly different. Fiber content of romebeauty was 2,6534%, manalagi was 2,2806%, and jonathanwas 1,708%. Vitamin C content of manalagi was 5,56 mg,rome beauty was 4,08 mg, and jonathan was 3,80 mg.

Keywords: apple (Malus pumila L.), variety, content offiber, content of vitamin C.

Page 4: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiiiv

BO-10Plant diversity and population in Mount Kelud,East Java

Keanekaragaman tumbuhan dan populasinya di GunungKelud, Jawa Timur

Inge Larashati"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRACT. Mount Kelud is an uppershed Brantas areawhich has high potential plant diversity. But the land in thatuppershed had experienced much erosion. Beside erosionprocess, human disturbances in the resort added theburdence to the existence of the vegetation. That is why theexistence and condition of the plants must be monitoredand studied. Assessment of the plants was conductedthrough literaturel studies, field surveys and using quadrateplot methods Oosting (see Kent & Paddy, 1992) 0.75 haeach at different altitudes (600 m, 800 m and 1000 m)above sea level. The results showed that a total number of125 species belonging to 94 genera and 49 families wererecorded. All three plots were dominated by Dendrocalamusasper and Villebrunea rubescens.

Keywords: Plants; Diversity and population; Mount Kelud,East Java.

BO-11Empat Jenis Baru Palem dari Kepulauan RajaAmpat, Kabupaten Sorong, Papua, Indonesia

Four new species of palm from Raja Ampat islands, districtof Sorong, Papua, Indonesia

Johanis P. Mogea"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Dalam penelitian sepintas mengenai flora diKepulauan Raja Ampat yang termasuk dalam wilayahKabupaten Sorong, Propinsi Papua ditemukan empat jenispalem baru yaitu: masing-masing satu jenis yang termasukdalam Gulubia, Livistona, Pinanga, dan Calamus.

Kata kunci: empat jenis baru, palem, Kepulauan RajaAmpat, dan hasil sementara.

BO-12Sterilitas Pada Tanaman Anggrek OncidiumGolden – Shower (Hibrida F1)

Sterility on golden-shower orchid Oncidium (F1 hybrid)

Adi Rahmat, KusdiantiProgram Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA,Universitas Pendidikan Indonesia. Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung40154. Tel. & Fax.: +62-22-2001937. e-mail:[email protected]

ABSTRAK. Oncidium Golden Shower adalah tanamananggrek hasil silangan (F1) antara O. sphacelatum denganO. flexuosum. Tanaman ini merupakan tanaman hybridsteril. Sterilitas ditunjukkan dengan tidak viabelnya polen(polinium) baik pada pengujian dengan teknik fluoresceindiasetat (FDA) maupun pada pengujian secara invitro.Polinasi menggunakan polinium Oncidium Golden showertidak menunjukkan tabung polen. Tidak adanya tabungpolen ini tidak dapat merangsang pertumbuhan ovulumpada ovarium dan sel telur tidak terbentuk. Hasilpengamatan terhadap mikrosporogenesis dengan teknikusapan acetocarmin menunjukkan bahwa meiosis terjadisecara tidak teratur. Ketidakaturan dalam meiosismenyebabkan terbentuknya 1-2 mikrointi pada satu butirpolen hasil mikrosporogenesis. Ketidakaturan juga terjadiselama sitokinesis, sehingga pembelahan meiosis dapatmenghasilkan 2 sampai 7 sel anak dengan atau tanpamikrosel. Pada beberapa kasus pembelahan meiosis tidakdiikuti sitokinesis sehingga menghasilkan polen monad.Ketidakaturan dalam pembelahan meiosis ini dapatdijadikan indikator rendahnya tingkat homolog kromosomtanaman induk.

Kata kunci: Oncidium golden-shower, anggrek hybrid F1,sterilitas, ketidakaturan mikrosporogenesis.

BO-13Eksplorasi Araceae di Kawasan Cagar AlamSibolangit Ditinjau dari Kekerabatan Fenetik danSifat Fisik Media Tumbuh

Exploration of Araceae in Sibolangit Natural Preserve areaevaluated with fenetic ralationship and physical character ofgrowth media.

Martina Restuati, Ashar Hasairi, RiwayatiJurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan (UNIMED), Jl.Willem Iskandar Pasar V Sampali, Medan 20221

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikeanekaragaman jenis Araceae, melihat pola hubungankekerabatan fenetik dan memperoleh data sifat fisik mediatumbuh Araceae di kawasan Hutan Wisata Cagar AlamSibolangit Sumatera Utara. Metode yang digunakan surveieksploratif. Teknik pengambilan sampel dengan cara"purpossive sampling". Tumbuhan Araceae yang didapatdikoleksi dengan membuat herbarium untuk keperluanidentifikasi. Untuk mendapatkan dendogram pola hubungankekerabatan fenetik dilakukan dengan analisis program"systat". Penentuan tekstur tanah dengan menggunakan"Segitiga Miller". Hasil penelitian dikawasan Hutan WisataCagar Alam Sibolangit ditemukan 20 jenis talas-talasan.Jenis tanah yang paling banyak dijumpai pada tanamanAraceae adalah tekstur tanah liat dan pasir lempung. Suhutanah berkisar antara 23-24° C dan pH tanah berkisarantara 6,1-6,4. Pola hubungan kekerabatan fenetik Araceaedari 20 jenis terbagi atas 14 kelompok denganmenggunakan 9 ciri morfologi sebagai parameter.Kekerabatan fenetik Araceae yang paling dekat adalahAnthurium scherzerianum var. merah dan A.scherzerianumvar. putih diikuti oleh Alocasia macrorrhiza, Alocasiacrassifolia dan Homolonema aromaticum memiliki 9karakter yang sama dari 9 karakter yang diambil. ManfaatAraceae yang banyak ditemukan adalah sebagai tanamanhias.

Page 5: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 v

Kata kunci: Eksplorasi, Araceae, Kekerabatan, Fenetik,Media tumbuh.

BO-14Variasi Morfologi Daun Pelindung Bunga Jantanpada Kultivar Pisang dengan Komposisi GenomBerbeda

Muhammad Abdullah, Jumari

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro (UNDIP). Jl. Prof.Soedarto Tembalang Semarang

ABSTRAK. Keanekaragaman kultivar pisang dapat diamatidari sitat ciri daun pelindungnya (brachtea). Penelitian inibertujuan untuk mengetahui variasi morfologi daunpelindung bunga jantan dari kultivar pisang dengankomposisi genom yang berbeda. Bahan penelitian berupakultivar pisang di Semarang yang sudah diketahuikomposisi genomnya. Pengamatan meliputi bentukbrachtea, ujung brachtea, penyirapan kuncup jantan(jantung), rasio punggung brachtea, warna brachtea, sitatsaat membuka. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa kultivar dengan komposisi genom AA, cenderungmempunyai bentuk brachtea lanset, rasio tinggi; genomBB/ABB/ABBB: bentuk membulat, rasio rendah, sedangkangenom AAA dan AAB bentuk brachteanya antara lansetdan membulat, rasio sedang. Genom AA dan AAAumumnya berbrachtea kuning. memudar atau merah pucat,tidak menyirap, saat membuka brachtea menggulung.Genom AB dan AAB: brachtea warna merah merata, agakmenyirap dan menggulung. Kultivar dengan genom ABBwarna brachteanya merah merata, menyirap danmenggulung. Sedang sifat brachtea kultivar dengan genomBB terangkat tidak menggulung.

Kata kunci: kultivar pisang, brachtea, komposisi genom.

BO-15Keanekaragaman Anggrek di Situ Gunung,Kabupaten Sukabumi

Orchids diversity of Situ Gunung, district of Sukabumi

Nina Ratna Djuita, Sri Sudarmiyato, Hendrius Candra,Sarifah, Siti Nurlaili, Rully FathonyJurusan Biologi, FMIPA Institut Pertanian Bogor, Jl. PajajaranBaranangsiang Bogor 16144. Tel. & Fax.: +62-251-345011.

ABSTRACT. Study on the orchids diversity was conductedin Situ Gunung. There were 41 collection numbers, consistof 18 terrestrial orchids, 22 epiphyte orchids and onesaprophyte orchid, belong to 26 genera and 41 species.There were eight species of flowering orchids and the restwere not flowering stage. Agrostophyllum bicuspidatum J.J.Sm, Plocoglottis acuminata Bl. dan Appendicula sp. werecommonly found at Situ Gunung.

Keyword: orchids, Situ Gunung

BO-16Flora Mangrove Berhabitus Pohon di HutanLindung Angke-Kapuk

Floristics of mangrove tree species in Angke-Kapukprotected forest

Onrizal 1,, Rugayah21 Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Medan; &

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, SekolahPascasarjana IPB, Bogor. E-mail: [email protected].

2 "Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat PenelitianBiologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.: +62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Hutan Lindung Angke-Kapuk dengan luas44,76 ha merupakan bagian hutan mangrove Tegal Alur-Angke-Kapuk. Berdasarkan letaknya, hutan ini berperanpenting sebagai penyambung (interface) antara ekosistemdaratan dan lautan, baik aspek fisik, biologi atau sosialekonomi, dan menjadikan ekosistem mangrove sebagaiekosistem yang produktif dan unik di kawasan pesisir.Namun demikian, studi floristik vegetasi hutan mangrove dihutan lindung ini belum pernah dilakukan sebelumnya.Berdasarkan studi yang dilakukan pada bulan September-November 2003 ditemukan 7 jenis pohon mangrove dikawasan hutan lindung Angke-Kapuk. Jenis-jenis pohonmangrove tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam duagrup, yakni (a) mangrove sejati yang terdiri atas 6 jenis,yaitu Avicennia officinalis, Rhizophora apiculata, R.mucronata, Sonneratia caseolaris (kompenen utama),Excoecaria agalloca, dan Xylocarpus moluccensis(komponen tambahan), dan (b) sisanya sebagai asosiasimangrove, yaitu Terminalia catappa. Di kawasan hutanlindung ini juga dijumpai 7 jenis pohon mangrove yangmerupakan jenis introduksi, yaitu Bruguiera gymnorrhiza,Calophyllum inophyllum, Cerbera manghas, Paraserianthesfalcataria, Tamarindus indicus, Acacia mangium, dan A.auriculiformis. Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, B.gymnorrhiza, C. inophyllum dan C. manghas baru sampaitingkat semai dan pancang, sedangkan P. falcataria, T.indicus, A. mangium, dan A. auriculiformis sudah ada yangmencapai tingkat tiang dan pohon.

Kata kunci: jenis pohon mangrove, hutan lindung Angke-Kapuk.

BO-17Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Gunung Lawu

Medicinal plant diversity in mount Lawu

Purin Candra Purnama, Raden Roro Dwi RahayuMianingsih, Wiryanto, Ahmad Dwi Setyawan

Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. The aim of the research was to find out plantsspecies that have potent on medicinal purposes in mountLawu. The research had been done simultaneously fromJune till October 2003, and it was fully equipped theresearch a last year ago. The research had been conductedin south slope, along mountainous trekking, fromCemorosewu (1900 m dpl.) to Argo Dumilah peak (3265 mdpl). The research result indicated that there was more than100 plant species, whereas more that 50% of them hadpotent to medicinal purposes. Plantago major was one ofthe cultivated plants in the peak areas and it had higheconomical value.

Page 6: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiivi

Keywords: medicinal plant, diversity, mount Lawu

BO-18Hubungan Kekerabatan Piper spp. Ditinjau dariSifat Morfologi dan Minyak Atsiri Daun di DaerahIstimewa Yogyakarta

Relationship of Piper spp. based on morphological and leafessential oil character in Yogyakarta

Purnomo, Rani AsmarayaniLaboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, UniversitasGadjah Mada (UGM), Jl. Sekip Utara, Yogyakarta 55281

ABSTRAK. Beberapa jenis Piper diinformasikan sebagaibahan alam untuk ramuan berbagai macam obat tradisionaldan rempah-rempah. Minyak atsiri diduga merupakansenyawa sebagai komponen utama yang berkhasiat obat.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuihubungan kekerabatan antar species Piper ditinjau dari sifatmorfologi dan minyak atsiri daun. Dilakukan koleksi sampleherbarium, fotografi species Piper di wilayah Yogyakarta,serta identifikasi untuk mengetahui keragaman speciesPiper di Yogyakarta. Diambil 500 gram sample daun segarsetiap species dengan tiga ulangan pada perbedaanhabitat. Isolasi minyak atsiri daun dilakukan dengan metodadestilasi Stahl dan dianalisis dengan kromatografi gas cair,dengan senyawa minyak atsiri standard yaitu caryophylenedan alpha pinene. Skema hubungan kekerabatan secarafenetik diperhitungkan berdasarkan pada indek similaritas.Analisis data dilakukan secara deskriptif dan dendro-gram.Hasil koleksi sample herbarium dan identifikasimenunjukkan, bahwa terdapat 8 species Piper yangditanam, yaitu P. miniatum Bl., P. betle L., P. recurvum Bl.,P. aduncum L., P. nigrum L., P. cubeba L.f., P. retrofractumVahl., dan P. sermentosum Roxb. Ex Hunter. Hubungankekerabatan antar species Piper berdasarkan pada sifatmorfologi menunjukkan, bahwa P. aduncum dan P.sermentosum mengelompok pada tingkat kesamaan 69.2%dan hanya memiliki tingkat kesamaan 40.4% terhadapkelompok species yang lain. Hubungan kekerabatan antarspecies Piper berdasarkan pada sifat morfologi dan minyakatsiri memiliki pola yang berbeda, P. retrofractum terpisahdengan kelompok species yang lainnya pada tingkatkesamaan 45.5%, tetapi P. aduncum dan P. cubebamenunjukkan tingkat persamaan yang tinggi (81.5%).

Kata kunci: Piper spp., hubungan kekerabatan, morfologi,minyak atsiri daun.

BO-19Sebaran ekologi Dipterocarpaceae di Indonesia

Ecological distribution of Dipterocarpaceae in Indonesia

Purwaningsih"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Dipterocarpaceae merupakan salah satu sukubesar dengan jumlah jenis >500 jenis di seluruh dunia, dansebagian besar populasi dipterocarp tumbuh di Indonesiayang mempunyai nilai ekonomi tinggi terutama kayunya.Salah satu hal yang menarik dari kelompok jenis

dipterocarp adalah terdapatnya tingkat endemisitas yangtinggi yaitu 128 jenis (53,78%) dari 238 jenis dipterocarpyang ada di Indonesia. Sebaran dipterocarp di pengaruhioleh beberapa faktor terutama tanah, iklim, dan ketinggiantempat, Di Indonesia sebaran dipterocarp dapat dilihatberdasarkan sebaran pulau, jumlah jenis serta tipehutannya. Berdasarkan basil pengamatan pada koleksi diHerbarium Bogoriense penyebaran dipterocarp yang palingbanyak pada ketlnggian 0-500 m dan 500-1000 m dpl, padatipe hutan dipterocarp, Kalimantan dan Sumateramerupakan dua pulau besar yang memiliki persebarankelompok jenis dipterocarp yang cukup menonjol baik daripopulasi maupun jumlah jenisnya.

Kata kunci: Dipterocarpaceae, sebaran ekologi, ketinggiantempat, Indonesia.

BO-20Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannyadalam Menunjang Penelitian TaksonomiTumbuhan di Sulawesi

Herbarium Celebense (CEB) and its role in supportingresearch on plant diversity of Sulawesi

Ramadhanil 1,2,, S. Robert Gradstein 3,

1 Jurusan Manajemen Hutan dan Jurusan Budi Daya Pertanian,Universitas Tadulako Palu 94118, Indonesia

2 Herbarium Celebense (CEB) Universitas Tadulako Palu 94118,Sulawesi Tengah, Indonesia

3 Albrecht von Haller Institute of Plant Sciences, Departement ofSystematic Botany, Untere Karspüle 2, 37073 Gottingen,Germany

ABSTRACT. Sulawesi is the largest island in Wallacearegion and a biogeographically unique area. The island isvery rich in endemic species, worldwide known only knownfrom Sulawesi. Nevertheless, scientific knowledge of theplants of Sulawesi is still limited and there is a lack ofbotanical exploration and publications. In 2000, TadulakoUniversity of Palu with support of the German ResearchFoundation (DFG), the Universities of Göttingen and Leidenand the Herbarium Bogoriense, has constructed aHerbarium, the Herbarium Celebense. The herbarium hasbeen registered in the International Index Herbariorum(New York) with the abbreviation CEB. The HerbariumCelebense contains about 3000 plant specimens, especiallyfrom Central Sulawesi and mainly spermatophytes andpteridophytes. This article reviews the current knowedge ofplant diversity of the Sulawesi and Wallacea bioregion as abasis for the conservation of its rich flora.

Keywords: central Sulawesi, Wallacea bioregion, flora,biogeography, plant diversity, endemic plants.

BO-21Molecular Identification and Detection ofBinucleate Rhizoctonia in Roots and Soil

Identifikasi dan deteksi molekuler pada Rhizoctoniabinukleat pada akar dan tanah

Rina Sri KasiamdariLaboratory of Plant Taxonomy, Faculty of Biology, Gadjah MadaUniversity, Jl. Sekip Utara, Yogyakarta 55281

Page 7: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 vii

ABSTRACT. Binucleate Rhizoctonia spp. (BNR) consist ofa taxonomically diverse group of species that differ in manysignificant features. Reliable characterization andidentification of isolates of BNR using various traditionaltechniques are often difficult due to similarity in themorphological characteristics of the anamorphs andteleomorphs of BNR. In recent years, the Polymerase ChainReaction (PCR) has been employed as an importanttechnique for fungal identification and detection offeringhigher sensitivity and specificity than many traditionalmethods. The use of PCR has been successfully applied forBNR isolated from soil and roots by designing specificprimers. Species specific primers developed fromsequences within the ITS regions of the rDNA have thepotential to be used in diagnostic studies. The simplicity ofthis techniques and its potential to detect very smallnumbers or amounts of target organism make it a suitablemethod for monitoring BNR.

Keywords: binucleate Rhizoctonia, Polymerase ChainReaction, specific primers.

BO-22Keanekaragaman Kultivar Tebu (Saccharumofficinarum L.) di Kecamatan Stabat, Langkat,Sumatera Utara

Diversity of sugarcane cultivars (Saccharum officinarum L.)in subdistrict Stabat, Langkat, North Sumatra

Riwayati, Ashar Hasairi, Martina RestuatiJurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan (UNIMED), Jl.Willem Iskandar Pasar V Sampali, Medan 20221

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk (i)memperoIeh data kuItivar Saccharum officinarum L. diKecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, (ii) poIa hubungankekerabatan S. Officinarum, dan (iii) mengetahui tanggapanmasyarakat terhadap manfaat kuItivar S. officinarumMetode yang digunakan adalah metode survei langsung keIapangan dan pengamatan literatur diIengkapi denganwawancara Iangsung pada masyarakat di KecamatanStabat, Kabupaten Langkat. Analisis data dilakukan denganmengkaji adanya variasi kultivar S. officinarum, polahubungan kekerabatan dengan menggunakan programsystat, pemanfaatannya oleh masyarakat danpersebarannya di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.Hasil peneIitian ditemukan 11 kultivar S. officinarumdiantaranya: kultivar kuning (tebu cina), kultivar hitam,kultivar coklat, kultivar Ps 84, kultivar BT 176, kultivar Bz110, kultivar Ps 89, kultivar Ps 58, kultivar Ps 86, kultivar Bz134, dan kultivar Bz 132. PoIa hubungan kekerabatanfenetik terbagi atas 8 keIompok dengan 6 ciri morfoIogisebagai parameter. Tanggapan masyarakat terhadapkonservasi sumberdaya hayati tebu cukup baik, karenadapat dimanfaatkan daIam kehidupan.

Kata kunci: keanekaragaman, kultivar tebu.

BO-23Jenis-jenis Tumbuhan Suku Poaceae di KebunRaya Purwodadi

Plant species of family Poaceae in Purwodadi BotanicGarden

SolikinKebun Raya Purwodadi. Jl. Raya Purwodadi, Pasuruan 67163,Indonesia. Tel. & Fax. +62-341-426046.

ABSTRAK. Poaceae merupakan suku tumbuhanrerumputan yang mempunyai peranan penting dalambidang ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Tumbuhan iniberpotensi dan telah didayagunakan untuk pembuatanbangunan, perkakas, peralatan rumah tangga, kerajinan,bahan kertas, makanan, obat-obatan, dan berbagai acara.Inventarisasi dan penggalian potensi jenis rerumputan baikyang ditanam maupun yang tumbuh liar telah dilakukan diKebun Raya Purwodadi melalui pengamatan langsung dikebun, wawancara dan studi pustaka. Dari hasilinventarisasi diketahui sebanyak 25 jenis bambu dan 35jenis rumput baik yang ditanam maupun tumbuh liar. Margabambu Bambusa dan Gigantochloa memiliki jenis yanglebih banyak dibanding marga bambu lainnya. Sedangkanjenis-jenis rumput yag paling banyak dijumpai dan dominanpada tempat-tempat tertentu adalah Polytrias amaura,Axonopus compressus dan Oplismenus burmanni.

Kata kunci: jenis, Poaceae, Kebun Raya Purwodadi

BO-24Kajian Tetumbuhan Bawah pada Habitat Bantengdi Padang Penggembalaan Bekol, TamanNasional Baluran

Study of undergrowth plant on banteng (Bos sondaicus)habitat of Pasturing Bekol, Baluran National Park.

SuhadiJurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang (UM). Jl.Surabaya 6, Malang 65145. Tel. (0341) 14206.

ABSTRAK. Tetumbuhan bawah di padang penggembalaanBekol, jumlah jenisnya sangat rendah. Banteng merupakansatwa ruminansia yang dilindungi, di Taman Nasionalbaluran terdapat 260-280 ekor. Tujuan penelitian untukmengetahui sebaran tetumbuhan pada habitat banteng.Metode pengambilan sampel menggunakan transekmengikuti jejak banteng. Dari hasil penelitian diperoleh: (i)jumlah tetumbuhan bawah pada daerah yang diinjakbanteng sebanyak 11 jenis, (ii) jumlah tetumbuhan bawahyang tidak diinjak banteng sebanyak 18 jenis, (iii) nilaipenting pada daerah yang diinjak banteng 20,37%, adapunpada daerah yang tidak diinjak banteng 91,67%, (iv) areayang dinjak banteng menurunkan jenis pakan.

Kata kunci: tetumbuhan bawah, habitat banteng, TamanNasional Baluran.

BO-25Anggrek-anggrek Saprofit di Jawa

Saprophytic orchids in Java

SulistyonoMahasiswa Program Pasca Sarjana, Fakultas Biologi UniversitasGadjah Mada Yogyakarta. Sekip Utara Yogyakarta 55281. e-mail:[email protected]

Page 8: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiiviii

ABSTRAK. Di Jawa terdapat 24 jenis anggrek saprofit yangterdiri dari 14 genera. Salah satu genusnya yaitu Silvorchismerupakan satu satunya genus yang endemik di Jawa.Sedangkan lainnya merupakan jenis endemik di Jawa.

Kata kunci: saprofit, Jawa, Silvorchis, endemik

BO-26Daftar Jenis Tumbuhan Berbunga TamanNasional Baluran, Jawa Timur

List of flowering plants species in Baluran National Park,East Java

Tukirin Partomihardjo"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Daftar jenis tumbuhan berbunga TamanNasional Baluran ini disusun berdasarkan hasil eksplorasitahun 1985, 1989, 1996 dan kunjungan lapangan 2001.Pengumpulan contoh tumbuhan terutama dilakukanterhadap jenis-jenis yang belum dikenal secarapasti..Identifikasi dilakukan dengan jalan membandingkancontoh tumbuhan dengan koleksi herbarium yang ada diHerbarium Bogoriense, Bogor. Identifikasi juga dilakukansecara langsung di lapangan terhadap jenis-jenis tumbuhanyang sudah dikenal secara pasti. Untuk mendapatkan namajenis yang sah dilakukan penelusuran pustaka revisiterbaru. Tercatat sedikitnya 523 jenis tumbuhan berbungaterdapat di kawasan Taman Nasional Baluran yangtergolong dalam 93 suku. Poaceae tercatat suku palingkaya akan jenis disusul oleh Rubiaceae dan Papilionaceae.

Kata kunci: daftar jenis, Taman Nasional Baluran,identiifikasi, komunitas.

BO-27Dispersi Asosiasi dan Status Populasi TumbuhanTerancam Punah di Zona Sub Montana danMontana Taman Nasional Gunung GedePangrango

Dispersion pattern interspecific association and populationstatus of threatened plants on submontane and montanezones of Mount Gede-Pangrango National Park

WihermantoPusat Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Bogor. Jl.Ir. H.Juanda13, PO Box 309, Bogor 16003. Tel. +62-251-352519. Fax.: +62-251-322187. e-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRACT. The Mount Gede-Pangrango National Parkhas an attractive landscape view of mount summits with itscrater, genuine flora and fauna of tropical rainforest, and amild weather. Exploitation is forbidden in the area, but inreality encroachments occur, which will lead to changes inplant population status, particularly for threatened species.The aims of the research were investigate the populationsstatus, dispersion pattern and possible interspecificassociations of threatened plant species occurred in the submontane and montane zones of the Mount Gede-Pangrango National Park. Most of the threatened species

occurred in the park had clumped distributions and only oneof those showed a regular dispersion, namely Symplocoscostata. It should be realized that populations with aclumped dispersion tend to provide over or under estima-tion of abundance, indicating the need for a larger samplingunit to cover. Based on the association tests conducted,three species (Antidesma tetrandrum, Pinanga coronata,and Castanopsis javanica) were significantly associatedwith Saurauia bracteosa, while Altingia excelsa and A.tetrandrum with Symplocos costata, as they had associationindices more 0.3 using Jaccard Index. Pinanga coronataseems to be relatively closely associated with Saurauiacauliflora, Altingia excelsa with S. bracteosa, andCastanopsis javanica with S. costata. In contrast, Pinangajavana, Calamus adspersus, and Rhododendron album hadlow degrees of association, indicating their low abundanceand co-occurrence with other species. Seven species ofthreatened plants were recorded in the Mount Gede-Pangrango: 5 of which had been proposed to change intheir status. They were Calamus adspersus from vulnerable(V) changed into vulnerable (V UD2)., Lithocarpus indutusfrom vulnerable changed into critically endangered, Pinangajavana from endangered changed into vulnerable,Rhododendron album from vulnerable changed intoendangered, and Saurauia bracteosa from vulnerablechanged into endangered.

Keyword: dispersion pattern, interspecific association,population status, threatened plants, Gede-PangrangoNational Park

BO-28Fossil Wood of Dipterocarpaceae from PlioceneDeposit in the West Region of Java Island, Indonesia

Fosil kayu Dipterocarpaceae dari lapisan Pliosen di bagianbarat Pulau Jawa, Indonesia

Yance I. Mandang1,, Noriko Kagemon2,

1 Forest Product Research and Development Center BogorIndonesia. Jl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia, Tel. +62-251-633378, Fax. +62-251-633417. e-mail: [email protected].

2 Wood Research Institute, Kyoto University, Uji, Kyoto 6110011,Japan. Fax: 0774-38-3600. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. Fossil woods in Java Island have beenexcavated and sold for outdoor ornaments or indoordecoration purposes since 30 years ago. These fossils arein danger of being drained out without known identities,composition and history. This study was aimed to find outthe botanical identity and geographical aspect of a newlyrecovered silicified fossil wood from Banten area in the westregion of Java Island. The fossil trunk 28 m in length and105 cm in diameter was buried in a tuffaceous sandstonelayer. The age of the stratum was thought to be LowerPliocene. A small sample was cut from the outer part of thelog and then ground to obtain thin section for anatomicalobservation. The main anatomical features of the fossilwood are as follows: wood diffuse porous; vessel almostexclusively solitary, vascicentric tracheid present; axialintercellular canal present, distributed in long tangentialrows; fibers with distinctly bordered pit. These featuresshow affinities of the fossil wood to the extant woodDryobanoxylon of the family Dipterocarpaceae, regardlessof the fact that this genus is no longer exists living in thenatural forest of the present day Java Island.

Page 9: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 ix

Keywords: fossil wood, Dipterocarpaceae, Dryobanoxylon,pliocene, Java island.

BO-29Variasi Morfologi Daun Kultivar Pisang yangMemiliki Komposisi Genom yang Berbeda

Yustian Rovi Alfiansah, Jumari

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro (UNDIP). Jl. Prof.Soedarto Tembalang Semarang

ABSTRAK. Kultivar pisang yang ada sekarang memilikiberbagai macam komposisi genom. Masing-masingkomposisi genom tersebut menunjukkan sifat ciri yangkhusus antara lain dalam ciri morfologi daunnya. Penelitianini bertujuan untuk mengamati ciri morfologi daun kultivarpisang yang memiliki komposisi genom yang berbeda.Bahan penelitian berupa tumbuhan pisang yang terdapat diSemarang yang sudah diidentitlkasi komposisi genomnya.Pengamatan meliputi sifat tepi tangkai daun, bentukpangkal helaian daun, perbandingan panjang dan lebarhelaian daun kerebahan daun, warna tepi tangkai daun danbentuk penampang lintang tangkai daun. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kultivar pisang dengan komposisigenom yang sama cenderung mempunyai kesamaan cirimorfologi daun. Sifat ciri yang mudah diamati untukmembedakan genomnya adalah: sifat tepi daun danpangkal helaian daun. Kultivar pisang genom AAmempunyai tepi daun membuka bersayap dan pangkalhelaian daun berbentuk pasak. Genom AAA, tepi tangkaidaun membuka bersayap, pangkal helaian daun antarapasak dan membulat. Komposisi genom AAB, tepi daunmembuka tegak, pangkal helaian daun antara membulatdan bertelinga. Genom ABB, tepi tangkai daun tegak.Genom ABB, ABBB/BB, tepi tangkai daun menutup,pangkal helaian daun bertelinga.

Kata kunci: Kultivar pisang, komposisi genom, morfologidaun.

BO-30Sekilas Tentang Keragaman Palem di Papua

A review on diversity of palm in Papua

Charlie D. Heatubun1 Fakultas Kehutanan Universitas Papua, Manokwari, Irian Jaya

Barat, Papua.2 Mahasiswa Departemen Biologi, Sekolah Pascasarjana IPB,

Bogor

ABSTRAK. Perhatian terhadap suku palem-paleman(Arecaceae) di Papua, dalam 10 tahun terakhir meningkat.Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktivitaspengumpulan spesimen di lapang, baik spesimen untukkoleksi hidup maupun herbarium, yang kemudian diikutidengan kajian status taksonomi marga-marga tertentu yangseringkali disertai penemuan jenis-jenis baru. Dari 32marga palem yang ada di pulau Irian (New Guinea), 29marga terdapat di Papua (Irian Jaya) yang tersebar daritepian pantai sampai pegunungan tinggi. Beberapa margamemiliki keragaman jenis cukup tinggi, seperti: Calamus,Calyptrocalyx, Gronophyllum, dan Licuala, namun ada pulayang hanya memiliki satu jenis, sepertiActinorythis, Cocos,

Corypha, Metroxylon, Nypa, dan Pigaffeta. Kelompok palemini sangat berpotensi dan menanti untuk dikembangkan,namun keberadaannya mulai terancam.

Kata kunci: Keragaman, palem, Papua.

BO-31Biological, Ecological and Usefulness of Acacianilotica (L.) Del. in this Time and its Attendancethis Problem for Grassland in Baluran NationalPark, East Java

Biologi, ekologi, dan kegunaan akasia [Acacia nilotica (L.)Del.]; Saat ini kehadirannya menimbulkan masalah bagipadang rumput di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

Djufri1,21 Jurusan PMIPA FKIP Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH)

Banda Aceh. 23111, NAD, Indonesia2 Mahasiswa Program Doktor, Pasca Sarjana Institut Pertanian

Bogor (IPB) Bogor 16144.

ABSTRACT. Acacia nilotica (L.) Del. is a thorny wattlenative to India, Pakistan, and much of Africa. This speciesis widely distributed in tropical and subtropical Africa, fromEgypt and Mauritania to South Africa. In Africa and Indiansubcontinent, A. nilotica is extensivelly used as browse,timber, and fire-wood species. The bark and seeds areused as source of tannins. The species is also used formedicinal purpose. Bark of acacia has been used forthreating haemorrhages, colds, diarrhoea, tuberculosis andleprosy, while the roots have been used as aphrodisine andthe flower for threating syphillis lession. The invassion of A.nilotica has resulted in the reduction of the savanna inBaluran National Park reaching about 50%. Presence of thespecies had a great impact on the balance and preservationof whole ecosystem in Baluran National Park.

Keywords: Acacia nilotica (L.) Del., grassland, BaluranNational Park.

BO-32Kajian Pemanfaatan Tumbuhan oleh MasyarakatMelayu di Kabupaten Bungo Tebo, Jambi

Study on plants benefit by Melayu community in BungoTebo regency, Jambi

Mulyati Rahayu, Siti Susiarti"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Masyarakat lokal yang tinggal di dekat hutan,umumnya masih tergantung dengan alam sekitarnya.Masyarakat Melayu yang tingggal di sekitar “Kampus UGMSilvagama” yang termasuk wilayah Desa Aburan,Kecamatan Tebo, Kabupaten Bungo Tebo, Jambi dalammemenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya masihmemanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitarnya.Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara danpengamatan langsung di lapangan. Dari hasil penelitiandiketahui terdapat tidak kurang dari 70 jenis tumbuhan yangdimanfaatkan masyarakat, antara lain sebagai bahanpangan, bangunan, obat, dan racun, kerajinan dan kegiatan

Page 10: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiix

sosial. Beberapa jenis tumbuhan obat termasuk tumbuhanlangka, yaitu: Alstonia scholaris dan Fibraurea chloroleuca.

Kata kunci: pemanfaatan tumbuhan, masyarakat Melayu,Jambi.

BO-33Deskripsi Jenis-jenis dari Suku Rhizophoraceaedi Hutan Mangrove Taman Nasional Baluran,Jawa Timur

Species description of Rhizophoraceae family of MangroveForest at Baluran National Park, East Java

SudarmadjiJurusan Biologi FMIPA Universitas Jember (UNEJ). Jl. KalimantanIII/25, Jember 68121. Tel.: +62-331-330293. Fax.: +62-331-330225. [email protected]

ABSTRACT. Research about species description ofRhizophoraceae family of mangrove forest at BaluranNational Park was conducted from June to October 2003.With plot and survey methods are known nine species ofRhizophoraceae. The species are Bruguiera cylindrica, B.gymnorrhiza, S. sexangula, Ceriops decandra, C. tagal,Rhizophora apiculata, R. lamarckii, R. mucronata, and R.stylosa. In addition, if it is compared to another places, thenumber species of Rhizophoraceae family of the mangroveforest at Baluran National Park are complete, because it isfound more than 75 percent of number species ofRhizophoraceae.

Keywords: Rhizophoraceae, mangrove forest, BaluranNational Park.

Biodiversitas Poster

BP-01Stratifikasi Pepohonan di Gunung Lawuberdasarkan Diagram Profil Hutan secaraHorizontal dan Vertikal

Tree stratification in Mount Lawu based on horizontally andvertically forest diagram profiles.

Ahmad Dwi SetyawanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Mount Lawu is one of the last sanctuaries ofmountain forest ecosystem in central part of Java. Thismount is an ecotone of wetter ecosystem in western Javaand dryer ecosystem in eastern Java. The mount is thewestern last frontier in distribution of Casuarinajunghuhniana that is beginning from Timor island. Theresearch conducted in Juny-October 2003, in the southernslope of Mount Lawu, from 1900-3265 m asl (top of peak).The results indicated that at 1900-2100 m asl, the treeforest dominated by Schefflera spp. They have 3-4 storeysand the highest canopy is about 25 m. At 2100-2500 m asl,the forest dominated by C. junghuhniana and Albizialophanta. They have 2-3 storeys and the highest canopy isabout 18 m. At 2500-3000 m asl., the forest dominated by

Vaccinium varingaefolium (tree form) and A. lophanta. Theyhave 1-2 storeys and the highest canopy is about 12 m. At3000-3265 m asl, the forest dominated by V. varingaefolium(shrub form) and A. lophanta. They have only one storeyand the highest canopy is about 7 m. Altitude had beenreduced high of tree and the number of storey, andinfluenced dominant tree and morphological characters, inthe same manner as V. varingaefolium.

Keywords: tree stratification, Mount Lawu, forest diagramprofile.

BP-02Analisis Komposisi Nutrisi Rumput LautSargassum crassifolium J. Agardh

Nutritional Composition Analysis of Sargassum crassifoliumJ. Agardh.

Tri Handayani, Sutarno, Ahmad Dwi Setyawan

Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. The aim of the research was to find outnutritional composition of seaweed Sargassum crassifoliumJ. Agardh, i.e. the amount of protein, mineral (ash), mineralelements (Ca, P, Fe), vitamin A, vitamin C, lipid, alginatesand fatty acids. S. crassifolium is a species of brownseaweed. It was consumed as source of food by peopleliving in the coastal areas, but the use have not maximal,because nutritional composition information not complete.Related to that case this research is conducted to knownnutritional composition of seaweed, which can support assource of food. The measurement of amount of protein wasdone by Lowry method. The measurement of mineral (ash)by ashing process, mineral elements (P, Ca, Fe) were doneby using spectrophotometer and atomic absorptionspectrophotometer (AAS). Vitamin C was done by titrimetrymethod and vitamin A was measured by usingspectrophotometer. The measurement of lipid by extractionmethod with soxhlet, while fatty acids were measured byfatty acids methyl esters (FAMEs) extraction method. Theresearch result showed that talus S. crassifolium have onaverage of protein 5.19% (w/w), mineral (ash) 36.93%(w/w), calcium (Ca) 1540.66 mg/100g, phosphor (P) 474.03mg/100g, iron (Fe) 132.65 mg/100g, vitamin C 49.01mg/100g, vitamin A 489.11 µg RE/100g, lipid 1,63% (w/w),alginates 37.91% (w/w), fatty acids composition i.e. lauricacid (120) 1,45%, meristic acid (140) 3.53%, palmitic acid(160) 29,49%, palmitoleic acid (161) 4,10%, oleic acid (181)13,78%, linoleic acid (182) 33.58% and linolenic acid (183)5.94%. Based on the nutritional value, this species havehigh economical value prospect.

Keywords: nutritional composition, seaweed, Sargassumcrassifolium.

BP-03Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicumL.) dengan Pemberian Kolkisin pada Umbi Lapis

The Induction of polyploid onions (Allium ascalonicum. L)with giving colchicine on bulbs.

Page 11: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xi

Suminah, Endang Anggarwulan, Ahmad Dwi Setyawan

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The aims of this research was to investigateconcentration of colchicine, long time put in the colchicinesolutions, and interaction concentration of colchicine withlong time put in colchicine solutions. The framework of theresearch was that colchicine cause spindle fibers fail to beformed in many cells. The chromosome did not separate topoles and stayed on the equatorial plate. The duplicatedchromosome without membrane forms got a nucleus withdouble chromosome number. Complete random design wasused in the research with 3x3 factorial design, with 3replicate. The first factor was concentration of colchicine,consisting of 0.02%, 0.04%, and 0.06% subsequently. Thesecond factor was long time put in colchicine solutionconsisting of 3 level: 6 hours, 9 hours, and 12 hourssubsequently. The collected data were analyzed by usingANOVA and continued with DMRT in the level of 5%.Variable observed were morphology, anatomy, andcytology. The result of research indicated that increasing ofconcentration was not increased ploidi. The increasing ofthe long put in the colchicine solutions increasedchromosome number. There was interaction concentrationof colchicine with long time put in the colchicine solutions,that influencing in morphology, anatomy, and cytologycharacters.

Keyword: Allium ascalonicum. L, concentration ofcolchicine, long time in the colchicine solution, polyploid

BP-04Variasi Pola Pita Isozim Beberapa Anggota GenusCurcuma

Variation on isozymic pattern of some member of GenusCurcuma

Purin Candra Purnama, Ahmad Dwi Setyawan,Asriati Asih LestariJurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. The research had been conducted to knowdiversity of commerce Curcuma in traditional marked ofSolo and Yogyakarta, based on isozymic pattern. The plantmaterials were Curcuma aeruginosa Roxb. (temu ireng), C.heyneana Val. & van Zipj. (temu giring), C. mangga Val.(temu mangga), C. purpurascens Bl. (temu gleyeh), C.xanthorrhiza Roxb. (temu lawak), and C. zedoaria (Berg.)Rosc. (temu putih). The isozymic systems used esteraseand peroxidase. The research indicated that all of thespecies have close relationship, with similarity index morethan 60%.

Keywords: isozymic pattern, Curcuma

BP-05Seleksi dan Identifikasi Isolat CendawanSelulolitik dan Lignoselulolitik dari LimbahPenyulingan Daun Kayu Putih (Melaleuca

leucadendron L.) dari Kesatuan Pemangku Hutan(KPH) Gundih Kabupaten Grobogan

Selection and identification of cellulolitic and lignocelluloliticfungi from organic waste of distilled cajuput oil (Melaleucaleucadendron L.) from KPH Gundih, Grobogan regency.

Bastiyah Dewi Zumrotiningrum, Ari Susilowati,WiryantoJurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The aim of this research was isolating andselecting fungi that degrading cellulose and lignocellulose oforganic waste from cajuput oil distillation. The researchoutline is organic waste from cajuput oil distillation containcellulose and lignocellulose that cause naturally compostingprocess take long time. The difficulty of organic wastedecomposition depends on the matters in the tissue. Tospeed up decomposition process it need microorganism.Fungi have more ability to degrade cellulose andlignocellulose than bacteria. Because of that it wasnecessary to isolate and select fungi that able degradecellulose and lignocellulose of organic waste from cajuputoil distillation. According to the aims, this research wasdone by isolating and identifying fungi from organic wastefrom cajuput oil distillation and soil where organic wastefrom cajuput oil distillation was throw away. The selectioncellulolytic fungi by inoculate fungi on CMC agar mediumand to select lignocellulolytic fungi by inoculate soil dilution10-4 to agar medium which was added with organic wastefrom cajuput oil distillation. The result showed that total of 6fungi was isolated from organic waste from cajuput oildistillation and soil where organic waste from cajuput oildistillation was throws away. Aspergillus parasiticus, A.nidulans and Trichoderma harzianum have ability todegrade cellulose. And fungi that have ability to degradelignocellulose of organic waste from cajuput oil distillation isA. parasiticus. A. parasiticus more potential degradecellulose and lignocellulose organic waste from cajuput oildistillation than other fungi that found.

Keyword: cellulolytic- lignocellulolytic fungi, organic waste,cajuput oil.

BP-06Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di PantaiUtara Kabupaten Rembang berdasarkan Pola PitaIsozim

Mangrove plants diversity in northern coast of RembangRegency based on isozymic pattern

Asriati Asih Lestari, Suranto, Ahmad Dwi Setyawan

Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. Mangrove ecosystem is one of the mostthreatened ecosystems in Java. Mangrove ecosystem inPasar Banggi, Rembang is an anthropogenic sustainableecosystem. The aim of the research is to find out mangroveplant diversity in this area based on isozymic pattern. Theresearch conducted for three main genera of mangroveplant that consist of 5 species, namely Sonneratia alba, S.

Page 12: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixii

caseolaris, Rhizophora stylosa, R. mucronata, andAvicennia officinalis. Each species was assayed 10individual. The used enzyme systems were esterase andperoxidase. The result indicated that intra-specific variationis very little (IS < 80%), while inter specific variation is muchgreater (IS > 80%), but genus Sonneratia had very littlevariation (IS 80%).

Keywords: diversity, mangrove, Rembang, isozyme.

BP-07Pengaruh Jenis Tegakan Hutan terhadatBiodiversitas Hewan Permukaan Tanah di BKPHNglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar

Biodiversity of animals that are living on the surface of soilunder the forest stands surrounding Japan Cave of BKPHNglerak, North Lawu, Karanganyar

Sugiyarto1,2, Dhini Wijaya1, Suci Yuliati Rahayu1

1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

2 Program Doktor Pascasarjana UNIBRAW Malang

ABSTRACT. The study of animal biodiversity that lived onthe surface of soil under the stands forest surround JapanCave BKPH Nglerak, North Lawu, Karanganyar has beedone. Observations were conducted in 6 stations ofdifferent stands of forest. Animals were caught by pit falltrap method. In each catching was found about 22 animalsconsisting of 6 families with Simpson’s diversity index of0.5. The result of identification indicates that those animalsbelong to 4 classes: Insects (9 orders), Arachnids (2orders), Diplopods (2 orders), and Crustacean (1 order).The most diverse animals was found in the habitat of pinestands while the lowest one found in the habitat ofcultivated plants.

Keywords: biodiversity, surface soil animals, Japan Cave,Lawu.

BP-08Pertumbuhan dan Produksi Saponin Kultur kalusTalinum paniculatum Gaertn. pada VariasiPenambahan 2,4-Dikrorofenoksi Asetat dan Kinetin

Growth and saponin production of Talinum paniculatumGaertn. callus culture on various addition with 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) and kinetin

Dian Pramita Wardani, Solichatun, Ahmad DwiSetyawanJurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. The objectives of the research were to studythe effect of 2,4-dichlorophenoxiacetic acid (2,4-D) andkinetin on callus growth and saponin production fromTalinum paniculatum callus. The outline of the research wasTalinum paniculatum as a medicinal plant potentially to bedeveloped with in vitro culture method. The addition of 2,4-D and kinetin in culture’s medium would induce protein

synthesis, further more it would influence cell proliferationand cell metabolism with regulation enzyme action, so thatboth of induced callus growth and secondary metabolismproduction from the cell that be cultured. The research usedfactorial completely randomized design with two factors(2,4-D concentration: 0 mgl-1, 0,5 mgl-1, 1 mgl-1, 1,5 mgl-1and kinetin concentration: 0 mgl-1, 0,5 mgl-1, 1 mgl-1, 1,5mgl-1) with three replicates. Data that be collected werequalitative data (callus morphology included textur andcolour of callus) and quantitative data (callus growth rate,callus wet weight, callus dry weight and saponin content).Data were analyzed by using anova and followed by DMRT5% confidence level and corelation regresion. The result ofthe research indicated that the treatment with addition plantregulation (2,4-D and kinetin) on MS medium havesignificant effect on callus growth and saponin production.Addition 2,4-D 1,5 mgl-1 and kinetin 1,5 mgl-1 as a optimumcombination concentration to induce callus growth andsaponin production.

Keywords: callus growth, saponin, Talinum paniculatumGaertn., 2,4-D, kinetin.

BP-09Toksisitas Ekstrak Tembakau Sisa Pabrik Rokokterhadap Lipas (Periplaneta americana L. danBlatta orientalis L.)

Toksisitas Ektrak Tembakau Sisa Pabrik Rokok terhadapLipas (Periplaneta americana, L. dan Blatta orientalis, L.)

Edwi Mahajoeno1, Sunarto1, Partaya21 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.

Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

2 Program Pendidikan Biologi FPMIPA UNES Semarang

ABSTRACT. The objectives of this research were to knownicotine concentration on the waste of tobacco from threecigarette manufactures that can be used as an insecticide,and the value of LD50-24 hours of tobacco extract oncockroaches Periplaneta americana and Blatta orientalis.The materials were filtrated and isolated using a steam dis-tillation technique, followed with thin layer chromatographyto know the composition of the substance. Total nicotineconcentrations were read using spectrophotometer, and thewaste with highest concentration was used for the trial oncockroaches. Seven dosage variations between 12,500 to60,000 ppm were tested on 10 cockroaches triplicate. Thevalue of LD50- 24 hrs was resulted from probit analysis,and the result indicated that the highest concentration ofnicotine on the waste was 13,36%. The value of LD50- 24hrs on cockroaches (Periplaneta americana, L and Blattaorientalis, L) were 86,46 g/g, and 72,76 g/g categorizedas mild toxicity.

Keywords: toxicity, tobacco extract, Periplaneta americanaand Blatta orientalis

BP-10Pertumbuhan Kalus dan kandungan Minyak AtsiriNilam (Pogostemon cablin (Blanco) Bth.) denganPerlakuan Asam – Naftalen Asetat (NAA) dan Kinetin

Page 13: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xiii

Callus growth and essential oil of nilam (Pogostemon cablin(Blanco) Bth.) on the treatment with -naphtalene aceticacid and kinetin

Guntur Trimulyono1,, Solichatun1, , Soerya DewiMarliana21 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36A

Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

2 Jurusan Kimia FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The objectives of the research were to studythe effect of adding of -naphtalen acetic acid (NAA) andkinetin on callus growth and essensial oil production fromnilam (Pogostemon cablin (Blanco) Bth.) callus culture. Theoutline of the research was the callus growth and secondarymetabolite production from plant’s body could be triggeredby the occurrence of plant growth regulation. The additionNAA and kinetin in culture’s medium would influence cellproliferation and synthesis of protein, so that both ofinduced callus growth and secondary metabolismproduction from the cell that be cultured. According to theresearch objectives, the research was done by using in vitrocallus culture method to obtain callus from explant P. cablinleaf and to induce essensial oil production. In vitro cultureprocess consist of two stage. First stage was the callusinitiation medium induced the callus from explant. Theexperiment was done by medium Murashige-Skoog (MS)with 2,4-D 0,5 mg/l and kinetin 0.5 mg/l; and the secondstage was the medium treatment induced callus growth andessensial oil production. The research used factorialcompletely randomized design with two factors (NAAconcentration: 0mg/l, 0,5 mg/l, 1,0 mg/l, 2,0 mg/l; andkinetin concentration: 0 mg/l, 0,5 mg/l, 1,0 mg/l, 2,0 mg/l)with 3 replicates. The collected data were qualitative data(callus morphology include texture and colour callus) andquantitative data (callus growth rate, callus dry weight andessensial oil content). Data were analyzed by Anova andfollowed by DMRT 5% confidence level and correlationregretion. The result of the research indicated the treatmentwith addition plant growth regulation (NAA and kinetin) onMurashige-Skoog’s medium had significant effect on callusgrowth rate but it didn’t have significant effect on callus dryweight and the increase of produced essential oil.

Keywords: Pogostemon cablin (Blanco) Bth., growth rate,In vitro, essential oil.

BP-11Studi Keanekaragaman Anggrek Epifit di HutanJobolarangan

A Study of the epiphytic orchids in Jobolarangan Forest

Marsusi1, Cahyanto Mukti1, Yudi Setyawan1, SitiKholidah2, Adiani Viviati31 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.

Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

2 Mapala "Sentraya" Fakultas Sastra UNS Surakarta 571263 Mapala "Gopala Valentara" Fakultas Hukum UNS Surakarta

57126

ABSTRACT. The objective of the research was to knowthe species of epiphytic orchids in Jobolarangan forest.

The orchid samples were taken from all stand-plants. Theplants were chosen randomly by considering the diversityand richness of orchids that attach on it. Each plant wassampled in three repetitions. Sampling of orchidsexistence in the plant’s stand were done using transectmethod through a zonation system. In this research 11epiphytic-orchids such as Bulbophyllum bakhuizenii Stenn,Coelogyne miniata Lindl, Coelogyne rochussenii de Vr.,Dendrobium bigibbum Lindl., Dendrobchilum longifolium,Eria bogoriensis, J.J.S. Liparis caespitosa (Thou.) Lindl.,Liparis pallida (Bl.). Pholidota globosa (Bl.) Lindl.,Polystachya flavescens (Bl.) J.J.S., and Trichoglottis sp.were found. The host plant stand that was attached withmost orchids was Schefflera fastigiata and Saurauiabracteosa, generally in zone three.

Keywords: epiphytic orchids, host plants, diversity.

BP-12Keragaman Tumbuhan Berbunga Taman NasionalGunung Halimun, Jawa Barat

Diversity of flowering plants in Gunung Halimun NationalPark, West Java

Harry Wiriadinata"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Baratmerupakan salah satu kawasan konservasi keaneka-ragaman hayati yang masih baik. Selain berfungsi untukmenjaga tataguna air, kawasan ini merupakan kubu terakhirbagi perlindungan flora dan fauna yang sekarang sudahmulai mengalami erosi menuju kelangkaan. Sayangnya adabeberapa lahan vegetasi yang terganggu oleh adanya PETI(penambang emas tanpa ijin), penebangan liar dan perla-dangan yang dilakukan masyarakat sekitar kawasan ini.Ditinjau dari segi botani, koleksi tumbuhan yang pernahdilakukan bersifat sporadik sehingga belum semua dataflora kawasan tersebut terkumpul. Untuk membantu penge-lolaan Taman Nasional ini, sejak 1996 hingga 2003 secaratidak periodik telah dilakukan eksplorasi dan inventarisasikeragaman tumbuhan pada beberapa lokasi. Dari datakoleksi herbarium yang terkumpul dapat diketahui bahwakawasan ini sangat kaya akan keragaman tumbuhannya.Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga telah terekam.

Kata kunci: Tumbuhan taman nasional Gunung Halimun.

BP-13Kekayaan Tumbuhan Paku di Kawasan Cikaniki,Tanjakan Kudapaeh, Cikeris, Gunung Botol, danGunung Bentanggading, Taman Nasional GunungHalimun, Jawa Barat

Ferns richness in the area of Cikaniki, Tanjakan Kudapaeh,Cikeris, Gunung Botol, and Gunung Bentanggading,Gunung Halimun National Park, West Java

Arief Hidayat, Harry Wiriadinata

"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

Page 14: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixiv

ABSTRAK. Walaupun tumbuhan paku banyak terdapat dikawasan Taman Nasional Gunung Halimun, namunpenelitian kelompok tersebut belum secara serius ditanganiatau dikemukakan. Penelitian yang baru-baru ini dilakukandikhususkan untuk mengetahui kekayaan tumbuhan paku,ekologi dan persebarannya pada kawasan Cikaniki,Tanjakan Kudapaeh, Cikeris, Gunung Botol, dan GunungBentang Gading. Kekayaan tumbuhan paku cukup tinggikarena berdasarkan hasil eksplorasi dan 10 petak cuplikana 100 m2 yang diletakan di kawasan tersebut tercatatsekitar 119 jenis tumbuhan paku termasuk dalam 63 margadan 24 suku.

Kata kunci: tumbuhan paku, Taman Nasional GunungHalimun

BP-14Kaitan Taksonomi Tumbuhan dan Etnobotani padaMasyarakat Dayak Ot Danum, Haruwu, KalimantanTengah

Relevance of plant taxonomy and ethnobotany in Dayakpeople Ot Danum, Haruwu, Central Kalimantan

Wardah, Harry Wiriadinata

"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Suku Ot Danum di Desa Haruwu, KalimantanTengah adalah masyarakat yang masih menganut sistemkepercayaan Kaharingan, kehidupannya masih sangatsederhana tergantung dari sumber daya tumbuhan yangada. Tumbuhan yang dimanfaatkan sehari-hari sepertiuntuk perahu, rumah, kayu bakar, bahan obat dan lainnyasangat beragam. Penelitian taksonomi, etnobotani danpengumpulan artifak dari daerah tersebut mencerminkanbesarnya pengetahuan masyarakat tentang keragamantumbuhan yang ada dan kearifan dalam pemanfaatan sertakelestarian tumbuhan yang bersangkutan.

Kata kunci: keragaman tumbuhan, masyarakat Dayak, OtDanum, Kalimantan Tengah.

BP-15Biologi Bunga dan Perbanyakan Mawar Hijau(Rosa x odorata "viridiflora")

Flower biology and the reproduction of green rose (Rosa xodorata "Viridiflora")

Hartutiningsih-M. Siregar, I Putu SuendraUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali –LIPI. Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail : [email protected]. [email protected]

ABSTRAK. Mawar hijau (Rosa x odorata "viridiflora") ataupopular dengan green rose, merupakan salah satu jenismawar unik koleksi Kebun Raya Bali. Tinggi berkisar antara75 cm, batang berduri, daun hijau, mengkilap dengan anakdaun 3-5 berbentuk lonjong, bunga membentuk roset yangtersusun atas tajuk yang berwarna hijau. Penelitian fenologibunga dimulai dari tahap pertumbuhan dan perkembangankuncup bunga sampai bunga gugur, setiap tahap dicirikan

dengan satu atau lebih perubahan. Penelitian perbanyakanvegetatif dilakukan di rumah kaca Pembibitan Kebun RayaBali dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap.Bahan penelitian yang digunakan adalah stek batangpanjang 15 cm. Perlakuan terdiri dari A: rootone F, B: atonik1 ml/l, C: atonik 2 mIll, D: IAA 1 mg/l, E: I BA 1 m g/l, F: NAA 1 m g/l, K: K ontrol. Hasil penelitian menunjukkanbahwa stek lebih responsif terhadap rootone F denganpersentase stek hidup tertinggi (66,67%), rootone F memacu terbentuknya tunas paling cepat (25 hst, hst=harisetelah tanam), stek paling cepat tumbuh dan berkembangsampai terbentuknya bunga (147 hst).

Kata kunci: biologi bunga, perbanyakan, mawar hijau(Rosa x odorata "viridiflora").

BP-16Inventarisasi dan Penggunaan Jenis-jenis Bambudi Desa Tigawasa-Bali

The inventory and use of bamboo species in Tigawasavillage-Bali

Ida Bagus Ketut ArinasaUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali –LIPI. Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail : [email protected]. [email protected]

ABSTRAK. Tigawasa adalah sebuah desa tradisional yangsangat terkenal sebagai pusat kerajinan anyaman bambu diKabupaten Buleleng-Bali. Sebagai sentra kerajinananyaman bambu yang telah digeluti sejak berabad-abadlalu, masyarakatnya telah melaksanakan konservasi bambusecara tradisional disekitar rumah dan kebunnya. Dari hasilinventarisasi diketahui bahwa sebanyak 19 jenis dari 4marga bambu terdapat di desa ini. Marga Gigantochloa danSchizostachyum mendominasi jenis-jenis yang ada. Duamarga bambu ini paling banyak populasi danpenggunaannya untuk bahan baku kerajinan anyamandibandingkan dengan marga dan jenis yang lain. Penelitianini dilakukan pada bulan Juni 2003 di desa Tigawasadengan metode jalur dan wawancara. Penganekaragamanproduk anyaman bambu berkembang sesuai kemajuanteknologi dan tuntutan jaman. Banyak muncul motif barudan pemakaian warna atau cat untuk menghasilkan produktertentu. Namun demikian masyarakat desa ini lebihmenekuni anyaman " sokasi " dan gedeg (bedeg) yangmenjadikan desa ini sangat terkenal di Kabupaten Bulelengkhususnya dan Bali pada umumnya bahkan kemancanegara. Pesatnya perkembangan industri rumahtangga berbahan bambu ini berakibat pada kurangnyapersediaan bahan baku. Sekitar 2 truk bambu buluh setiapminggu didatangkan secara rutin dari daerah Jawa Timuruntuk mengatasi menipisnya persediaan bahan baku lokal.

Kata kunci: inventarisasi, bambu, desa Tigawasa, Bali.

BP-17Keanekaragaman Nepenthes di Taman WisataAlam Nanggala III, Luwu, Sulawesi Selatan

Nepenthes diversity in Taman Wisata Alam Nanggala III,Luwu, Sulawesi Selatan

Page 15: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xv

I Dewa Putu Darma, I Putu Suendra, Hartutiningsih-MSiregarUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali –LIPI. Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail : [email protected]. [email protected]

ABSTRAK. Nepenthes spp. tumbuhan penangkap serang-ga (carnivorous plants), merupakan herba/epifit, tumbuhmemanjat dengan menggunakan sulur yang terletak diujungdaun. Daun tunggal, tersebar, bagian ujung mengalamimetamorfosis menjadi kantong. Penelitian ekologi untukmengetahui populasi Nephenthes dilakukan di kawasanhutan wisata Nanggala III, Luwu, Sulawesi Selatan denganmenggunakan metoda transek. Petak dibuat mulai dariketinggian tempat 900, 1000, 1100 dan 1150 m dpl. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa Nepenthes tumbuh padatempat terbuka, tanah bebatuan dengan humus tipis padalereng bukit yang menghadap sinar matahari dan pH tanah6,5. Ditemukan 3 jenis Nepenthes yaitu N. maxima, N.danseri dan N. glabrata dengan kerapatan tertinggi pada N.maxima (35 individu/100 m2), N. danseri (20 individu/100m2

dan N. glabrata (10 individu/100 m2, sedangkan frekuensitertinggi pada N. maxima (30%), N. danseri (20%) dan N.glabrata (2%).

Kata kunci: Nepenthes, Taman Wisata Alam Nanggala III,Luwu.

BP-18Pengenalan Jenis Anggrek Alam Potensial diKebun Raya Bali

Identification of useful wild orchid species in Bali BotanicGarden

I Gede Tirta, I Made Raharja PenditUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali –LIPI. Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail : [email protected]. [email protected]

ABSTRAK. Tanaman anggrek memiliki daya pesona yangunik dan menarik, hal ini menggugah masyarakatkhususnya para pencinta, ahli, dan pengusaha anggrekuntuk mengkoleksi dan mengembangkannya. Jenis-jenisanggrek yang masih alami merupakan plasma nutfah yangbemilai tinggi terutama sebagai bahan induk silanganKebun Raya Bali sebagai salah satu lembaga konservasiex-situ telah berhasi mengkoleksi anggrek sebanyak 518jenis, 136 marga. Upaya untuk meningkatkan koleksianggrek alam merupakan suatu hal yang sangat penting,hal ini dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan di KebunRaya, seperti eksplorasi, inventarisasi, menentukan statusklasifikasi, konservasi ex-situ, publikasi semi ilmiah,melakukan pendidikan dan kerjasama dengan instansi lain.Jenis-jenis anggrek alam yang mempunyai potensi untukdikembangkan diantaranya; Aerides odorata, Arachnis flosaeris, Arundina graminifoli, Ascocentrum miniatum, Bulbo-phyllum echinolabium, B. lobbii, Coelogyne celebensis, C.pandurata, C. speciosa, Cymbidium chloranthum, C.finlaysonianum, Dendrobium binoculare. D. macrophyllumEpidendrum ciliare, Paphiopedilum javanicum, Phaiusflavus. P. tankervilliae. Phalaenopsis amabilis, P.celebensis, Rhynchostylis retusa, dan Vanda tricolor.

Kata kunci: Anggrek alam, pengenalan, potensial.

BP-19Keanekaragaman dan Habitat Anggrek Epifit diKebun Raya Eka Karya Bali

Species diversity and habitat of epiphytic orchids in EkaKarya Bali Botanic Garden

I Gede TirtaUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali –LIPI. Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail : [email protected]. [email protected]

ABSTRAK. Pengamatan keanekaragaman anggrek epifit diKebun Raya Eka Karya Bali dilakukan di 11 lokasi dengan26 petak ukur. Penelitian yang dilakukan bertujuan untukmengetahui keanekaragaman dan pohon inang sebagaitempat tumbuhnya anggrek epifit yang ada di Kebun RayaEka Karya Bali, serta jenis yang dominan. Metode yangdigunakan pada penelitian adalah metode survei. Totaldaerah penelitian adalah 51 hektar. Intensitas samplingyang digunakan sebesar 0,02% dan total petak ukur yangdibuat adalah 26 petak ukur, yang merupakan zona koleksidan zona konservasi. Luas daerah zona koleksi 41 hektardan zona konservasi 10 hektar. Peletakan petak ukurdilakukan secara sistematis dengan awalan random artinyapeletakan petak ukur berikutnya ditetapkan dari pemilihansampling pertama. Jarak antara petak ukur pertama denganpetak ukur berikutnya adalah 100 m. Masing-masing petakukur dengan ukuran 20 x 20 m. Hasil pengumpulan dataanggrek epifit yang tumbuh di Kebun Raya Eka Karya Balidiperoleh 41 jenis anggrek yang termasuk dalam 18 marga.Nilai densitas tertinggi pada zona koleksi yaitu pada pohoninang Syzygium polyanthum dengan jenis anggrek yangdominan adalah Bulbophyllum obsconditum dengan nilai20,2 ind/pohon dan di zona konservasi anggrekBulbophyllum obsconditum memiliki densitas tertinggidengan pohon inang adalah Eugenia jamboloides dengannilai 25,85 ind/pohon. Nilai Indek Diversitas (ID) pada zonakoleksi lebih tinggi daripada zona konservasi karena jumlahjenis di zona koleksi lebih banyak yaitu 40 jenisdibandingkan zona konservasi yang jumlahnya 26 jenis.Pada zona koleksi dan zona konservasi merupakan hutanyang heterogen karena nilai indek diversitasnya tinggi danhampir mendekati satu, yaitu indek diversitas di zonakoleksi yang tertinggi 0,87 dan di zona konservasi 0,867.

Kata kunci: keanekaragaman, anggrek epifit, pohon inang.

BP-20Pemanfaatan Tebu dalam Upacara Adat diKabupaten Tabanan, Bali

The use of sugar cane on traditional ceremony in RegencyTabanan, Bali

I Nyoman Peneng, I Wayan SumanteraUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali –LIPI. Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail : [email protected]. [email protected]

ABSTRAK. Tebu (Saccharum officinarum L.) bergunadalam upacara adat Hindu di Bali, sehingga masyarakatmembudidayakannya terutama di pekarangan rumah.Meskipun populasinya kecil, namun keberadaannya telah

Page 16: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixvi

tersebar luas di Bali. Petani telah memanfaatkannyasebagai komuditas perdagangan di pasar, terutama untukupacara adat. Pemanfaatan tebu dalam upacara adat,sangat populer sebagai identitas perkawinan. Sepucuk tebuselalu dipasang pada bagian depan mobil tatkalarombongan menuju rumah mempelai perempuan untukberpamit. Batang tebu baik utuh maupun telah dibelahmerupakan bahan baten/sesajen seperti sebagai tegen-tegenan (persembahan hasil bumi), raka-raka (buahcanang), pedangal (potong gigi), dan lain-lain. Penelitianyang dilakukan di Kabupaten Tabanan Bali sebagai upayauntuk mengetahui keanekaragaman tebu dan peranannyadalam upacara adat di Bali. Hasilnya menunjukkanmasyarakat menggunakan delapan kultivar tebu untukupacara adat seperti: tebu ratu/raja, tebu tiying, tebukuning, tebu selem/hitam/cemeng/ireng, tebu malem, tebutawar, tebu salah, dan tebu swat. Berfungsi sebagaiidentitas persembahan, penyucian, penolak bala, pakansapi putih yang disucikan. Kenyataan di masyarakat Balimenunjukkan masih lemahnya pengetahuan tentang tebuuntuk upacara adat dan sedikit orang yang menanamnya.Adanya kepercayaan peranan tebu dalam upacara adatbermakna untuk mendukung upaya pelestariannya di Bali.Untuk itu perlunya penggalakan pembudidayaannyadengan memperkenalkan keragaman, pencerahan maknaupacara, dan penyebaran bibitnya.

Kata kunci: tebu, upacara adat, Bali.

BP-21Potensi Hutan Bukit Tapak sebagai SaranaUpacara Adat, Pendidikan dan KonservasiLingkungan

Potency of Bukit Tapak forest as means for traditionalceremony, environmental conservation and education

I Wayan Sumantera

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali –LIPI. Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail : [email protected]. [email protected]

ABSTRAK. Bukit Tapak (1903 m. dpl.) merupakan CagarAlam Batukau I, bagian dari tiga kawasan yang termasukCagar Alam Batukau (1762,8 ha; 1974). Berada di kawasanBedugul, arah timur Kebun Raya Eka Karya, Bali (154,5 ha;1979) dan pemukiman wilayah Desa Candikuning (1152KK, 4475 jiwa) serta berdekatan dengan tiga danau sumberair Bali, yaitu Beratan, Buyan, dan Tamblingan. Tumbuhankhasnya adalah cemara geseng (Casuarina junghuhniana),cemara pandak (Dacrycarpus imbricatus), nyabah (Pinangaarinacea), paku kidang (Dicsonia blumeii), dan purnajiwa(Euchreta horfieldii). Tumbuhan pionir di puncak bukitadalah cemara geseng dan yang endemik cemara pandak,yang keduanya berdaun jarum dan mendasari mulapertama Kebun Raya Bali diperuntukkan sebagai kawasankonservasi ex situ flora berdaun jarum, khususnya darikawasan timur Indonesia. Nyabah yang dinyatakan sebagaipalem jenis baru dinamakan arinasae nama seorang stafkebun raya yang mempelopori konservasinya. Selain pakukidang yang langka, di kawasan Bukit Tapak terdapat 15jenis tumbuhan yang berguna dalam upacara adat, sepertikayu sisih, kayu tulung, peji, pisang dan lain-lain.Masyarakat Bali percaya bahwa hutan adalah kawasan suciyang keramat, yang dikuatkan dengan adanya Pura Teratai

Bang dari abad ke-16 di kaki Bukit Tapak dan adanyakuburan Islam dan keramat di puncaknya (1938 m. dpl.).Untuk menjaga pelestarian hutan sebagai kawasankonservasi, memerlukan pendekatan pada masyarakat danpara pendaki secara moral dan terintegrasi sepertipemberdayaan potensi hutan sebagai sarana pendidikanlingkungan/ konservasi, sarana upacara adat, dan sumberbahan obat.

Kata kunci: pendidikan konservasi, Bukit Tapak, Bali.

BP-22Keanekaragaman Kultivar Pisang di SemarangJawa Tengah

Diversity of cultivated banana from Semarang, CentralJava.

JumariJurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro (UNDIP). Jl. Prof.Soedarto Tembalang Semarang

ABSTRAK. Pisang merupakan tanaman asti Indo-Malaya.Keberadaannya mengaiami gangguan serius karenaberbagaj serangan hama dan penyakit. Identifikasi dankarakterisasi kultivar pisang penting dilakukan dalamrangka penyediaan sumber genetik untuk perakitan bibitunggul baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikeanekaragaman kultivar pisang di Semarang sertakomposisi genomnya. Selain itu juga untuk mencari kuitivardengan sifat unggul yang mempunyai potensi produksltinggi, serta tahan terhadap penyakit Materi penelitianberupa populasi kultivar pisang yang terdapat di Semarang.Cara penelitian dengan penjelajahan mencakup 17 desadan 9 kecamatan. Penentuan komposisi genommenggunakan metode skoring. Dari hasil penelitiandidapatkan 46 kultivar pisang, yang terbagi dalarn 7kelompok genom: AA, AAB, AB, ABB, BB, dan ABBB.Pisang diploid, seperti: Klutuk, Jalinan, Kayenjambe, MasMauli, dan Jaran cenderung mempunyai potensi buah yangtinggi serta tahan terhadap penyakit.

Kata kunci: Kultivar pisang, komposisi genom

BP-23Penyudetan Sungai Citanduy, Buah SimalakamaKonservasi Ekosistem Mangrove Segara Anakan

Citanduy river diversion, advantages and disadvantagesplan to conserve mangrove ecosystem in Segara Anakan

Kusumo Winarno, Ahmad Dwi Setyawan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.

Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected] Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126

ABSTRACT. Mangrove ecosystem at Segara Anakanlagoon, Cilacap having specific characteristics so that indeveloping this area should consider the conservationaspect. This area is the widest conserved-mangroveecosystem at Java, and the place for breeding of manyspecies of fish, crustacean and others. Thousand families of

Page 17: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xvii

fisheries were supported both direct and indirectly from thisecosystem. However, along with the development activitiesin the watershed of Citanduy, Cimeneng/Cikonde and otherrivers connected to the area has brought about the increaseof sediment, and threaten the existence of the lagoon andsurrounding mangrove ecosystem. Diversion of Citanduyriver, dredging sediment, and reboisation of the watershedriver was a preference of conserving the ecosystem,however, the diversion could be forming a new ecosystem,that actually threat the fisheries and tourism activities atPangandaran, Ciamis.

Keywords: mangrove, Citanduy river, Segara Anakanlagoon, sedimentation, diversion.

BP-24Pengaruh Ekstrak Daun Mimba (Azadirachtaindica A. Juss) terhadap Penurunan MortalitasLele Dumbo (Clarias gariepinus) akibat InfeksiAeromonas hydrophila

The influence of Neem Leaves Extract (Azadirachta indicaA. Juss) to Decrease Mortality of Catfish (Clariasgariepinus) caused by the Infection of Aeromonashydrophila

Gde Irawan Satrya Wichaksana, Kusumo Winarno, AriSusilowatiJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The aims of the research was to know about:(i) the concentration of Aeromonas hydrophila bacteriawhich resulted in occurring 50% mortality during 72 hours(LC50-72) over catfish, (ii) the concentration of neem leavesextract which resulted in occurring 50% mortality during 12hours (LC50-12) over catfish, (iii) the optimum concentrationof neem leaves extract, which can decrease the level ofcatfish mortality caused by A. hydrophila infection. Theframework of this research is that catfish is the commodityof fishery which is intensively cultivated. However it mustface the problem of disease caused by A. hydrophila, whichresulted in occurring the high mortality. Neem`s is learnedhaving anti-bacterial within it. It hopes decreasing the levelof catfish mortality caused by A. hydrophila infection. Inaccordance with the problems and aims of this research, itis a laboratory experiment. They are (i) Steeping the catfish(size ± 6-8 cm) into 5 varieties of bacteria concentration atlogarithmical phase with 2 repetitions of 0% concentration(control), 2,5%, 5%, 7,5%, 10 with the measuring rod ofmortality amount of catfish after 72 hour of treatment (testa). (ii) Steeping the catfish into 5 varieties of theconcentration neem leaves extract with 2 repetitions at 0%concentration (control), 2,5%, 5%, 7,5%, 10% with themeasuring rod of mortality amount of catfish after 12 hoursof treatment (test b). (iii) Determining 6 varieties of neemleaves extract which is tightened from experiment LC50-12the neem leaves extract over the catfish with 2 repetitions inthe concentration of bacteria, and the determined steepingtime from the experiment of LC50-72 of A. hydrophila over thecat fish with the measuring rod of catfish mortality after 72hours treatment (test c). This research is applying probityanalysis (test a and b) and ANOVA (test c). This researchobtains: (i) LC50-72 of A. hydrophila over catfish is 2,0615%

or equals 1,65x108 cfu/ml. (ii) LC50-12 of neem leaves extractover catfish is 1,34%. (iii) The optimum concentration ofneem leaves extract is 0,75% which can decrease 66,67%(in comparison with control) the catfish mortality.

Keywords: neem leaves, mortality decrease, catfish,Aeromonas hydrophila infection.

BP-25Keragaman Plankton sebagai Indikator KualitasSungai di Kota Surakarta

Plankton diversity as bioindicator of Surakarta rivers quality

Okid Parama Astirin, Ahmad Dwi Setyawan, Marti HariniJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Rivers have essential role in human cultures.They are sanctuary for amount of biodiversity, butthreatened seriously now. The objective of this research isto know Surakarta (Solo) rivers quality based on planktondiversity. This town has amount of kampongs and industrialestates that discard wastes to rivers directly. Planktoncommunity is one of the river qualities indicators, becausepollutant and other organisms can influence theirpopulation. The research was conducted at four rivers inSurakarta, namely Pepe River, Premulung River, AnyarRiver and Jenes River. Data was collected in triple beforeand after rivers through the town. Data was analyzed bydiversity index of Shannon Wienner. The result indicatedthat Surakarta rivers had been polluted in degree of lightlyto seriously.

Keywords: bioindicator, plankton, pollutant, river, Surakarta(Solo) town.

BP-26Aktivitas Sitostatika Temu Putih (Curcumazedoaria (Berg.) Roscoe) pada Sel-selSpermatogenik Mencit (Mus musculus L.)

Cytostatic activity of zedoary (Curcuma zedoaria (Berg.)Roscoe) to mice (Mus musculus L.) spermatogenic cells

Noor Soesanti HandajaniJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Zedoary or temu putih (Curcuma zedoaria(Berg.) Roscoe) rhizome is known as one of simplicia thatable to protect and cure many illness especially tumor andcancer. The objective of the research was to know Curcumazedoaria cytostatic effect on proliferate activity of normalcells organism. Twenty four female mice (Mus musculus L.)were grouped into 4 doses, i.e. methanol extractedCurcuma zedoaria radix (0 mg/ kg body weight as control,100 mg/kg body weight, 200 mg/ kg body weight and 300mg/ kg body weight), kept on 33 days per oral in 2 cc watersolution, and were arranged in Completely RandomizedDesign with 6 replication and followed Least SignificantDesign Test 5%. The extract of Curcuma zedoaria rhizome

Page 18: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixviii

on 200 mg/kg body weights and up inhibited the mitosisactivity. This treatment also decreased number of thespermatogenic cell layers in contortus simeniferus tubuleson all doses, according to the level. Without pay attention toits degenerative cells, all of the level doses in this test stillproduced the spermatozoons of unknown quality.

Keywords: temu putih (Curcuma zedoaria), spermatogeniccells, mice (Mus musculus).

BP-27Peran Pseudomonas dan Khamir dalam PerbaikanKualitas dan Dekolorisasi Limbah Cair industriBatik Tradisional

Okid Parama Astirin, Kusumo WinarnoJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Water pollution from batik industry is usuallythe result of wet processes. This process happened whenthe batik cloth had been washing in hot water to remove thewax/paraffin, some parts of the soga (indigenous coloringstuff) and the indigo. Usually the liquid batik industry wastewas thrown away to the neighborhood river by making smallcanal from the industry site to the river. Some other industrykeeps the waste in a temporary container to be processed.This research is trying to find a better solution for batikwaste processing so that it could be implemented in thesmall-scale traditional batik industry to manage their liquidwaste. The procedures are as follows. Applying laboratoryexperimentation processed liquid waste. The wasteprocessing installation in the laboratory was set up in non-flowing condition; with and without aeration. The wasteprocessing installation in the industry was made flowingnaturally as it use to be (the liquid waste flown on 13.30 -14.00 pm). It could be consider that the liquid flows from theindustry was semi continue. Microbe used in thisexperiment was yeast as an effort to removed the coloringstuff and Pseudomonas to promote waste processing inaerobic manner. Data of the waste observed by looking atthe decreasing of coloring stuff by reading the absorbanceat the beginning of the experiment and other hour/dayperiodically as it was pre decided. Improvement of the liquidwaste quality by increasing the biodegradation aerobicwhich using Pseudomonas was observed by reading at theHPLC, AAS, BOD, COD reactor at the beginning and at theend of the treatment. The experiences could be concludedfrom this program are: To reduce the expenditure/electrician spent for waste processing batik industry could(1) adding oxygen supply and improve the aeration toprolong the yeast survival by making few (three or four)containers with gradation level so that water flow willfunction as additional supply of oxygen and a betteraeration; (2) More careful acclimatization for the yeast sothat its survival will improved.

Keywords: Pseudomonas, Saccharomyces, liquid waste,traditional batik industry.

BP-28Penggunaan Enceng Gondok (Eichhorniacrassipes Mart. Solms) dalam Penurunan TingkatPencemar Limbah cair Industri Tapioka

The utilizing of waterhyacinth (Eichhornia crassipes Mart.Solms) on phytoremediation of tapioca wastewater

Imam Jauhari, Wiryanto, Prabang Setyono

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The object of this research is to find out thesafety liquid waste water concentration for water hyacinth(Eichhornia crassipes) lives and electivity of water hyacinthutility to reduce pollution level of tapioca industrial liquidwaste water based on TSS, TDS, BOD5, COD, pH andcyanide (CN) parametric and to know tapioca industrialliquid waste water quality before and after by water hyacinthtreatment in every liquid waste water concentrate. In thisresearch, the range of liquid waste water concentration:25%, 50%, 75% and 100% and 0% as control. Themeasure of tapioca liquid wastewater parameter before andafter water hyacinth treatment is about eight days withinterval of liquid wastewater parameter measure every twodays. ANOVA test to indicate significance influence andDMRT 5% for significance influence location detection. Theresult of this research on preface test indicate that waterhyacinth adaptable in tapioca liquid waste water up to 100%concentration and extend obvious influence to reducepollution level of tapioca industrial liquid waste water on theactually test with average reduction percentage of TSSabout 16.74%, TDS about 13.64%, BOD5 about 68%, CODabout 49.94%, cyanide about 35.94% and average increasepercentage of pH about 12.26%

Keywords: water hyacinth, wastewater, tapioca.

BP-29Keragaman Jenis Kapang pada Manisan BuahSalak (Salacca edulis Reinw.)

The diversity of moulds in the candied salak (Salacca edulisReinw.)

Ratih Dhamayanti, Suranto, Ratna Setyaningsih

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The aims of this research were to identifymoulds in candied fruit within three varieties of salak (i.e.sleman, gading and pondoh), and to know the effect ofsugar concentration added, the time of storage, andadditional of preservative chemical substance (benzoicacid) for the diversity of moulds in candied salak. Theisolation method of moulds was used direct plating. In orderto determine the kind of moulds, which tolerance in sugarsolution (osmotic pressure), the samples were put on thesurface of glucose 25% peptone yeast-extract agar (GPYA)medium, and then incubated at 30oC for seven days. Afterthat the colony was transferred on potato dextrose agar(PDA) and czapeks dox agar (CDA) identification media.The results indicated that there were 10 different kind ofmoulds can be found in all samples, namely Aspergillusflavus, A, niger, A. versicolor, A. fumigatus, Aspergillus sp.,Monilia sp., Mucor sp., Penicillium sp., Rhizopus sp. andWallemia sp. In order to examine the influence of sugarconcentration on the growth of moulds, the candied salaks

Page 19: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xix

were treated in different concentration. Candied salak withor without additional benzoic acid were treated with sugarconcentration of 200 g/l, 250 g/l and 300 g/l. The highestconcentration of sugar showed to lowest diversity of mouldsfor varieties of sleman and gading, conversely for variety ofsalak pondoh, the additional of high sugar concentrationshowed increase in their diversity. The diversity of mouldsin day of seventh was smaller than the diversity of mouldsin day of null. The concentration of benzoic acid (1 g/l)confined the diversity of moulds.

Keywords: candied salak, osmotic pressure, diversity ofmould.

BP-30Tipe-tipe Spora Endogone pada Tanah di HutanJobolarangan

Subterranean Types of Endogone Spores in JobolaranganForest

Shanti Listyawati, Dewi Handadari, Budi Saryanto, Bayuirawan, Diah Dwi HandayaniJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Endogone spores are spores produced byEndogone genus of VAM fungi, which are abundance insoil. The objective of the research was to assess the typesof Endogone spores found in the soil of Jobolaranganforest. Soil samples were taken based on the dominantvegetation, identification and spores screening were thendone to the sample. The result research indicated that therewere 5 types of spores, namely: white reticulate, yellowvacuolate, red brown laminate, honey colored sessile, andcrenulate.

Keywords: Endogone spores, spore types, Jobolaranganforest.

BP-31Suku Jambu-jambuan dari Kepulauan Sunda Kecil

Family Myrtaceae of Sunda Kecil archipelago

Siti Sunarti"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Jambu-jambuan (Myrtaceae) merupakan salahsatu suku yang dikenal sebagai penghasil minyak atsirimaupun penghasil buah-buahan. Tidak kurang dari 28marga dijumpai di Indonesia. Namun demikian untukmemperoleh informasi tentang marga-marga tersebut yangberasal dari berbagai daerah di Indonesian dirasa masihkurang. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dilakukanpenelitian mengenai marga Jambu-jambuan dari KepulauanSunda Kecil. Adapun cara kerjanya yaitu dengan mendatadan mengamati spesimen jambu-jambuan yang berasal dariKepulauan Sunda Kecil. Dari hasil penelitian ini tercatat 331nomor yang tergolong menjadi 10 marga. Adapun margayang mempunyai jumlah koleksi terbesar adalah margaEucalyptus.

Kata kunci: marga, Myrtaceae, Kepulauan Sunda Kecil.

BP-32Pertumbuhan dan Produksi Saponin Kultur KalusTalinum paniculatum Gaertn. dengan VariasiPemberian Sumber Karbon

The growth and saponin production of the callus culture ofTalinum paniculatum Gaertn. With variation suplementcarbon source

Herwin Suskendriyati, Solichatun, Ahmad Dwi SetyawanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS)Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. The aims of this research are to know theeffect of sucrose, glucose, and both combination on growthand saponin production of the callus culture of Talinumpaniculatum Gaertn. The out line of the research was thecallus growth and secondary metabolite production could beincreased by optimalization of the cell physiology environ-ment consist of the nutritional medium optimalization withthe addition sucrose and glucose in culture’s medium ascarbon source. Sucrose and glucose may cause optimumcondition of the cell physiology enviroment. Finally, the cellmetabolism would be influenced and than it can influencecallus growth and saponin production. According to theresearch aims, the research was done in vitro callus culturemethod to obtain callus from explant ( T. paniculatum leaf)and to induce saponin production. In vitro culture that bedone consist of 2 stage, first stage was the callus initiationmedium to induce callus and second stage was thetreatment medium to induce saponin production from callus.The research used factorial completely randomized designwith 2 factor (sucrose 0 g/l, 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l dan glucose0 g/l, 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l) with 3 replication. The data wouldbe collected qualitatively i.e callus morphology andquantitatively i.e percentage of callus fresh weight increase,callus dry weight and saponin content. Data were analizedusing ANOVA and be followed by DMRT 5% confidentlevel. The result of research showed that the increase ofsucrose concentration raised the callus fresh weight, callusdry weight and saponin content. Increase of glucoseconcentration raised saponin content. Both combinationprovide effect to percentage fresh weight increase, callusdry weight and saponin content. The combination ofsucrose 30 g/l and glucose 0 g/l provide the best ofpercentage of callus fresh weight increase and callus dryweight. The combination of sucrose 20 g/l and glucose 30g/l provide the best of saponin content.

Keyword: sucrose, glucose, saponin, callus growth, Talinumpaniculatum Gaertn.

BP-33Alelopati Intravarietas Vigna radiata (L.) Wilczekyang Tumbuh pada Ketersediaan Air yangBerbeda terhadap Perkecambahan, Pertumbuhandan Nodulasinya

Intravarieties allelopathy of Vigna radiata (L.) Wilczek grownat different water availability on their germination, growth,and nodulation

Page 20: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixx

Solichatun1,, Mochamad Nasir21 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.

Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

2 Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Jl. SekipUtara, Yogyakarta 55281

ABSTRACT. The objectives of the research were to knowthe intra varieties allelopathic effects of three varieties ofVigna radiata (L.). Wilczek (merpati, betet and local) underdifferent water availability on their germination, growth, andnodulation. The research was conducted in the greenhouse, using Factorial Completely Randomized Design withfive replications. The treatments were applied included theapplication of leaf extract of V. radiata which grown underdifferent levels of water availability (25%, 50%, 75% and1000/0 of field capacity respectively) on the same variety.The result indicated that the different levels of wateravailability influenced the allelopathic effect of V. radiata.The drought condition (25% field capacity) enhanced theallelopathic effect on germination (percentage ofgermination, rate of germination, and radicle elongation)and growth (dry weight, height of plant, height relativegrowth rate, leaf area, shoot-root ratio, and total chlorophyllcontent) of V. radiata target. The leaf extract from V. radiatagrown at different water availability (25%, 50%, 75%, and100% of field capacity) inhibited nodulation on V. radiatatarget.

Keywords: Vigna radiata, varieties, allelopathy, wateravailability.

BP-34Keanekaragaman Flora Hutan JobolaranganGunung Lawu: 1.Cryptogamae

Plants Biodiversity of Jobolarangan Forest Mount Lawu: 1.Cryptogamae

Ahmad Dwi Setyawan, SugiyartoJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The objectives of the research were to make:(1) a list of Cryptogamic plants at Jobolarangan forest inmount Lawu, and (2) the actual condition of biodiversityconservation of the plants. All Cryptogamic plants on theforest were studied. The procedures of data collection wereincluding species collection in the field, make up herbaria,observation of flora vegetation using transect method,morphology observation in the laboratory, and interview toresidents and government administrations. The resultsshowed that in the forest were found 77 speciesCryptogamic plants, consisting of 27 species of fungi, 5species of lichens, 20 species of Bryophytes and 25species of Pterydophytes. Government and residents hadsuccessfully conserved the forest, however fire and illegallogging damaged another part.

Keywords: biodiversity, Cryptogamic plants, Jobolarangan,mount Lawu

BP-35Isolasi Bakteri Pembentuk Spora yang PatogenTerhadap Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus Say

Isolation of spore forming bacteria, that was toxic to Culexquinquefasciatus Say.

SugiyartoJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Thirty three isolates of Bacillus spore formingbacteria were obtained from soil collected in five differentlocalities of Kebun Biologi UGM Yogyakarta. Three isolateswere toxic to Culex quinquefasciatus Say. compared withreference strain, Bacillus thuringiensis H-14, however thethree isolates showed enough high toxicity with LD50 value:4.1889 X 105 spores/ml (reference strain), 3.4643 X 107

spores/ml (INAd isolate), 4.6325 X 107 spores/ml (VNAbisolate) and 4.6844 X 107 spores/ml (IINBb isolate).Following various biochemical and morphological testsusing standard procedure, the organisms were identified asBacillus thuringiensis (INBa isolate), Bacillus sphaericus(INAd isolate), Bacillus cereus (VNAb isolate) and Bacilluspolymyxa (IINBb isolate).

Keywords: Bacillus, Culex quinquefasciatus Say, isolate,bioinsectiside.

BP-36Aktifitas Antifungal Ekstrak Kasar Daun danBunga Cengkeh (Syzigium aromaticum L.) PadaPertumbuhan Cendawan Perusak Kayu

Antifungal activities of leaf and flower crude extract ofCengkeh (Syzigium aromaticum L.) against growth of woodrod fungi

Sunarto, Solichatun, Shanti Listyawati, Nita Etikawati,Ari SusilowatiJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The objective of the experiment was to findout the inhibitory effect of crude extract of Scyzigiumaromaticum (cengkeh) leave and flowers on myceliumgrowth of wood deteriorated fungi, Coriolus versicolor andSchizophylum commune. It has been known that crudeextract of certain plant could inhibit growth ofmicroorganism, especially in fungi and bacteria. Crudeextract of the leave and flowers capable inhibit pathogenic-plant fungi, but inhibitory ability to wood deteriorated fungineed to be confirmed experimentally, since every fungi hasdifferent susceptibility to certain anti-fungal agent. Theexperiment was done in vitro using spread-plate method.The crude extract was spread over the entire surface ofagar medium, followed by inoculation of the fungi in themiddle of the medium, and then incubated in roomtemperature for a week. Measurement parameter wasdiameter of mycelium growth. As a conclusion, crudeextract of leave and flowers of cengkeh in all concentrations(25%, 50%, 75%, 100%) are able to inhibit growth of bothfungi.

Keywords: Schizophylum commune, Coriolus versicolor,Scyzigium aromaticum, crude extract, in vitro, mycelium.

Page 21: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xxi

BP-37Analisis Keragaman Genus Ipomoea BerdasarkanKarakter Morfologi

Variance Analysis of Genus Ipomoea based onMorphological Characters

Suratman, Dwi Priyanto, Ahmad Dwi SetyawanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The objective of this research was to find outthe variability of morphological characters of genusIpomoea, including coefficient variance and phylogeneticrelationships. Genus Ipomoea has been identifiedconsisting of four species i.e. Ipomoea crassicaulis Rob,Ipomoea aquatica Forsk., Ipomoea reptans Poir andIpomoea leari. Four species of the genus took fromsurround the lake inside the campus of Sebelas MaretUniversity, Surakarta. Comparison of species variability wasbased on the variance coefficient of vegetative andgenerative morphological characters. The vegetativecharacters observed were roots, steams and leaves, whilethe generative characters observed were flowers, fruits, andseeds. Phylogenetic relationship was determined byclustering association coefficient. Coefficient varianceanalysis of vegetative and generative morphologicalcharacters resulted in several groups based on the degreeof variability i.e. low, enough, high, very high or none. Thephylogenetic relationship showed that Ipomoea aquaticaForsk. and Ipomoea reptans Poir. have higher degree ofphylogenetic than Ipomoea leari and Ipomoea crassicaulisRob.

Keywords: Ipomoea, morphological characters, coefficientvariance, phylogenetic relationships.

BP-38Keanekaragaman Flora Hutan JobolaranganGunung Lawu: 2...Spermatophyta

Plants Biodiversity of Jobolarangan Forest Mount Lawu: 2.Spermatophyta

Sutarno1,, Ahmad Dwi Setyawan1, Suhar Irianto1,Apriana Kusumaningrum21 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.

Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

2 Mapala "Gopala Valentara" Fakultas Hukum UNS Surakarta57126

ABSTRACT. The objectives of the research were to make:(1) a list of Spermatophyte plants at Jobolarangan forest inmount Lawu, and (2) the ecological and the economicalbenefits of the plants. All Spermatophyte plants on theforest were studied. The research procedures wereincluding species collection in the field, make up herbaria,morphological observations in the laboratory, and interviewto residents and government administrations. The resultsshowed that in the forest were found 142 speciesSpermatophyte plants, in which 126 species of 54 familywere identified, consisting of 78 species of herbs, 26species of bushes, and 21 species of trees. Ecological

benefits of the plants were hydrological regulation, keep outlandslide and erosions etc., however economical benefits ofthe plants were log, firewood, charcoal, honey bee,medicinal plants, etc.

Keywords: biodiversity, Spermatophyte plants, Jobo-larangan forest, mount Lawu.

BP-39Kondisi Ekosistem (Vegetasi) Hutan di BKPHLawu Utara

Forest ecosystem in BKPH Lawu Utara

Sutarno, Agung RespatiJurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Areal Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan(BKPH) Lawu Utara meliputi tiga kecamatan, yaituTawangmangu, Jenawi dan Ngargoyoso. Topografi areal inisangat bervariasi dari datar, khususnya di bagian bawah,miring, bergelombang, dan curam di bagian atas. Luasareal secara keseluruhan adalah 6152,1 ha, terdiri darihutan produksi (1774 ha), hutan lindung (1343,1 ha), danhutan suaka alam (2666,2 ha). Di samping itu, terdapat pulahutan wisata seluas 287,7ha di daerah puncak Lawu (RPHBlumbang), Pertapaan Pringgondani (RPH Tambak), BuperSekipan (RPH Banjarsari), dan Wana Wisata GunungBromo (RPH Gunung Bromo). Jenis tanaman yang banyakditemukan adalah pinus, sono keling, mahoni, damar,puspa, dan bintamin. Di samping itu terdapat pulatumbuhan yang sudah sangat jarang (tumbuhan langka)seperti: telasih (Cinnamomum parthenoxylon), songgolangit (Kayia sinegalis), pulosari (Alyxia reinwardtii),pronojiwo (Euchresta horsfeldii), kangean (Litsea cubeba),prwoceng (Pimpinella pruatjan) dan liwung (Caryota sp.).Ancaman kerusakan pada area hutan BKPH Lawu Utara,terdiri atas empat kelompok yaitu: pencurian kayu, tanahlongsor, kebakaran, dan pelanggaran batas pertanian.Ancaman ini dapat menyebabkan hutan gundul dan padaakhirnya akan terjadi degradasi ekosistem, seperti:penurunan biodiversitas, hilangnya spesies endemik,penurunan debit air, ancaman penggunaan biodiversitassecara lestari. Tindakan yang perlu dilakukan berupakonservasi yang melibatkan masyarakat sekitar, usahaterintegrasi dari semua pihak, reforestasi dan agro-bisnisuntuk memberikan penghidupan masyarakat lokal.

Kata kunci: ekosistem, BKPH Lawu Utara.

BP-40Pengaruh Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoariaRosc.) terhadap Spermatogenesis dan KualitasSpermatozoa Mencit (Mus musculus L.)

The effect of zedoary extract (Curcuma zedoaria Rosc.) onspermatogenesis and quality of sperms of Mus musculus L.

Tutik Siswanti, Okid Parama Astirin, Tetri Widiyani

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

Page 22: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixxii

ABSTRACT. The aims of the study were to know the effectof zedoary or temu putih extract (Curcuma zedoaria Rosc.)on mice spermatogenesis (Mus musculus L.) and thequality of sperms. Male mice were treated with zedoaryextract orally for 34 days, then testis sperms were collected,and the histological section was made using paraffin andHematoxyllin-Eosin (HE) method. The results indicated thatthe extract affect spermatogenesis by decreasingspermatogonia cells, spermatocyte and spermatid, as wellas decreasing spermatogenic cell layer of mice (Musmusculus L.), sperm viability, and tend to decrease spermmotility.

Keywords: zedoary extract (Curcuma zedoaria Rocs.),spermatogenesis, sperm quality.

BP-41Keanekaragaman Jenis Euphorbiaceae (Jarak-jarakan) di Beberapa Lokasi Karimunjawa, JawaTengah

Diversity of Euphorbiaceae species in Karimunjawa, CentralJava

Tutie Djarwaningsih"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Informasi mengenai keanekaragaman jenisflora, khususnya dari jenis-jenis Euphorbiaceae diKarimunjawa belum banyak diungkapkan. Eksplorasi-eksplorasi yang pernah dilakukan kebanyakan pada masa-masa sebelum kemerdekaan. Penelitian ini dilakukandengan metode Balgooy (1987) di dua lokasi kawasanKarimunjawa. Jenis-jenis Euphorbiaceae yang ditemukan dilokasi I (Legon Lele) sebanyak 7 jenis, sedangkan di lokasiII (Bukit Bendera dan Bukit Gajah) sebanyak 8 jenis; 4 jenisdiantaranya juga ditemui di lokasi I. Jenis-jenis yang seringdijumpai dilokasi I dan juga ditemukan keberadaannya dilokasi II adalah Antidesma montanum dan Aporosafrutescens. Sedangkan Croton argyratus paling seringdijumpai di lokasi I. Endospermum diadenum merupakanjenis yang belum terekam dalam Flora of Java.

Kata kunci: keanekaragaman jenis, Euphorbiaceae,Karimunjawa.

BP-42Jenis-jenis Anggrek di Pulau Wawonii

Diversity of orchid species in Wawonii island

D. Sulistiarini, Sunardi, Uway Warsita Mahyar

"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Pulau Wawonii yang mempunyai makna P.kelapa mempunyai luas sebesar 650 km2, tertelak diSulawesi Tenggara. Lokasi hutannya terbagi dalambeberapa zona, antara lain hutan lindung yang terletak ditengah-tengah pulau, hutan produksi biasa, hutan produksiterbatas dan hutan produksi masyarakat. Keadaan flora di

pulau tersebut belum pernah diungkapkan sebelumnya.Hasil inventarisasi jenis-jenis anggrek di pulau tersebutditemukan sekitar 27 jenis yang tergolong dalam 21 marga.Beberapa jenis diantaranya yaitu Malaxis latifolia,Dendrobium distichum dan Habenaria medioflexamerupakan rekaman baru untuk Sulawesi.

Kata kunci: anggrek, wawonii.

BP-43Electrophoresis Studies of Ranunculustriplodontus Populations

S U R A N T OBiology Department, Faculty of Mathematics and Sciences,Sebelas Maret University Surakarta. Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. The main purposes of this research were toinvestigate whether the two distinct types of themorphological character of Ranunculus triplodontus weregenetically controlled or environmental influence. In order toprove the above, electrophoretic examinations were carriedout employing for four enzyme systems. The mediumsupport of polyacrilamide was chosen. The samples werecollected from seven populations around central plateauand the leaves were used as the isozyme data. The resultindicated that variation occurred in curtained populations.However, this isozyme data were not able to separate thetwo types of R. triplodontus into different species. Based onthe cluster analysis showed that three groups of sevenpopulations of R. triplodontus were appeared. This researchconfirms that morphologically distinct species was notsupported by the isozyme data, thus the variation found incertain population was mainly influenced by theenvironmental conditions, and therefore could not beconsidered as taxonomically distinct.

Keywords: Ranunculus triplodontus, isozyme.

BP-44Tumbuhan yang Berpotensi Obat di SekitarKawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,Lampung Barat

Plant which have potency to medicines around area of BukitBarisan Selatan National Park, West Lampung

Wardah"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan(TNBBS) merupakan salah satu kawasan hutan tropis yangmemiliki kekayaan keanekaragaman jenis tumbuhan tinggi,sayangnya kawasan ini terus menerus di eksploitasi dan dikonversi menjadi perkebunan, pemukiman, dan perluasanareal pertanian dengan cara ladang berpindah. Penelitiandilakukan di kawasan sekitar Kubu Perahu dan kawasanhutan Dipterocarpaceae Krui (TNBBS) baru-baru ini tidakkurang dari 71 jenis, 59 marga, dan 34 suku tumbuhdikoleksi. Antara lain dari suku Piperaceae (8 jenis),

Page 23: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xxiii

Fabaceae (6 jenis), Euphorbiaceae (5 jenis), Zingiberaceae(5 jenis), dan lain-lain berpotensi sebagai tumbuhan obat.Data dan informasi terkumpul dari survei eksploratif danwawancara dengan tokoh adat, dukun, dan masyarakatyang tumbuhan. Data tersebut sangat berguna bagimanajemen pengelolaan kawasan tersebut.

Kata kunci: Tumbuhan obat, Lampung Barat.

BP-45Keanekaragaman Jenis, Plasma Nutfah danPotensi Buah-buahan Asli Kalimantan

Species diversity, genetic resources and potentialindigeneous fruits of Kalimantan

Tahan Uji"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka,pengamatan koleksi spesimen herbarium dan pengamatanlangsung di lapangan telah ditemukan 226 jenis buah-buahan asli Kalimantan. Dari 226 jenis tersebut, 58 jenis diantaranya telah dibudidayakan dan 31 jerns lainnyamerupakan tumbuhan endemik. Dari hasil penelitian inidapat pula dilaporkan bahwa kerabat durian (Durio spp.),mangga (Mangifera spp.), manggis (Garcinia spp.) danrambutan (Nephelium spp.) merupakan jenis-jenis buah-buahan asli yang mempunyai prospek cukup baik untukdikembangkan di Kalimantan.

Kata kunci: keanekaragaman jenis, plasma nutfah,potensi, buah-buahan asli, Kalimantan.

BP-47Keragaman Tanaman Jahe (Zingiber officinaleRosc.) dengan Penanda Isozim

Diversity of ginger (Zingiber officinale Rosc.) based onIsozymic Marker

Wiryanto , Ahmad Dwi Setyawan

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS)Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. Rhizome of ginger (Zingiber officinale Rosc.)had been used long time ago as spices, flavoring agent andmedicinal stuf. This species had three varieties based oncolor and size of rhizome, i.e. gajah (big white ginger),merah (red or blue ginger), and emprit (white ginger). Thisresearch was conducted to find out: (i) isozymic pattern ofthree ginger varieties, and (ii) phylogenetic relationship ofthose three varieties. The plant materials were gatheredfrom Wonogiri, Surakarta and Kulonprogo, Yogyakarta.They were sold in traditional marked. It used two enzymicsystems, namely esterase (EST) and peroxidase (PER,PRX). The relationship was determined by UPGMAmethods. The result indicated that EST showed two bands(i.e. Rf 0.04 and 0.10) and joined at distance 0.60 at least,and PRX showed six bands (i.e. (Rf 0.04, 0.05, 0.09, 0.10,0.11, and 0.15), and joined at distance 0.63 at least.

Keywords: ginger (Zingiber officinale Rosc.),Zingiberaceae, isozim, cultivars.

BP-48Isolasi dan Karakterisasi Gen Homolog LEAFY/FLORICAULA pada Jati (Tectona grandis L.f.)

Isolation and characterization of a LEAFY/FLORICAULAhomologue gene of teak (Tectona grandis L.f)

Nita Etikawati1,, Adi Pancoro2

1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

2 Depatemen Biologi FMIPA Institut Teknologi Bandung, Jl.Ganesa 10 Bandung. Tel. +62-22-2509172-73 ext 3147. Fax.+62-22-2511575, 2500258.

ABSTRACT. LEAFY (LFY) gene is one of the genes thathas been known to be responsible for the initiation offlowering in Arabidopsis and this gene is conserved inAngiosperm. The 3’ end of LFY/FLO homologue gene ofteak (Tectona grandis L.f.) has been successfully isolatedusing 3’RACE-PCR strategy. Analysis of the 577 base pair3’RACE-PCR product using the data base from GenBankrevealed that the sequence had strong similarity withFLORICAULA (FLO) gene from Antirrhinum majus and fromother species of herbs and woods. It indicated that the genewas responsible to control flowering and included in theLFY/FLO genes family. Comparison of the predicted aminoacid sequence of teak LFY/FLO homologue with thehomologue from other species revealed high homology atthe carboxyl end.

Keywords: isolatation, characterization, LEAFY/FLORICAULA homologue gene, teak (Tectona grandis L.f).

BP-49Profil Hutan Kawasan Gua Jepang, Nagargoyoso,KaranganyarForest profile diagram in Japan cave area, Ngargoyoso,Karanganyar

Prandaya Umara, Tias Hesti Kusumawati

Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Hutan merupakan suatu ekosistem yangdicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih rapat danluas. Stratifikasi adalah pengelompokkan pohonberdasarkan ketinggiannya. Pembuatan profil hutanbertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan disuatu area beserta stratifikasinya. Penelitian dilakukan diareal BKPH (Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan)Nglerak, Lawu Utara , kecamatan Ngargoyoso, kabupatenKaranganyar pada bulan November 2001. Metode yangdigunakan adalah metode Barbor dengan pembuatan plot60 x 8 meter persegi dengan penentuan area kajian secarasubyektif. Pada area kajian didapatkan 8 jenis pohon dan 1jenis semak, yaitu Pinus merkusii, Schefflera aromatica,species 1, species 2, Saurauria bracteosa, Azadirachtaindica A. Juss, Cinnamomum burmanni, species 5, danspecies 6 (Bandotan). Nilai densitas dan nilai penutupannya

Page 24: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixxiv

berturut-turut untuk pohon Pinus merkusii 0,02 dan 66,56%,Schefflera aromatica 0,0104 dan 33,65%, species 1 0,0208dan 4,06%, species 2 0,002 dan 0,1%, Saurauria bracteosa0,0104 dan 6,15%, Azad irachta indica A. Juss 0,002 dan0,19%, Cinnamomum burmanni 0,016 dan 2,5%, species 50,002 dan 1,25% , species 6 (Bandotan) 0,048 dan 10,24%.Hutan area kajian merupakan hutan peralihan yangpertumbuhannya belum klimaks.

Kata kunci: hutan, densitas, nilai penutupan.

BP-50Pengaruh ekstrak air daun bungur (Lagerstroemiaspeciosa (L.) Pers.) terhadap aktivitashipoglikemik dan hipolipidemik tikus diabetik.

Hypoglicemic and hypolipidemic activities of water extract ofLagerstroemia speciosa (L.) Pers. leaves in diabetic rat.

Udhi Eko Hemawan, Sutarno, Ahmad Dwi Setyawan

Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36ASurakarta 57126. Tel.: +62-271-663375. Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. The aim of this study was to know thehypoglycaemic and hypolipidaemic activities of waterextract of bungur (Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.)leaves in alloxan-induced diabetic rat. Phytochemicalstudies was conducted to determinate the tannin-contentsof the water extract (WE). Male Wistar rats (150- 180 9 BW)were used in this study. The rats were divided into sixgroups: nonnal control; diabetic control; glibenclamide; WE0,1 g/200 9 BW; WE 0,2 g/200 9 BW; and WE 0,5 g/200 9BW. Dried leaves of bungur extracted with boiling water (50g/L) for 30 minutes. The extract administered orally. Fastingblood glucose, triglyceride, and total cholesterol weredeterminated at 0, 2, 4, 6 hours after treatment. Totalphenol, ellagitannin, gallotannin, and condensed-tanninwere determinated from the WE. The results showed thatWE exhibited hypoglycaemic activity at doses 0,2 g/200 9BW and 0,5 g/200 9 BW. The last dose shows similarhypoglycaemic activity compared with glibenclamide. Alldoses showed the hypolipidaemic activity higher thanglibenclamide. Phytochemical studies showed that the WEcontaining total phenol 0,025%; ellagitannin 0,011%;gallotannin 0,0199%; and condensed-tannin 0,0167%.

Keywords: bungur leaves, hypoglycaemic, hypolipidaemic,tannin

BP-51Pengetahuan Keanekaragaman Jenis TumbuhanMasyarakat Karo, Sumatera Utara: Tinjauan dariAspek Etnobotani

Local knowledge of plants diversity of Karo people, NorthSumatra: Case study on ethnobotanical aspect

Esti MunawarohPusat Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Bogor. Jl.Ir. H.Juanda13, PO Box 309, Bogor 16003. Tel. +62-251-352519. Fax.: +62-251-322187. e-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRAK. Studi etnobotani ini membahas sistempengetahuan masyarakat Karo, Sumatera Utara tentangkeanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di sekitarnya.Pengetahuan tersebut mencakup pengetahuan lokalmasyarakat tentang botani, pemanfaatan, danpengelolaannya. Di samping itu dibahas pula sistempengetahuan dan pemahaman masyarakat Karo tentanglingkungannya, meliputi: pembagian tata ruang danpemanfaatannya. Studi ini bertujuan untuk mengetahuihubungan masyarakat karo dengan lingkungannyasehingga teridentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang memilikimanfaat sosial budaya, ekonomi, dan ekologi (konservasi).

Kata kunci: Etnobotani, pengetahuan lokal, pengetahuantata ruang, tumbuhan berguna, masyarakat Karo, SumateraUtara

BP-52Gronophyllum flabellatum: Ditemukan kembali!

Rediscovery of Gronophyllum flabellatum

Charlie D. Heatubun1 Fakultas Kehutanan Universitas Papua, Manokwari, Irian Jaya

Barat, Papua.2 Mahasiswa Departemen Biologi, Sekolah Pascasarjana IPB,

Bogor

ABSTRAK. Gronophyllum flabellatum dapat dikatakansebagai salah satu jenis palem kharismatik di pulau Irian(New Guinea). Di samping morfologinya sangat menarik,selama hampir 121 tahun palem ini tidak pernah terkoleksiulang atau dilaporkan, yakni sejak pertama kali dikoleksioleh botanis besar Odoardo Beccari tahun 1872 di Ramoi(=Remu), ditengah kota Sorong sekarang.

Keywords: Gronophyllum flabellatum

Edukasi Oral

EO-01Mengenal Keanekaragaman Tumbuhan Tinggidalam Klasifikasi Rakyat menuju Klasifikasi Ilmiahmelalui Penelitian untuk Mengembangkan ProsesBerpikir

Introducing Higher Plants Diversity in Flok Classificationtowards Scientific Classification through Students' Researchto Improve Thinking Process

Nuryani Y. RustamanJurusan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154. Tel. & Fax.: +62-22-2001937 e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya ditingkat pendidikan dasar dan menengah, kesulitan guru-guru SLTP dan SMU dalam mengajarkan keanekaragamandan sistem klasifikasi, dilakukan serangkaian penelitianlanjutan di tingkat pendidikan tinggi melalui modelpembelajaran konseptual biologi, dan model praktikumbiologi beserta asesmennya untuk meningkatkanketerampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa calon guru

Page 25: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xxv

yang pada gilirannya akan mengembangkan kemampuanberpikir siswa SLTP dan SMU melalui klasifikasi dan sistemklasifikasi. Penugasan untuk mengambil sendiri bahanpraktikum memaksa mahasiswa untuk mengenal habitatdan habitus. Menggunakan bahan praktikum tersebut,peralatan terbatas, dan skala filogeni, mahasiswa berlatihmelakukan pengamatan cermat, penyayatan, pengukuran,pertelaan, penyekoran, pencatatan, inferensi, danmengambil keputusan dalam melakukan klasifikasi-kategorisasi-seriasi yang didiskusikan di dalam dan antarkelompok. Praktikum di-ases melalui tes dan nontes(kinerja dan karya). Hasilnya menunjukkan bahwapraktikum memberikan sumbangan nyata dan lebihbermakna untuk mengembangkan kemampuan berpikirtingkat tinggi (kritis dan logis) daripada perkuliahan. Melaluikegiatan praktikum keterampilan berpikir tingkat tinggimahasiswa meningkat hingga 60%. Penelitian tindakanditeruskan untuk teori (perkuliahan) dengan melibatkanasesmen portofolio dan menunjukkan hasil yang cukupbaik. Penelitian masih terus dilakukan untuk memperbaikipendekatan dalam perkuliahan teori dengan memanfaatkanhasil praktikum dan bagan dikhotomi konsep (BDK).

Kata kunci: Berpikir, pengelompokan, asesmen alternatif,tumbuhan tinggi, BDK.

EO-02Penerapan Model Pembelajaran Praktikum BotaniPhanerogamae dengan Sistem KlasifikasiFilogenetik pada Mahasiswa Jurusan PendidikanBiologi UPI Bandung

Applying model the study of praktikum of botanyPhanerogamae with the system of classication phylogenetikat Biological Education student of UPI Bandung

Siti SriyatiJurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas PendidikanIndonesia (UPI). Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154. Tel. &Fax.: +62-22-2001937. e-mail:[email protected]

ABSTRAK. Dengan tujuan untuk memudahkan pengenalanmakhluk hidup dan menyederhanakan obyek studi, sistemklasifikasi tumbuhan mengalami perkembangan terus.Hingga kini dikenal sistem klasifikasi artifisial, natural, danfilogeni, serta sistem klasifikasi menurut Lawrence (1959),Hutchinson (1960), dan Cronquist (1981). Mengikutiperkembangan sistem klasifikasi tumbuhan, Jurusan BiologiUPI Bandung dalam matakuliah teori dan praktikum BotaniPhanerogamae telah menggunakan sistem klasifikasiberdasarkan Cronquist (1981). Sistem ini menggunakanpendekatan sistem filogenetik yang didasarkan pada urutanperkembangan makhluk hidup menurut sejarah filogeni,serta jauh dekatnya kekerabatan antar takson. Pada sistemklasifikasi sebelum Cronquist terdapat pembagianspermatophyta menjadi Gymnospermae danAngiospermae. Angiospermae dibagi menjadi tumbuhandikotil dan monokotil. Berdasarkan ada tidaknya perhiasanbunga (petala), dikotil dibagi lagi menjadi Apetalae,Sympetalae, dan Dyalipetalae. Pada sistem klasifikasiCronquist dikenal pembagian kelas tumbuhan menjadiPinophyta, Magnoliopsida, dan Liliopsida. Pada praktikumBotani Phanerogamae telah disusun skala filogeni. Skala inimemuat karakteristik tumbuhan yang diberi bobot 1-5berdasarkan evolusi perkembangan karakteristik bagiantumbuhan tersebut. Pada pelaksanaan praktikum,

mahasiswa diharuskan membawa tumbuhan dari beberapafamili dalam satu sub kelas. Berdasarkan karakteristik yangtercantum pada skala filogeni, mahasiswa melakukanklasifikasi, kategorisasi, dan seriasi. Hasil akhir dari ketigaproses tersebut, mahasiswa mendapat bobot total untuksetiap jenis anggota famili. Jenis tumbuhan yang mendapatbobot lebih tinggi dari jenis yang lain menunjukkan bahwajenis tersebut lebih maju ditinjau dari evolusinyadibandingkan jenis lain (lebih primitif). Hasil klasifikasi,kategorisasi dan serasi mahasiswa dipresentasikan didepan kelas dan hasilnya dibandingkan dengan sistemklasifikasi menurut Cronquist. Selain melatih keterampilanmelakukan klasifikasi, kategorisasi, dan serasi, padapraktikum ini dikembangkan jenis keterampilan proses lainyaitu observasi, interpretasi, komunikasi dan aplikasi.

Kata kunci: sistem klasifikasi Cronquist, skala filogeni,keterampilan proses.

EO-03Buku Ajar dan Alam Sekitar dengan Model BelajarInteraktif

Handbook and environment with the interactive learn model

Ashar Hasairi, Martina Restuati, RiwayatiJurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan (UNIMED), Jl.Willem Iskandar Pasar V Sampali, Medan 20221

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkankualitas perkuIiahan Botani Sistematika denganmenggunakan buku ajar dan alam sekitar dengan modelbelajar interaktif Metode penelitian berupa kaji tindak, sikIusI pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumenpenelitian. SikIus I membahas tinjauan taxaGymnospermae (SAP 5); Angiospermae: Monocotyledonae(SAP 6) dan Angiospermae: Dicotyledonae (SAP 7). SikIusII dilakukan ujicoba pada mahasiswa Biologi NonKependidikan UNlMED. Analisis evalusi dilakukanpengukuran keefektifan dan kemampuan mahasiswadengan menghitung persentase keberhasilan dankeluIusan, mengacu pada buku pedoman penilaian diUNIMED. Hasil penelitian dan pengembangan perangkatpembelajaran menunjukkan bahwa kuliah mimbar denganpraktikum yang selama ini dilakukan terpisah harusdisatukan untuk menghindari terjadi pengulangan materi.Setelah mengikuti perkuliahan dengan menggunakan bukuajar dan alam sekitar dengan pola belajar interaktif terjadipeningkatan. Persepsi mahasiswa berkorelasi tidaksignifikan dengan penguasaan konsep Botani Sistematika.Interaksi pembelajaran tergolong baik, hanya saja interaksimahasiswa dengan dosen kurang. Penggunaan buku ajardan alam sekitar memudahkan mahasiswa mengenaltumbuhan. Kendala mahasiswa kurang aktif mencariliteratur lain dan mata kuliah morfologi harus benar-benarsebagai prasyarat untuk Botani Sistematika.

Kata kunci: kualitas perkuliahan, botani sistematika, bukuAjar, alam sekitar, belajariInteraktif

EO-04Paradigma Baru dalam Dunia Taksonomi Tumbuhan

New paradigm on the world of plant taxonomy

Page 26: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixxvi

Kusumadewi Sri Yulita

"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Sejak awal tahun 1990, terjadi perkembanganpesat dalam wacana taksonomi tumbuhan. Walaupuntaksonomi masih dipandang sebagai studi klasifikasi suatuorganisme ke dalam suatu sistem Internasional yang baku,batasan fungsinya tidak lagi sekedar sebagai ‘tool’ dalamstudi ilmu dasar. Sistem klasifikasi diharapkan tidak lagisebagai sistem yang artifisial namun mencerminkan suatusistem yang benar-benar natural berdasarkan hubungankekerabatan (filogenetika). Dengan demikian filogenetikamerupakan tema utama dalam wacana taksonomi modern.Pemilihan dan penggunaan karakter untuk klasifikasipuntidak lagi terbatas pada karakter morfologi, anatomi dansitologi, terlebih jika ‘kekerabatan’ direfleksikan olehkarakter yang bersifat ‘diturunkan’, maka pilihan utamaadalah urutan DNA. Perkembangan ini kemungkinan jugamerupakan pembaruan yang membawa dampak lebih lanjutterhadap sistem klasifikasi hirarki binomial yang ditemukanoleh Linneaus sekitar tiga abad yang lalu. Nomenklaturfilogenetika (Phylocode) mulai dicetuskan sejak tahun 1992oleh beberapa ahli taksonom seperti de Queiroz danGauthier, sebagai kode tatanama berdasarkan prinsipfilogenetika. Kode ini pada dasarnya memberikan definisifilogenetika kepada sekelompok nama klade (clade names)yang mana klade tersebut tidak harus diberikan kategoriranking hirakri seperti halnya sistem klasifikasi yang dibuatoleh Linneaus. Akibatnya dalam beberapa tahunbelakangan ini terjadi debat antara para ahli taksonom yangmewakili beberapa era perkembangan taksonomi, apakahsistem klasifikasi Linneaus masih cukup representatif dalammengantisipasi perkembangan taksonomi saat ini.

Kata kunci: paradigma baru, taksonomi tumbuhan.

EO-05Taksonomi Tumbuhan di Masa Depan

The future of Plant TaxonomyMien A. Rifai"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Untuk menyejajarkan penguasaan taksonomitumbuhan oleh peserta didik Indonesia, dengan rekan-rekannya di luar negeri diperlukan upaya terpadu.Pembantingan kemudi mungkin diperlukan dalammendekati permasalahan, sehingga biologi molekuler,genetika non-mendel, dan mikrobiologi modernterakomodasikan dalam pemelajaran dan pembelajarankeanekaragaman tumbuhan Indonesia. Suatu contoh cetakbiru buku teks perguruan tinggi disarankan untuk ditulisbersama. Masukan dan reformasi pendidikanpertaksonomian Indonesia perlu dipertimbangkan.

Keywords: plant taxonomy, future.

EO-06Comparison of Three Preservation Techniques forField-Collected Drosera indica L. for DNA Studies

Perbandingan tiga cara pengawetan Drosera indica L. diLapangan untuk Studi DNA

Ratna SusandariniLaboratory of Plant Taxonomy, Faculty of Biology, Gadjah MadaUniversity, Jl. Sekip Utara, Yogyakarta 55281.

ABSTRACT. Difficulties in preserving plant materialscollected from field for research on molecular taxonomyoften hinder the application of DNA-based methods forresolving taxonomic problems. In this present study, threepreservation techniques for Drosera indica leaves werecompared to assess the suitability of different media inpreserving DNA from field-collected plant materials. Water,silica sand, and silica gel crystal were used as preservationmedia. Following DNA extraction, gel electrophoresis andspectrophotometry of DNA were carried out to evaluateDNA integrity and quality. Results indicated that water- andsilica gel- preserved leaves produced DNA of highmolecular weight and adequate quality. Silica gel isparticularly found to be effective, facilitating rapiddessication for DNA preservation in plant material. The useof silica sand, however, failed to prevent DNA degradationdue to prolonged dessication process.

Keywords: preservation, Drosera indica, silica gel, DNA.

EO-07Potensi Flora Taman Pascasarjana Kampus ITSdalam Mendukung Proses Belajar MengajarTaksonomi Tumbuhan

Possibilities of Taman Pascasarjana flora of ITS campus onplant taxonomy education

Sri Nurhatika, Kristanti Indah Purwani, DesireeKhrisnawati, Dian SaptariniProgram Studi Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS). Sukolilo, Surabaya 60111. Tel. +62-31-5963857.

ABSTRAK. Kampus ITS terletak di Kecamatan Sukolilo, dibagian pesisir timur Kota Surabaya, dengan luas lahansekitar 180 ha, pada ketinggian 125 m. dpl. LandskapKampus ITS berwawasan lingkungan denganmemperhatikan keseimbangan antara ketersediaan ruangterbuka hijau dan ruang terbangun, sehingga dapatmendukung proses perkuliahan. Pembangunan taman didekat Gedung Pascasarjana merupakan salah satu usahamewujudkan ruang terbuka hijau dengan mengacu padakonsep tropical gardening. Tanaman yang dipilih selainmemiliki morfologi yang menarik juga memiliki kriteriakhusus di antaranya tanaman langka, tanaman yang tahanterhadap lingkungan ITS dengan temperatur dan tingkatkekeringan relaif tinggi. Keberadaan taman ini dapatdimanfaatkan sebagai salah satu laboratorium alam bagidosen dan mahasiswa Biologi untuk menunjang praktikummatakuliah Taksonomi Tumbuhan.

Kata kunci: flora, Taman Pascasarjana, Kampus ITS,Taksonomi Tumbuhan.

EO-08Kawasan Gunung Patuha dan Sekitarnya sebagaiTempat Pendidikan Taksonomi Tumbuhan

Page 27: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xxvii

Area of Mount Patuha and its surroundings as Place ofEducation of Plant Taxonomy

Undang Ahmad Dasuki, Haru SuandharuDepatemen Biologi FMIPA Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa10 Bandung. Tel. +62-22-2509172-73 ext 3147. Fax. +62-22-2511575, 2500258. E-mail: [email protected]

ABSTRAK. Kawasan Gunung Patuha dan sekitarnya yangterletak di sebelah selatan Kota Bandung, pada ketinggian1700-2194 m dpl. Mempunyai beberapa tipe komunitasyang menarik. Pada hutan alami zona Laura-Fagaceaeantara lain ditemukan Schima wallichii, Lithocarpus spp.,Litsea cubeba, dan Cinnamomum burmanii. Zona Erica-Myrtaceae di sekitar Kawah Putih dan Kawah Cibuniditemukan antara lain Vaccinium varingaefolium, V.laurifolium, Rhododendron retusum, Gaulteria leucocarpa,dan G. punctata. Komunitas tumbuhan rawa pegununganantara lain Eriocaulon spp., Xyris capensis, Oenanthejavanica, dan Leersia hexandra. Komunitas binaan ditanamiPinus merkusii, Altingia excelsa, Alnus nepalensis,Macadamia ternifolia, Eucalyptus spp, perkebunan teh(Camelia sinensis) dan sayuran. Tumbuhan lumut yangmenarik antara lain Rhodobryum giganteum, Mniodendrondivaricatum, dan Sphagnum junghuhnianum. Tumbuhanpaku antara lain Blechnum vestitum, B. indicum, danAsplenium spp. Kawasan tersebut sangat baik untuk tempatpendidikan taksonomi tumbuhan, baik tumbuhanberpembuluh maupun tumbuhan tidak berpembuluh.

Kata kunci: Gunung Patuha, hutan alam, tumbuhan rawa,komunitas binaan.

EO-09Pengetahuan Botani Lokal dan Klasifikasi PopulerKeanekaragaman Jenis Tumbuhan

Traditional botanical knowledge and popular taxonomy ofplants diversity

Y. PurwantoLaboratorium Etnobotani, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].; [email protected]

ABSTRAK. Studi pengetahuan botani lokal suatu kelompokmasyarakat meliputi kemiripan, kesamaan, dan perbedaandengan bentuk kehidupan tumbuhan dengan tumbuhanlain, serta kemungkinan transformasinya. Studi kehidupanjenis tumbuhan, meliputi tahap-tahap kehidupan secaraumum, bentuk tumbuhan, dan morfologinya. Sedangkanuntuk memudahkan pemahaman dibuatlah suatu sistemklasifikasi populer atau klasifikasi lokal, terdapat tiga aspekutama dalam sistem ini yaitu identifikasi, penamaan, danpengklasifikasian dalam suatu urut-urutan sesuai dengansistem referensinya. Ketiga aspek ini sangat penting untukmemahami dan mengungkapkan sistem klasifikasi makhlukhidup yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat lokal.Umumnya masyarakat lokal menggunakan perbedaankarakteristik tumbuhan yang ada di sekitarnya untukmenyusun keanekaragaman jenis dunia tumbuhan, sertamenyususnnya dalam suatu sistem klasifikasi yang mudahdipahami tidak hanya bagi anggota masyarakatnya, tetapijuga masyarakat lain. Klasifikasi populer juga berperanpenting pada pengenalan dan pengelolaan jenis tumbuhan.

Kata kunci: pengetahuan botani lokal, klasifikasi populer,masyarakat lokal.

EO-10Aplikasi Gen Penanda dalam Kegiatan Taksonomi

Application of gene marker in taxonomical purposes

Mohamad AminJurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang (UM). Jl.Surabaya 6, Malang 65145. Tel. (0341) 14206. E-mail:[email protected]

ABSTRAK. Sejak penemuan DNA, penelitian dan aplikasiteknik-teknik genetika molekular dan bioteknologi telahmengalami revolusi besar. Salah satunya, penggunaanDNA/gen penanda untuk mengetahui ciri individu,keanekaragamanan, dan hubungan kekerabatan (filogeni).Dalam penelitian ini digunakan sekuens gen rcbl (ribulose-1,5-bisphosphate carboxylase) untuk menganalisis filogenipaku-pakuan (tumbuhan) dan sebagai pembandingdigunakan sekuens parsial cytochrome-b untukmenganalisis filogeni itik (hewan) dengan menggunakanMEGA2.1 Software. Kedua gen ini merupakan gen yangsering digunakan sebagai penanda untuk analisis filogeni.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan genpenanda ini mendukung hasil filogeni dengan carakonvensional.

Kata kunci: filogeni, gene penanda, itik, paku-pakuan

Edukasi Poster

EP-01Pendidikan dan Pemantauan Studi Flora di KebunRaya PurwodadiEducation and studies guidance of flora in PurwodadiBotanic Garden

SolikinKebun Raya Purwodadi. Jl. Raya Purwodadi, Pasuruan 67163,Indonesia. Tel. & Fax. +62-341-426046.

ABSTRAK. Kebun Raya Purwodadi merupakan salah satucabang Kebun Raya Indonesia yang mempunyai tugas danfungsi melakukan konservasi, penelitian dan pendidikanflora untuk daerah dataran rendah beriklim relatif keringyang bernilai ekonomi,ilmu pengetahuan dan lingkungan.Pendidikan termasuk unsur penting dalam menanamkansikap, watak dan perilaku dalam melestarikan danmemanfaatkan keanekaragaman sumberdaya tumbuh-tumbuhan secara lestari dan berkesinambungan. Institusiini telah berperan dalam kegiatan tersebut melalui kegiatanpemanduan dan penyuluhan di bidang taksonomi,keanekaragaman, potensi dan manfaat tumbuh-tumbuhankoleksi Kebun Raya Purwodadi bagi para pelajar,mahasiswa dan masyarakat umum.

Kata kunci: pendidikan, flora, Kebun Raya Purwodadi

Page 28: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixxviii

Sistematika Oral

SO-01Kajian Taksonomi Agarophyta berdasarkanKarakter Anatomi

Taxonomic study of agarophytes based on anatomicalcharacters

Abdul Razaq ChasaniLaboratory of Plant Taxonomy, Faculty of Biology, Gadjah MadaUniversity, Jl. Sekip Utara, Yogyakarta 55281. Tel. +62-274-902262, 563942

ABSTRAK. Usaha penentuan kedudukan taksonomimakroalgae berdasarkan struktur anatomi belum dilakukansecara intensif termasuk pada golongan Agarophyta.Penelitian ini bertujuan mengamati sel dan jaringan talusAgarophyta sehingga dapat ditentukan struktur anatomiyang dapat dipergunakan untuk menentukan kedudukantaksonomi Agarophyta. Penelitian dilakukan denganmembuat preparat awetan dengan prosedur pembuatanpreparat penampang dan melakukan penunjukan histokimiadengan menggunakan preparat segar. Struktur anatomiAgarophyta terdiri dari lapisan korteks dan medulla dengansel-sel yang bersifat parenkimatis dengan ciri-ciri bentuk selpoligonal dengan sudut agak membulat, susunan sel tidakteratur, dinding sel tebal, sitoplasma sedikit, dan ruangantar sel kecil. Perbedaan struktur anatomi Agarophytadapat diamati pada bagian korteks yaitu adanya perbedaanjumlah lapisan selnya. Berdasarkan penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa Agarophyta mempunyai kenampakanstruktur anatomi yang hampir sama, sedangkan perbeda-annya terletak pada jumlah lapisan sel penyusun korteks.

Kata kunci: Agarophyta, struktur anatomi, sel parenkimatis,korteks.SO-02Studi Kemotaksonomi Justicia spp danPenerapannya sebagai Bahan Kontrasepsi Pria

Chemotaxonomic study on Justicia spp and the applicationas male contraception matter

Bambang Prajogo E.W.Bagian Ilmu Bahan Alam, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga(UNAIR). Jl. Darmawangsa Dalam Surabaya. Tel. +62-31-5033710.Fax.: +62-31-5020514. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Marga Justicia memiliki anggota 800 jenis yangtersebar di seluruh dunia, beberapa diantaranya telahditeliti, misalnya J. pectoralis, J. neesii, J. extensa, J.secunda, J. ghiesbreghtiana, J. glauca, J. insularis, J.hayati dan J. gendarussa. Kandungan kimia jenis-jenistersebut tidak sama, terdiri dari alkaloid, lignan, sterol, danflavonoid. Justicia gendarussa Burm.f. merupakan satu-satunya jenis yang berasal dari Indonesia. Berdasarkanetnofarmakognosi, tumbuhan ini dimanfaatkan sebagaikontrasepsi pria di pedalaman Papua. Kandungan kimiajenis ini terbukti berbeda dengan jenis-jenis Justicia lain.Penelitian yang mengarah pada penggunaan J. gendarussasebagai kontrasepsi pria secara ilmiah telah dilakukan sejaktahun 1987. Kandungan kimia jenis ini efektif pada mencit,tikus, kelinci, dan manusia, baik dalam kajian seluler,subseluler, maupun molekuler. Dari 10 flavonoid yang

terdeteksi, baru gendarusin A dan B yang telah diidentifikasistruktur molekulnya. Pada saat ini uji klinis gendarusin Asedang dilaksanakan.

Kata kunci: Justucia gendarussa Burm.f., gendarusin A,gendarusin B.

SO-03Uraian Singkat Kelompok Kerja Inisiatif NasionalTaksonomi Indonesia (Pokja INTI).

Simple review of Working Group of Indonesian NationalTaxonomy Initiative

Yayuk R. Suhardjono1, Soenartono Adisoemarto1, IGusti Made Tantra2,1 Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong-Bogor. Jl. Raya Bogor

Km. 46, Cibinong-Bogor 16911.2 Pusdiklat Kehutanan & Puslitbang Teknologi Hasil Hutan Bogor.

Jl. Gunung Batu 5 Bogor 16122. Tel. +62-251-633378. Fax. +62-251-633413.

ABSTRAK. Inisiatif Nasional Taksonomi Indonesia (Indo-nesian National Taxonomy Initiative; INTI) dibentuk untukmenindaklanjuti keputusan COP & SBSTTA. Pembentuk-annya diawali lokakarya di Kuala Lumpur, 14-17 Agustus1996 yang memformulasikan dibentuknya NECI (NEtworkCoordinating Institute), NACI (NAtional Coordinating Insti-tute) dan LCC (LOOPs Coordinating Committee). Indonesiamenetapkan Kementerian Lingkungan Hidup sebagai NACI.Pada tanggal 11-12 Agustus 1998, Kementerian Ling-kungan Hidup RI di Jakarta menyelenggarakan lokakaryamengenai jaringan nasional biosistematika dan membentukKelompok Kerja Inisiatif Nasional Taksonomi Indonesia(Pokja INTI). Program Pokja INTI jangka pendek, meliputisosialisasi Pokja INTI, penyebarluasan pemahaman terha-dap taksonomi, pemantauan perkembangan dalam bidangtaksonomi secara nasional dan internasional, serta inven-tarisasi lembaga penghasil jasa taksonomi dan lembagapengguna jasa taksonomi. Program jangka panjang,meliputi: pemantapan sumber daya pendukung, penye-lenggaraan pertemuan teknis setiap bulan, inventarisasilembaga/unit/ perguruan tinggi, menindaklanjuti pertemuanLCC dan persiapan pertemuan LCC berikutnya, kunjunganke kerja ke lembaga/unit/ perguruan tinggi dalam rangkasosialisasi Pokja INTI, serta penyiapan pembentukanjaringan kerja dalam NACI (pembentukan NI).

Kata kunci: INTI

SO-04Revisi Marga Licuala Wurb. (Palmae) diKalimantan

Revision of genus Licuala Wurb. (Palmae) in Kalimantan

Jati Baroto1, , Edi Guhardja2, Johanis P. Mogea21 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya Malang2 "Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian

Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.: +62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Revisi marga Licuala di Kalimantan, Indonesiadilakukan berdasarkan bahan utama dari 186 spesimen

Page 29: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xxix

yang ada di Herbarium Bogoriense dan HerbariumWanariset Samboja. Dari hasil penelitian disimpulkanbahwa terdapat 15 jenis Licuala di Kalimantan, Indonesia,yang terdiri dari 1 jenis baru, yaitu L. beruiensis, duavarietas, yaitu: L. petiolulate var. Kapepajensis, L.mattanensis var. paucisecta, dan 14 jenis yang telahdiketahui, yaitu: L. arbuscula, L. bintulensis, L. borneensis,L. halleriana, L. lanata, L. mattanensis, L. olivifera, L.paludosa, L. petiolulata, L. reptans, L. spicata, l. spinosa, L.triphylla dan L. valida.

Kata kunci: revisi, Licuala, Kalimantan.

SO-05The Genus Koilodepas Hassk. (Euphorbiaceae) inMalesia

Marga Koilodepas Hassk. (Euphorbiaceae) di Malesia

Muzayyinah1,, Edi Guhardja2, Mien A. Rifai3, Johanis P.Mogea3, Peter van Walzen41 Program Study of Biological Education, Department of PMIPA

FKIP Sebelas Maret University Surakarta 57126, Indonesia. Tel.& Fax.: +62-274-387781. e-mail: [email protected]

2 Department of Biology, Faculty of Mathematic and Sciences,Bogor Agriculture University, Bogor Indonesia

3 "Herbarium Bogoriense", Department of Botany, ResearchCenter of Biology -LIPI, Bogor 16022, Indonesia

4 Rijksherbarium Leiden, The Netherlands.

ABSTRACT. The Malesian genus Koilodepas Hassk. Hasbeen revised based on the morphological and anatomicalcharacter using available herbarium collection in HerbariumBogoriense and loan specimens from Kew Herbarium andLeiden Rijksherbarium. The present study is based on theabservation of 176 spesimens. Eight spesies has beenrecognized, namely K. bantamense, K. cordifolium, K.frutescns, K. homalifolium, K. laevigatum, K. longifolium, K.pectinatum, and two varieties within K. brevipes. The highesnumber of species is found in Borneo (5 species), three ofthem are found endemically in Borneo, K. cordisepalumendemically in Aceh, and K. homalifolium endemically inPapua New Guinea. A phylogenetic analysis of the genus,with Cephalomappa as outgroup, show that the specieswithin the genus Koilodepas is in one group, starting with K.brevipes as a primitive one and K. bantamense occupies inan advance position.

Keyword: Koilodepas Hassk., Malesia, outgroup,phylogenetic analysis, outgroup.

SO-06Jumlah Kromosom Somatik Beberapa JenisTrichosanthes di Indonesia

Somatic chromosome of Trichosanthes species inIndonesia

Rugayah 1,, Dedi Darnaedi 2

1 “Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat PenelitianBiologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.: +62-251-336538. e-mail: [email protected].

2 Pusat Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Bogor. Jl.Ir.H.Juanda 13, PO Box 309, Bogor 16003. Tel. +62-251-352519.Fax.: +62-251-322187. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. Eight species and one varieties ofTrichosabthes that is T. borneensis T. montana T. ovigeraT. pubera T. quinquangulata T. tricuspidata T. villosa T.wawrae and T. cucumerina var. anguina have beenperceived by the amount of its somatic chromosome. Sumof the chromosome each is 2n=22. Trichosanthescucumerina var. anguina and T. tricuspidata have beenreported before, while in other species chromosomeamount represent the new information.

Keyword: Trichosanthes, somatic chromosome.

SO-07Taksonomi Numerik Kultivar Kedelai (Glycine max(L.) Merr. di Jawa

Numerical taxonomy of cultivated soybean (Glycine max(L.) Merr. in Java

Sri Rossati Setya Wirawan

ABSTRACT. A taxonomic study on cultivated soybean(Glycine max (L.) Merr in Java has been carried out. Theain of this research is to classify the cultivated soybean inJava by using the numerical morphological taxonomy, andalso to determine their scientific names for each group. Thisresearch contains the collection of cultivated soy bean’slive, from the entire Java. The first observation was firstheld when the soybean was blooming, while the secondone was held when the fruit ripened. The next step was tomake the herbarium specimenand to analize the variation ofsoybean characters. The measurement of similarity usingthe distance of unsimilarity euclidean , and analyzing groupusing averange linkage. The result showed that among thecultivars in Java, the Mandaan and Tengahan cultivarswere apart from the other cultivars in Java. The closestrelationship was between Kayu and Sungging cultivars.While the farthest one was between Kebo and mandaancultivars. Among the 28 soybean cultivars showed that allcultivars had spesification, so that the spesific names weregiven to those 28 cultivars. The characters andmorphological soybean are in the shape of root, the leaf’stip, the leaf venation systems, the shape and thearrangement of the the 3rd leaf, 4th leaf, and the 5th leaf,the number and location of the bean, the shape and thesize of the seed.

Keywords: numerical, taxonomy, cultivated soybean,Glycine max (L.) Merr.

SO-08Jenis-jenis Dasymaschalon (Annonaceae) diMalesia

Species of Dasymaschalon (Annonaceae) in Malesia

Subekti NurmawatiJurusan Biolgi FMIPA Universitas Terbuka (UT). Jl. Cabe RayaPondok Cabe, Ciputat, Tangerang 15418. [email protected]

Page 30: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixxx

ABSTRAK. Penelitian ini didasarkan pada morfologispesimen herbarium dari Herbarium Bogoriense, PuslitBiologi-LIPI (BO), Herbarium Universitas Andalas ('ANDA'),Philippina (PNH), Nationaal Herbarium Netherland,Universiteit Leiden branch (L), serta koleksi hidup KebunRaya Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6jenis dan 4 varietas Dasymaschalon, yang terdiri dari 3jenis yang telah dikenal 1) D. blumei Finet & Gagnep.dengan satu varietas yaitu var. wallichii (Hook.f & Thomson)Ban, 2) D. clusiflorum (Merr.) Merr. dengan 3 varietas yaituvar. oblongatum (Merr.) Ban, var. megalanthum Merr., var.minutiflorum Nurmawati var. nov., 3) D. filipes (Ridl.) Ban,dan tiga jenis baru diusulkan: D. hirsutum Nurmawati, D.ellipticum Nurmawati, dan D. borneense Nurmawati. Satujenis dikeluarkan (D. scandens Merr.) karena termasuk kedalam genus Mitrella. Dari analisis persebaran jenis-jenistersebut menunjukkan bahwa D. clusiflorum paling banyakditemukan di Philippina, sementara D. blumei memilikiwilayah persebaran yang paling luas yaitu di Sumatra,Semenanjung Malaysia, Singapura, Borneo, dan Jawa.Hasil analisis filogenetik, dengan Desmos cochinchinensissebagai outgroup, menunjukkan bahwa jenis-jenis yangtermasuk dalam marga Dasymaschalon tergabung dalamsatu kelompok dan outgroup-nya terpisah oleh karakterapomorf 8 (bentuk dasar bunga). Kelompok jenis dalammarga Dasymaschalon terbentuk dua kelompok monofiletik,kelompok pertama D. hirsutum merupakan kelompoksaudara dari D. blumei var. blumei dan D. blumei var.wallichii berdasarkan karakter apomorf 1 (panjang tangkaidaun) dan karakter 2 (pangkal daun). Sementara dikelompok monopfletik kedua, D. filipes merupakan jenissaudara dari D. ellipticum dan D. borneense berdasarkankarakter apomorf 4 (urat daun)

Kata kunci: Dasymaschalon, Annonaceae, Malesia.

SO-09Prospek Pemanfaatan Sumber-sumber Bukti Barudalam Pemecahan Permasalahan TaksonomiTumbuhan

Possibilities of new taxonomical evidence in order to solvecomplexity in plants taxonomy

SurantoJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. Modern taxonomy has two approaches, i.e.classical and experimental taxonomy. Classical taxonomyuses morphological characters, while experimentaltaxonomy uses broader methods including chemistry,physics and mathematics, in the form of laboratory data thatare revealed together with the progress of optical technique(microscope), chemistry methods (chromatography,electrophoresis), etc. Modern taxonomy tends to use seriesof interrelated data. More data used would result in morevalidity and give better clarification of taxonomic status. Alot of modern taxonomic data such as palynology,cytotaxonomy (cytology), chemical constituent(chemotaxonomy), isozyme and DNA sequencing wereused recently.

Keywords: modern taxonomy, palynology, cytotaxonomy,chemical constituent, isozyme.

SO-10Studi Taksonomi Micromelum Blume (Rutaceae)di Indonesia

Taksonomic study of Micromelum Blume (Rutaceae) inIndonesia

Tahan Uji"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Studi taksonomi Micromelum telah dilakukan diHerbarium Bogoriense (BO) dan Herbarium Kew (K)dengan menggunakan 84 nomor koleksi spesimenherbarium. Penelitian dilakukan dengan menggunakanmetode deskriptif berdasarkan ciri-ciri morfologi.Terminologi oleh Steam (1983) telah digunakan dan jugametode revisi dari Rifai (1976) dan de Vogel (1987). Darihasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Indonesia hanyadapat ditemukan 2 jenis Micromelum. Kedua jenisMicromelum tersebut adalah Micromelum diversifolium Miq.dan M. minutllm (Forst.f) Wight & Am., Micromelumdiversifolium terdiri atas 2 varietas, yaitu M diversifoliumMiq. var. diversifolium dan M. diversifolium Miq. var.cuneata Miq.. Sedangkan Micromelum minutum. terdiri atas3 varietas, yaitu M. minutum (Forst. f) Wight & Arn. var.minutum, M. minutum (Forst.f.) Wight. & Am. var.tomentosum Tan. dan M. minutum (Forst,f.) Wight & Am.var. villosum Tan. Dilaporkan pula bahwa telah ditemukanspesimen koleksi baru (new record) untuk M. diversifoliumyang berasal dari Pulau Biak (Papua).

Kata kunci: taksonomi, Micromelum, Indonesia.

SO-11Sitotaksonomi Pteris L. Liar di Kebun Raya Bogor

Cytotaxonomy of wild Pteris L in Bogor Botanic Garden

Titien Ngatinem PraptosuwiryoPusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia, LIPI. Jl. Ir. H.Juanda 13, PO Box 309, Bogor 16003. Tel.: +62-251-322187,352518, 352519. Fax. +62-251-322187, 313985. e-mail:[email protected]; [email protected]

ABSTRAK. Penelitian sitologi enam jenis Pteris L. liar diKebun Raya Bogor telah dilakukan. Seluruh jenis konsistenmempunyai jumlah kromosom dasar x=29. Tiga jenis, yaituP. biaurita, P. ensiformis dan P. vittata hanya mempunyaisatu tingkat ploidi. Pteris biaurita bertipe diploid (2n=58),sedangkan P. ensiformis dan P. vittata bertipe tetraploid(2n=116). Dua jenis, yaitu P. multifida dan P. tripartita,mempunyai dua tingkat ploidi. Pteris multifida mempunyaitipe ploidi triploid (2n=57) dan tetraploid (2n=116),sedangkan P. tripartita ditemukan mempunyai tipe diploid(2n=58) dan tetraploid (2n=116).

Kata kunci: Sitotaksonomi Pteris L. Liar di Kebun RayaBogor, ploidi.

Page 31: Abstrak - Biodiversitas

ABSTRAK – Konggres dan Seminar Nasional PTTI, UNS-Solo, 19-20 Desember 2003 xxxi

Sistematika Poster

SP-01Studi Kemotaksonomi pada Genus Curcuma

A Chemotaxonomic study on the genus Curcuma

Ahmad Dwi SetyawanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS)Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

ABSTRACT. Curcuma rhizome had been used long timeago as spices, flavoring agent and medicinal stuf. Thisgenus had about 20 species based on morphologicalcharacters, but only seven species can be obtained toassay, namely C. aeruginosa Roxb. (temu ireng), C.domestica Val. (kunir), C. heyneana Val. & van Zipj. (temugiring), C. mangga Val. (temu mangga), C. purpurascensBl. (temu gleyeh), C. xanthorrhiza Roxb. (temu lawak), andC. zedoaria (Berg.) Rosc. (temu putih). This research wasconducted to find out: (i) percentage of volatile oil of sevenCurcuma species, (ii) type and percentage of volatile oilcomponents of those Curcuma, and (iii) similarity index ofvolatile oil of those Curcuma based on type and percentageof each components. The plant materials were gatheredfrom Surakarta, and they were sold in traditional marked.Volatile oils were obtained by hydodistillation method; typeand percentage of components were determined by GCmethod, while similarity index was determined by UPGMAmethod. The result indicated that (i) volatile oil contents inthe seven species of rhizome varies from 0.5-6% (v/w), (ii)the total number of volatile oil components of the rhizome(content >1%) is 64 compounds. The rhizome had 10 majorcomponents at the RT value of 5.30, 5.64, 7.98, 13.94,14.05,14.38, 15.75, 16.43, 17.11, and 17.78 (iii) therelationships of those seven species were as follows: C.mangga and C. zedoaria had close relationship on thesimilarity index of 81%, and then C. xanthorrhiza joined onthe similarity index of 73%. C. domestica and C.purpurascens had close relationship on the similarity indexof 75%. Those two groups joined at the similarity index of67%. C. aeruginosa and C. heyneana had closerelationship on the similarity index of 72%. Those threegroups joined at the similarity index of 59%. It is usualbecause they are similar genus.

Keywords: Curcuma, Zingiberaceae, volatile oil.

SP-02Rotan Jernang (Dragon’s Blood Group), Taksonomi danPemanfaatannya

Rattan dragon’s blood group, its taxonomy and use

Himmah Rustiami, Fransisca Maria Setyowati"Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.:+62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Dragon’s blood group atau kelompok rotanjernang tersebar dari semenanjung Malaya, Sumatra,Borneo sampai dengan Jawa. Terdapat sekitar 10 jenisrotan yang mengandung jernang namun yang banyak

dikenal orang sampai sekarang adalah dari jenisDaemonorops draco (Willd.) Becc. dengan sebaran palingbanyak di pulau Sumatra. Rotan jenis ini banyakdimanfaatkan sebagai bahan pewarna oleh suku AnakDalam dan Talang Mamak di Taman Nasional Bukit TigaPuluh. Hanya sayangnya kedudukan taksonomi dari jenisini diragukan. Hal ini disebabkan nama jenis yang sudahberumur satu abad lebih tidak mempunyai tipe yang jelassehingga termasuk dalam nama yang salah aplikasinya.

Kata kunci: dragon’s blood group, rotan jernang, sukuAnak Dalam, suku Talang Mamak, Taman Nasional BukitTiga Puluh, Daemonorops draco, Sumatera.

Mundu: Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz. atau G.xanthochymus Hook.f.ex T.Anderson

SP-03Mundu: Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz. atau G.xanthochymus Hook.f.ex T.Anderson

Mundu: Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz. or G. xanthochymusHook.f.ex T.Anderson

Rismita Sari1, Nanda Utami 2,1 Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia, LIPI. Jl. Ir.

H. Juanda 13, PO Box 309, Bogor 16003. Tel.: +62-251-322187,352518, 352519. Fax. +62-251-322187, 313985. e-mail:[email protected]; [email protected]

2 "Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat PenelitianBiologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16002. Tel.: +62-251-322035. Fax.: +62-251-336538. e-mail: [email protected]

ABSTRAK. Mundu termasuk suku Clusiaceae, dalampublikasi dikenal dengan nama Garcinia dulcis, tapi adajuga yang menyebutnya G. xanthochymus. Perawakan kedua tanaman ini hampir mirip, sehingga seringmembingungkan. Untuk mengetahui nama yang tepat(correct) pada kedua tanaman ini dilakukan pengamatanmorfologi, anatomi daun dan analisis Isoenzymnya.Berdasarkan hasil pengamatan dapat dipertimbangkanbahwa keduanya adalah sinonim.

Kata kunci: mundu, Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz., G.xanthochymus Hook.f.ex T.Anderson

SP-04Karyotipe Kromosom pada Tanaman BawangBudidaya (Genus Allium; Familia Amaryllidaceae)

Chromosomal karyotype of Allium (Amaryllidaceae)

Endang Anggarwulan, Nita Etikawati, Ahmad DwiSetyawanJurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:[email protected]

ABSTRACT. This research is objected to find out (1) thenumber, the type and the size of chromosomes, (2) thekaryotype formulae and maps of the chromosomes, and (3)the phylogenetic relationship of Allium. In this research, sixspecies are examined, i.e. A.ascalonicum (shallot), A.cepa

Page 32: Abstrak - Biodiversitas

SISIPAN BIODIVERSITAS Vol. 5, No. 1, Januari 2004, hal. : i-xxxiixxxii

(onion), Allium sp. (“big shallot”), A.sativum (garlic),A.fistulosum (Japanese bunching) and A.porrum. Referringto Backer and Bakhuizen van den Brink’s manual (1968),they are identified before the examination. The result foundout that all species has a same number of chromosomes,i.e. 2n = 16. All of chromosomes have metacentric shape,except for the first chromosome pair of Allium sp., whichhas the sub-metacentric shape. The longest of haploidchromosome length is A.sativum with 196.36 m, then forA.porrum is 137.27m, Allium sp. is 132.69 m,A.ascalonicum is 124.71 m and A.fistulosum is 113.60 m.The relative asymetric index is over then 50 (53.79 –57.70). The R-ratio of A.ascalonicum and A.sativumsubsequently are 1.6 and 1.7, then for A.cepa is 2.25,A.fistulosum is 2.28, A.porrum is 2.67 and Allium sp.is 2.71.A.ascalonicum and A.fistulosum have the closest geneticrelationship with similarity index of 80, then followed byA.cepa and Allium sp. with similarity index of 75. The fourspecies joint with A. porrum with similarity index of 65.A.sativum is the last species that joint with them withsimilarity index of 35.

Keywords: Allium, chromosomal karyotype, phylogeneticrelationship.

SP-05Rhizophora lamarckii di Angke-Kapuk, TambahanBaru bagi Daftar Jenis Flora Jawa

Rhizophora lamarckii in Angke-Kapuk as a new record forJava flora species

Onrizal1,, Suhardjono2,, Rugayah21 Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Medan; &

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, SekolahPascasarjana IPB, Bogor. E-mail: [email protected].

2 "Herbarium Bogoriense", Bidang Botani, Pusat PenelitianBiologi-LIPI. Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122. Tel.: +62-251-322035. Fax.: +62-251-336538. e-mail: [email protected].

ABSTRAK. Rhizophora lamarckii dilaporkan sebagai hibridalam antara R. apiculata dan R. stylosa atau R. apiculatadan R. mucronata. Sampai publikasi terakhir, R. lamarckiitersebar di Queensland, Ceylon, Kepulauan Solomon dandi Malesia dijumpai di New Guinea, Flores dan Bali. Jenistersebut belum pernah dilaporkan di pulau Jawa.Inventarisasi jenis pohon mangrove telah dilakukan padabulan November 2003, 2 pohon R. lamarckii ditemukan dikawasan tambak Angke-Kapuk yang berbatasan denganHutan Lindung Angke-Kapuk. Tegakan R. lamarckiitersebut diduga merupakan hibrid alam antara R. apiculatadan R, mucronata. Populasi kedua jenis tersebut dijumpaidi daerah sekitarnya, sedangkan populasi jenis R. stylosatidak dijumpai. Hibrid tersebut secara umum mempunyaikarakter morfologi pada ukuran daunnya yang relatif besar,bintik-bintik hitam kecil di permukaan bawah daun, mucropada ujung daun, daun mahkota berbulu pendek yangmenyerupai karakter R. mucronata, sedangkan dariperbungaannya yang terdiri atas 2-4 bunga, tangkai putikpendek, bentuk dan ukuran buah, ukuran dan bentukhipokotil dan kotiledon merah menyerupai R. apiculata.

Kata kunci: Rhizophora, hibrid alam, Angke-Kapuk.