17
Bathok Bolu dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuld) BATHOK BOLU DAN TRADISI MASY ARAKA T SAMBIROTO PURWOMART ANI KALAS AN SLEMAN YOGY AKART A PERSPEKTIF AGAMA DAN BUDAY A Oleh: Marzuki Staf Pengajar FISE UNY Abstract The main problem in this research is how the historical background of Bathok Bolu is and how the tradition of society in Sambiroto Purwomartani Sleman Yogyakarta in relation to Bathok Bolu. Another important problem is how Bathok Bo/u and the tradition of society in Sambiroto Purwomartani S/eman are seen from religion and cultural perspective. The aim of this research isfinding the answers of the problems above. This is a descriptive-qualitative research. This research only depicts an event - depiction of Bathok Bolu and its surrounding. Data were obtained through in-depth interview,field observation, and documentation. The data were analyzed qualitatively using inductive analysis technique. The result of the research shows that Bathok Bo/u is a religious cultural torism located in the bank ofSendang ayu and separatedfrom Sambiroto. This religious cultural resort can be divided into two areas: sacred area and profane area. Some traditions developed in Bathok Bo/u are pilgrimage to Demang Ranupati and Yang Guru Buria/s at Thursday Kliwon and Friday K/iwon in order to get blessing. Art ceremony in Bathok Bo/u is celebrated annually at Sura (Muharram). From cultural view, Bathok Bo/u is a mirror of local society who own high cultura/ value and local wisdom. Keywords: Bathok Bolu. religion, culture PENDAHULUAN Penelitian Geertz (dalam Robertson, 1986: 182) yang ter- fokus pada salah satu desa di Jawa pada akhirnya menyimpulkan aqdanya tiga golongan masyarakat Jawa, yaitu priyayi, santri, dan abangan. Masing-masing golongan ini mempunyai ciri-ciri kebe- 35

Abstract - core.ac.uk · masyarakat Sambiroto, seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa Purwomartani yang kebetulan tinggal di Dusun Sambiroto, Kepala Dusun Sambiroto,

  • Upload
    lamdien

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Bathok Bolu dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Kalasan SlemanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuld)

BATHOK BOLU DAN TRADISI MASY ARAKA TSAMBIROTO PURWOMART ANI KALAS AN SLEMANYOGY AKART A PERSPEKTIF AGAMA DAN BUDAY A

Oleh:Marzuki

Staf Pengajar FISE UNY

Abstract

The main problem in this research is how the historical background ofBathok Bolu is and how the tradition of society in SambirotoPurwomartani Sleman Yogyakarta in relation to Bathok Bolu. Anotherimportant problem is how Bathok Bo/u and the tradition of society inSambiroto Purwomartani S/eman are seen from religion and culturalperspective. The aim of this research isfinding the answers of theproblemsabove.This is a descriptive-qualitative research. This research only depicts anevent- depiction of Bathok Bolu and its surrounding. Data were obtainedthrough in-depth interview,field observation,and documentation. The datawere analyzedqualitatively using inductive analysis technique.The result of the research shows that Bathok Bo/u is a religious culturaltorism located in the bank ofSendang ayu and separatedfrom Sambiroto.This religious cultural resort can be divided into two areas: sacred areaand profane area. Some traditions developed in Bathok Bo/u arepilgrimage to Demang Ranupati and Yang Guru Buria/s at ThursdayKliwon and FridayK/iwon in order to get blessing.Art ceremony in BathokBo/u is celebrated annually at Sura (Muharram). From cultural view,Bathok Bo/u is a mirror of local society who own high cultura/ value andlocal wisdom.

Keywords: Bathok Bolu. religion, culture

PENDAHULUAN

Penelitian Geertz (dalam Robertson, 1986: 182) yang ter-fokus pada salah satu desa di Jawa pada akhirnya menyimpulkanaqdanya tiga golongan masyarakat Jawa, yaitu priyayi, santri, danabangan. Masing-masing golongan ini mempunyai ciri-ciri kebe-

35

----

JurnalP~n~litianHumaniora.Yolo11,No.I. AprilZ007:JJ-J/

ragaman yang berbeda. Dari penelitian Geertz terlihatjuga adanyaciri khusus tentang keberagamaan masyarakat Jawa, khususnyamasyarakat Muslimnya, meskipun dalam perkembangan selanjut-nya, ketika masyarakat sadar akan agamanya dan pengetahuahnyatentang agama semakin mendalam,mereka sedikit demi sedikit me-lepaskan ikatan sinkretisme yang merupakan warisan dari ke-percayaan atau agama masa lalunya yang dalam dinamikanya di-anggap sebagai budaya yang masih terus terpelihara dengan baik,bahkanharus dijunjung tinggi.

Masyarakat seperti itulah yang kemudian melahirkan suatuagama yang kemudian dikenal dengan Agama Jaw; atau Is/amKejawen, yaitu suatu keyakinan dan konsep-konsep Hindu Budhayang cenderung ke arah mistik yang tercampur menjadi satu dandiakui sebagai agama Islam (Koentjawaningrat, 1994: 312). Padaumumnya pemeluk agama ini adalah masyarakat Muslim, namuntidak menjalankan ajaran Islam secara keseluruhan, karena adanyaaliran lain yang juga dijalankan sebagai pedoman, yaitu alirankejawen.

Sebagian besar masyarakat Jawa telah memiliki suatuagama secara formal, namun dalam kehidupannya masih nampakadanya suatu sistem kepercayaanyang masih kuat dalam kehidupanreliginya, seperti kepercayaan terhadap adanya dewa, makhlukhalus, atau leluhur.Semenjak manusia sadar akan keberadaannyadidunia, sejak saat itu pula ia mulai memikirkan akan tujuan hidup-nya, kebenaran, kebaikan, dan Tuhannya (Koentjaraningrat, 1994:105). Salah satu contoh dari pendapat tersebut adalah adanya ke-biasaan pada masyarakat Jawa terutama yang menganut IslamKejawen untuk ziarah (datang) ke makam-makam yang dianggapsuci pada malam Selasa Kliwon dan Jum'ah Kliwonuntuk mencariberkah.

Tradisi dan budaya Jawa bisa dikatakan sebagai saranapengikatbagi orang Jawa yang memiliki status sosial yang berbedadan begitujuga memiliki agama dan keyakinan yang berbeda. Ke-bersamaan di antara mereka tampak ketika pada momen-momen

36

Bathok Bo/u dan Tradisi Masyarakat Sambiroto PlIrwomartani Ka/asan S/emanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzllki)

tertentu mereka mengadakanupacara-upacara(perayaan) baik yangbersifat ritual maupun seremonial yang sarat dengan nuansa ke-agamaan. Oi Yogyakarta khususnya, momen Suran (peringatanmenyambut tahun baru Jawa yang sebenamya juga merupakantahun baru Islam) dan Mu/ud (peringatan hari lahir NabiMuhammad SAW.) dirayakan cukup meriah dengan berbagaiupacara keagamaanyang bemuansa kejawen. Tradisi Suran banyakdiisi dengan aktivitas keagamaan untuk mendapatkan berkah dariTuhan yang oleh masyarakat Yogyakarta disimbulkan KanjengRatu Roro Kidu/ (Ratu Pantai Selatan). Pada momenMu/ud masya-rakat Yogyakarta mengadakanperayaan besar yang disebut Sekatenyang dipusatkandi lingkunganKratonNgayogyakarta.

Oi samping dua momen besar tahunan tersebut masyarakatJawa, terutama di Yogyakarta, juga sering datang (berziarah) kemakam-makam (kuburan) yang dianggap suci (keramat) padamalam Jum'at Kliwondan Selasa Kliwon untuk mencari berkah. Oiantara makam yang sering menjadi tujuan utama dari aktivitasziarah mereka adalah Makam Raja-raja atau Makam Suci Imogiridan makam-makam lain di Yogyakarta yang juga dianggap suciatau keramat. Oi antara yang disebut terakhir ini adalah makam diOusun Sambiroto PurwomartaniKalasan Sleman yang oleh masya-rakat setempat sering disebut Bathok Bo/u. Ternpat ziarah diBathok Bo/u ini tidak hanya terdiri dari makam suci, tetapi jugaterdapat sendang suci (sumber air yang tidak pemah kering) yangdiberi nama Sendang Ayu dan bangunan keraton kecil yang olehmasyarakat setempat sering disebut Keraton Jin. Oi samping mintaberkah di makam, para peziarah juga menyempatkan untuk mandidi sendang tersebut dan menyepi di Keraton Jin dengan tujuan-tujuan tertentu.

Bathok Bolu ini hingga sekarang masih menyimpan se-gudang misteri, mengingat belum banyaknya masyarakat yang tahusecara detail tentang hal tersebut. Untuk mengungkap apa di balikmisteri Bathok Bolu ini, peneliti bermaksud mengangkatnyadalamsebuah penelitian dengan tujuan untuk mengetahuinya lebih jauh

37

--------

Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 12, No. I, April 2007: 35-51

dan menginformasikannya kepada masyarakat luas, khususnyamasyarakatJawa yang peduIidengan warisandan tradisi yang ada.

PeneIitian ini bertujuan ingin menjawab permasalahanbagaimana sejarah munculnya Bathok Bolu dan bagaimana tradisimasyarakat Sambiroto Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakartaterkait dengan Bathok Bolu tersebut dilihat dari perspektif agamadan budaya. Hasil peneIitian ini diharapkan dapat bermanfaat, ter-utama sebagai bahan informasi yang berharga mengenai khazanahtradisi yang berkembang di Iingkungan masyarakat Jawa yangbernuansaagama dan budaya.

MasyarakatJawa merupakan salah satu masyarakatyang hi-dup dan berkembangmulai zaman dahulu hinggasekarangyang se-cara turun temurun menggunakan bahasa Jawa dalam berbagairagam dialeknya dan mendiami sebagian besar Pulau Jawa(Herusatoto, 1987: 10). Oi Jawa sendiri selain berkembang masya-rakat Jawa juga berkembang masyarakat Sunda dan masyarakat-masyarakat lainnya. Pada perkembangannyamasyarakatJawa tidakhanya mendiami Pula Jawa, tetapi kemudian menyebar di hampirseluruh penjuru nusantara. Bahkan di luar Jawa pun banyak di-temukan komunitas Jawa akibat adanya program transmigrasiyangdicanangkan pemerintah. Masyarakat Jawa ini memiliki ciri khasatau karakteristik tersendiri dibandingkan dengan masyarakat-masyarakatlainnya, seperti masyarakat Sunda, masyarakatMadura,masyarakatMinang,dan lain sebagainya.

MasyarakatJawa tetap eksis dengan berbagai keunikannya,baik dari segi budaya, agama, tata krama, dan lain sebaginya.Karena adanya pengaruh perkembangan IPTEKS sedikit demi se-dikit keunikan masyarakat Jawa tersebut, mulai memudar terutamadimulai di kalangan generasi mudanya. Oi kota-kota sepertiYogyakartadan kota-kota lain sudah banyakditemukan masyarakatJawa yang tidak menunjukkan jati diri ke-Jawa-annya. Merekalebih senang berpenampilan lebih modem yang tidak terikat olehberbagai aturan atau tradisi-tradisi yang justeru menghalangi me-reka untuk maju. Pengaruh keyakinan agama yang mereka anut

38

Bathok Bo/u dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Ka/asan S/emanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuki)

juga ikut mewarnai tradisi dan budaya mereka sehari-hari. Masya-rakat Jawa yang menganut Islam santri, misalnya, lebih banyakterikat dengan aturan Islamnya, meskipun bertentangan denganbudaya dan tradisi Jawanya. Sebaliknyabagi yang menganut Islamabangan tradisi Jawa tetap dijunjung tinggi, meskipun bertentangandengan keyakinanatau ajaran Islam.

Masyarakat Jawa yang menganut agama Islam secaraurnurn bisa dikelompokkan menjadi dua golongan besar, golonganyang menganut Islam murni (sering disebut Islam santri) dangolongan yang menganut Islam Kejawen (sering disebut AgamaJawi atau disebut juga Islam abangan). Masyarakat Jawa yangmenganut Islam santri biasanya tinggal di daerah pesisir, sepertiSurabaya, Gresik, dan lain-lain, sedang yang menganut IslamKejawen biasanya tinggal di Yogyakarta, Surakarta, dan Bagelen(Koentjaraningrat, 1995:2I 1).

Tentang karakteristik kebudayaan Jawa, Simuh me-ngelompokkannya menjadi tiga fase, yaitu kebudayaan Jawa praHindu-Budha, kebudayaan Jawa masa Hindu-Budha, dan ke-budayaan Jawa masa kerajaan Islam (Simuh, 1996: 110). Sistemanimisme dan dinamisme merupakan inti kebudayaan yang me-warnai seluruh aktivitas kehidupan masyarakat Jawa pra Hindu-Budha. Ciri yang paling menonjol dalam kebudayaan Jawa padamasa Hindu-Budha adalah sangat bersifat teokratis. Masuknyapengaruh Hindu-Budha lebih mempersubur kepercayaananimismedan dinamisme (serba magis) yang sudah lama mengakar dengancerita mengenai orang-orang sakti setengah dewa dan jasa mantra-mantra (berupa rumusan kata-kata) yang dipandang magis. Padamasa kerajaan Islam masyarakatJawa mulai dipengaruhioleh nilai-nilai Islam dalam kehidupannya. Fase inilah yang kemudian me-lahirkan dua bentuk masyarakat Jawa Muslim, yakni kaum santridan kaum abangan.

Menurut Suyantokarakteristik budaya Jawa adalah religius,non-doktriner, toleran, akomodatif, dan optimistik. Karakteristikseperti ini melahirkan corak, sifat, dan kecenderungan yang khas

39

Jurnal Penelitian Humaniora.Vol.12.No. I. April 2007:J5-5/

bagi masyarakat Jawa, seperti percaya kepada Tuhan YangMahaesa sebagai Sangkan Paraning Dumadi, bercorak idealistisdan adikodrati (supernatural), lebih mengutamakan hakikat dari-pada segi-segi fonnal dan ritual, percaya kepada takdir' dancenderung bersikap pasrah, cenderung pada simbolisme, gotongroyong, guyub, rukun, dan damai, serta kurang kompetitif dankurangmengutamakanmateri (Suyanto, 1990: 144)

Masyarakat Jawa sudah mengenal Tuhan sebelum datang-nya agama-agama yang berkembang sekarang ini. Semua agamadan kepercayaanyang datang diterima dengan baik oleh masyara-kat Jawa. Mereka tidak terbiasa mempertentangkanagama dankeyakinanyang pada akhimya menimbulkan sinkretismedi kalang-an masyarakatJawa.

Masyarakat Jawa yang menganut Islam sinkretis hinggasekarang masih banyak ditemukan, terutama di Yogyakarta danSurakarta. Mereka akan tetap mengakui Islam sebagai agamanya,apabila berhadapandengan pennasalahan mengenaijatidiri mereka,seperti KTP, SIM, dan lain-lain. Secara fonnal mereka akan tetapmengakui Islam sebagai agamanya, meskipun tidak menjalankanajaran-ajaran Islam yang pokok, seperti shalat lima waktu, puasaRamadlan,zakat, dan haji (Koentjaraningrat, 1994:313).

Masyarakat Jawa, terutama yang menganut Kejawen, me-ngenal banyak sekali orang atau benda yang dianggap keramat.Benda yang sering mereka keramatkan adalah benda-benda pusakapeninggalandan juga makam-makamdari para leluhur serta tokoh-tokoh yang mereka honnati. Oi antara tokoh yang dikeramatkanadalah Sunan Kalijaga, para wali sembilan yang lain sebagai tokohpenyebar agama Islam di Jawa, Sultan Agung, PanembahanSenopati, Pangeran Purbaya, dan masih banyak lagi tokoh lainnya.Mereka percaya bahwa tokoh-tokoh dan benda-benda keramat itudapat memberiberkah.

Masyarakat Jawa juga percaya kepada makhluk-makhlukhalus yang menurutnya adalah roh-roh halus yang berkeliaran disekitar manusiayang masih hidup. Adajuga yang berpendapatbah-

40

Bathok Bo/u dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Ka/asan S/emanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuki)

wa roh-roh orang yang sudah meninggal akan tinggal di kayu-kayubesar, di gunung-gunung, di pintu gerbang desa, di persimpanganjalan, dan lain sebagainya (Suwarno Imam, 2005: 3). Di sampingitu, masyarakat Jawa juga percaya akan adanya dewa-dewa. Hal initerlihat jelas pada keyakinan mereka akan adanya penguasa LautSelatan yang mereka namakan Nyai Roro Kidul (Ratu PantaiSelatan). Mereka memberi bentuk sedekah laut agar mereka ter-hindar dari mara bahaya (Koentjaraningrat, 1995:347).

Cara Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerahBathok Bolu yang ter-letak di Dusun Sambiroto, Desa Purwomartani, KecamatanKalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta. Adapun waktu penelitian adalah pada bulan Meihingga bulan Oktober 2006.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Subjek penelitian ditentukan secara purposive, yakni para tokohmasyarakatSambiroto, seperti Kepala Desa dan SekretarisDesaPurwomartani yang kebetulan tinggal di Dusun Sambiroto, KepalaDusun Sambiroto, Ketua-ketua RT dan RW yang ada di DusunSambiroto, dan tokoh-tokoh masyarakat yang lain, terutama parasesepuhnya yang dianggap banyak mengetahui sejarah BathokBolu dan tradisi yang berkembang di sekitarnya. Sebagai keyinforman dalam penelitian ini adalah juru kunci makam yang adadi Bathok Bolu tersebut.

Data penelitian, khususnya data primer diperoleh secaralangsung melalui observasi dan wawancara yang mendalam (in-depth interview) kepada para informan yang sudah ditentukan.Adapun data sekunder ada dalam bentuk dokumen dalam bentukbuku atau catatan-catatanmengenaipermasalahandi sekitar BathokBolu dan tradisi masyarakatSambiroto.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah teknik analisis induktif. Teknik analisis induktif ini dilaku-kan dengan menganalisis permasalahan khusus di sekitar tradisi-

41

tradisi yang berkembang di sekitar Bathok Bolu untuk selanjutnyaditarik kesimpulan yang bersifat umum dan objektif yang dapatmenggambarkanpermasalahanyang sebenamya.

PEMBAHASAN

Bathok Bolu adalah sebuah nama yang digunakan untukmenamai kawasan atau wilayah khusus di dusun Sambiroto.Penamaan Bathok Bolu mengandung makna bahwa daerah ataukawasan itu terlihat biasa-biasa saja atau tidak menampakkansesuatu yang istimewa, tetapi di situ ada sesuatu yang sangatberharga yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat atau bisamemberikan manfaat yang besar bagi masyarakat seperti halnyamadu yang dibutuhkan oleh kebanyakan orang. Kawasan BathokBolu diyakini oleh masyarakat Sambiroto maupun masyarakat diluar Sambiroto mengandung sesuatu yang berharga yang akanmemberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Sambirotokhususnya,dan masyarakat pada umumnya.

Secara historis, kawasan Bathok Bolu semula merupakanmakam dua sesepuh Dusun Sambiroto, yaitu Ki Demang Ranupatidan Yang Guru. Keduanya adalah tokoh karismatik yang membukakawasan hutan Sambiroto yang disebut Alas Ketonggo yangkemudian menjadi sebuah dusun yang dinamai Sambirotosekarangini. Keduanya semula adalah pelarian dari Kraton Mataram yangkemudian bertapa di hutan (alas ketonggo) di kawasan ini untukmendapatkan kesaktian yang akhimya keduanya meninggal dikawasan ini dan dimakamkandi tempat ini juga.

Kawasan Bathok Bolu kini merupakan kawasan terpencildari rumah-rumahwarga di Dusun Sambiroto Desa Purwomartani,Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah IstimewaYogyakarta. Lokasi Dusun Sambiroto berada pada posisi sudutbarat laut desa Purwomartani dan merupakan daerah yang beradapada perbatasan sisi barat desa Purwomartani dan desaWedomartani.

42

Bathok Bo/u dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Ka/asan S/emanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuki)

Kawasan Ritual Bathok Bolu dapat dibagi ke dalam duawilayah yaitu wilayah yang disakralkan keberadaannya denganwilayah yang tidak mengandung muatan sakral (keramat) atauwilayah profan (biasa). Oi areal yang disakralkan itu terdapattempat untuk bersemedi dan rumah pondok kecil sebagai tempatberistirahat untuk melepas lelah atau berbincang-bincang antarsesama para peziarah. Oi sekitar Joglo Kraton (Kraton Jin) jugadikelilingi dengan tanam-tanaman yang mengandung khasiatsebagai obat-obatan. Batas dengan kawasan luar kawasan intidipertegas dengan pagar tembok di sekelilingnya.

Sekarang ini Bathok Bolu menjadi kawasan budaya religiusyang memiliki pengaruh budaya dan keagamaan bagi masyarakat disekitarnya. Aktivitas rutin yang dilakukan oleh masyarakat diBathok Bolu adalah ziarah ke makam Oemang Ranupati dan YangGuru pada malam Selasa Kliwon dan malam Jum'at Kliwon untukmendapatkan berkah (ngalap berkat) agar tujuan-tujuan yangdiinginkan berhasil. Oi samping ziarah ke makam itu, pengunjungterkadang juga melengkapinya dengan mandi di Sendang Ayu danmenyepi (bersemedi) di Kraton Jin. Tujuannya sarna, yakni untukngalap berkat. Untuk kelancaran melayani masyarakat yangberziarah di kawasan ini, ditunjuk penjaga Bathok Bolu yang seringdisebut "juru kunci" yang rumahnya berdekatan dengan lokasi.Sekarang ini dibuatkan rumah jaga (semacam kantor) untuk jurukunci tersebut. Juru kunci ini dijabat secara turun-temurun.

Oi samping aktivitas rutin di kedua malam itu, secara rutindi setiap awal bulan Sura (Muharram) selalu diadakan pentas senibudaya Bathok Bolu yang biasanya berlangsung selama delapanhingga sepuluh malam, dimulai dari tanggal I Sura hingga 10 Suradalam hitungan tahun Jawa atau tahun hijriah (Islam). Pada acarapentas seni budaya ini ditampilkan beberapa seni pertunjukanrakyat. Sekarang acara ini lebih dikenal dengan nama Pentas SeniBudaya Bathok Bolu Alas Ketonggo. Mulai tiga tahun terakhiracara pentas seni budaya ini dilengkapi dengan acara Kirab yang

43

------- - - -

bentuknya seperti Kirab Sekaten di Kraton Yogyakarta padatanggal 12Mulud (RabiulAwwal).

Tradisi yang secara rutin dilakukan di Bathok Bolu adalahberziarah di makam sesepuh Sambiroto di Bathok Bolu. Tojuanpokok ziarah di tempat ini adalah untuk mendapatkanberkatdengan melangsungkanserangkaian prosesi ritual (semedi). Orangyang melakukan semedi dan melangsungkanritual "permintaan"diBathok Bolu harus melalui beberapa proses tahapan sebagaipersyaratan. Pertama, dengan membeli 9 wama jajan pasar yangberupa buah-buahan,seperti: mentimun, pisang, kacang, salak, danlainnya. Buah-buahan ini sebagai media atau suatu simbol"persembahan"untuk membuka komunikasidengan ratujin BathokBolu, dalam bahasa Ki Juru Kunci dengan sebutan mbah buyutarwah para /e/uhur. Setelah proses acara selesai, biasanya buah-buahan itu dimakan bersama oleh mereka yang berada di lokasi itu.Kalau ada sisanya, biasanya diserahkan kepada keluargajuru kunci.Kedua, setelah tersedia 9 wama buah-buahan tersebut, sebelumupacara ritual dimulai orang yang sedang punya hajat terlebihdahulu harus bersiram air di Sendang Ayu, apakah dengan mandiatau sebatas cuci muka. Baru setelah dua proses tahapan itu selesaiacara ritual itu dimulai, biasanya orang yang sedang berhajat me-mintajuru kunci itu memimpinproses ritual.

Kawasan Bathok Bolu juga diyakini sebagai tempat ke-rajaan ratujin. Ratujin itu bemama Raden Ayu Sekarjoyokusomo.Ratujin inilahyang terlibat komunikasi secara intensifdengan parapendiri kerajaan Mataram, seperti Pangeran Senopati atau Ki GedePemanahan. Berdasarkan cerita tutur masyarakat sekitar lokasimaupun para pengunjung dijelaskan pula bahwasanya ketika parapendiri Mataram bermaksud mendirikan kerajaan, mereka jugaterlebih dahulu bersemedi, berkomunikasi secara spritual denganyang ghaib di kawasanBathok Bolu ini.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan para pe-ngunjung dan juru kunci kawasan ritual Bathok Bolu terungkapbeberapa faktor dari motivasi orang yang melakukan kunjungan

44

Bathok Bolu dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Kalasan SlemanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuki)

atau semedi ke tempat tersebut. Berbagai kepentingan yang me-latarbelakanginya,mulai dari sesuatu yang benar-benar bermaknasakral, yakni membangun relasi batin dengan kekuatan yang ghaibagar dapat memperoleh spritualitas bagi "kesempumaan" hidup,sampai yang semata-mata keperluan profan (tidak sakral). Ke-duanya terkadangjuga saling bertemu secara tumpang tindih antarayang sakral dan yang profan, yang duniawi dan yang ukhrawi.

Tradisi-tradisi yang berkembang di tengah-tengah masya-rakat Jawa seperti yangada di Sambirotomemilikinilai budayayangtinggi, karena sangat terkait dengan budaya spiritual mereka, yakniada unsur-unsur keagamaan yang terkait di dalamnya. Berbagaibudaya yang mereka lestarikandan mereka lakukan tidak semata-mata untuk mempertahankanbudaya nenek moyang mereka yangadi luhung,tetapi merekajuga melakukan ritual keagamaandengantujuan-tujuan tertentu seperti yang diyakini oleh para pengunjungkawasanritual BathokBoludi atas.

Tradisi bersih dusun yang mereka lakukan di bulan Sura(biasa disebut Suran) juga memiliki makna budaya seperti itu.Oalam bersih dusun selalu diadakan pentas wayang yang diyakinimemilikimakna khusus. Wayangdijadikansarana untukmemanggildan berhubungandengan roh nenek moyang mereka guna dimintaipertolongandan perlindungan.P~rtunjukanwayang ini dilakukandimalam hari, mengingat dalam keyakinan mereka pada saat itu rohsedang berkeliaransehinggamudah membangunkomunikasidenganroh-rohtersebut(Suwamo Imam,2005:2).

Karenasekarangini yang menyelenggarakantradisi SurandiBathok Bolu banyak masyarakat yang menganut Islam, acara-acaradi dalamnya banyak diisi dengan ritual-ritual Islam. Karena itu,kesenian-kesenian yang ditampilkan banyak menyuarakan pesan-pesan Islam. Bahkan di akhir atau di awal perayaan Suran inidiadakan mujahadah dan pengajian yang tujuan utamanya adalahbermunajat kepada Allah Swt. sambi! memohon kepada-Nya demikeselamatan, ketentraman,dan kemakmuran masyarakat Sambirotodan masyarakatsekitamya.

45

---

Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 12, No, I, April 2007: 35-5/

Dalam pandangan agama, khususnya Islam, tradisi yang ber-langsung di Dusun Sambiroto, khususnya di sekitar kawasan BathokBolu, sebagiannya bertentangan dengan ajaran Islam dan sebagianyang lain tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dari sekianbanyak tradisi yang ada, dua tradisi yang akan peneliti kaji secarakhusus dan lebih rinci, yakni tradisi ziarah di makam Bathok Bolupada malam Selasa Kliwon dan malam Jum'at Kliwon dan tradisiSuran dalam rangka bersih dusun. Dua tradisi ini secara umummemiliki tujuan yang sarna, yakni mencari berkah dan melakukanpersembahan dan permohonan kepada Tuhan agar mendapatkankeselamatan. Karena itu, tradisi ini sering juga disebut slametan(selamatan).

Islam yang merupakan agama yang lengkap dan sempumasudah mengatur semua aktivitas terkait dengan hubungan manusiadengan Tuhannya maupun dengan sesamanya. Dengan demikian,semua hal yang dilakukan oleh manusia sudah ada aturannyadalamIslam, termasuk dalam hal berziarah ke makam dan melakukanritual-rituallainnya. Tradisi-tradisi ini dapat didekati dari kacamataaqidah(keimananIslam)dan dari kacamatasyariah(hukum Islam).

Menurutaqidah Islam, ruh orang yang meninggalakan tetaphidupdan tinggalsementaradi alam barzahatau alam kubur,sebagaialam antara antara alam dunia dan alam akhirat. Siapa pun akanmemasukialam barzah ini sebelumakhimyamemasukialam akhirat.Islam tidak mengajarkan bahwa ruh orang yang sudah meninggalberkeliarandi tempat tinggalnyaatau di sekitamyayang masih dapatmemberikan sesuatu kepada orang-orang yang masih hidup, ter-utama memberi berkah atau mengabulkan permintaan bagi yangmemohon kepadanya. Karena itu, keyakinan masyarakat Jawa se-perti itujelas bertentangandengan aqidah Islam. Apalagikeyakinanakan kemampuan ruh-ruh itu memberikan sesuatu kepada orang-orang yang masih hidup jelas sekali bertentangan dengan ajarantauhid yang mengajarkankeesaan Allah, terutama dalam hal mem-berikan pertolongan dan mengabulkan permintaan hamba-hamba-Nya. Melakukan permintaan kepada roh-roh seperti itu adalah

46

Bathok Bo/u dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Ka/asan S/emanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuki)

perbuatan sia-sia yang bertentangan dengan ajaran tauhid, bahkantermasuk berbuatan syirik, yakni menyekutukan Allah dalam artimengakui bahwa selain Allah ada yang dapat memberikansesuatu(dalam hal ini pertolongan). Begitu juga keyakinan-keyakinandisekitar makam suci, kramat, atau spiritual, yang sekarang me-munculkan berbagai tradisi yang terus dipertahankan jelas ber-tentangandenganaqidah Islam,khususnyaajaran tauhid.

MenurutOsman Raliby (dalam MuhammadOaud AIi, 2000:202-209) ajaran tauhid atau mengesakan Allah dapat dijabarkanmenjadi tujuh ajaran tauhid, yaitu: I) mengakui Allah Maha Esadalam Ozat-Nya, 2) mengakui Allah Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya, 3) mengakuiAllah Maha Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya,4) mengakuiAllah Maha Esa dalam wujud-Nya,5) mengakuiAllahMaha Esa dalam menerima ibadah, 6) mengakui Allah Maha Esadalam menerima hasrat dan hajat manusia, dan 7) mengakui AllahMaha Esa dalam memberihukum. Ketujuh macam tauhid ini dapatditemukan dasar-dasamyadalam al-Quran. Oari ajaran tauhid yangke-5 dan ke-6 dapat dipahami bahwa Allah sajalah yang berhakdisembah dan menerima peribadatan. Hanya Allahlah yang harusdisembah oleh manusia dan hanya kepada-Nyalah manusia me-mohon pertolongan.Jika manusia hendak menyampaikan maksud,permohonan, dan keinginannya, maka hendaknya langsung di-tujukan kepada Allah dan tanpa melalui perantara atau media apapun namanya. Konsekuensinya,setiap Muslim tidak memerlukanperantara, baik orang maupun rohnya, dalam menyampaikanhajatdan permintaankepadaAllah.

Oengan memperhatikanajaran tauhid seperti di atas jelaslahbahwa tradisi mencari berkah dan mengajukan permohonan dankeinginan kepada Tuhan melalui ritual-ritualyang dilakukan dalamziarah ke makam Bathok Bolu bertentangan dengan ajaran Islam.Adapun dalam tradisiSuran dapat dirinci menjadi dua bagian,yaitubagian yang bersifat ritual yang masih sejalan dengan ajaran Islamdan bagianyangtidak sejalandenganajaran Islam.

47

- -

Kelompok ritual yang bertentangan dengan ajaran Islamadalah ritual-ritualyang bertentangan dengan ajaran tauhid sepertitradisi ziarah di atas, misalnya acara mencari berkah melalui ritual-ritual: I) minum air suci yang diambil dari SendangAyu dengan ke-yakinan tertentu, 2) bersemedi di makam Ki Demang RanupatidanYang Guru serta di Kraton Jin untuk mendapatkanberkah, dan 3)melakukan Kirab yang tujuan akhimya untuk melakukan per-sembahankepada Tuhan (Allah) dan mendapatkanberkah.Tradisi-tradisi ini sebenamya adalah warisan tradisi Hindu-Jawa dalamrangka bersih dusun yang diselingi ritual-ritualkeislaman,misalnyadalam melakukan pujian-pujian kepada Allah dan berdoa kepada-Nya.

Kelompok ritual yang pertama yang tidak bertentangandengan ajaran Islam adalah acara-acaratambahanyang belum lamadilaksanakan. Acara ritual-ritual selingan ini misalnya tradisislametanyang dikemasdalam bentukbacaankalimahthayyibahpujitahli! atau yang sering disebut tahlilan yang menurut pengamatanpeneliti memang tidak memasukkan ritual yang menyimpangdariajaran Islam. Ritual yang lain adalah mujahadah dengan membacabacaan surat al-Fatihah, shalawat Nabi, Asmaul Husna, dan per-mohonandoa kepada Allah yang dipimpin oleh seorang ulama ter-kenaI di Yogyakarta yang kemudian ditutup dengan ceramahdakwah (pengajian) Islam. Ritual-ritual ini jelas tidak bertentangandengan ajaran Islam ketika diniatkan dengan ikhlas dan tidakdibarengidenganniatan-niatanyang salah.

Dari kacamata syariah Islam tradisi-tradisi seperti itu,khususnya ritual-ritual yang dalam kacamata aqidah tidak ber-tentangan dengan ajaran Islam, masih debatable, dalam arti masihdiperdebatkanboleh tidaknya untuk dilaksanakan. Sebagian ulamamenganggaphal itu sebagai bentuk bid'ah, yakni hal-hal barn yangdilarang oleh agama untuk dilaksanakan, karena tidak ada landas-annya yang pasti dari al-Quran dan hadits Nabi Muhammad Saw.Sebagianulamajuga ada yang membolehkanhal itu.

48

Bathok Bo/u dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Ka/asan S/emanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuki)

SIMPULAN

Dari penelitian tentang Bathok Bolu ini dapat diambilbeberapa kesimpulanseperti berikut:1. Kawasan Bathok Bolu merupakan kawasan wisata budaya

religius yang berada di area tersendiri yang terpisah darikawasan Dusun Sambiroto, Purwomartani, KecamatanKalasan, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Kawasan RitualBathok Bolu dapat dibagi ke dalam dua tempat atau dua zona-area, yaitu area yang disakralkan (kawasan inti Bathok Bolu)dan area yang tidak mengandung muatan sakral atau areaprofan. Sejarahmunculnyakawasan ritual Bathok Bolu ada duaversi: pertama, Bathok Bolu diyakini sebagai lokasi tempatberdirinya sejarah Hindu-Jawa yang pertama, dan yang kedua,Bathok Bolu diyakini sebagai tempat kerajaan ratu jin yangkemudian didatangi oleh dua pelarian dari kraton Mataramyang kemudian meninggaldan dimakamkan di kawasan ini.

2. Ada beberapa tradisi yang berkembang di kawasan BathokBolu, di antaranya adalah ziarah ke makam Demang Ranupatidan Yang Guru serta kawasan ritual di sekitamya pada malamSelasa Kliwon dan malam Jum'at Kliwon dalam rangkamencari berkah, dan perayaan pentas seni budaya Bathok Bolu(Suran) yang diadakan setiap tahun pada awal bulan Sura(Muharram),tepatnyatanggal1-10Sura.Perayaanini sebagaikelangsungan dari tradisi bersih dusun yang juga terjadi ditengah-tengahmasyarakatJawa lainnya.

3. Dalam perspektif budaya kawasan Bathok Bolu merupakancermin dari budaya masyarakat setempat yang memiliki nilaibudaya yang cukup tinggi dan adi luhung. Nilai-nilai budayayang ada tidak jauh berbeda dengan tempat-tempat wisatabudaya lainnya yang banyak memberi manfaat kepada parawarga di sekitamya. Di samping itu, kawasan bathok bolujugamemberi manfaatdari segi ekonomi, mengingat dalam momen-momen tertentu warga sekitar kawasan Bathok Bolu

49

Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 12. No. I, April 2007: 35-5 I

mendapatkan pemasukan dari para peziarah ataupun dari parapengunjungpentas seni budaya Bathok Bolu. Oalam perspektifagama, khususnya Islam, ada ritual-ritual dari tradisi-tradisiyang ada di kawasan itu yang bertentangan dengan ajaranIslam, misalnya ritual ziarah ke makam dan sekitamya padamalam Selasa Kliwon dan malam Jum'at Kliwondalam rangkamencari berkah. Termasuk juga yang dilarang adalah bentuksesaji yang diadakan dalam rangka mendukung acara ritualsemedi ketika ziarah. Oalam acara Suran juga ada beberapabentuk ritual yang bertentangan dengan ajaran Islam, misalnyabentuk persembahan kepada Tuhan seperti yang ada dalamrangkaian Kirab yang diakhiri dengan berdoa untukkeselamatan.Oi luar ritual-ritual itu, ada juga tradisi yang tidakbertentangandengan ajaran Islam, sehingga masih layak untukdipertahankan, seperti bentuk pengajian dan permohonan doadengan cara yang dikemas dengan memperhatikan adat yangberlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik (ed.). (1983). Agama dan Perubahan Sosial.Jakarta: RajawaliPers.

Oarori Amin (Ed.). (2000). Islam & Kebudayaan Jawa.Yogyakarta:Gama Media. CeLPertama.

Oisterofm, Nico Syukur. (1993). Pengalaman dan MotivasiBeragama.Yogyakarta: Kanisius.

Geerts, Clifford. (1986). "Agama di Jawa: Pertentangan danPerpaduan", dalam Roland Robertson (ed.). SosiologiAgama. Tanpa Tempat Terbit: Aksara Persada.

(1989). Abangan. Santri. Priyayi dalam MasyarakatJawa Terj. oleh Aswab Mahasin.Jakarta: RajawaliPers.

50

Bathok Bo/u dan Tradisi Masyarakat Sambiroto Purwomartani Ka/asan S/emanYogyakarta Perspektif Agama dan Budaya (Marzuki)

Herusatoto, Budiono. (1987). Simbolisme dalam Budaya Jawa.Yogyakarta: Hanindita.

Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan Jawa. Jakarta: BalaiPustaka.

(1995). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: Jambatan.

Moleong, Lexy J. (1996). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Muhammad Oaud Ali. (2000). Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Rajawali Pers. Cet. Ketiga.

Purwadi. (2005). Upacara Tradisional Jawa: Menggali UntaianKearifan Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. Pertama.

Simuh. (1996). Sufisme Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Sukamto dkk. (1995). Pedoman Penelitian Edisi 1995. Yogyakarta:Lembaga Penelitian IKIPYogyakarta.

Suwamo Imam. (2005). Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalamBerbagai Kebatinan Jawa. Jakarta: Rajawali Pers. Cet.Pertama.

Suyanto. (1990). Pandangan Hidup Jawa. Semarang: OahanaPrize.

Woodward, Mark R. (1999). Islam Jawa: Kesalehan Normatifversus Kebatinan. Yogyakarta: LKiS.

51