6
A. Latar Belakang Kehamilan dan melahirkan merupakan suatu peristiwa psikososial yang sangat mempengaruhi kehidupan wanita da n keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, yang selanjut nya turut menentukan kualitas kehidupan keluarga. Respon dan kemam puan adaptasi psikososial wanita dalam masa kehamilan dan nifas dite ntukan oleh tingkat pencapaian tugas perkembangan keluarga, mekanisme kopi ng yang digunakan, usia kehamilan, faktor pendukung lain (Hamid, A, 2004). Berbagai reaksi ibu setelah melahirk an akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tingkat emosional. Tekanan psikol ogis setelah persalinan merupakan gejala emosional dan perasaan, dimana seseorang merasa murung, tidak bisa tidur, kelelahan fisik yang berlebihan, dan tidak mengetahui apa yang bisa dilakukan atas perannya yang baru. Pengkaji an pada ibu dari aspek psikologis merupakan dasar kesiapan ibu dalam peran barunya untuk dilaksanakan. Secara teoritis seorang wanita setelah persalinan ( post partum ) pasti mengalami gangguan psikologis ( maternal blues

DocumentA

Embed Size (px)

Citation preview

A.Latar Belakang Kehamilan dan melahirkan merupakan suatu peristiwa psikososial yang sangat mempengaruhi kehidupan wanita dan keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, yang selanjutnya turut menentukan kualitas kehidupan keluarga. Respon dan kemampuan adaptasi psikososial wanita dalam masa kehamilan dan nifas ditentukan oleh tingkat pencapaian tugas perkembangan keluarga, mekanisme koping yang digunakan, usia kehamilan, faktor pendukung lain (Hamid, A, 2004). Berbagai reaksi ibu setelah melahirkan akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah persalinan merupakan gejala emosional dan perasaan, dimanaseseorang merasa murung, tidak bisa tidur, kelelahan fisik yang berlebihan, dan tidak mengetahui apa yang bisa dilakukan atas perannya yang baru. Pengkajian pada ibu dari aspek psikologis merupakan dasar kesiapan ibu dalam peran barunya untuk dilaksanakan. Secara teoritis seorang wanita setelah persalinan (post partum) pasti mengalami gangguan psikologis (maternal blues) hal ini dipengaruhi oleh perubahan hormonal yang dihasilkan (Gunarso, 1990). Dalam penyesuaian yang dibutuhkan oleh perempuan dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, dari segi fisik maupun psikologis. Sebagian ibu 2post partum menyesuaikan dirinya dengan baik, tetapi sebagian yang lain tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis. Keadaan ibu primipara dan ibu multipara selama periode post partum dapat mengalami gangguan respon emosi yang sangat beraneka ragam, depresi merupakan gambaran paling umum dalam menerima kehadiran bayinya. Banyak ibu khususnya multipara yang mengalami perasaan kekecewaan setelah melahirkan berhubungan dengan hebatnya pengalaman melahirkan dan pada ibu primipara keraguan akan kemampuan untuk mengatasi kebutuhan membesarkan anak secara efektif. Biasanya depresi ini ringan dan sementara, yang dimulai 2 sampai 3 hari setelah melahirkan dan selesai dalam1 sampai 2 minggu (Stright, B, 2004). Depresi pasca melahirkan lebih cenderung terjadi pada kelahiran anak pertama atau anak berikutnya. Pengalaman yang ada berbeda-beda : beberapa wanita mengalami depresi pasca kelahiran anak pertama atau kedua, lainnya pada kelahiran anak pertama dan ketiga,tetapi tidak pada anak kedua dan seterusnya. Dengan kata lain, hal ini tidak dapat diduga, beberapa wanita sangat terguncang saat pertama kali menghadapi persalinan dan perawatan bayi; beberapa dapat menangani kelahiran anak pertama dengan cukup baik, tetapi terguncang oleh perasaan kehilangan kebebasan yang dramatis pada waktu anak kedua lahir. Salah satu penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa depresi paling umumditemukan pada kehamilan pertama diikuti kehamilan kedua, pada kehamilan ketiga depresi menurun. Secara luas para ahli cenderung beranggapan bahwa depresi pasca melahirkan disebabkan oleh 3aspek fisik kehamilan dan kelahiran, atau oleh stres psikologis dan atau sosial akibat menjadi seorang ibu. Definisi ini membuat depresi terbuka terhadap jumlah yang lebih besar ketimbang angka klasik 10% (Marshall, 2004). Murkoff (2006) dalam penelitiannya mengatakan bahwa depresi pasca melahirkan atau disebut depresi pasca persalinan yang berat kira-kira terjadi pada 25% ibu yang baru pertama kalimelahirkan dan 20% pada ibu yang melahirkan anak selanjutnya, depresi pasca persalinan yangparah ini dialami sekitar 3000 ibu di Amerika Serikat setiap tahunnya. Hal ini senada juga dikatakan oleh Dunnewold, seorang ahli jiwa di Dallas (dikutip oleh Adiningsih, 2005), 10-20% perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi. Untuk kasus di Indonesia tidak banyak. Hal ini disebabkan lingkungan di sini berbeda dengan Barat.Di Barat sudah terbiasa dengan keluarga kecil sedangkan diIndonesia lebih banyak. Gejala depresi post partum, suatu masalah serius pada banyak wanita, dapat muncul kapan saja selama tahun pertama kelahiran bayi. Sumber distress terbesar bagi ibu dan pasangannya bukan hanyadepresi, tetapi juga iritabilitas, rasa letih, marah, cemas dan sedih. Semua itu dapat mempengaruhi respons dan berhubungan dengan bayinya(Wheeler, 2003). Hingga baru-baru ini, depresi postpartum adalah satu kondisi yang dilewatkan begitu saja dalam praktik medis, sama seperti sindrom pramenstruasi. Keadaan itu diabaikan oleh masyarakat, jarang didiskusikan oleh kalangan medis dan diderita denganrasa malu yang tidak seharusnya dan secara diam-diam oleh wanita yang mengalaminya. Penolakan secara mental 4ini membuat wanita tidak belajar tentang depresi post partum dan tidak tahu bahwa banyak terapis yang tersedia untuk membantu mengatasinya (Murkof, Heidi et all., 2007). Pemahaman perawat tentang konsep terkait dengan proses adaptasi psikososial wanita pada masa kehamilan dan nifas, memungkinkan perawat untuk mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan unik tiap tahap perkembangan keluarga dengan wanita dalam masa kehamilan dan nifas. Penelitian ini penting dilakukan karena di Puskesmas Nalumsari Jepara pada bulan Januari-Desember 2007 terdapat 300 ibu post partum. Dari ibu postpartum yang ada di Puskesmas Nalumsari Jepara masih banyak ibu yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi yaitu ibu belum bisa menerima kehadiran bayinya karena masih merasaletih dan cemas dan ibu belum bisa merawat bayinya sendiri. Bertolak dari fenomena diatas, makapeneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan sikap adaptasi psikososial post partum pada ibu primipara dan multipara di Puskesmas Nalumsari Jepara