Upload
fandhy-ayman-dzakarun
View
150
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gfffgf
Citation preview
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
1/130
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU
KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI
Oleh:
NI WAYAN NARITA SUGAMA
A14104079
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
2/130
RINGKASAN
NI WAYAN NARITA SUGAMA. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan
Kerapu Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. (Di bawah bimbingan
ANITA RISTIANINGRUM)
Permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebagai
akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas hidup yang diikuti perubahan
pola konsumsi masyarakat. Makanan sehat dicirikan dari rendahnya kandungan
kolesterol dan tingginya kandungan protein. Salah satu alternatif terbaik untuk
mengantisipasi peningkatan permintaan ikan adalah dengan mengembangkan
budidaya ikan. Ikan kerapu (Family Serranidae) merupakan jenis ikan laut yang
paling populer dan bernilai tinggi diantara jenis ikan karang di daerah Asia Pasifik
karena memiliki rasa yang lezat, tekstur daging yang lembut, dan memiliki
kandungan gizi berupa omega-3 yang cukup tinggi. Harga ekspor ikan kerapu per
kilogram berkisar Rp 80.000,- sampai Rp 450.000,-. Salah satu kendala daribudidaya ikan kerapu adalah pasokan benih yang biasanya berasal dari tangkapan
alam sehingga dari segi jumlah, kualitas dan waktu yang tidak tepat dengan
kebutuhan menjadi faktor penghambat dari perkembangan budidaya. Padahal
permintaan ikan kerapu untuk pasar Hong Kong saja mencapai 30 ton setiap
bulannya, tetapi Indonesia baru dapat memenuhi permintaan tersebut sebanyak
40%
Daerah Bali tepatnya di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng
merupakan cikal bakal adanya sebuah Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT).
Pembenihan yang berhasil dikembangkan secara masal baru dimulai pada tahun
1999 oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidya Laut (BBRPBL). Jenis ikan
kerapu yang menjadi prioritas utama untuk diusahakan dalam Hatchery Skala
Rumah Tangga adalah kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu macan
(Epinephelus fuscogutatus) dan kerapu sunu (Plectropomus leopardus).
Rendahnya tingkat keberhasilan pembenihan atau survival rate (SR) merupakan
masalah yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan kerapu dalam Hatchery
Skala Rumah Tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Selama ini
usaha pembenihan ikan kerapu dalam HSRT satu siklusnya hanya dibenihkan satu
jenis ikan kerapu saja. Padahal, menurut riset yang dilakukan oleh BBRPBL
tehnik pembenihan antara kerapu yang satu dengan yang lain sama sehingga
pembenihan dapat dilakukan bersama-sama untuk ketiga jenis ikan kerapu.
Penggabungan pembenihan ketiga jenis ikan kerapu akan memenuhi permintaanpasar. Pembenihan yang dilakukan secara masing-masing akan menurunkan harga
benih itu sendiri karena karakteristik pemilik HSRT di daerah tersebut adalah
selalu membenihkan jenis kerapu yang sama pada saat musim pembenihan
sehingga pada musim panen penawaran benih ikan kerapu jenis tertentu akan
meningkat. Berdasarkan gambaran kondisi usaha di atas, maka perlu dilakukan
analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha pembenihan kerapu
padaHatcherySkala Rumah Tangga layak atau tidak jika dilakukan pembenihan
secara masing-masing atau gabungan dilihat dari aspek non finansial dan aspek
financial kemudian dilihat usaha mana yang paling menguntungkan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji Keragaan usaha pembenihan
ikan kerapu dalam Hatchery Skala rumah Tangga serta menganalisis kelayakan
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
3/130
usaha pembenihan ikan kerapu dalamHatcherySkala Rumah Tangga dilihat dari
aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial; (2) Menganalisis kelayakan finansial
usaha pembenihan ikan kerapu macan, kerapu bebek dan kerapu sunu dalam
HatcherySkala Rumah Tangga, baik dilakukan pembenihan masing-masing atau
penggabungan ketiganya; (3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usahapembenihan ikan kerapu jika terjadi perubahan variabel tingkat keberhasilan
pembenihan atau survival rate (SR), harga jual benih, dan harga beli telur ikan
kerapu.
Data yang digunakan dalam penelitan ini berupa data primer dan data
sekunder. Data Primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke
lapangan dan wawancara dengan pemilik usaha pembenihan ikan kerapu dalam
hatchery skala rumah tangga menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan. Pengambilan contoh pemilik usaha dilakukan dengan teknik penarikan
contoh acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah responden
sebanyak 30 orang pemilik dari 224 pemilik HSRT yang tersebar di wilayah
Kecamatan Gerokgak. Data sekunder diperoleh dari Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut Gondol, Pusat Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta. Dinas
Perikanan Propinsi Bali dan Pusat Pelayanan Informasi Departemen Kelautan dan
Perikanan Jakarta.
Data yang didapat kemudian diolah dan dianalisis bersifat kualitatif yang
mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial dan
kuantitatif yang mengkaji aspek finansial usaha pembenihan ikan kerapu dengan
menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan PBP.
Selain itu, dilakukan analisis sensitivitas terhadap perubahan harga benih, SR dan
harga telur ikan kerapu terhadap kelayakan pembenihan ikan kerapu.
Tahapan pembenihan ikan kerapu dimulai dari penanganan induk. Biasanya
ikan kerapu memijah saat bulan mati pada pukul 22.00-24.00. Telur yang telah
dipanen dipindahkan ke dalam tangki yang sudah lengkap dengan peralatan aerasi
dan sirkulasi air, kemudian kotoran yang tersisa pada telur dibersihkan. Tahapan
selanjutnya adalah penanganan larva. Telur yang sudah siap untuk dibiakkan
ditebar dalam bak larva dengan kepadatan 10 butir per liter, jadi untuk ukuran bak
larva 10 ton ditebar 100.000 butir telur. Pada hari ke-3 larva mulai diberikan
pakan. Pergantian air dan penyiponan dasar bak perlu dilakukan. Benih yang siap
dipanen dari bak larva sebelum dijual sebaiknya dipindahkan ke dalam bak
grading. Biasanya pada tahap ini benih rentan terhadap serangan (Viral Nervous
Necrosis) VNN.
Hasil analisis aspek pasar menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikankerapu layak untuk dilaksanakan karena permintaan akan benih ikan kerapu
macan, bebek, ataupun sunu masih sangat tinggi di pasaran mengingat kandungan
gizi yang tinggi dari ikan kerapu dan sistem pemasaran usaha ini sudah cukup
baik. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan usaha pembenihan kerapu layak
untuk dilaksanakan karena lokasi dan tehnik-tehnik pembenihan yang
dipergunakan sangat sesuai untuk menunjang kebutuhan usaha pembenihan
ditambah lagi dengan adanya Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol
sebagai lembaga pemerintahan yang berperan dalam mengembangkan tehnik
budidaya guna meningkatkan hasil pembenihan. Hasil analisis aspek manajemen
juga menunjukkan usaha ini layak untuk dilakukan. Struktur organisasi usaha
yang sangat sederhana karena pemilik turut ikut terjun langsung kelapangan dan
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
4/130
hanya dibantu oleh satu sampai dua orang pekerja dengan sistem pembagian kerja
yang jelas. Hasil analisis aspek sosial menunjukkan usaha pembenihan kerapu
layak untuk dilaksanakan karena akan memperluas lapangan kerja baru bagi
masyarakat di Kecamatan Gerokgak.
Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV usaha pembenihanikan kerapu macan, kerapu bebek, kerapu sunu, dan gabungan ketiganya berturut-
turut sebesar Rp 330.405.688,-; Rp 448.428.815,-; Rp 206.600.377,-;
Rp 505.215.763,- yang menunjukkan keuntungan yang diperoleh selama 10 tahun.
Nilai IRR secara berturut sebesar 72 persen, 96 persen, 46 persen, dan 98 persen.
Nilai Net B/C berturut-turut sebesar 3,179; 4,867; 2,431 dan 4,971 yang artinya
setiap Rp 1,- yang dikeluarkan menghasilkan manfaat bersih sebesar nilai
tersebut. Kemudian Payback Period berturut- turut selama 3 tahun, 2 tahun 2,9
bulan, 3 tahun 3,36 bulan dan 2 tahun 0,1 bulan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut
maka usaha pembenihan ikan kerapu secara masing-masing dan gabungan layak
untuk dilaksanakan. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa usaha
pembenihan secara gabungan merupakan usaha yang paling layak,diikuti usahapembenihan kerapu bebek, pembenihan kerapu macan, dan pembenihan kerapu
sunu.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, diperoleh bahwa usaha
pembenihan ikan kerapu macan paling sensitif dan tidak layak dijalankan jika
terjadi penurunan harga benih, dikuti dengan pembenihan gabungan, pembenihan
kerapu bebek, dan pembenihan kerapu sunu tetapi usaha masih layak untuk
dijalankan. Jika terjadi penurunan SR, usaha pembenihan kerapu sunu dan kerapu
macan merupakan usaha yang paling sensitif dan tidak layak untuk dijalankan
diikuti pembenihan kerapu gabungan dan kerapu bebek tetapi masih layak untuk
dijalankan. Jika terjadi kenaikan harga telur, usaha pembenihan kerapu sunu
merupakan usaha yang paling sensitif diikuti pembenihan kerapu macan,
pembenihan kerapu bebek, pembenihan gabungan tetapi usaha masih tetap layak
untuk dijalankan. Dari hasil di atas maka usaha pembenihan ikan kerapu macan
dapat dikatakan usaha yang paling sensitif, diikuti dengan usaha pembenihan
gabungan, usaha pembenihan kerapu sunu, dan pembenihan ikan kerapu bebek.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
5/130
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU
KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI
Oleh :
NI WAYAN NARITA SUGAMA
A14104079
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
6/130
Judul : Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu Kecamatan Gerokgak,
Kabupaten Buleleng, Bali
Nama : Ni Wayan Narita Sugama
NRP : A14104079
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Anita Ristianingrum, M.Si
NIP. 132 046 437
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
7/130
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN
GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI ADALAH KARYA
SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA
PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA
SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2008
Ni Wayan Narita SugamaA14104079
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
8/130
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 Maret 1986 sebagai anak
pertama dari pasangan Prof. Dr. Ir. Ketut Sugama, MS.c dan Dra. Isti
Koesharyani.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar selama 6 tahun di SD LAB STKIP
Singaraja, Bali. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 1
Singaraja, Bali. Tiga tahun setelah itu, penulis diterima sebagai siswa di SMU
Negeri 28 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis
diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB.
Selama kuliah, penulis aktif dalam keorganisasian mahasiswa, yaitu
menjadi anggota himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu sosial ekonomi
pertanian sebagai staf PSDM pada kepengurusan 2006/2007 dan sebagai staf
Hublu pada kepengurusan 2007/2008. kemudian penulis juga menjadi anggota
Perkumpulan Mahasiswa Hindu (KMHD) IPB. Keanggotaan di organisasi ekstra
kampus yang pernah diikuti penulis diantaranya adalah OMDA BALI.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
9/130
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah
kepada-Nya.
Skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali bertujuan untuk menganalisis
kelayakan finansial usaha pembenihan ikan kerapu dalam Hatchery Skala Rumah
Tangga dilihat dari aspek finansial dan non finansial. Skripsi ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Penulis telah mencoba menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin.
Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Bogor, Agustus 2008
Ni Wayan Narita Sugama
A14104079
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
10/130
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penulisan Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali ini tidak terlepas dari bantuan
seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberibimbingan dan arahan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian
skripsi ini.
2. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji utama atas masukan yangdiberikan.
3. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji komdik atas arahan yang diberikan.4. Papa, Mama, dan adikku Ryoko tercinta atas doa, dukungan, kasih sayang dan
dorongan sebesar-besarnya kepada penulis hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh staf dan pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor, atas bimbingan dan bantuannya selama 4 tahun ini.
6. Tante Mami, Tante Yanti, Om Ujud, terima kasih telah bersedia menjadisumber informasi selama penelitian.
7. Seluruf Staf dan Peneliti di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya LautGondol, Singaraja, Bali.
8. Keluarga Besar Wayan Sudana, atas dukungannya kepada penulis
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
11/130
9. Putu Eka Sudaryatma atas doa, kasih sayang, perhatian, waktu, dan kesabarankepada penulis.
10.Adisti, Fandy, Remmy, Tifa, Wanti, Yulita atas tawa dan tangis yang pernahdilalui bersama penulis. Semoga persahabatan kita tetap abadi untuk
selamanya.
11.Okky, Ika, Bagas, Esti atas semua masukan yang senantiasa mendewasakanpenulis.
12.Teman-teman seperjuangan: Wanti, Dika, Chika, Aries, Triyadi atas dorongandan semangatnya.
13.Cahyo, Mamieq, Nunik, Aliy, Yoga dan seluruh teman-teman AGB41lainnya, AGB40 dan pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
12/130
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii
I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 14
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 15
II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Gambaran Umum Ikan Kerapu ............................................... .. 16
2.2 Biologi Ikan Kerapu ................................................................. 19
2.2.1 Taksonomi ....................................................................... 19
2.2.2 Ciri-Ciri Morfologi Ikan Kerapu ..................................... 20
2.3 Tahapan Pembenihan Ikan Kerapu ........................................... 21
2.4 Kiat-Kiat dalam Pembenihan Kerapu ....................................... 22
2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................. 25
III KERANGKA PEMIKIRAN3.1 Analisis Kelayakan Proyek ....................................................... 29
3.2 Teori Biaya Dan Manfaat ......................................................... 323.3 Proyeksi Cashflow.................................................................... 333.4 Analisis Finansial ..................................................................... 333.5 Analisis Sensitivitas .................................................................. 343.6 Kerangka Pemikiran Konseptual .............................................. 35
IV METODE PENELITIAN4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 394.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 394.3 Pengolahan Data....................................................................... 404.4
Analisis Kelayakan Finansial ................................................... 404.4.1 Net Present Value.......................................................... 40
4.4.2 Internal Rate Of Return................................................. 42
4.2.3 Net Benefit Cost Ratio................................................... 42
4.4.4 Payback Period............................................................. 43
4.5 Analisis Sensitivitas ................................................................. 44
V GAMBARAN UMUM LOKASI5.1 Karakteristik Wilayah Penelitian ............................................ 46
5.2 Karakteristik Penduduk Kecamatan Gerokgak ....................... 47
5.3 Karakteristik Responden ......................................................... 47
5.4 Keragaan Pembenihan Ikan kerapu pada Hatchery Skala
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
13/130
Rumah Tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng,
Bali .......................................................................................... 49
5.4.1 Sistem Pemeliharaan Larva ........................................... 49
5.4.2 Pergantian Air dan Penyiponan Dasar Bak ................... 51
5.4.3 Pemeliharaan Juvenil .................................................... 525.4.4 Pemasaran ..................................................................... 52
VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL6.1 Aspek Pasar .............................................................................. 54
6.1.1 Permintaan dan Penawaran ........................................... 54
6.1.2 Pemasaran ..................................................................... 57
6.2 Aspek Teknis ............................................................................ 59
6.2.1 Lokasi Usaha ................................................................. 60
6.2.2 Sarana dan Prasarana Pembenihan ................................ 63
6.2.3 Teknis Kultur Pakan Alami ........................................... 66
6.3 Aspek Manajemen ................................................................... 726.4 Aspek Sosial ............................................................................ 73
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL7.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat ................................................ 81
7.1.1 Biaya .............................................................................. 81
7.1.2 Manfaat .......................................................................... 84
7.2 Analisis Kelayakan Finansial ................................................... 85
7.3 Analisis Sensitivitas ................................................................ 88
7.3.1 Sensitivitas Pembenihan Ikan Kerapu Macan ................ 89
7.3.2 Sensitivitas Pembenihan Ikan Kerapu Bebek ................ 93
7.3.3 Sensitivitas Pembenihan Ikan Kerapu Sunu .................. 97
7.3.4 Sensitivitas Pembenihan Gabungan Ikan Kerapu Macan,
Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu .................................. 101
VIII KESIMPULAN DAN SARAN8.1 Kesimpulan ............................................................................. 107
8.2 Saran ......................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 110
LAMPIRAN............................................................................................. 113
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
14/130
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1 Perkembangan Produksi Perikanan Menurut Jenis Budidaya Tahun
2001-2005 ......................................................................................... 2
2 Potensi Lahan Budidaya Laut ........................................................... 4
3 Komoditas Ikan Laut Utama Yang Dibudidayakan Di Asia ............. 5
4 Kandungan Omega-3 pada Beberapa Jenis Ikan ............................... 6
5 Kebutuhan Benih Ikan Kerapu di Indonesia ..................................... 9
6 Daftar Harga Benih ........................................................................... 12
7 Komposisi Penduduk Kecamatan Gerokgak Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2005 ................................................................ 47
8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur .................. 48
9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 49
10 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menggeluti Usaha
Pembenihan Ikan Kerapu ................................................................. 49
11 Pola Pemberian Pakan Pada Pemeliharaan Larva Kerapu ................ 51
12 Benih Ikan Kerapu Yang Dikirim Melalui Bandara Ngurah Rai
(dalam ekor) ...................................................................................... 56
13 Biaya Investasi Usaha Pembenihan Ikan Kerapu.............................. 82
14 Rincian Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Kerapu................. 84
15 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Kerapu
Macan, Kerapu Bebek, Kerapu Sunu dan Gabungan ketiganya ....... 86
16 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga
Benih Kerapu Macan Sebesar 40 % .................................................. 89
17 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan TingkatKeberhasilan Pembenihan Kerapu macan Sebesar 5% ..................... 90
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
15/130
18 Hasil Perhitungan Sensitivitas Terhadap Peningkatan Harga Telur
Kerapu Macan Sebesar 100% ........................................................... 92
19 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan KerapuMacan ................................................................................................ 93
20 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga
Benih Kerapu Bebek Sebesar 30% ................................................... 93
21 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Tingkat
Keberhasilan Pembenihan Kerapu Bebek Menjadi Sebesar 3% ....... 94
22 Hasil Perhitungan Sensitivitas Terhadap Peningkatan Harga Telur
Kerapu Bebek Sebesar 75% .............................................................. 95
23 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Kerapu
Bebek................................................................................................. 96
24 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga
Benih Kerapu Sunu Sebesar 15% ..................................................... 97
25 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Tingkat
Keberhasilan Pembenihan Kerapu Sunu Menjadi Sebesar 1% ......... 98
26 Hasil Perhitungan Sensitivitas Terhadap Peningkatan Harga Telur
Kerapu Sunu Sebesar 100% .............................................................. 99
27 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Kerapu
Sunu .................................................................................................. 100
28 Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Benih Ikan Kerapu
Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu ......................................... 101
29 Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan SR Pada Usaha Pembenihan
Gabungan Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu ... 102
30 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Telur Pada Usaha
Pembenihan Gabungan Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek,
dan Kerapu Sunu ............................................................................... 104
31 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Gabungan
Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu .................... 105
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
16/130
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kerangka Pemikiran Konseptual....................................................... 38
2 Alur Pemasaran Benih Kerapu .......................................................... 58
3 Struktur Organisasi HSRT ................................................................ 73
DAFTAR LAMPIRAN
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
17/130
Nomor Halaman
1 Rencana Pembenihan ........................................................................ 113
2 Estimasi Penerimaan ......................................................................... 114
3 Nilai Sisa ........................................................................................... 115
4 Rincian Biaya Operasional Kerapu Macan ....................................... 116
5 Rincian Biaya Operasional Kerapu Bebek ........................................ 117
6 Rincian Biaya Operasional Kerapu Sunu .......................................... 118
7 Rincian Biaya Operasional Pembenihan Gabungan ......................... 119
8 Cash FlowUsaha Pembenihan Kerapu Macan ................................. 121
9 Cash FlowUsaha Pembenihan Kerapu Bebek.................................. 122
10 Cash FlowUsaha Pembenihan Kerapu Sunu.................................... 123
11 Cash FlowUsaha Pembenihan Gabungan ........................................ 124
12 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Kerapu Macan ................... 125
13 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Kerapu Bebek .................... 126
14 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Kerapu Sunu ...................... 127
15 Laporan Laba Rugi Usaha Pembenihan Gabungan .......................... 128
16 Cash FlowSensitivitas Penurunan Harga Benih Kerapu
Macan 40 persen ............................................................................... 129
17 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Kerapu Macan
Menjadi 5 persen ............................................................................... 130
18 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Kerapu
Macan 100 persen ............................................................................. 131
19 Cash FlowSensitivitas Penurunan Harga Benih Kerapu
Bebek 30 persen ................................................................................ 132
20 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Pembenihan
Kerapu Bebek Menjadi 3 persen ....................................................... 133
21 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Kerapu
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
18/130
Bebek 75 persen ................................................................................ 134
22 Cash FlowSensitivitas Penurunan Harga Benih Kerapu
Sunu 15 persen .................................................................................. 135
23 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Kerapu Sunu
Menjadi 1 persen ............................................................................... 136
24 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Kerapu
Sunu 100 persen ................................................................................ 137
25 Cash Flow Sensitivitas Penurunan Harga Benih Pembenihan
Gabungan .......................................................................................... 138
26 Cash FlowSensitivitas Penurunan Survival Rate Pembenihan
Gabungan .......................................................................................... 139
27 Cash FlowSensitivitas Kenaikan Harga Telur Pembenihan
Gabungan .......................................................................................... 140
28 Foto-Foto Penelitian .......................................................................... 141
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
19/130
I PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangIndonesia memiliki 17.508 pulau dan laut sekitar 5,8 juta km2 dengan
bentangan pantai sepanjang 81.000 km. Beragam jenis ikan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi seperti udang, tuna atau cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias,
kerang-kerangan, termasuk mutiara, dan rumput laut sangat mudah didapat.
Karena kondisi perairan yang beriklim tropis, kegiatan budidaya ikan di Indonesia
dapat dilakukan sepanjang tahun (Direktorat Jendral Perikanan 1999).
Perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam
pembangunan perekonomian nasional. Peranan tersebut terutama dalam
meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan
peningkatan taraf hidup pada umumnya nelayan kecil, pembudidaya ikan dan
pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara
lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumberdaya ikan.
Permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebagai
akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas hidup yang diikuti perubahan
pola konsumsi masyarakat. Peningkatan kualitas hidup tersebut menyebabkan
bergesernya pola konsumsi makanan ke jenis makanan sehat. Makanan sehat
dicirikan dari rendahnya kandungan kolesterol dan tingginya kandungan protein
salah satunya adalah ikan (Akbar 2002). Lonjakan permintaan ikan tersebut tidak
akan dapat terpenuhi kalau hanya mengandalkan hasil tangkapan alam. Salah satu
alternatif terbaik untuk mengantisipasi peningkatan permintaan ikan adalah
dengan mengembangkan budidaya ikan.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
20/130
Tabel 1 Perkembangan Produksi Perikanan Menurut Jenis Budidaya Tahun
2001-2005
Jenis Budidaya 2001 2002 2003 2004 2005
Kenaikan
/ Tahun(%)
Budidaya Laut221.010 234.859 249.242 420.919 890.074 48,18
Budidaya Tambak454.710 473.128 501.977 559.612 643.975 9,18
Budidaya Kolam222.790 254.625 281.262 286.182 331.962 10,62
Budidaya
Keramba39.340 40.742 40.304 53.694 67.889 15,54
Budidaya Jaring
Apung40.710 47.172 57.628 62.371 109.421 30,43
Budidaya Sawah
98.190 86.627 93.779 85.832 120.353 7,06Jumlah 1.076.750 1.137.153 1.224.192 1.468.610 2.163.674 20,14
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya Jakarta Tahun 2006.
Budidaya perikanan merupakan pilihan pengembangan sumberdaya
perikanan sebagai pendukung untuk memenuhi kebutuhan konsumsi maupun non
konsumsi masyarakat. Kegiatan budidaya perikanan dapat dibedakan menurut
jenis budidaya yang dilakukan. Jenis kegiatan budidaya perikanan adalah
budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya
jaring apung, dan budidaya sawah. Perkembangan produksi perikanan menurut
jenis budidaya mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2005 mengalami peningkatan
sebesar 20,14 persen per tahun. Budidaya laut mengalami peningkatan produksi
yang cukup tinggi sebesar 48,18 persen per tahun. Hal ini didukung oleh luas
perairan Indonesia yang mencapai 5,8 juta Km2 (Direktorat Jendral Perikanan
2006). Kemudian diikuti oleh budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya
kolam, budidaya tambak, dan budidaya sawah. Perkembangan produksi perikanan
Indonesia menurut jenis budidaya tahun 2001 sampai tahun 2005 dapat dilihat
pada Tabel 1.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
21/130
Indonesia mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya laut yang
cukup besar, walau tidak seragam dan tidak merata di seluruh propinsi. Kawasan
barat perairan pantai Indonesia memiliki curah hujan tinggi dan banyak terdapat
muara sungai besar yang berpotensi membawa muatan suspensi, sehingga substrat
dasar perairan menjadi berlumpur, serta dasar laut yang landai berupa paparan,
mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya kerapu, kakap putih dan
kekerangan. Pada kawasan perairan timur Indonesia, terutama Sulawesi, Bali,
Nusa Tenggara, Maluku dan Papua banyak terumbu karang dengan perairan yang
jernih, sehingga potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut, abalone,
ikan karang, dan kerang mutiara. Kawasan perairan di daerah Sulawesi, Nusa
Tenggara, Papua dan Maluku, dimana lahan perairannya bersubstrat pasir dan
berlumpur, serta tidak ada muara sungai besar, sangat potensial untuk budidaya
rumput laut dan teripang.
Berdasarkan hasil survey Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Tahun
2004, Indonesia diperkirakan mempunyai potensi indikatif sebesar 8,4 juta ha
perairan laut, dimana 3,8 juta ha merupakan potensi efektif yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan budidaya laut, yang terdiri dari 775
ribu ha untuk pengembangan keramba jaring apung (KJA) ikan, lobster atau
abalone, 37,2 ribu ha untuk pengembangan keramba tancap ikan, 769,5 ribu ha
untuk pengembangan budidaya rumput laut, 4,7 juta ha untuk pengembangan
budidaya kekerangan, 174,6 ribu ha untuk pengembangan budidaya teripang dan
1,9 juta ha untuk pengembangan budidaya tiram mutiara. Potensi lahan budidaya
laut dapat dilihat pada Tabel 2.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
22/130
Tabel 2 Potensi Lahan Budidaya Laut 2004
No KomoditasPotensi (ha)
Indikatif Efektif
1 Ikan 812.000 8.0002 Rumput Laut 770.000 385.000
3 Kerang-kerangan 4.720.000 2.350.0004 Teripang 175.000 88.000
5 Mutiara 1.890.000 945.000
Total 8.367.000 3.776.000
Sumber: Master Plan Budidaya Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai potensi hasil perikanan laut
yang besar. Perhatian pemerintah dalam sektor perikanan laut semakin besar
dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal ini dilakukan
dalam rangka pemanfaatan dan pemeliharaan potensi perikanan laut semaksimal
mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia dan
dapat mempertinggi pemasukan devisa negara. Salah satu strategi pemanfaatan
dan pelestarian potensi sumberdaya laut adalah pembenihan dan budidaya ikan
kerapu (Darwisito, 2002).
Ikan kerapu (Family Serranidae) merupakan jenis ikan yang paling
populer dan bernilai tinggi diantara jenis ikan karang di daerah Asia Pasifik. Ikan
kerapu umumnya tumbuh cepat, kuat, dan cocok untuk budidaya intensif dan
mempunyai kekhasan dalam pasca panen serta penyajiannya dalam konsumsi.
Permintaan jenis ikan kerapu yang cukup tinggi disebabkan mempunyai keunikan
dalam cara memasak dan menyajikannya serta sediaan di alam sangat langka.
Biasanya ikan kerapu hidup pada kedalaman 20-80 m di bawah permukaan laut
(SEAFDEC 2001).
Kerapu merupakan salah satu prioritas komoditas laut yang diunggulkan.
Menurut data perikanan FAO (2004) menunjukkan bahwa terdapat 13 komoditas
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
23/130
ikan laut utama yang dibudidayakan di Asia, ikan kerapu termasuk di dalamnya.
Dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dari tahun 1985 hingga 2004, produksi ikan
kerapu meningkat sebanyak 3 persen. Jika dibandingkan dengan ikan bandeng dan
ikan makarel yang pada tahun 1985 produksinya berturut-turut adalah 53,5 persen
dan 30,8 persen pada tahun 2004 menurun menjadi 31,9 persen dan 10,5 persen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komoditas Ikan Laut Utama yang Dibudidayakan di Asia
Spesies
1985 2004
Jumlah
(Kg)
Persentase
(%)
Jumlah
(Kg)
Persentase
(%)
Kerapu 1.320 0,3 57.995 3,6
Kakap putih 1.971 0,4 134.874 8,4
Kakap merah 29.173 5,7 164.898 10,2
Kakap 34 0,0 4.343 0,3
Tilapia 16.682 3,3 45.469 2,8
Bandeng 274.451 53,5 514.656 31,9
Belanak 4.284 0,8 16. 574 1,0
Makarel 157.781 30,8 168.738 10,5
Salmon 6.990 1,4 11.257 0,7
Pipih 1.572 0,3 102.700 6,4
Buntal 750 0,1 19.190 1,2
Cobia 0 0,0 20.461 1,3Lain-lain 17.859 3,5 351.179 21,8
Jumlah 512. 867 100 1.612.294 100
Sumber: FAO (2004)
Ikan kerapu sangat penting karena nilai ekonomis ikan kerapu yang tinggi.
Harga ekspor per kilogram pada bulan februari 2008 untuk jenis kerapu bebek
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
24/130
(Cromileptes altivelis) berkisar Rp 300.000,- sampai Rp 450.000,-, kerapu sunu
(Plectropomus leopardus) berkisar Rp 180.000,- sampai Rp 250.000,-, dan
kerapu macan (Epinephelus fuscogutatus) berkisar antara Rp 80.000,- sampai
Rp 130.000,-. Selain harga ikan kerapu yang tinggi di pasaran, ikan kerapu juga
memiliki rasa yang lezat, tekstur daging yang lembut, dan memiliki kandungan
gizi berupa omega 3 yang cukup tinggi (Tabel 4).1
Tabel 4 Kandungan Omega-3 pada Beberapa Jenis Ikan
IkanKandungan Omega-3
(Gram per 100 gram ikan)Inggris Indonesia
Sardines Lemuru, Tembang, 3,90
Mackerel Japuh 3,60
Grouper Kerapu 3,00
Rabbit fish Baronang 2,50
Red Snapper Kakap merah 2,50
Sea Bass Kakap hitam 0,55
Milk fish Bandeng 0,55
Tuna Tuna 0,20
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008
Berdasarkan data hasil survey Direktorat Jendral Perikanan terdapat 20
jenis kerapu dan hanya 12 diantaranya yang memiliki nilai komersial. Ikan kerapu
yang hidup dan berkembang di perairan Indonesia sangat terbatas, diantaranya
adalah kerapu bebek, kerapu macan, kerapu sunu, kerapu lumpur, kerapu batu dan
lain-lain. Selain untuk mendukung keberhasilan Protekan (Program Peningkatan
1
Wawancara dengan Kepala Pusat Riset Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan DanPerikanan
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
25/130
Ekspor Hasil Perikanan) yang telah dicanangkan pemerintah, budidaya kerapu
sekaligus merupakan salah satu upaya pelestarian lingkungan dengan menghindari
pengerusakan terumbu karang sebagai habitat hidup ikan kerapu. Hancurnya
terumbu karang di Indonesia antara lain disebabkan oleh penangkapan ikan
kerapu dan ikan karang lainnya dengan cara menggunakan sianida dan bahan
peledak.
Salah satu kendala dari budidaya kerapu adalah pasokan benih yang
biasanya berasal dari tangkapan alam sehingga dari segi jumlah, kualitas dan
waktu yang tidak tepat dengan kebutuhan menjadi faktor penghambat dari
perkembangan budidaya. Tetapi saat ini hal tersebut sudah dapat diatasi karena
benih kerapu telah dapat dipasok dari hasil pembenihan yang telah banyak
dilakukan oleh petani Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) yang banyak
terdapat di sekitar Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL)
Gondol, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali (Sugama et.al 2001;
Sutarmat et al 2002; 2003). Daerah tersebut ditunjuk pemerintah melalui
BBRPBL - Gondol sebagai sentra budidaya ikan laut yang salah satunya adalah
ikan kerapu.
Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL)-Gondol
pembenihan kerapu telah dirintis sejak tahun 1994, kegiatan ini mulai
diaplikasikan kepada masyarakat khususnya HRST di sekitar Gondol pada tahun
1999. Sebelumnya masyarakat di daerah tersebut memproduksi benih bandeng,
tetapi seiring berjalannya waktu dan kemudahan memproduksi benih bandeng
mengakibatkan harga benih turun hingga 75 persen. Harga benih bandeng pernah
mencapai Rp 18,- per ekornya (Ismi, 2005). Sejak saat itu petani tidak hanya
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
26/130
memproduksi benih bandeng namun juga dapat memproduksi benih kerapu
sehingga pasokan benih dalam jumlah yang cukup dengan ukuran yang seragam
sudah mulai dapat terpenuhi. Dari HSRT pasokan benih dapat dilakukan
sepanjang tahun tanpa tergantung musim sehingga kebutuhan benih yang selama
ini menjadi kendala bagi budidaya karamba jaring apung dapat ditanggulangi.
Pemasaran benih kerapu hampir ke seluruh wilayah Indonesia bahkan
sebagian diekspor ke Malaysia, Singapura, Taiwan, Vietnam, Philipina,
Hongkong, dan Cina. Pemasaran dalam negeri meliputi wilayah Jawa Timur, Jawa
Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Bengkulu, Riau, Bangka,
Banjarmasin, Balikpapan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,
Irian Jaya, NTB, NTT. Harga lokal benih di Bali tergantung musim dan jenis
dimana harganya berfluktuasi antara Rp 300,-hingga Rp1.500,- per cm dari
panjang total ikan.
Seluruh tehnik yang dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan
Budidaya Laut (BBRPBL)-Gondol telah ditransfer kepada pembenih kerapu
dalam HSRT dalam memberikan kontribusi untuk mendapat keuntungan,
memperluas kesempatan kerja dan kesempatan untuk diekspor sehingga usaha ini
memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi
kelayakan dari usaha budidaya pembenihan ikan kerapu dalam HSRT agar para
pembenih dapat meningkatkan kualitas dan performa HSRT sesuai dengan aspek-
aspek non finansial dan finansial yang telah dikembangkan oleh BBRPBL
Gondol.
1.2 Perumusan Masalah
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
27/130
Ikan kerapu pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena memiliki rasa yang enak dan kandungan gizi yang baik untuk tubuh.
Kerapu juga mempunyai pasar yang baik terutama di negara Asean, Hongkong,
Taiwan. Untuk Hongkong saja permintaan akan ikan kerapu hidup setiap bulan
dari Indonesia mencapai 30 ton, sementara kemampuan Indonesia untuk
mengeksport ikan kerapu sekitar 40 persen (Dinas Kelautan dan Perikanan pulau
Bintan). Permintaan kerapu yang cukup tinggi dan tidak dapat dipenuhi dengan
penangkapan dari alam, maka petani di beberapa daerah perairan di Indonesia
mulai memelihara dalam karamba jaring apung dan tambak. Salah satu kendala
dari budidaya kerapu adalah pasokan benih yang biasanya berasal dari tangkapan
alam sehingga dari segi jumlah, kualitas dan waktu yang tidak tepat dengan
kebutuhan menjadi faktor penghambat dari perkembangan budidaya. Pada Tabel 5
dapat dilihat permintaan ikan kerapu untuk pasar lokal dan ekspor. Kebutuhan
benih pada tahun 2005 mencai 18.460.000 benih dan baru terpenuhi 10.800.000
benih sehingga belum dapat memenuhi permintaan pasar ikan kerapu. Begitu juga
untuk permintaan benih pada tahun 2006 masih kurang sekitar 8. 510.000 benih
dan pada tahun 2007 kurang sekitar 10.220.000 benih.
Tabel 5 Kebutuhan Benih Ikan Kerapu di Indonesia
ParameterTahun
2005 2006 2007
Permintaan ikan
kerapu (ton)7.200 8.000 9.600
- Lokal 2.880 3.200 3.360- Ekspor 4.320 4.800 6.340
Kebutuhan benih
(x1000 ekor)18.460 20.510 24.620
Ketersediaan benih
(x1000 ekor)10.800 12.000 14.400
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
28/130
Bali tepatnya di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng merupakan
cikal bakal adanya sebuah Hatchery Skala Rumah Tangga. Pembenihan yang
berhasil dikembangkan secara masal baru dimulai pada tahun 1999 oleh Balai
Besar Riset Perikanan Budidya Laut (BBRPBL) Gondol yang bekerjasama
denganJapan International Coorporation Agency(JICA). Jenis ikan kerapu yang
menjadi prioritas utama untuk diusahakan dalam HatcherySkala Rumah Tangga
adalah kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu macan (Epinephelus
fuscogutatus) dan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Penduduk di daerah
tersebut mulai mencoba untuk mengusahakan pembenihan ikan kerapu melihat
tingginya permintaan akan benih ikan kerapu untuk dibudidayakan guna
memenuhi pasar lokal dan ekspor.
Hatchery Skala Rumah Tangga (HRST) adalah pembenihan yang
diusahakan secara sederhana dan biasanya dalam skala kecil dimana pada
pengusahaannya tidak menyertakan pemeliharaan induk, jadi hanya memperoleh
telur secukupnya sesuai kebutuhan yang dibeli dari Hatchery lengkap yang
memelihara induk. Sebaiknya Hatchery skala rumah tangga diusahakan dekat
denganHatchery lengkap sebagai sumber telur atau telur masih bisa diusahakan
dari lain daerah asal transportasi tidak menjadi kendala. Untuk memudahkan
pelaksanaan operasional, lokasi Hatcheryyang dipilih adalah lahan di dekat laut
atau lahan yang masih terjangkau suplai air langsung dari laut karena pembenihan
ikan laut memerlukan air dalam jumlah yang banyak dan terus menerus (Slamet,
2003).
Budidaya ikan kerapu sunu masih mengandalkan pasok benih dari alam,
padahal keberadaannya tergantung musim. Kerapu sunu belum banyak
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
29/130
dikembangkan karena memiliki banyak kelemahan yaitu tingkat keberhasilan
benih yang sangat minim yaitu sebesar 2% jika dibandingkan dengan kerapu
macan sebesar 10% dan kerapu bebek sebesar 5%. Adopsi teknik budidaya
pembenihan kerapu bebek dan kerapu macan merupakan pengembangan
teknologi, hal ini sedang dikembangkan pada pembenihan kerapu sunu. Sintasan
yang rendah pada larva kerapu merupakan satu kelemahan yang mendasar yang
menjadikan harga benih kerapu sunu menjadi mahal.
Masalah yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan kerapu dalam
Hatchery Skala Rumah Tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng
adalah perbedaan karakteristik berupa tingkat keberhasilan atausurvival rate (SR)
yang dimiliki oleh ketiga spesies kerapu tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya SR diantaranya adalah buruknya kualitas larva yang
baru menetas, larva mati terapung pada permukaan air, larva mati di dasar bak,
kekurangan nutrisi, duri sirip yang memanjang, dan serangan virus VNN (Viral
Nervous Necrosis).
Selama ini usaha pembenihan ikan kerapu dalam HSRT satu siklusnya
hanya dibenihkan satu jenis ikan kerapu saja. Padahal, menurut Balai Besar
Budidaya laut Gondol tehnik pembenihan antara kerapu yang satu dengan yang
lain sama sehingga pembenihan dapat dilakukan bersama-sama untuk ketiga jenis
ikan kerapu. Penggabungan yang dimaksud adalah dalam satu siklus pembenihan
di dalam sebuah HSRT dibenihkan ketiga jenis kerapu secara bersamaan tetapi
dilakukan dalam bak terpisah. Penggabungan pembenihan ketiga jenis ikan kerapu
akan memenuhi permintaan pasar. Pembenihan yang dilakukan secara masing-
masing akan menurunkan harga benih itu sendiri karena karakteristik pemilik
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
30/130
HSRT di daerah tersebut adalah selalu membenihkan jenis kerapu yang sama pada
saat musim pembenihan sehingga pada musim panen penawaran benih ikan
kerapu jenis tertentu akan meningkat. Harga jual benih tertinggi dan terendah
untuk ketiga jenis kerapu dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Daftar Harga Benih Ikan Kerapu di Kecamatan Gerokgak Tahun
2006
Spesies Ukuran (cm) Harga (Rp)
Kerapu Macan 2,7-3 cm 600 - 1.000
Kerapu Bebek 2,7-3 cm 1.800 - 2.700
Kerapu Sunu 2,7-3 cm 3.750 - 4.500Sumber: Ismi (2006)
Selain itu, pengusahaan pembenihan ikan kerapu membutuhkan investasi
yang tidak sedikit. Diperlukan biaya yang cukup besar terutama biaya pembuatan
bak untuk mempersiapkan dan melaksanakan usaha ini. Meskipun benih ikan
kerapu memiliki harga jual yang tinggi, tetapi tingkat keberhasilan ikan kerapu
sangat minim karena tergolong ikan yang sulit dibudidayakan sehingga besarnya
biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan dengan hasil yang akan diperoleh.
Besar kecilnya investasi yang dikeluarkan disesuaikan dengan skala usaha yang
dilakukan dan tingkat pendapatan atau keuntungan yang ingin diperoleh. Usaha
pembenihan ikan kerapu dalam HSRT adalah usaha kecil yang sudah berkembang
sejak tahun 1999 di daerah Gerokgak, tetapi sampai saat ini belum dianalisis
kelayakannya, baik secara finansial maupun non finansial, padahal usaha tersebut
memiliki potensi yang besar karena ikan kerapu memiliki kesempatan ekspor
yang besar ditambah lagi tingginya kandungan gizi berupa omega-3 yang dimiliki
oleh ikan kerapu sehingga untuk pengembangan perlu dilakukan analisis
kelayakan.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
31/130
Berdasarkan gambaran kondisi usaha di atas, maka perlu dilakukan
analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha pembenihan kerapu
pada Hatchery Skala Rumah Tangga layak jika pembenihan dilakukan secara
gabungan atau masing-masing dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial.
Untuk mengetahui informasi kelayakan usaha dari masing-masing atau
penggabungan pembenihan tiga jenis kerapu tersebut diperlukan analisis berbagai
aspek seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial.
Tingkat keberhasilan atau survival rate (SR) benih yang berfluktuasi dan
merupakan masalah mendasar, harga jual benih yang tidak stabil karena
karakteristik pemilik HSRT yang membenihkan jenis ikan kerapu yang sama di
musim yang sama sehingga penawaran benih ikan kerapu meningkat yang
menyebabkan turunnya harga benih ikan kerapu di daerah tersebut, dan harga
telur yang cenderung meningkat karena kelangkaan persediaan telur sebagai
bahan baku pembenihan. Untuk itu, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas
terhadap penurunan tingkat keberhasilan atausurvival rate (SR), penurunan harga
benih dan peningkatan harga telur ikan kerapu.
Untuk melakukan analisis finansial diperlukan perhitungan tentang
manfaat dan biaya. Dari perhitungan manfaat dan biaya ini dapat diketahui apakah
usaha pembenihan tiga jenis kerapu, baik pembenihan yang dilakukan secara
masing-masing ataupun gabungan tersebut layak untuk terus dikembangkan atau
tidak, kemudian dipilih usaha mana yang lebih menguntungkan. Selain itu, dapat
pula diketahui berapa waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi
(payback period).
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
32/130
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka
beberapa masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tehnik budidaya pembenihan ikan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga?
2. Bagaimana kelayakan usaha pembenihan ikan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga bila dilakukan pembenihan masing-masing jenis
kerapu dan jika digabungkan ketiganya?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dari usaha pembenihan ikankerapu apabila terjadi perubahan harga benih, perubahan tingkat survival
ratedan perubahan harga telur?
1.3Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji Keragaan usaha pembenihan ikan kerapu dalam Hatchery Skalarumah Tangga serta menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan
kerapu dalam Hatchery Skala Rumah Tangga dilihat dari aspek pasar,
teknis, manajemen dan sosial.
2.
Menganalisis kelayakan finansial usaha pembenihan ikan kerapu macan,
kerapu bebek dan kerapu sunu dalamHatcherySkala Rumah Tangga, baik
dilakukan pembenihan masing-masing atau penggabungan ketiganya.
3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha pembenihan ikan kerapu jikaterjadi perubahan variabel tingkat keberhasilan pembenihan atau survival
rate(SR), harga jual benih, dan harga beli telur ikan kerapu.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
33/130
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Para petani yang mengusahakan pembenihan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga, sebagai bahan pertimbangan dalam perluasan usaha
selanjutnya
2. Pemerintah, sebagai masukan untuk lebih mengembangkan tehnikbudidaya pembenihan ikan kerapu guna meningkatka tingkat keberhasilan
pembenihan atausurvival rate(SR).
3. Calon investor, sebagai informasi dan pertimbangan sebelum menanamkanmodal pada usaha budidaya ikan kerapu.
4. Penelitian kelayakan usaha ikan kerapu berikutnya, khususnya mengenaibudidaya pembesaran ikan kerapu.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
34/130
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Ikan KerapuKeberadaan ikan kerapu sangat luas di dunia meliputi Perairan Jepang,
Pulau, Guam, New Caledonia, Queensland, Australia dan lautan India Timur dari
Nicobar hingga Broome, Australia Barat (Heemstra dan Randall 1993, dalam
Sutarmat et al. 2003). Di Indonesia kerapu dapat dijumpai di Perairan Teluk
Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Pulau Seribu, Kepaluan Karimun Jawa,
Madura, Kalimantan dan Nusa Tenggara (Evalawati et al. 2001, dalamSutarmat
et al. 2003 ).
Kerapu dapat berkembang biak pada terumbu karang hidup maupun yang
mati atau perairan karang berdebu dan tide pools (Heemstra dan Randall 1993,
dalamSutarmat et al. 2003). Ikan kerapu muda dapat ditemukan pada kedalaman
antara 0,5 sampai 3 meter dan yang dewasa pada kedalaman 40 sampai 60 meter.
Induk ikan kerapu didapat dari penangkapan di alam (kerapu sunu) dan dibeli dari
pengumpul ikan hidup untuk ekspor (kerapu macan dan kerapu bebek). Ikan yang
diperoleh dari pengumpul biasanya jarang yang matang gonad, sehingga agak sulit
untuk menentukan jenis kelamin. Untuk itu disarankan agar membeli ikan yang
berukuran lebih dari satu kilogram (Sugama et al. 2001). Kerapu macan dan
kerapu lumpur yang digunakan untuk induk sudah dapat dilakukan pembenihan
sendiri setelah tahun 2002, akan tetapi kerapu sunu belum dapat dilakukan
kegiatan pembenihan karena keterbatasan penyediaan induk di alam, sedangkan
permintaan di pasar tinggi.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
35/130
Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesies. Effendi
(2002) menyatakan bahwa ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit
protogini, dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase
jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian
berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin ini sangat erat
hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran.
Selain itu juga aktivitas pemijahan ikan kerapu dipengaruhi oleh peredaran bulan
atau umur bulan (bulan gelap) hubungannya dengan faktor lingkungan, dimana
puncak aktivitas pemijahan terjadi pada malam hari tepat bulan baru (bulan mati).
Ikan kerapu biasanya dipelihara dalam keramba jaring apung (KJA) dan
jadi tambak, namun KJA lebih umum diterapkan di negara-negara Asia Tenggara.
Budidaya ikan kerapu di tambak bekas budidaya udang intensif menjadi sangat
menarik terutama setelah tambak udang intensif menemui masalah produksi. KJA
harus ditempatkan di lokasi yang perairannya tenang (teluk terlindung atau antara
pulau-pulau) dengan arus air yang memadai. Lokasi KJA juga harus mempunyai
pertukaran air (arus ) yang baik, tidak terjadi pengadukan air pada kedalaman
tertentu (SEAFDEC 2001).
Ikan kerapu termasuk karnivora, sebagai pemakan ikan kecil, cumi-cumi
dan crustacea. Ukuran panjang ikan kerapu bisa mencapai 70 cm dan berat
mencapai 4,8 Kg. Menurut Lau dan Li (2000) matang gonad ikan kerapu pada
ukuran panjang rata-rata 39 cm untuk betina dan 50 cm untuk jantan. Ikan jantan
mudah diketahui dengan cara memijat bagian perutnya maka akan keluar cairan
putih susu atau sperma dan ikan betina dicirikan dengan membesarnya bagian
abdomen yang apabila disedot dengan kanul akan didapat butiran telur.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
36/130
Pengecekan ini biasanya dilakukan menjelang bulan mati. Ikan kerapu termasuk
ikan yang protogynus hermaprodit, artinya pada saat berukuran kecil (berukuran
kurang dari 1 kg) berkelamin betina dan setelah dewasa ukuran tertentu (di atas 2
kg) jenis kelamin akan berubah menjadi jantan hingga akhir hidupnya. Akan
tetapi di BBRPBL Gondol ditemukan ikan kerapu berukuran di atas 3 kg tetap
berkelamin betina (tidak berubah) dikarenakan pemeliharaan ikan di dalam bak.
Pertumbuhan ikan kerapu sangat lambat, untuk mencapai ukuran panjang 33 cm
memerlukan waktu 2 tahun, sedangkan di BBRPBL Gondol menemukan
pertumbuhan ikan kerapu dari 10 gr sampai 500 gr membutuhkan waktu 14 bulan.
Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan pemeliharaan (Sugama et al.
2001).
Kondisi yang tidak memungkinkan dapat menurunkan daya tahan tubuh
ikan sebab itu penyakit mudah masuk dan menyerang ikan kerapu. Penyakit
kerapu disebabkan oleh beberapa sebab (komplikasi), baik dari lingkungan dan
agen penyakit maupun dari sesama agen penyakit yaitu virus, jamur dan parasit
(SEAFDEC 2001). Kondisi lingkungan dapat disebabkan oleh kepadatan yang
tinggi, adanya racun dari lingkungan, mutu pakan yang buruk dan perubahan
kadar garam dari air laut. Dampak yang ditimbulkan oleh penyakit meliputi
pertumbuhan yang lambat, SR yang rendah, perubahan warna dan waktu yang
lama dalam pemeliharaan. Penyakit dapat ditularkan melalui penyebaran
horizontal melalui pakan, air untuk budidaya dan pengangkutan, binatang
pembawa penyakit dalam budidaya dan atau penyebaran secara vertikal melalui
telur dan sperma. Kontrol yang sigap dan tepat dalam mengambil tindakan
preventif pencegahan penyakit sangat diperlukan.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
37/130
2.2 Biologi Ikan Kerapu
2.2.1 Taksonomi
Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesies. Satu
diantaranya adalah Cromileoptes altivelisyang selain sebagai ikan konsumsi juga
juvenilnya juga sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili Serranidae,
Subfamili Epinephelinea, yang umumnya dikenal dengan nama groupers,
rockcods, hinds, dan seabasses. Ikan kerapu ditemukan di perairan pantai Indo-
Pasifik sebanyak 110 spesies dan di perairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46
spesies yang tercakup ke dalam 7 genera Aethaloperca, Anyperodon,
Cephalopholis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola
(Marsambuana dan Utojo, 2001).
Ikan Kerapu diklasifikasikan sebagai berikut:
Klas : Pisces
Sub klas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Devisi : Perciformis
Famili : Serranidea
Sub famili : Epinephelinea
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus sp.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
38/130
2.2.2 Ciri-Ciri Morfologi Ikan Kerapu
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut (Wardana, 1994):
1. Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil daripada panjang dantinggi tubuh.
2. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat.3. Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol
melebihi bibir atas.
4. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjangdimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang
berjari-jari lunak.
5. Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada.6. Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
Pada ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik, terdiri atas
satu spesies, warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak simetris, sirip
punggung terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. Ikan kerapu genus
Anyperodon merupakan monotipik, warna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan,
bintik coklat pada kepala, tidak ada gigi pada langit-langit, kepala dan tubuh
panjang 3-4 kali dari panjang kepala serta sirip bundar, tebal badan 11-15 persen
dari panjang standar,.
Ikan kerapu genus Cephalopholis terdiri atas warna gelap, yaitu coklat
kemerahan sampai coklat tua dan warna terang, yaitu merah kecoklatan sampai
merah atau kuning atau jingga, panjang standard 2,2 3,1 kali dari panjang
kepala, rahang pada ikan dewasa dilengkapi dengan bonggol, sirip ekor berbentuk
bundar. Ikan kerapu genusEpinephelustubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
39/130
cokelat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama
biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk bundar.
Ikan kerapu genus Plectropomuswarna gelap bergaris (menyerupai pita)
dan yang tidak bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip berwarna kuning, tulang
sirip dubur lemah, panjang standard 2,8 3,1 kali dari panjang kepala, sirip ekor
umumnya tegak, dan yang terakhir ikan kerapu dari genus Variolawarna tubuh
ditutupi oleh bintik merah, sirip ekor berwarna putih tipis pada bagian pinggir,
panjang standard 2,52,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.
2.3 Tahapan Pembenihan Ikan Kerapu
Tahapan pembenihan ikan kerapu dimulai dari penanganan induk. Biasanya
ikan kerapu memijah saat bulan mati pada pukul 22.00-24.00. Telur yang sudah
dibuahi akan mengapung di permukaan air dan terbawa arus sirkulasi air. Telur
akan tersaring dan terkumpul di luar bak pemijahan. Panen telur dilakukan pada
pukul 06.00-07.00 saat telur sudah dalam stadia embrio. Telur yang telah dipanen
dipindahkan ke dalam tangki yang sudah lengkap dengan peralatan aerasi dan
sirkulasi air, kemudian kotoran yang tersisa pada telur dibersihkan.
Tahapan selanjutnya adalah penanganan larva. Telur yang sudah siap untuk
dibiakkan ditebar dalam bak larva dengan kepadatan 10 butir per liter, jadi untuk
ukuran bak larva 10 ton ditebar 100.000 butir telur. Pada hari kedua bak larva
ditambahkan Chlorella (plankton) sebagai green water. Kemudian pada hari
ketiga larva mulai diberi makan berupa pakan alami yaitu rotifer. Pemberian
rotifer sampai larva berumur 25 hari. Pada hari ke-12 larva mulai diberikan pakan
buatan berupa pelet. Pelet diberikan sampai larva berbentuk benih dan siap untuk
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
40/130
dipanen. Ukuran pelet yang diberikan sesuai dengan ukuran larva. Artemia
diberikan pada saat larva berumur 17 hari. Banyaknya pemberian disesuaikan
dengan perkiraan jumlah larva. Artemia diberikan sampai larva berumur 35-40
hari.
Pergantian air dan penyiponan dasar bak perlu dilakukan. Pada hari ke-9
sampai hari ke-12 pergantian air mulai dilakukan. Pergantian air dilakukan dengan
sistem air mengalir sedikit demi sedikit. Penyiponan dasar bak dilakukan pada
hari ke-9 atau hari ke-11 secara perlahan. Penyiponan dilakukan setiap hari
setelah diberi pakan buatan.
Benih yang siap dipanen dari bak larva sebelum dijual sebaiknya
dipindahkan ke dalam bak grading. Pakan buatan tetap diberikan pada tahap ini.
Biasanya pada tahap ini benih rentan terhadap serangan (Viral Nervous Necrosis)
VNN. Kematian dapat mencapai 100 persen karena virus tersebut mengakibatkan
kelemahan tubuh ikan. Dengan memberikan pakan buatan akan mempercepat
kekeruhan bak, sehingga pergantian air harus ditingkatkan dengan suhu 27-28 C
dan salinitas 34-35 ppt, karena hal ini dapat mencegah berkembangnya VNN.
2.4 Kiat-Kiat dalam Pembenihan Ikan Kerapu
Dalam perkembangan larva kerapu dari fase larva hingga juvenil banyak
mengalami perubahan bentuk tubuh. Sebelum metamorfosis, larva sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu selama pemeliharaan perlu
manajemen yang baik. Pemeliharaan larva pada suhu air 28-30 C memerlukan
waktu sekitar 45 hari untuk metamorfosis.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
41/130
Tingkat keberhasilan atau Survival Rate (SR) dalam pemeliharaan larva
kerapu sangat bergantung pada kemampuan untuk menghindarkan terjangkitnya
penyakit yang disebabkan oleh virus Viral Nervous Necrosis (VNN). Sekali
terjadi serangan VNN maka akan terjadi kematian yang cukup tinggi dan
terkadang larva mati total dalam beberapa hari. Pencegahan berjangkitnya VNN
harus selalu diupayakan dengan cara membuat lingkungan pemeliharaan larva
yang nyaman, tidak terjadi perubahan lingkungan atau kekurangan pakan yang
dapat menimbulkan stress. Larva dalam kondisi lemah dan stress sangat mudah
diserang VNN, karena VNN kemungkinan besar ada di setiap perairan.
Kanibalisme adalah bukan faktor utama penyebab rendahnya SR
pembenihan ikan kerapu. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab terjadinya
kematian larva selama pemeliharaan dan pencegahannya.
1. Mati terapung pada permukaan air
Larva berumur antara 0-5 hari setelah menetas (HSM) sangat mudah
terperangkap pada tegangan permukaan air. Sekali larva terperangkap tidak dapat
bergerak lagi, lalu mati. Sebelum mati, larva menjadi stress dan selama stress
banyak mengeluarkan lendir dan lendir tersebut mempercepat terperangkapnya
larva lain sehingga menyebabkan kematian yang tinggi pada awal pemeliharaan.
Untuk menghindari kematian tersebut maka pelu dilakukan pengaturan letak dan
kekuatan aerasi, memberi minyak ikan pada permukaan air, dan pertahankan
warna air.
2. Mati di dasar bak
Beberapa kejadian yang menunjukkan bahwa larva berumur 2 HSM
cenderung berada di dasar bak dan tidak menyebar. Keadaan ini dapat
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
42/130
menyebabkan kematian yang tinggi. Penyebab kematian belum diketahui dengan
pasti apakah dari kualitas telur dan larva yang menetas kurang baik atau larva
yang berada di dasar bak mengalami stress lalu memproduksi lendir dan lengket
satu sama lain, dan akhirnya mati. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu
dilakukan penguraangan kepadatan telur dalam bak dan beri aerasi yang kuat.
3. Duri sirip memanjang
Mulai 10 HSM larva mempunyai satu sirip punggung dan dua sirip dada
yang berduri dan memanjang bersamaan dengan bertambahnya umur larva.
Adanya pertumbuhan duri yang panjang menjadikan masalah dalam pembesaran
larva, apabila larva dipelihara dalam kepadatan tinggi, duri sirip tersebut akan
saling mengkait satu sama lain, terutama apabila larva bergerombol di satu tempat
akibat adanya perbedaan intensitas cahaya dalam bak larva. Larva ikan kerapu
termasuk jenis yang berfototaksis positif yaitu cenderung mencari cahaya. Apabila
duri sirip tersebut saling mengkait dan jumlah larva yang bergerombol cukup
banyak, maka kematian yang tinggi sering terjadi terutama pada larva berumur
antara 10-25 HSM. Usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut
adalah pengaturan cahaya di atas bak, tambah jumlah aerasi, letakkan batu aerasi
didekat dinding bak, dan pertahankan warna air bak hijau.
4. Kekurangan nutrisi
Kematian sedikit demi sedikit dan terus-menerus terjadi setelah larva
berumur 25 HSM. Kematian ini diduga disebabkan oleh kekurangan nutrisi dalam
pakan. Untuk menghindari kejadian kematian seperti ini, sebaiknya larva diberi
pakan buatan sedini mungkin, karena pakan buatan mengandung cukup nutrisi
yang dibutuhkan larva. Usaha yang perlu dilakukan untuk menghindari hal
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
43/130
tersebut adalah dengan memberikan pakan buatan sedini mungkin, pakan buatan
diberikan sebelum mulai pemberian artemia, dan pakan berupa artemia harus
segera habis dimakan sehingga pemberian artemia harus sesuai dengan
kebutuhan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006), meneliti tentang kelayakan
usaha pembenihan dan penggelondongan ikan kerapu macan pada BBL Pulau
semak daun. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa usaha layak dari semua
aspek kecuali aspek finansial. Usaha tersebut dikatakan tidak layak pada tingkat
harga jual Rp 10.000,- per ekor benih. Usaha tersebut akan menjadi layak jika
mengikuti harga jual pasaran yaitu Rp 15.000,- per ekor benih. Usaha tersebut
dikatakan relatif sensitif terhadap perubahan survival rate dan biaya variabel,
namun dapat dikatakan layak untuk diusahakan.
Reni (2006) melakukan penelitian komoditas perikanan, yaitu Analisis
Kelayakan Finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada
Kelompok Pembudidaya Mekarsari, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam,
Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
umum usaha pembenihan dan pendederan ikan nila Wanayasa yang dilakukan
oleh anggota kelompok pembudidaya Mekarsari di Desa Tanjungsari,
menganalisis keuntungan usaha, menganalisis keuntungan investasi yang
ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor
produksi, dalam hal ini pakan. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai
berdasarkan kriteria investasi yang terdiri atas NPV, Net B/C, dan IRR.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
44/130
Hasil analisis yang diperoleh menyatakan bahwa nilai NPV
Rp 225.116.401,83; Net B/C 19,38 dan IRR 707 persen. Hasil analisis sensitivitas
dengan metoda switching value diperoleh bahwa usaha masih layak dijalankan
dengan adanya peningkatan harga pakan sampai batas kenaikan 800,917 persen,
karena nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan 1, dan IRR sama
dengan tingkat suku bunga. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidayaan
ikan nila Wanayasa di Desa Tanjungsari adalah kurangnya peran serta pemerintah
dalam memberikan kemudahan-kemudahan kepada pembudidaya untuk
mengembangkan usahanya serta dalam meningkatkan motivasi pembudidaya ikan
nila Wanayasa untuk meningkatkan usahanya dalam memperbaiki manajemen
usahanya.
Hasil penelitian Firdaus (2006), Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Budidaya Udang Windu di PT. Kuala Laras Sentana, Kecamatan Medang Deras,
Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran umum usaha budidaya udang windu PT. Kuala Laras
Sentana, menganalisis keuntungan usaha, menganalisis kelayakan investasi yang
ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan faktor
produksi, dalam hal ini harga udang dan harga pakan. Hasil perhitungan analisis
usaha yang dilakukan selama satu tahun usaha tersebut memperoleh keuntungan
sebesar Rp 636.489.237,83. Hasil perhitungan analisis usaha budidaya udang
Windu menguntungkan dilihat dari hasil perhitungan R/C>1 yaitu 1,47.
Hasil analisis kelayakan investasi melalui 3 kriteria investasi terhadap
usaha budidaya udang windu PT. Kuala Laras Sentana diperoleh nilai NPV
sebesar Rp 1.281.908.706,51; Net B/C sebesar 3,02 dan IRR sebesar 57,90 persen
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
45/130
yang menunjukkan bahwa usaha budidaya Udang Windu di PT Kuala Selaras
Sentana layak untuk dikembangkan selama umur proyek yaitu 8 tahun.
Hasil analisis sensitivitas pada usaha budidaya udang windu apabila terjadi
kenaikan harga pakan sebesar 18,75 persen diperoleh nilai NPV sebesar
Rp945.794.043,43, Net B/C sebesar 2,49 dan IRR sebesar 51,90 persen yang
menunjukkan usaha budidaya udang windu di PT. Kuala Laras Sentana masih
layak untuk dikembangkan selama umur proyek. Demikian pula apabila terjadi
penurunan harga jual udang sebesar 14,55 persen diperoleh nilai NPV sebesar
Rp23.474.030,45; Net B/C sebesar 1,04 dan IRR sebesar 19,71 persen yang
menunjukkan bahwa usaha budidaya udang windu di PT. Kuala Laras Sentana
masih layak untuk dikembangkan selama umur proyek.
Pada penelitian ini, pembahasan difokuskan pada analisis kelayakan
finansial usaha pembenihan ikan kerapu dalam HatcherySkala Rumah Tangga di
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini juga tidak hanya
membahas satu jenis ikan kerapu saja, tetapi membahas tiga jenis ikan kerapu
yaitu kerapu macan, kerapu bebek dan kerapu sunu. Skenario yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis kelayakan dari masing-masing
jenis ikan kerapu tersebut dan penggabungan ketiganya. Kemudian usaha tersebut
dibandingkan dan dipilih usaha yang paling layak. Analisis kelayakan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan non finansial dan analisis
kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial yaitu analisis yang
dilakukan berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek
sosial kemudian analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menghitung
kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis sensitivitas juga
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
46/130
dilakukan untuk menghitung sampai sejauh mana pengaruh perubahan faktor-
faktor yang sangat sensitif mempengaruhi kriteria kelayakan investasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah komoditas
perikanan yang diteliti. Pada penelitian ini membahas pembenihan ikan kerapu
kemudian daerah tempat melakukan penelitian adalah di Kecamatan Gerokgak,
Kabupaten Buleleng, Bali. Pembahasan juga difokuskan pada usaha pembenihan
saja tidak sampai pembesaran ikan kerapu.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
47/130
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Analisis Kelayakan ProyekUsaha atau proyek merupakan suatu kegiatan investasi, yang menggunakan
sumberdaya (biaya) untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dalam periode
waktu tertentu. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya
suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan
berhasil.
Menurut Gray (1993) tujuan dilaksanakannya analisis kelayakan proyek
adalah 1) Mengetahui tingkat benefit yang dicapai dalam suatu proyek, 2)
Menghindari pemborosan sumberdaya, 3) Memilih alternatif proyek yang
menguntungkan, 4) Menentukan prioritas investasi.
Dalam menganalisa suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan
aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan
bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu
dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam
perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya (Gittinger 1986). Aspek-aspek
tersebut antara lain adalah :
1.
Aspek Pasar
Aspek pasar meliputi permintaan, baik secara total ataupun diperinci
menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan, dan proyeksi permintaan. Kemudian
penawaran, baik berasal dari dalam negeri maupun impor. Kemudian harga,
program pemasaran dan perkiraan penjualan. Kelayakan aspek pasar akan sangat
berkaitan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dalam usaha, karena aspek ini
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
48/130
akan menentukan besarnya penekanan biaya pemasaran dan peningkatan nilai jual
output yang dapat diupayakan
2. Aspek TeknisAspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun. Menilai aspek kelayakan teknis merupakan langkah awal yang
harus dilakukan sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu
usaha. Aspek-aspek lain dalam analisis proyek akan berjalan jika analisis secara
teknis dapat dilakukan. Analisis aspek teknis akan menguji hubungan-hubungan
teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan. Hubungan-hubungan
tersebut seperti potensi bagi pembangunan, ketersediaan air, salinitas air, suhu
udara dan pengadaan input produksi.
Dalam suatu usaha, hubungan aspek-aspek teknis sangat menentukan
keberhasilan usaha terutama keberhasilan proses produksi. Masing-masing
komponen dalam aspek teknis ini saling terkait satu sama lain dan ketidaklayakan
salah satu komponen akan mengganggu proses produksi secara keseluruhan.
Selain fasilitas produksi, kelayakan teknis fasilitas pemasaran juga harus
dipenuhi karena akan menentukan keberhasilan pemasaran output, khususnya
dalam upaya menekan biaya pemasaran dan mempertahankan kualitas output yang
dihasilkan untuk mencapai nilai jual yang paling tinggi. Produk perikanan
termasuk barang yang mudah rusak sehingga membutuhkan fasilitas dan
penanganan yang baik dalam upaya pemasarannya.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
49/130
3. Aspek Finansial dan EkonomiDalam menganalisis kelayakan suatu proyek, ada dua macam analisis yang
dapat dilakukan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis kelayakan
finansial melihat suatu proyek dari sudut pandang individu atau lembaga yang
mempunyai kepentingan langsung dalam proyek atau yang menginvestasikan
modalnya dalam proyek, sedangkan analisis kelayakan ekonomi melihat suatu
proyek dari sudut pandang perekonomian secara keseluruhan, yang
memperhatikan hasil total, produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua
yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara
keseluruhan. Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kelayakan suatu
proyek dari sisi finansial.
4. Aspek ManajemenMenurut Husnan dan Suwarsono (1994), yang dipelajari dari aspek
manajemen adalah bentuk organisasi usaha yang dipilih, struktur organisasi,
deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Evaluasi aspek manajemen meliputi jumlah dan persyaratan tenaga manajemen,
anggaran balas jasa karyawan yang diperlukan, berapa macam tugas operasi
proyek yang memerlukan keahlian khusus, jenis tugas apa yang membutuhkan
pendidikan tambahan, dalam bidang apa, dimana diperoleh, dan untuk berapa
lama.
5. Aspek LingkunganNegara-negara di seluruh dunia sekarang semakin menyadari adanya
pengaruh bagi lingkungan akibat pelaksanaan proyek dan para pengambil
keputusan ingin memastikan bahwa para pelaksana proyek telah
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
50/130
mempertimbangkan masalah lingkungan yang setiap kerugian ekologinya sudah
diusahakan sekecil-kecilnya. Menurut Umar (1997), pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan dapat berpengaruh positif maupun negatif pada suatu usaha, sehingga
aspek ini perlu dianalisis juga.
3.2 Teori Biaya dan Manfaat
Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, sedangkan
manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Biaya-biaya yang
digunakan dalam analisis proyek agribisnis adalah biaya-biaya langsung seperti
biaya investasi, biaya operasional, dan biaya lain-lain.
Menurut Kadariah (1999), manfaat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilaioutput, fisik, dan atau dari penurunan biaya.
2. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyektersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa
adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dinamic
secondary effect, misalnya perubahan dalam produktifitas tenaga kerja yang
disebabkan oleh keahlian.
3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang ( intangibleeffect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan,
dan lainnya.
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
51/130
3.3 Proyeksi Cash f low
Dalam analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga proyeksi
aliran kas (cash flow). Kegunaan proyeksi ini adalah dengan kas investor dapat
melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial (terutama bila proyek
dibiayai dengan modal pinjaman). Arti penting proyeksi cash flow ini sangat
terkait dengan nilai waktu dari uang saat ini lebih berharga daripada nanti.
Untuk proyek pembenihan dan penggelondongan ikan kerapu dimana
investasi dilakukan pada saat sekarang (awal tahun), sedangkan hasilnya baru
diterima setelah tahun berikutnya. Dalam penelitian ini aliran kas yang
berhubungan dengan proyek budidaya pembenihan ikan kerapu dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu: aliran kas permulaan, aliran kas operasional dan aliran
kas terminal. Aliran kas permulaan (Initial Cash Flow) merupakan pengeluaran
investasi untuk periode awal, sedangkan kas operasional (Operasional Cash
Flow) merupakan aliran kas yang timbul selama operasi proyek dan aliran kas
teminal (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang timbul waktu proyek
berakhir.
3.4 Analisis Finansial
Dalam mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek
diperlukan pengukuran menggunakan beberapa kriteria. Kriteria ini tergantung
dari kebutuhan akan keadaan masing-masing proyek. Setiap kriteria memiliki
kebaikan serta kelemahan masing-masing, sehingga dalam penilaian kelayakan
suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus. Hal ini bertujuan
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
52/130
untuk memberikan hasil yang lebih sempurna. Menurut Kadariah (1999) kriteria
yang biasa digunakan antara lain :
1. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value)Net Present Value(NPV) merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat
(benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu.
2. Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return)Internal Rate of Return(IRR) merupakan discount rateyang dapat membuat
arus penerimaan bersih sekarang dari suatu proyek (NPV) sama dengan nol.
3. Rasio Manfaat-Biaya bersih (Net Benefit-Cost Ratio)Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah net present value (NPV) yang positif dengan jumlah net present value
(NPV) yang negatif.
4. Pengembalian Investasi (Payback Period)Payback Period (PBP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas.
3.5 Analisis Sensitivitas
Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi
perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran.
Perubahan-perubahan tersebut akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan
suatu proyek, oleh karena itu dilakukan analisis sensitivitas.
Analisis kepekaan (Sensitivity Analisis) dilakukan untuk meneliti kembali
suatu kepekaan proyek/usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi
akibat keadaan yang berubah-ubah atau ada suatu kesalahan dalam dasar-dasar
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
53/130
perhitungan biaya-manfaat. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah
suatu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan menentukan
pengaruh dari perubahan pada hasil semula.
Dalam analisis sensitivitas, semua kemungkinan (yang mempengaruhi
komponen manfaat dan biaya) harus dicoba. Menurut Kadariah (1999) hal-hal
yang harus diperhatikan adalah
1. Adanya Cost Over Run(kenaikan dalam biaya konstruksi). Biasanya untukbiaya input seperti biaya untuk benih, pakan, dan peralatan.
2. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum(penurunan harga hasil produksi).
3. Adanya implementasi waktu. Biasanya disebabkan oleh keterlambatanpemesanan dan penerimaan alat baru, masalah administrasi yang tak
terhindarkan, dan adanya teknik yang baru sehingga membutuhkan waktu
untuk beradaptasi dalam penggunaan teknik baru tersebut.
4. Kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi .
3.6 Kerangka Pemikiran Konseptual
Ikan kerapu merupakan salah satu prioritas komoditas laut yang
diunggulkan, maka usaha budidaya ikan kerapu merupakan salah satu alternatif
usaha yang perlu dikembangkan, disamping memiliki peluang pasar yang masih
sangat terbuka, khususnya di pasar Internasional. Salah satu kendala dari budidaya
kerapu adalah pasokan benih, tetapi saat ini benih kerapu telah dapat dipasok dari
hasil pembenihan yang telah banyak dilakukan oleh petaniHatcherySkala Rumah
Tangga (HSRT) yang banyak terdapat di Bali, jenis kerapu tersebut adalah kerapu
macan (Epinephelus Fuscoguttatus), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), dan
5/25/2018 A2008_Ni Wayan Narita Sugama
54/130
kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Kegiatan HSRT hanya melakukan
pemeliharaan larva hingga menjadi benih ukuran 3 cm, dengan kelangsungan
hidup masih bervariasi.
Kecamatan Gerokgak merupakan cikal bakal adanya sebuah Hatchery
Skala Rumah Tangga. Masalah yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan
kerapu dalamHatcherySkala Rumah Tangga di daerah tersebut adalah perbedaan
karakteristik berupa tingkat keberhasilan pembenihan atausurvival rate(SR) yang
dimiliki oleh masing-masing jenis ikan kerapu yang diusahakan sehingga benih
yang dihasilkan tidak kontinu. Kendala lain yang dihadapi adalah penyakit yang
disebabkan oleh viral nervous necrosis(VNN). Virus tersebut dapat menyebabkan
kematian hampir 100 persen pada calon benih sehingga harus