Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian
2.1.1 Audit Internal
Pengertian Audit Internal menurut Tuanakotta (2015) :
“Internal audit function. Kegiatan penilaian (appraisal activity) yang
diadakan sebagai pelayanan bagi entitas yang bersangkutan. Fungsi-fungsi
audit internal meliputi, antara lain, memeriksa, mengevaluasi, dan
memonitor kecukupan dan efektivitas pengendalian intern.”
Tuanakotta (2015) juga mendefinisikan Internal auditors yaitu mereka
yang melaksanakan fungsi audit internal. mereka dapat menjadi bagian dari
departemen audit internal atau departemen dengan fungsi yang ekuivalen.
Menurut The IIA’s Board of Directors yang dikutip oleh Reding, Kurt F
(2013:1-3) definisi audit internal adalah:
“ Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization’s operations.
It helps an organization accomplish its objectives by bringing a
systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness
of risk management, control, and governance processes”.
Definisi tersebut dapat diartikan bahwa audit internal adalah kegiatan
assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan-kegiatan operasi organisasi.
Audit intenal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
11
Agoes (2013:204) juga mengemukakan tentang definisi audit internal:
“Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan
catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan
manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan
pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.”
Berbeda dengan Kantor Akuntan Publik sebagai auditor eksternal
perusahaan, yang tujuannya pemeriksaannya adalah memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan yang disusun manajemen, auditor internal memiliki
tujuan untuk membantu membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian,
saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Untuk membantu manajemen, auditor internal mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Membantu melayani kepentingan manajemen organisasi
2. Mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,
pengandalian dan pengelolaan
3. Melakukan pengujian laporan keuangan
4. Melakukan audit untuk efisiensi, efektivitas dan ekonomis
5. Memastikan apakah karyawan perusahaan telah mematuhi kebijakan dan
peraturan organisasi. (Andayani, 2011:4)
Dari beberapa pengertian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa internal
audit merupakan fungsi independen yang kegiatannya meliputi, memeriksa,
12
mengevaluasi, dan memonitor kecukupan dan efektivitas pengendalian intern
untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
2.1.1.1 Pedoman Kerja Internal Auditor
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Auditor Internal
(Sumber: http://na.theiia.org)
Pedoman penting yang dijadikan sebagai acuan auditor internal di dunia
adalah pedoman IIA yang dinamakan “Kerangka Kerja Internasional untuk
Praktik Profesional Audit Internal”. Kerangka kerja ini terdiri dari komponen-
komponen sebagai berikut:
13
A) Mandatory Guidance, terdiri dari definisi audit internal, standar
internasional audit internal, kode etik audit internal, dan prinsip-prinsip pokok
audit internal.
Unsur-unsur wajib dari IPPF adalah:
1) Prinsip Dasar untuk Praktik Profesional Audit
Prinsip Dasar, secara umum digambarkan sebagai efektifitas internal
audit. Agar seluruh fungsi audit internal berjalan efektif, maka semua
Prinsip harus diimplementasikan dan dioptimalkan secara efektif.
Bagaimana para internal auditor, serta semua kegiatan audit internalnya,
dalam menjalankan Prinsip Dasar mungkin dapat berbeda dari organisasi
ke organisasi, tetapi penghindaran terhadap salah satu prinsip akan berarti
bahwa suatu kegiatan audit internal tidak efektif karena tidak sesuai
dengan misi audit internal
2) Definisi Internal Audit Internal
Definisi Audit Internal terdiri dari tujuan dasar, sifat dasar, dan
ruang lingkup audit internal. Audit internal adalah aktivitas asurans
(memberikan keyakinan yang memadai) dan konsultansi yang independen
dan objektif, yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan
meningkatkan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi
mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematis dan teratur dalam
mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan proses manajemen risiko,
pengendalian dan tata kelola.
14
3) Kode Etik
Kode Etik terdiri dari dua komponen, yaitu prinsip-prinsip dan
aturan perilaku. Prinsip-prinsip yaitu auditor internal diharapkan dapat
menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi. Aturan perilaku berisi tentang
norma dan perilaku yang diharapkan dari para auditor internal.
4) Standar Internasional untuk Praktik Profesional Audit Internal
Standard merupakan hal penting dalam penerapan prinsip yang
menyediakan kerangka kerja untuk melakukan dan mempromosikan audit
internal. Standar persyaratan wajib yang terdiri dari:
a) Laporan dari persyaratan dasar untuk praktek profesional audit
internal dan untuk mengevaluasi efektivitas kinerjanya.
Persyaratan yang berlaku secara internasional pada tingkat
organisasi dan individu.
b) Interpretasi, yang menjelaskan istilah atau konsep dalam
pernyataan
c) Daftar istilah
Hal ini diperlukan untuk mempertimbangkan pernyataan dan interpretasi
auditor internal untuk memahami dan menerapkan Standar dengan benar.
Standar memberikan arti tertentu seperti yang tercantum dalam Daftar
Istilah, yang juga merupakan bagian dari Standar.
15
B) Recommended Guidance, terdiri dari implementation guidance dan
supplemental guidance.
Elemen Internal Audit yang direkomendasikan oleh IPPF adalah:
1) Pedoman Pelaksanaan
Pedoman Pelaksanaan akan lebih komprehensif daripada Practice
Advisories dalam membimbing praktisi menuju kesesuaian dengan Standar
Internasional untuk Praktik Profesional Audit Internal (Standar).
Panduan Pelaksanaan dan Praktek Advisories membantu auditor
internal dalam menerapkan Standar. Secara umum audit internal akan
dipandu dalam hal menentukan pendekatan, metodologi, dan
pertimbangan, tetapi tidak rinci menjelaskan proses atau prosedurnya.
2) Bimbingan Tambahan
Bimbingan tambahan memberikan panduan rinci untuk melakukan
kegiatan audit internal. Ini mencakup topik-topik tertentu, isu-sektor
tertentu, serta proses dan prosedur, alat dan teknik, program, pendekatan
langkah-demi-langkah, dan contoh pelaksanaan.
C) Mission atau misi audit internal.
Misi Internal Audit yaitu menunjukkan tujuan dan cita-cita yang ingin
dicapai oleh audit internal dalam sebuah organisasi. Dalam IPPF ini,
menunjukkan bagaimana praktisi Internal Audit harus memanfaatkan
seluruh kerangka kerja untuk mendukung kemampuan mereka untuk
mencapai misi.
16
2.1.2 Profesionalisme Auditor Internal
Profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berikut:
“Mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau
orang yang profesional.”
Arens (2013) mendefinisikan profesionalisme dalam Darwanis (2016)
adalah sebagai berikut:
“Profesionalism is a responsibility imposed on a person and more than
fulfill the responsibilities assigned to him and meets the laws and
regulations of society.”
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa profesionalisme auditor
berarti bertanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi
tanggung jawab secara individu dan ketentuan dalam peraturan dan hukum
masyarakat.
Menurut Hall dalam Muslim (2015) lima konsep profesionalisme adalah:
A) Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi digambarkan dengan dedikasi auditor dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya. Auditor tetap
melaksanakan tugasnya dengan teguh tanpa mempengaruhi pekerjaan
yang sedang dilakukannya meskipun imbalan yang diberikan kepadanya
kurang. Sikap ini mengungkapkan bahwa auditor melakukan pekerjaannya
secara total. Pekerjaan ini tidak hanya dijadikan sebagai alat untuk
mencapai tujuan, tetapi juga dijadikan sebagai tujuan. Totalitas yang
17
dilakukan sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama
yang diharapkan adalah kepuasan rohani, baru setelah itu materi.
B) Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah pandangan seorang auditor yang berfikir tentang
pentingnya peranan profesi yang dijalankan dan manfaat yang diperoleh
masyarakat atau profesional karena adanya pekerjaannya tersebut.
C) Kemandirian
Makna dari kemandirian disini adalah pandangan auditor yang profesional
harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak
lain. Pihak lain yang dapat memberikan tekanan kepada auditor contohnya
adalah pemerintah, klien, maupun bukan anggota profesi. Campur tangan
dari pihak luar ini diangap sebagai hambatan kemandirian secara
profesional.
D) Keyakinan terhadap peraturan profesi
Keyakinan terhadap peraturan profesi adalah keyakinan auditor bahwa
tidak ada yang berhak menilai pekerjaan yang dilakukan sebagai seorang
profesional kecuali rekan sesama profesi.
E) Hubungan dengan sesama profesi
Hubungan sesama profesi dimaksudkan agar auditor yang profesional
dapat bertukar pikiran atau idenya dengan menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok kolega informal
sebagai ide utama dalam pekerjaan. Dengan ikatan profesi ini para auditor
profesional dapat membangun kesadaran profesional.
18
2.1.3 Independensi Auditor Internal
Menurut Reding (2013:1-5) pengertian dari independensi adalah:
“Independence is the freedom from conditions that threaten objectivity or
the appearance of objectivity. Such threats to objectivity must be managed
at the individual auditor, engangement, functional, and organizational
levels.”
Independensi menurut The Institute of Internal Auditors (2012) dalam
Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal adalah:
“Independensi adalah bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan
kegiatan auditor internal untuk dapat melaksanakan tanggung jawab audit
internal secara tidak memihak”
Independensi didefinisikan oleh IESBA Code of Ethics for Professional
Accountants dalam Tuanakotta (2015: G-13) terdiri atas:
A) Independence of mind. Hal-hal yang ada dalam benak (the state of mind)
yang memungkinkan pemberian pendapat (opinion) tanpa dipengaruhi hal-
hal merendakan buah pikiran (compromise professional judgement), yang
memungkinkan seseorang bertindak dengan integritas penuh, tidak
berpihak dan melaksanakan skeptisime profesional (professional
skepticism).
B) Independence in appearance. Penghindaran fakta dan keadaan yang begitu
signifikan yang bagi pihak ketiga yang layak dan mempunyai cukup
informasi (reasonable and informed third party) akan menyimpulkan
bahwa integrity, objectivity atau profesional skepticism dari anggota tim
(assurance team) sudah tercemar (had been compromised).
19
Menurut Mautz dan Sharaf dalam Saputra (2015) menjelaskan bahwa
independensi dalam auditor terbagi menjadi tiga dimensi sebagai berikut:
A) Programming Independence (Independensi dalam Program Audit)
Bebas dari kendali atau pengaruh yang tidak semestinya dalam pemilihan
teknik dan prosedur audit. Hal ini mengharuskan auditor memiliki
kebebasan untuk mengembangkan program sendiri, baik dalam
menetapkan langkah-langkah untuk dimasukkan dan jumlah pekerjaan
yang harus dilakukan, dalam seluruh batas-batas perjanjian. Indikator
dalam independesi program audit adalah:
1) Bebas dari intervensi manajerial atau program audit.
2) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit.
3) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang
memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.
B) Investigative Independence (Independensi dalam Verifikasi)
Bebas dari kendali dan pengaruh yang tidak semestinya dalam pemilihan
daerah, kegiatan, hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial untuk
diperiksa. Hal ini mengharuskan bahwa tidak ada sumber yang sah dari
informasi ditutupi kepada auditor. Indikator dalam independensi verifikasi
adalah sebagai berikut:
1) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan.
20
2) Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen
selama verifikasi audit.
3) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi
aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti.
4) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.
C) Reporting Independence (Independensi dalam Pelaporan)
Bebas dari kendali dan pengaruh yang tidak semestinya dalam menyatakan
fakta-fakta yang diungkapkan dalam pemeriksaan atau dalam memberikan
rekomendasi dan opini sebagai hasil dari pemeriksaan. Indikator dalam
independensi pelaporan adalah sebagai berikut:
1) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak pada fakta-fakta
pelaporan kepada pihak manapun.
2) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan
dalam laporan audit.
3) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara
sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan
rekomendasi dalam interpretasi auditor.
4) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor
mengenai fakta atau opini dalam laporan audit.
Indikator-indikator dalam independensi tersebut memang diperuntukan
bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor
internal yang ingin bersikap objektif.
21
2.1.4 Kualitas Audit
De Angelo (1981) dalam Restu Gusti (2013) mendefinisikan kualitas auditor
sebagai kemungkinan auditor menemukan pelanggaran yang dilakukan
manajemen atau kesalahan pada sistem akuntansi dan melaporkan pelanggaran
tersebut. Definisi lain menurut Rosnidah dalam Restu Agusti (2013) bahwa
kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar
sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan pelanggaran yang dilakukan
manajemen. Sedangkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
menyatakan bahwa audit yang berkualitas adalah yang memenuhi standar auditing
dan standar pengendalian mutu.
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi
yang terdapat para manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan
pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para
pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil
keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai
laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan
penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu
kualitas audit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor
dalam proses pengauditan.
Laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok yaitu:
1) Manajer perusahaan yang diaudit;
2) Pemegang saham perusahaan; dan
3) Pihak ketiga/ pihak luar seperti calon investor, kreditor dan suplier.
22
Kualitas ditentukan oleh kompetensi dan independensi auditor. Auditor
yang kompeten adalah auditor yang bisa menemukan adanya pelanggaran
sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang "bersedia" melaporkan"
pelanggaran tersebut. Kualitas ditentukan dari sisi suplai audit saja, yaitu dari sisi
auditor, tidak dari sisi permintaan, yaitu klien. Kualitas audit ditentukan oleh
penilaian pasar.
Kualitas audit internal menurut Moeller (2005), Arena dan Azzone (2009)
dalam Muslim (2015), terdiri dari:
1) The level of compliance with IIA standars (tingkat kepatuhan pada
standar dari IIA).
2) The ability to audit plan (kemampuan dalam merencanakan
pemeriksaan).
3) Execute audit findings (menemukan temuan audit)
4) Communicate audit findings (mengkomunikasikan temuan audit).
2.2 Kerangka Penelitian
2.2.1 Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit
Profesional merupakan tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, dan lebih dari sekedar
memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat (Arens, 2013: 87). Sikap
profesionalisme seorang auditor sangat penting dalam menghasilkan audit yang
berkualitas. Hal ini karena auditor yang profesional akan mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu berdasarkan pengabdian pada
profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan hubungan
dengan sesama profesi. (Rosindah dkk., 2011).
23
Indra Bastian (2007) menyatakan bahwa audit internal yang memiliki
kecakapan teknis dan keahlian profesional akan menghasilkan laporan yang
berkualitas. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Rahayu (2015) yang menguji
profesionalisme terhadap kualitas audit membuktikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara profesionalisme dengan kualitas audit. Selain itu Siti Kurnia dan
Ely Suhayati (2010) menyatakan bahwa penggunaan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik karena
kekeliruan atau kecurangan. Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama (due
professional care) akan memberikan pengaruh terhadap hasil audit yang
dilaporkan oleh auditor.
Ida Rosindah (2010) menyatakan bahwa auditor eksternal dalam melakukan
tugasnya akan melihat bagaimana kualitas audit internal dalam perusahaan
sebagai suatu indikator pengendalian terhadap segala kecurangan-kecurangan dan
kesalahan-kesalahan yang rentan dilakukan oleh manajemen perusahaan. Jika
auditor menilai bahwa kualitas audit internal kurang baik, maka hal tersebut
mengindikasikan bahwa fungsi SPI dalam perusahaan tersebut juga rendah,
sehingga kepercayaan auditor eksternal terhadap auditor internal sangat
tergantung dari hasil penilaian kualitas audit dalam suatu perusahaan. Dengan
demikian, kualitas audit internal merupakan hal yang penting bagi perusahaan
untuk meningkatkan kepercayaan auditor eksternal selaku pihak independen yang
berada di luar perusahaan maupun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
24
perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya yang memberikan bukti
bahwa profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap bualitas audit
internal.
2.2.2 Pengaruh Independensi Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit
Independensi merupakan sikap auditor yang tidak memihak, tidak
mempunyai kepentingan pribadi, dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dalam memberikan pendapat atau simpulan. Auditor yang
independen adalah auditor yang tidak memihak, sehingga tidak merugikan pihak
manapun (Pusdiklatwas, 2008). Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk
menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor.
Adapun teori yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh independensi terhadap
kualitas audit menurut Halim (2008:29) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kualitas audit adalah ketaatan auditor terhadap kode etik yang
terefleksikan oleh sikap independensi, objektivitas, dan integritas.
Wati Aris Astuti (2010) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
independensi terhadap kulitas audit. Dalam jurnal tersebut disimpulkan bahwa
Independensi dalam hal ini diukur dengan indikator Status Organisasi dan
Objektifitas mempunyai pengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit intern yang
berarti semakin baik independensi akan menjadikan semakin baik kualitas
pelaksanaan audit internal.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marietta Sylvie (2013), Haslinda
Lubis (2009), A.A Putu Ratih Cahaya Ningsih dan P. Dyan Yaniartha (2013)
25
menunjukan bahwa independensi secara partial berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit dan mempunyai hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa
semakin meningkatnya independensi seorang auditor akan meningkatkan kualitas
audit, artinya audit dapat dicapai jika auditor memiliki independensi yang baik.
2.2.3 Pengaruh Profesionalisme dan Independensi Auditor Internal
Terhadap Kualitas Audit
Profesionalisme dan Independensi dari seorang auditor internal diharapkan
dapat meningkatkan kinerja organisasi yang berkualitas. Alasan utama
mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi,
tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut (Arens,et.al, 2008).
Selain diharapkan mempunyai Profesionalisme di bidangnya para auditor internal
juga diharapkan mempunyai Independensi yang tinggi dalam menjalankan
tugasnya. Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditr untuk
tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya. Jika seorang
auditor internal tidak dapat bersikap independen, maka akan sulit dalam upaya
mencegah dan mendeteksi fraud disuatu perusahaan dan ini akan mengakibatkan
gagalnya dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dari upaya
mencegah adanya pemberantasan tindak pidana korupsi. Pernyataan tersebut
didukung oleh penelitian Susilawati, Maya R Atmawinata (2014) yang
menyimpulkan bahwa Profesionalisme dan Independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial. Artinya perubahan
26
yang terjadi pada profesionalisme dan independensi berpengaruh positif terhadap
perubahan kualitas audit, atau dengan kata lain peningkatan baik profesionalisme
maupun independensi akan berpengaruh pada peningkatan kualitas audit.
2.3 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
Tahun Judul Penelitian Penulis Hasil
Jurnal Internasional
2014 Effect of Competence
and Auditor
Independence on Audit
Quality with Audit Time
Budget and Professional
Commitment as a
Moderation Variable
Abdul Halim,
Sutrisno T, Rosidi,
M.Achsin
Auditor’s
competence has
positive effect on
audit quality.
Auditor
independence has
positive effect on
audit quality.
Audit time budget
weaken effect of
auditors
competence on
audit quality.
Audit time budget
weaken effect of
auditor
independence on
audit quality.
Professional
commitment
strenghtens effect
of auditor’s
competence on
audit quality.
Professional
commitment
strenghtens effect
of auditor
independence on
audit quality.
2014 A Review on Audit
Quality Factors
Seyed Maomoud
Hosseinniakani,
Helena Inacio, Rui
The size of audit
firm can be
considered as one
27
Mota of the most
important factors
which can affect the
other factors as
well as the overall
audit quality.
Furtermore, the
reviewed factors,
including size,
industri expertise,
auditor tenure,
audit fees, non-
audit service, audit
reputation and
audit
specifications, were
found to be
correlated with
each other when
studying the effect
of each individual
factor on audit
quality. Also,
auditor
specifications such
as professional
competence,
technical ability.
Independence and
auditor’s liability
have been
identified to have
significant effects
on audit quality.
2015 The Impact of Auditor’s
Independence on Audit
Quality: A Theoretical
Approach
Wali Saputra Based on theoretical
approaches can be
concluded that audit
quality is affected by
the auditor’s
independence. The
more independent an
auditor then increasing
audit quality.
Jurnal Nasional
2014 Pengaruh
Profesionalisme dan
Susilawati, Maya
R Atmawinata Profesionalisme
berpengaruh positif
28
Independensi Auditor
Internal Terhadap
Kualitas Audit
signifikan terhadap
kualitas audit.
Independensi
Auditor Internal
berpengaruh positif
signifikan terhadap
Kualitas Auditor.
2013 Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan
Profesionalisme Terhdap
Kualitas Audit
Restu Agusti dan
Nastia Putri
Pertiwi
Pengujian hipotesis
menunjukkan
bahwa variabel
Kompetensi,
Independensi dan
Profesionalisme
memiliki pengaruh
terhadap kualitas
audit.
Hasil pengujian
koefisien
determinasi sebesar
0.570 memberi
pengertian bahwa
57% kualitas audit
dipengaruhi oleh
kompetensi,
independensi dan
profesionalisme.
2013 Pengaruh Kompetensi,
Objektivitas,
Independensi, dan
Kinerja Auditor Internal
terhadap Kualitas Audit
Pada BRI Inspektorat
Makassar
Indriyanti Linting Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa(1)
Kompetensi
berpengaruh positif
terhadap kualitas audit,
(2) Objektivitas tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kualitas audit, (3)
Independensi
berpengaruh positif
terhadap kualitas audit,
(4) Kinerja Auditor
internal berpengaruh
positif terhadap
kualitas audit.
Jurnal Reporsitory
2015 Pengaruh Independensi
dan Kompetensi Auditor
Nadya Septia
Fitriany
(1) hasil penelitian
menunjukkan bahwa
29
Internal terhadap
Kualitas Audit pada
Inspektorat Kota
Bandung
terdapat pengaruh
signifikan antara
independensi terhadap
kualitas audit ,(2)
terdapat pengaruh
signifikan antara
kompetensi terhadap
kualitas audit, (3)
secara simultan
independensi dan
kompetensi auditor
nternal berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
2015 Pengaruh
Profesionalisme dan
Kompetensi Auditor
Internal terhadap
Kualitas Audit
Annur Maemunah
Muslim
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
(1) variasi nilai
profesionalisme
mampu menjelaskan
variasi kualitas audit,
(2) variasi nilai
kompetensi mampu
menjelaskan variasi
kualitas audit, (3)
profesionalisme dan
kompetensi auditor
internal memiliki
pengaruh signifikan
secara simultan
terhadap kualitas audit.
2015 Pengaruh
Profesionalisme Auditor
Internal terhadap
Kualitas Audit Internal
Dina Rahayu Profesionalisme auditor
internal berpengaruh
terhadap kualitas audit
internal
2.4 Hipotesis Penelitian
Secara singkat, paradigma penelitian yang dapat digambarkan sesuai
kerangka pemikiran diatas adalah sebagai berikut:
30
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran yang ditunjukan pada gambar sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan adalah:
Ha1 : Terdapat pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap
kualitas audit pada BUMN di kota Bandung.
Ha2 : Terdapat pengaruh independensi auditor internal terhadap
kualitas audit pada BUMN di kota Bandung.
Ha3 : Terdapat pengaruh profesionalisme dan independensi auditor
internal terhadap kualitas audit pada BUMN di kota Bandung.