TUGAS PENGGANTI UAS

BENTANG SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT JAWA

LAPORAN CATATAN LAPANGAN

“Masyarakat Suku Jawa Masa Kini

di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus”

DISUSUN OLEH :

NAMA : FAUZIA RAHMA ULINUCHA

NIM : 3401415041

SEMESTER : 1

ROMBEL : 1

MATA KULIAH : Bentang Sosial Budaya Masyarakat Jawa

DOSEN : Dra. Rini Iswari, M.Si dan Fajar, S.Pd

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015/2016

MASYARAKAT SUKU JAWA DI DESA BARONGAN

KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS

Masyarakat yang berada dan bertempat tinggal di desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ini sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat suku Jawa. Masyarakat di desa Barongan dulunya memang sangat kental akan kebudayaan dan tradisi-tradisi atau adat istiadat Jawa. Namun untuk sekarang kebudayaan dan tradisi-tradisi atau adat istiadat tersebut mulai luntur, walaupun tidak semuanya dan masih ada yang dipertahankan. Hal ini terjadi karena desa Barongan sendiri terletak di kecamatan kota, dimana merupakan pusat kotanya Kabupaten Kudus. Oleh karena itu, pengaruh dari luar pun sangat bebas masuk dengan proses yang bisa dibilang begitu cepat. Pengaruh yang masuk pun bisa mengarah kemana saja dan kepada siapa saja. Pengaruh yang masuk pun bisa positif maupun negatif. Pengaruh-pengaruh yang masuk tersebut bisa berupa dalam segi hal kehidupan masyarakatnya, kebudayaan, tradisi, kesenian, agama, mode pakaian, gaya rambut, perilaku anak muda, dan juga kulinernya.

Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus sekarang ini sebagian besar sudah mulai maju walaupun ada sebagian juga yang masih hidup layaknya kehidupan masyarakat Jawa pada zaman dahulu. Pada zaman sekarang ini jika dilihat dari segi mata pencahariaanya, masyarakat di desa Barongan bisa dibilang maju dan mapan, ada yang menjadi seorang guru, polisi, TNI, pedagang, buruh dan masih banyak lagi. Namun yang paling menonjol adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil), buruh, dan juga pedagang. Pegawai Negeri Sipil yaitu meliputi guru, polisi, TNI, maupun pegawai di pemerintah Kabupaten Kudus. Untuk buruh yaitu bisa meliputi buruh bangunan, harian, maupun buruh pabrik. Dan yang paling sering dijumpai adalah sebagai buruh pabrik. Hal ini terjadi karena di Kota Kudus sendiri terdapat banyak sekali pabrik rokok, diantaranya yaitu rokok Djarum dan Sukun. Dengan adanya pabrik rokok ini, Kota Kudus sendiri juga dijuluki sebagai “Kota Kretek”. Selain pabrik rokok, juga terdapat pabrik gula (Pabrik Gula Rendeng) dan juga pabrik kertas (PURA) yang juga menjadi salah satu lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Sedangkan untuk pedagang yaitu meliputi pedangan makanan, minuman, pakaian, dan masih banyak lagi. Untuk para pedagangnya, ada yang mempunyai toko sendiri, ada yang dengan gerobak, ada yang berdagang di pinggir jalan dan ada pula yang berdagang di pasar-pasar. Banyak yang menjadi pedagang juga dapat disebabkan karena desa Barongan sendiri terletak di kecamatan Kota, sehingga

selalu ramai lalu lalang masyarakat dari desa lainnya. Di sepanjang Jalan Sosrokartono itulah biasanya para pedagang berjualan. Dipilih tempat tersebut karena disitu juga terdapat pabrik rokok Djarum dan juga ada pasar. Setiap “budhalan” pabrik atau saat para buruh pabrik pulang, banyak dari mereka juga sekalian belanja atau sekedar membeli jajajan dari para pedagang di Jalan Sosrokartono tersebut. Dengan adanya pabrik rokok Djarum dan pasar tersebut tentunya sangat ramai dan sangat bisa memberikan keuntungan bagi para pedagang-pedagang di sana. Jadi untuk kehidupan masyarakat suku Jawa di desan Barongan ini sudah mulai maju dan berkembang cukup pesat. Walaupun masih diantara mereka yang kehidupannya masih sama pada zaman dahulu, misalnya berdagang makanan-makanan tradisional seperti pecel, gethuk, dan lain-lain.

Kebudayaan

Kebudayaan yang berada di desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tentunya tidak terhindar pula dari pengaruh dari luar. Hal ini juga disebabkan karena letak desa Barongan yang berada di pusat kota, sehingga proses masuk dan berkembangnya pengaruh dari luar juga begitu cepat dan pesat. Misalnya adalah dalam bentuk dan model rumah. Bentuk dan model rumah di desa Barongan pada zaman dahulu adalah joglo. Saat ini rumah-rumahnya masih ada sentuhan joglonya, namun sudah banyak di eksplor menjadi semacam rumah joglo yang modern.

a.

b.

c.

Foto a dan b merupakan foto rumah salah satu masyarakat suku Jawa di desa Barongan RT 04/RW 01 gang Jambu yang bernama bapak Mugiono. Sedangkan foto c merupakan foto rumah salah satu masyarakat suku Jawa di desa Barongan RT 04/RW 01 gang Jambu yang bernama mbak Titi. Bapak Mugiono dan Mbak Titi masih mempertahankan rumah joglo asli, rumah tersebut tidak banyak berubah dari semenjak mereka kecil, yang berubah ada pada lantainya yaitu sudah dipasang keramik sebagai lantainya. Dari foto tersebut terlihat bahwa, dimana unsur joglo masih terlihat kental dan asli. Namun bentuk rumah seperti

pada foto tersebut sekarang ini sulit dijumpai. Pada saat sekarang ini bentuk rumah masyarakat di desa Barongan banyak dijumpai masih ada unsur joglonya namun dikemas dalam bentuk yang lebih modern.

d.

e.

Foto d dan e merupakan contoh foto bentuk rumah salah satu masyarakat yang berada di desa Barongan RT 04/RW 01 Kecamatan Kota

Kabupaten Kudus yang bernama bapak Selamet Prihatin, S.Pd. Bapak Selamet Prihatin, S.Pd membuat rumahnya menjadi lebih modern, namun masih ada unsur joglonya. Pada foto tersebut terlihat bahwa, bentuk rumah masyarakat desa Barongan sekarang ini masih ada unsur joglonya, namun dengan kemasan yang lebih modern. Bentuk rumah seperti ini cukup banyak dijumpai di desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Tradisi dan Kesenian

Selain kehidupan masyarakat dan bentuk rumahnya, perkembangan juga terjadi pada tradisi-tadisi yang ada di desa Barongan. Salah satunya adalah tradisi “bukak luwur” yang diselenggarakan di setiap tanggal 15 Muharram. “Bukak luwur” itu berarti mengganti semacam kain putih penutup makam, yaitu di makamnya “mbah barong”, karena nama dari sesepuh itu pula desa tersebut dinamakan desa Barongan. Pada zaman dahulu tradisi bukak luwur ini berlangsung sakral dan sederhana. Pada saat dilakukan tradisi “bukak luwur” ini juga ditandai dengan adanya semacam pengajian penyembelihan hewan kerbau. Kerbau dipilih dan bukan sapi karena masyarakat Kudus dahulunya mayoritas adalah beragama Hindu dan sapi merupakan hewan yang sakral dan dianggap suci oleh umat Hindu. Sunan Kudus mengajarkan untuk sikap toleransi untuk tidak menyembelih hewan sapi sebagai tanda saling menghormati diantara kedua agama tersebut. Kerbau tersebut kemudian di masak secara bersama-sama oleh para ibu-ibu di desa Barongan tersebut. Daging kerbau tersebut biasanya dimasak menjadi empal, yang kemudian dibungkus dengan menggunakan daun jati bersama dengan nasinya. Nasi dan empal kerbau yang berbungkus daun jati tersebut nantinya akan dibagikan kepada warga sekitar yang mengikuti atau mendatangi tradisi “bukak luwur” tersebut. Penggantian kain putih penutup makam tersebut biasanya dilakukan pada saat tepat pukul 12 malam waktu Indonesia bagian barat. Namun pada zaman sekarang ini mulai berkembang dan ada sentuhan modern didalamnya, yaitu pada saat pengajian zaman sekarang ini ada semacam pertunjukan-pertunjukan seperti rebana. Musik rebana tersebut dikemas menjadi lebih modern dan menarik. Dan daerah makamnya yang dulunya adalah semacam hutan sekarang ini sudah banyak rumah penduduk disekitarnya dan juga di sekitar makam direnovasi dibuat menjadi semacam pendopo. Pada saat sekarang ini juga ada kirab budaya dalam rangka tradisi bukak luwur yaitu memperingati haul Mbah Kyai Barong. Nasi yang awalnya dibagikan di pendopo makam Mbah Kyai Barong, pada saat sekarang ini nasi tersebut juga ikut di arak dalam kirab budaya. Banyak warga berebutan mendapatkan nasi tersebut, karena masyarakat percaya bahwa nasi tersebut dapat mendapatkan berkah jika memakannya. Peserta kirab budaya adalah diikuti oleh semua lapisan masyarakat sedesa barongan, mulai dari anak-anak, remaja-remaja, pemuda-pemuda, maupun para perangkat desa, seperti

RT dan RW. Pada saat kirab tersebut, peserta di tata menjadi berbagai macam tokoh, salah satunya adalah ada yang didandani menjadi Sunan Kudus. Tari Kretek juga ikut serta dalam acara kirab budaya. Di dalam kirab tersebut juga terdapat macan putih raksasa hasil kreasi dari warga desa Barongan yang juga ikut diarak. Itulah tradisi yang berada di desa Barongan. Masyarakat Jawa di desa Barongan memang mengalami perubahan akibat dari pengaruh dari luar, namun masyarakat desa Barongan sendiri juga masih mempertahankan tradisi tersebut. Selain tradisi, di desa Barongan juga ada keseniannya, yaitu bernama “barongan”. Kesenian ini hampir sama dengan barongsai, namun pengiringnya adalah gamelan. Kesenian Barongan ini juga ikut andil dalam acara kirab budaya tersebut. Kesenian Barongan ini juga sebagai simbol dari nama desa, yaitu desa Barongan. Kesenian Barongan ini saat ini jarang ditemui, kecuali pada acara-acara tertentu seperti Kirab Budaya tersebut. Pada saat sekarang ini, Barongan itu sendiri, dapat dijumpai pada saat musim liburan, karena pada saat liburan ada anak-anak yang menggunakan barongan ini untuk mengisi liburannya sekaligus mencari uang, yaitu dengan mengamen. Tradisi dan kesenian di desa Barongan pada saat sekarang ini masih dipertahankan walaupun ada beberapa perubahan di dalamnya.

f.

Foto diatas merupakan foto yang diambil saat kegiatan kiab budaya dalam rangka haul Mbah Kyai Barong. Foto diatas adalah alat peraga yang digunakan dalam pertunjukan kesenian barongan. Dimana barongan itu sendiri merupakan simbol dari nama desa, yaitu desa Barongan.

g.

Foto diatas merupakan macan putih raksasa yang terdapat pada saat dilaksanakan kirab budaya dalam rangka haul Mbah Kyai Barong yaitu pada tradisi bukak luwur. Macan putih raksasa ini merupakan hasil kreasi dari warga desa Barongan.

Religi

Dari segi religi, menurut Seh Amongrogo di dalam buku Simbolisme dalam Budaya Jawa oleh Budiono Herusatoto dituliskan bahwa orang-orang Jawa pada waktu itu umumnya masih suka kepada hal-hal yang berbau mistik, meskipun telah mengerti dan mengamalkan ajaran agama Islam. Untuk masyarakat di desa Barongan juga demikian, misalnya saat ada bayi yang demam tidak langsung dibawa ke dokter namun di bawa ke semacam dukun bayi terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi tersebut “kesaru/kesawanen” atau tidak. Masyarakat desa Barongan sekarang ini juga masih ada yang mempercayai hal tersebut walaupun pada zaman sekarang ini pengetahuan masyarakat tentang religi di desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus sudah cukup kuat. Agama sebagian besar dari masyarakat desa Barongan adalah memeluk agama Islam. Di desa Barongan sendiri terdapat sebuah masjig yang terletak di pinggir jalan Sosrokartono dekat dengan “proliman” (sebuah simpangan yang ada 5 cabang) dekat persis juga dengan lampu lalu lintas. Masjid tersebut bernama Masjid Baitul Muttaqin. Beragam kegiatan keagamaan sering diadakan oleh pengurus masjid, seperti Maulud Nabi, Isro’ Mi’roj, takbiran keliling, penyembelihan hewan qurban, dan beragam kegiatan lainnya. Ragam kegiatan yang dilakukan berbeda dengan zaman dulu, misalnya yaitu pada saat takbir

keliling, pada zaman dahulu takbir keliling alat-alat yang digunakan yaitu berupa oncor (obor) yang biasanya terbuat dari bambu dan kain bekas. Kain bekas tersebut di ikatkan pada salah satu ujung bambu yang kemudian di beri minyak tanah dan selajutnya dibakar, sedangkan ujung bambu yang lainnya digunakan sebagai pegangan. Hal itu sngat berbeda dengan kegiatan takbir keliling yang dilakukan pada zaman sekarang ini. Pada zaman sekarang ini alat-alat yang digunakan bukan lagi oncor/obor melainkan adalah sebuah mobil bak terbuka dan diatasnya lengkap dengan sound system untuk menggemakan takbir. Mobil bak terbuka tersebut pun dihias dengan sedemikian menarik. Sedangkan para peserta takbir keliling yang berjalan lainnya membawa balon dengan berbagai bentuk yang menarik.

h.

Foto diatas merupakan foto saat kegiatan takbir keliling, dimana di dalam foto tersebut terlihat para peserta takbir keliling yang mayoritas adalah anak-anak yang sedang sibuk mempersiapkan untuk kegiatan takbir keliling. Persiapan tersebut berlangsung di halaman Masjid Baitul Muttaqin setelah sholat Isya’.

i.

Foto diatas merupakan foto tampak depan Masjid Baitul Muttaqin yang terletak di Jalan Sosrokartono desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

j.

Foto diatas merupakan foto bagian dari Masjid Baitul Muttaqin, diamana bagian ini merupakan tempat sholat untuk jama’ah wanita.

k.

Foto diatas merupakan foto bagian dari Masjid Baitul Muttaqin, dimana bagian ini berupa teras yang juga biasanya digunakan untuk tempat sholat jama’ah wanita.

Model Pakaian dan Gaya Rambut

Untuk model pakaian dan gaya rambut sekarang ini masyarakat di desa Barongan juga tidak lepas dari pengaruh dari luar. Sekarang ini perempuan yang berada di desa Barongan sudah banyak sekali pengaruhnya dari luar. Terutama para remaja, yang mengenakan pakaian dengan berbagai macam model. Namun ada juga yang masih mengenakan kebaya dan jarik, yang masih menggunakan pakaian semacam ini kebanyakan adalah orang-orang yang sudah “sepuh” dalam arti orang yang sudah tua dan memasuki usia lanjut. Untuk laki-lakinya pun juga demikian, kebanyakan dari mereka masih menggunakan kaos oblong, namun kaos oblong yang dipakainya pada zaman sekarang ini sudah lebih modern dengan variasi warna yang begitu bermacam. Berbeda dengan zaman dahulu kaos oblongnya kebanyakan adalah hanya berwarna putih saja. Sedangkan untuk gaya rambut, para perempuan di desa Barongan sudah mulai banyak yang mengenakan jilbab. Namun ada juga yang masih menggelung rambutnya, kebanyakan dari mereka yang masih menggelung rambutnya, sama halnya dengan model pakaian yaitu orang-orang yang sudah “sepuh”. Untuk gaya rambut laki-laki di desa Barongan sekarang ini banyak sekali pengaruhnya dari luar, banyak diantara mereka yang membuat modelnya rambutnya seperti artis-artis ataupun pesepak bola dari dalam maupun luar negeri, yang membuat model rambutnya semacam ini adalah kebanyakan para pemuda-pemuda.

Perilaku Anak Muda

Untuk perilaku anak mudanya pada zaman sekarang ini sangat berbeda dengan perilaku anak muda pada zaman dahulu. Banyak sekali dijumpai remaja yang masih duduk dibangku sekolah mempunyai kebiasaan yang sangat buruk, yaitu merokok. Selain itu banyak pula diantara mereka yang menggunakan kendaraan, padahal mereka tidak mempunyai SIM dan juga pastinya belum cukup umur.

Kuliner

Untuk kulinernya di desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang paling terkenal yaitu Jenang Mubarok di Toko Sinar 33. Dimana Jenang Mubarok ini terletak di Jalan Sunan Muria No.33 Kudus. Jenang Mubarok ini merupakan salah satu yang paling terkenal di masyarakat, tidak hanya di Kota Kudus, namun juga hingga kancah internasional, seperti halnya di Malaysia, Hongkong, Singapura, Arab Saudi maupun di beberapa negara lainnya. Pada awal mulanya Jenang Mubarok ini didirikan oleh pasangan suami istri yakni bapak H. mabruri dan Ibu Hj. Alawiyah di desa Kaliputu dan hanya pada mulanya pula jenang yang dibuatya hanya ada satu varian rasa saja, belum ada varian rasa yang

beraneka ragam. Dan sekarang ini dilanjutkan oleh generasi beikutnya. Seiring dengan perkembangan zaman pula kemudian terciptalah beberapa variasi jenang yang beraneka rasa, yaitu rasa mocca, durian, anggur, cappuccino, strawberry dan susu. Bukan hanya varian rasa saja yang berkembang, namun juga dari cara panyajian dan pengemasannya, semuanya dikemas secara menarik dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, yaitu dari dan kemasan tersebut juga tersedia dengan berbagai ukuran, yaitu kecil, sedang, maupun besar. Untuk macam kemasannya ada yang dalam bentuk kemasan sachet, deluxe, edisi lebaran, edisi bali, kotak biasa atau slop, tas hingga kemasan kardus.

l.

m.

Foto i dan j merupakan foto Toko Sinar 33 yang terletak di Jalan Sunan Muria no.33 Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Dimana di toko teresbutlah dijual Jenang Mubarok.

Kesimpulan

Masyarakat dii desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus pada masa sekarang ini umumnya telah mengalami perubahan-perubahan menjadi lebih modern. Hal ini terjadi karena desa Barongan itu sendiri terletak di pusat Kota Kudus, sehingga pengaruh dari luar pun bebas masuk dan prosesnya pun sangat cepat. Namun masyarakat di desa Barongan tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang ada, walaupun sekarang dikemas menjadi lebih modern.

DAFTAR PUSTAKA

Hasil observasi dan pengamatan di desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Herusatoto, Budiono.2003.Simbolisme Dalam Budaya Jawa.Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.