73
53 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang (cross-sectional). Desain cross-sectional adalah desain penelitian epidemiologi yang tidak memiliki dimensi waktu. Pengukuran terhadap seluruh variabel yang diteliti hanya dilakukan satu kali, pada waktu yang sama (Sastroasmoro dan Ismael, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis asosiasi kadar kadmium dalam air sumur dengan tekanan darah masyarakat Desa Namo Bintang. Penelitian cross-sectional dilakukan untuk melihat asosiasi pajanan ( exposure) dengan penyakit (disease of interest) yang diukur dalam periode waktu yang singkat dan dapat digunakan untuk melihat besaran masalah dan tingkat risiko pada suatu kelompok. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih karena dianggap sebagai kawasan dengan kualitas air tanah/sumur yang memiliki potensi besar tercemar kadmium dari air lindi yang berasal dari TPA. Studi yang dilakukan sebelumnya oleh Ashar dan Santi (2011) membuktikan bahwa air sumur dari jarak 94 m 971 m dari TPA yang berjumlah 60 sumur, seluruhnya memiliki kandungan kadmium melebihi 0,005 mg/l dengan kadar terendah adalah 0,0187 mg/l dan tertinggi 0,1957 mg/l serta Universitas Sumatera Utara

repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

53

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong

lintang (cross-sectional). Desain cross-sectional adalah desain penelitian

epidemiologi yang tidak memiliki dimensi waktu. Pengukuran terhadap seluruh

variabel yang diteliti hanya dilakukan satu kali, pada waktu yang sama (Sastroasmoro

dan Ismael, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis asosiasi kadar

kadmium dalam air sumur dengan tekanan darah masyarakat Desa Namo Bintang.

Penelitian cross-sectional dilakukan untuk melihat asosiasi pajanan (exposure)

dengan penyakit (disease of interest) yang diukur dalam periode waktu yang singkat

dan dapat digunakan untuk melihat besaran masalah dan tingkat risiko pada suatu

kelompok.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih karena dianggap sebagai

kawasan dengan kualitas air tanah/sumur yang memiliki potensi besar tercemar

kadmium dari air lindi yang berasal dari TPA. Studi yang dilakukan sebelumnya oleh

Ashar dan Santi (2011) membuktikan bahwa air sumur dari jarak 94 m – 971 m dari

TPA yang berjumlah 60 sumur, seluruhnya memiliki kandungan kadmium melebihi

0,005 mg/l dengan kadar terendah adalah 0,0187 mg/l dan tertinggi 0,1957 mg/l serta

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

54

rerata 0,02 mg/l, dalam hal ini telah melebihi nilai ambang batas yang dipersyaratkan

dalam Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air

bersih. Waktu penelitian dari penyusunan proposal, pengumpulan data di lapangan,

analisis data hingga penyusunan laporan hasil penelitian dilaksanakan sejak bulan

Mei hingga Juli 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Namo Bintang

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Kota Medan Tahun 2016 dengan

jumlah 6708 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi masyarakat yang

terpilih melalui kriteria yang telah ditentukan.

1. Besar Sampel Penelitian

Besaran sampel minimal yang harus diambil dalam penelitian ini dihitung

berdasarkan ukuran sampel untuk uji hipotesis beda 2 rata-rata (Lemeshow, 1997).

Untuk menentukan besar sampel uji hipotesis beda 2 rata-rata menggunakan formula

besar sampel sebagai berikut:

n =

dimana,

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

55

N : besar sampel yang dibutuhkan

Z1-α/2 : Nilai z pada derajat kepercayaan 1-α/2 yang digunakan adalah 5% = 1,96

Z1-β : Nilai z pada kekuatan uji (power) 1-β yang digunakan adalah 90%

μ1

μ2

:

:

Kelompok masyarakat yang konsumsi air sumur yang mengandung Cd

rendah dan rata-rata kadmium dalam urin

Kelompok masyarakat yang konsumsi air sumur yang mengandung Cd

tinggi dan rata-rata kadmium dalam urin

Pada umumnya nilai σ2 tidak diketahui, sehingga σ

2 umumnya diperkirakan dari

varians gabungan:

Sp2

=

Dimana,

S12 : Standar deviasi pada kelompok 1, dan

S22 : Standar deviasi pada kelompok 2

Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel dari Beberapa Variabel

No. Variabel μ1 μ2 Jumlah Sumber μ

1. Jenis kelamin 0,24 0,0325 40 Chaumnot,

2013

2. Kadmium di air

sumur

0,0268 0,052 88 Shuaibu,

2014

3. Merokok 0,111 0,138 86 Chaumont,

2013

4. Umur 0.217 0.313 42 Chaumont,

2013

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

56

Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel dari persamaan (3.1) maka

didapatkan jumlah sampel sebesar 88 responden. Untuk menanggulangi kemungkinan

adanya sampel yang tidak memenuhi kriteria inklusi, maka jumlah sampel ditambah

10% dari total sampel. Jadi, total sampel minimal adalah 96 responden.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dipilih secara stratified random sampling dengan menentukan kriteria

sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan air sumur di lokasi penelitian sebagai sumber utama untuk

keperluan air minum dan memasak. Air sumur yang dimaksud adalah air

sumur yang terus menerus dan aktif digunakan untuk keperluan air minum

dan memasak. Air sumur dalam penelitian ini juga tidak diolah dengan

perlakuan kimia.

b. Telah bermukim di lokasi penelitian minimal 7 tahun. Penentuan lama

bermukim ini sesuai dengan waktu paruh eliminasi kadmium dari dalam tubuh

yaitu selama 7 – 16 tahun (Nordberg et al., 2007).

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

d. Laki-laki dan perempuan yang berusia 18 tahun atau lebih.

2. Kriteria eksklusi

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tidak menggunakan air sumur sebagai sumber air minum.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

57

b. Wanita pada masa menstruasi, menyusui atau hamil.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah seluruh variabel penelitian yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap responden

yang terpilih untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan terperinci serta

melakukan pemeriksaan tekanan darah dan uji laboratorium terhadap air sumur yang

digunakan oleh responden untuk mengetahui kadar kadmiumnya.

Pengambilan sampel air sumur diambil pada kedalaman 20 cm di bawah

permukaan air sumur lalu sampel tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik yang

tidak berwarna. Setelah itu ditambahkan asam nitrat sampai pH ≤ 2 untuk

mengawetkan sampel, selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium untuk dianalisa

(Standar Nasional Indonesia, 2009).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari profil Puskesmas Kecamatan Pancur Batu.

Cara memperoleh data dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan

data selengkapnya tercantum dalam Tabel 3.2.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

58

Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data

Variabel Cara memperoleh data Instrumen Usia Wawancara Kuesioner Jenis kelamin Wawancara Kuesioner Pekerjaan Wawancara Kuesioner Status gizi Mengukur tinggi badan

dan berat badan Timbangan berat badan (bathroom scale) dengan tigkat ketelitian 1 kg dan pengukur tinggi badan (microtoise) dengan tingkat ketelitian 1 cm

Kebiasaan merokok Wawancara Kuesioner Kadar kadmium

pada air sumur

Mengukur kadar kadmium

dari sampel air sumur milik

responden

Atomic Absorbance

Spectrophotometer (AAS)

Jumlah asupan air Wawancara Kuesioner

Durasi Pajanan Wawancara Kuesioner

Tekanan darah Mengukur tekanan darah

responden saat

tenang/istirahat dalam posisi

tidur sebanyak 2 (dua) kali

dengan interval 5 menit.

Diambil nilai rata-rata hasil

pengukuran

Tensimeter merek Omron

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

a. Variabel dependen adalah tekanan darah.

b. Variabel independen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi, kebiasaan

merokok, hipertensi, kadar kadmium pada air sumur, jumlah asupan air, dan

durasi pajanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

59

3.5.2 Definisi Operasional

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dependen

Definisi Operasional

Skala Ukur Hasil ukur

Usia Lama hidup responden yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir

Ordinal 0. < 43 tahun 1. > 43 tahun

Jenis Kelamin Jenis seks genital responden

Nominal 0. Laki-laki 1. Perempuan

Pekerjaan Jenis aktivitas rutin yang dilakukan responden untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

Ordinal 0. Tidak Beresiko 1. Berisiko

Status gizi Status gizi responden ditentukan dengan cara menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan dan dimasukkan dalam formula berat badan (kg) dibagi tinggi badan (cm

2)

Ordinal 0. Tidak Obesitas 1. Obesitas

Kebiasaan merokok

Kebiasaan sehari-hari responden dalam bentuk menghisap rokok

Ordinal 0. Tidak 1. Ya

Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole yang diukur dengan menggunakan alat ukur : Tensoval dengan Satuan : mmHg

Ordinal 0. Normal 1. Hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

60

Tabel 3.3 (Lanjutan)

Variabel Dependen

Definisi Operasional

Skala Ukur Hasil ukur

Kadar kadmium dalam air sumur

Kadar kadmium yang terukur dari hasil pemeriksaan sampel air sumur menggunakan AAS

Ordinal 0. < 0,005μg/l 1. > 0,005μg/l

Jumlah asupan air Jumlah air yang dikonsumsi responden yang berasal dari air sumur dari rumah yang ditinggali responden yang dihitung dalam liter/hari

Ordinal 0. < 2 Liter/hari 1. > 2 Liter/hari

Durasi Pajanan Banyaknya waktu dalam tahun responden mengkonsumsi air yang berasal dari air sumur

Ordinal 0. < 19 Tahun 1. > 19 Tahun

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Kadmium Air Sumur

Pemeriksaan laboratorium kadar kadmium pada air sumur menggunakan

prosedur pengukuran kadmium sesuai dengan metode Standar Nasional Indonesia

tahun 2009 yang telah mengacu pada metode standar internasional yaitu Standard

Methods for the Examination of Water and Wastewater 21 th Edition (2005), sebagai

berikut :

3.6.1.1 Ruang Lingkup

Metode ini digunakan untuk penentuan logam kadmium total dan terlarut

dalam air dan air limbah secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala pada

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

61

kisaran kadar Cd 0,05 mg/l sampai dengan 2 mgl/l dengan panjang gelombang 228,8

nm.

3.6.1.2 Prinsip

Analit logam kadmium dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk

atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda

dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.

3.6.1.3 Bahan

a. Air bebas mineral.

b. Asam nitrat (HNO₃) pekat p.a.

c. Logam kadmium (Cd) dengan kemurnian minimum 99,5%.

d. Gas asetilen (C₂H₂) HP dengan tekanan minimum 100 psi.

e. Larutan pengencer HNO₃ 0,05M.

f. Larutkan 3,5 mL HNO₃ pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam

gelas piala.

g. Larutan pencuci HNO₃ 5% (v/v).

h. Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral ke

dalam gelas.

i. Udara tekan HP atau udara tekan dari kompresor.

3.6.1.4 Peralatan

a. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) nyala.

b. Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp / HCL) cadmium.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

62

c. Gelas piala 100 mL dan 250 mL.

d. Pipet volumetrik 10,0 mL dan 50,0 mL.

e. Labu ukur 50,0 mL; 100,0 mL; dan 1000,0 mL.

f. Erlenmeyer 100 mL.

g. Corong Gelas.

h. Kaca arloji.

i. Pemanas listrik.

j. Seperangkat alat saring vakum.

k. Saringan membran dengan ukuran pori 0,45 µm.

l. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001g.

m. Labu semprot.

3.6.1.5 Pengawetan Contoh Uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan sesuai petunjuk di

bawah ini.

Wadah : Botol plastik (polyethylene) atau botol gelas.

Pengawet : Untuk logam total, asamkan dengan HNO₃ hingga pH <2.

Lama Penyimpanan : 6 bulan

Kondisi penyimpanan : Suhu Ruang

3.6.1.6 Persiapan Pengujian

Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45

µm.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

63

3.6.1.7 Persiapan contoh uji kadmium total

Siapkan contoh uji untuk pengujian kadmium total, dengan tahapan sebagai

berikut.

a. Homogenkan contoh uji, pipet 50 mL contoh uji dan masukkan ke dalam gelas

piala 100 mL atau erlenmeyer 100 mL.

b. Tambahkan 5 mL asam nitrat pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan

kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup.

c. Panaskan di pemanas listrik secara perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL

sampai dengan 20 mL.

d. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL asam

nitrat pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup erlenmeyer

dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara

berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam

contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih.

e. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasnya ke dalam gelas piala.

f. Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila perlu) dan

tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.

g. Contoh uji siap diukur serapannya.

3.6.1.8 Pembuatan larutan induk logam kadmium, Cd 100 mg Cd/L

a. Timbang ± 0,100 g logam kadmium, masukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.

Tambahkan 4 mL asam nitrat pekat sampai larut ( ≈ 100 mg Cd/L ).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

64

b. Tambahkan 8 mL asam nitrat pekat dan air bebas mineral hingga tepat tanda tera

dan homogenkan.

c. Hitung kadar kadmium berdasarkan hasil penimbangan.

3.6.1.9 Pembuatan larutan baku logam kadmium, Cd 10 mg Cd/L

a. Pipet 10 mL larutan induk 100 mg Cd/L, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.

b. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan.

3.6.1.10 Pembuatan larutan kerja logam kadmium (Cd)

a. Pipet 0,0 mL; 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 5 mL; 10 mL dan 20 mL larutan baku

kadmium, Cd 10 mg/L masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL.

b. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar

logam besi 0,0 mg/L; 0,05 mg/L; 0,5 mg/L; 0,1 mg/L; dan 0,2 mg/L.

3.6.1.11 Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi

a. Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk

pengukuran kadmium.

Catatan 1: salah satu cara optimasi alat dengan uji sensitivitas.

Catatan 2: tambahkan matrix modifier dan atau atasi gangguan pengukuran

sesuai dengan SSA yang digunakan.

b. Aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan hingga

nol.

c. Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nyala, lalu ukur serapannya

pada panjang gelombang 228,8 nm, kemudian catat.

d. Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

65

e. Buat kurva kalibrasi dari data pada butir c diatas, dan tentukan persamaan garis

lurusnya.

f. Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi

langkah pada butir b sampai dengan c hingga diperoleh nilai koefisien r ≥ 0,995.

g. Uji kadar kadmium dengan mengaspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala dan

ukur serapannya pada panjang gelombang 228,8 nm. Bila diperlukan, lakukan

pengenceran.

h. Catat hasil pengukuran.

3.6.1.12 Cara Uji

Uji kadar kadmium dengan tahapan sebagai berikut.

a. Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA nyala dan ukur serapannya pada panjang

gelombang 228,8 nm. Bila diperlukan, lakukan pengenceran.

b. Catat hasil pengukuran.

3.6.1.13 Perhitungan kadar logam kadmium

Kadar logam kadmium dihitung sebagai berikut:

Cd (mg/L) = C x fp

Keterangan:

C adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/L);

fp adalah faktor pengenceran.

3.6.2 Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah adalah suatu kekuatan darah yang menekan dinding pembuluh

darah diukur dalam satuan mmHg dengan alat ukur tensi meter (normal : sistole 90-

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

66

140 mmHg, diastole 60-90 mmHg) yang diukur sebanyak 2 kali untuk melihat

perubahan tekanan darah dengan kategori 1 : Tetap, 2 : Tidak Tetap (Berubah).

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan Tensimeter yaitu alat

untuk mengukur tekanan darah. Adapun cara penggunaanya adalah:

1. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali dengan tenggang waktu sekitar 5 menit.

2. Siapkan lembar data hasil pemeriksaan.

3. Siapkan alat pengukuran tekanan darah yaitu Tensimeter.

4. Pasang manset, letakkan manset ± 2,5 cm diatas arteri tersebut dan bagian tengah

bladder dipasang diatas arteri tersebut, pasang manset melingkari lengan atas

tersebut dan kaitkan ujungnya.

5. Tutup katup dengan mengunci sampai rapat, lalu tekan tombol START untuk

memulai pengukuran.

6. Setelah hasil ditampilkan pada layar, tekan tombol STOP lalu buka manset dari

lengan responden.

7. Catat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada responden (Yuni, 2010).

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing, coding, processing,

cleaning dan tabulating.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

67

a. Editing adalah tahapan kegiatan memeriksa validitas data yang masuk seperti

memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, relevansi

jawaban, dan keseragaman pengukuran.

b. Coding adalah tahapan kegiatan mengklasifikasi data dan jawaban menurut

kategori masing-masing sehingga memudahkan dalam pengelompokan data.

c. Processing adalah tahapan kegiatan memproses data agar dapat dianalisis.

Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry (memasukkan) data hasil

pengisian kuesioner ke dalam master tabel atau database komputer.

d. Cleaning yaitu tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry

dan melakukan koreksi jika terdapat kesalahan.

e. Tabulating merupakan tahapan kegiatan pengorganisasian data sedemikian rupa

agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan

dianalisis.

3.7.2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh informasi tentang masing-

masing variabel baik variabel dependen dan independen. Variabel yang bersifat

kategorik yaitu: usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok, jumlah asupan

air, durasi pajanan, sumber air bersih dideskripsikan menggunakan distribusi

frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi, sedangkan untuk variabel yang

bersifat numerik yaitu: kadar kadmium dalam air sumur dan tekanan darah disajikan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

68

menggunakan ukuran rerata, simpangan baku, minimum, maksimum dan Interval

Kepercayaan 95%.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau

perbedaan antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Untuk mengetahui normalitas distribusi data digunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Penelitian ini menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan kadmium yang

terdapat pada air sumur terhadap tekanan darah masyarakat.

Signifikansi hubungan atau perbedaan rerata berdasarkan pada nilai alpa 5%,

bila p < 0,05 maka dikatakan signifikan dan sebaliknya bila p ≥ 0,05 berarti tidak

signifikan.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan semua variabel pajanan

dan faktor risiko terhadap outcome atau penyakit pada populasi yang diteliti. Pada

analisis ini dapat dibedakan dan diidentifikasi apakah variabel pajanan menjadi faktor

utama dalam menimbulkan resiko kesehatan pada masyarakat di sekitar TPA sampah

atau disebabkan oleh faktor risiko lain yang lebih berpengaruh seperti faktor individu.

Analisis yang digunakan adalah linier regresi ganda.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

69

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum TPA Namo Bintang

TPA Namo Bintang merupakan salah satu areal tempat pembuangan akhir

sampah sebahagian Kota Medan dan daerah di sekitarnya yang terletak di ujung

sebelah Timur dusun II Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten

Deli Serdang. Luas dari TPA Namo Bintang adalah ± 16,8 km2. Sejak dioperasikan

pemakaiannya pada tanggal 5 Juli 1987 oleh Dinas Kebersihan Kota Medan dengan

volume sampah 3.180 m3 per hari dan kegiatan pengelolaan dari pukul 08.00 – 17.00

WIB setiap harinya, mengakibatkan lokasi TPA Namo Bintang telah menjadi

perbukitan yang dipenuhi oleh sampah.

Saat ini, areal penampungan sampah melayani 4 (empat) wilayah sumber

asal sampah, yaitu:

1. Wilayah I, meliputi Kecamatan Medan Kota, Medan Area, Medan Amplas, dan

Medan Johor.

2. Wilayah II, meliputi Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan

Denai dan Medan Tembung.

3. Wilayah III, meliputi Kecamatan Medan Petisah, Medan Barat, Medan Sunggal

dan Medan Helvetia.

4. Wialayah IV, meliputi Kecamatan Medan Polonia, Medan Baru, Medan

Selayang dan Medan Tuntungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

70

Jarak lokasi TPA Namo Bintang dari pusat Kota Medan sekitar 15 km dan

jarak dengan permukiman penduduk sekitarnya berkisar 500 m. Untuk

mempermudah pendistribusian sampah, jalan menuju ke lokasi TPA dibuat menjadi 3

(tiga) jalur, dimana jalur satu dan dua digunakan untuk truk yang masuk sedangkan

jalur tiga digunakan untuk truk yang keluar. Kondisi dan situasi TPA Namo Bintang

dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Kondisi dan Situasi TPA Namo Bintang Tahun 2010

No Uraian Data

1. Lokasi:

- Desa

- Kecamatan

- Kabupaten

Namo Bintang

Pancur Batu

Deli Serdang

2. Luas 16,8 km2

3. Pemilikan Lahan/ Pengelola Dinas Kebersihan Kota Medan

4. Jarak Lahan

- Pemukiman

- Sungai

- Pantai

- Pusat Kota

500 m

5 km (sungai Tuntungan)

15 km (Belawan)

15 km

5. Kondisi Tanah

- Asal

- Lapisan Dasar

Tanah Liat

-

6. Pengoperasian 5 Juli 1987

7. Sistem Pemusnahan Open Dumping

8. Fasilitas Penunjang

- Truk

- Incenerator

- Compousting

108 buah

Ada (rusak)

Ada (rusak)

Sumber: Data Dinas Kebersihan Kota Medan 2010

Sistem pembuangan sampah di TPA Namo Bintang dilakukan secara open

dumping (sistem terbuka), dimana truk sampah membuang sampah pada zona yang

sudah ditentukan, kemudian diatur penempatannya oleh alat berat (bulldozer).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

71

Sampah secara mekanis dibuang, ditumpuk, ditimbun, diratakan, dipadatkan, dan

dibiarkan membusuk serta mengurai sendiri secara alami di TPA. Sebagian lain

dibakar secara langsung di tempat dengan atau tanpa menggunakan fasilitas

incinerator/tungku pembakaran karena incinerator di TPA Namo Bintang sedang

dalam keadaan rusak.

Berdasarkan profil TPA Namo Bintang Tahun 2010, ketinggian timbunan

sampah bervariasi ± 5-13 m dari lantai kantor operasional dengan tinggi timbunan

sampah maksimum di dekat jalan operasional. Hampir seluruh areal TPA sudah

tertimbun sampah kecuali areal TPA di bagian terendah sekitar 1Ha yang masih

berupa rawa dan kolam galian tanah.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Medan No.

658.1/317.K/III/2013 menetapkan bahwa sejak tanggal 19 Februari 2013, TPA Namo

Bintang ditutup. Dengan ditutupnya TPA maka setiap orang atau badan dilarang

membuang sampah di loksi tersebut. Dasar penetapan SK adalah dikeluarkannya

Undang-Undang No. 18 tahun 2008 yang melarang pengoperasian TPA secara open

dumping karena dianggap dapat mengancam kesehatan masyarakat. Di samping itu,

luas lahan TPA dianggap sudah tidak mampu/memadai lagi untuk menampung

buangan produksi sampah penduduk kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

72

Gambar 4.1 Peta Lokasi TPA Namo Bintang, Titik Pengambilan Sampel

Air Sumur

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

73

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

Informasi mengenai gambaran karakteristik individu meliputi usia, jenis

kelamin, pekerjaan, status gizi dan kebiasaan merokok. Data jarak dari usia dan IMT

berdistribusi normal, sehingga data numerik diubah menjadi kategorik untuk analisis

selanjutnya melalui cut off point menggunakan rerata. Untuk kelompok usia

mayoritas responden berusia > 43 Tahun sebanyak 52,1 persen. Untuk jenis kelamin

mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 69,8 persen. Untuk

pekerjaan responden mayoritas bekerja tidak berisiko terpapar kadmium sebanyak

90,6 persen, untuk status gizi responden mayoritas memiliki gizi tidak obesitas

sebanyak 92,7 persen dan untuk kebiasaan merokok mayoritas responden tidak

merokok sebanyak 59,4 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Variabel n %

1. Usia Responden

< 43 Tahun 56 58,3

> 43 Tahun 40 41,7

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 29 30,2

Perempuan 67 69,8

3. Pekerjaan

Tidak Berisiko Terpapar Kadmium 87 90,6

Berisiko Terpapar Kadmium 9 9,4

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

74

Tabel 4.2 (Lanjutan)

No Variabel n %

4. Status Gizi

Tidak obesitas 89 92,7

Obesitas 7 7,3

5. Kebiasaan Merokok

Tidak 57 59,4

Ya 39 40,6

Total 96 100,0

4.2.2. Paparan Kadmium dari Penggunaan Air Sumur

Informasi mengenai gambaran paparan kadmium dari penggunaan air sumur

yang terdiri dari jumlah asupan air sumur, durasi pajanan dan kandungan cadmium air

sumur. Dalam penelitian ini diperoleh data berdisitribusi normal sehingga data

numerik diubah menjadi kategorik untuk analisis selanjutnya melalui cut off point

menggunakan rerata.

Jumlah asupan air sumur yang di konsumsi responden per hari dengan rentang

antara 1 sampai 3,5 liter per hari dengan rata-rata 1,99 atau 2 liter per hari setelah

dikategorikan diketahui bahwa jumlah asupan air sumur yang dikonsumsi responden

mayoritas kurang atau sama dengan 2 Liter/hari sebanyak 67,7 persen. Untuk durasi

pajanan responden dengan air sumur dengan rentang antara 7 sampai 64 tahun dengan

nilai rata-rata responden mengalami pajanan dengan air sumur selama 18,92 atau 19

tahun setelah dikategorikan diketahui bahwa durasi pajanan mayoritas kurang atau

sama dengan 19 tahun sebanyak 65,6 persen. Untuk kadar kadmium dalam air sumur

dengan rentang 0,0017 sampai 0,0196 μg/l, dengan rata-rata kadar kadmium dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

75

air sumur sebesar 0,0079 μg/l. Berpatokan pada nilai Permenkes no.416 tahun 1990

untuk Cd dalam air sumur tidak boleh melebihi 0,005 mg/l, maka distribusi

kandungan Cd dalam air sumur masyarakat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kandungan Cd kurang atau sama dengan 0,005 mg/l dan kandungan Cd dalam air

sumur lebih dari 0,005 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kandungan

kadmium dalam air sumur responden mayoritas dengan kandungan Cd lebih dari

0,005 mg/l adalah sebesar 65,5 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Paparan Kadmium dari Penggunaan Air Sumur

No Variabel Mean SD Min Max n (%)

1. Jumlah Asupan Air Sumur 1,99 0,56 1 3,5

< 2 Liter/hari

> 2 Liter/hari

65 (87,7)

31 (32,3)

2. Durasi Pajanan 19,08 12,60 7 64

< 19 Tahun

> 19 Tahun

63 (65,6)

33 (34,4)

3. Kadmium air sumur 0,0079 0,0047 0,0017 0,0196

< 0,005μg/l > 0,005μg/l

33 (34,4)

63 (65,6)

4.2.3. Tekanan Darah

Untuk tekanan darah responden mayoritas belum pernah melakukan

pemeriksaan tekanan darah sebelumnya. Adapun hasil pengukuan tekanan darah

sistolik responden dengan rentang antara 96 sampa 240 mmHg dengan rata-rata 134

sedangkan tekanan darah diastolik dengan rentang antara 58 sampai 130 mmHg.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

76

Berdasarkan kategori tekanan darah diketahui bahwa mayoritas dengan tekanan darah

normal yaitu sebanyak 62,5 persen. dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden

No Variabel Mean SD Min Max n (%)

1. Tekanan Darah Sistolik 134,00 22,44 96 240

2. Tekanan Darah Diastolik 83,63 12,81 58 130

Normal

Hipertensi

60 (62,5)

36 (37,5)

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1. Uji Chi Square

4.3.1.1.Hubungan Karakteristik Individu dengan Tekanan Darah Masyarakat di

Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan analisis bivariat karakteristik individu dengan tekanan darah

yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi dan kebiasaan merokok

hanya variabel usia yang memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia kurang dari 43 tahun terdapat 71,4

persen dengan tekanan darah normal dan 28,6 persen dengan hipertensi. Sedangkan

usia diatas 43 tahun terdapat 50,0 persen dengan tekanan darah normal dan 50,0

persen dengan hipertensi. Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact dibuktikan

ada hubungan yang bermakna antara usia dengan tekanan darah (p=0,05; PR= 0,571)

dengan CI [(0,341-0,959)] ini menunjukkan bahwa responden dengan usia > 43 tahun

memiliki peluang terkena hipertensi (0,571 kali lebih besar) dibandingkan responden

dengan usia < 43 tahun. Untuk selang kepercayaan didapat [(0,341-0,959)] nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

77

prevalen rate <1 sehingga menunjukkan bahwa usia sebagai faktor risiko kejadian

hipertensi pada taraf kepercayaan 95%. Variable ini berkandidat diikut sertakan

dalam uji Regresi Logistik Ganda (p < 0,25).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki terdapat 55,2

persen dengan tekanan darah normal dan 44,8 persen dengan hipertensi. Sedangkan

perempuan terdapat 65,7 persen dengan tekanan darah normal dan 34,3 persen

dengan hipertensi. Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact dibhuktikan tidak

ada hubungan yang bermakna antara usia dengan tekanan darah (p=0,364; PR=

1,306) dengan CI [(0,775-2,201)] ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis

kelamin laki-laki memiliki peluang terkena hipertensi (1,306 kali lebih besar)

dibandingkan responden dengan jenis kelamin perempuan usia. Untuk selang

kepercayaan didapat [(0,775-2,201)] nilai prevalen rate <1 sehingga menunjukkan

bahwa jenis kelamin sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pada taraf kepercayaan

95%. Variable ini tidak berkandidat diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda

(p > 0,25)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan yang tidak berisiko terpapar

cadmium terdapat 64,4 persen dengan tekanan darah normal dan 35,6 persen dengan

hipertensi. Sedangkan pekerjaan yang berisiko terpapar cadmium terdapat 44,4 persen

dengan tekanan darah normal dan 55,6 persen dengan hipertensi. Hasil analisis

statistik dengan uji Fisher’s Exact dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna

antara pekerjaan dengan tekanan darah (p=0,29; PR= 0,641) dengan CI [(0,335-

1,227)] ini menunjukkan bahwa responden dengan pekerjaan yang berisiko terpapar

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

78

kadmium memiliki peluang terkena hipertensi (0,641 kali lebih besar) dibandingkan

responden dengan pekerjaan yang tidak terpapar kadmium. Untuk selang kepercayaan

didapat [(0,335-1,227)] nilai prevalen rate <1 sehingga menunjukkan bahwa

pekerjaan sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pada taraf kepercayaan 95%.

Variable ini tidak berkandidat diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p >

0,25).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan status gizi tidak

obesitas terdapat 64,0 persen dengan tekanan darah normal dan 36,0 persen dengan

hipertensi. Sedangkan responden dengan status gizi obesitas terdapat 42,9 persen

dengan tekanan darah normal dan 57,1 persen dengan hipertensi. Hasil analisis

statistik dengan uji Fisher’s Exact dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna

antara status gizi dengan tekanan darah (p=0,42; PR= 0,629) dengan CI [(0,313-

1,266)] ini menunjukkan bahwa responden dengan statusgizi obesitas memiliki

peluang terkena hipertensi (0,629 kali lebih besar) dibandingkan responden dengan

status gizi tidak obesitas. Untuk selang kepercayaan didapat [(0,313-1,266)] nilai

prevalen rate <1 sehingga menunjukkan bahwa status gizi sebagai faktor risiko

kejadian hipertensi pada taraf kepercayaan 95%. Variable ini tidak berkandidat diikut

sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p > 0,25).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kebiasaan tidak

merokok terdapat 63,2 persen dengan tekanan darah normal dan 36,8 persen dengan

hipertensi. Sedangkan responden dengan kebiasaan merokok terdapat 61,5 persen

dengan tekanan darah normal dan 38,5 persen dengan hipertensi. Hasil analisis

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

79

statistik dengan uji Fisher’s Exact dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna

antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah (p=1,00; PR= 0,958) dengan CI

[(0,588-1,615)] ini menunjukkan bahwa responden dengan kebiasaan merokok

berisiko memiliki peluang terkena hipertensi (0,958 kali lebih besar) dibandingkan

responden dengan kebiasaan tidak merokok. Untuk selang kepercayaan didapat

[(0,588-1,615)] nilai prevalen rate <1 sehingga menunjukkan bahwa kebiasaan

merokok sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pada taraf kepercayaan 95%.

Variable ini tidak berkandidat diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p >

0,25). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut :

Tabel 4.5. Analisis Hubungan Karakteristik Individu (Usia, Jenis Kelamin,

Pekerjaan, Status Gizi dan Kebiasaan Merokok) dengan Tekanan Darah Pada

Masyarakat di Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

Variable Tekanan Darah PR

(95%

CI)

Nilai

p Normal Hipertensi Jumlah

N % N % n %

Usia

< 43 Tahun

> 43 Tahun

40

20

71,4

50,0

16

20

28,6

50,0

56

40

100,0

100,0

0,571

(0,341-

0,959)

0,05

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

16

44

55,2

65,7

13

23

44,8

34,3

29

67

100,0

100,0

1,306

(0,776-

2,201)

0,36

Pekerjaan

Tidak berisiko

Berisiko

58

4

64,4

44,4

31

5

35,6

55,8

87

9

100,0

100,0

0,641

(0,335-

1,227)

0,29

Status Gizi

Tidak obesitas

Obesitas

57

3

64,0

42,9

32

4

36,0

57,1

89

7

100,0

100,0

0,629

(0,313-

1,266)

0,42

Kebiasaan

Merokok

Tidak

Ya

36

24

63,2

61,5

21

15

36,8

38,5

57

39

100,0

100,0

0,958

(0,568-

1,615)

1,00

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

80

4.3.1.2.Hubungan Paparan Kadmium Pada Air Sumur dengan Tekanan Darah

Masyarakat di Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan analisis bivariat paparan kadmium air sumur dengan tekanan

darah yang terdiri dari jumlah asupan air minum, durasi pajanan, dan kadmium dalam

air sumur hanya variabel jumlah asupan air minum yang memiliki hubungan yang

bermakna dengan tekanan darah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan jumlah asupan air

minum < 2 Liter/hari terdapat 70,8 persen dengan tekanan darah normal dan 29,2

persen dengan hipertensi. Sedangkan responden dengan jumlah asupan air minum > 2

Liter/hari terdapat 45,2 persen dengan tekanan darah normal dan 54,8 persen dengan

hipertensi. Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact dibuktikan ada hubungan

yang bermakna antara jumlah asupan air minum dengan tekanan darah (p=0,02; PR=

0,533) dengan CI [(0,325-0,875)] ini menunjukkan bahwa responden dengan dengan

jumlah asupan air minum > 2 Liter/hari memiliki peluang terkena hipertensi (0,533

kali lebih besar) dibandingkan responden dengan jumlah asupan air minum < 2

Liter/hari. Untuk selang kepercayaan didapat [(0,325-0,875)] nilai prevalen rate <1

sehingga menunjukkan bahwa jumlah asupan air minum sebagai faktor risiko

kejadian hipertensi pada taraf kepercayaan 95%. Variabel ini berkandidat diikut

sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda (p < 0,25).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi pajanan < 19 Tahun terdapat 63,5

persen dengan tekanan darah normal dan 36,5 persen dengan hipertensi. Sedangkan

durasi pajanan > 19 Tahun terdapat 60,6 persen dengan tekanan darah normal dan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

81

39,4 persen dengan hipertensi. Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact

dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna antara durasi pajanan dengan tekanan

darah (p=0,83; PR= 0,927) dengan CI [(0,543-1,581)] ini menunjukkan bahwa

responden dengan durasi pajanan > 19 Tahun memiliki peluang terkena hipertensi

(0,927 kali lebih besar) dibandingkan responden dengan durasi pajanan < 19 Tahun.

Untuk selang kepercayaan didapat [(0,543-1,581)] nilai prevalen rate <1 sehingga

menunjukkan bahwa durasi pajanan sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pada

taraf kepercayaan 95%. Variable ini tidak berkandidat diikut sertakan dalam uji

Regresi Logistik Ganda (p > 0,25)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadmium air sumur < 0,005 mg/l

terdapat 60,6 persen dengan tekanan darah normal dan 39,4 persen dengan hipertensi.

Sedangkan kadar cadmium air sumur > 0,005 mg/l terdapat 63,5 persen dengan

tekanan darah normal dan 36,5 persen dengan hipertensi. Hasil analisis statistik

dengan uji Fisher’s Exact dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna antara

cadmium dalam air sumur dengan tekanan darah (p=0,83; PR= 1,079) dengan CI

[(0,633-1,841)] ini menunjukkan bahwa responden dengan cadmium dalam air sumur

> 0,005 mg/l memiliki peluang terkena hipertensi (1,079 kali lebih besar)

dibandingkan responden dengan cadmium dalam air sumur < 0,005 mg/l. Untuk

selang kepercayaan didapat [(0,633-1,841)] nilai prevalen rate <1 sehingga

menunjukkan bahwa cadmium dalam air sumur sebagai faktor risiko kejadian

hipertensi pada taraf kepercayaan 95%. Variable ini tidak berkandidat diikut sertakan

dalam uji Regresi Logistik Ganda (p > 0,25). Dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

82

Tabel 4.6. Analisis Hubungan Kadar Kadmium (Jumlah Asupan Air Minum,

Durasi Pajanan dan Kadmium Air Sumur) dengan Tekanan Darah Pada

Masyarakat di Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

Variable Tekanan darah PR

(95%

CI)

Nilai

p Normal Hipertensi Jumlah

n % N % n %

Jumlah Asupan

Air Minum

< 2 Liter/hari

> 2 Liter/hari

46

14

70,8

45,2

19

31

29,2

54,8

65

31

100,0

100,0

0,533

(0,325-

0,875)

0,02

Durasi Pajanan

< 19 Tahun

> 19 Tahun

40

20

63,5

60,6

23

13

36,5

34,4

63

33

100,0

100,0

0,927

(0,543-

1,581)

0,83

Kadmium Air

Sumur

< 0,005 mg/

> 0,005 mg/l

20

40

60,6

63,5

13

23

39,4

36,5

33

63

100,0

100,0

1,079

(0,633-

1,841)

0,83

4.3.2. Uji Korelasi

Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen

dengan satu variabel dependen maka digunakanlah analisis statistik bivariat. Pada

penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi, sebelum masuk ke

analisis bivariat apabila data berjenis metrik/ numerik maka terlebih dahulu di

lakukan uji asumsi normalitas data masing-masing variabel independen dan

dependen. Asumsi normalitas dikatakan jika nilai p > 0,05.

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data

No Variabel Df P Keterangan

1. Usia 96 0,161 Data Berdistribusi Normal

2 Jenis Kelamin 96 0,001 Data Tidak Berdistribusi Normal

3. Pekerjaan 96 0,001 Data Tidak Berdistribusi Normal

4. Status Gizi 96 0,026 Data Tidak Berdistribusi Normal

5. Kebiasaan Merokok 96 0,001 Data Tidak Berdistribusi Normal

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

83

Tabel 4.7 (Lanjutan)

No Variabel Df P Keterangan

6. Jumlah Asupan Air Sumur 96 0,001 Data Tidak Berdistribusi Normal

7. Durasi Pajanan 96 0,001 Data Tidak Berdistribusi Normal

8. Kadmium air sumur 96 0,001 Data Tidak Berdistribusi Normal

9. Tekanan Darah Sistolik 96 0,004 Data Tidak Berdistribusi Normal

10. Tekanan Darah Diastolik 96 0,001 Data Tidak Berdistribusi Normal

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel hanya variabel usia

ang berdistribusi normal karena memiliki nilai p 0,161 (p> 0,05) maka analisis

univariat menggunakan uji linier dikatakan berhubungan jika memiliki nilai p > 0,05.

Sedangkan variabel jenis kelamin, pekerjaan status gizi, kebiasaan merokok, jumlah

asupan air sumur, durasi pajanan, kadmium dalam air dan tekanan darah sistolik

maupun diastolik tidak berdistribusi normal karena memiliki nilai p < 0,05, sehingga

untuk analisis bivariat menggunakan korelasi Spearman dengan tingkat kepercayaan

95%. Dikatakan ada hubungan antara variabel dependen dengan independen apabila

nilai p < 0,005. Adapun hasil uji korelasi seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8. Hasil Uji Linier dan Uji Korelasi dengan Tekanan Darah Sistolik

No Variabel N Linier P

1 Usia 96 1,420 0,118

No Variabel n Spearman P

2 Jenis Kelamin 96 0,037 0,718

3 Pekerjaan 96 0,097 0,348

4 Status Gizi 96 0,138 0,181

5 Kebiasaan Merokok 96 0,070 0,495

1. Jumlah Asupan Air Sumur 96 0,229 0,025

2. Durasi Pajanan 96 0,130 0,206

3. Kadmium air sumur 96 0,013 0,902

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

84

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa variabel usia memiliki nilai

p (0,118) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara usia dengan

tekanan darah sistolik, jenis kelamin memiliki nilai p (0,718) > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan tekanan darah sistolik,

pekerjaan memiliki nilai p (0,348) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan pekerjaan dengan tekanan darah sistolik, status gizi memiliki nilai p

(0,181) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan status gizi dengan

tekanan darah sistolik, kebiasaan merokok memiliki nilai p (0,495) > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah

sistolik, jumlah asupan air sumur memiliki nilai p(0,025) < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara jumlah asupan air sumur dengan tekanan

darah sistolik. Untuk variabel durasi pajanan memiliki nilai p(0,206) > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara durasi pajanan terhadap tekanan

darah sistolik. Untuk variabel kadmium air sumur memiliki nilai p(0,902) > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Kadmium air sumur

terhadap tekanan darah sistolik.

Tabel 4.9. Hasil Uji Linier dan Uji Korelasi dengan Tekanan Darah Diastolik

No Variabel n Linier P

1 Usia 96 1,283 0,195

No Variabel n Spearman P

2 Jenis Kelamin 96 0,083 0,420

3 Pekerjaan 96 0,109 0,290

4 Status Gizi 96 0,061 0,553

5 Kebiasaan Merokok 96 0,052 0,614

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

85

Tabel 4.9 (Lanjutan)

No Variabel n

Pearson

Correlation P

6. Jumlah Asupan Air Sumur 96 0,271 0,008

7. Durasi Pajanan 96 0,058 0,574

8. Kadmium air sumur 96 0,088 0,392

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa variabel usia memiliki nilai

p (0,195) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara usia dengan

tekanan darah diastolik, jenis kelamin memiliki nilai p (0,420) > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan tekanan darah diastolik,

pekerjaan memiliki nilai p (0,290) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan pekerjaan dengan tekanan darah diastolik, status gizi memiliki nilai p

(0,553) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan status gizi dengan

tekanan darah diastolik, kebiasaan merokok memiliki nilai p (0,614) > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah

diastolik, jumlah asupan air sumur memiliki nilai p(0,008) < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara jumlah asupan air sumur dengan tekanan

darah diastolik. Untuk variabel durasi pajanan memiliki nilai p(0,574) > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara durasi pajanan

terhadap tekanan darah diastolik. Untuk variabel kadmium air sumur memiliki nilai

p(0,392) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

Kadmium air sumur terhadap tekanan darah diastolik.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

86

Tahap selanjutnya sebelum dilakukan analisis multivariat adalah seleksi

bivariat dengan syarat apabila nilai p <0,25 dapat masuk dalam uji multivariat,

berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa untuk analisis multivariat faktor yang

lebih berhubungan dengan tekanan darah sistolik variabel usia, status gizi, jumlah

asupan air sumur, durasi pajanan bisa masuk kedalam analisis multivariat. Sedangkan

untuk analisis multivariat faktor yang lebih berhubungan dengan tekanan darah

diastolik usia dan jumlah asupan air sumur yang bisa masuk kedalam analisis

multivariat.

4.4. Analisis Multivariat

4.4.1. Uji Regresi Linear Berganda

Analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi linear berganda untuk

menentukan model persamaan untuk mengestimasikan tekanan darah sistolik

berdasarkan variabel usia dan jumlah asupan air sumur. Adapun hasil model terakhir

yang terbentuk dari uji regresi linear berganda dengan metode stepwise dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Model Terakhir Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Tekanan Darah

Sistolik

Variabel B T Sig

Constant 91,823 9,294 0,001

Usia 0,494 3,067 0,003

Jumlah Asupan Air Sumur 10,627 2,810 0,006

R square 0,172

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

87

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat model persamaan regresi linear berganda

yang terbentuk sebagai berikut :

Tekanan Darah = 91.82 + 0,494 (Usia) + 10,62 (Jumlah Asupan Air Sumur)

Persamaan regresi linier berganda diatas dapat diartikan sebagai berikut, pada

usia yang berisiko yaitu jika usia bertambah 1 tahun maka akan meningkatkan

tekanan darah sistolik sebesar 0,49mmHg dan dengan penambahan 1 liter jumlah

asupan air sumur maka akan meningkatkan tekanan darah sebesar 10,62 mmHg.

Tabel 4.11. Model Terakhir Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Tekanan Darah

Distolik

Variabel B T Sig

Constant 71,129 15,238 0,001

Jumlah Asupan Air Sumur 6,274 2,781 0,007

R-Square 0,076

Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat nilai determinan regresi sebesar dan 0,076

yang berarti bahwa model yang terbentuk dapat menjelaskan tekanan darah

berdasarkan variabel jumlah asupan air sumur sebesar 7,6%. Adapun model

persamaan regresi linear berganda yang terbentuk sebagai berikut :

Tekanan Darah = 71.13 + 6,27 (Jumlah Asupan Air Sumur)

Persamaan regresi linier berganda diatas dapat diartikan bahwa jika dengan

penambahan 1 liter jumlah asupan air sumur maka akan meningkatkan tekanan darah

diastolik sebesar 6,27 mmHg.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

88

4.4.2. Uji Regresi Logistik Berganda

Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variable independen yaitu

karakteristik individu dan paparan kadar kadmium pada air sumur yang lebih

berhubungan dengan tekanan darah. Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini

adalah Uji Regresi Logistik yaitu mencari variable yang dominan berhubungan

dengan tekanan darah. Berdasarkan uji bivariat, maka didapat 2 (dua) variable saja

yang dapat diikutsertakan dalam analisis multivariate menggunakan uji regresi

logistic berganda dengan metode Backward Stepwise (Wald) (p<25), yaitu variable

usia dan jumlah asupan air minum sebagaimana terlihat pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 Model Terakhir Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda

Variabel B S.E P value Exp (B) 95% Exp (B)

Usia 0,977 0,451 0,030 2,658 1,098-6,431

Jumlah Asupan Air

Sumur 1,136 0,468

0,015

3,114 1,244-7,793

Constant -1,337 0,362 0,001 0,263

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa analisis uji regresi logistik berganda

menghasilkan variable yang mempunyai hubungan yang paling dominan dengan

tekanan darah di Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang yaitu variable usia dan

jumlah asupan air sumur. Jika dilihat nilai PR hasil uji regresi linear logistic berganda

diketahui variable jumlah asupan air sumur memiliki PR 3,114 [(95% CI = 1,244-

7,793)], hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah asupan air sumur merupakan

variabel yang paling kuat hubungannya dengan tekanan darah di Desa Namo Bintang

Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

89

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Hasil Pemeriksaan Kadmium Air Sumur

Regulasi di Indonesia mengatur bahwa kandungannya dalam air bersih

sesuai dengan Permenkes No 416 tahun 1990 tidak boleh melebihi 0,005 mg/l

atau 5 μg/l. Dalam Permenkes No 492 tahun 2010 tentang “Persyaratan Kualitas

Air Minum” disebutkan kandungan tertinggi kadmium di dalam air minum adalah

0,003 mg/l atau 3 μg/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan kadmium

tertinggi yang terdeteksi dari sumur milik warga di sekitar TPA adalah 19,6 μg/l

dan kadar terendah 1,7 μg/l dengan demikian terdapat masyarakat yang terpapar

pada kadar kadmium dalam air sumur yang melebihi nilai baku mutu air bersih

dan melewati baku mutu air minum.

Di tahun 2008, Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Pengelolaan

Lingkungan Hidup Energi dan Sumber Daya Mineral (sekarang telah berganti

nama menjadi Badan Lingkungan Hidup) menemukan kelima sumur pantau yang

berada dalam radius 300 meter dari TPA mempunyai kandungan kadmium yang

melebihi kadar maksimum (0,005 mg/l) dengan kisaran 0,011 mg/l sampai 0,026

mg/l (Dinas Kebersihan, 2008). Berikutnya di tahun 2011, Nainggolan

membuktikan bahwa 30 sumur milik warga yang tinggal dalam radius kurang dari

200 m dari TPA juga memiliki kandungan kadmium pada kisaran kadar antara

0,213 – 0,531 mg/l atau 42,6 – 106,2 kali lebih tinggi dari baku mutu. Hal yang

sama juga ditunjukkan oleh studi yang dilakukan oleh Ashar dan Santi (2011)

yang melaporkan 60 sumur milik warga di sekitar TPA memiliki kandungan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

90

kadmium dengan rerata 0,02 mg/l atau empat kali lebih tinggi dari baku mutu.

Bila dibandingkan dengan studi-studi sebelumnya di lokasi yang sama, maka

penelitian ini menunjukkan kandungan kadmium yang lebih rendah dengan

kisaran kadmium antara 0,0017 sampai 0,0196 μg/l. Namun lebih tinggi dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ashar (2015) melaporkan kandungan kadmium

dengan kisaran kadmium antara 0,00069 μg/l sampai 0,0156 μg/l.

Adanya variasi musim dapat memengaruhi kandungan logam berat dalam

air tanah. Pengambilan sampel air sumur dalam studi ini dilakukan pada bulan Juli

2016. Berdasarkan data dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika) (2016) diketahui bahwa pada bulan Juli termasuk pada musim

kemarau. Pada musim kemarau tingginya evaporasi mengakibatkan pengaruh

pada penurunan produksi air lindi dan aktifitas mikroba. Sebaliknya, pada musim

hujan banyak terjadi presipitasi. Hal ini akan menaikkan kelembaban kandungan

air lindi dan menyebabkan peningkatan fermentasi anaerob bahan-bahan organik.

Proses penguraian pada musim hujan akan lebih cepat dibandingkan musim

kemarau. Oleh sebab itu, musim hujan akan membantu aktifitas mikroba

menghasilkan lebih banyak air lindi dan penguraian bahan organik dibandingkan

musim panas dan kering (Ifeanychukwu, 2008).

Kandungan Cd yang terdapat pada air sumur yang digunaan untuk minum

masih dalam batas aman, walaupun demikian sebaiknya dalam mengkonsumsi air

minum tetap perlu diperhatikan, karena meskipun kadar logam yang terdapat

dalam air minum kecil ada kemungkinan terjadi penumpukan logam dan

menyebabkan efek toksik pada manusia yang mengkonsumsi air minum tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 39: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

91

dalam jangka waktu yang lama. Menurut Nordberg et al, dalam Widowati (2008)

logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan

tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses

ekskresi.

Kandungan Cd yang diabsorpsi oleh tubuh manusia melalui makanan,

akan ditransformasikan dalam darah yang berikatan dengan sel darah merah yang

memilki protein berat molekul rendah, yaitu metalotionin (MT) yang memilki

berat molekul 6000, banyak mengandung sulfhidril, dan dapat mengikat 11%

kadmium dan seng. Metalotionin (MT) memiliki daya ikat yang sama terhadap

beberapa jenis logam berat sehingga kandungan logam berat bebas dalam jaringan

berkurang. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium disebabkan oleh

interaksi antara kadmium dan protein tersebut sehingga memunculkan hambatan

terhadap aktivitas kerja enzim. Metalotionin merupakan protein yang sangat peka

dan akurat sebagai indikator pencemaran. Setelah Cd memasuki darah, Cd

didistribusikan dengan cepat ke seluruh tubuh. Pengikat oksigen dalam jaringan

bisa menyebabkan lebih tingginya kadar Cd dalam jaringan tersebut. Kadmium

memilki afinitas yang kuat terhadap hati dan ginjal (Widowati, 2008).

Logam kadmium (Cd) juga akan mengalami proses biotransformasi dan

bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Logam ini

masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi. Dalam tubuh biota

perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan

dengan adanya proses biomagnifikasi di badan perairan. Disamping itu, tingkatan

biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd yang

Universitas Sumatera Utara

Page 40: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

92

terakumulasi. Di mana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan

akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level merupakan

tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah

melebihi nilai ambang mutu maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan

mengalami kematian dan bahkan kemusnahan (Palar, 2008). Demikian pula

halnya, jika manusia mengonsumsi air minum dari sumur yang telah

terkontaminasi Cd akan mengalami proses bioakumulasi pada hati dan ginjal,

kemudian akan menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh atau cacat tubuh

(Darmono, 1995).

Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa kadmium tidak dapat lagi

ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium dalam tubuh. Efek kronis dapat

dikelompokkan menjadi lima kelompok salah satunya adalah terhadap darah dan

jantung. Apabila Cd masuk ke dalam tubuh maka sebagian besar akan terkumpul

di dalam ginjal, hati dan sebagian yang dikeluarkan melalui saluran pencernaan.

Kadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung

maupun tidak langsung lewat ginjal, sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan

darah (Palar, 2008).

Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi dosis kecil dalam

waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan

kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu gejala

proteinuria, glikosuria, dan aminoasidiuria disertai dengan penurunan laju filtrasi

glomerulus ginjal serta dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan

hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

93

Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap

Kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan

kadium. Efek kronis kadmium dapat pula menimbulkan anemia karena CdO.

Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium yang tinggi

dalam darah dengan rendahnya hemoglobin.

5.2. Tekanan Darah Masyarakat di Desa Namo Bintang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tekanan darah responden

mayoritas dengan tekanan darah normal yaitu sebanyak 62,5 persen. Eum dkk

(2008) mengamati adanya hubungan dosis respon antara kadar kadmium urin dan

hipertensi. Dari seluruh subjek dalam studi yang menggunakan warga Korea

sebagai respondennya terdapat 26,2% yang mempunyai hipertensi. Dari populasi

tersebut, kadar kadmium dalam darah adalah 1,67 μg/L, dan risiko terjadinya

hipertensi adalah 1,51. Hubungan yang signifikan juga ditemukan antara kadar

kadmium dalam darah dan tekanan darah dalam sebuah penelitian di Amerika

Serikat (AS).

Berbagai mekanisme telah diajukan untuk menjelaskan peran kadmium

dalam memudahkan terjadinya aterosklerosis. Pertama, kadmium adalah kation

divalen yang terikat ke kelompok sulphydryl yang mengandung enzim, yang

secara tidak langsung dapat meningkatkan pembentukan oksigen reaktif dan

mengganggu respon anti stres oksidatif oleh pengikatan metalotionein. Kedua,

kadmium dapat menghambat siklus sel dengan mengganggu jalur sinyal sel dan

menginduksi bentuk atipikal apoptosis yang melibatkan ruptur endotel membran

sel plasma, dengan aktivasi makrofag. Ketiga, kadmium dapat sebagian berperan

Universitas Sumatera Utara

Page 42: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

94

pada terbentuknya aterosklerosis melalui mekanisme vasopresor seperti peran

vasokonstriktor, penghambatan substansi vasodilator seperti oksida nitrit, atau

aktivasi sistem saraf simpatis. Di ginjal, kadmium dapat menginduksi retensi

garam dan peningkatan volume, yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi.

Kadmium yang telah diketahui menyebabkan kerusakan ginjal di tempat kerja,

berkontribusi pada hipertensi sistemik dan aterosklerosis karena kadmium

menyebabkan kerusakan di ginjal, yang merupakan organ penting dalam

pengaturan tekanan darah (Satarug et al. 2010).

5.3. Hubungan Karakteristik Masyarakat yang Mengkonsumsi Air yang

Mengandung Kadmium dengan Tekanan Darah

5.3.1. Hubungan Usia dengan Tekanan Darah

Dalam studi ini, kelompok usia mayoritas responden berusia > 43 Tahun

sebanyak 58,3 persen. Kemudian hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact

dibuktikan ada hubungan yang bermakna antara usia dengan tekanan darah.

Menggunakan uji linier usia juga memiliki hubungan dengan tekanan darah baik

sistolik maupun diastolik. Berdasarkan uji multivariat diketahui bahwa usia

sebagai salah satu faktor dominan menyebabkan hipertensi dimana setiap

bertambahnya 1 tahun usia responden menyebabkan kenaikan tekanan darah

sebesar 0,5 mmHg.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia memiliki hubungan terhadap

kejadian hipertensi yang dialami oleh responden, dimana semakin bertambahnya

usia atau semakin tua responden maka akan semakin berisiko terkena hipertensi.

Dalam penelitian ini seluruh responden merupakan orang-orang yang

Universitas Sumatera Utara

Page 43: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

95

mengkonsumsi air sumur yang telah diperiksa mengandung kadmium.

Berdasarkan hal tersebut dengan Kejadian hipertensi yang dialami oleh responden

yang berusia diatas 43 tahun juga akan semakin parah apabila responden tersebut

juga terpapar oleh kadmium. Penelitan Harvey et al (2009) menyatakan bahwa

pengaruh akumulasi Cd menunjukkan peningkatan Cd dalam darah (B-Cd) pada

umur 30-45 tahun. Hal ini dikarenakan orang yang lebih tua mempunyai

konsentrasi B-Cd lebih tinggi dibanding orang dewasa. Satarung (2002)

melaporkan bahwa akumulasi kadmium di ginjal akan meningkat sesuai

pertambahan usia, tidak mengalami peningkatan sampai usia 50 tahun. Asupan

kadmium melalui diet sekitar 25-30 μg per hari pada kelompok usia 41-50 tahun

akan memberikan peningkatan kadar kadmium dalam tubuh sampai 18 mg

Teori ini sesuai dengan pendapat Nordberg (1992) yang menyatakan

bahwa konsentrasi B-Cd pada umumnya lebih rendah pada anak-anak dibanding

orang dewasa, yakni <0.1- 0.5 μg/L. Hal ini dikarenakan sifat logam Cd yang

terakumulasi akan menimbulkan dampak kesehatan setelah 10-30 tahun (ATSDR,

1999). Kaitan usia dengan tekanan darah menurut Dhianningtyas & Hendrati,

(2006), Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang berusia diatas 40

tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda.

Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada

20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena

orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola makan

dan pola hidup yang kurang sehat seperti merokok

Universitas Sumatera Utara

Page 44: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

96

Berdasarkan teori tersebut peneliti berasumsi bahwa usia berhubungan

dengan tekanan darah yaitu responden yang usianya lebih tua dan mengkonsumsi

air sumur yang mengandung kadmium maka akan berisiko mengalami

peningkatan Cd dalam darahnya dan ginjal sehingga mengakibatkan terjadinya

disfungsi ginjal dan jantung dan pada akhirnya memengaruhi fungsi jantung

dalam memompa darah yang mengakibatkan hipertensi.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Vita (2004) tekanan darah akan

cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan

meningkat sejalan dengan peningkatan usia., sedangkan diastolic akan meningkat

sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Berdasarkan referensi

tersebut dapat diketahui umur responden dalam penelitian ini masih dalam

keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah atau dapat

diasumsikan peningkatan dan penurunan tekanan darah sesuai berdasarkan usia

masing-masing masyarakat sebagai responden.

5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tekanan Darah

Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact dan uji korelasi

dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

tekanan darah. Dalam studi ini, Untuk jenis kelamin mayoritas responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 69,8 persen. Pada penelitian ini karakteristik

individu berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak jika dibandingkan

dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan peneliti mendatangi rumah-rumah warga

pada waktu siang hingga sore dan pada saat demikian paling banyak dijumpai

wanita, sedangkan populasi pria sebagian besar sedang bekerja. Cara pengukuran

Universitas Sumatera Utara

Page 45: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

97

jenis kelamin dilakukan dengan metode wawancara dan alat ukur yang digunakan

adalah kuesioner.

Kaitan jenis kelamin dengan kadar kadmium dan tekanan darah secara

teori, perempuan mempunyai konsentrasi B-Cd lebih tinggi dibanding laki-laki

(Hansen and Abbott, 2009). Beberapa studi menunjukkan bahwa kandungan

kadmium urin perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Studi-studi tersebut

membuktikan bahwa kandungan besi yang rendah dapat meningkatkan absorbsi

kadmium dari saluran cerna melalui makanan. Hal ini merupakan penyebab

tingginya kandungan kadmium pada perempuan. Penurunan kandungan besi pada

perempuan terjadi pada saat menstruasi, kehamilan, kurang gizi, dan saat

menyusui (Adnan, 2012). Penyebab hipertensi sekunder sudah diketahui dengan

pasti yaitu karena gangguan pada hormon pengatur tekanan darah, fungsi ginjal

yang terganggu dan penggunaan pil kontrasepsi. Beberapa faktor lain juga dapat

menjadi pemicu terjadinya hipertensi yaitu kurang gerak badan, obesitas atau

kelebihan berat badan, konsumsi garam yang berlebihan, merokok dan minuman

keras (Tirtawinata, 2006). Penelitian ini tidak mengikutsertakan perempuan yang

menjadi responden tersebut sedang dalam masa menstruasi, kehamilan, penyakit

keganasan dan penyakit ginjal. Oleh sebab itu, peneliti berasumsi bahwa sebagian

besar responden perempuan tidak sedang mengalami penurunan kandungan besi

sehingga absorbsi kadmium dari saluran cerna melalui makanan juga rendah

sehingga tidak berisiko mengalami gangguan tekanan darah.

Kaitan jenis kelamin dengan tekanan darah berdasarkan hasil penelitian

dapat diketahui bahwa kebanyakan responden dalam penelitian ini berjenis

Universitas Sumatera Utara

Page 46: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

98

kelamin perempuan, pria pada umumnya lebih mudah terserang hipertensi

dibandingkan dengan wanita. Hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak

mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti stress, kelelahan

dan makan tidak terkontrol, biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko

terkena hipertensi setelah masa menopause sekitar 45 tahun. (Purwati, Salimar,

Rahay, 1997)

Menurut Sigalingging (2011) rata-rata perempuan akan mengalami

peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia

diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis (Anggraini dkk,

2009).

Ellison (1989) telah membuktikan bahwa pelepasan oksida nitrit lebih

banyak terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Oksida nitrit dapat disebut

sebagai faktor pelindung karena gangguan sintesis oksida nitrit akan

mengakibatkan terjadinya hipertensi dan kerusakan ginjal. Verhagen et al (2000)

menyatakan bahwa oksida nitrit bukan saja merupakan vasodilator tapi juga dapat

mencegah terjadinya agregasi trombosit, adhesi leukosit, proliferasi otot polos

vaskuler dan mengendalikan permeabilitas endotel, proses-proses yang sangat

penting dalam patogenesis aterosklerosis dan glomerulosclerosis.

Faktor-faktor lain juga dapat memengaruhi toksisitas kadmium (Nath et

al., 1984). Uptake dan metabolisme kadmium dapat dipengaruhi oleh keberadaan

Universitas Sumatera Utara

Page 47: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

99

beberapa logam diantaranya zink, besi, kalsium, dan tembaga. Konsumsi protein

juga dapat memengaruhi uptake kadmium. Defisiensi vitamin C dan D, piridoxin,

dan tiamin juga dikaitkan dengan peningkatan absorpsi atau akumulasi kadmium.

Penyakit kronik seperti hipertensi dan diabetes telah diketahui dapat

meningkatkan risiko kerusakan ginjal, kemungkinan meski dalam kadar subklinik

dapat meningkatkan ekskresi protein setelah pajanan kadmium (Mueller, 1993).

5.3.3. Hubungan Pekerjaan dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerjaan responden

mayoritas bekerja tidak berisiko terpapar kadmium sebanyak 90,6 persen. Hasil

analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact dan uji korelasi dibuktikan tidak ada

hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan tekanan darah

Sebagian besar responden adalah wanita sebagai ibu rumah tangga.

Manusia dapat terpapar pada kadmium selain di tempat kerja adalah di lingkungan

pemukiman, khususnya melalui konsumsi makanan dan air minum yang

terkontaminasi kadmium seperti beras dan gandum yang dipanen dari tanah yang

tercemar kadmium. Pekerja-pekerja industri yang tinggal di daerah yang tercemar

kadmium harus melakukan pemantauan karena mereka dapat terpapar adanya

tambahan kadmium melaui konsumsi beras yang terkontaminasi kadmium dan

jenis makanan lainnya. Jin et al. (2004) membandingkan tingkat kerusakan ginjal

di antara para pekerja peleburan besi yang tinggal di daerah yang tercemar

kadmium (group kombinasi) dengan warga yang tidak pernah bekerja terpapar

kadmium namun tinggal di daerah yang sama (group area). Prevalensi kerusakan

ginjal terlihat lebih tinggi pada group kombinasi daripada group area. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 48: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

100

membuktikan bahwa pajanan di tempat kerja dan di pemukiman tercemar

kadmium mengakibatkan lebih tingginya prevalensi disfungsi ginjal. Berdasarkan

pendapat tersebut peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden merupakan

ibu rumah tangga yang tidak berisiko terpapar kadmium di tempat kerja sehingga

tidak berisiko mengalami disfungsi ginjal dan gangguan tekanan darah.

Bertolak belakang dengan hasil penelitian ini secara teori, pajanan Cd

melalui asupan makanan lebih berisiko terhadap wanita yang bekerja sebagai ibu

rumah tangga. Hal tersebut dikarenakan pada ibu rumah tangga memiliki

frekuensi terpajan yang lebih besar (Purnomo and Purwana, 2008) dibandingkan

dengan wanita dan laki laki yang bekerja aktif di luar rumah. Hal ini juga tidak

sejalan dengan penelitian Kartikawati (2008) yang menyatakan bahwa frekuensi

hipertensi pada masyarakat pesisir lebih banyak dialami oleh wanita yang bekerja

sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian

Masengi et al (2013) yang menyatakan bahwa pekerjaan memiliki hubungan yang

signifikan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat pesisir dikarenakan ibu

rumah tangga atau yang tidak atif berkerja di luar rumah memiliki asupan yang

tinggi dibandingkan dengan yang bekerja aktif di luar rumah.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah dimana sebagian

besar responden adalah wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang tidak

memiliki frekuensi pajanan kadmium di tempat kerja yang terpapar oleh kadmium

dibandingkan dengan wanita atau laki-laki yang aktif bekerja yang

Universitas Sumatera Utara

Page 49: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

101

memungkinkan terkena paparan cadmium di tempat kerja sehingga tidak berisiko

mengalami gangguan ginjal dan hipertensi.

5.3.4. Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah

Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s Exact dan uji korelasi

dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tekanan

darah hal ini mungkin disebabkan karena mayoritas responden memiliki status

gizi tidak obesitas atau normal sebanyak 92,7 persen sehingga tidak berisiko

mengalami peningkatan kadmium dalam tubuh dan tidak berisiko mengalami

hioertensi.

Sebuah studi cross-sectional menunjukkan prevalensi albuminuria

meningkat dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT). Penelitian yang lain

membuktikan bahwa IMT yang lebih tinggi mengindakasikan adanya albuminuria

pada seseorang. Korelasi yang signfikan antara IMT dan laju ekskresi albuminuria

juga dilaporkan pada laki-laki dengan diabetes tipe II (Metcalf et al., 1992).

Obesitas merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit. Khususnya, obesitas

berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan albuminuria. Orang-orang

dengan obesitas telah diketahui akan mengalami protenuria berat dan sindrom

glomerulosklerosis segmental. Karakteristik temuan ginjal yang dapat diamati

adalah pelebaran glomerulus dan adanya pola sklerosis segmental fokal (Sharma,

2009). Namun bertolak belakang dengan hasil studi yang dilakukan oleh Padilla et

al (2010). Mereka melakukan analisis hubungan antara logam-logam toksik

dengan obesitas sentral. Hasil studi menunjukkan bahwa logam-logam seperti

barium dan thalium berhubungan secara positif dengan obesitas, yang maknanya

Universitas Sumatera Utara

Page 50: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

102

adalah bahwa pada orang yang obesitas akan memiliki kandungan logam barium

dan thalium yang tinggi. Salah satu penjelasannya adalah logam barium dan

thalium akan menginduksi stres oksidatif yang dapat meningkatkan lipogenesis

saat pelepasan energi. Stres oksidatif secara langsung juga menghasilkan radikal

bebas. Namun demikian, untuk logam yang lain seperti timbal, kadmium, kobalt

dan cesium berhubungan secara negatif dengan obesitas, artinya pada individu-

individu obesitas maka kadar logam-logam ini akan lebih rendah dibandingkan

individu yang tidak mengalami obesitas. Kadmium, kobalt dan cesium memiliki

efek yang sama dengan timbal yaitu dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Ginjal

yang mengalami gangguan akan mencegah filtrasi kreatinin, yang akan

menghasilkan pemecahan kreatin kinase di dalam otot yang berakhir dengan

penurunan berat badan.

Pada orang obesitas, terdapat banyak kompleksitas yang memicu

meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tonus vascular, garam ginjal, dan

retensi air adalah inisiator utama hipertensi pada obesitas. Menkanisme yang

mendasari antara lain hiperleptinemia, meningkatnya FFA, hiperinsulinemia, dan

insulin resisten, semuanya menyebabkan stimulasi simpatik, peningkatan tonus

vaskular, disfungsi endotel, dan retensi sodium pada renal. Kompresi parenkim

pada renal pada orang obesitas oleh lemak-lemaknya akan memperlambat aliran

tubulus ginjal yang mana juga akan menyertai terjadinya hipertensi. Sebagai

tambahan, peningkatan aktifitas RAS, sebagai hasil aktifasi simpatis dan

peningkatan sintesis jaringan adipose, adalah umum pada orang obesitas,

mengakibatkan retensi pada sodium dan air pada ginjal (Wahba, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 51: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

103

Salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dikontrol adalah obesitas.

Risiko hipertensi pada seseorang yang mengalami obesitas adalah 2 hingga 6 kali

lebih tinggi dibanding seseorang dengan berat badan normal (Muniroh,

Wirjatmadi, 2007). Penelitian ini berasumsi bahwa adan hubungan antara berat

badan dengan hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal

maka risiko hipertensi juga meningkat (Hull,1996).

Penelitian Framingham menunjukan bahwa orang yang obesitas akan

mengalami peluang hipertensi 10 kali lebih besar (Dhianningtyas & Hendrati,

2006). Penurunan berat badan sebesar 5,9 pounds berkaitan dengan penurunan

TDS dan TDD sebesar 1,3 mmHg dan 1,2 mmHg (Budisetio,2001). Menurut Lily

Ismudiati Rilantono (2002) dalam Dhianningtyas dan Hendrati (2006)

menerangkan bahwa insiden hipertensi meningkat 54 hingga 142% pada

penderita-penderita yang gemuk. Hal yang serupa pun dikemukakan oleh

Purwanti (2005), bahwa orang yang kegemukan lebih mudah terkena hipertensi.

Dikaitkan dengan tekanan darah peneliti berasumsi bahwa status gizi

mayoritas responden dalam penelitian ini tidak memiliki risiko mengalami

gangguan tekanan darah khususnya hipertensi karena berdasarkan hasil penelitian

ditemukan mayoritas responden dengan status gizi normal sehingga tidak berisiko

terkena hipertensi. Untuk mengetahui seseorang memiliki berat badan yang

berlebih atau tidak, dapat dilihat dari perhitungan BMI (Body Mass Index) atau

Indeks Massa Tubuh (IMT).Menurut Utoyo (1996) dalam Suryati 2005, hubungan

tekanan darah dengan berat badan, lebih nyata untuk tekanan sistolik daripada

tekanan diastolik.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

104

5.3.5. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kebiasaan merokok

mayoritas responden tidak merokok sebanyak 59,4%. Hasil analisis statistik

dengan uji Fisher’s Exact dan uji korelasi dibuktikan tidak ada hubungan yang

bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah.

Tidak terdapatnya hubungan kebiasaan merokok dengan tekanan darah

berdasarkan penelitian ini disebabkan oleh kebanyakan responden merupakan

wanita dan lebih banyak yang tidak merokok sehingga tidak berisiko terpapar

cadmium dari rokok sehingga kecil kemungkinan mengalami gangguan tekanan

darah terutama hipertensi.

Penelitian terdahulu menunjukkan efek merokok terhadap kesehatan dapat

dilihat berdasarkan penelitian Ashar (2015) yang dilakukan di lokasi yang sama

menunjukkan bahwa kandungan kadmium di urin dan B2MG urin pada responden

perokok dalam lebih tinggi dibandingkan responden yang bukan perokok.

Responden yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 20 orang dengan rerata

kadmium dalam urin dan B2MG urin adalah 8,01 μg/g kreatinin dan 1220,18 μg/g

kreatinin sedangkan pada bukan perokok dengan kadar masing-masing adalah

5,99 μg/g kreatinin dan 1143,42 μg/g kreatinin. Meskipun, berdasarkan uji

statistik tidak ditemukan perbedaan yang signifikan namun terlihat jelas kadar

kadmium urin dan B2MG urin lebih tinggi pada perokok.

Efek rokok terhadap tekanan darah dapat dilihat berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Siburain (2004) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah. Akan

Universitas Sumatera Utara

Page 53: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

105

tetapi berbeda dengan penelitian Retnowati (2010) didapatkan hasil tidak ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

Hubungan merokok dengan hipertensi memang belum jelas. Menurut

literatur, nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang

sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes,2007). Mekanisme ini

menjelaskan mengapa responden yang merokok setiap hari memiliki risiko untuk

menderita hipertensi.

Kebiasaan merokok bisa meningkatkan resiko tekanan darah tinggi

(hipertensi) karena nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan

pengapuran pada dinding pembuluh darah (Singalingging, 2011). Nikotin dan

karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga pembuluh

darah menjadi kaku dan menganggu aliran darah sehingga menyebabkan tekanan

darah meningkat (Anggara dan Prayitno, 2013).

5.4. Hubungan Paparan Kadmium dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian dikatahui bahwa diantara 3 (tiga) variabel

kadar kadmium hanya variabel jumlah asupan kadmium yang berhubungan secara

signifikan dengan tekanan darah.

5.4.1. Hubungan Jumlah Asupan Air Sumur dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Hasil analisis statistik

dengan uji Fisher’s Exact maupun uji korelasi dibuktikan ada hubungan yang

bermakna antara jumlah asupan air minum dengan tekanan darah. Hasil analisis

Universitas Sumatera Utara

Page 54: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

106

multivariat menggunakan uji regresi logistik juga menunjukkan bahwa jumlah

asupan air sumur sebagai variabel yang paling besar hubungannya dengan

hipertensi yang dialami oleh responden dimana berdasarkan hasil uji regresi linear

diketahui besarnya korelasi antara jumlah asupan air sumur terhadap tekanan

darah yaitu dalam setiap 1 liter air minum yang mengandung kadmium apabila

dikonsumsi responden akan meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 10,62

mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 6,27 mmHg. Dengan demikian apabila

semakin besar jumlah asupan air sumur yang mengandung kadmium dikonsumsi

oleh responden maka akan berisiko semakin meningkatkan tekanan darah baik

sistolik maupun diastoliknya sehingga menyebabkan hipertensi.

Jumlah asupan air sumur adalah jumlah air yang dikonsumsi responden

yang berasal dari air sumur dari rumah yang ditinggali responden yang dihitung

dalam liter/hari. Pada penelitian ini rata-rata masyarakat Namo Bintang

mengkonsumsi air sumur telah terpajan kadmium sebanyak 1,99 atau 2 liter per

hari. Jumlah air yang dikonsumsi paling banyak adalah sebanyak 3,5 liter per hari

sedangkan yang paling sedikit sebanyak 1 liter per hari. Jumlah asupan air sumur

yang di konsumsi responden per hari dengan rentang antara 1 sampai 3,5 liter per

hari dengan rata-rata 2 liter per hari setelah dikategorikan diketahui bahwa jumlah

asupan air sumur yang dikonsumsi responden mayoritas kurang atau sama dengan

2 Liter/hari sebanyak 87,7 persen.

Penelitian tentang pengaruh kadmium dengan tekanan darah pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada lokasi penelitian yang sama yaitu

penelitian Ashar T (2015) menjelaskan bahwa hipertensi yang dialami oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 55: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

107

responden sebagai prediksi bahwa responden tersebut memiliki kadar albumin

urin dimana model regresi linier yang dihasilkan dapat memprediksi kadar

albumin urin sebesar 29,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan terbalik

antara tekanan darah dengan kadar kadmium dimana hipertensi dapat

memprediksi mahwa seseorang memiliki kadar kadmium dalam urin. Dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa kadar kadmium dalam air sumur berkorelasi

secara bermakna dengan kadar B2MG urin. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat di sekitar TPA Namo Bintang telah terbukti mengalami gangguan

ginjal akibat pajanan kadmium dari lingkungan yaitu air sumur dengan

ditemukannya biomarker kerusakan dini ginjal dari urin yaitu kadar B2MG urin

yang telah melewati nilai normal. Berdasarkan data dalam penelitian ini sebanyak

32 orang warga (40%) mengalami gangguan ginjal irreversible sedangkan 16

warga lainnya (20%) masih dalam level yang masih dapat dicegah kerusakan

ginjalnya. Penelitian selanjutnya oleh Ashar YK (2016) dimana dalam

penelitiannya jumlah asupan air sumur dikaitkan dengan Kadmium urin

menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signfikan antara jumlah

asupan air dengan kadmium urin.

Beberapa penelitian epidemiologi telah mengukur tingkat kadmium darah

dan urine. Di Belgia, studi CadmiBel menilai konsekuensi kesehatan dari

kontaminasi cadmium di lingkungan (Staessen et al. 1991, 2000). Dalam analisis

prospektif terhadap 336 laki-laki dan 356 perempuan yang berada di dua daerah

pedesaan studi CadmiBel (Staessen et al. 2000), perubahan tingkat kadmium

darah antara 1985-1989 (baseline) dan 1991-1995 (tindak lanjut) yang positif

Universitas Sumatera Utara

Page 56: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

108

berkaitan dengan perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik, meskipun

asosiasi secara statistik signifikan hanya untuk tekanan darah diastolik pada

perempuan. Sejalan dengan penelitian tersebut, tidak ada hubungan yang

ditemukan antara kadmium urine dan tingkat tekanan darah. Risiko relatif untuk

mengembangkan hipertensi pasti untuk penggandaan tingkat kadmium darah awal

adalah 1,28 (95% CI, 0,87-1,88), dan untuk dua kali lipat dari tingkat kadmium

urine dasar itu 1,16 (95% CI, 0,84-1,62) (Staessen et al. 2000). Karena darah atau

kadmium urine yang tidak berhubungan dengan peningkatan tekanan darah

berdasarkan analisis cross-sectional dari semua peserta studi CadmiBel (n =

2.086) (Staessen et al. 1991) dan asosiasi secara statistik yang signifikan hanya

untuk tekanan darah diastolik pada perempuan (Staessen et al. 2000). Dengan

demikian hubungan antara perubahan cadmium darah dan tekanan darah yang

ditemukan dalam penelitian tersebut dianggap tidak pasti.

Studi-studi lain tentang hubungan kadmium darah dan urin dengan

tekanan darah telah diukur, dengan temuan yang tidak konsisten. Di Amerika

Serikat, sebuah sub-sampel dari 951 orang dewasa yang berpartisipasi dalam

NHANES II (1976-1988) menunjukkan hubungan positif tetapi sederhana antara

kadmium urine dengan tingkat tekanan darah (Whittemore et al. 1991). Studi-

studi lain telah lebih kecil dan temuan mereka tunduk pada variabilitas acak

substansial (Beevers et al 1976;. McKenzie dan Kay 1973; Pizent et al, 2001;

Vivoli et al 1989; Whittemore et al 1991). Akhirnya, di daerah tercemar kadmium

di Jepang, 52 wanita dengan penyakit Itai-Itai memiliki sistolik dan diastolik lebih

rendah dibandingkan dengan 104 wanita usia yang sama yang tinggal di luar

Universitas Sumatera Utara

Page 57: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

109

wilayah tercemar kadmium (Kagamimori et al. 1986). Meskipun nefrotoksisitas

penting, hipertensi belum dilaporkan sebagai temuan yang khas pada pasien

penyakit Itai-Itai di daerah tercemar kadmium di Jepang (Nordberg et al. 2007).

Kemungkinan relevansi temuan dari populasi yang terkena kadmium menjelaskan

hubungan yang terbalik atau nol atau bahkan mungkin antara tingkat kadmium

urine dan titik-titik tekanan darah akhir dalam penelitian ini tidak diketahui.

Paparan kadmium menginduksi hipertensi pada model hewan (Satarug et

al. 2006), meskipun mekanisme untuk hipertensi terkait kadmium tetap tidak

jelas. Mekanisme utama untuk toksisitas kadmium adalah penipisan glutathione

dan perubahan sulfhidril homeostasis (Valko et al . 2005), sehingga secara tidak

langsung meningkatkan stres oksidatif dan peroksidasi lipid (Yiin et al. 1999).

Kadmium menginduksi cedera ginjal proksimal tubulus, retensi garam, dan

overload volume yang dapat menghasilkan hipertensi (Satarug et al. 2006).

Mekanisme potensial lainnya termasuk agonis parsial untuk saluran kalsium

(Varoni et al 2003.), aksi vasokonstriktor langsung, aktivasi sistem saraf simpatik,

dan penghambatan zat vasodilator seperti nitrat oksida (Bilgen et al 2003; Varoni

et al 2003.). Karena tingkat kadmium digunakan dalam model eksperimental yang

jauh lebih tinggi daripada paparan pada populasi umum di AS, relevansi

mekanisme untuk hipertensi manusia tidak pasti.

Dalam sampel yang representatif dari orang dewasa AS yang

berpartisipasi dalam NHANES 1999-2004, tingkat kadmium dalam darah

dikaitkan dengan peningkatan sederhana tingkat tekanan darah tetapi tidak dalam

urin. Tidak ada hubungan antara tingkat kadmium dan prevalensi hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

110

Berdasarkan status merokok, asosiasi untuk kadmium darah dan tingkat tekanan

darah lebih kuat di antara tidak pernah perokok, menengah antara mantan

perokok, dan kecil atau nol di kalangan perokok. Kedua biomarker kadmium urin

dan kadmium darah jangka panjang dan paparan kadmium yang sedang

berlangsung, meskipun kadmium darah mencerminkan eksposur baru-baru ini

lebih baik dari kadmium urine (ATSDR 1999; Elinder et al 1988; Jarup et al

1983). Dalam penelitian tersebut, hubungan yang lebih kuat dari kadmium darah

dibandingkan dengan kadmium urine disebabkan oleh status merokok dan

cotinine serum. Hubungan positif antara kadmium darah dengan tekanan darah

dipengaruhi oleh paparan kadmium jangka panjang. Atau, mungkin bahwa secara

biologis kadmium darah lebih aktif daripada kadmium urine.

Kadmium diserap melalui saluran pernafasan dan pencernaan. Dalam

kondisi paparan kronis, kadmium diangkut dalam darah dibatasi terutama untuk

metallothionein. Metallothionein adalah berat molekul rendah protein mengikat

logam-diinduksi oleh paparan kadmium yang memainkan peran penting dalam

metabolisme cadmium dan toxicokinetics (Nordberg et al. 1992, 2007). Induksi

metallothionein tergantung pada dosis dan frekuensi paparan kadmium. Misalnya,

perokok aktif mungkin untuk menginduksi metallothionein karena mereka

berulang kali terpapar kadmium dari asap rokok. Dengan mengikat cadmium,

metallothionein dapat melindungi ginjal dan organ lainnya dari efek racun

kadmium (Nordberg et al. 1992). Di korteks ginjal, senyawa kadmium-

metallothionein disimpan dalam sel-sel tubular dengan hanya sebagian kecil dari

beban tubuh yang dikeluarkan melalui urine (ATSDR 1999). Akibatnya, kadmium

Universitas Sumatera Utara

Page 59: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

111

semakin terakumulasi dengan usia di ginjal dan organ lainnya, meskipun

penelitian otopsi menunjukkan bahwa konsentrasi kadmium dalam ginjal menurun

setelah 45-50 tahun (Nordberg et al 2007; Satarug et al 2003; Travis dan haddock

1980). Meskipun fluktuasi dalam hasil paparan kadmium dalam fluktuasi

kadmium darah, beberapa perubahan yang diamati dalam kadmium urine yang

dengan tidak adanya kerusakan tubulus, mencerminkan akumulasi kadmium

dalam tubuh dari waktu ke waktu (Nordberg et al. 1992). Studi eksperimental

pada tingkat paparan rendah diperlukan untuk menentukan dampak jangka pendek

dibandingkan paparan kadmium jangka panjang terhadap tekanan darah dan

relevansi induksi metallothionein..

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Studi yang dilakukan Rango

(2015) menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi

kontaminan anorganik dalam sumber air minum terhadap tingkat kontaminan

nefrotoksik dengan CKDu daerah endemis dan non endemis. Konsentrasi unsur

nefrotoksik paling penting (As, Cd, U, dan Pb) dari sumber air minum di semua

sampel daerah berada di bawah 1,6 mg/ L, dan semuanya di bawah pedoman batas

kualitas air untuk kontaminan ini yang disarankan oleh WHO, US EPA, dan Uni

Eropa. Pengukuran studi ini hanya dikumpulkan pada satu titik waktu, sehingga

konsentrasi elemen ini tidak bervariasi.

Pajanan kadmium dari air minum relatif bukan merupakan pajanan yang

penting bila dibandingkan yang berasal dari makanan. Namun, bila ditemukan

kandungan kadmium yang tinggi dapat mengakibatkan efek yang merugikan

kesehatan. Jumlah asupan harian kadmium melalui makanan dan air minum di

Universitas Sumatera Utara

Page 60: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

112

daerah yang terkontaminasi berat diperkirakan sekitar 600–2000 μg/hari. Di

daerah lain yang tidak begitu tercemar jumlah asupan harian hanya sekitar 100-

390 μg/hari. Kasus itai-itai disease (osteomalasia dengan berbagai derajat

osteoporosis disertai penyakit tubulus ginjal yang berat) dan proteinuria dengan

berat molekul rendah dilaporkan terjadi pada penduduk di sekitar area pemukiman

di Jepang yang sangat terkontaminasi dengan kadmium pada konsentrasi yang

sangat tinggi (WHO, 2004).

Food and Agriculture Organization, World Health Organization

(FAO/WHO) dan The Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dalam

pertemuan ke 16 nya menetapkan Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI)

untuk kadmium 400-500 μg kadmium untuk orang dewasa. Ini sesuai dengan

masukan kadmium yang dapat ditolerir sementara 0.81 (yaitu., 400 ÷7÷70) ke

1.01 μg/kg/day, yang telah disederhanakan menjadi 1 μg/kg/day dan ditetapkan

tanpa perubahan pada pertemuan-pertemuan berikutnya (JECFA 2004).

Bagaimanapun, hubungan toksisitas Cd pada ginjal dan tulang telah diamati pada

orang-orang dengan intake Cd yang baik sesuai dengan PTWI (Satarug Dan

Moore 2004). Paparan 30-50 μg Cd per hari untuk orang dewasa atau 0.43-0.57

μg/kg/day atau 0,00043-0,00057 mg/kg/hari telah dihubungkan dengan

peningkatan risiko patah tulang, kanker, kelainan fungsi ginjal, dan hipertensi

(Satarug et al.2000; Satarug et al.2003). Untuk itu, FAO/WHO menyarankan

batas mingguan yang bersifat melindungi dan konsumen itu berada pada risiko

intake kadmium di bawah PTWI (Winnie et al, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 61: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

113

The European Food Safety Authority (2009) menyatakan bahwa kadmium

berkaitan dengan infraksi myocardial (Everett and Frithsen 2008) dan perubahan

dalam fungsi kardiovaskular (Schutte et al. 2008). Penyelidikan lebih mendalam

dari efek kadmium baik jangka pendek maupun efek jangka panjang pada orang

yang tidak merokok yang terpajan kadmium memiliki hubungan terhadap

hipertensi dan penyakit kardiovaskular berdasarkan identifikasi dosis dan respon

kadmium dari waktu ke waktu.

Toksisitas kadmium telah dikaitkan dengan beberapa disfungsi

kardiovaskular melalui kerusakan terhadap endotel vaskular, pengurangan

ketersediaan NO (nitric oxide) dan penurunan viabilitas sel otot polos pembuluh

darah (Washington, 2006). Penurunan kadar protein endotel oksida nitrat sintase

(eNOS) juga mengganggu jalur sinyal dan fungsi reseptor, lebih lanjut

mengakibatkan disfungsi vaskular. Kadmium juga dilaporkan mengubah kalsium

mekanisme intraseluler dan menyebabkan peningkatan vasokonstriksi, semua

mengarah ke peningkatan tekanan darah (Nwokocha, 2013). toksisitas kadmium

dan efek pada disfungsi jaringan diperkirakan pada kemampuannya untuk

mengganggu proses genomik melalui metilasi DNA (Anetor, 2012) dan

peningkatan spesies oksigen reaktif (ROS). Stres oksidatif yang meningkat

disebabkan oleh paparan kadmium dilaporkan juga menyebabkan peningkatan

produksi lipoprotein dan akhir produk low-density glikasi (Mitra, 2011), lebih

meningkatkan kaskade inflamasi dan kerusakan pembuluh darah. Ini peningkatan

tekanan oksidatif dalam jaringan pembuluh darah adalah penyebab utama dari

arteriosclerosis.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

114

Peningkatan kadar kadmium dalam tubuh merupakan bukti yang

menunjukkan bahwa kadmium adalah risiko faktor untuk morbiditas kematian dan

penyakit kardiovaskular, serta zat pencemar dari asupan makanan (European Food

Safety Authority 2009; Reuben 2010). Temuan penelitian ini mengindikasikan

adanya hubungan antara jumlah asupan kadmium dengan tekanan darah sistolik.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat hubungan antara kadmium

dengan tekanan darah seperti indikator fisiologis kadmium di pusat, jantung, dan

efek vaskular; faktor gizi hormonal, faktor genetik dan riwayat penyakit jantung.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa jumlah asupan

kadmium dari air sumur yang diminum oleh masyarakat Namo Bintang

berhubungan dengan tekanan darah disebabkan oleh nilai ambang dosis yang

masuk kedalam tubuh responden sudah melebihi batas toleransi yang

menyebabkan terjadinya gangguan tekanan darah sehingga menyebabkan

terjadinya gangguan fungsi ginjal kemudian berpengaruh terhadap tekanan darah.

Eum et al. (2008) dalam penelitiannya berdasarkan pemantauan antara pemberian

dosis kadmium dan respon terhadap tekanan darah menunjukkan hubungan yang

positif antara paparan kadmium dengan tekanan darah baik sistolik maupun

diastolik, dan efek dari kadmium terhadap tekanan darah nyata lebih kuat saat

fungsi ginjal menurun.

5.4.2. Hubungan Durasi Pajanan dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Hasil analisis statistik

dengan uji Fisher’s Exact dan uji korelasi dibuktikan tidak ada hubungan yang

bermakna antara durasi pajanan dengan tekanan darah. Durasi pajanan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 63: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

115

dimaksud adalah lamanya waktu responden mengkonsumsi air sumur yang

mengandung Cd dalam satuan tahun. Untuk durasi pajanan responden dengan air

sumur dengan rentang antara 7 sampai 64 tahun dengan nilai rata-rata responden

mengalami pajanan dengan air sumur selama 19 tahun setelah dikategorikan

diketahui bahwa durasi pajanan mayoritas kurang atau sama dengan 19 tahun

sebanyak 65,6 persen.

Rerata durasi pajanan air sumur yang mengandung kadmium di lokasi

penelitian adalah 19,08 tahun dengan durasi pajanan terendah 7 tahun dan terlama

64 tahun. Hasil penelitian Ashar (2015) membuktikan bahwa proteinuria telah

ditemukan pada 48 orang responden (60%). Proteinuria yang ditemukan adalah

berupa protein dengan berat molekul rendah yaitu B2MG urin. Protein lain yang

diperoleh adalah albumin yang juga terdapat pada 6 orang responden (7,5%). Dari

hasil analisis statistik tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara durasi

pajanan dan kadar B2MG urin dan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan

antara durasi pajanan berdasarkan ada tidaknya albuminuria.

Pada penelitian ini rata-rata masyarakat Namo Bintang telah terpajan

kadmium melalui air sumur selama 19 tahun. Responden yang paling lama

terpajan adalah 64 tahun sedangkan yang paling singkat 7 tahun. Nilai rata-rata

terpajan kadmium masyarakat Namo Bintang masih dibawah nilai default yang

ditetapkan US-EPA (1991) untuk risiko nonkanker yaitu 30 tahun. Pada saat ini

rata-rata durasi pajanan baru 19 tahun hal ini menunjukkan tingkat risiko

kesehatan bagi populasi dan individu masyarakat Namo Bintang masih aman dari

gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kandungan kadmium dalam air sumur

Universitas Sumatera Utara

Page 64: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

116

yang dikonsumsi oleh mereka setiap hari. Pemajanan kadmium dengan

konsentrasi yang rendah dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kasus

keracunan kronis akibat kadmium. Ginjal adalah organ kritis yang lebih sering

diserang oleh kadmium tetapi pada kondisi tertentu (waktu pajanan yang pendek)

menyebabkan radang paru-paru (WHO, 1992). Kadmium yang terakumulasi di

dalam ginjal sepanjang waktu, dan mencapai konsentrasi yang toksik sesudah

bertahun-tahun terpapar dapat menyebabkan penyakit ginjal (Kusnoputranto,

1995). Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh kadmium umumnya berupa

kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh

yang dapat dirusak oleh keracunan kronis logam kadmium adalah pada sistem

urinaria (ginjal), sistem respirasi (pernafasan/paru-paru), sistem sirkulasi (darah)

dan jantung. Di samping semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak

kelenjar reproduksi, sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan

kerapuhan pada tulang (Palar, 2004).

Pajanan kadmium yang berkepanjangan dapat menimbulkan penyakit

tulang, yang pertama kali dilaporkan dari sungai Jinzu di Jepang, dimana sekitar

150 kasus penyakit Itai Itai dikenal. Pajanan kadmium berasal dari air sungai yang

terkontaminasi yang digunakan untuk irigasi sawah. Penderita Itai Itai kebanyakan

adalah perempuan berusia 40 tahun yang tinggal di daerah endemis selama lebih

dari 30 tahun. Kandungan kadmium yang ditemukan dalam tulang beberapa kali

lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang tak terpajan. Dari hasil pemeriksaan

terhadap 46 penderita Itai Itai rerata kadar kadmium dalam tulang adalah 2,7 μg/g

berat badan pada laki-laki dan 1,8 7 μg/g berat badan pada perempuan. Kadar

Universitas Sumatera Utara

Page 65: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

117

kadmium pada tulang orang-orang yang tidak terpajan masing-masing adalah 0,3

dan 0,6 7 μg/g berat (Gonick, 2008).

Waktu paruh kadmium di dalam tubuh adalah antara 15 sampai 30 tahun.

waktu paruh yang begitu lama disebabkan fakta bahwa kadmium tidak seperti

bahan toksik orgnik, yang sering terdegradasi secara metabolik menjadi turunan

yang kurang toksik, kadmium masih tetap berada dalam bentuk yang utuh di

dalam sistem biolologis. Kadmium yang masuk melalui oral ataupun melalui

paru-paru akan terdeposit terutama di hati dan ginjal. Kadmium akan bertahan di

dalam organ ini dalam waktu yang lama (10 sampai 30 tahun). Kandungan

kadmium dalam tubuh akan meningkat seiring dengan pertambahan usia karena

eliminasi yang sangat rendah dari tubuh yaitu hanya sekitar 0,001 % per hari

(ATSDR, 2008).

Keracunan Cd yang bersifat kronis yang disebabkan oleh daya racun yang

dibawa oleh logam Cd, terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa

ini terjadi karena logam Cd yang masuk kedalam tubuh dalam jumlah kecil,

sehingga dapat diterima oleh tubuh pada saat tersebut. Akan tetapi, karena proses

masuknya terjadi secara terus-menerus secara berkelanjutan, maka pada saat

tertentu tubuh tidak mampu lagi memberikan toleransi terhadap daya racun yang

dibawa oleh Cd. Pemaparan Cd dalam kadar yang rendah akan menimbulkan

kasus keracunan kronis akibat Cd. Cd dieksresi sangat lamban dengan waktu

paruh sekitar 30 tahun. Efek toksik logam sangat berkaitan dengan tingkat dan

lamanya paparan. Umumnya, makin tinggi kadar suatu logam dan makin lama

paparan, efek toksik suatu logam akan lebih besar. Cd dalam suatu dosis tunggal

Universitas Sumatera Utara

Page 66: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

118

dan besar dapat menginduksi gangguan saluran cerna. Sedangkan asupan Cd

dalam jumlah kecil tetapi berulang kali dapat mengakibatkan gangguan fungsi

ginjal.

Hasil peneltian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuakn oleh Ashar

YK (2016) yang menunjukkan hasil bahwa tidak ditemukan hubungan yang

signifikan antara durasi pajanan dan kadar kadmium urin. Berdasarkan penjelas

tersebut peneliti berasumsi bahwa tidak adanya hubungan durasi pajanan dengan

tekanan darah disebabkan oleh durasi pajanan kadmium dalam penelitian ini

menunjukkan tingkat risiko kesehatan bagi populasi dan individu masyarakat

Namo Bintang masih aman dari gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh

kandungan kadmium dalam air sumur yang dikonsumsi oleh mereka setiap hari.

Namun, pemajanan kadmium dengan konsentrasi yang rendah dalam jangka

waktu yang lama akan menimbulkan kasus keracunan kronis akibat kadmium

sehingga masyarakat Namo Bintang tetap berisiko mengalami gangguan tekanan

darah. Menurut Palar (2004) Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh

kadmium umumnya berupa kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis

tubuh. Sistem-sistem tubuh yang dapat dirusak oleh keracunan kronis logam

kadmium adalah pada sistem urinaria (ginjal), sistem respirasi (pernafasan/paru-

paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung.

5.4.3. Hubungan Kadar Kadmium Air Sumur dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa analisis statistik dengan uji

Fisher’s Exact dan uji uji korelasi dibuktikan tidak ada hubungan yang bermakna

antara cadmium dalam air sumur dengan tekanan darah. Berdasarkan teori,

Universitas Sumatera Utara

Page 67: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

119

kadmium sebagai logam berat dapat meningkatkan kadar Cd dalam tubuh apabila

terpajan dalam waktu yang cukup lama, tetapi dalam penelitian ini tidak

demikian, ini kemungkinan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan

darah dan sampel penelitian yang kurang dalam penelitian ini. Kadar kadmium air

sumur adalah kadar kadmium yang terukur dari hasil pemeriksaan sampel air

sumur menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kandungan

kadmium dalam air sumur responden mayoritas dengan kandungan Cd lebih dari

0,005 mg/l adalah sebesar 65,5 persen

Tidak terdapatnya hubungan antara kadar kadmium dengan tekanan darah

dalam penelitian ini secara sederhana dapat dijelaskan bahwa meskipun mayoritas

air sumur dengan kandungan Cd lebih dari 0,05 mg/l namun pada kenyataannya

tekanan darah responden lebih banyak masih dalam keadaan normal. Hal ini dapat

disebabkan karena air sumur yang melebihi nilai ambang batas tersebut

dikonsumsi tidak melebihi jumlah dan durasi pajanan yang tinggi sehingga masih

mampu ditolerir oleh tubuh responden karena efek toksik paparan kadmium juga

dipengaruhi oleh faktor lain salah satunya yaitu jumlah asupan air sumur yang di

minum dan durasi panajan kadmium tersebut.

Sumber kadmium terbesar dalam penelitian ini berasal dari pajanan air

sumur yang mengandung kadmium, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Ashar (2015) lebih dari 90% responden terpajan pada kadar di atas

batas aman yang diperkenankan. Berdasarkan uji statisitik tidak ditemukan

hubungan yang signifikan antara jumlah kadmium dalam air sumur terhadap kadar

kadmium urin.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

120

Menurut US EPA (1985), konsumsi aman kadmium adalah sebesar 0,001

mg/kg/hari untuk intake melalui makanan. Artinya bahwa intake kadmium dengan

kadar yang tidak melebihi 0,001 mg/kg/hari akan tetap aman dan tidak

memberikan efek negatif bagi kesehatan meskipun intake terjadi setiap hari,

sepanjang hidup (Daud A, 2013).

Logam kadmium di dalam air dan makanan yaitu sekitar 1-10% akan

memasuki tubuh melalui saluran pencernaan. Kadmium akan meyerang hati dan

ginjal dan terakumulasi di dalam tubuh. Kadmium dengan konsentrasi kecil akan

dikeluarkan perlahan dalam urin dan feses. Namun, ketika konsentrasi kadmium

yang masuk ke dalam tubuh tinggi, maka akan membebani kemampuan hati dan

ginjal (ATSDR, 2012). timbulnya rasa sakit dan panas pada bagian dada.

Sementara untuk keracunan bersifat kronik terjadi dalam selang waktu yang

panjang seperti kerusakan pada sistem-sistem tubuh yaitu kerusakan sistem ginjal,

sistem pernafasan, sistem sirkulasi darah, dan jantung yang dapat berakhir dengan

kematian. Lamanya pemaparan logam kadmium di dalam tubuh dapat

berlangsung antara 5-10 tahun (Daud A, 2011).

Penelitian Zul Alfian (2005) menjelaskan keracunan kronis kadmium (200

μg per gram) dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal. Efek keracunan

kronis yang lain yaitu: emphysema, hipertensi dan osteomalacia. Namun dalam

penelitian ini diketahui bahwa kandungan kadmium yang terdapat dalam air

sumur dan digunakan sebagai air minum dalam konsentrasi yang rendah. Oleh

karena itu kadmium dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh terhadap

tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

121

Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara kadar kadmium dalam

air sumur dengan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan penelitian Ashar T (2015)

yang menyatakan Hubungan yang tidak signifikan terjadi karena adanya variasi

asupan kadmium dari air sumur dan lama warga terpajan terhadap sumber

kadmium yang sama serta dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak di teliti

dalam penelitian ini. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Ashar YK (2016) yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara kadar Cd air sumur terhadap Cd dalam urin.

Berdasarkan penjelas tersebut peneliti berasumsi bahwa tidak adanya

hubungan kadar kadmium dengan tekanan darah disebabkan kadar kadmium bagi

populasi dan individu masyarakat Namo Bintang masih dalam batas yang dapat

ditolerir oleh responden dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan khususnya

gangguan tekanan darah. Namun, kadar kadmium dalam sumur dengan

konsentrasi yang rendah namun dalam jangka waktu yang lama akan

menimbulkan kasus keracunan kronis akibat kadmium sehingga masyarakat

Namo Bintang tetap berisiko mengalami gangguan tekanan darah. Menurut Palar

(2004), pada keracunan kronis yang disebabkan oleh kadmium umumnya berupa

kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh

yang dapat dirusak oleh keracunan kronis logam kadmium adalah pada sistem

urinaria (ginjal), sistem respirasi (pernafasan/paru-paru), sistem sirkulasi (darah)

dan jantung.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

122

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan :

1. Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia mayoritas responden

berusia > 43 Tahun sebanyak 52,1 persen. Untuk jenis kelamin mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 69,8 persen. Untuk

pekerjaan responden mayoritas bekerja tidak berisiko terpapar kadmium

sebanyak 90,6 persen, untuk status gizi responden mayoritas memiliki gizi

tidak obesitas sebanyak 92,7 persen dan untuk kebiasaan merokok mayoritas

responden tidak merokok sebanyak 59,4 persen.

2. Jumlah asupan air sumur yang di konsumsi responden kurang atau sama

dengan 2 Liter/hari sebanyak 67,7 persen. Untuk durasi pajanan responden

mayoritas kurang atau sama dengan 19 tahun sebanyak 65,6 persen. Untuk

kadar kadmium dalam air sumur mayoritas dengan kandungan Cd lebih dari

0,005 mg/l adalah sebesar 65,5 persen.

3. Tekanan darah responden mayoritas dengan tekanan darah normal yaitu

sebanyak 62,5 persen

4. Berdasarkan hubungan karakteristik masyarakat yaitu usia, jenis kelamin,

pekerjaan, status gizi dan kebiasaan merokok hanya variable usia yang

berhubungan dengan tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

123

5. Berdasarkan hubungan paparan cadmium pada air sumur yang terdiri dari

variable jumlah asupan air sumur, durasi pajanan dan cadmium air sumur

hanya jumlah asupan air sumur yang berhubungan dengan tekanan darah.

6. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan

berhubungan dengan tekanan darah berdasarkan nilai prevalen rate adalah

jumlah asupan air sumur dimana setap penambahan 1 liter jumlah asupan air

sumur meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 10,62 mmHg dan tekanan

darah diastolik sebesar 6,27 mmHg.

6.2. Saran

1. Pelayanan Kesehatan dan Pemerintah

a. Menganjurkan pada warga agar tidak mengkonsumsi air sumur melaui air

minum atau masakan.

b. Memberikan pelatihan pada masyarakat untuk mengaplikasikan teknologi

sederhana untuk menurunkan kandungan kadmium dalam air sumur

dengan metode saringan sederhana dengan media pasir, arang aktif dan

pasir zeolit yang telah terbukti berhasil menurunkan kandungan logam

berat di air.

c. Segera melakukan langkah-langkah pengendalian pencemaran air tanah

dengan membangun parit-parit dan kolam penampung air lindi dari

penguraian sampah di TPA, pembuatan Instalasi Pengolahan Air Sampah

(IPAS), serta melapisi dengan bahan kedap air (plastik) di dasar tumpukan

sampah untuk mengurangi pencemaran air lindi di lingkungan sekitar.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

124

d. Pemilahan sampah dengan cara penggunaan 2 jenis truk atau lebih truk

pengangkut sampah serta memisahkan limbah baterai dan elektronik.

e. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan advokasi kepada

Pemerintah Kabuaten Deli Serdang agar dapat membangun fasilitas sarana

air bersih yang dapat diakses oleh seluruh warga masyarakat yang

bermukim di wilayah TPA Namo Bintang.

2. Masyarakat Desa Namo Bintang

a. Menganjurkan masyarakat agar tidak menggunakan air sumur sebagai

sumber air minum dan menggantinya dengan cara membeli air minum

dalam kemasan yang berasal dari depot air minum, karena telah terbukti

bahwa rata-rata masyarakat Namo Bintang mengkonsumsi air sumur telah

terpajan kadmium sebanyak 1,99 atau 2 liter per hari karena dari hasil

penelitian setiap kali penambahan 1 liter jumlah asupan air sumur maka

akan meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 10,62 mmHg dan

tekanan darah diastolik sebesar 6,27 mmHg, tetapi warga masih

diperbolehkan memanfaatkan air sumur untuk keperluan air bersih

misalnya untuk mencuci pakaian, mandi, buang air besar dan lain lain.

b. Masyarakat yang selama ini sudah mengkonsumsi air sumur sebagai air

minum dan didapati mengalami tekanan darah tinggi disarankan untuk

mengkonsumsi ekstrak kunyit dimana kunyit mengandung kukumin yaitu

senyawa yang telah terbukti dapat menurunkan akumulasi kadmium dalam

darah dan sebagai agen pelindung terhadap tekanan darah dan gangguan

vascular yang disebabkan oleh kadmium (Kukongviriyapan, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 73: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 66346... · BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian2017-07-04 · 53 BAB 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Desain

125

c. Melakukan pengolahan sederhana untuk menurunkan kandungan kadmium

dalam air sumur yaitu dengan aplikasi saringan pasir yang disertai dengan

penambahan media arang aktif dan pasir zeolit yang telah terbukti

menurunkan kandungan logam berat dalam air. Saryati dkk (2004) telah

melakukan penelitian eksperimen dengan membuat komposit arang aktif-

zeolit-karboksi metil selulosa yang bertujuan untuk mengolah air sumur

menjadi air minum. Hasilnya membuktikan bahwa komposit tersebut

mampu menurunkan kandungan Fe, Cd, Pb, dan bakteri coli dalam air

sampai 100%.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengukur

biomarker efek lain yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada

masyarakat, seperti pengukuran kadium dalam darah, urin dan rambut sebagai

indikator telah terjadi gangguan tekanan darah pada seseorang.

Universitas Sumatera Utara