21
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana efektivitas KIE yang dilakukan petugas puskesmas terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi campak pada bayi, maka dalam tinjauan pustaka ini mengkaji mengenai efektivitas KIE dan pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi campak pada bayi. 2.1. Efektivitas KIE Untuk memahami efektivitas KIE terlebih dahulu dipahami arti efektivitas dan arti dari KIE. 2.1.1. Efektivitas Pemahaman terhadap efektivitas ini meliputi pengertian efektivitas, cara pengukuran efektivitas, pendekatan efektivitas, dan masalah dalam pengukuran efektivitas. 2.1.1.1. Pengertian Efektivitas Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau Universitas Sumatera Utara

repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 35047... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2013-03-16 · instansi di atasnya, tindak lanjut kegiatan dan kemandirian (Depkes

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana efektivitas KIE yang

dilakukan petugas puskesmas terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi

campak pada bayi, maka dalam tinjauan pustaka ini mengkaji mengenai efektivitas

KIE dan pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi campak pada bayi.

2.1. Efektivitas KIE

Untuk memahami efektivitas KIE terlebih dahulu dipahami arti efektivitas dan

arti dari KIE.

2.1.1. Efektivitas

Pemahaman terhadap efektivitas ini meliputi pengertian efektivitas, cara

pengukuran efektivitas, pendekatan efektivitas, dan masalah dalam pengukuran

efektivitas.

2.1.1.1. Pengertian Efektivitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif

yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai

kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa

efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan

menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang

dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau

Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana

tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Starawaji,

2009).

Penjelasan di dalam Ensiklopedia Agama dan Filsafat yang disalin dari

Starawaji (2009) bahwa efektivitas adalah menunjukkan taraf tercapainya tujuan.

Suatu program atau usaha dikatakan efektif kalau usaha mencapai tujuannya. Secara

ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang dapat dihitung seperti dalam

persentase.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas adalah keberhasilan suatu

aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah

ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan

yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan

dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya maka

aktifitas itu dikatakan tidak efektif.

2.1.1.2. Cara Pengukuran Efektivitas

Menurut Starawaji (2009) yang mengutip pendapat Campbell (1989), terdapat

cara pengukuran terhadap efektivitas yang secara umum dan yang paling menonjol

adalah sebagai berikut:

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

4. Tingkat input dan output

Universitas Sumatera Utara

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

2.1.1.3. Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas itu

efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

a. Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam

pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan

mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.

Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu

pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu

pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut

efektif (Starawaji, 2009).

b. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga

dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga

harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan

dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai

keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga

mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari

lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan

Universitas Sumatera Utara

out put yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya (Starawaji,

2009).

c. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari

suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan

dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara

terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-

sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta

kesehatan lembaga.

2.1.1.4. Masalah dalam Pengukuran Efektivitas

Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba.

Pengukuran efektivitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan

memberikan hasil pengukuran efektivitas berdasarkan sasaran dengan memperhatikan

masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut:

a. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran

efektivitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Pengukuran

juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya.

Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau

efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektivitas

yang rendah pada sasaran lainnya. Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran

Universitas Sumatera Utara

efektivitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektivitas

pada setiap sasaran yang dimilikinya.

Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekuensi

penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang dikemukakan oleh

Steers (1985) yang dikutip oleh Starawaji (2009) yaitu bahwa kriteria tersebut dalam

pengukuran efektivitas adalah: Adaptabilitas dan fleksibilitas, Produktivitas,

keberhasilan memperoleh sumber, keterbukaan dalam komunikasi, Keberhasilan

pencapaian program, Pengembangan program.

b. Subjektivitas dalam penilaian

Pengukuran efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran seringkali

mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang sebenarnya dan

juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Untuk

itu ada baiknya bila meninjau bahwa perlu masuk kedalam suatu lembaga untuk

mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari

dalam suatu lembaga untuk melihat program yang berorientasi ke luar atau

masyarakat, seringkali dipengaruhi oleh subjektifitas. Untuk sasaran yang dinyatakan

dalam bentuk kualitatif, unsur subjektif itu tidak berpengaruh tetapi untuk sasaran

yang harus dideskripsikan secara kuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat

tergantung pada subjektifitas dalam suatu lembaga mengenai sasarannya.

Hal ini didukung oleh pendapat Steers (1985) yang dikutip oleh starawaji

(2009) yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontekstual

berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai tidaknya sasaran

Universitas Sumatera Utara

yang hendak dicapai. Karena itu perbedaan karakteristik faktor-faktor kontekstual ini

perlu diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur efektifivas program yang

terdapat pada lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan

dikatakan efektif apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai

dengan kebutuhan.

2.1.2. KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) berasal dari bahasa Inggris yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, yaitu dari kata Communication

Information, Education, (CIE). Istilah KIE mempunyai pengertian yang komplek

karena dalam proses komunikasi terkandung unsur informasi dan informasi itu sendiri

mempunyai unsur edukasi, yang mempunyai sifat dapat menggerakkan seseorang

atau kelompok untuk melakukan sesuatu (Depkes RI, 1993). Tujuan KIE adalah

peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku individu maupun kelompok

(Depkes RI, 2002). Secara rinci pengertian KIE dapat diformulasikan sebagai

berikut:

a) Komunikasi

Diartikan sebagai proses penyampaian berbagai informasi antara petugas KIE

dengan masyarakat sehingga pada akhirnya tercapai suatu persepsi (pandangan)

yang sama antara petugas dengan masyarakat.

b) Informasi

Universitas Sumatera Utara

Diartikan sebagai semua data, fakta, rumusan serta acuan yang perlu diketahui,

dipahami dan dilaksanakan oleh petugas dan masyarakat dalam rangka

melaksanakan suatu kegiatan.

c) Edukasi

Diartikan sebagai proses kegiatan yang teratur yang mendorong terjadinya proses

perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang suatu kegiatan

tersebut secara wajar, sehingga masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut dan

bertanggung jawab atas keberhasilannya (Depkes RI, 1993).

Agar berjalan dengan efektif sebaiknya topik KIE berdasarkan kebutuhan dan

kondisinya. Mengingat ruang lingkup penyampaian KIE adalah perilaku dengan

berbagai variabelnya, maka KIE ini juga mempergunakan prinsip dan metoda dari

berbagai disiplin ilmu seperti komunikasi, antropologi medis, psikologi sosial dan

pemasaran sosial.

Pengelolaan KIE dibagi dalam 3 tahap pokok, yaitu:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, kegiatan pokoknya yang dilakukan adalah: Mengumpulkan

data, Mengembangkan strategi, Mengembangkan, menguji coba dan

memproduksi bahan-bahan komunikasi, Membuat rencana pelaksanaan,

Menyiapkan pelaksanaan (Triamanah, 2004).

2. Tahap Intervensi (Pelaksanaan)

Tahap intervensi ini dibagi kedalam siklus-siklus pesan yang terpisah. Setiap

siklus pesan mencakup informasi yang serupa dengan pendekatan yang sedikit

Universitas Sumatera Utara

berbeda disesuaikan dengan perubahan kebutuhan sasaran. Perubahan-

perubahan ini dilakukan secara periodik, dapat mengurangi kejenuhan sasaran

dan memungkinkan keterlibatan sasaran secara berkesinambungan. Cara ini

memungkinkan perencana program untuk memasukkan hasil-hasil tahap

sebelumnya ke dalam perencanaan tahap-tahap berikutnya. Cara ini

memungkinkan perencana membuat beberapa kali perubahan-perubahan

penting dalam strategi yang ditempuh. Perubahan-perubahan ini harus

dilakukan sebagai jawaban terhadap informasi-informasi tentang penerimaan

sasaran terhadap program dan efektifitas kegiatan yang dilaksanakan

(Triamanah, 2004).

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi (Pemantauan dan Penilaian)

Tahap monitoring memberikan informasi kepada perencana mengenai

pelaksanaan program, secara teratur dan pada waktu yang tepat, hingga

perbaikan yang diperlukan dapat segera dilaksanakan (Triamanah, 2004).

Aspek-aspek yang dipantau meliputi input, proses, dan output dari suatu

kegiatan KIE. Aspek-aspek tersebut meliputi: sasaran, media, jalur, isi pesan,

hasil-hasil kegiatan, permasalahan yang dihadapi, kegiatan pemantauan oleh

instansi di atasnya, tindak lanjut kegiatan dan kemandirian (Depkes RI, 1993).

Tahap Evaluasi dilakukan terhadap keluaran (output) program, dampak

primer, perubahan perilaku dan perubahan status dari sasaran yang

perinciannya antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tahapan Indikator Keberhasilan

Keluaran (output) Frekuensi kegiatan KIE kelompok

Frekuensi kegiatan KIE perorangan

Frekuensi kegiatan KIE massa

Efek Primer Tingkat pengetahuan

Perubahan Perilaku Tingkat partisipasi dalam program

Tingkat kelestarian partisipasi

Perubahan Status Tingkat kesadaran

Kegiatan KIE dapat dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pokok yakni: Kegiatan

KIE kesepakatan dan Kegiatan KIE Perubahan Perilaku (Depkes RI, 1993)

1. Kegiatan KIE Kesepakatan

Seperti diketahui bahwa program KIE mengandung unsur inti yaitu proses

peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku. Sebagai proses

perubahan sikap, kita perlu menyiapkan terlebih dahulu lingkungan yang

mendukung. Hal ini dapat berarti kesiapan, baik para pengelola program maupun

masyarakat sasaran. Dapat dikatakan bahwa KIE-Kesepakatan adalah kegiatan

KIE yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan serta

kesepakatan tokoh-tokoh masyarakat, baik politis maupun operasional dalam

melaksanakan program tersebut.

2. Kegiatan KIE Perubahan Perilaku

Kegiatan KIE yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap

dan perilaku dilaksanakan melalui 3 (tiga) bentuk kegiatan KIE yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a). KIE massa: Kegiatan KIE yang dilaksanakan melalui media elektronik dan cetak.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyiapkan kondisi sebelum kegiatan KIE yang

lain dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multimedia khususnya pada waktu melaksanakan kampanye program yang

sifatnya masih inovatif/baru. Ide penggunaan pendekatan Multi media ini

dimaksudkan agar penyampaian pesan dapat secara intensif dan sekaligus

menghilangkan terjadinya distorsi informasi yang disampaikan oleh salah satu

media.

b). KIE Wawan Muka (Interpersonal): kegiatan KIE yang dilaksanakan secara

perorangan melalui kunjungan rumah. Kegiatan ini dilaksanakan secara kontinyu

dan berkesinambungan baik oleh para petugas KIE maupun kader. Petugas KIE

harus dengan sabar dan tekun mengadakan kunjungan ulang pada setiap sasaran,

hingga akhirnya sasaran mau melakukan apa yang disarankan oleh petugas KIE

maupun kader.

c). KIE Kelompok: Kegiatan KIE dilaksanakan secara berkelompok, untuk

mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan KIE. KIE kelompok dapat

dilaksanakan dengan menggunakan forum komunikasi yang sudah melembaga

(musyawarah desa), maupun forum komunikasi yang telah terbentuk seperti

klompencapir.

Ketiga bentuk kegiatan dapat dilaksanakan sendiri-sendiri, tetapi terkoordinasi,

khususnya dalam isi pesan yang mau di sampaikan pada sasaran (Depkes RI,

1993).

Universitas Sumatera Utara

2.2. Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Campak

Pengetahuan yang diperlukan seorang ibu tentang pemberian imunisasi

campak pada bayi meliputi pengetahuan mengenai penyakit campak dan

imunisasinya. Pengetahuan mengenai penyakit campak meliputi pengertian penyakit

campak, penyebab penyakit campak, gejala klinis penyakit campak, cara penularan

penyakit campak, komplikasi penyakit campak.

Pengetahuan mengenai imunisasi campak meliputi pengertian imunisasi,

manfaat imunisasi, usia pemberian imunisasi campak pada bayi, dosis dan cara

pemberian imunisasi campak, berapa kali pemberian imunisasi campak pada bayi,

kontra indikasi pemberian imunisasi campak pada bayi, efek samping imunisasi

campak dan tempat atau fasilitas yang dapat memberikan pelayanan imunisasi

campak.

2.2.1. Penyakit Campak

Pengetahuan yang sebaiknya seorang ibu ketahui tentang penyakit campak

meliputi definisi penyakit campak, penyebab penyakit campak, gejala klinis penyakit

campak, cara penularan penyakit campak, dan komplikasi penyakit campak.

2.2.1.1. Definisi Penyakit Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles dengan gejala

bercak merah menyeluruh dengan panas dan disertai dengan salah satu gejala atau

lebih dari gejala batuk, pilek dan kemerahan pada mata. Pada mukosa mulut ada

bercak koplik. Setelah gejala mereda warna kulit menjadi kehitaman

(hiperpigmentasi) yang menetap 7-10 hari.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Septenia (2010) yang mengutip Maldorado (1996) Campak

merupakan suatu penyakit akut menular yang ditandai oleh 3 stadium: (1). Stadium

inkubasi sekitar 10-12 hari. Disertai dengan sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala:

(2). Stadium prodromal ditandai dengan bercak koplik pada mukosa bukal dan faring,

demam ringan sampai dengan sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang

semakin berat: (3). Stadium akhir dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut

pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki disertai demam yang tinggi.

2.2.1.2. Penyebab Penyakit Campak

Penyebab penyakit campak adalah virus RNA dari Famili Paramixoviridae,

genus Morbili virus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal

dan selama masa waktu singkat sesudah ruam campak, Virus ditemukan dalam

sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya

34 jam dalam suhu kamar ini berdasarkan Septenia (2010) yang mengutip dari

Maldorado (1996).

2.2.1.3. Gejala Klinis Penyakit Campak

a) Panas badan biasanya ≥ 38 derajat celcius selama 3 hari atau lebih, disertai salah

satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair.

b) Khas (Patognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan

dasar merah di pipi bagian dalam (Mucosa Basal).

c) Bercak kemerahan rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk

makulo papular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari) ke seluruh

tubuh. Ruam ini tidak memucat dengan penekanan karena perdarahan kapiler.

Universitas Sumatera Utara

d) Bercak kemerahan makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah

menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Kasus yang telah

menunjukkan hiperpigmentasi (kehitaman) perlu dilakukan anamnesis dengan

teliti, dan apabila pada masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala-gejala tersebut

di atas maka kasus tersebut termasuk kasus campak (Depkes RI. 2008).

2.2.1.4. Cara Penularan Penyakit Campak

a) Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara

terutama batuk, bersin atau sekresi hidung.

b) Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak

penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama

sakit (Depkes RI, 2008).

2.2.1.5. Komplikasi Penyakit Campak

Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada

anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia > 20 tahun. Penyakit campak dapat

menjadi lebih berat atau fatal pada penderita malnutrisi dan defisiensi Vitamin A

serta Human Immuno deficiency Virus (HIV). Komplikasi yang sering terjadi yaitu:

a). Diare b). Bronchopneumonia, c). Malnutrisi, d). Otitis Media, e). Kebutaan, f).

Encephalittis, g). Measles encephalittis, hanya 1/1.000 penderita campak, h).

Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), hanya 1/100.000 penderita campak dan,

i). Ulkus mukosa mulut (Depkes RI, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Imunisasi Campak

Imunisasi berasal dari bahasa latin “ Immun” yang berarti kebal. Dalam istilah

kedokteran dikenal dengan istilah imunitas yaitu suatu peristiwa mekanisme

pertahanan tubuh terhadap serangan benda asing, sehingga terjadi interaksi antara

tubuh dengan benda asing tersebut.

Menurut Mansjoer (2000) yang dikutip oleh Lisnawati (2011) imunisasi

adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif

terhadap penyakit menular. Berdasarkan Ranuh (2001) yang dikutip oleh Lisnawati

(2011) imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara

aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen yang serupa tidak

pernah terjadi penyakit.

Dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1059/MENKES/SK/IX/2004 imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia

terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut

(Purnamaningrum, 2010).

2.2.2.1. Manfaat Imunisasi

1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit.

Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan

menjalani masa kanak–kanak yang nyaman.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan

berpendidikan untuk melanjutkan pembangunan (Proverawati dan Andhini,

2010).

2.2.2.2. Usia Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi

Bayi terlindung dari campak karena ada antibodi dari ibunya yang masuk

kedalam darah bayi melalui plasenta. Lama perlindungan bayi dari penyakit campak

tergantung pada jumlah antibodi yang disalurkan lewat plasenta, faktor genetik,

faktor lingkungan, perbedaan cepat lambatnya kehilangan antibodi pasif yaitu infeksi

kuman lain, katabolisme Ig G yang meningkat. Kekebalan maternal yang dibawa

berangsur-angsur menurun sampai pada usia 9 bulan. Keadaan ini dipakai alasan

program imunisasi pemberian imunisasi segera setelah anak berusia 9 bulan

(Wisnuwijoyo, 2004).

2.2.2.3. Dosis dan Cara Pemberian Imunisasi Campak

Dosis vaksin campak sebanyak 0,5 ml. Sebelum disuntikan, vaksin campak

terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml

cairan pelarut. Vaksin diberikan secara intramuskular.

Cara pemberian:

a. Atur bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan bahu lengan

telanjang.

b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan untuk

menekan ke atas lengan bayi.

Universitas Sumatera Utara

c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45

derajat.

d. Usahakan kestabilan posisi jarum (Proverawati dan Andhini, 2010).

2.2.2.4. Berapa Kali Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi

Di Indonesia, sejak tahun 2004 imunisasi campak diberikan dua kali, yang

pertama pada umur 9-11 bulan dan yang kedua pada program Bulan Imunisasi Anak

Sekolah (BIAS) pada umur 6–7 tahun (Hartati, 2008).

2.2.2.5. Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi Campak

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

1. Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38° Celcius

2. Gangguan sistem kekebalan

3. Pemakaian obat imunosupresan

4. Alergi terhadap protein telur

5. Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

6. Wanita hamil (Lisnawati, 2011)

2.2.2.6. Efek Samping Imunisasi Campak

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3

hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Proverawati dan Andhini, 2010).

2.2.2.7. Tempat untuk Mendapatkan Imunisasi Campak

Untuk memaksimalkan pelayanan imunisasi, dan mengoptimalkan

keberhasilan program imunisasi, telah disediakan tempat-tempat khusus yang bisa

digunakan untuk pemberian imunisasi. Imunisasi dapat dilakukan di posyandu,

Universitas Sumatera Utara

puskesmas, polindes, rumah sakit, bidan desa, praktek dokter, dan tempat lain yang

telah disediakan (Proverawati dan Andhini, 2010).

2.3. Landasan Teori

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu

mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti

berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan

kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Perilaku manusia merupakan refleksi dari

berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi sikap dan sebagainya.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat

yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Landasan Teori Perubahan Pengetahuan

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam

diri manusia) maupun faktor eksternal (diluar diri manusia). Faktor internal terdiri dari faktor

fisik dan faktor psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor lain sosial, budaya

masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis

besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, maupun

masyarakat, dikelompokkan menjadi 4 menurut Teori Blum yang dikutip dari Notoatmodjo

(2003) yaitu 1). Lingkungan, 2). Perilaku, 3). Pelayanan kesehatan, 4). Hereditas

(keturunan).

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat hendaknya juga

dialamatkan kepada empat faktor tersebut. Dengan kata lain intervensi atau upaya

kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni intervensi

terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas.

Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka

intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Intervensi terhadap faktor perilaku ini secara garis besar dapat dilakukan melalui

upaya yaitu dengan tekanan (enforcement), hukum (Regulation), dan edukasi

(Education) (Notoatmodjo, 2010).

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan

dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan

atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap

Universitas Sumatera Utara

perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu yang lama, namun demikian

bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan

selama hidup dilakukan.

Perubahan atau adopsi perilaku merupakan suatu proses yang komplek dan

memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang

menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahapan

yaitu: pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan (practice).

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Seperti telah diartikan diatas bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu. Untuk

mendapatkan tahu itu seorang dapat melalui proses belajar. Seorang dapat dikatakan

belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu.

Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam

tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas

kejiwaan sendiri. Dari pernyataan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas dari proses

belajar ialah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada, sekarang

menjadi ada, yang sebelum diketahui, sekarang diketahui, yang dahulu belum

mengerti sekarang dimengerti.

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja dan

kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri: a). Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan

perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. b).

Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku

untuk waktu yang relatif lama. c). Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha.

Bukan karena proses kematangan (Notoatmodjo, 2003).

Telah disebutkan diatas salah satu cara untuk merubah perilaku adalah dengan

pendidikan. Menurut Craven dan Hirnle 1996 pendidikan kesehatan adalah

penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar

atau instruksi dengan tujuan untuk mengingat fakta/kondisi nyata, dengan cara

memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), dan aktif memberikan

informasi-informasi. Tujuan umum dari pendidikan kesehatan adalah bertujuan

meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk

hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan (Ali, 2010). Pendidikan

sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan oleh pendidik

kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku

(Notoatmodjo, 1981).

Penyuluhan kesehatan menurut Azrul Azwar dalam Ali (2010) adalah

kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti tapi juga mau

dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Kerangka Teori

2.4. Kerangka Konsep

Keterangan: : tidak diteliti : diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Penyuluhan

Proses belajar dan mengajar

Pengetahuan sebelum proses belajar mengajar

Pengetahuan sesudah proses belajar mengajar

Tindakan Tindakan

KIE Imunisasi campak

Pengetahuan ibu

tentang pemberian imunisasi campak pada bayi sesudah

KIE

Pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi campak pada bayi sebelum

KIE

Tindakan Imunisasi campak

Tindakan Imunisasi campak

Universitas Sumatera Utara