37
Sosiologi Komunikasi dan Informasi 1 A. BASIS SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASI Khazanah keilmuan komunikasi dipengaruhi oleh ilmu-ilmu. sosial di mana ilmu sosial adalah induk dari ilmu komunikasi, di samping itu juga ilmu komunikasi dipengaruhi oleh ilmuwannya dan stakeholder akademik di sekitarnya. Sebagaimana telah dijelaskan mengenai filsafat sosiologi komunikasi maka sejarah teori komunikasi menempuh dua jalur. Pertama, kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Durkheim, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural-fungsional. Kedua, Sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian komunikasi. Di Indonesia, perkembangan teori komunikasi dan kajian-kajian media dan komunikasi menunjukkan perkembangan yang sangat menonjol sejak hampir sepuluh tahun terakhir ini. Desakan dan pergeseran ke-arah perubahan dan perkembangan studi-studi komunikasi telah dirasakan sejak rezim Soeharto berkuasa, namun ke kuasaan politik lebih kuat dari keinginan masyarakat itu sendiri sehingga banyak jatuh korban dan teori-teori komunikasi menjadi terpasung. Namun setelah Habibie berkuasa, keran media massa dibuka lebar-lebar, sehingga booming media terjadi sangat dahsyat Studi-studi komunikasi berkembang di berbagai perguruan tinggi dengan berbagai perspektif keilmuan. Jumlah media terutama media televisi, radio, dan media cetak berkembang sangat banyak di berbagai kota, terutama media televisi kemudian dengan regulasi yang ada, dapat didirikan di berbagai kota kecil di Indonesia. Basis sosial semacam ini melahirkan berbagai kajian dan perspektif komunikasi sehingga mendesak teori-teori komunikasi konvensional. Berbagai bidang studi terutama jenjang S2 dan S3 secara terbuka menerima berbagai jurusan keilmuan, sehingga mahasiswa-mahasiswa dengan leluasa melakukan hibridasi keilmuan, maka lahirlah berbagai perspektif baru dalam keilmuan komunikasi yang selama ini didominasi oleh perspektif teori konvensional. Dunia dan kajian komunikasi seperti gadis yang baru saja bisa menstruasi, masih remaja, cantik, dan memesona. Jurusan-jurusan ilmu komunikasi kemudian sarat dengan mahasiswa dan beberapa perguruan tinggi di Jakarta dan Bandung jurusan komuikasi telah mengalahkan penerimaan fakultas ekonomi yang selama ini berlimpah ruah dengan calon mahasiswa. Perkembangan terakhir dunia komunikasi di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh tiga paradigma besar. Pertama, paradigma teori konvensional, yaitu paradigma teori yang dianut oleh para ilmuwan komunikasi yang secara keilmuannya mengembangkan teorinya ecara linier. Para ilmuwan ini memiliki kecenderungan memandang teori komunikasi secara tradisional, mereka sejak semula telah mempelajari bidang komunikasi sejak jenjang pendidikan SI dan tidak memalingkan pandangannya terhadap teori-teori lain di sekitar objek komunikasi. Kedua, paradigma kritis dan perspektif komunikasi, yaitu paradigma komunikasi yang dianut oleh para sarjana yang awalnya (terutama SI) belum mempelajari teori komunikasi, kemudian secara serius mempelajari komunikasi secara kritis dan menurut perspektif komunikasi yang dilihatnya. Paradigma ini antara lain adalah sosiologi komunikasi, hukum komunikasi dan hukum media, psikologi komunikasi, komunikasi antarbudaya, komunikasi politik, komunikasi organisasi, komunikasi publik, komunikasi sosial, semiotika komunikasi, public relation, dan sebagainya. Ketiga, paradigma teknologi media. Paradigma ini lahir dari para peminat teknologi telematika, terutama oleh para sarjana teknologi informasi. Walaupun paradigma ini tidak terlalu berpengaruh dalam kancah teori komunikasi bila dibandingkan dengan dua paradigma terdahulu, namun teori-teori komunikasi menggunakan perkembangan

A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 1

A. BASIS SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASI

Khazanah keilmuan komunikasi dipengaruhi oleh ilmu-ilmu. sosial di mana ilmu sosialadalah induk dari ilmu komunikasi, di samping itu juga ilmu komunikasi dipengaruhi olehilmuwannya dan stakeholder akademik di sekitarnya.

Sebagaimana telah dijelaskan mengenai filsafat sosiologi komunikasi maka sejarah teorikomunikasi menempuh dua jalur. Pertama, kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte,Durkheim, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsionalbagi lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural-fungsional. Kedua,Sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan paradigmakonflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian komunikasi.

Di Indonesia, perkembangan teori komunikasi dan kajian-kajian media dan komunikasimenunjukkan perkembangan yang sangat menonjol sejak hampir sepuluh tahun terakhir ini.Desakan dan pergeseran ke-arah perubahan dan perkembangan studi-studi komunikasi telahdirasakan sejak rezim Soeharto berkuasa, namun ke kuasaan politik lebih kuat dari keinginanmasyarakat itu sendiri sehingga banyak jatuh korban dan teori-teori komunikasi menjaditerpasung. Namun setelah Habibie berkuasa, keran media massa dibuka lebar-lebar, sehinggabooming media terjadi sangat dahsyat Studi-studi komunikasi berkembang di berbagaiperguruan tinggi dengan berbagai perspektif keilmuan. Jumlah media terutama media televisi,radio, dan media cetak berkembang sangat banyak di berbagai kota, terutama media televisikemudian dengan regulasi yang ada, dapat didirikan di berbagai kota kecil di Indonesia.

Basis sosial semacam ini melahirkan berbagai kajian dan perspektif komunikasi sehinggamendesak teori-teori komunikasi konvensional. Berbagai bidang studi terutama jenjang S2dan S3 secara terbuka menerima berbagai jurusan keilmuan, sehingga mahasiswa-mahasiswadengan leluasa melakukan hibridasi keilmuan, maka lahirlah berbagai perspektif baru dalamkeilmuan komunikasi yang selama ini didominasi oleh perspektif teori konvensional. Duniadan kajian komunikasi seperti gadis yang baru saja bisa menstruasi, masih remaja, cantik, danmemesona. Jurusan-jurusan ilmu komunikasi kemudian sarat dengan mahasiswa dan beberapaperguruan tinggi di Jakarta dan Bandung jurusan komuikasi telah mengalahkan penerimaanfakultas ekonomi yang selama ini berlimpah ruah dengan calon mahasiswa.

Perkembangan terakhir dunia komunikasi di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh tigaparadigma besar. Pertama, paradigma teori konvensional, yaitu paradigma teori yang dianutoleh para ilmuwan komunikasi yang secara keilmuannya mengembangkan teorinya ecaralinier. Para ilmuwan ini memiliki kecenderungan memandang teori komunikasi secaratradisional, mereka sejak semula telah mempelajari bidang komunikasi sejak jenjangpendidikan SI dan tidak memalingkan pandangannya terhadap teori-teori lain di sekitar objekkomunikasi. Kedua, paradigma kritis dan perspektif komunikasi, yaitu paradigma komunikasiyang dianut oleh para sarjana yang awalnya (terutama SI) belum mempelajari teori komunikasi,kemudian secara serius mempelajari komunikasi secara kritis dan menurut perspektifkomunikasi yang dilihatnya. Paradigma ini antara lain adalah sosiologi komunikasi, hukumkomunikasi dan hukum media, psikologi komunikasi, komunikasi antarbudaya, komunikasipolitik, komunikasi organisasi, komunikasi publik, komunikasi sosial, semiotika komunikasi,public relation, dan sebagainya. Ketiga, paradigma teknologi media. Paradigma ini lahir daripara peminat teknologi telematika, terutama oleh para sarjana teknologi informasi. Walaupunparadigma ini tidak terlalu berpengaruh dalam kancah teori komunikasi bila dibandingkandengan dua paradigma terdahulu, namun teori-teori komunikasi menggunakan perkembangan

Page 2: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 2

teknologi media ini untuk merevisi berbagai teori komunikasi yang ada hubungan denganmedia dan komunikasi massa.

Jadi, arah pengembangan teori banyak dipengaruhi oleh paradigma teknologi informasi ini,sehingga perguruan tinggi ilmu komunikasi memandang perlu mengajarkan teori dan sejarahteknologi komunikasi kepada mahasiswanya, sekaligus terus menjadikan paradigma ini sebagailahirnya perspektif baru dalam teori-teori komunikasi sebagai metamorfosis denganparadigma-paradigma lain.

Dari sisi lain, menurut Sendjaja (2005:11), bahwa ilmu komunikasi pada dasarnyamerupakan salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bercirikan 'multi perspektif' dan 'multiparadigma'. Selanjutnya ia mengatakan, berdasarkan basis keilmuan, perspektif dan paradigmayang diterapkan dalam ilmu komunikasi bermacam ragam.

Sehubungan dengan itu, berdasarkan metode dan logika, terdapat 4 (empat) perspektifyang mendasari teori dalam ilmu komunikasi. Keempat perspektif tersebut adalah coveringlows, rules, system dan symbolic interactionism. Pemikiran perspektif pertama covering lows,yang berangkat dari prinsip kausalitas atau hubungan sebab akibat (Berger, 1977), umumnyamenjadi basis pengembangan teori-teori komunikasi yang memerlukan pembuktian secaraempiris. Pemikiran perspektif rules, berdasarkan prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih,mengubah, dan menentukan aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya (Chusman, 1977).Perspektif ini banyak diterapkan dalam teori-teori komunikasi pribadi. Perspekti sistemmempunyai 3 (tiga) model, yakni 'general system theory', 'cybernetics', dan 'structuralfnnctionalism' (Monge, 1977), umumnya di jadikan landasan pada teori-teori informasi dankomunikasi organisasi. Sementara perseptif symbolic interactionism, lebih mengutamakanpengamatannya pada interaksi simbolis (Charon, 197S 1998) yang diterapkan padapenelitian-penelitian tentang perilaku komunikasi antar-individu dalam kehidupan sosial(Sendjaja, 2005: 11).

Paradigma ilmu komunikasi berdasarkan metodologi penelitiannya, menurut Dedy N.Hidayat (1999) yang mengacu pada pemikiran Guba (1990: 1994) ada 3 (tiga) paradigma: (1)paradigma klasik (classical paradigm); (2) paradigma kritis (critical paradigm; dan (3)paradigma konstruktivisme (constructivism paradigm).

Menurut Sendjaja (2005), paradigma klasik (gabungan dari paradigma 'positivism' danpost-positivism menurut Guba), menurut Dedy N. Hidayat (1999), bersifat 'interventionist',yakni melakukan pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deductive method, melaluilaboratorium, eksperimen, atau survei eksplanatif dengan analisis kuantitatif. Dengandemikian, objektivitas, validitas, dan realibilitas diutamakan dalam paradigma ini. Paradigmakritis lebih berorientasi 'participative' dalam arti mengutamakan analisis komprehensif,kontekstual, dan multilevel analisis, dan peneliti berperan sebagai aktivis atau partisipan.Sedangkan paradigma konstruktivisme, bersifat reflektif dan dialektikal. Menurut paradigmaini, antara peneliti dan subjek yang diteliti, perlu tercipta empati dan interaksi dialektis agarmampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif seperti observasipartisivasi (participant observation).

Sedangkan berdasarkan fokus wilayah kajiannya, menurut Griffin (2003) dalam Sendjaja(2005), paradigma teori dalam ilmu komunikasi dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh) tradisi:(1) tradisi psikologi-sosial; (2) tradisi sibernetika; (3) tradisi retorika; (4) tradisi semiotika; 5)tradisi sosiokultural; (6) tradisi kritis; dan (7) tradisi fenomenologi. Tradisi psikologi-sosial

Page 3: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 3

memfokuskan perhatiannya pada komunikasi sebagai pengaruh antarpribadi. Tradisisibernetika lebih melihat komunikasi sebagai pemrosesan informasi. Tradisi retorikamenitikberatkan perhatiannya pada komunikasi sebagai seni berbicara di depan publik. Tradisisemiotika memandang komunikasi sebagai proses sebagai makna melalui tanda-tanda. Tradisisosiokultural, melihat komunikasi sebagai penciptaan dan penentuan realitas sosial. Tradisikritis lebih menekankan pada konsepsi komunikasi sebagai tantangan reflektif terhadapdiskursus ketidakadilan. Sementara tradisi fenomenologi lebih memandang komu-nikasisebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog.

B. JENIS PENGETAHUAN DAN PARADIGMA LAIN DALAM KOMUNIKASI

Ilmu komunikasi, menurut Charles R. Berger dan Steven H. Chaffee (1987:15 dalamSendjaja, 2005:9) dapat didefinisikan sebagai berikut: "Communication science seeks tounderstand the production, processing and effects of and signal systems by developing testabletheories, containing lawful generalizations, that explain phenomena associated withproduction, processing, and effects'. Ilmu komunikasi berupaya memahami produksi,pemrosesan dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang, melalui pengembanganteori-teori yang dapat diuji, berisikan generalisasi-generalisasi yang sah yang menjelaskanfenomena yang berkaitan dengan produksi, pemrosesan, dan pengaruh dari sistem tanda danlambang tersebut. Pengertian ilmu komunikasi ini cenderung berorientasi 'positivistik'.

Sementara itu, menurut Stephen W. Littlejohn (2002:11 dalam Sendjaja, 2005), sebagaisalah satu ilmu pengetahuan sosial, ilmu komunikasi adalah "communication as a socialscience, communication involves understanding how people behave in creating, exchanging,and interpreting messages. Consequently, communication inquiry combines both scientificand humanistic methods". Jadi, komunikasi adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yangmemiliki ciri-ciri; berkenaan dengan pemahaman tentang bagaimana orang berperilaku dalammencipta- kan, mempertukarkan, serta menginterprestasikan pesan-pesan. Oleh karena itu,(penelitian) keilmuan yang dipergunakan dalam bidang komunikasi memerlukan kombinasipenggunaan metode pendekatan 'scientific' (ilmiah impirispositivistik) dan metode pendekatan'humanistic' (humanistik).

1. Pandangan Humanistik

Menurut Littejohn (1996:11), tujuan humanitas adalah memahami respons subjektifindividual. Sains adalah suatu aktivitas "di luar sana" sedangkan humanitas menekankan "didalam sini". Sains berfokus pada dunia penemuan, humanitas berfokus pada orang penemu.Sains berupaya mencari kosensus, humanitas berupaya mencari interpretasi-interpretasialternatif. Para humanis sering merasakan ingin tahu terhadap pernyataan bahwa ada suatudunia kekal untuk ditemukan. Pakar humanitas cenderung tidak memisahkan "siapaseseorang" menunjukkan "apa yang dilihatnya" karena penekanannya pada respons subjektif.Pengetahuan humanistik teristimewa cocok terhadap problem seni, pengalaman pribadi, dannilai-nilai.

Hampir semua program riset dan penyusunan teori menyertakan beberapa aspek baikpengetahuan ilmiah maupun pengetahuan humanistik. Pada suatu saat ilmuwan adalah seoranghumanis yang menggunakan intuisi kreativitas, interpretasi, dan pandangan dengan ironis.Ilmuwan menjadi objektif dalam menciptakan metode yang mengarah kepada observasiobjektif, membuat riset, merancang suatu proses kreatif. Dengan demikian, pada suatu saat

Page 4: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 4

ilmuwan menjadi humanis pada gilirannya harus ilmiah, berupaya mencari fakta yang dapatdipahami.

2. Pandangan Social Science

Salah satu pendekatan dalam ilmu pengetahuan adalah ilmu sosial. Walaupun padamulanya pendekatan ilmu sosial merupakan satu upaya menggunakan pendekatan ilmu eksaktadalam melihat masyarakat sebagaimana yang dimaksud oleh August Comte memperkenalkansosiologi sebagai ilmu yang membahas kehidupan sosial saat itu sehingga pada awalnya ilmusosial menggunakan metode yang dipinjam dari ilmu fisika. Dalam berupayamengobservasikan dan menginterpretasikan pola-pola perilaku manusia akar ilmu sosialmenjadikan manusia sebagai objek studi yang arus diobservasinya. Apabila pola-pola perilakupada kenyataanya ada, maka observasi haruslah seobjektif mungkin. Dengan kata lain,ilmuwan sosial seperti ilmuwan alam harus menegakkan konsensus pada apa yangdiobservasinya secara akurat yang nantinya akan dijelaskan atau diinterpretasikan (Littlejohn,1996:11).

Penginterpretasian mungkin rumit karena kenyataannya adalah objek observasi itu adalahsubjek manusia yang merupakan makhluk hidup yang berbeda dengan fakta-fakta alam.Makhluk hidup mampu memiliki pengetahuan dan memiliki nilai-nilai, membuat ia dapatberinterpretasi dan melakukan tindakan. Kontroversi mengenai objek manusia sebagaimakhluk hidup dalam riset-riset ilmiah merupakan isu penting dalam ilmu sosial karenarespons subjektif individu sebagai objek riset haruslah dipertimbangkan dalam memahamibagaimana orang berpikir dan mengevaluasi tindakannya. Komunikasi mengandungpemahaman bagaimana manusia berperilaku dalam mencipta, bertukar, dan penginterpretasianpesan-pesan. Akibatnya, komunikasi memerlukan gabungan metode keilmuan sosial danhumanistik (Littlejohn, 1996: 11).

Dari berbagai pandangan yang dikemukakan para ahli (Berger & Chaffee, 1987;Littlejohn, 2002; Griffin, 2003; Rogers, 1994; Deetz dan Putnam, 2001, dalam Sendjaja, 2005:10) secara umum, ilmu komunikasi mempunyai 3 (tiga) karakteristik sebagai berikut: Pertama,ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial yang bersifat multidisipliner dan bidang kajiannyasangat luas. Disebut demikian, karena untuk fenomena yang berkaitan dengan produksi, prosesdan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang konteksnya sangat luas, mencakupberbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari kehidupan manusia. Unit analisisnyajuga bervariasi, mulai dari unit individual atau personal, kelompok organisasi, masyarakat luas(dalam suatu negara), sampai ke unit-unit internasional dan global. Oleh karena itu, pendekatanyang diterapkan dalam ilmu komunikasi bersifat multidisipliner. Pemikiran-pemikiran teoretisyang dikemukakan dalam ilmu komunikasi, berasal dari dan berkenaan dengan berbagaidisiplin lainnya, seperti sosiologi, psikologi sosial, politik, linguistik, antropologi, ekonomi,ekologi, hukum, dan ilmu-ilmu yang lainnya termasuk ilmu eksakta. Kedua, ilmu komunikasitidak hanya merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat murni-teoretis-akademis, tetapi jugamerupakan ilmu pengetahuan terapan yang diperlukan berbagai kalangan praktisi. Karena,ilmu komunikasi juga menjelaskan tentang seni produksi sistem-sistem tanda dan lambang,mencakup berbagai aspek dan tingkat kepentingan yang sangat luas, menyangkut kepentinganperorangan, kelompok, organisasi dan perusahaan, sampai ke kepentingan masyarakat, bangsadan negara. Sistem tanda dan lambang juga diperlukan oleh seluruh bidang kehidupan, baikyang menyangkut politik, sosial, budaya, ataupun ekonomi dan bisnis. Ketiga, teknologikhususnya teknologi komunikasi yang diperlukan dalam proses produksi sistem tanda danlambang merupakan salah satu objek kajian utama. Ini berarti pengembangan dan penerapan

Page 5: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 5

ilmu komunikasi tidak dapat dilepaskan dari teknologi, baik dalam bentuk 'software'(perangkat lunak) ataupun 'hardware' (perangkat keras). Karakter yang terakhir ini berkaitandengan penjelasan paradigma teori komunikasi lain yang telah disebutkan di atas, yaituparadigma teknologi media.

C. PENDEKATAN KEILMUAN DALAM KOMUNIKASI

Ada dua pendekatan dalam keilmuan komunikasi yang selama ini digunakan. Pertama,disebut pendekatan non-ilmiah atau unscientific dan kedua adalah pendekatan ilmiah atauscientific.

1. Pendekatan Unscientific

Dalam sejarah umat manusia, usaha untuk menjawab dorongan ingin tahu dan mencarikebenaran, bermula dari pendekatan ini. Sebelum orang menggunakan pendekatan scientific,pendekatan unscientific sudah digunakan dalam waktu yang cukup lama.

Pada pendekatan unscientific umumnya orang menjawab dorongan ingin tahu danmencari kebenaran, melalui:

a. Secara kebetulan.b. Secara trial and error.c. Melalui otorisasi seseorang.d. Wahyu.

Tidak ada sumber pasti yang menjelaskan tentang keempat cara di atas digunakan olehumat manusia untuk menemukan kebenaran, namun menurut logika sejarah, keempat cara diatas secara bertahap atau secara bersama-sama digunakan orang untuk mencari kebenaran.Namun secara logika juga penemuan kebenaran dilakukan orang dari kegiatan-kegiatan yangsederhana dan secara bertahap meningkat mencapai kegiatan yang rumit dengan melibat oranglain.

a. Penemuan Secara Kebetulan

Pada mulanya manusia selalu kebingungan untuk memecahkan persoalan hidupnya danrintangan alam sekitarnya. Karena pada waktu itu tingkat pengetahuan manusia amat rendah,maka manusia cenderung pasif terhadap usaha memecahkan berbagai misteri kehidupannya.Akibatnya, semua pengetahuan (kebenaran) diperoleh secara kebetulan.

Cerita-cerita yang sungguh menarik tentang penemuan semacam itu adalah penemuanobat malaria yang dapat menyelamatkan berjuta-juta umat manusia dari bahaya penyakittersebut. Mulanya orang tidak dapat berbuat apa-apa terhadap wabah malaria di mana-mana.Namun, setelah seorang Indian yang menderita demam dengan panas yang amat tinggi, secaratidak sengaja jatuh dalam sebuah sungai kecil yang airnya telah berwarna hitam. Tanpadisengaja Indian itu terminum air sungai tersebut. Setelah kejadian ini, berangsur-angsur orangIndian yang menderita malaria itu sembuh. Ternyata di kemudian hari diketahui, bahwa airsungai yang berwarna hitam itu disebabkan karena sebatang pohon Kina yang tumbang di

Page 6: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 6

sungai itu. Dari kejadian ini, kemudian orang baru mengetahui bahwa pohon Kina dapatdijadikan obat penyakit malaria.

Kelemahan yang terkandung dalam penemuan-penemuan secara kebetulan ini, bahwaorang akan bersikap pasif terhadap dorongan ingin tahunya karena semuanya terjadi secarakebetulan, dan akibatnya pengetahuan berkembang sangat lambat. Dunia dan masyarakatberkembang menurut hukum alam dan secara evolusi membentuk kehidupan yang menurutalam adalah yang terbaik. Peran manusia hampir tidak ada, sehingga masyarakat juga ber-kembang dan berubah menurut hukum alam dan sunatullah.

b. Penemuan Secara Trial and Error

Tantangan alam semakin besar, membuat banyak orang mulai tidak percaya bahwatemuan baru dan pemecahan misteri kehidupan yang lebih cepat hanya dapat dihasilkan daripenemuan secara kebetulan. Perkembangan masyarakat yang terasa cepat menyebabkanmanusia harus aktif mencari kebenaran, kendati sarana pengetahuan untuk mencapainyamasih sangat tidak memadai. Namun untuk memotong waktu yang terlalu panjang ini,masyarakat harus memulai sesuatu dengan cara mencoba-coba (trial and error) walau tanpakepastian.

Suatu usaha trial and error tidak diawali dengan sebuah harapan, kendati tetap memilikitujuan yang tak menentu, bahkan sering kali orang memulai trial and error dengan harapanyang hampa. Sampai pada suatu saat tertentu yang mungkin menghasilkan kejutan dari suatuproses coba-coba itu, dan kemudian memberikan harapan yang lebih banyak terhadap oranguntuk meneruskan usaha tersebut. Suatu contoh dari proses trial and error ini adalah yangpernah iilakukan oleh Robert Kock (Nawawi, 1983 dalam Bungin, 2001: 11). Kock pernahmengasah kaca, dengan maksud mencoba-coba apa yang akan terjadi pada hasil asahankacanya itu. Kock kemudian terus dan terus saja mengasah kaca. Akhirnya, kaca tersebut ber-jentuk lensa yang mampu memperbesar benda-benda yang tidak dapat dilihat oleh matatelanjang. Kemudian ternyata lensa tersebut telah mendasari pembuatan miskroskop.

Dari pengalaman Kock di atas, tampak bahwa untuk mencapai ;u atu pengetahuan ataukebenaran tertentu, orang sering kali harus melalui berbagai usaha, kadang membutuhkanwaktu yang lama ;ampai pada akhirnya ia menemukan sesuatu yang berarti. Sehingga trial anderror terlalu banyak menghabiskan waktu, terlalu banyak mereka-reka, membuat spekulasidalam ketidakpastian.

c. Penemuan Melalui Otoritas

Pak Kamijo warga sebuah dusun di desa Kec. Candi Sidoarjo, percaya betul bahwa hariSabtu tanggal 27 Januari 2006 adalah hari yang paling baik untuk melaksanakan pernikahananaknya. Ternyata yang menentukan hari baik bagi anaknya adalah seorang dukun di desanyaitu. Begitu pula para pencari keadilan menggunakan otoritas hakim dan mahkamah agunguntuk memutuskan sebuah perkara. Putusan hakim dan mahkamah agung adalah hasil otoritasyang dipercaya paling tidak oleh salah satu pihak sebagai sesuatu yang benar. Para pasienmemandang diagnosis dokter sebagai sebuah kebenaran, murid SD juga demikian, selalumemandang apa yang diajarkan oleh gurunya sebagai sesuatu yang benar. Contoh-contohtersebut adalah kasus-kasus bagaimana orang menemukan kebenaran dalam hidupnya.

Page 7: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 7

Kaum Skolastik yang begitu fanatik dengan Aristoteles, begitu kagum dengan semuapertanyaan Aristoteles, sehingga sedikitpun tidak menaruh curiga akan kelemahanpertanyaannya. Sampai-sampai mengiyakan saja apa yang dikatakan Aristoteles, bahwa gigiwanita lebih banyak dari gigi laki-laki. Padahal secara objektif jumlah gigi-gigi itu dapatdihitung sendiri. Kemudian pada kesempatan lain, kaum Skolastik serta-merta menolakundangan Galelio untuk melihat bulan-bulan dari Yupiter melalui teropong. Hal tersebutdalam ilmu astronomi Aristoteles, tidak pernah menyebut-nyebutkan bahwa bulan-bulan itudapat dilihat (Hadi, 1978, Bungin, 2005: 11).

Cerita-cerita di atas itu adalah contoh dari pendekatan otoritas dalam menemukankebenaran. Memang pendekatan ini lebih praktis bila dibandingkan dengan pendekatanlainnya. Namun juga sangat terbuka untuk suatu kesalahan yang fatal. Berbeda denganpendekatan kebetulan atau trial and error, menemukan kebenaran melalui otoritasmembutuhkan orang lain yang dapat dijadikan subjek otorisasi, karena pada pendekatan inisadar ataupun telah mengakui ketidakmampuan rasio seseorang untuk memecahkan problemkebenaran yang sedang dihadapinya. Otoritas membuat orang tergantung kepada orang yangmemiliki otoritas tersebut dan membuat dirinya bertaklid dan jumud serta tanpa disadari telahmembekukan kreativitas manusia dan usaha seseorang untuk berikhtiar. Otoritas telahmenempatkan manusia dan budaya tertentu, katakan saja seperti raja, pemerintah,undang-undang, pengadilan, guru, pendeta, imam, dukun dan sebagainya, pada posisi yangamat penting dalam pembentukan sikap masyarakat tentang suatu kebenaran.

Perkembangan selanjutnya, pendekatan otoritas hanya cocok untuk menemukan kebenarandokmatis bagi kepentingan tertentu, seperti dalam kehidupan beragama, upaya-upayapenyembuhan penyakit, dan bentuk-bentuk kepatuhan lainnya dalam sistem kekerabatan danmonarki. Namun tidak menutup mata terhadap kebaikannya dalam hal usaha menujupembuktian kebenaran secara ilmiah dan rasional. Karena pada saat pikiran seseorangterhempas dan kemudian dalam waktu yang hampir sama orang lain telah menemukancara-cara baru yang lebih ilmiah untuk memburu dan membuktikan kebenaran yang menjadi"misteri besar" pada rasa ingin tahunya.

d. Menemukan Kebenaran Melalui Wahyu

Bagi orang tertentu menganggap bahwa sumber kebenaran hanyalah berasal dari sangpencipta alam semesta ini. Karena itu, ia hanya mau berbicara atau memberi keputusan apabilasudah mendapatkan wahyu. Wahyu dianggap sebagai sumber kebenaran yang datangnya dariluar dirinya dan memberi otorisasi terhadap keputusan dan tindakannya.

Meski sumber kebenaran melalui wahyu ini adalah bentuk penemuan kebenaran yangpaling tradisional, namun cara seperti ini tetap saja menjadi cara menemukan kebenaran yangsampai saat didigunakan.

2. Pendekatan Scientific

Pendekatan ini juga disebut sebagai pendekatan Kritik-Rasional dan/atau ScientificResearch. Ada dua macam proses yang dapat digunakan untuk menemukan kebenaran. Prosesyang pertama dinamakan "berpikir kritis-rasional" dan cara yang kedua adalah penelitianilmiah" (Scientific Research). Cara-cara berpikir kritis-rasional merupakan cara-caraperburuan kebenaran melalui pendekatan-pendekatan ilmiah. Secara sadar atau tidak, bahwacara berpikir kritis-rasional adalah asal muasal gagasan mengenai proses penelitian ilmiah.

Page 8: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 8

Walaupun demikian kritis-rasional dan penelitian ilmiah, memiliki perbedaan prosedur danproses satu dengan yang lain, yakni berbeda bobot keilmiahan masing-masing, dan inilah yangakan dibicarakan kemudian.

a. Berpikir Kritis-Rasional

Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, karena itu berpikir adalah salah satuaktivitas batiniah manusia. Dengan akal budi yang dimiliki manusia, maka manusia dapatuntuk berpikir. Proses berpikir adalah menghubungkan satu hal dengan hal lainnya,nenggunakan objek berpikir dan menghubungkannya dengan objek ainnya, membuat tesis danmengkajinya dengan antitesis, kemudian nenghasilkan tesis, inilah yang dimaksud denganproses berpikir kritis-rasional.

Kemampuan berpikir semacam ini telah banyak menghasilkan kebenaran, walaupunkemudian belum tentu diakui sebagai produk ilmiah. Ada dua jalan yang dapat ditempuhdalam menggunakan cara berpikir rasional untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan.Cara-cara itu adalah berpikir analitis dan berpikir sintetis.

Sains sering diasosiasikan dengan objektivitas, walaupun objektivitas sains harusbetul-betul dapat dibuktikan. Jika dengan objektivitas nilai-nilai diartikan menyerupai carakerja mesin suspensi, jelas sains tidak objektif. Namun kalau objektivitas dimaksudkansebagai standarisasi, maka sains akan benar-benar objektif. Ahli sains berupaya melihat duniadalam suatu cara di mana seluruh observer lain, kalau dilatih dengan cara yang sama danmenggunakan metode sama, akan melihat yang sama. Replikasi dari suatu studi akanmenimbulkan hasil-hasil identik dengan hasil- hasil sebelumnya. Standarisasi dan replikasiadalah penting dalam sains karena para ahli sains harus beranggapan bahwa dunia memilikibentuk dan mereka melihat tugas mereka saat mengobservasinya. Tujuan sains adalahmengobservasi dan menjelaskan dunia seakurat mungkin.

b. Penelitian Ilmiah (Scientific Research)

Aktivitas manusia menemukan kebenaran atau pengetahuan melalui penelitian ilmiahadalah usaha yang paling maksimal yang dapat diterima akal sehat sampai saat ini. Selainupaya ini disebut sebagai upaya maksimal manusia, penelitian ilmiah juga adalah prosesmenemukan kebenaran yang dipercaya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Model riset ilmiahyang paling banyak dianut sampai saat ini adalah model Immanuel Kant, yaitu memadukanpemikiran kritis rasional dan pengamatan empiris. Riset ilmiah harus melakukan dua prosesberpikir itu dalam satu kegiatan penelitian. Riset ilmiah bukan hanya pemikiran kritis rasionalsaja atau pengamatan empiris saja, tetapi hasil sinergitas dari kedua proses itu.

D. JENIS TEORI KOMUNIKASI

1. Jenis-jenis Teori Komunikasi

Littlejohn (1996:21) mengatakan, berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objekpengamatan, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok.Kelompok pertama disebut kelompok 'teori-teori umum' (general theories), kelompok keduaadalah kelompok teori-teori kontekstual' (contextual theories).

Page 9: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 9

Ada empat jenis teori dalam kelompok teori-teori umum (general theories), namundimanfaatkan secara efektif dalam kancah-kancah komunikasi, yaitu: (1) teori-teori fungsionaldan struktural; (2) teori-teori behavioral dan cognitive; (3) teori-teori konvensional daninteraksional; serta (4) teori-teori kritis dan interpretatif. Sementara itu, kelompok teori-teorikontekstual (contextual theories) terdiri dari teori-teori tentang: (1) komunikasi antarpribadi;(2) komunikasi kelompok; (3) komunikasi organisasi; dan (4) komunikasi massa.

a. Teori-teori Umum

1) Teori-teori Fungsional dan Struktural

Ciri dan jenis teori ini dibangun berdasarkan asumsi dasar teori, yaitu: (1) masyarakatadalah organisme kehidupan; (2) masyarakat memiliki sub-subsistem kehidupan; (3)masing-masing subsistem memiliki fungsi yang berbeda; (4) fungsi-fungsi subsistem salingmemberi kontribusi kepada subsistem lainnya; dan (5) setiap fungsi akan terstruktur dalammasyarakat berdasarkan fungsi masing- masing.

Meskipun pendekatan fungsional dan struktural ini sering kali dikombinasikan, namunmasing-masing mempunyai ddk penekanan yang berbeda. Pendekatan strukturalisme yangberasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkutpengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Pendekatan fungsionalisme yang berasal daribiologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara pengorganisasian dan mempertahankansistem. Apabila di telaah, kedua pendekatan ini sama-sama mempunyai penekanan yang samayakni tentang sistem sebagai struktur yang berfungsi.

Menurut Littlejohn (1996:14), kedua pendekatan ini juga memiliki beberapa persamaankarakteristik sebagai berikut:

a) Baik pendekatan strukturalisme maupun pendekatan fungsionalisme, keduanyasama-sama lebih mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun waktu tertentu)daripada diachrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu).

b) Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannyapada akibat-akibat yang tidak ‘diinginkan’ (unintended consequences) daripadahasil-hasil yang sesuai tujuan. Kalangan strukturalis tidak memercayai konsep-konsep'subjektivitas' dan 'kesadaran'. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalahfaktor-faktor yang berada di luar kontrol dan kesadaran manusia.

c) Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kepercayaan bahwa realitas itu padadasarnya objektif dan independent (bebas). Oleh karena itu, pengetahuan, menurutpandangan ini, dapat ditemukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yangcermat.

d) Pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme juga sama-sama bersifat dualistik,karena keduanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran danobjek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, dunia hadirkarena dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat untuk merepresentasikan apayang telah ada.

e) Kedua pendekatan juga sama-sama memegang prinsip the correspondence theory oftruth (teori kebenaran yang sesuai). Menurut teori ini bahasa harus sesuai denganrealitas. Simbol- simbol harus memprestasikan sesuatu secara akurat.

2) Teori-teori Behavioral dan Cognitive

Page 10: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 10

Menurut Sendjaja (2002: 1-23), sebagaimana halnya dengan teori-teori strukturalis danfungsional, teori-teori behavioral dan cognitive juga merupakan gabungan dari dua tradisiyang berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga samadengan aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaan utama antara aliran behavioral dankognitif dengan aliran strukturalis dan fungsional hanya terletak pada fokus pengamatan sertasejarahnya. Teori-teori behavioral dan fungsional yang berkembang dari, sosiologi danilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yangmenyangkut struktur sosial dan budaya. Sementara teori-teori behavioral dan kognitif yangberkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderungmemusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konseppemikirannya yang terkenal adalah tentang model "S-R" (stimulus-response) yangmenggambarkan proses informasi antara 'stimulus' (rangsangan) dengan 'response'(tanggapan). Teori-teori 'behavioral dan cognitive' juga mengutamakan analisis variabel(variable-analytic). Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengindentifikasikanvariabel-variabel kognitif yang dianggap penting, serta mencari hubungan korelasi di antaravariabel. Analisis ini juga menguraikan tentang cara-cara bagaimana variabel-variabel proseskognitif dan informasi menyebabkan atau menghasilkan tingkah laku tertentu. Komunikasi,menurut pandangan teori ini, dianggap sebagai manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir,dan fungsi 'bio-neural' dari individu. Oleh karena variabel-variabel penentu yang memegangperanan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luarkontrol dan kesadaran orang tersebut.

3) Teori-teori Konvensional dan Interaksional

Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksiyang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalamhal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi, menurut teori ini, dianggap sebagai alat perekatmasyarakat (the glue ofsociety). Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan'interaksionisme simbolis' (symbolic interactionism) sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagikalangan pendukung teori-teori ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.Berbeda dengan teori-teori strukturalis yang memandang struktur sosial sebagai penentu,teori-teori interaksional dan konvensional melihat struktur sosial sebagai produk dari interaksi.Fokus pengamatan teori-teori ini tidak terhadap struktur, tetapi tentang bagaimana bahasadipergunakan untuk membentuk struktur sosial serta bagaimana bahasa dan simbol-simbollainnya direproduksi, dipelihara, serta diubah dalam penggunaannya. Makna, menurutpandangan kelompok teori ini, tidak merupakan suatu kesatuan objektif yang ditransfer melaluikomunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan melalui interaksi. Dengan kata lain, maknamerupakan produk dan interaksi. Menurut teori-teori interaksional dan konvensional, maknapada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari interaksi. Oleh karena itu,makna dapat berubah dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks, serta dari satu kelompoksosial ke kelompok lainnya. Dengan demikian, sifat objektivitas dari makna adalah relatif dantemporer (Sendjaja, 2002: 1-24).

4) Teori-teori Kritis dan Interpretatif

Kelompok teori yang keempat adalah kelompok-kelompok teori kritis dan interpretatif.Mengacu pandangan Sendjaja (2002: 1.25), bahwa kelompok teori ini gagasan-gagasannyabanyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretatif (interpretative sociology),pemikiran Max Weber, phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran FrankfurtSchool serta sebagai pendekatan tekstual, seperti teori-teori retorika, Biblical, dan

Page 11: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 11

kesusastraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di negara- negara Eropa.Teori-teori kiritis dan interpretatif ini kemudian melahirkan teori dan pendekatan baru dalamkomunikasi seperti sosiologi komunikasi, hukum komunikasi dan hukum media, komunikasiantar budaya, komunikasi politik, komunikasi organisasi, komunikasi publik, semiotikakomunikasi, public relation, dan sebagainya. Meskipun ada beberapa perbedaan di antarateori-teori yang termasuk dalam kelompok ini, namun terdapat dua karakteristik umum.Pertama, penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalamanindividual. Kedua, makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini.Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasar pemahaman makna. Denganmemahami makna dari suatu pengalaman, seseorang menjadi sadar akan kehidupan dirinya.Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yangmengemudikan pengalaman manusia. Di samping persamaan umum, juga terdapat perbedaanyang mendasar antara teori-teori interpretatif dan teori-teori kritis dalam hal pendekatannya.Pendekatan teori interpretatif cenderung menghindarkan sifat-sifat preskriptif dankeputusan-keputusan absolut tentang fenomena yang diamati. Pengamatan (observation)menurut teori interpretatif, hanyalah sesuatu yang bersifat tertatif dan relatif. Sementara teori-teori kritis (critical theories) lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan absolut,preskriptif, dan juga politis sifatnya.

2. Teori-Teori Kontekstual

Seperti apa yang dijelaskan oleh Sendjaja (2002: 1.25), berdasarkan konteks atautingkatan analisisnya, teori-teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam lima konteksatau tingkatan, sebagai berikut: (1) komunikasi intra-pribadi (intra-personal communication);(2) komunikasi antarpribadi (interpersonal communication); (3) kelompok komunikasi (groupcommunication); (4) komunikasi organisasi (organizational commimication); dan (5)komunikasi massa (mass communication).

Intra-personal communication adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diriseseorang. Yang jadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasiyang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan indranya. Teori komunikasi intra-pribadiumumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadapsimbol-simbol yang ditangkap melalui pancaindra.

Interpersonal communication atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antarperorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupuntidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan melalui telepon,surat-menyurat pribadi merupakan contoh-contoh komunikasi antarpribadi. Teori-teoriantarpribadi umumnya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan(relationship), percakapan (discourse), interkasi, dan karakteristik komunikator.

Komunikasi kelompok (group communication) memfokuskan pembahasannya padainteraksi di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok jugamelibatkan komunikasi antarpribadi. Teori-teori komunikasi kelompok antara lain membahastentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalamkelompok, pola dan bentuk informasi, serta pembuatan keputusan.

Komunikasi organisasi (organizational communication) menunjuk kepada pola danbentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasiorganisasi melibatkan bentuk- bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk

Page 12: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 12

komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasiorganisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia,komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi.

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa yangditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkanaspek-aspek komunikasi intra-pribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dankomunikasi organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannyapada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dengan masyarakat, hubunganantara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atauhasil komunikasi massa terhadap individu.

E. MODEL DAN PROSES KOMUNIKASI

1. Model Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin 'communis" atau "common" dalam bahasa Inggrisyang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaanmakna, "commonness". Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencobaberbagi informasi, gagasan, atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utamainformasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam ber-komunikasi adalah kita sering mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas di mana tidak adatindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diindentifikasikan olehpartisipan komunikasi yang terlibat (Kathleen K. Reardon ,1987, Sendjaja, 2002: 4.4).

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication menjelaskan 3model komunikasi:

Pertama, model komunikasi linier, yaitu model komunikasi satu arah (one-way view ofcommunication). Di mana komunikator memberikan suatu stimulus dan komunikanmemberikan respons atau tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi daninterpretasi. Seperti, teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory), asumsi-asumsi teoriini yaitu ketika seseorang memersuasi orang lain, maka "menyuntikkan satu ampul" persuasikepada orang lain itu, hingga orang lain tersebut melakukan apa yang ia kehendaki.

Kedua, model komunikasi dua arah adalah model komunikasi interaksional, merupakankelanjutan dari pendekatan linier. Pada model ini, terjadi komunikasi umpan balik (feedback)gagasan. Ada pengirim (sender) yang mengirimkan informasi dan ada penerima (receiver)yang melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respons balik terhadap pesan daripengirim (sender). Dengan demikian, komunikasi berlangsung dalam proses dua arah(two-way) maupun proses peredaran atau perputaran arah (cyclical process), sedangkan setiappartisipan memiliki peran ganda, di mana pada satu waktu bertindak sebagai sender,sedangkan pada waktu lain berlaku sebagai receiver, terus seperti itu sebaliknya.

Ketiga, model komunikasi transaksional, yaitu komunikasi hanya dapat dipahami dalamkonteks hubungan (relationship) di antara dua orang atau lebih. Proses komunikasi inimenekankan semua perilaku adalah komunikatif dan masing-masing pihak yang terlibat dalam

Page 13: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 13

komunikasi memiliki konten pesan yang dibawanya dan saling bertukar dalam transaksi(Sendjaja, 2002: 4.4).

2. Proses Komunikasi

Menurut Sendjaja dkk. (2002:4.6), dalam tataran teoretis, paling tidak kita mengenal ataumemahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu perspektif kognitif dan perilaku. Komunikasimenurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objekatau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepadapartisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yangdisampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yangdimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.

Sementara Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilakuverbal atau simbolis di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinyapada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, Dance menegaskan bahwa komunikasi adakarena adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebutbertindak sebagai stimulus untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yangdisebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver(Sendjaja dkk.: 2002: 4.6).

Pada umumnya proses komunikasi antarmanusia dapat digambarkan dalam model berikut.

Sumber: Jerry W. Koehler, Karl W.E. Anatol, Ronald L. Appibaum: OrganizationalCommunication, Behavioral Perspectives (Sendjaja, dkk. (2002: 4.7)

Dalam kehidupan sehari-hari, proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baikindividu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain.

SKEMA 1

MODEL KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Page 14: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 14

Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation, yaitu penciptaan satu gagasanatau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakanlandasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan. Langkah kedua dalam penciptaan suatupesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujudkata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasiyang diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat dimana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tertulis ataupunperilaku nonverbal, seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah, atau gambar-gambar. Langkahketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode).Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggarnbar,ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channelatau saluran, yaitu alat-alat mtuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisanadalah komunikasi tatap muka, radio, dan telepon. Sedangkan saIuran untuk komunikasitertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksikata-kata tertulis, seperti: televisi, LCD, kaset video, atau OHP (overhead- projector). Sumberberusaha untuk membebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehinggapesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki. Langkah keempat, perhatiandialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadiseorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akanhilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiraninterpretasi terhadap pesan yang disarnpaikan kepadanya. Pemahaman (understanding)merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran nenerima.Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan danbagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut. Tahap terakhir dalam proseskomunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumbermempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atauumpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kataataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untukmengevaluasi efektivitas komunikasi (Sendjaja, 2002:4.7).

F. LINGKUP TEORI KOMUNIKASI

1. Teori Komunikasi Kelompok

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian orang. Sejaklahir, orang sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang paling dekat, yaitukeluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kitamasuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama,tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan keterikatankita, ringkasnya kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita,karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, danpengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.

2. Teori Komunikasi Organisasi

Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapatdari setiap partisipan komunikasi yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna.Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks, antara lain adalah dalam

Page 15: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 15

lingkup organisasi (organizational communication). Dalam konteks organisasi, pemahamanmengenai peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi di dalamnya, seperti apakah instruksipimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan ataupun bagaimana bawahanmencoba menyampaikan keluhan pada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telahditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan, merupakan contoh sederhanauntuk memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek yang penting dalam suatuorganisasi, baik organisasi profit maupun nonprofit.

3. Teori Komunikasi Massa

Teori "desa global" yang pernah dilontarkan oleh Marshall McLuhan beberapa waktu yanglalu menarik untuk disinggung kembali dalam bagian ini. Ia mengatakan bahwa, kitasebenarnya hidup dalam suatu 'desa global'. Pernyataan McLuhan ini mengacu padaperkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruhdunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Hal ini merupakantantangan baru bagi semua disiplin ilmu, karena komunikasi modem yang dibantu oleh mediamassa mampu menciptakan dalam menata publik, menentukan isu, memberikan kesamaankerangka pikir.

Secara teori, pada satu sisi, konsep komunikasi massa mengandung pengertian sebagaisuatu proses di mana institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan kepadapublik secara luas, namun pada sisi lain, komunikasi massa merupakan proses di mana pesantersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Fokus kajian dalam komunikasimassa adalah media massa. Media massa adalah institusi yang menebarkan informasi berupapesan berita, peristiwa, atau produk budaya yang memengaruhi dan merefleksikan suatumasyarakat. Sehubungan dengan itu, maka institusi media massa juga adalah bagian darisistem kemasyarakatan dari suatu masyarakat dalam konteks yang lebih luas.

Kajian tentang media dapat dilakukan dari dua dimensi komunikasi massa. Dimensipertama dapat menjelaskan hubungan antara media dengan audience, andience dalampengertian individual maupun kelompok. Teori-teori mengenai hubungan antara mediaandience, menekankan adanya komunikasi massa pada individu dan kelompok sebagai hasilinteraksi dengan media. Dalam kajian pertama ini, disebut sebagai kajian dimensi mikro dariteori komunikasi massa.

Dimensi kedua disebut sebagai kajian dimensi makro, di mana kajian ini memandang darisisi pengaruh media kepada masyarakat luas beserta institusi-institusinya. Dimensi inimenjelaskan keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain di masyarakat, sepertipolitik, budaya, sosial, ekonomi pendidikan, agama, dan sebagainya. Teori-teori komunikasiyang menjelaskan keterkaitan tersebut, mengkaji posisi atau kedudukan media dalammasyarakat, di mana keduanya saling memengaruhi satu dengan lainnya.

4. Teori-teori Komunikasi Interpretatif dan Kritis

a. Teori-teori Komunikasi Interpretasi

Mengacu pada pendapat Sendjaja (2002:9.11), bahwa pendekatan interpretasi yangdikenal dalam istilah Jerman 'Verstehen ' atau pemahaman, berusaha untuk menjelaskan maknadari tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak arti, maka makna tidak dapatdengan mudah diungkap begitu saja. Interpretasi, secara harfiah, merupakan proses aktif dan

Page 16: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 16

inversi. Meskipun makna yang dimaksud oleh para pelakunya penting dalam berbagai bentukinterpretasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinanmakna.

Teori komunikasi interpretatif ini antara lain mengadopsi teori interaksi simbolis, teorihermenuetik, teori semiotika, maupun teori simbol. Teori-teori ini berkembang sangat pesatdalam bidang komunikasi akhir-akhir ini karena perkembangan media komunikasi yang begitupesat terutama media cetak dan elektronik. Kemajuan visualisasi media informasimenyebabkan penggunaan simbol-simbol sosial dan budaya modern tidak bisa dihindari.Bahasa komunikasi berkembang dengan sangat pesat dan modern, begitu pula perilaku orangberkomunikasi ikut berubah. Dari konteks inilah, maka berkembang teori-teori interpretatifdalam kancah komunikasi saat ini.

b. Teori-teori Komunikasi Kritis

Meskipun terdapat beberapa macam ilmu sosial kritis, semuanya memiliki tiga asumsidasar yang sama. Pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosialinterpretatif, seperti yang dijelaskan pada bagian pertama tulisan ini. Yaitu, bahwa ilmuwankritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khususpendekatan kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan karenanya memahami bagaimanaberbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas. Kedua, pendekatan ini mengkajikondisi-kondisi sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang sering kalitersembunyi. Kabanvakan teori-teori kritis mengajarkan, bahwa pengetahuan adalah kekuatanuntuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakanuntuk mengubah kekuatan penindas. Ketiga, pendekatan kritis secara sadar berupaya untukmenggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untukmencapai perubahan dalam berbagai kondisi yang memengaruhi hidup kita (Sendjaja, 2002:30).

Wacana-wacana ilmu sosial kritis pada dasarnya memiliki implikasi ekonomi dan politik,maupun sosiologis tetapi banyak di antaranya yang berkaitan dengan komunikasi dan tatananinteraksi sosial dan komunikasi dalam masyarakat. Meskipun demikian, teoretisi kritisbiasanya menyangkut banyak hal dalam keseluruhan sistem masyarakat. Dengan demikian,suatu teori kritis mengenai komunikasi dan ilmu-ilmu sosial lainnya perlu melibatkan masya-rakat secara keseluruhan.

Dengan demikian, maka lahirlah berbagai teori kritis baru dalam komunikasi sepertisosiologi komunikasi, hukum komunikasi dan hukum media, psikologi komunikasi,komunikasi antarbudaya, komunikasi politik, komunikasi organisasi, komunikasi kelompok,komunikasi publik, public relation, komunikasi sosial, semiotika komunikasi, dan sebagainya.

G. TEORI DAN MODEL KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

1. Teori-teori Diri dan Orang Lain

Pribadi adalah individu yang berbeda satu dengan lainnya, perbedaan tersebutmenyebabkan orang mengenal individu secara khas dan membedakannya dengan individu

Page 17: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 17

lainnya. Kualitas individu menentukan kekhasannya dalam hubungannya dengan individu lain,dan kekhasan tersebut akan menentukan kualitas komunikasinya.

a. Persepsi Terhadap Diri Pribadi (Self Perception)

Langkah pertama dalam persepsi diri adalah menyadari diri kita sendiri, yaitu mengungkapsiapa dan apa kita ini, dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga persepsi diri.Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atauobjek tertentu, proses ini dikenal sebagai persepsi. Dengan mengutip Cohen, Fisher (1987:118,Sendjaja, 2002: 2.13) dikemukakan, bahwa persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadapberbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalahpengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita. Definisi ini melibatkansejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi.Selanjutnya Sendjaja mengatakan bahwa:

Pertama, suatu tindakan mensyaratkan kehadiran objek-objek eksternal untuk dapat ditangkapoleh indra kita. Dalam hal persepsi terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternalbisa jadi kurang nyata, tetapi keberadaannya jelas dapat dirasakan.

Kedua, adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud di sini adalahsegala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki. Ketiga, menyangkutsifat representatif dari pengindraan. Maksudnya, kita tidak dapat mengartikan makna suatupersepsi didasarkan pada pengamatan langsung. Konsekuensinya adalah pengetahuan yangkita peroleh melalui persepsi bukanlah tentang apakah suatu objek, melainkan apa yangtampak sebagai objek tersebut. Adakalanya penampakan dapat menyesatkan seperti yang kitaalami dalam ilusi optis, special effects dalam film dan sebagainya. Oleh karenanya, persepsitidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Dengandemikian, maka persepsi diri perlu otokoreksi karena bisa jadi perspesi kita tentang diri kitaadalah sebuah tipu muslihat yang diciptakan oleh proses persepsi individu tentang dirinyasendiri (yang salah).

b. Kesadaran Pribadi (Self Awareness)

Memahami tentang diri sendiri bagaikan kita berkacakan cermin, bahwa apa yang dilihatadalah wajah kita sebenarnya. Ketika orang menyadari siapa dirinya secara simultan ia jugatelah mempersepsikan dirinya sendiri. Agar orang dapat menyadari dirinya sendiri, pertamakali orang harus memahami apakah diri atau self (nya) tersebut. "Diri" secara sederhana dapatditafsirkan sebagai identitas individu. Dengan demikian, identitas diri adalah cara-cara yangdigunakan orang untuk membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Karenaitu, "diri" adalah suatu pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari seseorang.

c. Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Self disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitiandan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasipribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Sidney Jourard (1971, Sendjaja, 2002:2.141)menandai sehat atau tidaknya komunikasi pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadididalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagaiukuran dari hubungan yang ideal.

Page 18: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 18

Ahli lain, Joseph Luft (Reardon, 1987: 163, Sendjaja, 2002), mengemukakan teori selfdisclosure lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut Johari Window.Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain,dan tidak diketahui oleh siapa pun.

Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosureyang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke dalam kuandran "terbuka".Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri adabatasnya. Artinya, perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatutentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita denganorang tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrem akanmemberikan efek negatif terhadap hubungan (Littlejohn, 1939: 161).

2. Teori Hubungan Antarpribadi (Interpersonal Relationship)

a. Memahami Hubungan Antarpribadi

Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antarpribadi memainkan peranpenting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antarpribadi itumampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan,pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang memengaruhi citradiri orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.

Komunikasi antarpribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh ketegangan, bisajadi meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terserang stroke, hipertensi, dan berbagaipenyakit lainnya. Sebaliknya pasangan suami istri yang saling mencintai dan merek yangmemiliki jaringan teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi. Uraian inimenunjukkan, bahwa manusi tidak dapat menghindar dari jalinan hubungan dengan sesamanyaKita memiliki kadar yang berbeda dalam membutuhkan orang lain demikian pula mengenainilai penting kuantitas dan kualitas hubungan antarpribadi. Meskipun demikian, secara pastidapat dikatakan bahwa kita memerlukan hubungan antarpribadi. Bagian berikut akanmembahas teori-teori mengenai pengembangan, pemeliharaan dan mengakhiri hubungan(Reardon, 1987:159, Sendjaja, 2002:2.39)

b. Teori-teori Pengembangan Hubungan

Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi tentangkomunikasi antarpribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi.Telah puluhan tahun para ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk danbagaimana hubungan berakhir.

1) Self Disclosure

Proses pengungkapan diri (self disclosure) adalah proses pengungkapan informasi diripribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan diri merupakankebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya.Proses pengungkapan diri dilakukan dalam dua bentuk; pertama, dilakukan secaratertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan carasembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, di mana ungkapan dan tindakan itu

Page 19: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 19

merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun carapengungkapan diri semacam ini jarang dipahami orang lain, kedua orang lain memilikiperhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu. Dalam teori-teoriinteraksi simbolik bahwa semua tindakan, perkataan, dan ungkapan-ungkapa seseorangmemiliki makna interaksi tentang apa yang sedang dipikirkan. Jadi, tindakan adalahekspresi dari apa yang ada dalam pikiran seseorang.

2) Social Penetration

Altman dan Taylor (1973, Sendjaja, 2002: 2.42) mengemukakan suatu modelperkembangan hubungan yang disebut social penetration atau penetrasi sosial. Yaituproses di mana orang saling mengenal satu dengan lainnya. Model ini selain melibatkanself disclosure juga menjelaskan bilamana harus melakukan self disclosure dalamperkembangan hubungan. Penetrasi sosial merupakan proses yang bertahap, dimulai darikomunikasi basa-basi yang tidak akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut topikpembicaraan yang lebih pribadi dan akrab, seiring dengan berkembangnya hubungan. Disini orang akan membiarkan orang lain untuk lebih mengenal dirinya secara bertahap.Dalam proses ini orang biasanya akan menggunakan persepsinya untuk menilaikeseimbangan antara upaya dan ganjaran (cost and rewards) yang diterimanya ataspertukaran yang terus berlangsung untuk memperkirakan prospek hubungan mereka. Jikaperkiraan tersebut menjanjikan kesenangan dan keuntungan, maka mereka secara bertahapakan bergerak menuju tingkat hubungan yang lebih akrab. Altman dan Taylor,menggunakan bawang merah (onion) sebagai analogi untuk menjelaskan bagaimana orangmelalui interakasi saling mengelupas lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Lapisan luar berisi informasi superfisial, seperti nama, alamat, atau umur. Ketikalapisan-lapisan ini sudah terkelupas; kita semakin mendekati lapisan terdalam yang berisiinformasi yang lebih mendasar tentang kepribadian. Altman dan Tavlor jugamengemukakan adanya dimensi "keluasan" dan "kedalaman" dari jenis-jenis informasi,yang menjelaskan bahwa pada setiap lapisan kepribadian. Keluasan mengacu kepadabanyaknya jenis-jenis informasi pada lapisan tertentu yang dapat diketahui oleh orang laindalam pengembangan hubungan. Dimensi kedalaman mengacu pada lapisan informasimana (yang lebih pribadi atau yang superfisial) yang dapat dikemukakan pada orang lain.Kedalaman ini diasumsikan akan terus meningkat sejalan dengan perkembanganhubungan. Model ini menggambarkan perkembangan hubungan sebagai suatu proses, dimana hubungan adalah sesuatu yang terus berlangsung dan berubah.

3) Process View

Process View menganggap bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanyadengan menggunakan atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antaraatribut- atribut tadi. Hubungan intensif antara orang-orang dalam kelompok primer dapatmenyebabkan lahirnya proses view. Jadi, umpamanya suami istri memahami perilakumasing-masing, istri memahami makna senyum suami, sedangkan suami juga memahamikerutan kening istri. Namun pemahaman makna itu berhubungan secara spesifik denganobjek tertentu. Jadi umpamanya pemahaman istri terhadap senyuman suami itu ketikaberhubungan dengan peristiwa ketika suami menyentuh istri, begitu pula pemaknaansuami terhadap senyuman istri ketika berada di toko pakaian. Atribut yang sama, yaitu "se-nyuman", namun memiliki makna yang berbeda apabila dilakukan oleh orang dan objekserta situasi yang berbeda. Proses vieiv membutuhkan waktu dalam memahamiatribut-atribut yang digunakan di antara orang-orang dalam kelompok primer itu.

Page 20: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 20

4) Social Exchange

Teori ini menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu hubungan, di manahubungan itu memengaruhi kontribusi orang lain. Thibaut dan Kelley, (Sendjaja, 2002:2.43) pencetus teori ini, mengemukakan bahwa orang mengevaluasi hubungannya denganorang lain dengan mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yangdiperoleh dan upaya yang telah dilakukan, orang akan memutuskan untuk tetap tinggaldalam hubungan tersebut atau pergi meninggalkannya. Ukuran bagi keseimbanganpertukaran antara untung dan rugi dalam hubungan dengan orang lain itu disebutcomparison levels, di mana apabila orang mendapatkan keuntungan dari hubungannyadengan orang lain, maka orang akan merasa puas dengan hubungan itu. Sebaliknya,apabila orang merasa rugi berhubungan dengan orang lain dalam konteks upaya danganjaran, maka orang cenderung menahan diri atau meninggalkan hubungan tersebut.Biasanya dalam konteks hubungan ini, seseorang memiliki banyak alternatif yang dapatdiberikan dalam model pertukaran sosial di mana pilihan-pilihan dan alternatif tersebutmemiliki ukuran yang dapat ditoleransi seseorang dengan mempertimbangkanalternatif-alternatif yang dia miliki.

Asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan upaya (untung-rugi) tidak berarti bahwaorang selalu berusaha untuk saling mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilihlingkungan dan hubungan yang dapat memberikan hasil yang diinginkannya. Tentunyakepentingan masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat salingmemuaskan daripada mengarah pada hubungan yang eksploitatif. Hubungan yang idealakan terjadi bilamana kedua belah pihak dapat saling memberikan cukup keuntungansehingga hubungan tersebut menjadi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan keduabelah pihak (Roloff, 1981, Sendjaja, 2002: 2.43)

H. TEORI DAN MODEL KOMUNIKASI KELOMPOK

1. Pengertian Komunikasi Kelompok

Baruch Spinoza 300 tahun yang lalu menyatakan, bahwa -rianusia adalah binatang sosial.Pernyataan ini diperkuat oleh psikologi modern yang menunjukkan bahwa orang lainmempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap kita, perilaku kita, dan >abikan persepsikita (Severin dan Tankard, Jr., 2005: 219).

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkanlebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama lainnya,terutama kelompok primer, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratanutama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut. Kelompok memiliki tujuandan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antaramereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yangkhas dan melekat pada kelompok itu. elompok yang baik adalah kelompok yang dapatmengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itupula akan mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampumelahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka.

Page 21: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 21

Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggotakelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengaturumpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlakuatau meniadakan kumpulan individu yang bersifat crowd atau kerumunan orang yang sedangmelihat aksi-aksi panggung Peterpan, atau kerumunan orang yang sedang menonton sepakbola di televisi. Wacana menarik dalam konteks face to face ini adalah menyangkuthubungan-hubungan tatap muka yang menggunakan media telekomunikasi. Mengingatkemajuan teknologi saat ini menyebabkan orang hidup terpisah semakin jauh, namun kontenkomunikasinya semakin dekat. Umpamanya si Anwar, mahasiswa sebuah perguruan tinggi diSurabaya, sehari-hari menyewa sebuah kamar kost di sekitar kampusnya, namun setiapminggu harus pulang ke rumahnya agar bisa berkumpul dengan orang tuannya. Ia secara rutinbaru bisa berkumpul dengan orang tuanya setiap hari minggu, karena itu hari minggu adalahhari yang paling berbahagia bagi Anwar dan orang tuanya, karena dapat berkumpul bersama.Namun ketika Anwar diberi telepon seluler oleh ibunya dengan alasan agar setiap saat dapatberhubungan dengan Anwar maka Anwar diizinkan oleh orang tuanya tidak setiap minggupulang ke rumahnya, dengan alasan setiap hari dapat berhubungan dengan Anwar. Dengandemikian, makna tatap muka tersebut berkaitan erat dengan adanya interaksi di antara semuaanggota kelompok.

Pengertian kelompok di sini adalah kelompok kecil, tidak ada batasan yang jelas tentangberapa jumlah orang yang berada dalam satu kelompok kecil, namun pada umumnyakelompok kecil terdi dari 2 sampai 15 orang. Jumlah yang lebih kecil dari 2 orang bukanlahkelompok, begitu pula jumlah anggota kelompok yang melebi 15 orang, akan menyulitkansetiap anggota berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya secara intensif dan face to face.

Kelompok juga memiliki tujuan-tujuan yang diperjuangkan bersama, sehingga kehadiransetiap orang dalam kelompok diikuti dengan tujuan-tujuan pribadinya. Dengan demikian,kelompok memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan masing-masing pribadi dalam kelompokdan tujuan kelompok itu sendiri. Setiap tujuan individu harus sejalan dengan tujuan kelompok,sedangkan tujuan kelompok harus memberi kepastian kepada tercapainya tujuan-tujuanindividu. Sebuah kelompok akan bertahan lama apabila dapat memberi kepastian bahwatujuan individu dapat dicapai melalui kelompok, sebaliknya individu setiap saat dapatmeninggalkan kelompok apabila ia menganggap kelompok tidak memberi kontribusi bagitujuan pribadinya.

Kelompok juga memberi identitas terhadap individu, melalui dentitas ini setiap anggotakelompok secara tidak langsung berambungan satu sama lain. Melalui identitas ini individumelakukan pertukaran fungsi dengan indivudu lain dalam kelompok. Pergaulan ini akhirnyamenciptakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap individu dalam kelompok sebagaisebuah kepastian hak dan kewajiban mereka dalam kelompok. Aturan-aturan inilah bentuklain dari karakter sebuah kelompok yang dapat dibedakan dengan kelompok lain dalammasyarakat.

Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman (Sendjaja,2002: 3.5), yaitu interaksi, waktu, ukuran, dan tujuan. (1) Interaksi dalam komunikasikelompok merupakan aktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihatperbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalahsekumpulan orang yang secara serentak terrikat dalam aktivitas yang sama namun tanpakomunikasi satu ama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatuperkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan

Page 22: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 22

sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekanmahasiswa yang lain. (2) Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yangsingkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok, kelompok mempersyaratkan interaksidalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atauciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara. (3) Ukuran atau jumlahpartisipan dalam komunikasi kelompok, i bak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggotadalam suatu zlompok. (4) Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwakeanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggotakelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.

2. Karakteristik Komunikasi Kelompok

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melati dua hal, yaitu norma danperan. Norma adalah kesepakatan da perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatukelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya. Severin dan Tankard (2005:220,Reno, Cialdini dan Kallgren, 1993) mengatakan norma-norma sosial (social norm) terdiri daridua jenis; deskriptif dan perintah. Norma-norma deskriptif menentukan apa yang padaumumnya dilakukan dalam sebuah konteks, sedangkan norm, norma perintah (injunctivenorm) menentukan apa yang pada umunnya disetujui oleh masyarakat. Keduanya mempunyaidampak pada tingkah laku manusia, namun norma-norma perintah tampaknya mempunyaidampak yang lebih besar.

Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan 'hukum' (law ataupun 'aturan' (rule), yaituperilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatukelompok. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas.Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Sedangkan normaprosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, sepertibagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritasataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkanperhatian pada bagaimana suatu pekejaan harus dilakukan (Sendjaja, 2002: 3.6).

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apakah seseorang melaksanakan hakdan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto,200 242). Peran dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif dan peran pasif. Peranaktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalamkelompok sebagai aktivis kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya. Peranpartisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepadakelompoknya, partisipasi anggota macam ini akan memberi sumbangan yang sangat bergunabagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yangbersifat pasif, di mana anggota kelompok menahan diri agar memberi kesempatan kepadafungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan dengan baik. Dengan cara bersikap pasif,seseorang telah memberi sumbangan kepada terjadinya kemajuan dalam kelompok ataumemberi sumbangan kepada kelompok agar tidak terjadi pertentangan dalam kelompok karenaadanya peran-peran yang kontradiktif.

Peran juga mencakup tiga hal: (a) peran meliputi norma-norma yang dihubungkandengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, dengan demikian peran berfungsimembimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan; (b) peran adalah suatu konnseptentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi; (c)

Page 23: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 23

peran juga menyangkut perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat(Soekanto, 002: 244).

3. Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan lebih adanya fungsi-fungsiyang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial,pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi(Sendjaja, 2002: 3.8). Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat,kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri.

a. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatukelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara paraanggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatankepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai, dan menghibur.

b. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompoksecara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompokitu sendiri, bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pen-didikan tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan,jumlah partisipan dalam kelompok, serta frekuensi interaksi di antara para anggotakelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompokmembawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya tanpa pengetahuan baru yangdisumbangkan masing- masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

c. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya memersuasi anggota lainnya supayamelakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasifdalam suatu kelompok, membawa risiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yangberlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha memersuasi tersebut akanmenciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalamkelompok.

d. Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untukmemecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problemsolving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya;sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antaradua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untukpembuatan keputusan.

e. Fungsi terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karenakelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiapindividu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksidengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanyaadalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contohdari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderitanarkotika, kelompok perokok berat, dan sebagainya. Tindak komunikasi dalamkelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan diri (self disclosure).Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara

Page 24: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 24

terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar-anggotadalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapiyang akan mengaturnya.

4. Tipe Kelompok

Soeryono Soekanto (2002: 118) menjelaskan, bahwa kelompok secara umum terdiri daribeberapa rumpun; pertama adalah kelompok teratur, yaitu kelompok yang dapat dijelaskanstrukturnya maupun norma dan perannya seperti ingroup dan outgroup, kelompok primer dankelompok sekunder, paguyuban dan patembayan, kelompok formal dan kelompok informal,membership group dan reference group, kelompok okupasional dan volunteer. Kedua,kelompok yang tidak teratur yaitu kerumunan (crowd) dan publik. Tiga, masyarakat(community) perkotaan dan masyarakat pedesaan. Keempat, kelompok kecil (small group).

Ronald B. Adler dan George Rodman (Sendjaja, 2002: 3.14), membagi kelompok dalamtiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning r cup), kelompok pertumbuhan (growth group), dankelompok pemecahan masalah (problem solving group) Penjelasan ketiga tipe kelompok ituadalah sebagai berikut:

a. Kelompok Belajar (Learning Group)

Kata 'belajar' atau learning, tidak tertuju pada pengertian pendidikan di sekolah, namun jugatermasuk belajar dalam kelompok (learning group), seperti kelompok bela diri, kelompoksepak bola, kelompok keterampilan, kelompok belajar, dan sebagainya. Tujuan darilearning group ini adalah meningkatkan informasi, pengetahuan, dan kemampuan diri paraanggotanya.

b. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)

Kelompok pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yangdihadapi para anggotanya. Wujud nyata dari growth group ini adalah kelompok bimbinganperkawinan, kelompok bimbingan psikologi, kelompok terapi, serta kelompok yangmemusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan keyakinan diri, yang biasa disebut denganconscioustiess raising group. Karakteristik yang terlihat dalam tipe kelompok ini adalahgrowth group tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuankelompok diarahkan kepada usaha membantu para anggotanya mengindentifikasi danmengarahkan mereka untuk perduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi untukperkembangan pribadi mereka.

c. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)

Kelompok ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok lainnya memecahkanmasalahnya (problem solving). Sering kali seseorang tak mampu memecahkan masalahnyasendiri, karena itu ia menggunakan kelompok sebagai sarana memecahkan masalahnya.Kelompok akan memberi akses informasi kepada individu sehubungan dengan problemyang dialaminya, berupa pengalaman anggota kelompok lain ketika menghadapi masalahyang sama, atau informasi lain yang dapat membantu individu memecahkan masalahnya.Kelompok juga memberi kekuatan emosional kepada individu dalam membuat keputusandan melakukan sebuah tindakan untuk mengatasi masalah individu.

Page 25: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 25

I. TEORI DAN MODEL KOMUNIKASI ORGANISASI

1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang berhierarki secara jenjangdan memiliki sistem pembagian tugas untuk mencapai tujuan tertentu.

DeVito (1997: 337), menjelaskan organisasi sebagai sebuah kelompok individu yangdiorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah anggota organisasi bervariasi dari tigaatau empat sampai dengan ribuan anggota. Organisasi juga memiliki struktur formal maupuninformal. Organisasi memiliki tujuan umum untuk meningkatkan pendapatan, namun jugamemiliki tujuan-tujuan spesifik yang dimiliki oleh orang-orang dalam organisasi itu. Danuntuk mencapai tujuan, organisasi membuat norma aturan yang dipatuhi oleh semua anggotaorganisasi.

Dari batasan tersebut, maka suatu organisasi sebenarnya memiliki karakter yang hampirsama dengan kelompok, perbedaannya adalah pada jumlah anggota yang lebih banyak danstruktur yang lebih rumit, dengan demikian juga, maka norma-norma organisasi juga lebihkompleks. Organisasi memiliki suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkansemua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas, sepertipimpinan, staf pimpinan, dan karyawan. Masing-masing orang dalam posisi tersebut memilikitanggung jawab terhadap bidang pekerjaannya itu. Dengan demikian, komunikasi organisasiadalah komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam konteksorganisasi di mana terjadi jaringan-jaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung satusama lain.

2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Menurut Sendjaja (2002: 4.8), organisasi baik yang berorientasi untuk mencarikeuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi organisasi, yaitu:fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif. Keempat fungsi tersebut dijelaskansebagai berikut.

a. Fungsi Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi (informationprocessing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapatmemperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.

Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakanpekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yangmempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataranmanajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun gunamengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) mem-butuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentangjaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

Page 26: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 26

b. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatuorganisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsiregulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitumereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.Di samping iti mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah,sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (positionof outhority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namundemikian sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:

1) keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah,2) kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi,3) kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi,4) tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnyaberorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentangpekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.

c. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenanga tidak akan selalu membawahasil sesuai dengan yang diharaplcai Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebihsulit untuk memersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Setiap pekerjaan yangdilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besardibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

d. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang kernungkinkan karyawandapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal,seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporankemajuan organisasi, juga saluran komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadiselama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besardalam diri karyawan terhadap organisasi.

3. Pendekatan Hubungan Manusiawi (Human Relations)

Secara umum, dalam berbagai hal, pendekatan struktural dan fungsional mengenaiorganisasi hanya menekankan pada produktivitas dan penyelesaian tugas-tugas pekerjaan,sedangkan faktor manusia dipandang sebagai variabel dalam suatu pengertian yang lebih luas.Menurut Chris Agrys, praktik organisasi yang demikian dipandang tidak manusiawi, karenapenyelesaian suatu pekerjaan lebih mengalahkan perkembangan individu dan keadaan ini ber-langsung secara berulang-ulang atau dalam bahasa Agrys, ketika kompetensi teknis tinggi,maka kompetensi antarpribadi dikurangi. Oleh karena itu, Agrys mencoba menjelaskanpandangannya melalui pendekatan human relations untuk mengkritik prespektif strukturalfungsional.

Page 27: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 27

Ada beberapa anggapan dasar dari pendekatan human relations, yaitu (a) produktivitasditentukan oleh norma sosial, bukan faktor psikologis; (b) seluruh imbalan yang bersifat nonekonomis, sangat penting dalam memotivasi para karyawan; (c) karyawan biasanyamemberikan reaksi suatu persoalan, lebih sebagai anggota kelompok daripada individu; (d)kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dan mencakup aspek-aspek formal daninformal; (e) penganut aliran human relations menggangap komunikasi sebagai fasilitatorpenting dalam proses pembuatan keputusan. Sementara itu, Rensis Likert secara lebihterperinci menjelaskan teori human relations, seperti apa yang dikenal dengan Empat SistemLikert, yaitu sistem exploitative authoritative, sistem benevolent authoritative, sistemconsultative, dan sistem participative management (Sendjaja, 2002:4.30).

Sistem exploitative authoritative, pimpinan menggunakan kekuasaan dengan tangan besi.Keputusan yang dibuat oleh pimpina tidak dimanfaatkan atau memerhatikan umpan balik daripar bawahannya. Sedangkan sistem benevolent authoritative, pimpinan cukup memilikikepekaan terhadap kebutuhan para bawahan. Pada sistem consultative, pimpinan masihmemegang kendali, namun mereka juga mencari masukan-masukan dari bawahan. Dan sisterparticipative management, memberi kesempatan kepada para bawahan untuk berpartisipasipenuh dalam proses pengambilan keputusan. Sistem ini mengarahkan para bawahan untukmeningkatkan rasa tanggung jawab dan motivasi bekerja yang lebih baik.

J. TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA

1. Stimulus-Respons

Teori stimulus-respons ini pada dasarnya merupakan suati prinsip belajar yang sederhana,di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapatmen jelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaks audience. McQuail (1994:234) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah: (a) pesan (Stimulus); (b) seorangpenerima atau receiver (Organisme); dan (c) efek (Respons).

Prinsip stimulus-respons ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasikmengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Seperti yang telahdijelaskan di atas, teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah pemberitaan mediamassa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah audience, yangkemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dalam masyarakat massa, di manaprinsif stimulus-respons mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dandidistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesantersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditujukan pada orang per orang.Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespon pesan informasi itu. Penggunaanteknologi telematika yang semakin luas dimaksudkan untuk reproduksi dan distribusi pesaninformasi itu sehingga diharapkan dapat memaksimalkan jumlah penerimaan respon olehaudience, sekaligus meningkatkan respons oleh audience.

Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-responsdengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individualdifferences).

Page 28: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 28

Disini diasumsikan, bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksisecara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience. Teori DeFleur inisecara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yangberinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek. Berangkat dari teoriperbedaan individu dan stimulus-respons ini, DeFleur mengembangkan model psikodinamikyang didasarkan pada yakinan bahwa kunci dari persuasi yang efektif terletak pada modifikasistruktur psikologis internal dan individu. Melalui modifikasi inilah respons tertentu yangdiharapkan muncul dalam perilaku individu akan tercapai. Esensi dari model ini adalah fokuspada variabel-variabel yang berhubungan dengan individu sebagai penerima pesan, suatukelanjutan dari asumsi sebab akibat, ini mendasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuranbagi perubahan perilaku (Sendjaja, 2002: 5.14).

2. Komunikasi Dua Tahap dan Pengaruh Antarpribadi

Lazarsfeld mengajukan gagasan mengenai 'komunikasi dua tahap' (twoo step flow) dankonsep 'pemuka pendapat'. Sering kali informasi mengalir dari radio dan surat kabar kepadapara pemuka pendapat, dan dari pemuka pendapat kemudian kepada orang lain yang kurangaktif dalam masyarakat. Gagasan ini kemudian memasukkan kritik terhadap teoristimulus-respons dalam konteks media massa.

Mengacu kepada Sendjaja (2002: 5.16), teori komunikasi dua tahap dan konsep pemukapendapat memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: (a) individu tidak terisolasi dari kehidupansosial, tapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi denganorang lain; (b) respons dan reaksi terhadap pesan dari media tidak terjadi secara langsung dansegera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut;(c) ada dua proses yang berlangsung, yang pertama mengenai penerimaan dan perhatian, danyang kedua berkaitan dengan respons dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upayamemengaruhi atau penyampaian informasi; (d) individu tidak bersikap sama terhadap pesanmedia, melainkan memiliki berbagai pesan yang berbeda dalam proses komunikasi, dankhususnya, dapat dibagi di antara mereka yang secara aktif menerima dari menyebarkangagasan dari media, dan mereka yang semata-mata hanya mengandalkan hubungan personaldengan orang lain sebagai panutannya; (e) individu-individu yang berperan lebih aktif (pe-muka pendapat) ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulanyang lebih tinggi, anggapan bahwa dirinya berpengaruh terhadap masing-masing lain, danmemiliki pesan sebagai sumber informasi dan panutan. Secara garis besar, menurut teori inimedia massa tidak bekerja dalam suatu situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses kedalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks, dan bersaing dengan sumber-sumbergagasan, pengetahuan, dan kekuasaan yang lainnya

3. Difusi Inovasi

Salah satu persoalan empiris komunikasi massa adalah berkaitan dengan proses adopsiinovasi. Hal ini relevan untuk masyarakat yang sedang berkembang maupun masyarakat maju,karena terdapat kebutuhan yang terus-menerus dalam perubahan sosial dan teknologi, untukmengganti cara-cara lama dengan teknik-teknik baru. Teori ini berkaitan dengan komunikasimassa, karena dalam berbagai situasi di mana efektivitas potensi perubahan yang berawal daripenelitian ilmiah dan kebijakan publik, dalam pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusiinovasi umumnya petani dan anggota masyarakat pedesaan.

Page 29: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 29

Everett M. Rogers (1983:165) mengatakan, merumuskan kembali teori ini denganmemberikan asumsi bahwa sedikitnya ada 5 tahap dalam suatu proses difusi inovasi, yaituPertama, Pengetahuan: kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahamantertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Kedua, Persuasi: individumembentuk/memiliki sifat yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut. Ketiga,Keputusan: individu terlibat alam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk meng-otopsi inovasi tersebut. Keempat, Pelaksanaan: individu melaksanaan keputusannya itu sesuaidengan pilihan-pilihannya. Kelima, konfirmasi: individu akan mencari pendapat yangmenguatkan keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan yangtelah diambil sebelumnya jika pesan-pesan mengenai inovasi yang diterimanya berlawanansatu dengan lainnya.

Mengacu kepada penjelasan Sendjaja (2002: 2.17), bahwa teori ini mencakup sejumlahgagasan mengenai proses difusi inovasi sebagai berikut:

Pertama, teori ini membedakan tiga tahapan utama dari keseluruhan proses ke dalam tahapananteseden, proses, dan konsekuensi. Tahapan yang pertama mengacu kepada situasi ataukarakteristik dari orang yang terlibat yang memungkinkannya untuk diterpa informasi tentangsuatu inovasi dan relevansi informasi tersebut terhadap kebutuhan-kebutuhannya. Misalnya,adopsi inovasi biasanya lebih mudah terjadi pada mereka yang terbuka terhadap perubahan,menghargai kebutuhan akan informasi, dan selalu mencari informasi baru. Tahapan keduaberkaitan dengan proses mempelajari, perubahan sikap, dan keputusan. Di sini nilai inovatifyang dirasakan akan memainkan peran penting, demikian pula dengan norma-norma dannilai-nilai yang berlaku dalam sistem sosialnya. Jadi, kadang kala peralatan yang secara teknisdapat bermanfaat, tidak diterima oleh suatu masyarakat karena alasan-alasan moral ataukultural, atau dianggap membahayakan struktur hubungan sosial yang telah ada. Tahapankonsekuensi dari aktivitas difusi terutama mengacu pada keadaan selanjutnya jika terjadiadopsi inovasi. Keadaan tersebut dapat berupa terus menerima dengan menggunakan inovasi,atau kemudian berhenti menggunakannya

Kedua, perlu dipisahkannya fungsi-fungsi yang berbeda dari pengetahuan', 'persuasi','keputusan', dan 'konfirmasi', yang biasanya terjadi dalam tahapan proses, meskipun tahapantersebut tidak harus selesai sepenuhnya/lengkap. Dalam hal ini, proses komunikasi lainnyadapat juga diterapkan. Misalnya, beberapa karakteristik yang berhubungan dengan tingkatpersuasi. Orang yang tahu lebih awal tidak harus para pemuka pendapat, beberapa penelitianmenunjukkan, bahwa 'tahu lebih awal' atau 'tahu belakangan/tertinggal' berkaitan dengantingkat sosial-sosial tertentu. Jadi, kurangnya integrasi sosial seseorang dapat dihubungkandengan 'kemajuannya' atau 'ketinggalannya' dalam masyarakat.

Ketiga, difusi inovasi biasanya melibatkan berbagai sumber komunikasi yang berbeda (mediamassa, advertensi atau promosi, penyuluhan, atau kontak-kontak sosial yang informal), danefektivitas sumber-sumber tersebut akan berbeda pada tiap tahap, serta untuk fungsi yangberbeda pula. Jadi, media massa dan advertensi dapat berperan dalam menciptakan kesadarandan pengetahuan, penyuluhan berguna untuk memersuasi, pengaruh antarpribadi berfungsibagi keputusan untuk menerima atau menolak inovasi, dan pengalaman dalam menggunakaninovasi dapat menjad i sumber konfirmasi untuk terus menerapkan inovasi atau sebaliknya .

Keempat, teori ini melihat adanya 'variabel-variabel penerima' yang berfungsi pada tahappertama (pengetahuan), karena diperolehnya pengetahuan akan dipengaruhi oleh kepribadianatau karakteristik sosial. Meskipun demikian, setidaknya sejumlah variabel penerima akan

Page 30: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 30

berpengaruh pula dalam tahap-tahap berikutnya dalam proses difusi inovasi. Ini terjadi jugadengan 'variabel-variabel sistem sosial' yang berperan terutama pada tahap awal (pengetahuan)dan tahap-tahap berikutnya.

4. Teori Agenda-Setting

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw dalam Public OpinionQuarterly tahun 1972, berjudul The Agenda- Setting Function of Mass Media. Asumsi dasarteori agenda-setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, makamedia itu akan memengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yangdianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabilamedia massa memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akanmemiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Asumsi ini berasal dari asumsi lain bahwa mediamassa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan prosesbelajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori agenda-setting menganggapbahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu tersebut disusunmendasarkan tingkat kepentingannya (Effendy, 2000: 287).

McCombs dan Donald Shaw mengatakan pula, bahwa audience tidak hanyamempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajariseberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massamemberikan penekanan terhadap topik tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yangdikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu, media massa terlihatmenentukan mana topik yang penting. Dengan kata lain, media massa menetapkan 'agenda'kampanye tersebut dan kemampuan untuk memengaruhi perubahan kognitif individu inimerupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa (Effendi, 2000: 288).

Pada tahun 1976, McCombs dan Shaw mengambil kasus Watergate sebagai ilustrasidari fungsi agenda-setting. Mereka menunjukkan bahwa sebenarnya bukanlah sesuatu yangbaru dalam mengungkap kasus politik yang korup, tetapi pemberitaan surat kabar yang sangatintensif dan diikuti oleh penayangan dengar pendapat di Dewan Perwakilan melalui televisi,telah membuat kasus Watergate menjadi 'topic of the year' (Sendjaja, 2002: 5.26).

5. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori yang dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. DeFleur (1976,Sendjaja, 2002: 5, 26) memfokuskan perhatiannya pada kondisi struktural suatu masyarakatyang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini pada dasarnyamerupakan suatu pendekatan struktur sosial yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatumasyarakat modern (atau masyarakat massa), di mana media massa dapat dianggap sebagaisistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dankonflik pada tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial. Pemikiranterpenting dari teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantungpada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan tentang, dan orientasi kepada,apa yang terjadi dalam masyarakatnya. Jenis dan tingkat ketergantungan akan dipengaruhioleh jumlah kondisi struktural, meskipun kondisi terpenting terutama berkaitan dengan tingkatperubahan, konfliknya atau tidak stabilnya masyarakat tersebut, dan kedua, berkaitan denganapa yang dilakukan media yang pada dasarnya melayani berbagai fungsi informasi. Dengandemikian, teori ini menjelaskan saling hubungan antara tiga perangkat variabel utama danmenentukan jenis, efek tertentu sebagai hasil interaksi antara ketiga variabel tersebut.

Page 31: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 31

Menurut (Sendjaja, 2002: 5, 27) pembahasan lebih lanjut mengenai teori ini ditujukan padajenis-jenis efek yang dapat dipelajari melalui teori ini. Secara ringkas kajian terhadap efektersebut dapa t dirumuskan sebagai berikut: (a) Kognitif, menciptakan atau menghilangkanambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat,penegasan/penjelasan nilai-nilai; (b) Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, danmeningkatkan atau menurunkan dukungan moral; dan (c) Behavioral, mengaktifkan ataumenggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkauatau menyediakan strategi untuk, suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.

Lebih lanjut Ball-Rokeach dan DeFleur (1976, Sendjaja, 2002: 5. 28) mengemukakan,bahwa ketiga komponen yaitu audience, sistem media dan sistem sosial, saling berhubungansatu dengan lainnya, meskipun sifat hubungan ini berbeda antara masyarakat satu denganmasyarakat lainnya. Setiap komponen dapat pula memiliki cara yang beragam yang secaralangsung berkaitan dengan perbedaan efek yang terjadi. Seperti misalnya sistem sosial akanberbeda-beda sesuai dengan tingkat stabilitasnya. Adakalanya sistem sosial yang stabil akanmengalami masa-masa krisis. Sistem sosial yang telah mapan dapat mengalami tantanganlegitimasi dan ketahanannya secara mendasar. Dalam kondisi semacam ini akan munculkecenderungan untuk mendefinisikan hal-hal baru, penyesuaian sikap, menegaskan kembalinilai-nilai yang berlaku atau mempromosikan nilai-nilai baru, yang kesemuanya menstimulasiproses pertukaran informasi. Audience akan memiliki hubungan yang beragam dengan sistemsosial dan perubahan-perubahan yang terjadi. Sejumlah kelompok mungkin mampu bertahansementara lainnya akan lenyap. Demikian pula dengan keragaman ketergantungan pada mediamassa sebagai informasi dan panduan. Pada umumnya kelompok elite pada masyarakat akanmemiliki lebih banyak kendala terhadap media, lebih banyak akses ke dalamnya, dan tidakterlalu tergantung pada media jika dibandingkan dengan masyarakat kebanyakan. Sementarakelompok elite cenderung untuk memiliki akses kepada sumber informasi lain yang lebihcakap dan kompeten, non-elite terpaksa tergantung pada media massa atau sumber informasiperorangan yang biasanya kurang memadai. Media massa beragam dalam hal kualitas,persebaran, realibilitas, dan otoritas. Untuk kondisi tertentu atau dalam masyarakat tertentumedia massa akan lebih berperan dalam memberikan informasi sosial-politik dibandingkandalam kondisi atau masyarakat lainnya. Selanjutnya, terdapat pula keragaman fungsi darimedia massa untuk memenuhi berbagai kepentingan, selera, kebutuhan, dan sebagainya.

6. Spiral of Silence

Teori spiral of silence atau spiral kebisuan berkaitan dengan pertanyaan mengenaibagaimana terbentuknya pendapat umum. Dikemukakan pertama kali oleh ElizabethNoelle-Neuman, sosiolog Jerman, pada tahun 1974, teori ini menjelaskan bahwa jawaban daripertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling memengaruhi antara komunikasi massa,komunikasi antarpribadi, dan persepsi individu atas-pendapatnya sendiri dalam hubungannyadengan pendapat orang lain dalam masyarakat. Teori ini mendasarkan asumsinya padapemikiran sosial-psikologis tahun 30-an yang menyatakan bahwa pendapat pribadi sangattergantung pada apa yang dipikirkan oleh orang lain, atau atas apa yang orang rasakan sebagaipendapat dari orang lain. Berangkat dari asumsi tersebut, spiral of silence selanjutnyamenjelaskan bahwa individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam artikesendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Oleh karenanya, orang akanmengamati lingkungannya untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang bertahan danmendapatkan dukungan, dan mana yang tidak dominan atau populer. Jika orang merasakanbahwa pandangannya termasuk di antara yang tidak dominan atau tidak populer, maka ia

Page 32: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 32

cenderung kurang berani mengekspresikannya, karena adanya ketakutan akan isolasi tersebut(Sendjaja, 2002: 5, 28).

Noelle-Neuman mengatakan, ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadappendapat mayoritas, pengungkapan pendapat pribadi, kecenderungan dalam isi media, danpendapat para jurnalis. Dalam kondisi tertentu, media massa tampak membentuk persepsimengenai pendapat yang dominan dan karenanya memengaruhi pendapat individu melaluicara-cara yang dijelaskan oleh teori spiral ofsilence ini.

7. Information Gaps

Dalam membahas efek jangka panjang komunikasi massa, tampaknya penting untukdikemukakan suatu pokok bahasan yang disebut sebagai celah informasi atau celahpengetahuan (information atau knowledge gaps). Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleharus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secarateoretis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyarakat karena setiapindividu memiliki kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya atau didunia, yang tentunya akan memantu dirinya dalam memperluas wawasan. Namun informasisering kali menghasilkan efek negatif, di mana peningkatan pengetahuan pada kelompoktertentu akan menjauh dan meninggalkan kelompok lainnya. Dalam hal seperti ini informationgaps akan terjadi dan terus meningkat sehingga menimbulkan jarak antara kelompok sosialyang satu dengan yang lain dalam hal pengetahuan mengenai suatu topik tertentu.

Philip Tichenor (1970) yang mengawali pemikiran tentang knowledge gaps, denganmenjelaskan bahwa ketika arus informasi dalam suatu sistem sosial meningkat, akanmelebarkan celah pengetahuan di antara sistem sosial yang berbeda di masyarakat. Sementaraitu, Everett M. Rogers (1976) memperkuat asumsi tersebut dengan mengatakan bahwa,informasi bukan hanya menghasilkan melebarnya knowledge gaps, tetapi juga gaps yangberkaitan dengan sikap dan perilaku. Menurutnya komunikasi massa bukan satu-satunyapenyebab terjadinya gaps tersebut, karena efek yang serupa juga terjadi pada komunikasilangsung antar-individu (Sedjaja, 2002: 5.30).

8. Uses and Gratifications

Penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) ataskebutuhan seseorang atau uses and gratification, salah satu teori dan pendekatan yang seringdigunakan dalam komunikasi. Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili kese-luruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku audience hanya dijelaskan melaluiberbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomenamengenai proses penerimaan (pesan media). Pendekatan uses and gratifications ditujukanuntuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskanpenggunaan media oleh individu atau agregasi individu (Effendy, 2000: 289).

Pendekatan uses and gratifications memberikan alternatif untuk memandang padahubungan antara isi media dan audience, dan pengkategorian isi media menurut fungsinya.Meskipun masih diragukan adanya satu atau beberapa model uses and gratifications, Katz(Effendy, 2000: 290) menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai uses andgratifications: (1) kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya (2)kebutuhan, yang menciptakan (3) harapan-harapan terhadap (4) media massa atausumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media (atau

Page 33: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 33

keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhankebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. Sebagaitambahan bagi elemen-elemen dasar tersebut di atas, pendekatan uses and gratifications seringmemasukkan unsur motif untuk memuaskan kebutuhan dan alternatif-alternatif fungsionaluntuk memenuhi kebutuhan.

Kari Erik Rosengren memodifikasi 7 elemen di atas menjadi 11 elemen sebagai berikut:(1) kebutuhan mendasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antaraintra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media,menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusibagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan ataupenyelesaian persoalan, yang menghasilkan (7) perbedaan pola konsumsi media dan (8)perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapatmemengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akanmemengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomidalam masyarakat (Effendy, 2000: 291).

9. Teori Uses and Effects

Menurut (Sendjaja, 2002: 5.41), teori uses and effect pertama kali dikemukakan oleh SvenWindahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teoritradisional mengenai efek. Konsep 'use' (penggunaan) merupakan bagian yang sangat pentingatau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media yangmenyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatuproses komunikasi massa. Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapatberarti exposure yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain,pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, di mana isi terkaitharapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertianyang kedua.

10. Information Seeking

Donohew dan Tipton (1973), menjelaskan tentang pencarian, pengindraan dan pemrosesaninformasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tentang kesesuaian sikap.Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yangtidak sesuai dengan image of reality-nya karena informasi itu bisa saja membahayakannya.

11. Konstruksi Sosial Media Massa

Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai darigagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktifkognitif muncul pada abad ini. Dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dansebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokokkonstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistimolog dariItalia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno, 1997: 24).

Berger dan Luckmann kemudian melalui Social Construction of Reality (1965), menulistentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses,yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara idividu

Page 34: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 34

satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosialtersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

Gagasan awal dari teori konstruksi sosial media massa ini adalah untuk mengoreksi teorikonstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Berger dan Luckmann (1965). Seperti yangsudah dijelaskan di bab-bab sebelumnya, substansi "teori konstruksi sosial media massa"adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsungdengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas sosial yang terkonstruksi itu juga mem-bentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.

Posisi "konstruksi sosial media massa" adalah mengoreksi substansi kelemahan danmelengkapi "konstruksi sosial atas realita", dengan menempatkan seluruh kelebihan mediamassa dan efek media pada keunggulan "konstruksi sosial media massa" atas "Konstruksisosial atas realita". Namun proses simultan yang digambarkan di atas tidak bekerja secaratiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting. Dari kontenKonstruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi sosial media massa melaluitahap-tahap sebagai berikut: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebarankonstruksi; (c) tahap pembentukan konstruksi; dan (d) tahap konfirmasi.

1 2 . Lasswell Model

Seorang ahli ilmu politik Amerika Serikat pada tahun 1948 mengemukakan suatuungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan yangmerupakan cara sederhana untuk memahami proses komunikasi massa adalah denganmenjawab pertanyaan sebagai berikut: siapa (who); berkata apa (says what); melalui saluranapa (which channel); kepada siapa (to whom); dengan efek apa? (with what effect?)

Pertanyaan-pertanyaan Lasswell ini, meskipun sangat sederhana atau terlalumenyederhanakan suatu fenomena komunikasi massa, namun sangat membantumengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi massa. Selaindapat menggambarkan komponen-komponen dalam proses komunikasi massa, Lasswellsendiri menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk membedakan berbagai jenispenelitian komunikasi.

K. EMPAT TEORI PERS

Dalam Four Theories of the Press (Siebert, Peterson, dan Schramm, 1956, Severin danTankard, Jr. 2005: 373), membagi pers di dunia dalam 4 kategori: otoriter, liberal, tanggungjawab sosial, dan totaliter-Soviet. Namun kesemuanya merupakan "Teori Normative" yangberasal dari pengamatan, bukan dari hasil uji dan pembuatan hipotesis dengan menggunakanmetode ilmu sosial.

1. Teori Otoriter

Penemuan alat cetak pers dan pelat huruf yang mudah dipindah terjadi saat dunia dibawah kekuasaan otoriter sistem kerajaan dengan kekuasaan absolutnya. Ketika dasar danteori pers pertama (teori otoriter) mendukung dan menjadi kepanjangan tangan kebijakanpemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara. Mesin cetak harus memiliki izin dan,

Page 35: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 35

dalam beberapa kondisi, harus mendapat hak pemakaian khusus dari kerajaan ataupemerintah agar bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi,sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh serikat pemilik mesincetak, individu dijauhkan dari kemungkinan mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalamsistem imun demikian, tetap dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah(Severin dan Tankard, Jr.2005:373)

2. Teori Liberal

Teori Liberal pers berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umumtentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan pandangan yang otoriter.Dari tulisan Milton, Locke, dan Mill dapat dimunculkan pemahaman bahwa pers harusmendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligussebagai media yang memberikan informasi, menghibur, dan mencari keuntungan. Di bawahteori liberal pers bersifat swasta, dan siapa pun yang mempunyai uang yang cukup dapatmenerbitkan media. Media dikontrol dalam dua cara. Dengan beragamnya pendapat, "prosespembuktian kebenaran" dalam "pasar bebas gagasan" akan memungkinkan individumembedakan mana yang benar atau salah. Demikian pula dengan sistem hukum yang memilikiketentuan untuk menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan hasutandalam masa peperangan. Teori liberal pers berkembang di Inggris selama abad ke-18 tetapitidak diperbolehkan dijalankan dikoloni Inggris di Amerika Utara sampai putusnya hubungandengan negara induk tersebut. Setelah tahun 1776, teori ini diimplementasikan di seluruhwilayah yang lepas dari pemerintahan kolonial dan secara resmi diadopsi dengan adanyaAmandemen Pertama pada Piagam Hak Asasi Manusia baru yang ditambahkan ke dalamUndang- Undang Dasar (Severin dan Tankard, Jr. 2005: 378).

3. Teori Tanggung Jawab Sosial

Di abad kedua puluh di Amerika Serikat, ada gagasan yang berkembang, bahwa mediasatu-satunya industri yang dilindungi Piagam Hak Asasi Manusia, harus memenuhi tanggungjawab sosial. Teori tanggung jawab sosial, yang merupakan evolusi gagasan praktisi media,Undang-Undang Media, dan hasil kerja Komisi Kebebasan Pers (Commission on Freedom ofthe Press), berpendapat bahwa selain betujuan untuk memberikan informasi, menghibur,mencari untung (seperti hal teori liberal), juga bertujuan untuk membawa konflik ke dalamarena diskusi. Teori tanggung jawab sosial mengatakan bahwa, setiap orang yang memilikisesuatu yang penting untuk dikemukakan harus diberikan hak dalam forum, dan jika mediadianggap tidak memenuhi kewajibannya, maka ada pihak yang harus memaksanya. Di bawahteori ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional,dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan teknis padajumlah saluran frekuensi yang tersedia (Effendy, 2000: 272).

4. Teori Komunis Soviet

Teori otoriter pers di banyak negara berubah menjadi teori Totaliter-Soviet. Sovietberpandangan, bahwa tujuan utama media adalah membantu keberhasilan dan kelangsungansistem Soviet. Media dikontrol oleh tindakan ekonomi dan politik dari pemerintah dan badanpengawas dan hanya anggota partai yang loyal dan anggota partai ortodoks saja yang bisamenggunakan media secara regular. Media dalam sistem Soviet dimiliki dan dikontrol olehnegara dan ada hanya sebagai kepanjangan tangan negara.

Page 36: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 36

Sejak Four Theories ofthe Press (Siebert, Peterson, dan Scharamm, 1956, Severin danTankard, Jr. 2005: 380) ditulis, telah ada banyak perubahan di negara-negara sosialis. Tahun1980-an, di negara Cina, kepemilikan surat kabar secara pribadi diperbolehkan dalam skalatertentu. Semua kritikan dapat ditoleransi, khususnya jika itu merupakan kritikan pada individuatau kebijakan lokal yang dapat merongrong tujuan program negara "4 modernisasi".

Pada salah satu tindakan pelarangan penerimaan saluran televisi asing. Di akhir musimpanas tahun 1999, polisi Cina mulai merampas satelit, antena penerima, dan dekoder. Tahun itumerupakan saat yang sangat sensitif bagi pemerintahan Cina, dengan adanya tiga peristiwapenting, hari peringatan demonstrasi Tiananmen kesepuluh, perayaan ulang tahun RepublikCina kelima puluh, dan perayaan gerakan Empat Mei yang kedelapan puluh, saat para pelajarmemrotes perlakuan kekuatan Barat terhadap Cina. Pemerintah memperingatkan operator TVkabel untuk tidak menayangkan program TV asing. Beberapa pakar percaya pemerintah inginmemblokir saluran akhir yang mungkin menyiarkan berita tentang Tianannmen (Landler,1999, Severin dan Tankard, Jr. 2005: 80).

Schramm mengatakan bahwa, sumbangan besar dari Marx adalah menjungkirbalikandialektika Hegel dengan membuat dialektika realistis sebagai kebalikan dari idealistis. Iamengatakan bahwa, kondisi hidup yang bersifat materialistis, terutama cara manusiamengelola hidupnya dan jenis kehidupan yang ia kelola nenentukan ide manusia. Dengan katalain, kondisi ekonomi, sistem produksi, dan hubungan produktif menjadi faktor sentral bagikehidupan manusia. Sehubungan dengan pandangan ini, maka Schramm berpendapatpengawasan terhadap media massa harus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas, saranapercetakan, stasiun siaran, dan lain-lain. Selama kelas kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini,kelas buruh tidak akan mempunyai akses pada saluran-saluran komunikasi. Kelas buruh harusmempunyai sarana komunikasi sendiri dan kebebasan pers hanya ada pada masyarakat tanpakelas (Effendy, 2000: 271).

L. TEORI KOMUNIKASI DUNIA MAYA ATAU TEORI CYBERCOMMUNITY

Pada bagian lain dalam buku ini telah dijelaskan mengenai persoalan virtual reality,realitas maya, cybercommunity, sebagai akibat langsung dari perkembangan teknologitelematika yang semakin pesat. Sehingga oleh banyak cabang ilmu sosial mulai melihat ma-salah cyber Community ini sebagai sebuah arena kajian yang menarik sebuah sosiologikehidupan baru yang menarik dikaji.

Walaupun wilayah kajian ini masih prematur disebut telah melahirkan sebuah teori, namunbisa jadi teori yang lahir dari kajian masyarakat maya (cybercommunity) ini, menjadi sebuahteori paling akhir dalam kajian komunikasi atau sosiologi komunikasi, karena seperti yangdijelaskan pada bagian tentang masyarakat cyber, telah lahir sebuah kajian ilmiah mengenaicybercommunity, di mana cybercommunity ini memiliki struktur yang menyerupai kehidupansosial masyarakat nyata, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah teori cybercommunity.

Tankard (2005), dalam bukunya tentang teori komunikasi, menjelaskan tentang teorikomunikasi dunia maya, di mana yang dimaksud oleh Severin dan Tankard sebagai dunia mayaadalah cybercommunity itu. Walaupun unsur-unsur dunia maya tidak dijelaskan secara detailoleh keduanya dalam buku tersebut, sebagaimana konsep teori cybercommunity dalam bukuini, namun keduanya mengajukan beberapa bagian-bagian penting dalam teori komunikasidunia maya, yaitu (1) konsep dasar komunikasi digital, seperti dunia maya (cyberspace),virtual reality (VR) komunitas maya (virtual communities) chat rooms, multi-user domain

Page 37: A. B SOSIAL DAN PARADIGMA TEORI KOMUNIKASIeko_hartanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48647/6... · konflik bagi lahirnya teori-teori konflik dan teori kritis dalam kajian

Sosiologi Komunikasi dan Informasi 37

(MUD), inter-aktivitas, hypertext, dan multimedia; (2) ruang dan wilayah teori komunikasidunia maya, seperti penentuan agenda (agenda-setting), manfaat dan gratifikasi, pembauraninovasi, kesenjangan pengetahuan, kredibilitas media, dan gagasan McLuhan tentang mediabaru (new media); dan (3) riset-riset baru pada komunikasi cyber, yaitu mediamorfosis, risettentang hypertext, riset multimedia, riset desain antarmuka (komunikasi dua-arah), riset erosdigital atau cinta online, riset tentang kecanduan Internet, serta riset tentang pemakaian Internetdan depresi.

Referensi:

A.S. Haris Sumadiria. (2014). Sosiologi Komunikasi Massa. Sembiosa Rekatama Media,Bandung

Burhan Bungin. (2014). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus TeknologiKomunikasi di Masyarakat. Kencana, Jakarta.

Momon Sudarma. ((2014). Sosiologi Komunikasi. Mitra Wacana Media, Jakarta.