93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    1/123

    ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN TAGLINE DAN PERSEPSI

    KONSUMEN DALAM PEMBENTUKANBRAND AWARENESS SUATU

    PRODUK

    (Studi kasus pada iklan Coca cola)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    oleh :

    Eko Zulianto

    NIM : 106081002405

    Di Bawah Bimbingan :

    Pembimbing 1 Pembimbing 2

    Dr. Yahya Hamja.,MM Heryanto.,SE,M.Si

    NIP : 19490602 197803 1 001 NIP : 19590223 198601 1 002

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1431 H/2010

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    2/123

    Hari ini senin tanggal 21 bulan Juni tahun dua ribu sepuluh telah

    dilakukan ujian skripsi atas nama Eko Zulianto NIM : 106081002405

    dengan judul skripsi Analisis Pengaruh Penggunaan Tagline dan

    Persepsi Konsumen Dalam Pembentukan Brand Awareness Suatu

    Produk (Studi kasus pada iklan Coca cola). Melihat penampilan

    mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

    diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi

    pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.

    Jakarta, 21 juni 2010

    Tim Penguji Ujian Skripsi

    Dr. Yahya Hamja,.MM Heryanto.,SE.,M.Si

    Ketua Sekretaris

    Prof. Dr. Ahmad Rodhoni Leis Suzanawaty.,SE.,M.Si

    Penguji Ahli 1 Penguji Ahli 2

    Suhendra, S.Ag.,MM

    Penguji Proposal

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    3/123

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama mahasiswa : EKO ZULIANTO

    NIM : 106081002405

    Jurusan : MANAJEMEN

    Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi adalah hasil karya saya sendiri yang

    merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

    merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang

    lain.

    Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan

    harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan

    serta gelarnya dibatalkan.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian

    hari menjadi tanggung jawab saya.

    Jakarta,23 Juni 2010

    (Eko Zulianto)

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    4/123

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    5/123

    ABSTRACT

    This research aimed to analyze a relationship between the application

    tagline that Coca cola makes and consumers in shaping brand perception their

    awareness. To test this researchers used a questionnaire containing 29 items of

    revelation are distributed to 60 respondents. Statements in the questionnaire

    adjusted for variables that would like to study the application of tagline,

    consumer perception and the formation of brand awareness. In this research the

    authors used multiple linear regression test with prior reference to the classical

    assumption. The survey results revealed that partially a significant difference

    between the application of tagline variables on establishing brand awareness. Inaddition it also found that partially a significant influence between consumer

    perception variables on the formation of brand awareness. Simultaneously

    (shared) variables and the application of tagline consumer perceptions

    significantly influence the formation of brand awareness. Contribute tagline and

    consumer perception changes indicated by the value of R = 0.53 or 53%. Thats

    means 53% variable establishment of brand awareness can be explained by the

    variation of the two independent variables (change in consumer perception and

    tagline).

    Keywords: advertisement, tagline, perception, brand awareness

    iii

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    6/123

    ABSTRAK

    ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN TAGLINE DAN PERSEPSIKONSUMEN DALAM PEMBENTUKANBRAND AWARENESS

    SUATU PRODUK

    (Studi kasus pada iklan Coca cola)

    Oleh : Eko Zulianto

    106081002405

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

    penggunaan tagline yang dilakukan oleh Coca cola dan persepsi konsumen

    dalam pembentukan brand awarenessnya. Untuk menguji penelitian inipeneliti menggunakan kuesioner yang berisi 29 butir penyataan yang

    disebarkan kepada 60 orang responden. Pernyataan-pernyataan yang ada di

    dalam kuesioner disesuaikan dengan variabel-variabel yang ingin diteliti

    yaitu penggunaan tagline, persepsi konsumen dan pembentukan brand

    awareness. Pada penelitian ini penulis menggunakan uji regresi linear

    berganda dengan terlebih dahulu mengacu kepada uji asumsi klasik. Dari

    hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial terdapat pengaruh yangsignifikan antara variabel penggunaan tagline terhadap pembentukan brand

    awareness. Selain itu ditemukan pula bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang

    signifikan antara variabel persepsi konsumen terhadap pembentukan brand

    awareness. Secara simultan (bersama-sama) variabel penggunaan tagline danpersepsi konsumen berpengaruh signifikan terhadap pembentukan brand

    awareness. Kontribusi perubahan tagline dan persepsi konsumen ditunjukkan oleh

    nilai R = 0.546 atau 54,6%. Yang artinya 54,6% variabel pembentukan brand

    awareness dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen

    (penggunaan taglinedan persepsi konsumen).

    Kata kunci : iklan, tagline,persepsi, brand awareness

    iv

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    7/123

    Kata Pengantar

    Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha

    Penyayang.

    Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Azza wa Jalla, kami memuji-

    Nya dan kami memohon pertolongan kepada-Nya dan kami memohon ampun

    kepada-Nya, yang telah memberikan limpahan nikmat karunianya kepada penulis

    sehingga penulis mampu menyusun skripsi ini.

    Shalawat beserta salam semoga Allah curahkan kepada suri tauladan

    manusia, dialah manusia yang patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari baik

    dalam masalah ibadah maupun muamalah, yakni Nabi Muhammad shallallahu

    alaihi wa sallam.

    Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

    baik materi maupun non materi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

    kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

    pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini:

    1. Kepada Dosen Pembimbing I, Bapak Yahya Hamja,Dr.,MM yang

    telah memberikan masukan dan bimbingannya kepada penulis selama

    menyusun skripsi ini. Kepada Dosen Pembimbing II, Bapak

    Heryanto,SE,M.Si yang tidak kenal lelah memberikan bimbingannya

    kepada penulis.

    2.

    Kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Bapak Prof. Dr.

    Abdul Hamid, MS beserta Ketua Jurusan Manajemen, Bapak

    Indoyama Nasarudin, SE, MAB.

    3.

    Kepada kedua orang tua penulis, ibu, terima kasih atas doanya

    sehingga menambah semangat penulis untuk terus maju ke depan,

    kepada ayah yang tidak kenal lelah mencari nafkah dan membiayai

    penulis sehingga penulis mampu kuliah seperti saat ini. Kepada adik-

    adikku tersayang, merekalah inspirasi dan pemberi semangat dalam

    kehidupan penulis.

    v

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    8/123

    vi

    4. Kepada seluruh dosen baik yang pernah mengajar langsung maupun

    tidak langsung, semoga amal baktinya dijadikan suatu amalan sholeh.

    Amiin.

    5. Rasa terima kasih banyak juga penulis ucapkan kepada Eka akmalia

    azhmi beserta keluarga yang telah ikut membantu penulis khususnya

    berupa dukungan motivasi dan moril.

    6. Kepada teman-teman Manajemen B06 (Adnan, Alfian, Eep, Apri,

    Amero, Fadhil, Uji, Itang, Reyhan, Rifki, Fadli, Ega, Diaz, dan lain-

    lain) yang selalu memberikan semangat persahabatan kepada penulis

    selama ini.

    7.

    Kepada sahabat-sahabat ABRAS 03 (Irfan, Latif, Aris, dan lain-lain)

    yang selalu dapat menghibur disaat penulis merasa lelah.

    8. Kepada seluruh responden/konsumen produk minuman Coca cola yang

    telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang penulis

    berikan.

    9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis

    ucapkan terima kasih banyak. Semoga bantuan dan doanya dibalas

    oleh Allah SWT dan dijadikan catatan amal kebaikan.Amin.

    Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

    Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang konstruktif.

    Semoga penelitian yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

    Jakarta, Juni 2010

    Eko Zulianto

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    9/123

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. i

    ABSTRACT ................................................................................................ iii

    ABSTRAK .................................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................ v

    DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................ 1

    B. Batasan Masalah .......................................................................... 7

    C. Rumusan Permasalahan................................................................ 8

    D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

    E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

    BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

    A. Iklan dan Tagline........................................................................ 10

    1. Definisi Iklan .......................................................................... 10

    2. Model Persuasi iklan .............................................................. 12

    3. Tagline ................................................................................... 20

    a. Definisi Tagline............................................................... 20

    b. Tagline yang Efektif ........................................................ 22

    B. Persepsi ........................................................................................ 23

    vii

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    10/123

    C.Brand ........................................................................................... 25

    1. DefinisiBrand ........................................................................ 25

    2. ManfaatBrand ....................................................................... 27

    3. DefinisiBrand Awareness...................................................... 32

    4. TingkatanBrand Awareness .................................................. 34

    5. PeranBrand Awareness ......................................................... 35

    6. Proses TerjadinyaBrand Awareness...................................... 39

    7. Iklan dan Nilai-Nilai Budaya Konsumen ............................... 43

    D. Hubungan antara Tagline denganBrand Awarenes ................... 45

    E. Hubungan antara persepsi konsumen dengan brand awareness . 46

    F. Kerangka Pemikiran .................................................................... 47

    G. Penelitian Terdahulu ................................................................... 48

    H. Hipotesis ..................................................................................... 49

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 50

    B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 50

    1. Populasi .................................................................................. 50

    2. Sampel .................................................................................... 50

    C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 51

    1. Penelitian Primer .................................................................... 51

    2. Penelitian Kepustakaan .......................................................... 52

    D. Metode Analisis ......................................................................... 52

    1. Metode Analisis .................................................................... 52

    viii

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    11/123

    2. Uji Validitas dan Realibilitas ................................................ 53

    3. Uji Regresi Linear Berganda ................................................. 54

    4. Uji Hipotesis ......................................................................... 56

    E. Operasionalisasi Variabel ........................................................... 56

    BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Sekilas Gambaran Objek Umum Penelitian

    1.Sejarah Singkat Perusahaan ................................................... 59

    2.Visi dan Misi ... 63

    B. Validitas dan Reliabilitas

    1.

    Validitas ................................................................................ 63

    2.Reliabilitas ............................................................................. 66

    C. Penemuan dan Pembahasan

    1.

    Karakteristik Responden ........................................................ 66

    2.

    Penggunaan Tagline .............................................................. 70

    3.Persepsi Konsumen ................................................................ 75

    4.Brand Awareness ................................................................... 81

    D. Uji Asumsi Klasik

    1.

    Uji multikolonieritas .............................................................. 86

    2.Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 87

    3.Uji Nomalitas ......................................................................... 88

    4.

    Analisis Uji Hipotesis ............................................................ 89

    5.

    Hasil Uji Regresi Berganda ................................................... 94

    6.Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 94

    ix

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    12/123

    x

    E. Interpretasi ................................................................................. 96

    BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

    A. Kesimpulan ................................................................................ 100

    B. Implikasi ..................................................................................... 101

    C. Saran ........................................................................................... 101

    Daftar Pustaka............................................................................................ 103

    LAMPIRAN

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    13/123

    DAFTAR GAMBAR

    No. Keterangan Hal

    2.1 Eksposur terhadap komunikasi persuasif.............................. 13

    2.2 Proses Persepsi ..................................................................... 25

    2.3 Piramida brand awareness ................................................... 34

    2.4 Nilai-nilai kesadaran merek ................................................. 36

    2.5 Pengaruh iklan terhadap konsumen ..................................... 45

    4.1 Scatterplot ............................................................................ 87

    4.2 Histogram ............................................................................. 88

    4.3 Normal P-P Plot ................................................................... 88

    xiv

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    14/123

    DAFTAR TABEL

    No. Keterangan Hal

    3.1 Skala likert ................................................................................ 53

    3.2 Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi .. 55

    3.3 Operasional variabel penelitian ................................................. 57

    4.1 Uji validitas ............................................................................... 64

    4.2 Uji reliabilitas ............................................................................ 66

    4.3 Jenis Kelamin ............................................................................ 67

    4.4 Usia ........................................................................................... 67

    4.5 Pendidikan terakhir ................................................................... 68

    4.6 Pekerjaan ................................................................................... 68

    4.7 Pernah mengkonsumsi Coca cola ............................................. 69

    4.8 Mengetahui iklan Coca cola terbaru .......................................... 69

    4.9 Mengetahui tagline Coca cola yang terbaru .............................. 70

    4.10 Mengetahui iklan Coca cola khususnya yang terbaru ............... 70

    4.11 Mengetahui tagline terbaru Coca cola ...................................... 71

    4.12 Mengetahui setiap perubahan tagline Coca cola ....................... 71

    4.13 Tagline Coca cola unik dan menarik ......................................... 72

    4.14 Tagline Coca cola sesuai dengan yang ditawarkan produk

    tersebut ..................................................................................... 72

    4.15 Tagline Coca cola adalah yang membedakannya dengan produk

    lain ............................................................................................ 73

    4.16 Tagline mudah di ingat ............................................................. 73

    4.17 Tagline sesuai dengan harapan ................................................. 74

    4.18 Tagline sesuai dengan yang dirasakan saat mengkonsumsi produk

    xi

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    15/123

    tersebut ...................................................................................... 74

    4.19 Mengetahui seluruh iklan Coca cola yang pernah ada ............... 75

    4.20 Produk ada dimana saja ............................................................. 75

    4.21 Merasakan sensasi yang berbeda saat mengkonsumsinya ......... 76

    4.22 Menyukai produk sejak pertama kali mengkonsumsinya .......... 76

    4.23 Menyukai rasanya ...................................................................... 77

    4.24 Puas dengan sensasi dan rasa ..................................................... 77

    4.25 Minuman aman untuk di konsumsi segala umur ....................... 78

    4.26 Aman dikonsumsi karena tidak mengakibatkan ketergantungan 78

    4.27 Bisa di konsumsi di berbagai macam kegiatan .......................... 79

    4.28 Memiliki rasa yang agak pahit ................................................... 80

    4.29 Salah satu minuman kesukaan ................................................... 80

    4.30 Mengetahui produk minuman bermerk Coca cola ..................... 81

    4.31 Mengetahui berbagai macam kemasan coca cola ...................... 81

    4.32 Mengetahui Coca cola sebagai produk yang sudah terkenal ..... 82

    4.33 Mengetahui berbagai macam jenis rasa dari Coca cola ............. 82

    4.34 Mengetahui seluruh atribut Coca cola ....................................... 83

    4.35 Mengetahui perbedaan Coca cola dengan produk lain .............. 83

    4.36 Sudah sangat familiar dengan Coca cola ................................... 84

    4.37 Lebih menyukai Coca cola dibandingkan produk lain ............... 84

    4.38 Merek Coca cola yang pertama muncul di benak ...................... 85

    4.39 Uji multikolonieritas (koefisien korelasi) .................................. 86

    4.40 Koefisien .................................................................................... 86

    4.41 Tabel Uji F ................................................................................. 90

    4.42 Tabel Uji T ................................................................................. 91

    4.43 Hasil pengujian parsial ............................................................... 93

    xii

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    16/123

    xiii

    4.44 Tabel regresi berganda ............................................................... 94

    4.45 Tabel hasil uji koefisien determinasi ......................................... 95

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    17/123

    Hari ini kamis tanggal 20 bulan Mei tahun dua ribu sepuluh telah

    dilakukan ujian komprehensif atas nama Eko Zulianto NIM : 106081002405

    dengan judul skripsi Analisis Pengaruh Penggunaan Tagline dan

    Persepsi Konsumen Dalam Pembentukan Brand Awareness Suatu

    Produk (Studi kasus pada iklan Coca cola). Melihat penampilan

    mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

    diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi

    pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.

    Jakarta, 20 mei 2010

    Tim Penguji Ujian Komprehensif

    Suhendra, S.Ag.,MM Leis Suzanawaty.,SE.,M.Si

    Ketua Sekretaris

    Dr. Yahya Hamja,.MM

    Penguji Ahli

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    18/123

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kondisi persaingan di dalam bisnis di Indonesia saat ini semakin

    meningkat. Saat ini semua produsen berlomba-lomba dalam menciptakan

    produk yang paling diminati oleh konsumen pasar. Persaingan yang semakin

    meningkat ini membuat para produsen harus lebih kreatif dalam membaca

    keinginan dan kebutuhan pasar.

    Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan

    adalah kunci kesuksesan. Dengan kondisi sekarang ini, nilai suatu brandyang

    mapan sebanding dengan realitas makin sulitnya menciptakan suatu brand.

    Pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, tidak

    sekedar pertempuran produk (Durianto dkk, 2004:3). Beberapa produk dengan

    kualitas, model, karakteristik tambahan dari produk (features), serta kualitas

    yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena

    perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.

    Dewasa ini konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk

    digunakan atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus

    informasi yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi membuat

    konsumen dapat menyerap informasi serta pengetahuan tentang keberadaan

    suatu produk dengan cepat. Dengan keadaan seperti ini, perusahaan harus

    tanggap dengan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    19/123

    2

    mengkomunikasikan produknya secara tepat, perusahaan perlu memberikan

    informasi tentang produknya dengan baik kepada konsumen sehingga

    konsumen akan memberikan tanggapan yang positif terhadap produk. Strategi

    pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan bauran

    promosi yang mampu memberikan informasi kepada konsumen yaitu iklan.

    Dunia periklanan semakin menarik untuk dibahas lebih jauh hal ini

    mengingat bahwa periklanan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang

    cukup pesat, hal ini ditandai dengan adanya beberapa peluang-peluang

    yang berkembang luas secara global dalam beriklan.

    Iklan merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan sebagai

    alat pengantar pesan untuk membentuk sikap konsumen. Agar penyampaian

    pesan dapat diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media

    yang tepat. Sebuah iklan dituntut untuk menarik, unik, dan kreatif sehingga

    mampu menampilkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan yang

    lain, sehingga konsumen pemakai produk dapat memiliki imajinasi yang baik

    saat menyaksikan iklan tersebut.

    Berkembangnya media informasi di Indonesia menyebabkan banyaknya

    iklan yang membanjiri media. Media yang digunakan adalah televisi, radio,

    majalah atau surat kabar, dan lain-lain. Pengiklanan di media televisi hingga

    kini masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk

    terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana brand

    yang pernah muncul di iklan di televisi lebih digemari daripada yang tidak

    diiklankan di televisi. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    20/123

    3

    agar dapat menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap

    brand (merek).

    Pentingnya iklan atau promosi disebutkan Kottler (dalam Royan, 2004:

    22) mengenai bauran pemasaran bahwa produk (product), harga (price),

    penempatan produk (place), dan promosi (promotion) merupakan suatu

    kesatuan dalam kegiatan pemasaran. Keempat komponen pemasaran tersebut

    saling melengkapi. Suatu produk yang bagus dan baik mutunya, desain

    kemasan, benefit, dan brand tanpa disertai harga yang kompetitif, tidak akan

    terjual maksimal dalam jangka panjang. Hal yang sama jika produk tersebut

    tidak dipromosikan, apalagi juga tidak didistribusikan, maka produk tersebut

    tidak akan diserap pasar secara maksimal. Bauran pemasaran yang terdiri dari

    4 P (product, price, place, promotion) tersebut saling melengkapi dan saling

    berasosiasi.

    Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan efektifitas iklan dalam

    meningkatkan brand awareness adalah efektivitas tagline dalam

    meningkatkan brand awareness pada mahasiswa pengkonsumsi rokok,

    minuman teh dan minuman bersoda yang dilakukan oleh Darno (2007) dengan

    hasil penelitian bahwa faktor-faktor penting yang mempengaruhi efektifitas

    tagline dalam meningkatkan brand awareness adalah: mudah diingat,

    unik/kreatif, memiliki frekuensi kemunculan pada tv yang cukup tinggi, sudah

    dikenal lama, dekat dengan kehidupan konsumen. Hasil yang menunjukkan

    pengaruh iklan dalam mempengaruhi perilaku membeli konsumen adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2005: 1-2) yang menunjukkan bahwa

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    21/123

    4

    konsumen terpengaruh untuk mengonsumsi Fruit-Tea setelah melihat iklan

    tersebut di televisi. Penelitian oleh Dwipayan (2005: 1-2) juga menunjukkan

    bahwa iklan televisi mampu mempengaruhi konsumen untuk membeli mie

    sedap, karena produk tersebut diiklankan di televisi.

    Iklan merupakan bagian dari promosi, oleh karena itu sebagai salah satu

    media promosi dalam mencapai sasarannya mempengaruhi konsumen harus

    mampu memberikan kesan yang mendalam terhadap konsumen, sehingga

    diharapkan mampu meningkatkan brand awareness (kesadaran terhadap

    merek) yang tinggi. Strategi untuk meningkatkan kesan yang mendalam dalam

    kampanye iklan yang sering digunakan adalah tagline. Tagline merupakan

    suatu ungkapan pendek berisi pesan yang padat dan mudah diingat. Mengingat

    dalam iklan komersial yang di tayangkan di televisi (TV Commerce/TVC)

    waktu untuk menyampaikan terbatas yaitu dalam hitungan beberapa detik,

    maka peranan tagline menjadi begitu penting pada beberapa produk tertentu.

    Penggunaan tagline dalam iklan TV sudah merupakan hal yang sudah

    lazim dan jamak dilakukan, diharapkan dengan tagline tersebut mampu

    memberikan kesan mendalam yang mudah diingat dalam benak konsumen.

    Kesan yang timbul pada konsumen diharapkan mampu mengingat pesan

    maupun informasi yang disampaikan melalui iklan tersebut baik sinopsis

    cerita, alur cerita, adegan demi adegan, adegan tertentu, dan hal menarik

    lainnya dalam iklan tersebut. Iklan yang memberikan pengalaman dan kesan

    kepada pemirsa (audiance) diharapkan mampu meningkatkan brand

    awareness.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    22/123

    5

    Peter dan Olson (2000: 190) menyatakan tingkat brand awareness dapat

    diukur dengan meminta konsumen menyebutkan nama brand yang mana yang

    dianggap akrab oleh konsumen. Apakah pengingatan ulang atau brand

    awareness sudah memadai tergantung pada di mana dan kapan suatu

    keputusan pembelian dilakukan. Strategi brand awareness yang tepat

    tergantung pada seberapa terkenal brand tersebut.

    Brand Awareness yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan loyalitas

    terhadap brand tersebut (Durianto, dkk., 2004: 3). Loyalitas tersebut

    diharapkan mampu mengukuhkan eksistensi brand tersebut dalam persaingan

    dengan brand (merek) lain. Kualitas brand awareness tersebut bisa dicapai

    melalui kampanye iklan melalui berbagai media, misalnya: Televisi, radio, bill

    board, baliho, sponsorship event, iklan majalah, iklan koran dan lain-lain

    (Mix, September 2006: 58).

    Tagline diharapkan mampu meningkatkan brand awareness konsumen,

    dengan brand awareness yang tinggi diduga mampu mempengaruhi perilaku

    pembelian konsumen sehingga diharapkan mampu meningkatkan volume

    penjualan. Fenomena tersebut menjadikan unik dan menarik untuk diteliti.

    Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan pengaruh penggunaan tagline

    dalam membentuk brand awareness, yakni dengan melakukan studi pada

    Iklan Coca cola (mulai dari yang pertama kali di keluarkan sampai dengan

    yang terbaru).

    Hal yang juga perlu diperhatikan dalam komunikasi iklan dalam

    meningkatkan brand awareness adalah persepsi, karena bagaimana tanggapan

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    23/123

    6

    pemirsa televisi terhadap suatu iklan ditentukan oleh persepsi mereka terhadap

    iklan tersebut, baik persepsi positif maupun negatif. Meningkatkan kesadaran

    adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar brand, kesadaran juga akan

    mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. (Durianto dkk., 2004: 6). Jadi brand

    awareness merupakan suatu proses yang melibatkan persepsi dan tingkah

    laku.

    Pada hakikatnya persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh

    setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

    penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. (Thoha,

    1986: 138). Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

    hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

    pesan. (Rahmat, 2004:51).

    Persepsi merupakan proses kognitif, dimana seseorang individu

    memberikan arti kepada lingkungan. Mengingat bahwa masing-masing orang

    memberi artinya sendiri terhadap stimulus, maka dapat dikatakan bahwa

    individu-individu yang berbeda melihat hal sama dengan cara-cara yang

    berbeda. (Winardi, 2004: 203:204).

    Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

    mengenai iklan terbaru Coca cola dimana perusahaan ini sudah lama

    menggunakan tagline di dalam promosinya, maka dari itu penulis mengambil

    penelitian dengan judul Analisis pengaruh penggunaan tagline dan

    persepsi konsumen dalam pembentukanbrand awarenesssuatu produk.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    24/123

    7

    B. Batasan Masalah

    Untuk lebih memfokuskan pembahasan dan kejelasan data yang akan

    dibahas dan dikumpulkan, maka penulis menggunakan batasan batasan

    masalah sebagai berikut:

    1. Penelitian ditunjukan kepada konsumen yang mengetahui tentang iklan

    Coca cola yang pernah beredar khususnya yang terbaru serta pernah

    mengkonsumsi produk tersebut.

    2. Hal-hal yang akan di teliti pada penelitian ini meliputi :

    a. Tagline

    Menurut Nuradi dkk. (1996: 56) tagline adalah kalimat singkat sebagai

    penutup teks inti yang menyimpulkan secara singkat tujuan

    komunikasi suatu iklan.

    b. Persepsi

    Philip Kottler dan Gary Amstrong (2001:214) mendefinisikan persepsi:

    Suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, memilih, mengatur,

    dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk

    menciptakan gambaran keseluruhan.

    c. Brand Awareness

    Durianto,dkk (2001:54)mendefinisikan brand awareness adalah

    kesanggupan seseorang untuk mengenali, mengingat kembali suatu

    merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    25/123

    8

    C. Rumusan Masalah

    Perumusan masalah merupakan hal yang paling penting dalam suatu

    penelitian, hal ini diperlukan agar batasan masalah menjadi jelas sehingga

    dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian. Adapun perumusan

    masalah pada penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana pengaruh penggunaan tagline dalam pembentukan brand

    awarenessproduk minuman Coca cola.

    2. Bagaimana pengaruh persepsi konsumen dalam pembentukan brand

    awarenessproduk minuman Coca cola.

    3. Bagaimana pengaruh penggunaan tagline dan persepsi konsumen dalam

    pembentukan brand awarenessproduk minuman Coca cola.

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

    1. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan tagline dalam pembentukan

    brand awarenessproduk minuman Coca cola.

    2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi konsumen dalam pembentukan

    brand awarenessproduk minuman Coca cola.

    3. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan tagline dan persepsi konsumen

    secara simultan dalampembentukan brand awareness produk minuman

    Coca cola.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    26/123

    9

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi penulis

    a. Penelitian merupakan kesempatan yang baik untuk menerapkan teori

    kasusnya di bidang pemasaran ke dalam dunia praktek yang

    sesungguhnya serta untuk mengembangkan pemikiran mengenai

    perilaku konsumen terhadap pembelian suatu produk.

    b.

    Untuk menganalisis pengaruh perubahan dari sebuah tagline dalam

    meningkatkan brand awereness suatu produk.

    2. Bagi perusahaan

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang bermanfaat

    bagi perusahaan untuk mengetahui variabel variabel mana yang belum

    sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga perusahaan

    akan mudah untuk melakukan pengembangan produk khususnya yang

    berkaitan dengan pembentukan brand awareness.

    3.Bagi pihak lain

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi

    pembaca dan dapat memberikan informasi bagi penelitian lain yang

    berkaitan dengan bidang pemasaran.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    27/123

    10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Iklan dan Tagline

    1. Definisi Iklan

    Iklan merupakan sarana komunikasi antara produsen dengan

    konsumennya, dengan iklan ini produsen menawarkan produk baik itu

    barang maupun jasa kepada konsumennya. Menurut Widjaja (1996: 6)

    iklan adalah setiap bentuk presentasi gagasan, barang, atau jasa yang

    bukan perorangan dan dibayar oleh sponsor yang dikenal atau iklan juga

    bisa diartikan sebagai kegiatan memuat dan menyebarluaskan pesan

    dalam media yang bersifat umum tentang perusahaan, organisasi dan

    atau tentang produknya, jasanya, atau gagasan yang terkandung di

    dalamnya. Rewoldt dkk. (1995: 12) berpendapat bahwa iklan meliputi

    setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non personal dan promosi dari

    gagasan, barang-barang atau jasa-jasa oleh suatu sponsor yang diketahui.

    Berdasarkan definisi tersebut bisa diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama,

    yaitu: (1) iklan produk, dan (2) iklan institusional. Iklan produk adalah

    iklan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan

    penjualan suatu produk tertentu, sedangkan iklan institusional adalah

    iklan yang dibuat untuk mennciptakan sikap yang baik terhadap suatu

    lembaga atau suatu gagasan.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    28/123

    11

    Iklan adalah metode penjualan nonpersonal yakni dengan sasaran

    massa publik. Menurut The definition Committe of The American

    Associaton Advertising (dalam Sriyadi, 2004: 185) bahwa iklan adalah

    segala bentuk presentasi nonpersonal dan prososi ide-ide, barang-barang,

    atau jasa yang dibiayai oleh sponsor tertentu, sedangkan menurut Peter

    dan Olson (2000: 181) iklan adalah penyajian informasi nonpersonal

    tentang suatu produk, brand, perusahaan, atau toko yang dilakukan

    dengan bayaran tertentu. Iklan ditujukan untuk memengaruhi afeksi,

    kognisi, perasaan, pengetahuaan, makna, kepercayaan, sikap, dan citra

    yang berkaitan dengan produk dan brand.

    Peter dan Olson (2000: 181-182) menyatakan pada prakteknya

    iklan telah dianggap sebagai image management (manajemen citra)

    yakni menciptakan dan memelihara citra dan makna dalam benak

    konsumen. Walaupun pertama-tama iklan akan memengaruhi afeksi dan

    kognisi, tujuannya yang paling utama adalah bagaimana memengaruhi

    perilaku pembelian konsumen. Tantangan besar yang dihadapi iklan

    dalam mengembangkan pesan/informasi dalam iklan adalah menangkap

    perhatian mereka dan menciptakan pemahaman yang tepat.

    Jadi iklan adalah sarana komunikasi antara produsen dengan

    konsumennya, melalui iklan ini produsen menawarkan produk baik itu

    barang maupun jasa kepada konsumennya, atau dengan kata lain iklan

    adalah setiap bentuk presentasi gagasan, barang, atau jasa yang bukan

    perorangan dan dibayar oleh sponsor yang dikenal atau iklan juga bisa

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    29/123

    12

    diartikan sebagai kegiatan memuat dan menyebarluaskan pesan dalam

    media yang bersifat umum tentang perusahaan, organisasi dan atau

    tentang produknya, jasanya, atau gagasan yang terkandung di dalamnya.

    2. Model Persuasi Iklan

    Iklan yang efektif harus memiliki strategi pendekatan tertentu

    agar komunikasi yang disampaikan sesuai sasaran, untuk mencapai

    eksekusi, iklan harus memiliki sebuah pendekatan tertentu sehingga

    tepat sasaran yakni mampu menciptakan penjualan dan memelihara

    loyalitas komsumen. Pendekatan tersebut harus mampu mencapai tujuan

    iklan yaitu persuasi. Peter dan Olson (2000: 197) menyatakan bahwa

    persuasi yaitu perubahan atas kepercayan, sikap, dan keinginan

    berperilaku yang disebabkan oleh suatu komunikasi promosi. Persuasi

    melalui iklan dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut:

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    30/123

    13

    Jalur sentral menuju persuasi

    Jalur periferal menuju persuasi

    gambar 2.1

    Eksposur terhadap komunikasi persuasifSumber: Peter dan Olson (2000: 198)

    Dalam pendekatan jalur sentral menuju persuasi konsumen

    memiliki tingkat keterlibatan yang lebih tinggi pada produk atau pesan

    promosi termotivasi untuk memerhatikan informasi sentral yang

    Keterlibatanyang lebihtinggi pada

    produk

    PERHATIAN

    Fokus padainformasi

    sentral yangberkaitandengan produk

    PEMAHAMAN pemikiran yanglebih dalamtentang ciri-ciri

    produk Rincian yanglebih dalam

    PERSUASI kepercayaan

    produk sikap merek

    keinginanmembeli

    Eksposureterhadap

    persuasiiklan (yangmemiliki

    tagline)

    Keterlibatanyang lebihrendah pada

    produk

    PERHATIAN

    Fokus padaperipheralinformasi non

    produk

    PEMAHAMAN pemikiran yangdangkal tentanginformasi non

    produk Rincian

    dangkal

    PERSUASI kepercayaan

    non produk sikapterhadap iklan sikap merek

    keinginanmembeli

    MelibatkanPersepsi

    Melibatkan

    Persepsi

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    31/123

    14

    berkaitan dengan produk serta memahaminya dalam tingkat yang lebih

    mendalam dan terinci (Peter dan Olson, 2000: 197). Sedangkan dalam

    pendekatan jalur periferal menuju persuasi, konsumen dengan tingkat

    keterlibatan yang rendah pada pesan produk mereka memiliki motivasi

    yang kecil untuk msuk dan memahami informasi sentral produk yang

    ada dalam iklan. Oleh karena itu persuasi langsung menjadi randah

    karena konsumen membangun tingkat kepercayaan yang rendah

    terhadap brand dan cenderung tidak akan membentuk sikap terhadap

    brand maupun keinginan untuk membeli (Peter dan Olson, 2000: 198).

    Rewoldt dkk. (1995: 12-13) menyatakan bahwa iklan produk

    dapat digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:

    a. Mempromosikan penjualan suatu brand melalui pengecer-pengecer

    dengan:

    1). mendapatkan pelanggan-pelanggan baru,

    2). membuat pelanggan lama membeli lebih banyak lagi produk dari

    pada sebelumnya.

    b. Membantu penjualan suatu produk bermerek dengan memberikan

    kepada konsumen nama dan alamat dari para pengecer terpilih yang

    menyedikan produk tersebut.

    c. Jika produk tersebut dijual dari rumah ke rumah, maka iklan produk

    itu akan membantu menjual brand, dengan:

    1). meratakan jalan untuk para salesman,

    2). memberikan tuntunan bagi salesman untuk diikuti

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    32/123

    15

    d. Membantu mendapatkan distribusi untuk suatu produk baru, atau

    mempeluas distribusi dari suatu produk lama, dengan:

    1). merangsang permintaan pada toko-toko pengecer melalui iklan

    konsumen, dan

    2). membangkitkan minat para pengecer terhadap produk itu melalui

    iklan yang ditujukan kepada mereka.

    e. Mendorong para pengecer untuk mengadakan pameran, iklan dan

    menjual secara aktif produk tersebut, (1) dengan mengatakan kepada

    mereka melalui iklan dan kesempatan untuk meningkatkan laba

    mereka melalui aktivitas-aktivitas tersebut, dan (2) dengan

    menginformasikan kepada mereka rencana-rencana promosi

    perusahaan dan mendorong mereka untuk menghimpun usaha-usaha

    tersebut melalui promosi didalam (tie-in).

    f. Memperluas penjualan suatu industri, atau untuk menangkis tren

    penjualan yang buruk.

    Iklan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, hal yang perlu

    diperhatikan adalah bahwa iklan dapat ditujukan kepada (1) konsumen

    akhir atau untuk pemakaian industri dan (2) para perantara yang terlibat

    dalam distribusi produk tersebut. Apabila kita analisis kampanye iklan itu

    dalam menentukan tujuannnya, maka kita akan mendapatkanbahwa iklan

    tersebut dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe adasar, bergantung apda sifat

    daya tarik yang dipakai. Pada satu pihak adalah iklan yang dibuat untuk

    mendorong permintaan primer (primay demand), yaitu permintaan tipe

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    33/123

    16

    umum (generic) dari produk tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, dalam

    iklan dipakai daya tarik primer, yaitu daya tarik yang diharapkan dapat

    membangkitkan keinginan akan suatu tipe tertentu dari produk, bukan

    brand tertentu. Jenis iklan yang lain adalah bertujuan untuk merangsang

    permintaan yang selektif (selective demand), yaitu permintaan terhadap

    brand tertentu. Iklan ini tidak ditujukan untuk meningkatkan permintaan

    terhadap tipe produk, namun ditujukan ntuk meningkatkan permintaan

    terhadap brand agar terjual sebanyak mungkin. Metode yang lazim dipakai

    adalah menunjukkan bahwa brand yang diiklankan akan memenuhi

    keinginan tertentu secara lebih efektif dibandingkan brand-brand lainnya.

    Ini dicapai dengan mengemukakan kualitas-kualitas yang unggul atau

    sifat-sifat yang unik dari brand yang membuat brand ini lebih baik dalam

    memenuhi kebutuhan konsumen dari pada brand-brand lainnya. Daya

    tarik semacam ini disebut daya tarik selektif (selective appeals), karena

    bertujuan agar konsumen hanya membeli brand yang diiklankan tersebut

    Rewoldt dkk. (1995: 14).

    Pendekatan untuk memanfaatkan kesempatan dan merangsang

    permintaan yang selektif melalui iklan, ada beberapa hal yang perlu ntuk

    diperhatikan, yaitu:

    a. Iklan mungkin lebih efektif jika perusahaan mengikuti trend

    permintaan primer dan bukan sebaliknya.

    b. Kondisi yang menentukan kesempatan perusahaan untuk

    memengaruhi permintaan adalah adanya kesempatan yang luas

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    34/123

    17

    dalam mengembangkan diferensiasi produk, jika produk cukup dapat

    dideferensiasi, maka besar kemungkinan iklan tersebut akan efektif.

    Kondisi sebaliknya, iklan tidak banyak manfaatnya jika terdapat

    kecenderungan berbagai produsen menghasilkan produk yang sama.

    c. Kondisi yang ketiga adalah peranan relatif dari kualitas yang

    tersembunyi dari produk tersebut terhadap konsumen. kualitas yang

    tersembunyi adalah lawan dari kualitas yang dapat dilihat dan

    dinilai. Jika kualitas yang tersembunyi itu ada, maka konsumen

    cenderung memercayai brand tersebut, dan iklan dapat digunakan

    untuk mengasosiasikan adanay kualitas tersebut dengan brand-nya,

    sebaliknya jika ciri-ciri suatu produk yang penting bagi konsumen

    dapat dinilai pada waktu pembelian, maka brand tersebut cenderung

    kehilangan sebagian maknanya, dan iklan tidak dibutuhkan untuk

    membangkitkan asosiasi mental mengenai ciri-ciri ini.

    d. Motif pembelian emosional yang kuat dapat dipakai sebagai

    himbauan iklan kepada konsumen, sebaliknya, jika daya tarik yang

    kuat tersebut tidak dapat dipakai secara efektif, maka kesempatan

    iklan itu tidak begitu bermanfaat.

    e. Apakah kegiatan perusahaan itu memberikan banyak hal bagi iklan

    dan promosi produknya untuk mencapai pasar yang hendak

    dijangkau. Iklan haruslah dilaksanakan dalam skala yang cukup

    besar untuk membuat kesan yang efektif terhadap pasarnya.

    Besarnya margin sangat bergantung pada efektivitas iklan dalam

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    35/123

    18

    memengaruhi penilaian konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh

    iklan ini pada gilirannya bergantung pada luasnya dan pentingnya

    diferensiasi produk dan pada kekuatan yang berbeda itu. Besarnya

    margin yang tersedia untuk usaha penjualan yang agresif bergantung

    pula pada keadaan persaingan dalam industri itu, artinya apakah

    persaingan tersebut berlangsung dalam bentuk harga atau non harga.

    Rewoldt dkk. (1995: 16) menyatakan bahwa iklan sebaiknya

    mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

    a. Jika penilaian menunjukkan bahwa kondisi sangat baik untuk

    memengaruhi penilaian konsumen dan untuk menciptakan tindakan

    pembelian yang cepat melalui iklan.

    b. Jika analisis membawa pada simpulan kewira niagaan tidak penting

    dalam pemasaran yang menguntungkan bagi produk ini.

    c. Jika usaha promosi dealer dan metode-metode penjulan lainnya, jika

    dipakai sendirian ternyata kurang memberikan harapan dalam

    meningkatkan penjulan dibandingkan iklan.

    Rewoldt dkk. (1995: 31-32) menyatakan ada beberapa kondisi

    yang menjelaskan mengapa etalase dan pemeran interior dapat

    meningkatkan penjualan eceran dari brand-brand yang bahkan paling

    tanggap terhadap daya tarik iklan:

    a. Efektifitas iklan yang bertujuan untuk merangsang diskriminasi suatu

    brand itu ditingkatkan oleh etalase dan pemeran toko yang

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    36/123

    19

    memperkuat pesan iklan, merupakan suatu pengingat (reminderi)

    akan suatu kebutuhan, dan merangsang pembelian yang segera.

    b. Jika sutau produk dibeli hanya sekali-sekali (infrequentlyi), iklan

    brand akan sangat bergantung pada etalase dan pameran toko untuk

    membangkitkan kembali (recreate) dorongan membeli yang telah

    terlelap (dormanti) untuk mengingatkannya akan suatu kebutuhan,

    dan untuk mendorong tindakan yang segera.

    c. Di mana sebagian besar pelanggan berbelanja untuk produk umum

    (generic procut) di sebuah toko swalayan, maka pameran yang

    menonjol di tempat pembelian itu dapat merangsang penjulan.

    d. Kenyataan bahwa sebagian besar mereka yang mendatangi toko

    swalayan tidak datang dengan membawa daftar belanjaan, maka

    pameran di tempat pembelian itu dapat mengingatkan mereka apa

    yang mereka butuhkan.

    e. Setiap brand yang dibeli berdasarkan impuls (gerak hati seketika)

    oleh sebagian pembeli akan dapat memperoleh manfaat dari

    pameran di tempat pembelian. Iklan eceran dapat meningkatkan

    efektivitas iklan brand secara manufaktur, memberikan rangsangan

    tambahan yang mungkin dibutuhkan untuk dapat mengubah rasa

    suka terhadap brand menjadi dorongan untuk membeli. Iklan ini

    menambah penetrasi dari pesan dalam suatu pasar lokal dan menjadi

    pengingat (reminder) akan suatu kebutuhan Rewoldt dkk. (1995:

    32).

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    37/123

    20

    Jadi dalam iklan yang efektif harus terdapat strategi pendekatan

    tertentu agar komunikasi yang disampaikan sesuai sasaran, untuk

    mencapai eksekusi, yakni mampu menciptakan penjualan dan

    memelihara loyalitas komsumen. Pendekatan tersebut harus memiliki

    nilai persuasi, yaitu yaitu perubahan atas kepercayan, sikap, dan

    keinginan berperilaku yang disebabkan oleh suatu komunikasi promosi.

    3. Tagline

    a. Definisi Tagline

    Tagline merupakan bagian dari iklan yang bertujuan agar

    iklan tersebut mudah diingat oleh konsumen. Tagline dalam suatu

    iklan memegang peranan penting. Menurut Nuradi dkk. (1996: 56)

    tagline adalah kalimat singkat sebagai penutup teks inti yang

    menyimpulkan secara singkat tujuan komunikasi suatu iklan.

    Tagline ini merupakan suatu ungkapan pendek berisi pesan yang

    padat dan mudah diingat. Tagline ini bisa disamakan dengan slogan,

    atau jargon dalam iklan. Penggunaan tagline ini adalah untuk

    memperkuat kemampuan iklan dalam mengeksekusi (mencapai

    sasarannya) yaitu mempengaruhi konsumen untuk menggunakan

    produk yang diiklankan.

    Menurut Ismiati, (2000 : 230) peran taglinedalam sebuah

    iklan merupakan sebuah hal yang teramat penting untuk dapat

    membantu menanamkan sebuah produk yang diiklankan ke

    dalam benak konsumen. Dengan adanya slogan atau tagline

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    38/123

    21

    dalam sebuah iklan, maka akan sangat membantu masyarakat

    untuk mengingat merek dari produk yang ditawarkan. Jadi,

    sebuah slogan atau tagline merupakan sederetan kalimat atau

    ungkapan kreatif yang mudah diingat dan mampu

    mempresentasikan keseluruhan pesan iklan dari produsen kepada

    konsumen, yang meliputi merek dan karakter produknya, dalam

    rangka proses penanaman konsep terhadap produk secara positif

    ke dalam benak masyarakat.

    Tagline dapat digunakan untuk membantu

    mengomunikasikan titik pembeda dari pesaing. (Susanto dan

    Wijanarko. 2004: 86). Tagline ini bisa berubah sesuai dengan

    perubahan situasi dan kondisi, maupun sebagai strategi agar

    konsumen tidak bosan (Mix, September 2006: 58). Pengenalan

    tagline baru biasanya dilakukan melalui program above the line

    (ATL) berupa penayangan iklan diberbagai media massa cetak dan

    elektronik. Seperti yang dilakukan oleh Coca-cola dari tagline

    sebelumnya yaitu Kapan Saja dan Dimana Saja Coca-Cola, diganti

    dengan tagline Positif dan Semangat di Hidup Ala Coca-Cola. Hal

    ini merupakan kebijakan lokal perusahaan Coca-cola Indonesia

    dalam mengingatkan kembali (reminding) terhadap Coca-cola

    sebagai minuman karbonasi yang paling menyegarkan. Perubahan

    tersebut juga dimaksudkan supaya konsumen tidak merasa bosan

    (boring) terhadap tagline Coca-cola sebelumnya (Mix, September

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    39/123

    22

    2006: 58). Bahkan untuk saat ini Coca-cola mengganti tagline-nya

    menjadi positif dan gembira di buka semangat baru.

    Definisi-definisi di atas dapat ditarik simpulan bahwa tagline

    adalah bagian dari iklan yang biasa digunakan sebagai penutup

    pesan agar konsumen mudah mengingat isi pesan iklan dan

    mempunyai daya pembeda dari iklan-iklan pesaingnya.

    b. Tagline yang Efektif

    Tagline yang efektif adalah yang mampu meningkatkan

    brand awareness, sesuai dengan tujuan iklan untuk mengenalkan

    atau meningkatkan pengetahuan konsumen tentang brand yang

    diiklankan tersebut. Iklan mrupakan bagian dari strategi pemasaran

    yang harus dinamis. Ia harus mampu memupuk loyalitas konsumen

    terhadap brand tersebut, sehingga ia bisa mempertahankan atau

    bahkan meningkatkan eksistensi brand tersebut. Mengingat

    persaingan dengan produk lain yang sejenis maupun dengan

    produk substitusinya merupakan suatu keniscayaan dalam dunia

    bisnis/perdagangan.

    Iklan yang efektif mampu mempengaruhi afeksi dan kognisi

    serta perilaku konsumen, dengan iklan konsumen mengenal

    produk. Kampanye iklan yang intensif dan berkelanjutan ditujukan

    untuk membangun awarenesskonsumen.

    Jadi tagline yang efektif adalah tagline yang mampu

    meningkatkan brand awareness, sesuai dengan tujuan iklan untuk

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    40/123

    23

    mengenalkan atau meningkatkan pengetahuan konsumen tentang

    brand yang diiklankan tersebut, serta mampu mempengaruhi afeksi

    dan kognisi serta perilaku konsumen.

    B. Persepsi

    Hal yang juga perlu diperhatikan dalam komunikasi iklan dalam

    meningkatkan brand awareness adalah persepsi, karena bagaimana

    tanggapan pemirsa televisi terhadap suatu iklan ditentukan oleh persepsi

    mereka terhadap iklan tersebut, baik persepsi positif maupun negatif.

    Philip Kottler dan Kevin Lane Keller (2007:228) mendefinisikan

    persepsi: Suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, memilih,

    mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk

    menciptakan gambaran keseluruhan. Persepsi tidak hanya bergantung

    pada rangsangan fifik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan

    dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

    Dalam pemasaran persepsi itu lebih penting daripada relitas, karena

    persepsi itulah yang akan mempengaruhi perilaku aktual konsumen.

    Pada hakikatnya persepsi merupakan proses kognitif yang dialami

    oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

    baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan

    penciuman. (Thoha, 1986: 138). Menurut Leavit (1997:27), persepsi

    (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagimana cara

    seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    41/123

    24

    pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan

    sesuatu.

    Mengingat bahwa masing-masing orang memberi artinya sendiri

    terhadap stimulus, maka dapat dikatakan bahwa individu-individu yang

    berbeda melihat hal sama dengan cara-cara yang berbeda. (Winardi,

    2004: 203-204). Hal yang sama dikemukakan Robbins (2001:89)

    mengemukakan mengenai persepsi adalah suatu proses dimana individu-

    individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar

    memberi makna kepada lingkungan mereka. Persepsi merupakan

    pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh

    dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Rahmat,

    2004:51).

    Alport (dalam Marat, 1991) proses persepsi merupakan suatu

    proses kognitif yang dipengaruhi oleh panca indera, pengalaman, dan

    pengetahuan individu. Panca indera akan memberikan bentuk dan struktur

    bagi objek yang ditangkap panca indera (rasa, tekstur, bau, dan lain-lain),

    sedangkan pengetahuan (keunggulan dan kelemahan produk) dan

    pengalaman individu (tanggapan terhadap produk) akan memberikan arti

    terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu

    akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap

    dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    42/123

    25

    Gambar 2.2 Proses Persepsi (Perseption)

    Sumber : Michael R Solomon (1996). Consumen Behavior

    C. Brand

    1. DefinisiBrand

    Brand adalah nama, istilah, tanda simbol, rancangan atau

    kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa

    seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk

    pesaing. Lebih jauh brand merupakan nilai yang dapat dilihat (tangible)

    dan nilai yang tidak dapat dilihat (intangible) yang terwakili dalam sebuah

    merek dagang (trade mark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh

    tersendiri di pasar bila dikelola secara tepat (Durianto dkk., 2004: 2).

    Brand adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut,

    yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan)

    barang atau layanan suatu penjual dari barang dan layanan penjual lain

    (Kotler, 2000 dalam Simamora, 2003: 3). Brand juga bisa berarti entitas

    pendidentifikasi yang memberikan jaminan atau janji nilai tertentu

    (Nicole, 2001 dalam Siamora 2003: 3).

    Stimuli1. Penglihatan2. Suara3. Bau4. Rasa

    5. Texture

    Sensasi PemberiArti

    Indera

    PenerimaPerhatian Interpretasi Tanggapan

    Persepsi

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    43/123

    26

    Brand adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk

    atau jasa dan mampu menimbulkan makna psikologis atau asosiasi

    (Susanto dan Wijanarko. 2004: 4).Brand inilah yang membedakan antara

    produk dan brand. Produk merupakan sesuatu yang dihasilkan di pabrik,

    namun yang sesungguhnya dibeli oleh konsumen adalah brand-nya.Brand

    bukan merupakan sesuatu yang tercetak dalam produk atau kemasannya,

    tetapi termasuk apa yang ada dalam benak konsumen dan bagaimana

    konsumen mengasosiasikannya. (Susanto dan Wijanarko. 2004: 6).

    Pendapat lain menyatakan bahwa brand adalah nama dan atau simbol yang

    bersifat membedakan (seperti logo, cap atau kemasan) untuk

    mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok

    tertentu, serta untuk membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan

    pesaing (Aaker, 1991 dalam Susanto dan Wijanarko. 2004: 6).

    Pendapat-pendapat di atas mengandung pengertian bahwa brand

    adalah suatu identitas yang membedakan suatu produk dengan para

    pesaing, brand juga mengandung suatu nilai dan jaminan atau janji dari

    suatu produsen kepada konsumen.

    Brand (merek) dapat memiliki enam level pengertian (Kotler,

    2002: 460) :

    a. Atribut : merek mengingatkan pada atibut-atribut tertentu

    b. Manfaat : atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional

    dan emosional

    c. Nilai : merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    44/123

    27

    d. Budaya : merek juga mewakili budaya tertentu.

    e. Kepribadian : merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

    f. Pemakai : merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

    menggunakan merek tersebut.

    2. ManfaatBrand

    Brand dalam dunia perdagangan sangat penting, karena brand

    bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik lain (Kotler,

    2000 dalam Simamora, 2003: 3). Bagi pembeli, brand bermanfaat untuk

    menunjukkan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap-produk-

    produk baru yang meungkin bermanfaat bagi mereka.

    Bagi masyarakat, brand bermanfaat dalam tiga hal. Pertama,

    pemberian brand memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih

    konsisten. Kedua, meningkatkan efesiensi pembeli karena brand dapat

    memberikan informasi mengenai produk dan dimana konsumen bisa

    membelinya. Ketiga, meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena

    produsen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru guna

    meningkatkan daya saing. Lain (Kotler, 2000 dalam Simamora, 2003: 3).

    Bagi penjual brand bermanfaat dalam empat hal. Pertama,

    memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah

    yang timbul. Kedua, memberikan perlindingan hukum terhadap

    keistimewaan atau ciri khas produk. Ketiga memungkinkan untuk

    mendapatkan sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    45/123

    28

    Keempat membantu penjual melakukan segmentasi pasar lain (Kotler,

    2000 dalam Siamora, 2003: 3).

    Davis (dalam Siamora, 2003: 49-51) berpendapat bahwa brand

    yang kuat memperoleh manfaat-manfaat berikut:

    a. Loyalitas yang memungkinkan terjadinya transaksi berulang. Misalnya

    anda loyal terhadap teh botol sosro, transaksi anda akan berulang, anda

    tidak hanya sekali membeli produk tersebut. Keuntungan perusahaan

    diperoleh bukan dari sekali transaksi.

    b. Brand yang kuat memungkinkan perusahaan menetapkan harga yang

    lebih tinggi (premium), yang berarti margin yang lebih tinggi bagi

    perusahaan.

    c. Brand yang kuat memberikan kredibilitas pada produk lain yang

    menggunakan brand tersebut.

    d. Brand yang kuat memberikan return yang lebih tinggi.

    e. Brand yang kuat memungkinkan diferensiasi relatif dengan pesaing

    yang jelas, bernilai dan berkesinambungan.

    f. Brand yang kuat memungkinkan fokus internal yang jelas, artinya

    dengan brand yang kuat, para karyawan mengerti untuk apa brand ada

    dan apa yang perlu mereka lakukan untuk mengusung brand itu.

    g. Semakin kuat brand, dimana loyalitas semakin tinggi, maka konsumen

    akan lebih toleran terhadap kesalahan produk atau perusahaan.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    46/123

    29

    h. Brand yang kuat menjadi faktor yang menarik karyawan-karyawan

    berkualitas, sekaligus mempertahankan karyawan-karyawan (yang

    puas).

    i. Brand yang kuat menarik konsumen untuk hanya menggunakan faktor

    brand dalam pengambilan keputusan pembelian.

    Brand mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten

    memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Durianto dkk.

    (2004: 2-3) menyatakan bahwa brand lebih dari sekedar jaminan kualitas

    karena di dalamnya tercakup enam pengertian, yaitu:

    a. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali,

    desain dan lain-lain.

    b. Manfaat, meskipun suatu brand memiliki sejumlah atribut, konsumen

    sebenarnya membeli manfat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut

    brand diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional

    maupun manfaat emosional.

    c. Nilai, brandjuga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

    d. Budaya, brandjuga mencerminkan budaya tertentu.

    e. Kepribadian, brand juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering

    kali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal

    untuk mendongkrak maupun menopang brandproduknya.

    f. Pemakai, brand menunjukkan jenis konumen yang membeli atau

    menggunakan produk tersebut.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    47/123

    30

    Menurut Paul Temporal dan KC Lee dalam bukunya Hi-Tech Hi-

    Touch Branding (2002: 44), alasan brand merupakan hal penting bagi

    konsumen adalah:

    a. Brandmemberikan pilihan

    Manusia menyenangi pilihan dan merek memberi mereka

    kebebasan untuk memilih. Sejalan dengan semakin terbagi-baginya

    pasar, perusahaan melihat pentingnya memberi pilihan yang

    berbeda kepada segmen konsumen yang berbeda. Brand dapat

    memberikan pilihan, memungkinkan konsumen untuk

    membedakan berbagai macam tawaran perusahaan. Dalam keadaan

    seperti ini, manusia condong pada merek. Brand memberi kita

    pilihan, membuat proses pembuatan keputusan menjadi jauh lebih

    mudah.

    b. Brandmemudahkan keputusan

    Brand membuat keputusan untuk membeli menjadi lebih mudah.

    Konsumen mungkin tidak tahu banyak mengenai suatu produk

    yang membuatnya tertarik, tetapi merek dapat membuatnya lebih

    mudah untuk memilih. Dengan makin meningkatnya kesamaan

    produk, brand memudahkan konsumen untuk memutusakan

    produk yang akan dibeli. Brand yang terkenal lebih menarik

    banyak perhatian dibanding yang tidak, umumnya karena merek

    tersebut dikenal dan bisa dipercaya.

    c. Brandmemberikan jaminan berkualitas

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    48/123

    31

    Para konsumen akan memilih produk dan jasa yang berkualitas

    dimana pun dan kapan pun mereka mampu. Sekali mereka

    mencoba suatu merek, secara otomatis mereka akan menyamakan

    pengalaman ini dengan tingkat kualitas tertentu. Pengalaman yang

    menyenangkan akan menghasilkan ingatan yang baik terhadap

    brand tersebut. Oleh karena itu, konsumen akan condong terhadap

    brand yang mereka tahu akan memberikan standar kualitas yang

    tinggi. Pengalaman terhadap brand yang berbeda membantu

    konsumen untuk membedakan standar kualitas terhadap produk-

    produk tersebut.

    d. Brandmemberikan pencegahan resiko

    Sebagian besar konsumen menolak resiko. Mereka tidak akan

    membeli suatu produk, jika ragu terhadap hasilnya. Pengalaman

    terhadap suatu brand, jika positif, memberi keyakinan serta

    kenyamanan untuk membeli sekalipun mahal. Brand membangun

    keercayaan, dan brandyang besar benar-benar dapat dipercaya.

    e. Brandmemberikan alat untuk mengekspresikan diri

    Brand menghasilkan kesempatan pada konsumen untuk

    mengekspresikan diri dalam berbagai cara.Branddapat membantu

    konsumen untuk mengekspresikan, diantara kebutuhan sosial-

    psikologi, yaitu:

    1) status sosial

    2) keberhasilan

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    49/123

    32

    3) aspirasi

    4) cinta dan persahabatan

    5) sifat

    Brand memungkinkan konsumen mengekspresikan diri, hal-hal

    yang brandpikirkan, hal-hal yang mereka beri nilai dan cintai, pola

    hidup mereka, dan mimpi-mimpi mereka.Brandada dalam pikiran

    manusia, dan kadang kala dapat berbicara lebih dari kata-kata.

    Pendapat para ahli di atas bisa disimpulkan bahwa brand memiliki

    sejumlah manfaat, antara lain pemberian brand memungkinkan mutu

    produk lebih terjamin dan lebih konsisten, meningkatkan efesiensi pembeli

    karena brand dapat memberikan informasi mengenai produk dan dimana

    konsumen bisa membelinya, meningkatkan inovasi-inovasi produk baru,

    karena produsen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru guna

    meningkatkan daya saing.

    3. DefinisiBrand Awareness

    Peter dan Olson (2000: 190) menyatakan bahwaBrand Awareness

    adalah sebuah tujuan umum komunikasi untuk semua strategi promosi.

    Dengan menciptakan brand awareness, pemasar berharap bahwa

    kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan

    kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai

    alternatif dalam pengambilan keputusan. Menurut Keller (1998:87)

    kesadaran merek berkaitan dengan kekuatan suatu merek tertentu untuk

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    50/123

    33

    diingat konsumen sebagai refleksi dari kemampuan konsumen untuk

    mengidentifikasi merek dalam berbagai situasi berbeda. Kottler dalam

    Durianto,dkk (2001:54) mendefinisikan brand awareness adalah

    kesanggupan seseorang untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek

    sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

    Peter dan Olson (2000: 190) menyatakan tingkat brand awareness

    dapat diukur dengan meminta konsumen menyebutkan nama brand yang

    mana yang dianggap akrab oleh konsumen. Apakah pengingatan ulang

    atau brand awareness sudah memadai tergantung pada di mana dan kapan

    suatu keputusan pembelian dilakukan. Strategi brand awareness yang

    tepat tergantung pada seberapa terkenal brand tersebut. Kadang kala

    tujuan promosi adalah untuk memelihara tingkat brand awareness yang

    sudah tinggi.

    Brand awareness (kesadaran merek) menggambarkan keberadaan

    brand dalam benak konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam

    beberapa kategori (Durianto dkk., 2004: 6).Brand yang kuat dicerminkan

    oleh brand awareness yang tinggi dan asosiasi merek (brand association)

    yang kuat dan positif (Temporal, 2000 dalam Siamora, 2003: 36). Aaker

    1996 (dalam Siamora 2003: 36) menambahkan bahwa selain kedua faktor

    tersebut brand yang kuat juga memiliki persepsi kualitas (perceived

    quality) dan loyalitas konsumen (consumer loyality) yang tinggi. Hal

    senada juga diungkapkan oleh Durianto dan kawan-kawan (2001 :57)

    bahwa salah satu strategi dalam membentuk dan meningkatkan brand

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    51/123

    34

    awareness adalah dengan membuat logo atau tagline yang unik dan

    menarik.

    Definisi-definisi para ahli mengenai brand awareness dapat ditarik

    simpulan bahwa brand awareness merupakan tujuan umum komunikasi

    pemasaran, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun

    kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali

    dari ingatan yang selanjutnya dan dijadikan pertimbangan berbagai

    alternatif dalam pengambilan keputusan. Brand awareness menunjukkan

    pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu brand.

    4. TingkatanBrand Awareness

    Brand Awareness memiliki beberapa tingkatan dari tingkatan yang

    paling rendah (tidak menyadari brand) sampai tingkatan yang paling tinggi

    yaitu Top of Mind, yang bisa digambarkan dalam sebuah piramida.

    Piramida brand awareness dari rendah sampai tingkat tertinggi adalah

    sebagai berikut:

    Top of Mind

    Brand Recall

    Brand recognition

    Unware of Brand

    gambar 2.3: PiramidaBrand Awareness

    Sumber: David A. Aaker (1997: 97 dalam Durianto dkk., 2004: 7) Manajemen

    Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek

    Top of Mind

    Brand Recall

    Brand recognition

    Unware of Brand

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    52/123

    35

    a. Unware of Brand (tidak menyadari brand) adalah tingkat paling rendah

    dalam piramida brand awareness di mana konsumen tidak menyadari

    adanya suatu brand.

    b. Brand Recognition (pengenalan brand) adalah tingkat minimal brand

    awareness, di mana pengenalan suatu brand muncul lagi setelah

    dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

    c. Brand Recall (pengingatan kembali brand) adalah pengingatan kembali

    brand tanpa bantuan (unaided recall).

    d. Top of Mind (puncak pikiran) adalah brand yang disebutkan pertama

    kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak

    konsumen, atau brand tersebut merupakan brand utama dari berbagai

    brand yang ada dalam benak konsumen (Durianto dkk., 2004: 6-7).

    Berdasarkan penjelasan di atas adanya tingkatan-tingkatan dalam

    brand awareness menunjukan adanya perbedaan tingkat kesadaran yang

    berbeda-beda pada masing-masing individu.

    5. PeranBrand Awareness

    Peran brand awareness dalam membantu brand dapat dipahami

    dengan mengkaji bagaimana brand awareness dapat menciptkan suatu

    nilai. Berikut ini adalah bagan mengenai peranan brand awareness:

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    53/123

    36

    gambar 2.4: Nilai-nilai kesadaran merek

    Sumber: Durianto dkk., (2004: 7)Brand Equity Ten: StrategiMemimpin Pasar

    Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut:

    a. BrandAwareness menjadi sumber asoasiasi lain

    Suatu brand yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-

    asosiasi melekat pada brand tersebut karena daya jelajah brand

    tersebut akan menjadi sangat tinggi dalam benak konsumen. Kondisi

    ini menunjukkan bahwa suatu brand yang awareness-nya tinggi

    mampu menimbulkan asosiasi positif untuk produk lainnya.

    misalnya dalam tagline iklan sabun Lifebouy, Unilever menyatakan

    bahwa Lifebouy dengan puralin cara sehat untuk mandi (Simamora,

    2003: 33). Produk Unilever yang telah terpercaya memiliki

    kemungkinan yang lebih besar untuk lebih sukses ketika

    meluncurkan produk baru, misalnya ketika meluncurkan shampoo

    Lifebuoy karena konsumen telah percaya dengan kualitas produk

    Unilever.

    Brand Awareness

    (Kesadaran Merek)

    Brand Awareness menjadi

    sumber asoasiasi lain

    Familier atau rasa suka

    Substansi atau komitmen

    Mempertimbangkan merek

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    54/123

    37

    b. Familier atau rasa suka

    Jika brand awareness kita sangat tinggi, konsumen akan sangat

    akrab dengan brand kita, dan lama-kelamaan akan menimbulkan

    rasa suka ang tinggi terhadap brand kita. Konsumen terbiasa dengan

    Indomie, produk dari Indofood. Karena telah terbiasa mengonsumsi

    Indomie maka menimbulkan rasa suka terhada brand tersebut.

    c. Substansi/komitmen

    Brand awareness dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan

    inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran

    atas brand tinggi, kehadiran brand itu selalu dapat kita rasakan,

    sebab sebuah brand dengan brand awareness tinggi biasanya

    disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

    1). Diiklankan secara luas, sehingga diketahui secara luas oleh

    masyarakat.

    2). Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu, keberadaan brand

    yang telah berlangsung lama menunjukkan bahwa brand

    tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.

    3). Jangkauan distribusi yang luas, sehingga memudahkan

    konsumen untuk mendapatkan produk tersebut.

    4). Brand tersebut dikelola dengan baik.

    d. Mempertimbangkan brand

    Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah

    menyeleksi brand-brand yang dikenal dalam suatu kelompok untuk

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    55/123

    38

    dipertimbangkan dan diputuskan brand mana yang akan dibeli.

    Brand dengan top of mind tinggi mempunyai nilai pertimbangan

    yang tinggi. Jika suatu brand tidak tersimpan dalam ingatan, brand

    tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian.

    Biasanya brand-brand yang disimpan dalam benak konsumen

    adalah brand-brand yang disukai dan dibenci (Durianto dkk., 2004:

    8-9).

    Peran brand awareness dalam ekuitas brand (nilai brand)

    tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran dalam benak konsumen.

    Durianto dkk. (2001: 57) menyatakan bahwa brand awareness dapat

    dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara berikut:

    a. Pesan yang disampaikan oleh suatu brand harus mudah diingat oleh

    konsumen.

    b. Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan produk lainnya serta

    harus ada hubungan antara brand dengan kategori produknya.

    c. Memakai tagline atau slogan maupun jingle lagu yang menarik

    sehingga membantu konsumen mengingat brand.

    d. Jika suatu brand memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut dapat

    dihubungkan dengan brand-nya.

    e. Perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin diingat

    konsumen.

    f. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat

    yang sesuai dengan kategori produk, brand, maupun keduanya.

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    56/123

    39

    g. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena

    membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk

    pengenalan.

    Jadi bisa disimpulkan bahwa brand awareness memiliki 4 peranan

    utama yaitu: menjadi sumber asosiasi lain, menimbulkan rasa suka atau

    familier, sumber komitmen terhadap brand, menjadi bahan pertimbangan

    untuk menggunakan brand.

    6. Proses TerjadinyaBrand Awareness

    Brand Awareness terjadi karena adanya pengetahuan konsumen

    akan brand. Proses terjadinya brand awareness konsumen pertama kali

    terbentuk iklan. Pendapat tersebut menunjukkan betapa pentingnya iklan

    dalam membangun awareness konsumen terhadap suatu brand.

    Penggarapan iklan memang membutuhkan perencanaan dan pertimbangan

    yang matang, karena jika salah langkah, bisa-bisa produk yang diiklankan

    gagal dipasaran.

    Brand Awareness tercipta melalui pembangunan brand, dengan

    mengikuti model F.R.E.D. (Familiarity, Relevance, Esteem, dan

    Differentation). Bagian paling penting dalam konsep F.R.E.D. adalah

    membuat para konsumen akrab dengan produk dan jasa dari brand yang

    ditawarkan. Konsep ini menunjukkan pentingnya suatu brand untuk

    menjadi familer dengan konsumennya, memiliki relevan dengan

    kehidupan konsumen, menghargai pelanggan dan memiliki perbedaan

    dengan pesaing dengan menyediakan kualita yang lebih baik, nilai dan

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    57/123

    40

    yang paling penting customer service. Konsep F.R.E.D. ini harus mampu

    menjawab 3 pertanyaan dalam kampanye iklannya, yaitu:

    a. Apa cara-cara terbaik untuk membangun citra brand spesifik?

    b. Bagaimana anggaran pemasaran diarahkan untuk mengoptimalkan

    ekuitas brand?

    c. Apakah manfaat khusus untuk dikomunikasikan kepada target

    konsumen (Steward, 2004: 13-15 dalam Darno : 34)?

    Selain F.R.E.D. terdapat pula konsep D.R.E.A.M. Yaitu

    (Differentiation, Relevance, Esteem, Awarenss, Minds Eye). Konsep ini

    menyatakan bahwa Differentiation (perbedaan) harus merupakan

    langkah pertama jika suatu brand ingin menembus kekusutan pasar dan

    memempati suatu posisi khusus dalam benak konsumen. Brand harus

    Relevance (relevan) danEsteem (menghargai) konsumen, dalam konsep

    ini familiaritas diganti dengan awareness karena awareness (kesadaran)

    dibantu atau tidak dibantu sebagai salah satu kekuatan ekuitas brand.

    Atribut-atribut tersebut sebaik persepsi konsumen dan menunjukkan

    bagaimana atribibut-atribut brand diposisikan dalam apa yang kitas

    sebut pikiran konsumen (Minds Eye). Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa bila suatu organisasi mendiferensiasikan secara berarti produk

    dan jasa-jasa dari brand yang dimilikinya,public relations dan dukungan

    pihak ketiga lainnya dapat merupakan alat-alat yang kuat untuk

    membangun brand-brand sejati. Metode-metode ini tidak hanya lebih

    murah daripada media peiklanan, tetapi juga membangun tingkat

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    58/123

    41

    kredibilitas brand yang lebih tinggi (Steward, 2004: 15-17 dalam Darno

    :35).

    Brand awareness menggambarkn kesanggupan seorang calon

    pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu brand sebagai

    bagian dari suatu kategori produk tertentu. Pada umumnya konsumen

    cenderung membeli produk dengan brand yang sudah dikenalnya atas

    dasar petimbangan kenyamanan, keamanan dan lain-lain. Bagaimanapun

    juga, brand yang sudah kita kenal menghindarkan kita dari resiko

    pemakaian dengan asumsi bahwa brand yang sudah dikenal dapat

    diandalkan (Durianto dkk., 2004: 29).

    Thoha (1986:138) menyatakan bahwa pada hakikatnya persepsi

    merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam

    memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

    pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi

    merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang

    diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

    (Rahmat, 2004:51).

    Persepsi merupakan proses kognitif, dimana seseorang individu

    memberikan arti kepada lingkungan. Mengingat bahwa masing-masing

    orang memberi artinya sendiri terhadap stimulus, maka dapat dikatakan

    bahwa individu-individu yang berbeda melihat hal sama dengan cara-

    cara yang berbeda (Winardi, 2004: 2030-204). Hal yang sama

    dikemukakan Robbins (2001:89) mengemukakan mengenai persepsi

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    59/123

    42

    adalah suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan

    menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada

    lingkungan mereka.

    Persepsi merupakan proses yang bersifat individual, jadi

    meskipun stimulusnya sama, tetapi karena perbedaan pengalaman,

    kemampuan berfikir, kerangka acuan, sehingga hasil persepsi antara

    individu satu dengan yang lain tidak sama. Keadaan tersebut

    memberikan sedikit gambaran bahwa persepsi itu memang berbeda-beda

    pada setiap orang sehingga dalam persepsi terdapat beberapa faktor yang

    mempengaruhi dalam persepsi.

    Irwanto (1998: 55) menyatakan bahwa persepsi merupakan

    proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala

    maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti.

    Menurut Walgito (2002: 69) persepsi adalah suatu peristiwa yang

    didahului oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus

    oleh individu melalui alat indra. Walgito (2003: 45) juga menyatakan

    bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

    pengindraan, pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya

    stimulus oleh individu melalui alat indra. Namun proses tersebut tidak

    berhenti begitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh

    syaraf ke pusat susunan syaraf (otak) dan proses selanjutnya proses

    persepsi yang terjadi di otak. Proses pengindraan terjadi setiap individu

    meneriman stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indra. Stimulus

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    60/123

    43

    yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan dan

    diinterpretasikan sehingga individu menyadari apa yang diindranya itu,

    proses inilah yang dimaksud persepsi.

    Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

    adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

    persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan

    pemusatan atau konsentrasi dari seluruh akt ivitas individu yang diajukan

    kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

    Persepsi merupakan proses yang bersifat individual, jadi

    meskipun stimulusnya sama, tetapi karena perbedaan pengalaman,

    kemampuan berfikir, kerangka acuan, sehingga hasil persepsi antara

    individu satu dengan yang lain tidak sama. Keadaan tersebut

    memberikan sedikit gambaran bahwa persepsi itu memang berbeda-beda

    pada setiap orang sehingga dalam persepsi terdapat beberapa faktor yang

    memengaruhi dalam persepsi.

    Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa brand

    awareness merupakan hasil kampanye iklan melalui proses yang

    melibatkan persepsi dan tingkah laku.

    7. Iklan dan Nilai-Nilai Budaya Konsumen

    Iklan merupakan sarana untuk mengomunikasikan suatu produk.

    Produk mempunyai fungsi, bentuk, dan arti. Ketika konsumen membeli

    suatu produk, mereka berharap produk tersebut menjalankan suatu fungsi

    Produk yang berhasil harus pula memenuhi harapan mengenai norma

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    61/123

    44

    Produk mungkin memberikan simbol makna di dalam suatu masyarakat

    (Engel, dkk. 2004: 65 dalam Darno : 38).

    Budaya mempengaruhi struktur konsumsi, budaya memengaruhi

    bagaimana individu mengambil keputusan, budaya adalah variabel utama

    dalam penciptaan dan komunikasi makna dalam produk. Struktur

    masyarakat dan etnis menentukan sebagian dari apa yang dibeli dan

    digunakan oleh konsumen individual (Engel, dkk. 2004: 66 dalam Darno :

    39).

    Budaya bersama dengan unsur budaya lain dari lingkungan

    memberi dampak pada semua tahap pengambilan keputusan konsumen.

    Selama proses pembelian, jumlah negosiasi harga yang diharapkan oleh

    penjual maupun pembeli ditentutkan secara budaya. Hampir semua elemen

    strategi pemasaran akan dipengaruhi oleh harapan budaya, yang sebagian

    menjadi peraturan sukarela, jadi budaya menjadi determinan utama dari

    bagaimana keputusan konsumen dibuat Budaya memberikan makna pada

    barang dan jasa, suatu iklan bisa memberikan makna simbolik dari produk

    dalam konteks pemakaiannya. (Engel, dkk. 2004: 67-68 dalam Darno :39).

    Nilai-nilai budaya membantu menjelaskan perilaku konsumen

    dalam beberapa cara, nilai-nilai itu kerap digabungkan dalam iklan

    bersama dengan manfaat produk. Nilai-nilai mendefinisikan bagaimana

    produk digunakan dalam masyarakat (Engel, dkk. 2004: 74).

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    62/123

    45

    Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilia

    budaya yang berlaku dalam masyarakat dapat digunakan untuk

    menjelaskan perilaku konsumen, oleh karena itu suatu iklan sebaiknya

    menawarkan sesuatu yang memiliki nilai bagi konsumennya.

    D. Hubungan antaratagline denganbrand awareness

    Agar lebih jelas mengenai hubungan antara tagline dengan brand

    awareness digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

    Gambar 2.5 Pengaruh Iklan terhadap Konsumen

    (Darno, 2007 : 40)

    Iklan terdiri dari iklan yang memiliki tagline dan iklan yang tidak

    memiliki tagline. Iklan merupakan komunikasi antara produsen dengan

    konsumen, dalam menyampaikan komunikasi tersebut iklan memerlukan

    suatu pendekatan yang dikenal dengan persuasi iklan yang bertujuan agar

    Iklan yangmemilikitagline

    Persuasi iklan Iklan yangefektif

    brand awareness

    1. Mudahdiingat

    2. Unik3. Sering

    muncul

    Konsumen Keputusan

    pembelian

    Persepsikonsumen

    Mindsetkonsumen

  • 7/26/2019 93717-Eko Zulianto-FEB (Tidak Ada Data )

    63/123

    46

    iklan itu dapat menciptakan brand awareness yang pada akhirnya

    meningkatkan keputusan pembelian terhadap brand yang diiklankan.Brand

    awareness ini erat kaitannya dengan mind