Upload
rosdianica-dewi-lestari
View
42
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian laporan keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi. Definisi laporan keuangan antara orang yang satu dengan yang lain
tidak sama, akan tetapi dari semua pendapat itu memiliki inti yang sama. Dalam
Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta 1974)
dikatakan bahwa:
Laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana.
Sedang menurut Ma’ud MC (1983) menyatakan bahwa:
Laporan keuangan yaitu laporan atas perubahan posisi keuangan suatu saat tertentu, laporan atas perubahan posisi keuangan dari waktu ke waktu serta laporan atas hasil usaha perusahaan pada periode tertentu.
Laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya analitis atas suatu perusahaan.
Laporan keuangan mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang
menghasilkan peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi pemilik
modal.
Berdasarkan definisi laporan keuangan diatas secara garis besar bahwa
laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan dan peringkasan data
9
keuangan perusahaan yang disusun serta ditafsirkan secara sistematis dan tepat
untuk kepentingan internal maupun eksternal perusahaan. Laporan keuangan
dapat berfungsi sebagai alat untuk membuat prediksi/estimasi yang akan datang.
Hasil prediksi ini akan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
melakukan investasi.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Untuk dapat menganalisis laporan keuangan harus memiliki pengetahuan
tentang jenis dan bentuk laporan keuangan serta masalah-masalah yang mungkin
timbul dalam penyusunan laporan kuangan. Laporan keuangan utama yang
disusun oleh manajemen terdiri dari neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan
modal dan laporan aliran kas/ laporan arus kas.
a. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan keadaan keuangan
suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan
dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah
kewajiban yang disebut pasiva.
b. Laporan Rugi-Laba
Laporan Rugi-Laba adalah sutu laporan yang menunjukkan pendapatan-
pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode
tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang
diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan.
c. Laporan Perubahan Modal
10
Laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau
sebab-sebab perubahan modal perusahaan. Laba tidak dibagi pada awal
periode dijelaskan dalam laporan ini yang kemudian ditambah dengan laba
yang telah dihitung dalam laporan rugi-laba dan dikurangi dengan deviden
yang diumumkan selama periode yang bersangkutan.
d. Laporan Aliran Kas/ Laporan Arus Kas
Laporan aliran kas bertujuan untuk menyajikan informasi yang relevan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu dalam
suatu perusahaan. Aliran kas digolongkan dalam tiga kelompok yaitu
penerimaan dan pengeluaran kas dari kegiatan investai, pembelanjaan dan
kegiatan usaha.
3. Teknik dan Alat Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan meliputi penelahaan tentang hubungan dan
kecenderungan untuk mengetahui apakah keadaan hasil usahadan kemajuan
perusahaan memuaskan/ tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur
hubungan antara unsur-unsur tersebut dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah
perkembangannya. Berdasarkan sumber datanya, maka angka ratio dapat
dibedakan antara:
1. Ratio-ratio neraca yang tergolong dalam kategori ini adalah semua ratio yang
semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio,
acid test ratio.
11
2. Ratio-ratio laporan rugi/laba yaitu angka-angka ratio yang dalam penyusunan
semua datanya diambil dari Laporan Rugi/Laba, misal gross profit margin, net
operating margin, operating ratio dan lain sebagainya.
3. Ratio-ratio antar Laporan ialah semua angka ratio yang penyusunannya data
berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan rugi/laba, misalnya inventory
turn over, account receivable trun over, sales to inventory, sales to fixed
assets dan lain sebagainya.
4. Alat Analisis Rasio Keuangan
Untuk membuat keputusan rasional yang sesuai dengan tujuan investor
haruslah mempunyai alat-alat analisis tertentu. Dengan analisis rasio yang
ditetapkan pada data keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan,
maka investor akan memperoleh informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Rasio keuangan yang digunakan
untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan menurut Houston dan
Brigham (2001) adalah sebagai berikut:
a. Likuiditas
Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus
dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan
pada suatu saat tertentu merupakan “kekuatan membayar” dari perusahaan
yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai “kekuatan membayar”
belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus
dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai
12
“kemampuan membayar”. “Kemampuan membayar” baru terdapat pada
perusahaan apabila “kekuatan membayar”nya adalah sedemikian besarnya
sehingga daapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus
dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai “kekuatan membayar” sedemikian
besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang
segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan
sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid.
Likuiditas dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Likuiditas badan usaha yaitu kemampuan membayar yang dihubungkan
dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur). Likuiditas badan usaha
beraarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansiilnya pada
saat ditagih. Alat-alat likuid meliputi: kas, surat berharga, persediaan dan
piutang. Likuiditas badan usaha ini membandingkan antara aktiva lancar
dengan hutang lancar.
2. Likuiditas perusahaan yaitu kemampuan membayar yang dihubungkan
dengan kewajiban finansiil untuk menyelenggarakan proses produksi.
Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan apakah perusahaan setiap
saat dapat memenuhi pembayaran-pembayaran yang diperlukan untuk
kelancaran jalannya perusahaan, misalnya untuk membeli bahan mentah,
membayar upah buruh dan lain sebagainya. Likuiditas ini dimaksudkan
sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai atau aktiva lancar di satu
13
pihak dengan jumlah hutang lancar di lain pihak (likuiditas badan usaha)
juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk menyelenggarakan
perusahaan dilain pihak.
Tingkat likuiditas dapat dikaitkan dengan prtumbuhan laba apabila
jumlah aktiva lancar yang dimiliki dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja (pengeluran-pengeluran untuk proses produksi)
sehingga terdapatnya kenaikan penjualan (net sales) dan laba yang diperoleh
perusahaan akan meningkat. Meningkatnya aktiva lancar disebabkan oleh
meningkatnya jumlah pengeluaran yang digunakan untuk proses produksi. Hal
ini harus disertai dengan meningkatnya jumlah penjualan. Jika perusahaan
menginginkan laba yang tinggi, maka peningkatan jumlah penjualan atau net
sales (dalam prosentase) harus lebih besar daripada peningkatan aktiva lancar
(dalam prosentase).
Likuiditas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansiil jangka pendek yang sudah jatuh tempo terutama hutang
jangka pendek. Tolok ukur yang digunakan adalah current ratio. Rasio ini
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini
menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek
Current ratio =
Aktiva. LancarHu tan g . Lancar
Semakin tinggi nilai likuiditas, maka akan semakin baik posisi pemberi
pinjaman. Dari sudut pandang pemberi pinjaman, suatu yang lebih tinggi
tampaknya memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis
14
bila terjadi kegagalan perusahaan. Kelebihan aktiva lancar yang besar atas
kewajiban lancar tampaknya membantu melindungi klaim, karena persediaan
dapat dicairkan dengan mudah atau karena tidak terdapat banyak masalah
dalam penagihan piutang usaha. Namun, dilihat dari sudut lain, suatu
likuiditas yang terlalu tinggi menunjukkan praktek-praktek manajemen yang
kurang baik. Hal itu menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, tingkat
persediaan yang berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, serta
kebijakan kredit yang keliru yang mengakibatkan piutang usaha menjadi
berlebihan. Inveatasi yang berlebihan pada aktiva lancar akan membebani
perusahaan dengan biaya modal. Beban biaya modal yang tinggi akan
menekan keuntungan perusahaan.
Current Ratio merupakan indikator tentang likuiditas yang dipakai
secara luas, dengan alasan:
1) Memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup
semua hutang lancarnya. Semakin tinggi kemampuan aktiva lancar
menutup hutang lancar, merupakan petunjuk bahwa hutang lancar itu akan
dapat dibayar.
2) Selisih aktiva lancar diatas hutang lancar merupakan suatu jaminan
terhadap kemungkinan rugi yang timbul dari usaha untuk merealisasikan
aktiva lancar non kas menjadi kas. Semakin besar jumlah jaminan yang
tersedia untuk menutup kemungkinan rugi, semakin besar kepercayaan
para kreditur jangka pendek akan dapat dibayarnya kembali pinjaman yang
diberikan.
15
b. Leverage
Leverage adalah sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk
penggunaan tersebut harus menutup atau membayar beban tetap. Leverage ini
menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Salah satu tolok ukur yang digunakan adalah debt to total asset ratio. Debt to
total assets adalah beberapa bagian untuk keseluruhan kenutuhan dana yang
dibelanjai deengan utang atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang atau berapa total aktiva yang disediakan untuk menjamin
hutang perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi total hutang dengan
total aktiva.
Debt to total assets ratio =
Total . Hu tan gTotal . Aktiva
Berdasarkan prinsip hati-hati, penggunaan leverage dalam suatu
perusahaan tidak boleh lebih dari 50%. Kalau penggunaan leverage lebih besar
dari 50% maka harus memenuhi syarat tertentu, yaitu kondisi perekonomian
membaik (dalam hal ini volume penjualan lancar atau meningkat) sehingga
diharapkan laba atau Rate of Return dari penggunaan modal asing lebih besar
disbanding dengan tingkat bunga yang harus dibayar.
Perusahaan dengan leverage yang rendah mempunyai resiko kecil bila
kondisi perekonomian menurun, namun bila kondisi perekonomian membaik
memiliki laba rata-rata rendah. Sebaliknya, perusahaan dengan leverage yang
semakin tinggi akan semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan
dalam menghasilkan keuntungan perusahaan. Manajer menginginkan
perusahaannya memiliki leverage rendah karena resikonya rendah. Disamping
16
itu, perusahaan dengan leverage rendah berarti memiliki proporsi biaya tetap
yang rendah dan biaya variabel yang tinggi. Pengaruh positif dan negatif dari
leverage meningkat berdasarkan proporsi hutang dalam suatu perusahaan.
c. Aktivitas
Salah satu tujuan manajer keuangan adalah menentukan seberapa besar
efesiensi investasi pada berbagai aktiva. Tolak ukur aktivitas mengukur
seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Tolok ukur dari aktivitas
diantaranya adalah: Total Assets Turnover, yaitu mengukur perputaran/
pemanfaatan dari semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung
dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Total assets turnover
menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan mengelola keseluruhan aktiva
yang dipunya untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Total
assets turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau diinvestasikan
untuk menghasilkan revenue
Total Assets turnover=
PenjualanTotal . Aktiva
Ratio ini mengukur jumlah penjualan yang dapat direalisasikan oleh
aktiva tersebut. Yang umumnya penjualan merupakan langkah pertama untuk
merealisasikan laba. Perusahaan menanamkan dananya ke dalam berbagai
aktiva itu dapat digunakan secara serentak dan terkoordinasi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual.
Jika nilai aktivitas tinggi maka perusahaan telah secara optimal
memanfaatkan dan mengelola aktiva yang dimilikinya untuk meningkatkan
17
penjualannya sehingga kesempatan untuk memperoleh laba semakin besar.
Namun jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva maka biaya modalnya
akan menjadi terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun. Jika nilai
aktivitas rendah maka perusahaan belum optimal mengelola aktivanya untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual sehingga menyebabkan
kesempatan untuk memperoleh laba kecil.
5. Pengertian Laba
Laba bersih dapat didefinisikan sebagai hasil operasi terakhir setelah
dikurangi bunga dan pajak. Perubahan laba baik itu merupakan penurunan
atau kenaikan yang disebabkan oleh faktor harga jual tidak dapat digunakan
sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan, karena hal ini disebabkan oleh
faktor ekstern perusahaan. Suatu perubahan laba yang disebabkan oleh adanya
perubahan kwantitas atau volume barang yang dijual mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan bagian penjualan. Kenaikan laba karena kenaikan
volume yang dijual berarti bagian penjualan bekerja lebih aktif atau
perusahaan semakin efisien dalam operasinya. Selain hal diatas, perubahan
atau pertumbuhan laba juga dapat disebabkan oleh perubahan dalam
komponen-komponen likuiditas, leverage dan aktivitas. Tinggi rendahnya
likuiditas, leverage dan aktivitas baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan laba bersih adalah sebagai
berikut:
a. Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit.
18
b. Naik turunnya harga pokok penjualan.
c. Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual,
variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan.
d. Naik turunnya tingkat bunga pinjaman (bunga modal asing).
e. Naik turunnya pos penghasilan yang dipengaruhi oleh variasi jumlah unit
yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahan kebijaksanaan
dalam pemberian discount.
f. Naik turunnya pajak yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang
diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
g. Adanya perubahan dalam metode akuntansi.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian tentang manfaat rasio keuangan dalam memprediksi laba
perusahaan, telah dilakukan di Indonesia oleh Asyik dan Soelistyo (2000)
terhadap 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Asyik
dan Soelistyo menganalisis 21 rasio keuangan yang dikategorikan dalam 8
kategori yaitu short term liquidity, solvency, profitability, payout, productivity,
aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Hasil Stepwise
Regression menunjukkan bahwa terdapat 5 rasio keuangan yang signifikan dalam
memprediksi pertumbuhan laba. Rasio keuangan tersebut terdiri dari 1 rasio
kategori solvency, 2 rasio kategori profitability, 1 rasio kategori payout dan 1 rasio
kategori aktivitas investasi.
19
Penelitian yang menunjukkan kemampuan rasio keuangan dalam
memprediksi pertumbuhan laba juga dilakukan oleh Warsidi (2000). Dalam
penelitiannya, Warsidi menggunakan sample sebanyak 54 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Warsidi menguji manfaat rasio keuangan
dalam memprediksi pertumbuhan laba dan menyeleksi 49 rasio keuangan dengan
Stepwise Regression. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat 7 rasio
keuangan yang signifikan untuk digunakan dalam memprediksi pertumbuhan
laba.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yulie Siswanti (2001) yang menguji
manfaat rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Sampel yang
digunakan sebanyak 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Pada penelitiannya Yulie menggunakan 10 rasio keuangan dan yang
terbukti signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba adalah 5 rasio
keuangan.
Penelitian yang berusaha memprediksi pertumbuhan laba dengan
menggunakan rasio keuangan dilakukan oleh Ou (1990). Ia menggunakan variabel
keuangan selain laba yaitu dengan rasio keuangan untuk memprediksi
pertumbuhan laba 1 tahun ke depan. Dengan menggunakan Logit Model
ditemukan bahwa hanya 8 rasio keuangan saja yang signifikan dalam
memprediksi pertumbuhan laba.
20
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini menguji pengaruh pertumbuhan likuidasi, leverage dan
aktivitas terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur. Dibawah ini
digambarkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel dependen
GAMBAR 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Keterangan:
Pada dasarnya masyarakat luas, khususnya para investor, mengukur
keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang dilihat
dari kinerja manajemen. Salah satu parameter untuk mengetahui kinerja
perusahaan adalah laba. Adanya pertumbuhan laba menunjukkan kinerja
perusahaan yang meningkat. Pertumbuhan laba dicapai apabila terdapat
pertumbuhan likuidasi, leverage dan aktivitas. Para investor dan calon investor
menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan baik sekarang maupun
kemungkinan tingkat keuntungan pada masa yang akan dating, karena tingkat
keuntungan akan mempengaruhi harga saham yang mereka miliki. Disamping
tingkat keuntungan, para investor dan calon investor juga berkepentingan dengan
Pertumbuhan Likuiditas, Leverage, dan Aktivitas
Pertumbuhan Laba
21
tingkat likuiditas, leverage dan aktivitas sebagai factor lain dalam penilaian
kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income pada masa
yang akan datang.
Dengan nilai pertumbuhan likuiditas yang tinggi akan memberikan
kepastian posisi pemberi pinjaman karena pemberi pinjaman yakin bahwa
perusahaan tersebut dalam keadaan likuid sehingga kesempatan untuk
memperoleh laba semakin besar. Begitu juga dengan nilai leverage bagi
perusahaan. Perusahaan dengan nilai leverage yang tinggi mempunyai resiko yang
besar tetapi memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar. Selain
dua hal diatas, para investor juga harus memperhatikan tingkat aktivitas suatu
perusahaan. Jika nilai aktivitas suatu perusahaan tinggi maka perusahaan telah
mengoptimalkan pengelolaan aktivanya untuk meningkatkan penjualannya
sehingga tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan juga semakin
besar.
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara/ teoritis atas masalah penelitian.
Hipotesis menyangkut pengaruh pertumbuhan likuiditas, solvabilitas dan
aktivitas dalam memprediksi pertumbuhan laba adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan likuiditas, leverage dan aktivitas masing-masing berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta.
22
2. Pertumbuhan likuiditas, leverage dan aktivitas bersama-sama berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta.
23