Upload
ancha
View
60
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH METODE SIMULASI PERMAINAN DAN BRAINSTORMING TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGURUS PIK-R SMA
TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA MAKASSAR
THE EFFECT OF SIMULATED GAMES AND BRAINSTORMING METHODS ON KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF BOARD PIK-R SMA
ABOUT ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH IN MAKASSAR
Muliani Ratnaningsih1, Andi Zulkifli2, Buraerah H.Abd Hakim3
1Alumni Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin2Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
3Bagian Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Alamat korespondensi :
Muliani Ratnaningsih, SKMJalan Rappokalling No.17 MakassarHP : 085242803717Email : [email protected]
Abstrak
Remaja saat ini mengalami kerentanan terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode simulasi permainan dan metode brainstorming terhadap pengetahuan dan sikap pengurus PIK-R SMA tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 5, SMA Negeri 15, dan SMA Negeri 21 Makassar. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan randomized control group pretest postest design. Sampel yang diambil sebanyak 114 pengurus PIK-R.Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Data dianalisis melalui uji t berpasangan, uji Wilcoxon, uji Mann-Withney, dan uji One-Way Anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan pada ketiga kelompok penelitian tertinggi yaitu simulasi permainan 86,8%, brainstorming 52,6%, dan control 92,1%. Rata-rata umur responden berumur 15 tahun. Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata peningkatan skor pengetahuan dan sikap antara kelompok simulasi permainan, brainstorming, dan kontrol pada saat post test (p = 0,000). Ada pengaruh metode simulasi permainan terhadap peningkatan skor pengetahuan (p = 0,000) dan sikap (p = 0,000) responden tentang kesehatan reproduksi. Ada pengaruh metode brainstorming terhadap peningkatan skor pengetahuan (p = 0,000) dan sikap (p = 0,000) responden tentang kesehatan reproduksi. Metode simulasi permainan lebih efektif dibanding metode brainstorming dalam meningkatkan skor sikap sedangkan metode brainstorming lebih efektif dibanding metode simulasi permainan dalam meningkatkan skor pengetahuan.Pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja menggunakan metode simulasi permainan dan brainstorming dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja sebagai pencegahan primer pada siswa dan siswi di Kota Makassar.
Kata Kunci : simulasi permainan, brainstorming, pengetahuan, sikap, kesehatan reproduksi
Abstract
Teenstodaysusceptiblevariousthreatsespeciallyhealthrisksrelated sexualandreproductivehealth. This studyaimed todetermine effect ofthe simulationgameand brainstormingmethod on knowledgeandattitudesPIK-R SMA about adolescent reproductive healthin SMA5, SMA15andSMA21Makassar. This study uses aquasi-experimentaldesignwith arandomized control grouppretest-posttest design. Samples114PIK-R broad member.Samplingby simple randomsampling.Data was collectedusing questionnaire. Datawere analyzedbypaired t test, Wilcoxon, Mann-Whitney, andOne-Way ANOVA. Results of this studyindicatethatrespondentswithfemale genderin all threestudygroups, simulationgame86.8%, 52.6% brainstorming, andcontrol92.1%. The averageage ofrespondentswas 15years. There is statistically significant difference inaverageimprovementscore ofknowledgeandattitudeamonggroupsimulationgames, brainstorming, andcontrolat the time ofpost-test(p =0.000). There isthe influence ofsimulationgametoincreaseknowledge score(p =0.000) andattitude(p =0.000) respondentsaboutreproductive health. There isinfluence ofbrainstormingmethodstoincreaseknowledge score(p =0.000) andattitude(p =0.000) respondentsaboutreproductive health. Gamesimulation methodwas more effective thanbrainstormingmethodto improvethe attitudescoreswhilebrainstormingmethodis moreeffectivethan themethod ofsimulationgamesin improvingknowledge score. Healtheducationon adolescent reproductive healthusingsimulationgamesandbrainstormingcan increasetheir knowledge andattitudesasprimary prevention inadolescentboys and girlsin Makassar.
Keywords :Simulationgames, brainstorming, knowledge, attitudes, reproductivehealth
PENDAHULUAN
Remaja saat ini sedang mengalami kerentanan terhadap berbagai ancaman risiko
kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi.Ancaman yang
dapat dilihat hingga saat ini adalah seks pranikah, kehamilan dini, aborsi, infeksi menular
seksual, HIV dan AIDS serta kekerasan seksual.Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi dan kuatnya dukungan sosial terhadap hubungan seksual pranikah membuat
remaja menjadi populasi yang berisiko.
Kesehatan reproduksi remaja merupakan faktor penting yang harus mendapat
perhatian untuk mewujudkan masyarakat sehat, sesuai visi Indonesia Sehat 2015. Remaja
sebagai kelompok umur terbanyak dalam struktur penduduk Indonesia, merupakan fokus
perhatian dan intervensi yang strategis bagi pembagunan sumber daya manusia masa depan
sebagai generasi penerus bangsa. Kelompok remaja rentan usia 10-19 tahun, sesuai dengan
proporsi remaja di dunia diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia
(Depkes, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), tiap tahunnya ada 340 juta kasus baru
infeksi bakteri lewat hubungan seksual, seperti chlamydia dan gonorhea (penyakit kencing
nanah) terutama pada kelompok umur 15-49 tahun. Infeksi Human Papiloma Virus (HPV)
yang terjangkit lewat hubungan seksual kaitannya dengan kanker kanker leher rahim dan
sudah menyerang 490.000 wanita, dengan angka kematian pertahunnya sebesar
240.000.Lebih jauh lagi, ada berjuta kasus infeksi sehubungan dengan HIV, terjadi setiap
tahunnya. Lebih dari 100 juta infeksi yang dapat disembuhkan karena hubungan seksual
setiap tahun dan sebagian besar dari 4,1 juta infeksi baru HIV menyerang remaja berusia 15-
24 tahun. Bagi mereka yang sering melakukan hubungan seksual (usia 10-19 tahun) (WHO,
2011).
Sekitar 16 juta remaja perempuan perempuan melahirkan setiap tahun, sebagian besar
di negara berpenghasilan rendah dan menengah.Diperkirakan 3 juta perempuan berusia 15-19
menjalani aborsi yang tidak aman setiap tahun.Di negara berpenghasilan rendah dan
menengah, komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian
di kalangan perempuan berusia 15-19 tahun.Kematian bayi baru lahir sebasar 50% lebih
tinggi pada bayi yang memiliki ibu berusia 20-29 tahun. Kurangnya pendidikan seksualitas di
banyak negara menjadi sebuah ukuran cakupan global terkait dengan pendidikan seksualitas,
sehingga diperkirakan 36% dari laki-laki muda dan 24% dari wanita muda berusia 15-24
tahun di negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki pengetahuan komprehensif
benar tentang bagaimana mencegah HIV (WHO, 2012).
Menurut United Nations Population Fund (UNFA), lebih dari separuh populasi dunia
dibawah usia 25 tahun. Jumlah orang berusia 10-19 tahun adalah 1,1 miliar pada tahun 2010
dan diperkirakan 1,3 miliar pada tahun 2020, peningkatan yang terjadi 22%. Data
menunjukkan 15 juta perempuan remaja melahirkan setiap tahun, terutama di negara
berkembang. Angka kematian bayi dari ibu remaja adalah 1,5 kali lebih tinggi daripada ibu
yang berusia 20-29 tahun. Kasus aborsi terjadi 4,4 juta terjadi pada remaja perempuan setiap
tahun. 1 dari 20 remaja terutal infeksi menular sekual setiap tahun. Setengah dari kasus
infeksi HIV pada orang dengan usia dibawah 25 tahun (UNFPA, 2011)
Kesehatan reproduksi, pengetahuan dan perilaku remaja masih cukup memprihatinkan
yang dapat dilihat dari data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Tahun 2007
(SKRRI, 2007) yang menunjukkan pengetahuan remaja umur 15-24 tahun tentang kesehatan
reproduksi masih rendah, 21% remaja perempuan tidak mengetahui sama sekali perubahan
yang terjadi pada remaja laki-laki saat pubertas. Pengetahuan remaja tentang masa subur
relatif masih rendah.Hanya 29% wanita dan 32% pria memberi jawaban yang benar bahwa
seorang perempuan mempunyai kesempatan besar menjadi hamil pada pertengahan siklus
periode haid. Remaja yang belum menikah umur 15-24 tahun yang mendengarkan pesan dari
media tentang penundaan usia kawin sebesar 12,9%, informasi tentang HIV/AIDS sebesar
40,8%, informasi tentang kondom sebesar 29,6%, pencegahan kehamilan sebesar 23,4%, dan
Infeksi menular Seksual (IMS) sebesar 18,4%. Pengetahuan remaja tentang cara penting
untuk menghindari infeksi menular HIV masih terbatas, hanya 14% wanita dan 15% pria
menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% wanita dan 25% pria menyebutkan
menggunakan kondom, serta 11% wanita dan 8% pria menyebutkan membatasi jumlah
pasangan seksual sebagai cara menghindari HIV dan AIDS. Jumlah orang hidup dengan HIV
dan AIDS sampai dengan bulan Maret 2007 mencapai 20.564 kasus, 54,3% dari angka
tersebut adalah remaja. Selain itu, pendapat remaja tentang umur kawin ideal untuk
perempuan 23,1 tahun dan untuk pria 25,9 tahun, sedangkan rata-rata umur ideal menikah
bagi perempuan 22 tahun dan pria 25 tahun. Pendapat diantara remaja yang tidak tamat SMA
tentang umur ideal mempunyai anak pertama kali adalah antara 20-24 tahun dan mempunyai
2 anak, yaitu masing-masing 63% remaja perempuan dan 55% remaja laki-laki. (SKRRI,
2007).
Selanjutnya hasil survei Rencana Pembagunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN)
2010-2014 menunjukkkan remaja yang terpapar informasi PIK-R (Pusat Informasi Konseling
Remaja) mencapai 28%.Berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang
berkaitan dengan informasi kesehatan reproduksi. Selain itu, target 2014 untuk menurunkan
angka kematian ibu melahirkan yaitu 118 per 100.000 kelahiran hidup dari status awal tahun
2008 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (Badan Perencanaan Nasional, 2010).
Selain itu, tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan
reproduksi memaksa remaja untuk berusaha sendiri mencari akses dan melakukan eksplorasi
sendiri. Media internet, televisi, majalah dan bentuk media lain sering kali dijadikan sumber
oleh para remaja untuk memenuhi tuntutan keingintahuan tentang seksual. Penelitian Pradana
(2008) menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari
teman, 35% dari film porno, hanya 5% dari orang tua. Informasi yang tidak tepat
mengarahkan remaja merusak masa depannya.
Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan yang sering dilakukan misalnya
penyuluhan atau ceramah, namun kenyataannya metode ini belum memberikan kontribusi
pengetahuan yang memadai bagi siswa dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan metode lain seperti simulasi permainan, hal ini cenderung dinilai lebih bermuatan,
karena sifatnya tidak monoton dan langsung berdasarkan analisis kasus, dan melibatkan objek
secara menyeluruh dan aktif.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh merode simulasi permainan
dan brainstorming terhadap pengetahuan dan sikap pengurus PIK-R SMU tentang kesehatan
reproduksi remaja di Kota Makassar, sehingga dapat dilakukan langkah strategis dalam
memberikan pendidikan kesehatan terhadap siswa lainnya.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan rancangan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kecamatan Panakkukang, SMA Negeri
15 Kecamatan Biringkanaya, dan SMA Negeri 21 Kecamatan Tamalanrea di Kota
Makassar.Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil acak dari sekolah yang memiliki Pusat
Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R). Jenis penelitian eksperimen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan
randomized control group pretest posttest design.
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengurus aktif PIK-R yang telah
dibentuk BKKBN dan bertugas di masing-masing SMA Negeri di Kota Makassar Tahun
2013. SMA yang memiliki PIK-R adalah SMA Negeri 5, SMA Negeri 15, SMA Negeri 16,
SMA Negeri 19 dan SMA Negeri 21 Makassar. Penelitian ini membutuhkan tiga sekolah
yang bertindak sebagai kelompok intervensi I, kelompok intervensi II, dan kelompok kontrol
sehingga dipililihlah sekolah dengan cara Simple Random Sampling. Setelah proses penarikan
sampel dilakukan, terdapat tiga sampel sekolah. Untuk kelompok intervensi simulasi
permainan dilaksanakan di SMA Negeri 15 Makassar pada 38 orang, kelompok intervensi
brainstorming dilaksanakan di SMA Negeri 21 Makassar pada 38 orangdan kelompok
kontrol SMA Negeri 5 Makassar pada 38 orang, sehingga jumlah sampel sebanyak 114
orang.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data primer meliputi nilai pengetahuan dan sikap tentang kesehatan
reproduksi remaja pre dan post test dilakukan oleh peneliti. Pengetahuan diukur dengan
mengisi kuesioner yang berisi 30 pertanyaan, sikap diukur dengan mengisi kuesioner yang
berisi 20 pertanyaan. Adapun karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur,
status keanggotaan PIK-R, pendidikan orang tua (ayah), pekerjaan orang tua (ayah), dan
sumber informasi pertama tentang kesehatan reproduksi.
Analisis data
Untuk menganalisis pengaruh metode simulasi permainan dan brainstorming untuk
skor pengetahuan digunakan uji t berpasangan (paired t-test). Untuk menganalisis skor sikap
digunakan uji Wilcoxon.Selanjutnya menganalisis skor pengetahuan dan sikap antara
kelompok simulasi permainan dengan kontrol, kelompok brainstorming dengan kontrol, dan
kelompok simulasi permainan dengan kelompok brainstorming digunakan uji Mann-
Whitney.Kemudian untuk menganalisis perbedaan skor pengetahuan dan skor sikap tentang
kesehatan reproduksi remaja pada ketiga kelompok penelitian yaitu metode simulasi
permainan, metode brainstorming, dan kontrol menggunakan uji One Way-ANOVA.
HASIL
Karakteristik sampel
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata umur responden pada ketiga kelompok
penelitian adalah 15 tahun dengan rincian kelompok simulasi permainan sebanyak 27
(71,1%), kelompok brainstorming sebanyak 27 (71,1%), dan 11 (28,9%). Karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin pada ketiga kelompok penelitian didominasi oleh
perempuan dengan rincian kelompok simulasi permainan sebanyak 33 (86,8%), kelompok
brainstorming sebanyak 20 (52,6%), dan kelompok kontrol sebanyak 35 (92,1%). Status
keanggotaan PIK-R responden pada ketiga kelompok penelitian masing-masing terdiri dari
seorang ketua, seorang sekretaris, dan seorang bendahara. Namun, koordinator divisi berbeda
setiap sekolah masing-masing berbeda yaitu SMA Negeri 15 Makassar (kelompok simulasi
permainan) sebanyak 7 orang (18,4%), SMA Negeri 21 Makassar (kelompok brainstorming)
sebanyak 6 orang (15,8%), dan SMA Negeri 5 Makassar (kelompok kontrol) sebanyak 5
orang (13,2%). Selain itu, jumlah anggota PIK-R setiap sekolah juga berbeda yaitu SMA
Negeri 15 Makassar sebanyak 28 orang (73,7%), SMA Negeri 21 Makassar sebanyak 6 orang
(76,3%), dan SMA Negeri 5 Makassar sebanyak 5 orang (78,9%). Tingkat pendidikan orang
tua (ayah) untuk ketiga kelompok penelitian tertinggi untuk tingkat pendidikan sarjana (S1)
dengan rincian kelompok simulasi permainan sebanyak 20 orang (52,6%), kelompok
brainstorming sebanyak 24 orang (63,2%), kelompok kontrol sebanyak 22 orang (57,9%).
Jenis pekerjaan orang tua (ayah) untuk ketiga kelompok penelitian didominasi oleh pegawai
negeri sipil (PNS) dengan rincian kelompok simulasi permainan sebanyak 21 orang (55,3%),
kelompok brainstorming sebanyak 27 orang (71,1%), dan kelompok kontrol sebanyak 24
orang (63,2%). Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi remaja untuk ketiga
kelompok penelitian.Kelompok simulasi permainan (SMA Negeri 15 Makassar) tertinggi
bersumber dari orang tua yaitu 50 orang (50%). Kelompok brainstorming (SMA Negeri 21
Makassar) tertinggi bersumber dari teman sebaya sebanyak 20 orang (52,6%). Kelompok
kontrol (SMA Negeri 5 Makassar) tertinggi bersumber dari orang tua sebanyak 23 orang
(60,5%).
Pengaruh intervensi
Pengaruh simulasi permainan dan brainstorming
Tabel 2 menunjukkan bahwa ada peningkatan rata-rata skor pengetahuan responden
tentang kesehatan reproduksi remaja setelah dilaksanakannya metode simulasi permainan.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada
perbedaan signifikan rata-rata skor pengetahuan responden sebelum dan setelah pelaksanaan
metode simulasi permainan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode
simulasi permainan terhadap pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja.
Selanjutnya ada peningkatan rata-rata skor sikap responden tentang kesehatan reproduksi
remaja setelah dilaksanakannya metode simulasi permainan. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata skor
sikap responden sebelum dan setelah pelaksanaan metode simulasi permainan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode simulasi permainan terhadap sikap responden
tentang kesehatan reproduksi remaja.Untuk metode brainstorming ada peningkatan rata-rata
skor pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja setelah dilaksanakannya
metode brainstorming. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata skor pengetahuan responden sebelum
dan setelah pelaksanaan metode brainstorming, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh metode brainstorming terhadap pengetahuan responden tentang kesehatan
reproduksi remaja. Selanjutnya ada peningkatan rata-rata skor sikap responden tentang
kesehatan reproduksi remaja setelah dilaksanakannya metode brainstorming. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan
signifikan rata-rata skor sikap responden sebelum dan setelah pelaksanaan metode
brainstorming, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode brainstorming
terhadap sikap responden tentang kesehatan reproduksi remaja.
Tabel 3 menunjukkan Hasil uji statistik saat pre test didapatkan nilai p = 0,004
(p<0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata skor pengetahuan
responden antara kelompok simulasi permainan dengan kelompok kontrol. Selain itu, nilai p
= 0,000 (p<0,05) saat post test menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata skor
pengetahuan responden setelah pelaksanaan intervensi pada kedua kelompok penelitian. Skor
pengetahuan pada kelompok metode simulasi permainan meningkat sebesar 44,4% setelah
intervensi sedangkan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 9,9% sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan skor pengetahuan karena adanya pengaruh simulasi
permainan. Hasil uji statistik saat pre test didapatkan nilai p = 0,000 (p>0,05) yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata skor sikap responden antara
kelompok simulasi permainan dengan kelompok kontrol. Selain itu, nilai p = 0,000 (p<0,05)
saat post test menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata skor sikap responden
setelah pelaksanaan intervensi pada kedua kelompok penelitian. Skor sikap pada kelompok
metode simulasi permainan meningkat sebesar 60,6% setelah intervensi sedangkan pada
kelompok kontrol tidak mengalami perubahan sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan skor sikap karena adanya pengaruh simulasi permainan.
Tabel 4 menunjukkan Hasil uji statistik saat pre test didapatkan nilai p = 0,174
(p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor sikap
responden antara kelompok brainstorming dengan kelompok kontrol. Akan tetapi, nilai p =
0,000 (p<0,05) saat post test menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata skor sikap
responden setelah pelaksanaan intervensi pada kedua kelompok penelitian. Skor sikap pada
kelompok metode brainstorming meningkat sebesar 36,3% setelah intervensi sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 2,4% sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan skor sikap karena adanya pengaruh brainstorming. Selanjutnya Hasil uji statistik
saat pre test didapatkan nilai p = 0,744 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan rata-rata skor sikap responden antara kelompok simulasi permainan
dengan kelompok brainstorming. Akan tetapi, nilai p = 0,000 (p<0,05) saat post test
menunjukkan ada perbedaan signifikan rata-rata skor sikap responden setelah pelaksanaan
intervensi pada kedua kelompok penelitian.
Analisis perbedaan skor pengetahuan dan skor sikap tentang kesehatan reproduksi
remaja pada ketiga kelompok penelitian yaitu metode simulasi permainan, metode
brainstorming, dan kontrol menggunakan uji One Way-ANOVA. Tabel 5 menunjukkan hasil
uji statistik nilai p = 0,000 berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan rata-rata peningkatan skor pengetahuan dan sikap pada ketiga kelompok penelitian.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan ada pengaruh metode simulasi permainan dan
brainstorming terhadap pengetahuan dan sikap pengurus PIK-R SMA tentang kesehatan
reproduksi remaja, metode brainstorming lebih berpengaruh dibanding metode simulasi
permainan terhadap pengetahuan pengurus PIK-R SMA tentang kesehatan reproduksi
remaja, dan metode simulasi permainan lebih berpengaruh dibanding metode brainstorming
terhadap sikap pengurus PIK-R SMA tentang kesehatan reproduksi remaja.
Jarak antara pelaksanaan pre test dan post test selama kurang lebih satu bulan. Hal ini
sesuai dengan Transtheoretical Theory Model (TTM) yang dikemukakan oleh Prochasca
yang menyatakan bahwa untuk mengukur perubahan yang masih dalam tahap persiapan
(orang berminat untuk mengambil tindakan dalam waktu dekat yang dalam hal ini bisa
diartikan sebagai sikap) diperlukan waktu satu bulan (Kholid, 2012). Selain itu, teori model
proses inovasi dan adopsi E.M Rogers menyatakan bahwa menganalisis kondisi awal
sebelum memberikan pengetahuan dengan beberapa pendekatan akan menghasilkan
keputusan untuk mengadopsi atau menolak menerima pengetahuan untuk dapat
diimplementasikan (Rogers, E.M, 1992).
Metode simulasi permainan adalah kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan yang dialami sehari-hari dengan diberikan
secara menyenangkan melaui permainan sederhana agar membantu proses simulasi. Proses
simulasi ini secara aktif merangsang siswa untuk lebih fokus memahami informasi yang
diberikan, agar tingkatan pengetahuan siswa untuk menjabarkan keseluruhan informasi yang
diperoleh lebih terinci, sehingga ketika dilakukan post test terjadi peningkatan pemahaman
secara keseluruhan dari indikator pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
Hasil ini sesudai dengan penelitian Firman (2005) menunjukkan pendidikan kesehatan
dengan menggunakan alat peraga dan metode simulasi permainan mampu meningkatkan
pengetahuan siswa sebesar 68,2% dengan secara statistik dengan nilai p = 0,037 dengan uji t-
independent menunjukkan terdapat pengaruh signifikan simulasi dengan pengetahuan dan
sikap siswa tentang pendidikan kesehatan reproduksi.Selain itu, penelitian Facturahman dkk
(2006) menunjukkan bahwa penggunaan metode simulasi permainan dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap upaya penanggulangan narkoba dan pencegahan kehamilan tidak
diinginkan, dengan perbedaan rerata nilai 59,0 sebelum dilakukan intervensi menjadi 73,5
setelah dilakukan intervensi simulasi dan secara statistik dengan uji t-dependent
menunjukkan nilai p=0,004 terdapat perbedaan signifikan pengetahuan siswa sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi simulasi permainan, hasil uji t-dependent juga menunjukkan
nilai t=64,319 menunjukkan adanya pengaruh metode simulasi permainan dengan
pengetahuan dan sikap siswa tentang penanggulangan narkoba dan pencegahan kehamilan
tidak diinginkan.
Peningkatan pengetahuan responden setelah mendapatkan pendidikan kesehatan metode
simulasi permainan sesuai dengan teori pendidikan dan perilaku kesehatan.A Joint Commite
on Terminology in Health Education of United States menyatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah pengalaman belajar yang bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku yang ada hubungannya dengan kesehatan perorangan ataupun kelompok.
Proses ini mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan dari intelektual, psikologi, dan sosial
yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan secara sadar
(Machfoedz dkk, 2009).Perubahan peningkatan pengetahuan dan sikap siswa dengan metode
simulasi karena responden diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya untuk
mempelajari dan memahami materi kesehatan reproduksi remaja.Pendidikan kesehatan
reproduksi disampaikan dengan pesan yang cepat dan nyata melalui sosiodrama, sehingga
tidak menimbulkan kebosanan pada responden, dapat menarik perhatian, menimbulkan
rangsangan untuk diikuti sehingga pemahaman responden lebih komprehensif.
Metode curah pendapat (brainstorming) merupakan modifikasi metode diskusi
kelompok. Prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Bedanya pada permulaan pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah atau tanggapan (cara pendapat). Dan tanggapan
tersebut ditamping dalam papan tulis.Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh komentar oleh siapa pun.Baru setelah selesai tiap anggota dapat mengomentari
akhirnya terjadi diskusi (Notoatmojo, 2007). Pelaksanaan metode brainstorming dapat
dipandu oleh fasilitator yang dapat memfasilitasi proses diskusi agar dapat berjalan secara
lancer. Fasilitator juga dapat berperan sebagai narasumber bagi peserta diskusi.Seorang
fasilitator harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, agar
mendengarkan pendapat setiap anggota kelompok, menyimpulkan pendapat mereka,
menggali keterangan lebih lanjut dan menbuat suasana menjadi akrab dengan peserta diskusi
kelompok.Fasilitator juga harus menghormati sikap, pendapat dan perasaan dari setiap
anggota.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Handayani (2009) yang menunjukkan adanya
perbedaan pengetahuan pada kelompok brainstorming didapatkan nilai rerata pretest 16,56
dan rerata posttest 24,44 dengan selisih nilai rerata pretest dan posttest 7,88. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan responden setelah mendapat perlakuan.
Analisis statistik dengan analysis of variance terhadap nilai rerata posttest pengetahuan
menunjukkan p= 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada
pengetahuan responden tentang perilaku seks pranikah sebelum dan setelah perlakuan.
Selanjutnya penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan sikap pada kelompok
brainstorming sebelum dan setelah intervensi dengan hasil pengukuran sikap diperoleh nilai
rerata pretest 75,19 dan rerata posttest 95,56 dengan selisih nilai rerata pretest dan posttest
20,38. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sikap responden setelah mendapat perlakuan
dari fasilitator. Analisis statistik dengan ANOVA terhadap nilai rerata posttest sikap pada
kelompok brainstorming menunjukkan p= 0,00 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan
yang bermakna pada sikap responden tentang perilaku seks pranikah sebelum dan setelah
perlakuan.
Teori Rosenberg menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap berhubungan secara
konsisten. Bila komponen kognitif (pengetahuan) berubah maka akan diikuti pula dengan
adanya perubahan sikap (Hutauruk, 2009). Sesuai dengan teori tersebut, peningkatan skor
pengetahuan responden pada penelitian ini setelah intervensi metode simulasi permainan
diikuti pula oleh peningkatan skor sikapnya.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan atau pendidikan, meliputi faktor
pendidik (fasilitator), kurikulum, kondisi peserta didik, proses penyelenggaraan, sarana yang
dipergunakan serta metode dan media yang dipakai (Depkes, 1994). Peningkatan
pengetahuan pada metode simulasi permainan dan brainstorming dapat disebabkan oleh
peran fasilitator yang dapat menyajikan materi dengan baik dan menarik serta pandai dalam
memandu jalannya diskusi kelompok.Untuk mecairkan suasana dilakukan icebreaking dan
diselingi dengan humor.Selain itu, fasilitator yang masih berusia muda dan berpenampilan
menarik sehingga peserta merasa santai dalam mengikuti pendidikan.Hal ini sangat
membantu responden dalam memahami materi yang diberikan.
Metode brainstorming yang dilakukan merupakan konsep dasar dalam meberikan
pemahaman pengetahuan tentang informasi kesehatan reproduksi bagi remaja dalam memberi
gambaran terhadap persepsi remaja pada situasi dan kondisi yang menyangkut kesehatan
reproduksinya sehingga memberi pertimbangan psikologis terhadap permasalahan kesehatan
reproduksi yang menyangkut dengan sebab dan akibatnya. Dengan pertimbagan tersebut,
remaja tidak hanya merasa wajib akan tetapi juga meningkat pada kesadaran akan kebutuhan
untuk berprilaku sehat secara reproduksi.
Suasana pendidikan informal yang dilakukan dengan metode simulasi permainan juga
menyebabkan responden dapat mengikuti pendidikan dengan nyaman sehingga lebih mudah
dalam menerima materi.Selain itu, dalam metode simulasi permainan peserta saling
berinteraksi dan bertukar informasi serta dibantu dengan media beripa kartu-kartu organ
reproduksi, sosiodrama, role play, susun gambar, kartu pendapat dan ular tangga sehingga
peserta tidak mudah jenuh.Faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi adalah faktor kecerdasan. Meskipun tingkat kecerdasan
tidak diteliti pengaruhnya dalam penelitian ini, namun tingkat kecerdasan peserta mempunyai
pengaruh dan sumbangan yang cukup besar dalam meningkatkan prestasi seseorang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode simulasi
permainan terhadap peningkatan skor pengetahuan (p = 0,000) dan sikap (p = 0,000)
responden tentang kesehatan reproduksi. Ada pengaruh metode brainstorming terhadap
peningkatan skor pengetahuan (p = 0,000) dan sikap (p = 0,000) responden tentang kesehatan
reproduksi. Metode simulasi permainan lebih efektif dibanding metode brainstorming dalam
meningkatkan skor sikap sedangkan metode brainstorming lebih efektif dibanding metode
simulasi permainan dalam meningkatkan skor pengetahuan.Pendidikan kesehatan tentang
kesehatan reproduksi remaja menggunakan metode simulasi permainan dan brainstorming
dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja sebagai pencegahan primer pada siswa
dan siswi di Kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Nasional.(2010). Buku I RPJMN 2010-2014 : Prioritas Nasional. Jakarta: BAPPENAS. Diakes pada tanggal 7 Maret 2013 di situs http://www.bappenas.go.id/node/0/2518/buku-rpjmn-2010-2014/
Depkes RI. (2010). Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. (1994). Penyuluhan Kesehatan.Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Facturahman dkk.(2006). Peran Guru Pembimbing dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika pada siswa SMA Negeri dan Swasta Kota Palangkaraya.Jurnal Warta (9) : 21-27.
Firman, S.H. (2005). Pengaruh Guru Pembimbing dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Pada Siswa SMA Negeri dan Swasta Kota Palngkaraya. Jurnal WARTA (9): 21-27.
Handayani, Sri. (2009). Efektivitas Metode Dengan dan Tanpa Fasilitator Curah Pendapat (Brainstorming) pada Peningkatan Pengetahuan dan Sikap dan Motivasi Remaja tentang Perilaku Seks Pranikah.Yogyakarta : Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25 No.3 September 2009.
Hutauruk, M. R. (2009). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Orang tua tentang Kelainan Refraksi pada Anak.Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan : Dengan Pendekatan Teori dan Perilaku, Media, dan Aplikasinya untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan Jilid I. Jakarta : Rajawali Press.
Machfoeddz, Ircham dkk.(2009). Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan.Yogyakarta : Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta : Rineka Cipta.Pradana, Aprillia Dian. (2008). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap
Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Wanita.Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Rogers, Everett M. (1992).Models of Knowledge Transfer : Critical Perpectives. Knowledge and Innovation Management.Module Reader.Hohenheim University.
SKRRI.(2007). Survei Kesehatan Reproduksi Remaja.Jakarta : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKN).
UNFPA.(2011). Reproductive Health Youth People.Amerika : United Nations Population Fund. Diakses pada tanggal 2 Maret 2013 pada situs http://www.unfpa.org/public/
WHO, (2011).A World Strategy For Reproductive and Sexual Health. Geneva : Health Messenger Magazine For Indonesian Health Wokers by AIDE Medical International.
WHO, (2012).Maternal and Reproductive Health.Geneva : Publication from World Health Organization. Diakses pada tanggal 2 Maret 2013 pada situs http://www.who.int/gho/maternal_health/en/index.html.
Tabel 1. Karakteristik responden pada ketiga kelompok penelitian
Karakteristik RespondenSimulasi Permainan
(n=38)Brainstorming
(n=38)Kontrol(n=38)
n % n % n %Umur
14 tahun15 tahun16 tahun17 tahun
12791
2,671,123,72,6
22790
5,371,123,70,0
011225
0,028,957,913,2
Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan
533
13,286,8
1820
47,452,6
335
7,992,1
Status KeanggotaanKetuaSekretarisBendaharaKoordinator DivisiAnggota
111728
2,62,62,618,473,7
111629
2,62,62,615,876,3
111530
2,62,62,613,278,9
Pendidikan Orang TuaTidak SekolahSDSMAS1S2S3
01122041
0,02,631,652,610,52,6
00324101
0,00,07,963,226,32,6
10322102
2,60,07,957,926,35,3
Pekerjaan Orang TuaPNSABRIPegawai SwastaPetaniBuruh
2111501
55,32,639,50,02,6
2701100
71,10,028,90,00,0
2431010
63,27,926,32,60,0
Sumber Informasi Pertama tentang Kesehatan Reproduksi
Media CetakMedia ElektronikTeman SebayaTenaga MedisGuruOrang tua
313521319
7,934,213,25,334,250,0
14152081816
36,839,552,621,147,442,1
1318143923
34,247,436,87,923,760,5
Tabel 2. Uji t-berpasangan skor pengetahuan dan sikap pengurus PIK-R SMA
tentangkesehatan reproduksipada dua kelompok perlakuan
Nilai StatistikSkor Pengetahuan Skor Sikap
Pre Test Post Test Pre Test Post TestSimulasi Permainan
MeanSDSEp value
17,584,1570,674
26,472,4360,395
50,847,8032,50
58,921,95018,94
0,000 0,000Brainstorming
MeanSDSE
19,682,6820,435
27,031,5510,252
41,139,8310,00
59,261,10719,50
p value 0,000 0,000
Tabel 3. Uji Mann-Whitney skor pengetahuan dan sikap pengurus PIK-R SMA
tentang kesehatan reproduksi pada kelompok simulasi permainan
Nilai StatistikPre Test Post Test
Simulasi Permainan
KontrolSimulasi
PermainanKontrol
PengetahuannMean Rank
3831.30
3845.70
3856.26
3850.74
p value 0,004 0,000Sikap
nMean Rank
3823,33
3853,67
3857,67
3853,67
p value 0,000 0,000
Tabel 4. Uji Mann-Whitney untuk pengetahuan dan sikap pengurus PIK-R SMA
tentang kesehatan reproduksi untuk kelompok brainstorming
Nilai StatistikPre Test Post Test
Simulasi Permainan
KontrolSimulasi
PermainanKontrol
PengetahuannMean Rank
3831.30
3845.70
3856.26
3850.74
p value 0,004 0,000Sikap
nMean Rank
3823,33
3853,67
3857,67
3853,67
p value 0,000 0,000
Tabel 5. Uji One-Way ANOVA skor pengetahuan dan sikap pengurus PIK-R SMA
tentang kesehatan reproduksi pada ketiga kelompok penelitian
Nilai StatistikKelompok Intervensi
Simulasi Permainan
Brainstorming Kontrolp value
PengetahuannMeanSDSE
3826,472,4360,395
3827,031,5510,252
3821,632,1860,299
0,000
SikapnMeanSDSE
3858,921,9500,316
3859,261,1070,180
3853,344,1220,669
0,000