Upload
munauwaroh0990
View
21
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Penanganan Siswa Yang Malas Mengerjakan PR
Oleh: Munauwaroh, S.Psi.
Alumni Fakultas Psikologi UIN Malang
Sedang menempuh Pascasarjana Bimbingan Konseling Universitas negeri malang
PR alias Pekerjaan Rumah merupakan tugas yang diberikan oleh guru untuk murid
sebagai penunjang pemahaman siswa dalam belajar. PR bermanfaat untuk membiasakan anak
mengulang pelajaran yang diterimanya disekolah. Bagi anak-anak yang mendapatkan bimbingan
belajar di luar sekolah baik oleh orang tua maupun les privat maka anak tetap belajar walau tidak
ada PR. Namun tidak semua anak mendapatkan perhatian yang sama, sehingga adanya PR
membantu anak dalam pemahaman pelajaran di luar sekolah sembari mengisi waktu senggang di
rumah.
Masalah yang sering dihadapi adalah dimana anak cenderung malas mengerjakan PR baik
yang yang tidak mendapat pengawasan maupun yang mendapat pengawasan dari lingkungan.
Seorang anak akan rajin mengerjakan PR jika adanya motivasi dari dalam diri yang kuat maupun
motivasi dari luar. Disini akan dijelaskan beberapa hal mengenai penanganan siswa yang malas
mengeejakan PR dan penanganan yang dianjurkan.
Pertama. Penguasaan pelajaran. Siswa yang menguasai pelajaran tentu memudahkan
dirinya dalam mengerjakan PR. Apalagi jika mendapat arahan dan bimbingan. Juga pada anak
yang kurang paham namun mendapat arahan maka mengerjakan PR menjadi hal yang tidak
begitu sulit baginya. Berbeda halnya dengan anak yang belum menguasai pelajaran ditambah tak
ada bimbingan, merasa kesulitan menjadi suatu faktor anak malas mengerjakan PR.
Kedua. Evaluasi Pola mengajar Guru. Guru perlu mengevaluasi pola mengajarnya.
Apakah mampu membuat anak tertarik pada pelajaran atau justru membosankan. Alasan
pelajarannya yang memang susah tidak bisa dibenarkan. Banyak kasus dimana pelajaran yang
mudah menjadi tidak menyenangkan bagi siswa dikarenakan anak kurang suka kepada gurunya.
Namun tidak jarang pula dimana pelajaran yang sulit menjadi menarik karena guru mampu
menghidupkan suasana kelas dan minat siswa. Jangan lupa bahwa kesabaran dan keuletan dalam
mengajar juga diperlukan dalam pembelajaran.
Ketiga. PR sesuai kemampuan anak bukan kemampuan guru. Beri PR secukupnya,
jangan terlampau banyak dan sulit. Jangan samakan kemampuan murid dengan guru yang sudah
mempelajari pelajaran itu dari zaman dahulu hingga sekarang ini. Sudah tentu guru dengan
mudahnya mengerjakan. Sementara anak perlu memeras otak. PR yang terlalu banyak justru
membuat anak lelah dan aktivitas mengerjakan tugas sekedar kewajiban bukan hal yang
menyenangkan.
Keempat. Hindari pemberian PR setiap hari. Usahakan adakan jadwal antar guru agar
ada selang-seling tugas yang tidak bersamaan di satu hari. Misalkan saja tidak ada jadwa bias
saja PR menumpuk 5 mata pelajaran dalam sehari. Pasti sangat melelahkan bagi anak untuk
mengerjakan sekaligus. Sekiranya ada jadwal diharapkan bisa meringankan beban tugas anak
missal, senin matematika, selasa bahasa Indonesia dst.
Kelima. Beri PR yang menarik. Cobalah sesekali beri PR yang ringan seperti pilihan
ganda. Maupun PR mengisi teka-teki ilmiah.
Keenam. PR bersama. Bisa diartikan sebagai belajar kelompok. mengerjakan PR
bersama teman akan lebih menyenangkan daripada sendiri. Antara satu anak dengan yang lain
cenderung saling mengajak dan memotivasi untuk mengerjakan tugas.
Ketujuh. Nilai. Salah satu faktor dimana anak malas mengerjakan PR adalah tidak diberi
nilai. Nilai bagi siswa adalah sebuah hadiah yang dinantikannya setelah berusaha sekuat pikiran
dalam mengerjakan. Saat guru tidak memberi nilai maka yang terjadi anak berfikir bahwa
mengerjakan PR adalah hal yang sia-sia karena toh tidak dinilai. Anak yang kecewa tetu saja
lama-lama menjadi bosan dan malas.
Kedelapan. Komunikasikan dengan wali murid. Wali murid disini adalah orang tua
atau pengasuh anak dimana anak di rumah dalam pengawasannya. Perlu adanya perbincangan
mengenai bagaimana perkembangan siswa dan peningkatan mutu belajarnya perlu dukungan
orang tua.
Terakhir. Buku penghubung. Adakan buku penghubung dengan wali murid agar
memudahkan dalam pelaporan atau pengaduan sampai mana pemahaman anak dan seperti apa
kebutuhan anak. Bisa saja anak yang kurang terbuka di sekolah menjadi lebih terbuka di rumah.
Sehingga laporan yang masuk ke guru bisa menjadi pertimbangan dalam pembelajaran untuk
menudahkan guru dalam memberi pemahaman dan penguasaan mata pelajaran.