12
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 12 Pages pp. 73- 84 73 - Volume 3, No. 2, Mei 2014 KAJIAN SISTEM MANAJEMEN OPERASIONAL MUSEUM TSUNAMI ACEH Mazieya Navira 1 , T. Budi Aulia 2 , Moch. Afifuddin 3 1) Magister Teknik Sipil ProgramPascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email : [email protected] Abstract: Aceh Tsunami Museum as a public facility, which is a specialized museum, has its existing tendency to strengthen the functions as centre of education and research about disaster, as well as evacuation centre, besides its function as preservation, research, and communication. In order to ensure that the museum functions optimally, it is necessary to have the supports of the Human Resources, collection materials, financing, and strong operational management. The museum was established in 2007 as a symbolic monument in memoriam of the earthquake and Indian Ocean tsunami that was occurred on December 26, 2004 with the funding from the donor countries under the coordination of Rehabilitation and Reconstruction Agency (BRR) NAD-Nias. Since the museum was officially inaugurated and opened for the public on May 8, 2011, the museum has been managed by the Government of Aceh under the Department of Culture and Tourism Aceh in coordination with the Ministry of Energy and Mineral Resources through Bandung Geological Agency in the form of a Task Force. Looking at the high enthusiasm of the visitors, it is necessary to immediately establish an official agency that will be responsible for the smooth operation of the museum. This condition is the background why it is considered necessary to study the operational management system of Aceh Tsunami Museum. The analytical method used is descriptive method, SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), and AHP (Analytical Hierarchy Process). SWOT analysis generates three (3) alternatives of strategy: 1) Creating a strategic planning as an operational foundation of the museum, 2) prioritizing the institutional development of Aceh Tsunami Museum and allocating human resources related to museum and disaster aspects, 3) developing partnership programs with related organizations to overcome the gaps of human resources in the field of museum and disaster. AHP analysis results the largest value of global priorities that suggests alternative 2 (two) as an option to take, thus it becomes a recommended priority in the operational management system of Aceh Tsunami Museum. Keywords : Operational Management of Museum, visitor satisfaction, Aceh Tsunami Museum Abstrak: Museum Tsunami Aceh sebagai fasilitas publik yang merupakan museum khusus, keberadaannya lebih menitikberatkan pada fungsinya sebagai pusat pendidikan dan penelitian tentang kebencanaan, serta pusat evakuasi, disamping fungsi utamanya sebagai preservasi, riset, dan komunikasi. Untuk mendukung berjalannya fungsi museum secara optimal, maka dibutuhkan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM), materi koleksi, pembiayaan, maupun lembaga operasional yang kuat. Museum ini dibangun tahun 2007 sebagai monumen simbolis untuk mengenang bencana gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia yang terjadi 26 Desember 2004, dengan sumber dana dari bantuan negara-negara donor dibawah koordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias. Sejak museum resmi dibuka untuk umum 08 Mei 2011, museum dikelola oleh Pemerintah Aceh dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang berkoordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi Bandung dalam bentuk Satuan Tugas. Melihat tingginya antusias pengunjung, maka dirasa perlu segera dibentuknya lembaga resmi yang akan bertanggungjawab terhadap kelancaran operasional museum. Kondisi ini menjadi dasar diperlukan kajian sistem manajemen operasional Museum Tsunami Aceh. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities and Threats), dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil analisis SWOT diperoleh 3 (tiga) alternatif strategi yaitu 1) Membuat strategic planning sebagai pondasi operasional pengembangan museum, 2) Memprioritaskan pembentukan kelembagaan Museum Tsunami Aceh yang definitif dengan penempatan SDM terkait dengan permuseuman dan kebencanaan, 3) Membuat program-program kerjasama antar lembaga terkait guna mengatasi permasalahan SDM bidang permuseuman dan kebencanaan. Dari hasil analisis AHP diperoleh nilai prioritas

8.73.84.Mazieya.Navira

Embed Size (px)

DESCRIPTION

feh

Citation preview

Page 1: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 12 Pages pp. 73- 84

73 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

KAJIAN SISTEM MANAJEMEN OPERASIONAL

MUSEUM TSUNAMI ACEH

Mazieya Navira1, T. Budi Aulia

2, Moch. Afifuddin

3

1) Magister Teknik Sipil ProgramPascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Email : [email protected]

Abstract: Aceh Tsunami Museum as a public facility, which is a specialized museum, has its existing tendency to strengthen the functions as centre of education and research about disaster, as well as evacuation centre, besides its function as preservation, research, and communication. In order to ensure that the museum functions optimally, it is necessary to have the supports of the Human Resources, collection materials, financing, and strong operational management. The museum was established in 2007 as a symbolic monument in memoriam of the earthquake and Indian Ocean tsunami that was occurred on December 26, 2004 with the funding from the donor countries under the coordination of Rehabilitation and Reconstruction Agency (BRR) NAD-Nias. Since the museum was officially inaugurated and opened for the public on May 8, 2011, the museum has been managed by the Government of Aceh under the Department of Culture and Tourism Aceh in coordination with the Ministry of Energy and Mineral Resources through Bandung Geological Agency in the form of a Task Force. Looking at the high enthusiasm of the visitors, it is necessary to immediately establish an official agency that will be responsible for the smooth operation of the museum. This condition is the background why it is considered necessary to study the operational management system of Aceh Tsunami Museum. The analytical method used is descriptive method, SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), and AHP (Analytical Hierarchy Process). SWOT analysis generates three (3) alternatives of strategy: 1) Creating a strategic planning as an operational foundation of the museum, 2) prioritizing the institutional development of Aceh Tsunami Museum and allocating human resources related to museum and disaster aspects, 3) developing partnership programs with related organizations to overcome the gaps of human resources in the field of museum and disaster. AHP analysis results the largest value of global priorities that suggests alternative 2 (two) as an option to take, thus it becomes a recommended priority in the operational management system of Aceh Tsunami Museum.

Keywords : Operational Management of Museum, visitor satisfaction, Aceh Tsunami Museum

Abstrak: Museum Tsunami Aceh sebagai fasilitas publik yang merupakan museum khusus, keberadaannya lebih menitikberatkan pada fungsinya sebagai pusat pendidikan dan penelitian tentang kebencanaan, serta pusat evakuasi, disamping fungsi utamanya sebagai preservasi, riset, dan komunikasi. Untuk mendukung berjalannya fungsi museum secara optimal, maka dibutuhkan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM), materi koleksi, pembiayaan, maupun lembaga operasional yang kuat. Museum ini dibangun tahun 2007 sebagai monumen simbolis untuk mengenang bencana gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia yang terjadi 26 Desember 2004, dengan sumber dana dari bantuan negara-negara donor dibawah koordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias. Sejak museum resmi dibuka untuk umum 08 Mei 2011, museum dikelola oleh Pemerintah Aceh dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang berkoordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi Bandung dalam bentuk Satuan Tugas. Melihat tingginya antusias pengunjung, maka dirasa perlu segera dibentuknya lembaga resmi yang akan bertanggungjawab terhadap kelancaran operasional museum. Kondisi ini menjadi dasar diperlukan kajian sistem manajemen operasional Museum Tsunami Aceh. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities and Threats), dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil analisis SWOT diperoleh 3 (tiga) alternatif strategi yaitu 1) Membuat strategic planning sebagai pondasi operasional pengembangan museum, 2) Memprioritaskan pembentukan kelembagaan Museum Tsunami Aceh yang definitif dengan penempatan SDM terkait dengan permuseuman dan kebencanaan, 3) Membuat program-program kerjasama antar lembaga terkait guna mengatasi permasalahan SDM bidang permuseuman dan kebencanaan. Dari hasil analisis AHP diperoleh nilai prioritas

Page 2: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 74

global terbesar yaitu alternatif 2 (dua), sehingga menjadi prioritas yang direkomendasikan dalam sistem manajemen operasional Museum Tsunami Aceh. Kata kunci: Manajemen Operasional Museum, Kepuasan Pengunjung, Museum Tsunami Aceh.

PENDAHULUAN

Museum Tsunami Aceh dibangun sebagai

monumen simbolis untuk mengenang bencana

gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia yang

terjadi 26 Desember 2004, dan hadir sebagai pusat

pendidikan, pembelajaran dan penelitian tentang

kebencanaan. Bangunan tersebut juga dimaksudkan

untuk mengenang para korban dan sekaligus

menjadi pusat evakuasi (Escape Building) serta

tempat perlindungan darurat bagi masyarakat jika

gempa bumi dan tsunami terjadi lagi.

Museum Tsunami Aceh dibangun pada

tahun 2007 melalui sumber dana bantuan yang

diberikan oleh negara-negara donor di bawah

koordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

(BRR) NAD-Nias dan selesai dibangun pada tahun

2008. Setelah diresmikan oleh Presiden Republik

Indonesia pada 23 Februari 2008, museum resmi

dibuka untuk umum tanggal 08 Mei 2011. Saat ini

Museum Tsunami Aceh dikelola oleh Pemerintah

Aceh di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Aceh dan berkoordinasi dengan Kementerian

Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui

Badan Geologi Bandung dalam bentuk Satuan

Tugas (Satgas). Hal ini sesuai dengan Keputusan

Gubernur Aceh No. 432.1/638/2011 tentang

Pembentukan Satuan Tugas Pengelolaan Museum

Tsunami Aceh.

Museum Tsunami Aceh jika dilihat dari

materi yang disajikan tergolong dalam museum

khusus, artinya hanya memajang koleksi-koleksi

yang berkaitan dengan tsunami, budaya, dan ilmu

pengetahuan, yang ditampilkan melalui berbagai

media, seperti gambar, maket statis, maket

elektronik, tayangan virtual 3D dan 4D, replika

bangunan atau barang bersejarah tsunami.

Melihat tingginya antusias pengunjung pada

Museum Tsunami Aceh, dirasa perlu segera

dibentuknya suatu lembaga resmi yang akan

bertanggungjawab terhadap kelancaran operasional

museum sekaligus mampu memberikan pelayanan

yang profesional dan berkualitas kepada

pengunjung. Kondisi ini menjadi dasar perlu adanya

kajian tentang sistem manajemen operasional

Museum Tsunami Aceh, baik dari segi kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM), materi, informasi,

maupun tingkat pelayanan.

Berdasarkan latarbelakang tersebut maka

dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang

diteliti, yaitu:

1. Kondisi eksisting sistem manajemen

operasional dan kualitas SDM pada

Museum Tsunami Aceh;

2. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap

kualitas SDM, materi, informasi, dan

pelayanan pada Museum Tsunami Aceh.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji pelaksanaan sistem manajemen

operasional dan kualitas SDM pada

Museum Tsunami Aceh;

2. Mengukur tingkat kepuasan pengunjung

terhadap ualitas SDM, materi, informasi,

Page 3: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

75 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

dan pelayanan pada Museum Tsunami

Aceh.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menjadi acuan bagi Pemerintah Aceh sebagai

pemilik aset; dan menjadi rujukan bagi peneliti lain

yang ingin memberikan distribusi bagi

pengembangan Museum Tsunami Aceh, baik dari

kajian manajemen SDM, materi, maupun standar

kualitas pelayanan. Penelitian ini hanya meneliti

sistem manajemen operasional terkait dengan

kualitas SDM, materi, informasi dan pelayanan

pada pengunjung Museum Tsunami Aceh.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Manajemen diartikan sebagai suatu

rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh

sekelompok orang untuk melakukan serangkaian

kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Pengertian

manajemen menurut Terry (1980) adalah sebuah

proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-

tindakan: perencanaan, pengorganisasian,

penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang

telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya.

Menurut Marbun (2012), operasional adalah:

1. Kualitas pelayanan, merupakan suatu bentuk

penilaian konsumen terhadap tingkat layanan

yang diterima (perceived service) dengan

tingkat layanan yang diharapkan (expected

service);

2. Aspirasi, merupakan harapan terhadap

kualitas pelayanan yang didefinisikan

sebagai keyakinan pelanggan sebelum

mencoba atau membeli suatu produk/jasa,

yang dijadikan acuan atau standar dalam

menilai produk/jasa tersebut (Tjiptono,

2000);

3. Persepsi, merupakan suatu fungsi biologis

(melalui organ-organ sensoris) yang

memungkinkan individu menerima dan

mengolah informasi dari lingkungan dan

mengadakan perubahan-perubahan di

lingkungannya.

Kualitas pelayanan (service quality)

merupakan konsepsi yang abstrak dan sukar

dipahami, karena kualitas pelayanan memiliki

karakteristik tidak berwujud (intangiability),

bervariasi (variability), tidak tahan lama

(perishability), serta produksi dan konsumsi jasa

terjadi secara bersamaan (inseparitibility)

(Parasuraman dalam Tjiptono, 2004). Walau

demikian, bukan berarti kualitas pelayanan tidak

dapat diukur. Menurut Parasuraman dalam Tjiptono

(2004), dimensi service quality (kualitas pelayanan)

dapat dimodifikasi menjadi lima dimensi pokok,

yaitu:

1. Tangibles (bukti langsung/berwujud) yaitu

penampilan fasilitas fisik dari jasa, berupa

peralatan/perlengkapan, personel/pegawai,

sarana komunikasi, kenyamanan ruangan

(sarana dan prasarana yang digunakan);

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan

memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan segera, akurat dan memuaskan;

3. Responsiveness (daya tanggap) yaitu cepat

tanggap dalam membuat dan melayani

keinginan atau kebutuhan pengguna;

4. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan,

kemampuan, kesopanan dan sifat dapat

Page 4: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 76

dipercaya yang dimiliki oleh pegawai serta

rasa percaya diri dan bebas dari resiko dan

keragu-raguan;

5. Emphaty (empati) yaitu kemudahan dalam

melakukan hubungan, komunikasi yang baik

dan memahami kebutuhan konsumen.

Definisi Museum menurut ICOM

(International Council of Museums): ‘Museum

diartikan sebagai sebuah lembaga permanen yang

tidak untuk mencari keuntungan (non-for-profit),

diabdikan untuk kepentingan dan pembangunan

masyarakat, serta terbuka untuk umum dengan

melakukan usaha mengoleksi, mengkonservasi,

melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan,

memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan

lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan

dan kesenangan’.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun

1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda

Cagar Budaya (BCB) di Museum: ‘Museum adalah

lembaga, tempat penyimpanan, perawatan,

pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti

materiil hasil budaya manusia serta alam dan

lingkungannya guna menunjang upaya

perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya

bangsa (Budiharja, 2011)’.

Menurut ICOM, museum dapat

diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu :

1. Art Museum (Museum Seni)

2. Archeologi and History Museum (Museum

Sejarah dan Arkeologi)

3. Ethnographical Museum (Museum

Nasional)

4. Natural History Museum (Museum Ilmu

Alam)

5. Science and Technology Museum (Museum

IPTEK)

6. Specialized Museum (Museum Khusus)

Berdasarkan macam koleksi yang disimpan,

museum dapat dibedakan menjadi:

1. Museum umum, yaitu museum yang terdiri

dari kumpulan bukti materil manusia dan

lingkungannya yang berkaitan dengan

berbagai disiplin ilmu, teknologi dan seni;

2. Museum khusus, adalah museum yang

mengoleksi kumpulan bukti materil dan

lingkungannya yang berkaitan dengan satu

cabang disiplin ilmu, teknologi dan seni;

3. Museum Pendidikan, hampir sama dengan

museum khusus, hanya perannya pada tiap

lapisan pendidikan.

Unsur-unsur museum menurut Buku

Pedoman Museum Indonesia (2010), terdiri dari:

1. Bangunan/Lokasi; ialah bangunan yang

dapat berfungsi untuk menyimpan, merawat,

mengamankan, dan memanfaatkan koleksi.

2. Koleksi; adalah benda-benda bukti material

manusia dan lingkungannya yang berkaitan

dengan satu atau berbagai cabang ilmu

pengetahuan yang dilestarikan di museum

untuk dimanfaatkan bagi umum.

3. Pengelola; adalah petugas yang berada dan

melaksanakan tugas museum dan dipimpin

oleh seorang kepala museum yang

membawahi dua bagian yaitu bagian

administrasi dan bagian teknis.

4. Pengunjung; berdasarkan intensitas

Page 5: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

77 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu (1) Kelompok orang yang

secara rutin berhubungan dengan museum,

seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan,

mahasiswa, dan pelajar, (2) Kelompok orang

yang baru mengunjungi museum.

METODE PENELITIAN

Diagram alir diperlukan untuk

menggambarkan secara sistematis tahapan-tahapan

penelitian yang dilakukan. Kerangka berpikir

dipaparkan melalui diagram alir berikut ini.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Teknik pengumpulan data ditujukan untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai bahan

masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya.

Hasil observasi dan wawancara dikumpulkan

sebagai data untuk kemudian diolah menjadi faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor

KESIMPULAN DAN SARAN

RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA

1. Analisis Deskriptif

2. Analisis SWOT

3. Analisis AHP

IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

MULAI

METODE PENELITIAN

DATA SEKUNDER

1. Deskripsi

pengelolaan

Museum Tsunami

Aceh (Profil,

Struk-tur

organisasi, Sarana

dan Prasaran, dll);

2. Data dari instansi

terkait

3. Literatur-literatur.

TUJUAN

1. Mengkaji tingkat pe-aksanaan sistem

manaje-men operasional yang telah

dilakukan;

2. Mengukur tingkat kepuasan

pengunjung terhadap kualitas pela-

yanan (materi dan pemanduan) pada

Museum Tsunami Aceh.

DATA PRIMER

1. Observasi

2. Wawancara

3. Kuesioner

4. Wawancaraioner

Uji

Validitas dan

Reliabilitas

Page 6: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 78

eksternal (peluang dan ancaman) dalam sistem

manajemen operasional Museum Tsunami Aceh.

Hasil kuesioner dibobotkan dan diolah untuk

mengetahui tingkat kepuasan pengunjung terhadap

kualitas SDM, materi, informasi, dan pelayanan,

sehingga dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh

responden didapat masukan-masukan untuk

pelaksanaan sistem manajemen operasional

Museum Tsunami Aceh ke arah yang lebih baik.

Teknik purposive sampling dijadikan dasar

dalam penentuan informan atau expert. Untuk

mengetahui pendapat pengunjung tentang kondisi

Museum Tsunami Aceh, dilakukan teknik sampling

Accidental Sampling (Convenience Sampling).

Pendapat pengunjung ini diperlukan dalam

penyusunan program strategi pengelolaan Museum

Tsunami Aceh ke depan.

Dari rata-rata jumlah pengunjung tahunan

pada Museum Tsunami Aceh maka ditentukan

jumlah responden dalam penelitian ini dengan batas

toleransi kesalahan 10% adalah:

n =257.021

1 + 257.021 0,1 2

= 99,96 ≈ 100 responden

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif dengan pendekatan penelitian

kombinasi (mixed methods), dimana data kualitatif

didukung dengan pengolahan data kuantitatif, dan

metode pengukuran menggunakan skala Likert.

Untuk mempercepat proses analisis pengolahan

data serta menguji vaaliditas dan reliabilitas,

digunakan program software SPSS (Statistical

Product and Service Solution) versi 16.0.

Penelitian dilakukan dalam empat tahapan

utama, yaitu:

1. Pengumpulan data primer dan sekunder serta

penyusunan daftar kuesioner;

2. Pengolahan data primer dan sekunder untuk

menentukan bobot;

3. Pengolahan data menggunakan metode

deskriptif;

4. Penyusunan strategi dengan analisis SWOT

dan analisis AHP.

Tahap pertama dalam analisis SWOT adalah

melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor

internal dan eksternal di lingkungan manajemen

operasional Museum Tsunami Aceh yang dianggap

berperan dalam merencanakan dan melaksanakan

sistem pengelolaan museum. Kemudian dilakukan

pendekatan analisis SWOT dengan interaksi

matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis

Summary) dan matriks EFAS (Eksternal Strategic

Factors Analysis Summary), untuk memperoleh

beberapa alternatif strategi yang paling

sesuai/dominan menurut skala prioritasnya.

Langkah kedua adalah memilih alternatif

strategi kebijakan mana yang harus diprioritaskan

dengan menggunakan pendekatan AHP. Hasil

analisis AHP inilah yang menjadi rekomendasi

alternatif strategi kebijakan dalam pengambilan

keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Variable diperlukan untuk menentukan apa

saja yang diteliti dalam mengukur tingkat kepuasan

pengunjung pada Museum Tsunami Aceh.

Penentuan variabel dilakukan dengan mengamati

kondisi sebenarnya di lapangan, yang kemudian

digunakan sebagai dasar dalam pembuatan

kuesioner. Faktor-faktor yang dianggap

mempengaruhi kualitas SDM, materi, informasi,

Page 7: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

79 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

dan pelayanan digunakan untuk menentukan

variabel-variabel penelitian.

HASIL PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian

Museum Tsunami Aceh berlokasi di Jl.

Iskandar Muda, Kecamatan Meuraksa, Kota Banda

Aceh, Provinsi Aceh, dengan posisi geografis

berada antara 05o30 ̀ - 05

o35 ̀ LU dan 95

o30 ̀ -

99o16 ̀ BT. Museum Tsunami mempunyai lahan

seluas 10.000 m² dengan luas bangunan mencapai

6.000 m² yang terbagi menjadi 3 lantai utama dan 1

lantai dasar.

Cara Pengelolaan Museum

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan

cara pengelolaan museum adalah langkah-langkah

yang dilaksanakan oleh pihak Satuan Tugas

(Taskforce) sebagai perpanjangan tangan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Dalam

operasionalnya satuan tugas ini menjalankan fungsi

Museum Tsunami Aceh sebagai pusat pendidikan,

pembelajaran dan penelitian tentang kebencanaan.

Dalam hal operasional pengelolaan museum

kewenangan ini sepenuhnya diserahkan kepada

Pemda Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata sesuai dengan Keputusan Gubernur

Aceh No. 432.1/639/2013 tentang Pembentukan

Satuan Tugas Pengelolaan Museum Tsunami Aceh.

Menindaklanjuti Keputusan Gubernur

tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh

kemudian membentuk satu tim sebagai pengelola

operasional museum sesuai dengan Surat

Keputusan terakhir Nomor TU.032/438/2013

tanggal 01 April 2013 tentang Penempatan dan

Pembagian Tugas pada Museum Tsunami Aceh

Tahun Anggaran 2013.

Rumusan Strategi Manajemen Operasional

Museum Tsunami Aceh Berdasarkan faktor-faktor lingkungan

internal dan eksternal Museum Tsunami Aceh,

maka dilakukan analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunities, Threats). Matriks SWOT

menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif

strategis pengelolaan sesuai dengan potensi serta

kondisi lingkungan internal dan eksternal yang

dimiliki Museum Tsunami Aceh.Dari setiap strategi

dijabarkan atau diturunkan berbagai macam

program pengelolaan yang mendukung pengelolaan

museum. Adapun matriks analisis SWOT

pengelolaan Museum Tsunami Aceh tampak pada

Tabel 1 berikut.

Tabel 1. SWOT Manajemen Strategi

FAKTOR EKSTERNAL

1. Strength-S 2. Weakness-W

1. Museum Tsunami

Aceh menyimpan dan

memamerkan benda-

benda bernilai sejarah

tinggi berupa artefak-

artefak peninggalan

tsunami;

2. Museum Tsunami

Aceh merupakan

museum kebencanaan

pertama dan satu-

satunya di Aceh

bahkan di Indonesia;

3. Sarana dan prasarana

Museum Tsunami

Aceh sangat lengkap.

1. Museum Tsunami Aceh

belum memiliki

badan/lembaga yang

permanen/definitif;

2. Sumber dana untuk

operasional belum jelas

dan belum teralokasikan

secara permanen;

3. Pihak pengelola Museum

Tsunami Aceh masih

kekurangan sumber daya

manusia yang memahami

persoalan permuseuman

dan kebencanaan.

FAKTOR EKSTERNAL

3. Opportunities-O 4. Threats-T

1. Besarnya dukungan

dari masyarakat dan

Pemerintah terhadap

pengembangan

museum ke depan;

2. Banyak pihak luar

1. Perjanjian kerjasama

(MoU) antara

Kementerian ESDM dan

Pemerintah Aceh akan

segera berakhir pada

2014;

Page 8: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 80

yang

menyelenggarakan

event dengan

mengambil lokasi di

Museum Tsunami

Aceh sehingga dapat

membantu pemasaran

museum;

3. Peluang kerjasama

museum dengan

lembaga lain sangat

terbuka terutama dari

lembaga penelitian

dan universitas.

2. Kemampuan keuangan

pemerintah tidak cukup

tinggi untuk memenuhi

ke-butuhan dana opera-

sional dan peme-liharaan

Museum Tsunami Aceh;

3. Masih minimnya

pemahaman masyarakat

terhadap arti penting sebuah museum.

Strategi S-O

1. Meningkatkan partisipasi mas-yarakat dalam

mendukung upaya pengembangan Museum Tsuna-

mi Aceh melalui pembinaan dan sosialisasi;

2. Memaksimalkan performa sarana dan prasarana yang

ada di Museum Tsunami Aceh untuk menarik minat

pengunjung sehingga akan menguntungkan dari

aspek promosi;

3. Memanfaatkan koleksi-koleksi museum sebagai

bahan penelitian dengan menjalin kerjasama dengan

lembaga lain yang berhubungan dengan kebencanaan

dan permuseuman.

Strategi S-T

1. Memanfaatkan kelembagaan terkait untuk

meningkatkan promosi dan kerjasama tentang

kebencanaan dengan nega-ra/kelembagaan

kebencanaan;

2. Pemerintah mengalokasikan dana operasional dan

pemeliharaan yang memadai untuk kelanjutan

pengembangan Museum Tsuna-mi Aceh ke depan.

3. Komitmen pemerintah untuk mengembangkan

museum deng-an menjamin ketersediaan dana

operasional dan pemeliharaan museum untuk jangka

panjang.

Strategi W-O

1. Membuat strategic planning untuk jangka pendek,

jangka menengah, dan jangka panjang sebagai

pondasi operasional pengembangan museum;

2. Memanfaatkan dukungan berbagai pihak dalam

mem-prioritaskan pembentukan kelembagaan

Museum Tsunami Aceh yang definitif dengan

penempatan SDM terkait dengan permuseuman dan

kebencanaan;

3. Membuat program-program kerjasama antar lembaga

terkait guna mengatasi permasalahan SDM bidang

permuseuman dan kebencanaan.

Strategi W-T

1. Segera membentuk tim kecil dari pemerintah daerah

untuk melakukan pengkajian tentang struktur

organisasi definitif;

2. Pemerintah daerah melakukan promosi untuk

memper-kenalkan Museum Tsunami Aceh ke

mancanegara maupun dalam negeri melalui berbagai

media;

3. Pemerintah daerah sesegera mungkin

menganggarkan dana operasional museum ke dalam

Rancangan Anggaran Penda-patan dan Belanja Aceh,

karena MoU antara Kementerian ESDM dan

Pemerintah Aceh akan berakhir.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Pemilihan Manajemen Strategi Prioritas

Hasil interaksi IFAS – EFAS yang

menghasilkan alternatif strategi yang mendapat

bobot paling tinggi adalah Weakness – Opportunity

(WO), yang dapat diterjemahkan sebagai strategi

menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan

peluang yang ada. Kondisi ini kurang

menguntungkan bagi manajemen Museum Tsunami

Aceh, karena dari sisi faktor internal, museum

memiliki kelemahan yang lebih besar dari pada

kekuatannya, sedangkan dari sisi faktor eksternal,

peluang yang ada jauh lebih besar dari pada

ancaman dalam rangka menjalankan operasional

museum. Berikut 3 (tiga) alternatif strategi

berdasarkan analisis SWOT yang dapat

dilaksanakan:

1. Membuat strategic planning untuk

jangka pendek, jangka menengah, dan

jangka panjang sebagai pondasi

operasional pengembangan museum;

2. Memanfaatkan dukungan berbagai pihak

dalam mem-prioritaskan pembentukan

kelembagaan Museum Tsunami Aceh

yang definitif dengan penempatan SDM

terkait dengan permuseuman dan

kebencanaan;

3. Membuat program-program kerjasama

antar lembaga terkait guna mengatasi

permasalahan SDM bidang permuseuman

dan kebencanaan.

Page 9: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

81 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

Analisis Prioritas dengan Metode AHP

Strategi yang paling prioritas untuk

dilaksanakan didasarkan pada nilai prioritas global

terbesar. Persoalan yang ada didekomposisikan

menjadi unsur-unsur, yaitu kriteria dan strategi.

Unsur-unsur tersebut kemudian disusun menjadi

suatu hirarki.

Gambar 2. Hirarki Model AHP

Berdasarkan jawaban responden, kemudian

dihitung nilai skala perbandingan antar kriteria dan

antar alternatif, selanjutnya dilakukan perhitungan

nilai vektor prioritas (Wi) untuk matrik kriteria

maupun matrik alternatif strategi berdasarkan setiap

kriteria, selanjutnya dilakukan perhitungan prioritas

global. Nilai vektor prioritas (Wi) pada matrik

kriteria dan matrik alternatif strategi berdasarkan

kriteria, dimasukkan menjadi bobot pada matrik

prioritas global seperti disajikan pada table berikut.

Tabel 2. Tabel Matriks Prioritas Global

Kriteria-bobot

Alternatif KR 1 KR 2 KR 3 Prioritas

Global 0.71 0.22 0.07

Strategic Planning

sebagai pondasi

pengembangan

museum

0.13 0.17 0.39 0.16

Prioritas

pembentukan

lembaga pengelolaan

definitif

0.74 0.74 0.55 0.73

Program kerjasama

antar lembaga terkait 0.13 0.09 0.06 0.12

Jumlah 1,00

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Hasil analisis matriks prioritas global pada

tabel diatas dapat dilihat bahwa strategi B

(Memanfaatkan dukungan berbagai pihak

dalam memprioritaskan pembentukan

kelembagaan Museum Tsunami Aceh yang

definitif) mendapat bobot tertinggi yaitu 0,73

(73%), diikuti oleh strategi Membuat strategic

planning untuk jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang sebagai pondasi

operasional pengembangan museum yang

memperoleh bobot 0,16 (16%), dan strategi

Membuat program-program kerjasama antar

lembaga terkait guna mengatasi permasalahan

SDM bidang permuseuman dan kebencanaan

memperoleh bobot terendah yaitu 0,12 (12%). Hal

ini menjelaskan bahwa secara umum, persepsi

expert lebih menilai bahwa pembentukan

lembaga manajemen operasional Museum

Tsunami Aceh mutlak diperlukan dan harus

dilaksanakan sesegera mungkin, karena Satuan

Manajemen Operasional Museum Tsunami Aceh yang Definitif

Strategic Planning

Sebagai pondasi

pengembangan museum

Prioritas Pembentukan

Lembaga Pengelolaan

definitif

Program kerjasama

antar Lembaga terkait

Metode Pemasaran SDM Pembiayaan

Goal

Level 1:

Kriteria

Level 2:

Strategi

Page 10: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 82

Tugas yang ada saat ini tidak dapat berbuat

banyak dalam usaha mengembangkan museum.

Jika ditinjau dari kriteria, kriteria 1 (SDM)

paling tinggi yaitu 0,71, kemudian disusul dengan

kriteria 2 (pembiayaan) sebesar 0,22, dan yang

terendah adalah kriteria 3 (metode pemasaran) yaitu

0,07. Hal ini menunjukkan SDM lebih

diprioritaskan untuk terlaksananya sistem

operasional Museum Tsunami dibandingkan

dengan Pembiayaan dan Metode Pemasaran.

Guna dapat melaksanakan hal-hal di atas,

maka diperlukan perubahan mendasar dalam

sruktur organisasi museum, begitu pula dengan

struktur organisasi yang akan diterapkan pada

Museum Tsunami Aceh. Berikut Penulis

menawarkan konsep struktur organisasi dalam

pengelolaan Museum Tsunami Aceh, yang dapat

dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 3. Rekomendasi Struktur Organisasi Museum Tsunami Aceh

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi

dan analisis, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Manajemen Pengelolaan Museum

Tsunami Aceh memiliki faktor

kelemahan sebagai penghambat

keberhasilan dalam pelaksanaannya

diantaranya adalah Museum Tsunami

Aceh belum memiliki badan/lembaga

yang permanen/definitif; Sumber dana

untuk operasional belum jelas dan belum

teralokasikan secara permanen; Pihak

pengelola Museum Tsunami Aceh masih

kekurangan sumber daya manusia yang

memahami persoalan permuseuman dan

kebencanaan.

2. Manajemen Museum Tsunami Aceh

memiliki faktor peluang sebagai kunci

keberhasilan diantaranya adalah

Besarnya dukungan dari masyarakat dan

Pemerintah terhadap pengembangan

museum ke depan; Banyak pihak luar

yang menyelenggarakan event dengan

mengambil lokasi di Museum Tsunami

Aceh sehingga dapat membantu

pemasaran museum; Peluang kerjasama

Page 11: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

83 - Volume 3, No. 2, Mei 2014

museum dengan lembaga lain sangat

terbuka terutama dari lembaga penelitian

dan universitas.

3. Strategi hasil analisis SWOT

menyimpulkan bahwa manajemen

pengelolaan Museum Tsunami Aceh

berada pada kuadran III, yaitu posisi

yang menandakan sistem manajemen

Museum Tsunami Aceh berada pada

posisi yang lemah namun sangat

berpeluang untuk dikembangkan.

Rekomendasi strategi yang diberikan

adalah Ubah Strategi, artinya manajemen

museum disarankan untuk mengubah

strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang

lama dikhawatirkan sulit untuk dapat

menangkap peluang yang ada sekaligus

memperbaiki kinerja manajemen

museum.

4. Hasil analisis SWOT yang kemudian

diprioritaskan menggunakan AHP

menyimpulkan bahwa Sumber Daya

Manusia (SDM) merupakan kriteria yang

paling utama untuk diprioritaskan demi

tercapainya tujuan prioritas pembentukan

manajemen operasional Museum

Tsunami Aceh, dan strategi yang paling

tinggi dinilai oleh ekspert untuk

mencapai tujuan penelitian adalah

Memanfaatkan dukungan berbagai pihak

dalam memprioritaskan pembentukan

kelembagaan Museum Tsunami Aceh

yang definitif dengan penempatan SDM

terkait dengan permuseuman dan

kebencanaan.

5. Hasil penyebaran kuesioner tentang

tingkat kepuasan pengunjung Museum

Tsunami Aceh terhadap kualitas SDM,

materi, informasi, dan pelayanan yang

ditinjau dari aspek Bukti Fisik,

Kehandalan, Tanggap, Jaminan, dan

Empati menyimpulkan bahwa 47,13 %

responden merasa puas dan hanya 3,04 %

responden merasa tidak puas dengan

pelayanan yang diberikan oleh petugas-

petugas pemandu museum, ini berarti

pelayanan yang diberikan oleh pemandu

sudah cukup baik walaupun manajemen

operasional museum saat ini masih

berupa Satgas.

Saran

Berdasarkan hasil yang didapat, maka

ada beberapa saran yang perlu diberikan untuk

mewujudkan manajemen pengelolaan Museum

Tsunami Aceh yang efisien dan efektif, yaitu:

1. Pemerintah Aceh sebaiknya segera

mengambil suatu kebijakan yang tegas

dalam mewujudkan pembentukan lembaga

pengelolaan Museum Tsunami Aceh yang

definitif dengan menempatkan SDM-SDM

yang handal, baik bidang manajemen

maupun bidang permuseuman khususnya

yang terkait dengan kebencanaan;

2. Pemerintah Aceh diharapkan dapat

berperan aktif dalam mewujudkan lembaga

manajemen operasional Museum Tsunami

Aceh yang definitif, sehingga museum

memiliki visi, misi, struktur organisasi,

sumber pendanaan, program-program

Page 12: 8.73.84.Mazieya.Navira

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 84

publik, serta konsep pemasaran yang jelas

dan terstruktur;

3. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap

pelayanan pemandu pada Museum

Tsunami Aceh yang relatif baik, harus

terus dipertahankan. Oleh karena itu, maka

kualitas pelayanan pemandu yang

diberikan terhadap pengunjung museum

harus terus ditingkatkan, agar statistik

kunjungan meningkat setiap tahunnya

sehingga diharapkan dapat menambah

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arijanto, A., Pusat Pengembangan Bahan Ajar:

Perilaku Organisasi, Jakarta: Universitas

Mercu Buana, 2012. Tersedia di

http://kk.mercubuana.ac.id/files/31010-1-

878847449299.doc (diakses pada 26 Juli

2013).

Budiharja, Keterampilan Tenaga Museum Tingkat

Dasar: Manajemen Museum, Bogor:

Direktorat Museum, Ditjen Sepur,

Kemenbudpar, 2011.

Direktorat Museum, Pedoman Museum Indonesia,

Jakarta: Direktorat Museum, Ditjen Sepur,

Kemenbudpar, 2010.

Marbun, D. S, Analisis Persepsi Dan Aspirasi

Nasabah Terhadap Kualitas Pelayanan

BritAma. Tersedia di

http://fe.um.ac.id/wp-

content/uploads/2012/06/JESP-Edisi-4-Vol-1-

Tahun-2012.pdf (diakses pada 28 Juli 2013).

Nazir, M., MetodePenelitian, Cetakan ke 13, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2009.

Rangkuti, F., Analisis SWOT Teknik Membedah

Kasus Bisnis, Cetakan ke 15, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2003

Riduwan, Metode & Teknik Menyusun Tesis,

Bandung: Alfabeta, 2010.

Santoso, S. dan Tjiptono, F., Riset Pemasaran:

Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2001.

Siagian, S.P., Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta:

Bumi Aksara, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

dan R&D, Cetakan ke 2, Bandung: Alfabeta,

2011.

Sugiana, D., Metode Penelitian Kuantitatif, Teori

dan Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008.

Suyatno, Rancang Bangun Sistem Pendukung

Keputusan Untuk Pemilihan Gagasan dengan

Metode Analytical Hierarchy Process

(AHP).Tersedia di

http://eprints.undip.ac.id/29577/1/suyatno.pdf

(diakses pada 26 Juli 2013).

Terry, G.R. ,Penelaahan Buku Principles of

Management, Bandung: Balai Lektur

Mahasiswa UNPAD, 1980.

Tjiptono, F., Manajemen Jasa, Yogyakarta: Andi,

2004.

Wiwin, I. W., “Strategi Pengelolaan Museum Gunungapi

Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten

Bangli” (Tesis), Denpasar: Program Magister

(S2) Kajian Pariwisata Universitas Udayana,

2012.