18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. 1 Anatomi dari abses leher dalam sangat komplek, sehingga sulit untuk menentukan lokasi infeksi. Untuk membuat diagnosis dari abses leher dalam cukup sulit karena abses ini ditutupi oleh beberapa jaringan lunak yang ada pada leher dan juga sulit untuk mempalpasi serta menginspeksi dari luar. 2 Dari penelitian didapatkan bahwa angka kejadian abses submandibula berada di bawah abses peritonsil dan retrofaring. Namun dewasa ini, angka kejadiannya menduduki urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. 70 – 85% dari kasus disebabkan oleh infeksi dari gigi, selebihnya karena sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. Selain itu, angka kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang lengkap. Komplikasi juga lebih sering pada daerah yang tidak mudah mendapatkan pengobatan modern. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2001- Juni 2006 terdapat 11 kasus abses submandibula. 3 1

77511001-Referat-abses-submandibula

  • Upload
    ichasup

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 77511001-Referat-abses-submandibula

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan

membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses

leher dalam. Abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia

leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi,

mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda

klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang

terlibat.1

Anatomi dari abses leher dalam sangat komplek, sehingga sulit untuk

menentukan lokasi infeksi. Untuk membuat diagnosis dari abses leher dalam

cukup sulit karena abses ini ditutupi oleh beberapa jaringan lunak yang ada pada

leher dan juga sulit untuk mempalpasi serta menginspeksi dari luar.2

Dari penelitian didapatkan bahwa angka kejadian abses submandibula

berada di bawah abses peritonsil dan retrofaring. Namun dewasa ini, angka

kejadiannya menduduki urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. 70 – 85%

dari kasus disebabkan oleh infeksi dari gigi, selebihnya karena sialadenitis,

limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. Selain itu, angka

kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang

kurang lengkap. Komplikasi juga lebih sering pada daerah yang tidak mudah

mendapatkan pengobatan modern. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari

2001- Juni 2006 terdapat 11 kasus abses submandibula.3

1

Page 2: 77511001-Referat-abses-submandibula

1.2. Batasan Masalah

Referat ini membahas mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis,

diagnosis banding dan tatalaksana dari abses submandibula.

1.3. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan referat ini berupa tinjauan

kepustakaan dengan merujuk kepada berbagai literatur dan makalah ilmiah.

1.4. Tujuan Penulisan

Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang

diagnosis dan penatalaksanaan abses submandibula.

2

Page 3: 77511001-Referat-abses-submandibula

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher

dalam sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher. Pada abses

submandibular, ruang potensial ini terdiri dari ruang sublingual dan submaksila

yang dipisahkan oleh otot milohioid.2

2.2. Anatomi

Ruang submandibula memiliki batas inferior yaitu lapisan superficial

fascia leher dalam memanjang dari hyoid ke mandibula, batas lateral dibentuk

oleh mandibula itu sendiri dan batas superior yaitu mukosa dari dasar mulut.2

Gambar 2.1. Ruang Submandibula dan Sublingual.

3

Page 4: 77511001-Referat-abses-submandibula

Ruang submandibula terbagi atas ruang sublingual dan submaksila yang

dipisahkan oleh Muskulus mylohyoid. Ruang submaksila terdiri dari kelenjar

sublingual, Nervus Hipoglosus, dan Duktus Wharton yang berhubungan dengan

ruang submaksila melalui batas posterior dari Muskulus Miohyoid, disekitar inilah

pus dapat dengan mudah terkumpul. Ruang submaksila dibagi oleh anterior belly

Muskulus digastrikus menjadi kompartemen sentral submental dan ruang

submaksila lateral.2

2.3. Etiologi

Infeksi leher dalam potensial terjadi pada ruang faring.Sumber infeksi

dapat berasal dari gigi-geligi (odontogenic infection) faring, atau akibat trauma

pada saluran nafas dan organ cerna atas (upper aerodigetive trauma), dimana

terjadi perforasi pada membrana mukosa pelindung mulut atau ruang faring.

Selain itu, infeksi kelenjar liur, infeksi saluran napas atas,benda asing dan

intervensi alat-alat medis (iatrogenic) dapat menjadi factor penyebab abses leher

dalam. Namun masih terdapat sekitar 20% dari kasus yang terjadi, penyebabnya

belum dapat diketahui. Kemudian penyalahgunaan pemakaian obat-obatan

intravena dapat juga menyebabkan terjadinya kasus penyakit ini.4,5

Pada abses submandibula, infeksi terjadi akibat perjalan dari infeksi gigi

dan jaringan sekitarnya yaitu pada P1,P2,M2,M2 namun jarang terjadi pada M3.

Beberapa jenis bakteri yang menjadi penyebab abses submandibula ini dibagi

menjadi golongan bakteri Aerob dan Anaerob.1,4,5

Untuk golongan aerob terdiri dari :5

Alfa Streptokokus hemolitikus

Stafilokokus

4

Page 5: 77511001-Referat-abses-submandibula

Bakteroides

Sedangkan yang termasuk kedalam golongan bakteri anaerob yaitu:3

Peptostreptokokus

Peptokoki

Fusobakterium nukleatum

2.4. Patofisiologi

Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila.

Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohiod. Ruang

submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila

(lateral) oleh otot digastrikus anterior. Abses dapat terbentuk diruang

submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari dareah

kepala dan leher.1

Abses leher dalam dapat terjadi karena berbagai macam penyebab melalui

beberapa proses, diantaranya: 2

1. Penyebaran abses leher dalam dapat timbul dari rongga mulut ,wajah atau

infeksi leher superficial ke ruang leher dalam melalui system limfatik.

2. Limfadenopati dapat menyebabkan terjadi supurasi dan akhirnya menjadi

abses fokal.

3. Infeksi yang menyebar ke ruang leher dalam melalui celah antar ruang

leher dalam

4. Infeksi langsung yang terjadi karena trauma tembus.

Karena kontinuitas dasar mulut dan regio submandibularis yaitu daerah

sekeliling batas posterior muskulus mielohioideus dan dalamnya akar-akar gigi

5

Page 6: 77511001-Referat-abses-submandibula

molar dibawah mielohioideus, maka infeksi supurativa pada mulut dan gigi geligi

dapat timbul di trigonum submandibularis. 3

2.5. Diagnosis

Diagnosis abses submandibula ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala

klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti foto polos jaringan lunak leher atau

tomografi komputer.4

Tanda dan gejala dari suatu abses leher dalam timbul oleh karena : 4

1. efek massa atau inflamasi jaringan atau cavitas abses pada sekitar struktur

abses.

2. keterlibatan daerah sekitar abses dalam proses infeksi.

A. Anamnesis

Beberapa gejala berikut dapat ditemukan pada pasien dengan abses

submandibula adalah : 1

1. asimetris leher karena adanya massa atau limfadenopati pada sekitar 70%.

2. trismus karena proses inflamasi pada m.pterigoides

3. torticolis dan penyempitan ruang gerak leher karena proses inflamasi pada

leher.

Riwayat penyakit dahulu sangat bermanfaat untuk melokalisasi etiologi dan

perjalanan abses pasien seharus ditanya : 1

1. tentang riwayat tonsillitis dan peritonsil abses.

2. riwayat trauma retrofaring contoh intubasi

3. dental caries dan abses.

B. Pemeriksaan Klinik

Diagnosis untuk suatu abses leher dalam kadang-kadang sulit ditegakkan

bila hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Ditemukan

pembengkakan dibawah rahang baik unilateral maupun bilateral dan berfluktuasi.

Karena itu diperlukan studi radiografi untuk membantu menegakkan diagnosis,

menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya dan perluasan penyakit. 2

Pemeriksaan tomography komputer dapat ditemukan daerah dengan

densitas rendah, peningkatan gambaran kontras pada dinding abses dan edem

6

Page 7: 77511001-Referat-abses-submandibula

jaringan sekitar abses. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas test dilakukan untuk

mengetahui jenis kuman dan antibiotik yang sesuai. 2

C. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan anjuran yang digunakan di antaranya: 1,3

1. Roentgen leher posisi lateral

• Terdapat gambaran tissue swelling, tampak sebagai bayangan

radioopak.

2. CT-scan

• Dengan menggunakan kontras, merupakan gold standar untuk

mengevaluasi infeksi pada daerah leher dalam.

• Abses akan tampak sebagai bangunan atau lesi, air fluid level, dan

lokulasi.

• Pemerksaan fisik yang ditunjang CT-scan memiliki sensitivitas

95%.

2.6. Komplikasi

Infeksi leher dalam dengan penatalaksanaan inadekuat dapat menyebar ke

ruang leher dalam lainnya, ditambah dengan keterlambatan dalam mendiagnosis

dan penatalaksanaan beresiko tinggi untuk meliki berbagai komplikasi yang

mengancam jiwa yaitu:

• Obstruksi jalan nafas akibat tertekannya trakea

• Aspirasi yang dapat terjadi pada intubasi endotracheal

• Komplikasi vaskular seperti trombosis vena jugularis interna, erosi dan

ruptur arteri carotid.

• Defisit neurologis seperti disfungsi saraf kranial atau saraf otonom di leher

yang menimbulkan disfoni akibat terkenanya nervus vagus atau Sindrom

Horners akibat pengaruh saraf simpatis.

7

Page 8: 77511001-Referat-abses-submandibula

• Emboli septik pada paru-paru, otak.

• Shock sepsis

• Necrotizing Cervical Fasciitis yaitu nekrosis pada jaringan penyambung

akibat penyebaran infeksi melalui fasia. Hal ini memiliki angka morbiditas

dan mortalitas yang cukup tinggi.

• Osteomyelitis akibat penyebaran lansung pada tulang belakang,

mandibula, atau tengkorak.

• Sindrom Grisel akibat subluxasi servikal.

Beberapa faktor memiliki resiko yang lebih tinggi untuk timbulnya

komplikasi, yaitu jenis kelamin dimana wanita lebih sering dari pria, pasien

dengan pembengkakan pada leher, serta penderita diabetes yang memperburuk

keadaan umum.

Gambar 2.6.1 Abses submandibula pada penderita Diabetes Melitus

2.7. Prognosis

Pada awalnya, kematian yang terjadi akibat kasus abses submandibula ini

lebih dari 50% kasus. Namun seiring dengan penggunaaan antibiotic yang

semakin luas, angka mortalitas tersebut turun hingga mencapai di bawah 5%.

Penggunaan antibiotic intravena memberikan prognosis yang baik jika digunakan

8

Page 9: 77511001-Referat-abses-submandibula

pada masa-masa awal kasus penyakit. Kemudian tindakan operasi dilakukan jika

terjadi obstruksi jalan napas, abses yang terlokalisir dan kegagalan penggunanaan

antibiotic untuk meningkatkan kemungkinan kesembuhan. 5

BAB III

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS

Nama/MR : Tn.N / 573973

Umur : 71 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Sikuncur Selatan, Pariaman

Pekerjaan : Tukang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Malinsiang Minangkabau

ANAMNESIS

Keluhan utama:

Keluar nanah dari benjolan di leher kanan sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang:

• Benjolan pada leher kanan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya sebesar telur

bebek, kemudian makin membesar hingga sebesar tinju orang dewasa dan

meluas hingga ke sebelah kiri. Benjolan disertai nyeri dan panas. Kulit di

tempat benjolan tampak memerah. Benjolan kemudian pecah dan

mengeluarkan nanah berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau.

• Pasien demam sejak 6 hari yang lalu, menggigil, tidak disertai kejang,

tidak terus menerus, dan tidak terlalu tinggi. Sebelumnya pasien jarang

demam.

• Pasien susah membuka mulut sejak 6 hari yang lalu sehingga sulit makan,

minum, dan berbicara. Oleh karena itu, nafsu makan menurun.

• Pasien tidak mengeluhkan nyeri dan sulit menelan.

9

Page 10: 77511001-Referat-abses-submandibula

• Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas dan sakit kepala.

• Suara serak disangkal.

• Lidah terasa terangkat tidak ada.

• Riwayat keluar darah atau nanah dari mulut tidak ada.

• Riwayat sering bersin dan hidung berair tidak ada.

• Pasien menyangkal pernah sakit di telinga, hidung, dan tenggorokan

sebelumnya.

• Pasien mengeluhkan sakit gigi yaitu pada gigi di rahang bawah.

Riwayat penyakit dahulu:

• Gigi berlobang sejak 21 tahun yang lalu.

• Tidak pernah menderita sakit atau bengkak di leher sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita pembengkakan atau sakit di leher.

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, dan lingkungan:

Pasien bekerja sebagai tukang, golongan ekonomi menengah kebawah, dan

pendidikan terakhir adalah SD.

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Tanda vital

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi nadi : 98x/menit

Frekuensi nafas : 26x/menit

Suhu tubuh : 38o C

Pemeriksaan sistemik

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

KGB : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening leher.

Jantung : iktus jantung tidak terlihat, batas jantung normal, bunyi

murni, reguler, bising tidak ada

10

Page 11: 77511001-Referat-abses-submandibula

Paru : simetris, fremitus kiri dan kanan sama, sonor, suara nafas

vesikuler, tidak ada suara tambahan

Abdomen : tidak membuncit, hepar dan lien tidak teraba, timpani, bising

usus normal

Ekstremitas : tidak ada paresis atau paralisis, reflek fisiologis (+/+), reflek

patologis (-/-)

STATUS LOKALIS THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun telinga

Kongenital - -Trauma - -Radang - -Metabolik - -Nyeri tarik - -Nyeri tekan tragus - -

Dinding liang telinga

Cukup lapang/sempit

Cukup lapang Cukup lapang

Hiperemi - -Edema - -Massa - -

Sekret/serumen Tidak ada Tidak ada

Membran timpani

Utuh/tidak Utuh UtuhWarna Putih berkilat Putih berkilatReflek cahaya Jam 5 Jam 7Bulging - -Retraksi - -Atrofi - -

Mastoid

Tanda radang - -Fistel - -Sikatrik - -Nyeri takan - -Nyeri ketok - -

Tes garputalaRinne + +Schwabach Normal NormalWeber Lateralisasi tidak adaKesimpulan tes garputala

Normal Normal

Audiometri Tidak dilakukan

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dekstra SinistraHidung luar Deformitas - -

11

Page 12: 77511001-Referat-abses-submandibula

Kongenital - -Trauma - -Radang - -Massa - -

Sinus paranasalNyeri tekan - -Nyeri ketok - -

Rinoskopi anterior

Vestibulum Vibrise Normal NormalRadang - -

Cavum nasi Luas Cukup lapang Cukup lapangSekret Ada/tidak ada - -

Konkha inferior

Ukuran Eutrofi EutrofiWarna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin LicinEdema - -

Konkha media

Ukuran Eutrofi EutrofiWarna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin LicinEdema - -

Septum

Cukup lurus/deviasi

Cukup lurus Cukup lurus

Permukaan Licin LicinWarna Merah muda Merah mudaSpina - -Krista - -Abses - -Perforasi - -

Massa Ada/tidak ada Tidak ada Tidak ada

Nasofaring (rinoskopi posterior)

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Koana Cukup

lapang/lapang/sempitCukup lapang

Mukosa Warna Merah muda Merah mudaEdema - -Jaringan granulasi (-) -

Konkha inferior

Ukuran Eutrofi EutrofiWarna Merah muda Merah mudaPermukaan Rata RataEdema (-) (-)

Adenoid Ada/tidak adaMuara tuba eustachius

Tertutup sekret/tidak (-) (-)

Edema mukosa (-) (-)massa Ada/tidak ada (-) (-)

12

Page 13: 77511001-Referat-abses-submandibula

Post nasal drip Ada/tidak ada (-) (-)

Orofaring dan mulutPemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Palatum mole&arkus faring

Simetris/tidak Simetris Simetris

Warna Merah muda Merah mudaEdema - -Bercak/eksudat - -

Dinding faring Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin Licin

Tonsil Ukuran T1 T1Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Rata RataMuara kripti Tidak melebar Tidak melebarDetritus (-) (-)Eksudat (-) (-)Perlengketan dengan pilar

(-) (-)

Peritonsil Warna Merah muda Merah mudaEdema (-) (-)Abses (-) (-)

Tumor Ada/tidak ada (-) (-)Gigi Karies/radiks (+) (+)

Kesan Lidah Warna Merah muda Merah muda

Bentuk Normal NormalDeviasi (-) (-)Massa (-) (-)

Laringoskopi indirekPemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Epiglotis Bentuk

WarnaEdemaPinggirMassa

Aritenoid WarnaEdemaMassaGerakan

Ventricular band WarnaEdemaMassa

Plica vocalis WarnaGerakanPinggir medial

13

Page 14: 77511001-Referat-abses-submandibula

MassaSubglotis/trakhea Massa

SekretSinus piriformis Massa

SekretValakule Massa

Sekret

Pemeriksaan leher (regio sub mandibula-sub mental)Tampak pembengkakan di leher kiri dan meluas ke kanan sebesar tinju orang dewasa, hiperemis, teraba panas, konsistensi keras, fluktuasi tidak ada, tidak ikut dalam menelan, terfiksir, nyeri tekan.Pus ada / tidakPemeriksaan kelenjar getah bening leher: ada pembesaran / tidak

Diagnosis kerja : abses submandibulaDiagnosis tambahan :Diagnosis banding :Penatalaksanaan : Pemberian cairan maintenance (IVFD RL 20 tetes/menit)

Antibiotik (ceftriaxone 2x1gr bolus iv & metronidazol 3x500mg drip iv)

Antiinflamasi (dexametason 3x5mg bolus iv)Antipiretik (paracetamol 3x500 mg oral)Debridement + evakuasi pusRedresing H2O2 3% + betadin

Rencana : Prognosis :

FOLLOW UP

8 Januari 2008Anamnesis :

• Pasien mengeluh masih demam terutama pada malam hari. • masih ada nanah keluar dari luka di leher, • nyeri di leher pasien sudah berkurang.

Pemeriksaan fisik :• menunjukkan tanda vital pasien stabil; ditemukan trismus 2cm; di regio

submental • tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada,

nyeri tekan.• Di regio submandibula kiri dan kanan bengkak, hiperemis, tidak ada

fluktuasi, nyeri tekan, teraba panas. Diagnosis :

Abses submandibula dalam perawatan hari ke 2.Terapi :

• Ceftriaxone 2x1 gram i.v• Metronidazole 3x500 mg

14

Page 15: 77511001-Referat-abses-submandibula

• Dexametason 3x1 ampul• Parasetamol 3x500 mg• Redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan luka

ditutup.

16 Januari 2008Anamnesis :

• Demam tidak ada• nanah keluar dari luka di leher berkurang• nyeri di leher pasien sudah berkurang. • Mulut hanya bisa dibuka 2 jari

Pemeriksaan fisik :• menunjukkan tanda vital pasien stabil; ditemukan trismus 2cm; di regio

submental • tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada,

nyeri tekan.• Di regio submandibula terdapat : Jaringan granulasi (+), Pus (+)

berkurang,darah (-)Diagnosis :

Abses submandibula dalam perawatan hari ke 2.Terapi :

• Ceftriaxone 2x1 gram i.v• Metronidazole 3x500 mg• tidur dalam posisi tredelenberg.• Dilakukan redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan

luka ditutup.

17 Januari 2008Anamnesis :

• Demam tidak ada• nanah keluar dari luka di leher berkurang• nyeri di leher pasien sudah berkurang. • Mulut sudah lebih mudah dibuka

Pemeriksaan fisik :• menunjukkan tanda vital pasien stabil• tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada,

nyeri tekan.• Di regio submandibula terdapat : Jaringan granulasi (+), Pus (+)

berkurang,darah (+)Diagnosis :

Abses submandibula dalam perawatanTerapi :

• Ceftriaxone 2x1 gram i.v• Metronidazole 3x500 mg• Gentamicin 2x80mg• Tidur dalam posisi tredelenberg.

15

Page 16: 77511001-Referat-abses-submandibula

• Dilakukan redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan luka ditutup.

30 Januari 2008Anamnesis :

• Demam tidak ada• nyeri di leher pasien sudah berkurang. • Mulut sudah lebih mudah dibuka

Pemeriksaan fisik :• menunjukkan tanda vital pasien stabil

Diagnosis : Abses submandibula dalam perawatan

Terapi :• Ciprofloksasin 2x 5gr i.v• Metronidazole 3x500 mg• As.mefenamat 3x500 mg• Tidur dalam posisi tredelenberg.• Dilakukan redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan

luka ditutup.• Ekstraksi gigi Insisivus sentral dan lateral kanan bawah,

16

Page 17: 77511001-Referat-abses-submandibula

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Abses leher dalam. Dalam: Fachruddin D, Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI; 2007. hal 226

2. Marcincuk MC. Deep Neck Infection. Diakses dari www.emedicine.com.

Last update 27 Mei 2005

3. Rosen EJ, Bailey BJ. Deep Neck Space and Infection dibacakan dalam

Grand Rounce Presentation, UTMB, Dept. of Otolaringology. Editor Quinn

FB, Ryan MW. 2002

4. Ruckenstein M.J. Comprehensive Review of Otolaryngology,

Phyladelphia, Saunders. 2004. Pp 178-180.

5. Scott BA, Stiernberg CM,Driscoll BP.Infections of the Deep Spaces of the

Neck.Dalam Bayley BJ, Head and Neck Surgery-Otolaryngology Vol 1Edisi

Ketiga.Texas,Lippincott Williams and Wikins Publisher:2001.Hal 68.

6. Adams JL.Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring.Dalam Boies Buku

ajar penyakit THT Ed.6.Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran EGC:1994.Hal

342-348.

17

Page 18: 77511001-Referat-abses-submandibula

18