30
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Herpes genital merupakan salah satu penyakit menular seksual yang sering ditemui dan telah berhasil mempengaruhi kehidupan jutaan pasien beserta pasangannya. Kebanyakan individu mengalami gangguan psikologi dan psikososial sebagai akibat dari nyeri yang timbul serta gejala lain yang menyertai ketika terjadi infeksi aktif. Oleh karena penyakit herpes genital tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuh- kambuhan, maka terapi sekarang difokuskan untuk meringankan gejala yang timbul, menjarangkan kekambuhan, serta menekan angka penularan sehingga diharapkan kualitas hidup dari pasien menjadi lebih baik setelah dilakukan penanganan dengan tepat. 1 Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan lepuh yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat dorman (tidak aktif) dalam sel saraf selama beberapa waktu namun tiba-tiba infeksi menjadi aktif kembali. Herpes dapat aktif tanpa gejala. 1 Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut (80- 90%). HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin (70-90%). 1

70894458 Herpes Genitalis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 70894458 Herpes Genitalis

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Herpes genital merupakan salah satu penyakit menular seksual yang sering ditemui

dan telah berhasil mempengaruhi kehidupan jutaan pasien beserta pasangannya. Kebanyakan

individu mengalami gangguan psikologi dan psikososial sebagai akibat dari nyeri yang

timbul serta gejala lain yang menyertai ketika terjadi infeksi aktif. Oleh karena penyakit

herpes genital tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuh-kambuhan, maka terapi

sekarang difokuskan untuk meringankan gejala yang timbul, menjarangkan kekambuhan,

serta menekan angka penularan sehingga diharapkan kualitas hidup dari pasien menjadi lebih

baik setelah dilakukan penanganan dengan tepat.1

Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa

dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit.

Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan lepuh yang

membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat dorman (tidak aktif) dalam sel saraf

selama beberapa waktu namun tiba-tiba infeksi menjadi aktif kembali. Herpes dapat aktif

tanpa gejala.1

Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab umum untuk luka-luka

demam (cold sore) di sekeliling mulut (80-90%). HSV-2 biasanya menyebabkan herpes

kelamin (70-90%). Namun HSV-1 dapat menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2

dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.1

1

Page 2: 70894458 Herpes Genitalis

Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian

Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel

yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat

genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV (Herpes

Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital.

Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi

dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah

genital.2

HSV (Herpes Simplex Virus) dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari

ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada

neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli,

seperti: ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain

sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda

dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau

stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang

kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau

herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari

penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh

sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan

luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esophagus.2

Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae

yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada dalam

keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan

laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut

tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi

infeksi yang rekuren. Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada

karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang pernah diteliti

dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk mendiagnosa. Studi

seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar antara prevalensi antibodi dan infeksi 2

Page 3: 70894458 Herpes Genitalis

klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang mendapat infeksi subklinik.2

2.2 Epidemiologi

Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor

seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral

pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan,

orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah

dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak

seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi

Amerika Serikat daripada Eropa dan kelompok ethnik kulit hitam dibanding kulit putih.

Seroprevalensi HSV-2 adalah 5% pada populasi wanita secara umum di Inggris, tetapi

mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di Amerika

Serikat.3

Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-an. Di

Inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam kali lipat

antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang dilakukan oleh pasien di Amerika

Serikat untuk episode pertama dari herpes genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari

16.986 pasien di tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang

berkunjung. Di samping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria disebabkan

oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita), seringnya rekurensi

pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di

atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya.3

Studi pada tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan

kelainan oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Atau dikatakan HSV-1

menyebabkan kelainan di atas pinggang dan VHS-2 menyebabkan kelainan di bawah

pinggang. Tetapi didapatkan juga jumlah signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-

1. HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena meningkatnya

kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena VHS-2 tanpa infeksi

genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS

pendidikan herpes genitalis merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) dengan gejala ulkus

genital yang paling sering dijumpai.3

Herpes Disease in Immunocompetent Disease in Immunocompromised Management

3

Page 4: 70894458 Herpes Genitalis

simplex

virus

Individuals Individuals

Herpes

simplex

virus-1

(HSV-1)

(HHV-1)

Primary infection often

asymptomatic

Primary herpetic gingivostomatitis

Herpes labialis

Herpetic whitlow

Aseptic meningitis

HSV encephalitis

Widespread local infection

Chronic ulcers

Disseminated cutaneous infection

Disseminated visceral infection

Immunization:

vaccine

promising

Antiviral

agents

Acyclovir

Valacyclovir

Famciclovir

Foscarnet

Herpes

simplex

virus-2

(HSV-2)

(HHV-2)

Primary infection often

asymptomatic

Herpes genitalis, primary and

recurrent

Herpetic whitlow

Aseptic meningitis

Widespread local infection

Chronic ulcers

Disseminated cutaneous infection

Disseminated visceral infection

Immunization:

vaccine

promising

Antiviral

agents

Acyclovir

Valacyclovir

Famciclovir

Foscarnet

Tabel 1. Herpes Simplex Virus and Associated Diseases in Immunocompetent and

Immunocompromised Individuals6

2.3 Etiologi2

Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang

merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV:

Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar

wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.

Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital dan

sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).

Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga

termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang

menyebabkan herpes zoster dan varisela. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan

oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama.

Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal

atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes

4

Page 5: 70894458 Herpes Genitalis

genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau

bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.

2.4 Patogenesis2

HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herpesviridae; sebuah grup virus

DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperan secara luas pada infeksi manusia. Kedua

serotipe HSV dan virus varisela zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus

alpha herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multipel, bertumbuh cepat dan

secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host

ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran

virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif

kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat

dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.

Gambar 1. Patogenesis virus herpes

5

Page 6: 70894458 Herpes Genitalis

Gambar 2. Dua virus herpes dalam noda negatif mikrograf elektron transmisi (TEM)

Gambar 3. Herpes simplex virus: positive Tzanck smear A giant, multinucleated keratinocyte on a Giemsa-stained smear obtained from a vesicle base. Compare the size of the giant cell to that of the neutrophils also seen in this preparation. An isolated acantholytic keratinocyte is also seen. Identical findings are present in lesions caused by varicella zoster virus.

6

Page 7: 70894458 Herpes Genitalis

Gambar 4. Herpes labialis

Gambar 5. Herpes genitalis

Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring. Virus menyebar melalui droplet

7

Page 8: 70894458 Herpes Genitalis

pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya

ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan

dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit.

Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat

mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.

Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan

berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di

ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion

sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami

reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam

tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala

konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer. Faktor pencetus tersebut antara lain

adalah trauma atau koitus, demam, stress fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan,

alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas

penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito-genital, ano-

genital maupun oro-genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan

kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai

dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi.

Replikasi virus dalam sel epidermis dan dermis menyebabkan destruksi seluler dan

peradangan.

2.5 Gejala Klinik2

Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari

infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul

antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan

dalam tahun pertama setelah diagnosa dilakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial

episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi

HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.

Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah

anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka

dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.

Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang

terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai

8

Page 9: 70894458 Herpes Genitalis

berikut:

Nyeri dan disuria

Uretral dan vaginal discharge

Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)

Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal

Nyeri pada rektum, tenesmus

Tanda-tanda:

Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada

tingkat infeksi

Limfadenopati inguinal

Faringitis

Cervisitis

Gambar 6. Herpes genitalis pada perempuan

9

Page 10: 70894458 Herpes Genitalis

Gambar 7. Herpes genitalis pada laki-laki

2.5.1 Herpes Genitalis Primer

Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk

hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya

setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala

prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil

dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial

atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan korpus penis lebih

frenulum, jarang terlihat.

Herpes genitalis primer6

Sebuah plak eritematosa sering terlihat pada awalnya, dilanjutkan segera

dengan munculnya vesikel berkelompok, yang dapat berkembang menjadi

pustul.

Erosi yang dangkal dapat berkembang menjadi ulkus; temuan ‘klasik’

10

Page 11: 70894458 Herpes Genitalis

mungkin berkrusta atau lembab.

Defek pada epitel-epitel ini sembuh dalam 2-4 minggu, sering mengakibatkan

hipo atau hiperpigmentasi post inflamasi, jarang dengan jaringan parut.

Kebanyakan penderita tidak bergejala

Yang bergejala umumnya mengeluhkan demam, sakit kepala, malaise,

mialgia, yang memuncak pada 3-4 hari pertama setelah onset dari lesi, selesai

dalam 3-4 hari berikutnya.

Tergantung pada lokasi, nyeri, gatal, disuria, radiculitis lumbal, cairan vagina

atau uretra adalah gejala umum.

Limfadenopati inguinal yang lembut terjadi pada minggu kedua dan ketiga.

Nyeri pelvis yang dalam dihubungkan dengan limfadenopati pelvis.

Beberapa kasus dari episode klinis pertama herpes genitalis dimanifestasikan

oleh penyakit secara luas dan membutuhkan rawat inap.

Gambar 8. Herpes genitalis primer

2.5.2 Herpes Genitalis Rekuren

Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada

faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah

lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan

yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma,

11

Page 12: 70894458 Herpes Genitalis

koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang

merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar

orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun.

HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan

bergerak dari saraf ke kulit kita lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat

terjadinya outbreaks.

Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis: gejala klinis herpes progenital

dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu.

Stadium penyakit meliputi: infeksi primer stadium laten replikasi virus stadium

rekuren.

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status

imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya

kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat,

dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.1,3

Berbagai macam manifestasi klinis:

a. Infeksi oro-fasial

b. Infeksi genital

c. Infeksi kulit lainnya

d. Infeksi ocular

e. Kelainan neurologis

f. Penurunan imunitas

g. Herpes neonatal

Herpes genitalis rekuren6

Lesi bisa sama dengan infeksi primer tapi pada skala yang lebih rendah.

Lesi hilang dalam 1-2 minggu.

Gejala baru mungkin muncul akibat infeksi yang pernah dialami sebelumnya.

Kebanyakan penderita dengan herpes genitalis tidak mengalami temuan

‘klasik’ dari vesikel berkelompok pada dasar eritematosa.

Gejala yang umum adalah rasa gatal, terbakar, fisur, kemerahan, iritasi

sebelum vesikel pecah.

Disuria, sciatica, rasa tidak nyaman pada anus.

12

Page 13: 70894458 Herpes Genitalis

Gambar 9. Herpes genitalis rekuren

Gejala sistemik meningitis aseptik HSV-2 dapat terjadi dengan herpes genitalis primer

atau herpes genitalis rekuren.6

2.6 Pemeriksaan Laboratorium5

Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan

pengecatan Giemsa atau Wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitivitas dan

spesifisitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui

mikroskop elektron atau kultur jaringan.4

Pada pemeriksaan urinalisis terlihat adanya hematuri akibat sistitis yang disebabkan

HSV.6

2.7 Komplikasi5

Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi

urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada

kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur

dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat

terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer

HSV-2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong.

Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40% dari kaum pria dan

13

Page 14: 70894458 Herpes Genitalis

70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode

pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.4

Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius

pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa

terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama.

Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut

herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga

disebabkan HSV-2. Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk

kebutaan.

Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir

dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila

pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus

dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau

kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang

hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.

2.8 Diagnosis5

Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok

dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan

melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes

darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu

memuaskan. Virus kadang-kadang namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium

yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang

akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.

2.9 Diagnosis Banding5

1) Ulkus durum: ulkus indolen dan teraba indurasi.

2) Ulkus mole: ulkus kotor, merah dan nyeri.

3) Sifilis: ulkus lebih besar, bersih dan ada indurasi.

4) Balanopostitis: biasanya disertai tanda-tanda radang yang jelas.

5) Skabies: rasa gatal lebih berat, kebanyakan pada anak-anak.

6) Limfogranuloma venereum: ulkus sangat nyeri didahului pembengkakan kelenjar

14

Page 15: 70894458 Herpes Genitalis

inguinal.

2.10 Penatalaksanaan7

Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) ada 3

macam, yaitu:

(1) Terapi Spesifik

(2) Terapi Non-Spesifik

(3) Terapi Profilaksis

Tujuan dari masing-masing terap tersebut adalah untuk mempercepat proses penyembuhan,

meringankan gejala prodromal, dan menurunkan angka penularan.

1. Terapi Spesifik

Herpes Labialis

a. Topikal

Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir krim 5% (tiap 3

jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1 jam setelah munculnya

gejala, meskipun juga pemberian yang terlambat juga dilaporkan masih efektif

dalam mengurangi gejala serta membatasi perluasan daerah lesi.

(Rekomendasi FDA & IHMF)

b. Sistemik

Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang diberikan begitu

gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau Acyclovir tablet 400 mg

5 kali sehari selama 5 hari, atau Famciclovir 1500 mg dosis tunggal yang

diminum 1 jam setelah munculnya gejala prodromal.

Herpes Genitalis

o Infeksi Primer

(Rekomendasi WHO 2003)

1) Acyclovir 200 mg po 5 x/hari, selama 7 hari, atau

2) Acyclovir 400 mg po 3 x/hari, selama 7 hari, atau

3) Valacyclovir 1 gr po 2x/hari, selama 7 hari

(Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir 200 mg po 5 x/hari, selama 7-10 hari, atau

2) Acyclovir 400 mg po 3 x/hari, selama 7-10 hari, atau

15

Page 16: 70894458 Herpes Genitalis

3) Valacylovir 1 gr po 2x/hari, selama 7-10 hari, atau

4) Famciclovir 250 mg po 3x/hari, selama 7-10 hari

o Infeksi Rekuren

Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan

dari herpes genitalis, dimana tingkat kekambuhan berbeda pada tiap

individu, bervariasi dari 2 kali/tahun hingga lebih dari 6 kali/tahun.

Terdapat 2 macam terapi dalam mengobati infeksi rekuren, yaitu terapi

episodik dan terapi supresif.

Terapi Episodik:

(Rekomendasi WHO 2003)

1) Acyclovir

200 mg po 5x/hari, 5 hari, atau 400 mg p.o 3x/hari, 5 hari, atau 800

mg p.o 2x/hari, 5 hari

2) Valacyclovir

500 mg p.o 2x/hari, 5 hari, atau 1 gr p.o 1x/hari, 5 hari

3) Famciclovir

125 mg p.o 2x/hari,5 hari

(Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir

400 mg p.o 3x/hari, 5 hari, atau 800 mg 2x/hari, 5 hari, atau 800

mg p.o 3x/hari, 2 hari

2) Valacyclovir

500 mg p.o 2x/hari 3 hari, atau 1 gr p.o 1x/hari, 5 hari

3) Famciclovir

 125 mg p.o 2x/hari, 5 hari, atau 1 gr p.o 2x/hari, 1 hari, atau 500

mg 1x diikuti dengan 250 mg 2x/hari, 2 hari

Terapi Supresif

(Rekomendasi WHO 2003 & CDC 2010)

1) Acyclovir 400 mg p.o 2x/hari, atau

2) Famciclovir 250 mg p.o 2x/hari, atau

3) Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hari, atau

4) Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hari selama 1 tahun

Manajemen HSV

16

Page 17: 70894458 Herpes Genitalis

1. Pada Neonatus

Penatalaksanaan bayi lahir dari ibu dengan herpes genitalis yaitu

mengidentifikasi secepatnya kemungkinan adanya infeksi herpes pada bayi tersebut.

Oleh karena itu direkomendasikan dilakukan pemeriksaan kultur virus dari sekret

serviks ketika persalinan berlangsung pada semua ibu hamil dengan riwayat herpes

genitalis. Selain itu juga pemeriksaan kultur virus dari mukosa orofaring atau mukosa

konjungtiva dari bayi yang dicurigai. Pada bayi dengan ibu mengidap herpes genitalis

primer pada saat persalinan pervaginam, harus diberikan terapi profilaksis acyclovir

intravena dengan dosis 60 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis yang diberikan

selama 21 hari atau acyclovir intravena 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 10-21 hari

Terapi ini juga diberikan pada bayi yang dinyatakan positif terinfeksi, dan terapi

diberikan seawal mungkin ketika mulai timbul gejala.

2. Penderita HIV

Penderita dengan immunocompromised biasanya memiliki gejala yang lebih

berat serta lebih lama pada daerah genital, perianal, atau oral. Lesi yang disebabkan

oleh HSV biasanya bersifat atipik, lebih nyeri, serta lebih berat. Meskipun terapi

antiretroviral bisa menurunkan tingkat keparahan dari infeksi herpes genital, namun

infeksi subklinik tetap dapat terjadi. Pemberian terapi supresif atau terapi episodik

menggunakan agen antivirus oral terbukti efektif dalam memperingan manifestasi

klinik dari HSV yang disertai dengan infeksi HIV.

Terapi Supresif (Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir 400-800 mg peroral 2-3 kali sehari, atau

2) Famciclovir 500 mg peroral 2 kali sehari, atau

3) Valacyclovir 500 mg peroral 2 kali sehari

Terapi Episodik (Rekomendasi CDC 2010)

1) Acyclovir 400 mg p.o 3x/hr 5-10 hari, atau

2) Famciclovir 500 mg p.o 2x/hr, 5-10 hari, atau

3) Valacyclovir 1000 mg p.o 2x/hr, 5-10 hari

Terapi pada keadaan resistensi Acyclovir

17

Page 18: 70894458 Herpes Genitalis

1) Foscarnet intravena 40 mg/kgBB/8 jam hingga terjadi perbaikan klinis, atau

2) Cidofovir intravena 5 mg/kgBB 1x/minggu bisa juga efektif.

3) Cidofovir gel 1% 1x/hari selama 5 hari yang dioleskan pada lesi.

3. Partner seks

Pasangan seks dari pasien yang memiliki herpes genitalis bisa mendapatkan

keuntungan dari evaluasi dan konseling. Pasangan seks yang menunjukkan gejala

harus dievaluasi dan diobati dengan cara yang sama seperti pasien dengan herpes

genitalis. Pasangan seks dari penderita herpes genitalis yang tidak menunjukkan

gejala harus ditanyakan riwayat dari lesi genital dan ditawarkan untuk melakukan uji

serologis tipe spesifik untuk infeksi HSV.

2. Terapi Non-Spesifik

Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang timbul berupa

nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga pemberian analgetik,

antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Zat-zat pengering yang

bersifat antiseptik juga dibutuhkan untuk lesi yang basah berupa jodium povidon secara

topical untuk mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu

penyembuhan. Selain itu pemberian antibiotik atau kotrimoksasol dapat pula diberikan untuk

mencegah infeksi sekunder.

3. Tindakan Profilaksis

Langkah-langkah yang dapat diambil guna mencegah penularan penyakit herpes

simpleks yaitu dengan memberi penjelasan kepada penderita tentang sifat penyakit yang

dapat menular terutama bila sedang terkena serangan. Selain itu juga dilakukan proteksi

individual dengan menggunakan 2 macam alat perintang, yaitu busa spermisidal dan kondom.

Kombinasi tersebut bila diikuti dengan pencucian alat kelamin memakai air dan sabun pasca

koitus, dapat mencegah transmisi herpes genitalis hampir 100%. Busa spermisidal secara in

vitro ternyata mempunyai sifat virisidal, dan kondom dapat mengurangi penetrasi virus.

Langkah profilaksis lain yaitu dengan menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya

serangan herpes, seperti stress, kelelahan, atau yang lainya. Konsultasi psikiatrik dapat pula

membantu karena faktor psikis mempunyai peranan untuk timbulnya serangan.

18

Page 19: 70894458 Herpes Genitalis

Vaksin HSV sedang dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan kekebalan

kepada individu yang rentan sehingga diharapkan tidak terjadi infeksi pada daerah genital

serta ganglion sensori menjadi terlindung dari infeksi laten virus Herpes simplek. Virus yang

dikembangkan sekarang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu berupa virus aktif dan inaktif yang

masih diteliti mengenai keamanan dan keefektifanya. Vaksin yang berasal dari HSV gB dan

gD, yaitu suatu subunit glikoprotein yang dikembangkan oleh perusahaan Chiron Group

Amerika, ternyata tidak efektif dalam mencegah transmisi herpes.

Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genitalis, yaitu:

1) Mendidik seseorang yang berisiko tinggi mendapatkan herpes genitalis dan PMS

lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.

2) Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.

3) Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan

tepat.

4) Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.

5) Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam

pencegahan.

2.11 Prognosis

Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati

mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi

kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan

tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama,

menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih

baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif

menurunkan manifestasi klinis herpes genitalis.

19

Page 20: 70894458 Herpes Genitalis

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas

berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem, dan cenderung bersifat rekuren. Umumnya

disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh

tipe 1.

Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa

vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan

melalui anamnesis, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium.

Pengobatan herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari

trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah

asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir.

3.2 Saran

Harus menjaga kebersihan organ genital, baik dengan cara tidak berganti-ganti

pasangan, menggunakan kondom pada saat akan berhubungan seksual atau lebih baik jika

hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang sah.

20

Page 21: 70894458 Herpes Genitalis

Daftar Pustaka

1. Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor.

Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

2. Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus.

3. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Univ.Tarumanagara, Vol 4 No.1

1998. Jakarta: Fakultas Kedokteran Tarumanagara; 1998.p.31-41.

4. Syahputra E, Harun E.S. Herpes Genetalis. Dalam: Berkala ilmu penyakit kulit dan

kelamin Airlangga periodical of Dermeto-Venereology, vol.13 April 2001

No.1.Surabaya: Lab/SMF Penyakit Kulit & Kelamin FK Airlangga RSUD

Dr.Soetomono; 2001, p 45-53.

5. Handoko R.P. Herpes Simpleks dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Djuanda Adhi,

Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, p359-361.

6. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical

Dermatology. 5th ed. Michigan: McGraw-Hill, 2007.

7. Genital ulcers, http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/genital-ulcers.htm#hsv

21