Upload
dindakholivia
View
53
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
h
Citation preview
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA - DIREKTORAT BINA PROGRAMJalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
Consulting Services for
Urban Strategy and Policy Development
Urban Institutional Development Program (UIDP)
Urban Sector Development Reform Program (USDRP)
Loan IBRD 4786-IND
PHRD Grant TE 053555-IND
PT. INDULEXCOENGINEERING, CONSTRUCTION MANAGEMENT, ENVIRONMENTAL AND
TRAINING MANAGEMENT
Jl. Abdul Muis No. 42, Jakarta 10160. Telp. (021) 3453265
Fax. (021) 3451590, E-mail : [email protected]
TASK A.5.
Draft Proceeding Pelaksanaan Lokakarya Regional Ke 5
14-17 Oktober 2009
Banjarmasin
TASK A.5.
Draft Proceeding Pelaksanaan Lokakarya Regional Ke 5
14-17 Oktober 2009
Banjarmasin
TASK A.5.
Urban Strategy and Policy Development
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu tantangan yang sangat berat untuk menyediakan pelayanan perkotaan,
seperti listrik, air, sanitasi, perumahan dan lain-lain, bagi jumlah penduduk
kota-kota di Indonesai, baik pada saat ini apalagi pada tahun 2025 yad, karena
jumlah penduduk perkotaan di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan
mencapai 65% dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia, ataumencapai
180 juta jiwa. Disamping itu, Pemerintah Kota juga harus menghadapi
tantangan lain yang bersifat eksternal, yaitu peningkatan daya saing di tingkat
regional, perubahan iklim, krisis pangan dan energi.
Urgensi penyusunan KSPN (Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional) dan
KSPD (Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah) adalah setara dengan
penyusunan RPJMatauRPJMD Periode ke-2 dst, karena dengan terumuskannya
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perkotaan ke depan, akan dapat
dipergunakan sebagai acuan Pemerintah Pusat untuk memberikan bantuan
teknis dan pembangunan kepada Daerah, dalam rangka meningkatkan daya
tarik Kota ybs untuk masuknya Investasi dari luar.
Untuk menghadapi tantangan dan mempersiapkan rumusan kebijakan jangka
panjang dan menengah, Departemen PU c/q Dit. Bina Program Ditjen Cipta
Karya bersama Bappenas menyelenggarakan proyek penyusunan KSPN
(Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional) ini.
Urban Strategy and Policy Development
2
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan Lokakarya Regional KSPN atau NUSP adalah :
Memperoleh masukan dari Regional Kalimantan, dalam rangka
penyusunan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional (KSPN), jangka
panjang (2010-2025) dan jangka menengah (2010-2014
Sasaran Lokakarya Regional KSPNatauNUSP adalah :
Diperolehnya masukan dari Regional Kalimantan untuk bahan penyusunan KSPN, jangka panjang (2010-2025) dan jangka menengah (2010-2014).
1.3 Ruang Lingkup
Pada acara Lokakarya Regional Kalimantan, akan dipresentasikan dan
didiskusikan beberapa hal penting, yaitu: (1) draft awal KSPN/NUSP yang
disiapkan oleh Tim Pusat, yang telah disusun berlandaskan alur berpikir
sebagaimana diagram dibawah ini :
Urban Strategy and Policy Development
3
Adapun Lingkup penyusunan Kebijakan Perkotaan, dimulai dengan
perumusan bersama secara partisipatif, isu-isu permasalahan dan tantangan
regional, kemudian dilanjutkan dengan perumusan Kebijakan dan Strategi
jangka panjang (2010-2025) dan jangka menengah (2010-2014).
Sesuai rumusan Tim Konsultan, yang telah disinkronkan dengan bidang kajian
di RPJP dan RPJM, maka pelaksanaan Lokakarya ini dikelompokkan menjadi
6 bidang, yaitu :
A. Sosial - Budaya – IPM (HDI) B. Ekonomi Finansial (termasuk Urban Poverty) C. Sarana – Prasarana Perkotaan (termasuk ICT) D. Ketimpangan Tata Ruang dan Regional E. Kelembagaan (termasuk kelembagaan ICT) dan Tata Kelola F. Lingkungan dan Mitigasi Resiko Bencana
Perumusan isu permasalahan, tantangan, dan kebijakan serta Strategi, akan
dilakukan melalui sidang kelompok per bidang.
Secara keseluruhan, Lokakarya Regional dilaksanakan 5x (1x per region), yaitu
region Sumatra, Jawa + Bali, Sulawesi dan KTI (gabungan NTB-NTT-Maluku-
Maluku utara-Papua) (sudah dilaksanakan), dan Kalimantan, dengan acara,
materi dan keluaran yang sama.
1.4 Keluaran yang Diharapkan
Keluaran utama Lokakarya Regional ini adalah masukan dari Regional
Kalimantan, jangka panjang (2010-2025) dan jangka pendek (2010-2014).
Masukan dari masing-masing regional, akan digabungkan dan disintesakan
oleh Pemerintah Pusat menjadi KSPN yang akan diwujudkan menjadi
Peraturan Presiden atauPeraturan Menteri Bersama (PU, Depdagri dan
Bappenas).
Pasca penyusunan KSPN, akan dilanjutkan penyusunan Kebijakan dan Strategi
Perkotaan Daerah atauKSPD, terutama pada Pemerintah Kota-Kota atau
Kabupaten yang telah sepakat menjadi anggota USDRP, dan akan terus
Urban Strategy and Policy Development
4
dilanjutkan pada Kota-Kota atau Kabupaten lainnya yang telah bersepakat
bergabung dengan Program USDRP pada tahun berikutnya.
1.5 Peserta Lokakarya Peserta Lokakarya Regional Kalimantan adalah Pemangku kepentingan
(Stakeholder) yang dianggap berperan aktif dalam menentukan arah
pembangunan perkotaan di daerahnya masing-masing, terdiri dari beberapa
unsur, yaitu: Unsur Pemerintah Pusat (Dit Bina Program Ditjen CK, Dit
Bangkim Ditjen CK, Dit Tata Ruang Ditjen Penataan Ruang PU, Dit Perkotaan
Perdesaan Bappenas, Ditjen Bangda Depdagri), Pemerintah Propinsi (Bappeda
dan PU), Pemerintah Kota (Bappeda), Pemerintah Kabupaten (Bappeda) yang
bertetangga dengan kota besar, yang sebagian wilayahnya sudah dikatagorikan
“urbanized”, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang terkait, Pelaku usaha
(diwakili oleh Kadin Propinsi, UMKM, PDAM, PLN), Asosiasi terkait seperti
Real Estate Indonesia (REI), Apersi, IAP dan Asosiasi serikat buruh, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Kota) dan Narasumber dari Perguruan
Tinggi, dengan jenis keahlian Kelembagaan atau tata-kelola, ahli tata ruang
wilayah, ahli Infrastruktur atau transportasi, ahli Lingkungan, ahli sosiologi
perkotaan, ahli ekonomi perkotaan, keseluruhannya berjumlah sekitar
60 orang.
1.6 Metode Pelaksanaan
Meliputi urutan langkah-langkah sistimatis sebagai berikut :
1) Arahan Direktur Jenderal Cipta Karya tentang esensi KSPN/NUSP
dalam Pembangunan Perkotaan nasional, dan peran Pemerintah
Pusat.
Urban Strategy and Policy Development
5
2) Arahan Kebijakan Pembangunan Perkotaan dari Direktur Perkotaan
dan Perdesaan Bappenas.
3) Penyajian atau Paparan singkat Preliminary draft KSPN (NUSP)
sebagai hasil sementara Tim Konsultan, berupa alur pikir dan
matriks penyajian isu strategis, tantangan ke depan, dan perumusan
arahan Kebijakan dan Strategi perkotaan, didukung data yang
relevan.
4) Diskusi Kelompok Terarah, dibagi kedalam 6 (enam) kelompok,
sesuai pengelompokkan issue strategis, dengan bahan materi draft
awal KSPN,
5) Penggunaan alat bantu metaplan, sebagai metode menjaring aspirasi
dan partisipasi setiap peserta, dan didukung oleh fungsi Fasilitator
sidang Kelompok, yang akan diperankan oleh Tim Konsultan.
6) Teknik penjaringan aspirasi atau partisipasi peserta, dengan cara
sebagai berikut :
a) Setiap peserta diminta secara aktif mengangkat isu-isu
permasalahan yang dianggap terpenting, minimal 5 isu
utama terpenting
b) Mendiskusikan aspirasi Peserta tsb butir a) menjadi urutan
5 masalah paling penting untuk diatasi,
c) Mendiskusikan tantangan ke depan yang dapat
diperkirakan, menurut perspektif daerahnya masing-masing.
d) Merumuskan kebijakan seperti apa yang diperlukan untuk
mengatasi ke-5 permasalahan yang diprioritaskan.
e) Merumuskan Strategi seperti apa yang layak diangkat,
sebagai tindak lanjut dari kebijakan yang diusulkan.
f) Menguraikan keunggulan dan kelemahan dari setiap
Kebijakan yang diusulkan
g) Menyepakati beberapa variabel sebagai alat mengukur
pencapaian atas pelaksanaan suatu kebijakan.
Urban Strategy and Policy Development
6
7) Sidang Pleno, dengan urutan acara sebagai berikut: Presentasi
masing-masing kelompok. Hasil Lokakarya Regional ini ini akan
dibawa ke Lokakarya Regional berikutnya di Region lain untuk
diperkenalkan dan dijadikan rujukan, kemudian hasil akumulasi
dari ke-5 Lokakarya, akan dibawa ke Seminar Nasional Pertama,
yang akan dihadiri kelompok Tenaga Ahli, untuk dibahas lebih
mendalam, dilanjutkan ke Seminar Nasional ke-2 yang akan dihadiri
Stakeholder.
8) Kumpulan dan Sintesa dari hasil akhir Lokakarya Regional ke-1
sataud ke-5 adalah rumusan NUSP, disebut draft I NUSP
1.7 Materi Lokakarya
Draft Matriks KSPNatauNUSP. Draft inilah yang dimaksudkan sebagai draft
awal NUSPatauKSPN, yang memuat rumusan Isu Permasalahan, Kebijakan
dan Strategi Pengembangan, dikelompokkan menjadi 6 bidang, sebagai hasil
sementara oleh Tim Konsultan,untuk dibahas dan disesuaikan
ataudisempurnakan dengan kondisi Sulawesi dan Kawasan Indonesia Timur.
(Rinciannya, lihat Lampiran).
Urban Strategy and Policy Development
7
1.8 Narasumber
Terdiri dari 12 jenis keahlian yang dianggap relevan, didatangkan dari
Perguruan Tinggi Daerah, yaitu meliputi:
a. Ahli Sosial –Budaya ,
1. Drs. Muhammad Ariffin, M.Hum. (Univ. Mulawarman)
2. Budi Suryadi, S.Sos. M.Si. (Univ. Lambung Mangkurat)
b. Ahli Ekonomi,
1. Dr. Didik Hadiyatno, SE, MSi. (Univ.Balikpapan )
2. Drs. Haris Fadillah, M.Si. (Univ.Lambung Mangkurat)
c. Ahli Infrastruktur,
1. Dr. Ir. Fathurrazie Shadiq, M.T. (Univ.Lambung Mangkurat)
2. Prof. Dr. Ir. Udiansyah, MS. (Univ.Lambung Mangkurat)
d Ahli Tata Ruang ,
1. Prof. Dr. Firwan Tan (Univ. Andalas )
2. Prof. Dr. Ellyano S. Lasam, SE, Msi. (Univ. Balikpapan )
e. Ahli Kelembagaan
1. Dr. H. Asmu'i, M.Si (Univ.Lambung Mangkurat)
2. Ir. Haryo Sangsongko ( Depdagri)
f. Ahli Lingkungan
1. Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc. (Univ.Lambung Mangkurat)
2. Dr. Ir. Sumaryono, M.Sc. (Univ. Mulawarman)
Urban Strategy and Policy Development
8
1.9 Susunan Acara Lokakarya
Berikut ini adalah susunan acara Lokakarya Regional ke - 4 di Banjarmasin :
SUSUNAN ACARA LOKAKARYA REGIONAL PENYUSUNAN KSPN KE-4
di Banjarmasin, 14-17 Oktober 2009
Waktu Acara Pembicara atau Narasumber
Moderator atau Fasilitator
13.00-19.00 Rabu, 14 Oktober 2009 Check in Panitia
HARI ke-1 Kamis, 15 Oktober 2009 06.30-07.30 Makan pagi Panitia 07.30-08.00 Pendaftaran Peserta Panitia
PEMBUKAAN
08.00-08.10 Laporan Panitia Kasubdit Jakstra Dit Bina Program DJCK
08.10-08.25 Sambutan Selamat Datang Walikota Banjarmasin
08.25-08.55 Sambutan Peresmian, Arahan Kebijakan Pembangunan Perkotaan Bid. Cipta Karya
Dirjen Cipta Karya
08.55-09.00 Pembacaan do’a Panitia
09.00-09.30 Arahan Kebijakan Perkotaan Nasional
Direktur Perkotaan dan Perdesaan, Bappenas
09.30-10.00 Konsep dan Praktek Pengembangan Sister City dan City Sharing
Direktur Perkotaan Ditjen Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri
Dit Bina Program CK
10.00-10.30 Diskusi Tanya Jawab
10.30-11.00
Presentasi Draft Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional.
Wicaksono Sarosa Ph.D (Team Leader Konsultan)
Bappenas
11.00-11.40 Diskusi tanya jawab
11.40-12.00
Penjelasan Desk Pelaksanaan Sidang Kelompok
Ir. Eko Pranoto, MSi.
12.00-13.00 Rehat dan Ibadah Panitia 13.00-17.30 SIDANG KELOMPOK SESI I : MEMBAHAS IDENTIFIKASI ISU PERMASALAHAN
PERKOTAAN
Aspek Peserta Narasumber Fasilitator
Kepala Bappeda Prov. Kalimantan Barat Kepala Bappeda Kota Banjarmasin Kepala Bappeda Kabupaten Nunukan Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kota Balikpapan
Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kota Palangkaraya
Ketua Apeksi Banjarmasin
Kependudukan dan Sosial - Budaya
Ketua LSM Perkumpulan Pena,
Drs. Muhammad Arifin, M. Hum ( Universitas Mulawarman) Budi Suryadi,S.Sos,M.Si ( Universitas Lambung Mangkurat)
F.P. Anggriani Arifin S.Sos.MA
Urban Strategy and Policy Development
9
Pontianak
Kepala Bappeda Prov. Kalimantan Tengah Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Samarinda
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Banjarmasin
Kepala Bappeda Kota Tarakan
Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sanggau Ketua Kadin Prov. Kalimantan Selatan
Ekonomi Finansial
Ketua REI Kalimantan Timur
LSM FORKAMU - Banjarbaru
Dr. Didik Hadiyatno, SE. Msi. (Universitas Balikpapan ) Drs. Haris Fadilah,M.Si ( Universitas Lambung Mangkurat)
Eko Kusmurtanto, SE. M.Si.
Kepala Bappeda Prov. Kalimantan Selatan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Timur
Kepala Bappeda Kota Pontianak Kepala Bappeda Kabupaten Banjar Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Banjarmasin
Kepala PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin
Sarana - Prasarana Perumahan
Ketua Kadin Prov. Kalimantan Barat
Prof.Dr.Ir.H. Fathurrazie Shadiq, M.T. (Universitas Lambung Mangkurat) Prof.Dr.Ir.Udiansyah,MS. ( Universitas Lambung Mangkurat)
Wicaksono Sarosa Ph.D
Kepala Bappeda Prov. Kalimantan Timur Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Selatan
Kepala Bappeda Kota Palangkaraya Kepala Bappeda Kabupaten Kotabaru Ketua Apersi Kalimantan Timur
Ketua LSM Kalimantan Membangun
Ir. Eko Pranoto M.Si
UIDP Management
Tata Ruang dan Ketimpangan Regional
Prof.Dr.Firwan Tan (Universitas Andalas) Prof. Dr.Ellyano S. Lasam,SE Msi (Universitas Balikpapan)
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Barat
Kepala Bappeda Kota Balikpapan Kepala Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
Ketua Kadin Kalimantan Tengah
Tata Kelola dan Kelembagaan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Tengah
Ir. Haryo Sangsongko ( Depdagri) Dr.H. Asmu'I,M.Si (Universitas Lambung Mangkurat )
Drs. Dasmir Good MAP.
Kepala Bappeda Kabupaten Sambas
Urban Strategy and Policy Development
10
Kepala Bappeda Kabupaten Barito Utara Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tarakan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Banjarmasin Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Nunukan Ketua Walhi Kalimantan Selatan
Lingkungan dan Mitigasi Bencana
Ketua Apersi Kalimantan Barat
Dr.Ir.H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc (Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir.H. Sumaryono,M.Sc. (Universitas Mulawarman )
Hazairin M.Sc.
17.30-19.15 Istirahat, Makan dan Ibadah
19.15-20.45 Paparan contoh-contoh Praktek Tata Kelola yang berhasil
Walikota Kota Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Balikpapan, Singkawang**
Dit. Bina Program DJCK
20.45-22.00 Diskusi Tanya Jawab
HARI ke-2 Jumat, 16 Oktober 2009 06.30-07.30 Makan pagi Panitia
08.00-12.00 SIDANG KELOMPOK SESI II, TEMA : MERUMUSKAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERKOTAAN JANGKA PANJANG
Aspek Peserta Narasumber Fasilitator
Kepala Bappeda Prov. Kalimantan Barat Kepala Bappeda Kota Banjarmasin Kepala Bappeda Kabupaten Nunukan Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kota Balikpapan
Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kota Palangkaraya
Ketua Apeksi Banjarmasin
Kependudukan dan Sosial - Budaya
Ketua LSM Perkumpulan Pena, Pontianak
Drs. Muhammad Arifin, M. Hum ( Universitas Mulawarman) Budi Suryadi,S.Sos.M.Si ( Universitas Lambung Mangkurat)
F.P. Anggriani Arifin S.Sos.MA
Kepala Bappeda Prov. Kalimantan Tengah Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Samarinda
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Banjarmasin
Kepala Bappeda Kota Tarakan
Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sanggau Ketua Kadin Prov. Kalimantan Selatan
Ekonomi Finansial
Ketua REI Kalimantan Timur
Dr.Didik Hadiyatno,SE.Msi. (Universitas Balikpapan) Drs.Haris Fadillah,M.Si (Universitas Lambung Mangkurat)
Eko Kusmurtanto, SE. M.Si.
LSM FORKAMU - Banjarbaru
Sarana - Kepala Bappeda Prov. Dr. Ir. Fathurrazie Shadiq, Wicaksono Sarosa
Urban Strategy and Policy Development
11
Kalimantan Selatan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Timur
Kepala Bappeda Kota Pontianak Kepala Bappeda Kabupaten Banjar Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Banjarmasin
Kepala PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin
Prasarana Perumahan
Ketua Kadin Prov. Kalimantan Barat
M.T. (Universitas Lambung Mangkurat ) Prof.Dr.Ir.Udiansyah,MS (Universitas Lambung Mangkurat)
Ph.D
Kepala Bappeda Prov. Kalimantan Timur Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Selatan
Kepala Bappeda Kota Palangkaraya Kepala Bappeda Kabupaten Kotabaru Ketua Apersi Kalimantan Timur
Tata Ruang dan Ketimpangan Regional
Ketua LSM Kalimantan Membangun
Prof.Dr.Firwan Tan (Universitas Andalas) Prof. Dr.Ellyano S. Lasam,SE Msi (Universitas Balikpapan)
Ir. Eko Pranoto M.Si
UIDP Management
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Barat
Kepala Bappeda Kota Balikpapan Kepala Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
Ketua Kadin Kalimantan Tengah
Tata Kelola dan Kelembagaan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalimantan Tengah
Ir. Haryo Sangsongko ( Depdagri) Dr.H. Asmu'I,M.Si (Universitas Lambung Mangkurat )
Drs. Dasmir Good MAP.
Kepala Bappeda Kabupaten Sambas
Lingkungan dan Mitigasi Bencana
Kepala Bappeda Kabupaten Barito Utara
Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Tarakan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Banjarmasin
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Nunukan
Ketua Walhi Kalimantan Selatan
Ketua Apersi Kalimantan Barat
Dr.Ir.H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc (Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir.H. Sumaryono,M.Sc. (Universitas Mulawarman )
Hazairin M.Sc.
12.00-13.00 Rehat & Ibadah Panitia
13.00-16.00 Lanjutan sidang kelompok Sesi 2: Tema: 1) Merumuskan Kebijakan & Strategi Perkotaan Jangka Menengah***
Dipandu Fasilitator dan Narasumber
Urban Strategy and Policy Development
12
16.00-16.30 Persiapan Persentasi oleh Wakil Kelompok
16.00-16.30 Rehat dan Ibadah
16.30-17.30 Sidang Pleno: Presentasi kelompok
Wakil Kelompok Dit Bina Progrm CK
17.30-17.45 Paparan Rangkuman Hasil Lokakarya
Wicaksono Sarosa Ph.D (Team Leader Konsultan)
17.45-18.00 PENUTUPAN Kepala Bappeda Kota Banjarmasin
HARI ke-3 Sabtu, 17 Oktober 2009 06.30-08.00 Makan pagi Panitia
08.00-12.00 Check out Panitia
** Masih akan dikonfirmasikan *** (1) Khusus Kelompok E, ditambah pembahasan tentang Pembentukan Forum Kota (Urban Forum), dan
(2) Pengisian kuisioner AHP akan dilakukan pada sesi ini secara terpisahatauparalel oleh peserta
tertentu (akan dipilih kira-kira 10 orang).
Urban Strategy and Policy Development
13
BAB II
PELAKSANAAN LOKAKARYA HARI KE-1
2.1 Sambutan Laporan Panitia Direktur Bina Program,
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan
Umum
(Penyaji : Bapak Hadi Sucahyono)
Terima kasih pada walikota Banjarmasin (diwakili), pada Dir. Perkotaan Dirjen
Cipta Karya yang telah berkenan hadir dan membuka acara ini, serta
partisipan. Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih atas perkenan Bapak
Walikota Banjarmasin dan Bapak Direktur Pengembangan Permukiman Ditjen
Cipta Karya yang telah berkenan hadir dan akan membuka secara resmi acara
lokakarya regional ini. Panitia Pelaksana Lokakarya Regional ini mengucapkan
Selamat Datang kepada seluruh peserta Lokakarya Regional dan Undangan
lainnya, sekaligus menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas
kehadiran dan partisipasinya dalam Lokakarya Regional ini. Tujuan dari
lokakarya pada hari ini adalah untuk mensosialisasikan draft awal Kebijakan
dan Strategi Nasional Perkotaan (KSPN-Nasional Urban Strategy and Policy) yang
disusun oleh Dep. PU bersama dengan Bappenas. Diharapkan draft awal ini
akan mendapatkan masukan dan umpan balik dari para stakeholder yang
berada di Wilayah Kalimantan. Selanjutnya konsep KSPN diharapkan dapat
menjadi acuan bagi daerah dalam menyusun Kebijakan dan Strategi Perkotaan
Daerah (KSPD). Kegiatan Lokakarya Regional Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Perkotaan pada hari ini merupakan akhir dari serangkaian
kegiatan Lokakarya Regional yang diselenggarakan di beberapa daerah di
seluruh Indonesia, yaitu :
Urban Strategy and Policy Development
14
1. Lokakarya Wilayah Sumatera telah diselenggarakan di Kota Palembang
pada tanggal 21 s/d 22 Juli 2009.
2. Lokakarya Wilayah Jawa dan Bali telah diselenggarakan di Kota
Yogyakarta tanggal 26 s/d 28 Agustus 2009.
3. Lokakarya Sulawesi dan Wilayah Timur Indonesia telah diselenggarakan
di Kota Makassar pada tanggal 7 s/d 10 Oktober 2009.
4. Lokakarya Wilayah Kalimantan telah diselengggarakan Kota Banjarmasin
tanggal 14 s/d 17 Oktober 2009 .
Adapun peserta Lokakarya Penyusunan Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Perkotaan untuk Wilayah Kalimantan adalah perwakilan dari :
1. Dinas PU Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur.
2. BAPPEDA Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur.
3. BAPPEDA KotaatauKabupaten di Wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
4. Instansi Pemerintah Pusat (Bappenas, Depkeu, Depdagri dan Dep. PU).
5. Pergurunan Tinggi di Wilayah Kalimantan.
6. Kadin, REI dan LSM Wilayah Kalimantan.
Adapun keseluruhan peserta yang diundang berjumlah 43 orang yang terdiri
dari 32 orang mewakili stkaholder daerah dan 11 orang mewakili stkaholder
pusat.
Bapak atau Ibu dan hadirin yang kami hormati,
Adapun agenda Lokakarya Regional Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Perkotaan ini dilaksanakan selama 2 hari dengan agenda
sebagai berikut :
Urban Strategy and Policy Development
15
1. Arahan dari Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Perkotaan dan Infrastruktur bidang Cipta Karya, yang akan
disampaikan oleh Bapak Direktur Pengembangan Permukiman Ditjen Cipta
Karya.
2. Arahan Direktur Perkotaan dan Perdesaan Bappenas tentang Kebijakan
Nasional Pembangunan Jangka Panjang dan Jangka Menengah.
3. Paparan Draft awal KSNP (NUSP) sebagasi hasil sementara berupa isu
strategis, tantangan ke depan dan perumusan arahan kebijakan dan strategi
perkotaan.
4. FGD yang akan terbagi dalam 6 (enam) Kelompok sesuai pengelompokkan
isu strategis dengan bahan materi draft awal KSPN yang didukung oleh
paparan dari narasumber setiap kelompok.
5. Sidang Pleno berupa presentasi hasil diskusi kelompok-kelompok serta
masukan dari narasumber yang dilanjutkan dengan diskusi dan tanya
jawab untuk menghasilkan perumusan dan kesepakatan Draft Awal
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan.
6. Penggunaan Metode AHP (Analytical Hierrarchy Process) sebagai alat bantu
untuk menetapkan prioritas Kebijakan dan Strategi berdasarkan hasil FGD.
Pada akhir kata, penyaji mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah bekerja keras untuk penyelenggaraan Lokakarya Regional ini, semoga
Lokakarya Regional ini bermanfaat kita semua.
Urban Strategy and Policy Development
16
2.2 Sambutan Selamat Datang dari Walikota Banjarmasin
( Penyaji : Sekda Kota Banjarmasin, Khairil MSC)
Penyaji mengucapkan salam hormat kepada pihak Bappenas, Departemen
Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri, para narasumber dan para
undangan dan hadirin. Penyaji mengucapkan selamat datang dan berterima
kasih kepada peserta karena dapat hadir di kota ini. Penyaji memohon maaf
atas ketidakhadiran walikota karena ada acara yang bersamaan, untuk
membuka . Berikut adalah sambutan Pak Walikota sebagaimana disampaikan
sebagai berikut :
Selamat pagi dan salam sejahtera,
Dengan diiringin ucapan syukur alhamdulillah pada Allah SWT, sehingga kita
semua dapat hadir di acara ini dalam rangka lokakarya regional Kalimantan
guna menyusun Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan ini. Pekerjaan ini
semoga mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT.
Selaku tuan rumah, atas nama masyarakat kota Banjarmasin, mengucapkan
selamat datang pada para peserta lokakarya regional, sebagai ibu kota Kalsel.
Sebuah kota tua yang berusia 483 tahun . Teriring terima kasih atas dipilihkan
kota seribu sungai sebagai tempat lokakarya regional ke-4, setelah lokakarya di
Palembang untuk wilayah sumatera, lokakaya di Yogya untuk wilayah Jawa-
Bali dan di Makassar untuk wilayah Sulawesi dan Indonesia Timur. Kami juga
berharap peserta mendapatkan kesan yang menyenangkan dari kota ’bungas’
atau(’cantik’ dalam bahasa banjar)., serta mendapat sambutan hangat dari kota
ini.
Hadirin yang saya hormati, secara sekilas saya ingin menggambarkan sekilas
kota Banjarmasin. Visinya adalah kota Banjarmasin yang berdaya saing tinggi
dan berdaya jati diri. Di tepi sungai (dibelah sungai martapura) dan luas 97
km2 (kota yang tidak terlalu besar dan memiliki kepadatan yang cukup tinggi),
dan berada pada ketinggian 0,9 m di atas laut (sehingga kota ini cukup sering
Urban Strategy and Policy Development
17
mengalami banjir air pasang ). Jumlah penduduk ... jiwa (menurut data bulan
April), dan biasanya setiap weekend meningkat.
Hadirin yang saya hormati, sebagaimana layaknya kota di Indonesia, kota
Banjarmasin juga memiliki permasalahan, seperti okupansi sempadan sungai,
penyempitan drainase, semakin berkurnagnya sumber air baku (walaupun
cakupan air sudah mencapai 94%), minimnya RTH, suplai listrik, sanitasi,
sampah dan berbagai persoalan lainnya yang semakin lama semakin
meinngkat. Untuk mengatasi, diperlukan penangana yang serisu dan
berkelanjutan, dan kebijakan yang tidak hanya bersifat lkal dan kedaerahan,
tapi juga nasional. Oleh itu, kota Banjarmasin sangat berharap lokakarya ini
benar-benar menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan dan strategi
nasional perkotaan.
2.3 Arahan dan Kebijakan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum
Penyaji memulai dengan menjelaskan ada empat hal utama yang ada di paparan ini.
Yaitu pertama, memaparkan potret, ataukondisi eksisting perkotaan di
Indonesia. Dilanjutkan dengan penjelasan mengenai tantangan pembangunan
perkotaan di Indonesia (yang sebagian besar sudah disampaikan oleh bapak
direktur), serta review kebijakan yang sudah dilakukan untuk menangani isu
tersebut, serta yang terakhir, arahan secara umum kebijakan perkotaan ke
depan.
LATAR BELAKANG
Masalah Perkotaan
Salah satu latar belakang dari perlunya penyusunan kebijakan strategi nasional
perkotaan adalah Jumlah penduduk perkotaan yang akan melebihi penduduk
perdesaan (2025 diestimasi penduduk perkotaan akan berjumlah 65% dan
Urban Strategy and Policy Development
18
penduduk pedesaan 35%, yaitu urbanisasi. Kota seperti gula yang terus
didatangi, Hal ini perlu diwaspadai oleh kota dan juga oleh desa untuk dapat
memantau fenomena ini Akibat dari urbanisasi tersebut adalah:
1. Pesatnya peningkatan kepadatan kota besar
2. Pembengkakan kawasan pinggiran
3. Pemekaran Kota Baru yang terlihat dari pembentukan kota-kota baru
(terutama di pulau Kalimanta, yang salah satu isu utamanya adalah
pemekaran sehingga muncul kota-kota baru)
Akibat dari urbanisasi yang berkontribusi pada permasalahan perkotaan
adalah antara lain kemiskinan di kota, besarnya kebutuhan lapangan pekerjaan
dan pelayanan publik, menurunnya kualitas lingkungan hidup serta besarnya
misuse di dalam pemanfaatan lahan. Perkotaan harus menghadapi masalah
dengan rendahnya tata kelola, dan juga lingkungan hidup. Penelitian dari
UNDP menyebutkan bahwa perubahan iklim mengakibatkan beberapa macam
kerentanan kota, termasuk pada bencana alam. Indonesia harus bersiap untuk
mengatasi hal tesebut (walaupun menurut ahli geologi pulau Kalimantan tidak
berpotensi mengalami gempa bumi, namun lokasi pulau Kalimantan yang
dikelilingi laut memiliki ancaman tersendiri).
Berikut adalah tantangan perkotaan yang harus dihadapi :
1. Terkait Kemiskinan Perkotaan
Adanya kenaikan anggaran yang besar. Akan tetapi tidak mampu
menurunkan jumlah kemiskinan di kota. Sehingga perlu ada perhatian
mengenai efektifitas upaya yang sudah dilakukan. Mungkin perlu
diingat bahwa pembangunan perkotaan tidak hanya membangun fisik,
tapi juga proses atau mekanisme yang diperlukan.
Urban Strategy and Policy Development
19
2. Masalah pengelolaan perkotaan di indonesia
a. Pengelolaan perkotaan. Kapasitas daerah dalam penyediaan dana,
konflik kewenangan pusat daerah, tidak ptimalnya kerjasama
lintas wilayah dalam pengeolaan air baku TPA pengendalian
banjir dan drainase. Yang disorot di pengellaan perkotaan ini
adalah bagaimana tata kelola dan kelembagaan dilaksanakan, dan
hal ini terkait (1) manajemen kota belum responsif, (2) SPM masih
terbatas pada pendidikan dan kesehatan, belum ke aspek
perkotaan, (3) aturan yang tidak sinergis antara pemerintah pusat
dan daerah, dan (4) tingkat partisipasi swasta yang menurun.
3. Kerjasama antara daerah dan kota
a. Belum terbentuknya kerangka dan komitmen kerjasama yang
baik antara kota besar dan kab ataukota di sekitarnya
b. Kota belum berperan sebagai engine of growth of development
terhadap kota-kota di sekitarnya.
c. Tidak terwujudnya keterkaitan hirarki dan peran kota yang saling
mendukung karena konsentrasi pembangunan kota di Jawa.
4. Lingkungan
Selain memenuhi berbagai kebutuhan warga kota, juga harus
diperhatikan aspek lingkungan. Isu terkait aspek tersebut adalah:
(1) degradasi lingkungan yang semakin besar akibat polusi,
(2) kerawanan bencana, (3) Perubahan iklim.
5. Daya Saing
Posisi Indonesia di kalangan Asia Tenggara tidak tinggi di dalam pasar
global. Berdasarkan world competitivenes report tahun 2008 dan Tata
Kelola Ekonomi Daerah (KPPOD), masalah utama adalah :
Urban Strategy and Policy Development
20
(1) infrastruktur, (2) teknologi dan (3) SDM, (4) iklim dunia usaha,
(5) kelembagaan), dan (6) kemitraan). Indonesia memang sementara ini
kalah dari sIngpore dan Malaysia, dan tidak lebih baik dari Vietnam
(Indonesia sudah terkejar oleh Vietnam). Berikut adalah hal yang harus
diwaspadai untuk meningkatkan daya saing: infrastruktur, teknologi,
SDM , kelembagaan, iklim dunia usaha dan kemitraan publik dan dunia
usaha.
ATURAN PENDUKUNG KEBIJAKAN PERKOTAAN
Penyaji memaparkan sudah sejauh mana aturan pendukung kebijakan
perkotaan yang sudah ada dalam mendukung pembangunan kota.
Perencanaan, Pengelolaan, dan Pedoman Teknis Pembangunan Perkotaan
1. UU Tata ruang No. 26. 2007 dan PP No. 26atau2008 tentang RTRWN
Di dalam produk ini, ditetapkan bahwa wawasan perkotaan menurut
besarannya dapat berbentuk: a. Kawasan perkotaan kecil (50 – 100 ribu
jiwa), b. Kawasan perkotaan sedang (100 – 500 ribu jiwa), c. Kawasan
perkotaan besar (>500 ribu jiwa) dan d. (> 1.000.000 jiwa).
2. Sistem perkotaan Nasional yang berusaha mengaitkan kota-kota dalam
hirarki perkotaan nasional : Pusat Kegiatan Nasional (PKN), pusat
kegiatan wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) serta untuk
kota di daerah perbatasan negara (PKSN).
3. Kebijakan strategi nasional pengembangan perkotaan: (Permen PU No.
494 / PRTM / 2005).
4. Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (PP. No 34 tahun 2009)
tentang pengelolaan kawasan perkotaan)
5. Penyusunan rencana kota (Permendagri No.1 tahun 2008), dst. Dan lain-
lain.
Urban Strategy and Policy Development
21
Landasan hukum ini mungkin penting bagi daerah-daerah yang sedang
bekembang untuk diketahui, terutama terkait dengan informasi yang
dapat membantu terjaminnya pelayanan publik.
Kewenangan Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan
UU. 32 / 2004 tentang Kewenangan Perencanaan, Pembangunan dan
Pengelolaan Perkotaan.
a. Urusan Wajib
b. Urusan Pilihan
c. Pengelolaan Kawasan Perkotaan
Terkait Urusan Wajib, kurang adanya keterpaduan antara sektor yang belum
muncul. Sebagai contoh, adanya pembangunan infrastruktur yang bertubi-tubi,
tapi pembangunan sosial budayanya tertinggal. Permasalahan ini diharapkan
dapat dieksplor lebih lanjut di sidang kelompok. Pembangunan fisik memang
masih menjadi prioritas, dan bukannya memperhatikan aspek kenyamanan
dari warga kota.
Terkait urusan pilihan, besar harapan Bappenas, diskusi ini dapat menggali
masukan yang membumi sehingga dapat merespon karakter pembanguann
perkotaan di pulau Kalimantan dan membumikan kebijakan-kebijakan yang
sudah ada.
ARAH KEBIJAKAN PERKOTAAN DI DALAM RPJP
Penyaji memapaparkan dasar dari pembangunan perkotaan dan pentingnya
adanya keterkaitan antara kebijakan untuk pembangunan kota.
Pertama adalah RPJP (dulu GBHN), dan sudah mulai masuk ke penjabaran
RPJM yang ke-2. Jika pada lima tahun lalu meningkatkan kesejahteraan,
Urban Strategy and Policy Development
22
RPJMN ke depan adalah mempertahan SDM, iptek dan peningkatan daya saing
(terutama bagaimana SDM dan iptek mendukung peningkatan daya saing, dan
adanya pembangunan yang merata dan berkeadilan).
Dasar Kebijakan Pembangunan Perkotaan
Ada tiga prinsip, yaitu (1) orientasi pada pembangunan sumber daya manusia,
(2) perhatian terhadap aspek sosial budaya lingkungan sehingga pemangunan
seimbang dan berkelanjutan, dan (3) memperhatikan peran kota dalam
perubahan iklim dan globalisasi terkait upaya mitigasi bencana.
Keseimbangan pembangunan kota besar dan kecil diharapkan dapat terwujud
melalui : (1) Penguatan Sistem perkotaan nasional yang sudah tertuang dalam
RTRWN (a. Pengendalian dan pengelolaan kota metropolitan dan megapolitan,
b.pembangunan ekonomi kawasan perkotaan, dengan memberi kekuatan pada
keterkaitan aliran produksi-pasar, sektor informal dan tradisional sebagai ciri
khas nasional. c. Penguatan kawasan perkotaan.
Sistem dan Struktur Perkotaan
Fokusnya adalah (1) mencegah pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali
(urban sprawl dan conurbation.), dan (2) peningkatan keterkaitan kegiatan
ekonomi wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan dan membangun daya
tarik wilayah perdesaan dalam suatu ’sistem wilayah pengembangan ekonomi’.
Yang terakhir ini yang belum pernah dilakukan, karena seringkali kegiatan ini
tidak terkait dengan sistem perkotaan.
Terkait dengan pengendalian kota besar dan metropolitan, yang diinginkan
adalah kota pretopolitan yang kompak,nyaman, efisien dalam pengelalaan
serta berkelanjutan,dengan fokus: (1) penerapan manajemen perkotaan beserta
aspek-aspeknya yang akan dijelaskan seara lebih rinci (2) pengembangan
kegiatan ekonomi kota ramah lingkungan, (3) revitaslisasi kawasan kota,
(4) peningkatan kualitias lingkungan fisik sosial budaya, dan (5)penataan
Urban Strategy and Policy Development
23
kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi
masal yang terintegrasi antarmoda.
Pembangunan kota kecil dan menengah :
Pendekatannya adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar perkotaan
sesuai tipologi kota. Tipologi ini bisa dijelaskan lebih lanjut, seperti misalnya
penggunaan kota-kota pesisir dengan pendekatan pembangunan ‘waterfront’.
Pembangunan keterkaitan
Perlunya diversifikasi aktivitas ekonomi di perkotaan dengan aktifitas ekonomi
di pedesaan.
Kesimpulan
Sejauh ini urbanisasi yang menghasilkan masalah ini, masih memerlukan solusi
yang berbasis sector dan masih meninggalkan persoalan-persoalan
(1) pengelolaan perkotaan, (2) keterkaitan antara kota dan (3) kerjsa sama antar
wilayah). Tersebut merupakan bagian dari agenda kebijakan dalam RPJMN
2005-2009. Untuk ke depan, kota harus dilihat sebagai sebuah entity, dan tidak
sektoral. Kota memiliki tugas sebagai engine of national and regional growth, dan
kota harus dibangun sebagai kawasan yang nyaman layak huni dan
sustainable. Inilah yang harus dijadikan arahan kita dalam membangunan kota
sebagaimana tertuang di dalam agenda kebijakan RPJMN 2010-2014. Penjelasan
lebih lanjut dalam hal ini akan dijabarkan oleh tim konsultan USPD.
PENGELOLAAN PERKOTAAN
Perlu adanya manahemen penglolaan perkotaan sebagai sebuah proses
(merencanakan, mengorganisasikan dan memonitor) dari kondisi kota sekarang
ini menjadi kota yang diinginkan. Di dalam pengelolaan tersebut, teradapat
komponen utama, kelembagan, dan lingkungan. Utama adalah aktivitas
penduduk dan sistem jeringan, kelembangaan ada lingkungan, masalah fisik,
Urban Strategy and Policy Development
24
sosial, ekonomi politik dan hubungan nya secara eksternal ke luar, lingkungan
sisten kelembagaannya, aspek legalnya, keuangan dan organisasi. Yang
dilakukan sekarang ini mungkin baru pada tahap pengelolaan teknis, dan
belum pada tahap pengendalian. Bahan ini akan dibagikan ke peserta
lokakarya sehingga dapat dicermati secara lebih lanjut. Diharapkan
pengelolaan perkotaan dapat menjadi suatu kegiatan yang utuh.
LATAR BELAKANG
Masalah Perkotaan
Salah satu latar belakang dari perlunya penyusunan kebijakan strategi nasional
perkotaan adalah Jumlah penduduk perkotaan yang akan melebihi penduduk
perdesaan (2025 diestimasi penduduk perkotaan akan berjumlah 65% dan
penduduk pedesaan 35%. Akibat dari urbanisasi tersebut adalah :
1. Pesatnya peningkatan kepadatan kota besar
2. Pembengkakan kawasan pinggiran
3. Perumbuhan penduduk di 12 kota besar, sehingga memicu perluasan
permukiman baru di kawasan non-permukiman. Diperkirakan juga
pada tahun 2015, Jakarta akan menjadi megapolitan terbesar No. 9 di
dunia, diiksi Surabaya - Medan yang akan menjadi megapolitan Asia.
4. Pemekaran Kota Baru yang terlihat dari pembentukan kota-kota baru
(terdapat 31 kota baru hanya dalam kurun waktu 10 thaun terakhir).
Akibat dari urbanisasi antara lain adalah kemiskinan di kota, besarnya
kebutuhan lapangan pekerjaan dan pelayanan publik, menurunnya kualitas
lingkungan hidup serta besarnya misuse di dalam pemanfaatan lahan. Isu ini
adalah beban bagi pemerintah kota, terutama di masa datang dimana
penduduk perkotaan diperkirakan akan jauh lebih besar. Berikut adalah
penjabaran lebih lanjut dari akibat dari urbanisasi tersebut :
Urban Strategy and Policy Development
25
1. Kemiskinan Perkotaan
Walaupun kemiskinan lebih besar di perdesaan, namun kenaikan
anggaran melalui pogram pembangunan di kota tidak mempu
menurunkan jumlah kemiskinan di kota. Sehingga perlu ada perhatian
mengenai efektifitas upaya yang sudah dilakukan.
2. Masalah pengelolaan perkotaan di Indonesia
a. Pengelolaan perkotaan. Terkait dengan kapasitas daerah (SDM,
pembiayaan dalam penyediaan dan penyelenggaran pelayanan
kota), konflik kewenangan dan tidak optimalnya kerjasama lintas
wilayah.
b. Dari sisi tata kelola dan kelembagaan : (1) manajemen kota belum
responsif, (2) SPM masih terbatas pada pendidikan dak kesehatan,
belum ke aspek perkotaan, (3) aturan yang tidak sinergis antara
pemerintah pusat dan daerah, dan (4) tingkat partisipasi swasta
yang menurun (data 2002).
3. Kerjasama antara daerah dan kota
a. Belum terbentuknya kerangka dan komitmen kerjasama yang
baik antara kota besar dan kab / kota di sekitarnya
b. Kota belum berperan sebagai engine of growth of development
terhadap kota-kota di sekitarnya.
c. Tidak terwujudnya keterkaitan hirarki dan peran kota yang saling
mendukung karena konsentrasi pembangunan kota di pulau
Jawa.
Urban Strategy and Policy Development
26
Tantangan Perkotaan
Tantangan perkotaan merupakan tantangan yang harus dihadapi hingga
mungkin 20 tahun kedepan dan menjadi bahan pertimbangan penyusunan
KSPN :
Lingkungan
Selain memenuhi berbagai kebutuhan warga kota, juga harus diperhatikan
aspek lingkungan. Isu terkait aspek tersebut adalah: (1) degradasi lingkungan
yang semakin besar akibat polusi, (2) kerawanan bencana, yang menjadi begitu
penting. Tidak bisa lagi model tanggap darurat seperti biasa, namun harus ada
kebijakan di tingkat daerah yang prefentif. (3) Perubahan iklim.
Daya Saing
Posisi Indonesia di kalangan Asia Tenggara tidak tinggi, dan berdasarkan
world competitivenes report tahun 2008 dan Tata Kelola Ekionomi Daerah
(KPPOD), masalah utama adlaha: (1) infrastruktur, (2) teknologi dan (3) SDM,
(4) iklim dunia usaha, (5) kelembagaan), dan (6) kemitraan).
ATURAN PENDUKUNG KEBIJAKAN PERKOTAAN
Perencanaan, Pengelolaan, dan Pedoman Teknis Pembangunan Perkotaan
1. UU Tata ruang No. 26. 2007 dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Di dalam produk ini, ditetapkan bahwa wawasan perkotaan menurut
besarannya dapat berbentuk: a. Kawasan perkotaan kecil (50 – 100 ribu
jiwa), b. Kawasan perkotaan sedang (100 – 500 ribu jiwa), c. Kawasan
perkotaan besar (>500 ribu jiwa) dan d. (> 1.000.000 jiwa).
2. Sistem perkotaan Nasional yang berusaha mengaitkan kota-kota dalam
hirarki perkotaan nasional : Pusat Kegiatan Nasional (PKN), pusat
kegiatan wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) serta untuk
kota di daerah perbatasan negara (PKSN).
Urban Strategy and Policy Development
27
3. Kebijakan strategi nasional pengembangan perkotaan: (Permen PU No.
494/PRTM/2005).
4. Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (PP. No 34 tahun 2009)
tentang pengelolaan kawasan perkotaan)
5. Penyusunan rencana kota (Permendagri No.1 tahun 2008), dst.
Sampai sejauh mana peraturan perundangan ini dapat memandu
pengembangan perkotaan.
Kewenangan Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan
UU. 32/ 2004 tentang Kewenangan Perencanaan, Pembangunan dan
Pengelolaan Perkotaan.
a. Urusan Wajib
b. Urusan Pilihan
c. Pengelolaan Kawasan Perkotaan
ARAH KEBIJAKAN PERKOTAAN DI DALAM RPJP
Terdapat adanya RPJMN yang menjadi acuan pembangunan, dan akan disusun
RPJMN 2010-2014 sebagai suatu langkah ke depan. Jika pada lima tahun lalu
meningkatkan kesejahteraan, RPJMN ke depan adalah mempertahan
kesejahteraan dan meningkatkan daya saing. Tentunya jika melihat kondisi
perkotaan di Indonesia, maka beban ini cukup berat.
Di dalam RPJP, peran yang diinginkan untuk kota tidak hanya daya saing, tapi
juga keadilan (adanya kesenjangan antar wilayah yang cukup tinggi). Apabila
misi pembangunan perkotaan yang merata dan berkeadilan ini dikaitkan
dengan misi bangsa yang berdaya saing, sebetulnya saling melengkapi.
Misalnya perlu perhatian terhadap potensi keragaman etnis dan budaya
sebagai modal untuk meningkatkan daya saing kota, dan memastikan agar
kesejahteraan di berbagai kelompok masyarakat tersebut merata.
Urban Strategy and Policy Development
28
Dasar Kebijakan Pembangunan Perkotaan
Ada tiga prinsip, yaitu (1) orientasi pada pembangunan sumber daya manusia,
(2) perhatian terhadap aspek sosial budaya lingkungan sehingga pemangunan
seimbang dan berkelanjutan, dan (3) memperhatikan peran kota dalam
perubahan iklim dan globalisasi.
Ini semua akan dilaksanakan melalaui (1) Penguatan Sistem perkotaan nasional
yang sudah tertuang dalam RTRWN (a. Pengendalian dan pengelolaan kota
metropolitan dan megapolitan, b.pembangunan ekonomi kawasan perkotaan,
dengan memberi kekuatan pada keterkaitan aliran produksi-pasar, sektor
informal dan tradisional sebagai ciri khas nasional. Contoh kasus adalah
hubungan yang tidak seimbang antara Carrefour dan pasar tradisional serta,
c. Penguatan kawasan perkotaan.
Sistem dan Struktur Perkotaan
Fokusnya adalah (1) mencegah pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali
(urban sprawl dan conurbation.), dan (2) peningkatan keterkaitan kegiatan
ekonomi wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan dan membangun daya
tarik wilayah perdesaan dalam suatu ’sistem wilayah pengembangan ekonomi’.
Yang terakhir ini yang belum pernah dilakukan, karena seringkali kegiatan ini
tidak terkait dengan sistem perkotaan.
Terkait dengan pengendalian kota besar dan metropolitan, yang diinginkan
adalah kota pretopolitan yang kompak nyaman, efisien dalam pengeolalaan
serta berkelanjutan,dengan fokus: (1) penerapan manajemen perkotaan beserta
aspek-aspeknya yang akan dijelaskan seara lebih rinci. (2) pengembangan
kegiatan ekonomi kota ramah lingkungan, (3) revitaslisasi kawasan kota,
(4) peningkatan kualitias lingkungan fisik sosial budaya, dan (5)penataan
kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi
masal yang terintegrasi antarmoda.
Urban Strategy and Policy Development
29
Pembangunan kota kecil dan menengah:
Pendekatannya adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar perkotaan
sesuai tipologi kota. Tipologi ini bisa dijelaskan lebih lanjut, seperti misalnya
penggunaan kota-kota pesisir dengan pendekatan pembangunan ‘waterfront’.
Pembangunan keterkaitan
Perlunya diversifikasi aktivitas ekonomi di perkotaan dengan aktifitas ekonomi
di pedesaan.
Kesimpulan
Sejauh ini urbanisasi yang mengahsilkan masalah ini, masih memerlukan solusi
yang berbasis sector dan masih meninggalkan persoalan-persoalan
(1) pengelolaan perkotaan, (2) keterkaitan antara kota dan (3) kerjsasama antar
wilayah). Tersebut merupakan bagian dari agenda kebijakan dalam RPJMN
2005-2009. Untuk ke depan, kota harus dilihat sebagai sebuah entity, dan tidak
sektoral. Kota memiliki tugas sebagai engine of national and regional growth, dan
kota harus dibangun sebagai kawasan yang nyaman layak huni dan
sustainable. Inilah yang harus dijadikan arahan kita dalam membangunan kota
sebagaimana tertuang di dalam agenda kebijakan RPJMN 2010-2014.
PENGELOLAAN PERKOTAAN
Perlu adanya manajemen pengelolaan perkotaan sebagai sebuah proses
(merencanakan, mengorganisasikan dan memonitor) dari kondisi kota sekarang
ini menjadi kota yang diinginkan. Di dalam pengelolaan tersebut, teradapat
komponen utama, kelembagan dan lingkungan. Utama adalah aktivitas
penduduk dan sistem jaringan, kelembangaan ada lingkungan, masalah fisik,
sosial, ekonomi politik dan hubungannya secara eksternal ke luar, lingkungan
sisten kelembagaannya, aspek legalnya, keuangan dan organisasi.
Urban Strategy and Policy Development
30
Kebijakan pengelolaan perkotaan berdasarkan sistem perkotaan
Kebijakan ke depan seharusnya memiliki pelayanan kebutuhan penduduk,
sistem pembangunan, manajemen lahan dan seterusnya, yang berada di dalam
suatu sistem, dimana masing-masing sistem tersebut memiliki prinsip-prinsip
pelaksanaan.
Pengelolaan Sistem Lingkungan Perkotaan :
Perlunya membangun kota yang berwawasan berkelanjutan : kompetisi dalam
iklim global, sekaligus mampu mempertahankan potensi budaya dan
keserasian lingkungan dengan ara kreatif dan inovatif.
Pengelolaan Sistem Pembangunan Sosial.
Perlu ada perhatian lebih ke aspek ini terutama terkait dengan kemiskinan
kota-degradasi lingkungan serta kerawanan sosial dan keamanan, sehingga
perlu optimalisasi potensi sumber daya alam dan pengembangan potensi cipta
kreasi manusia melalui investasi ekonomi dan teknologi, serta memberdayakan
potensi sumber daya manusia dan mendorong partisipasi sosial untuk
meningkatkan produktivitas perkotaan.
Pengelolaan Pelestarian Warisan Budaya
Sebagai upaya mengehadapi arus modernisasi budaya luar versus warisan
budaya nasional atauaset bersejarah melalui perencanaan dan pembanguan
perkotaan berbasis potensi budaya kota serta intervensi pemerintah terhadap
uipaya pelestarian ruang dan bangunan bersejarah Perlunya perhatian
pemerintah yang lebih besar terhadap pelestarian ruang dan bangunan
bersejarah
Pengelolaan Sisten Kerjasama Antar Daerah / Kota
Pentingnya kerjasama antar wilayah untuk memastikan terpenuhinya
kebutuhan kota, terutama untuk efisiensi pelayanan publik. Kerjasama dapat
Urban Strategy and Policy Development
31
dilakukan dalam penataan ruang, penanganan perkembagan kota, penanganan
urbanisasi, pengembangan jalur transportasi, pemanfaatan sumber daya alam
antara kota di tingkat lkal, regional, nasional, sister city.
Jadi pemerintah daerah juga memiliki kewenangan pengelolaan kota namun
tetap harus dikoordinasikan dengan provinsi dan pusat.
Salah satu isu lain adalah pengembangan isu teknologi dan komunikasi dan
informasi, melalui media cetak dan elektronik, serta bagaiaman menumbuhkan
peran serta masyarakat. ICT mungkin berkontribusi sebagai media untuk
menumbuhkembangkan partispasi masyarakat dengan baik.
Di akhir kata, berikut adalah sekilas hal-hal terkait perkotaan yang sudah
dsarikan. Semoga dapat menjadi masukan dalam lokakarya regional ini.
2.4 Isu – Isu Strategis Perkotaan Nasional dan Sumatera serta
Usulan Awal Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional
(Penyaji : Konsultan UIDP – USPD, Moderator Bapak Hadi Sucahyono, Kasubdit Kebijakan
dan Strategi, Dit. Bina Program , Direktorat Jenderal Karya )
Rancangan ini merupakan pancingan untuk menggali isu dan usulan kebijakan
terkait dengan kondisi di pulau Kalimantan. Pendekatan penyajian adalah
sebagai berikut: (i) Latar Belakang Penyusunan KSPN dan KSPD,
(ii) Pendekatan Penyusunan KSPN dan KSPD, (iii) Telaah Kebijakan Peraturan
atau Perundangan Terkait, (iv) telaah lingkungan strategis dan pembelajaran
dari negaraataukota lain, (v) kajian awal permasalahan perkotaan nasional dan
di sumatera (yang hanya berupa pancingan), (vi) Usulan kebijakan.
Urban Strategy and Policy Development
32
Latar Belakang
Tantangan yang diidentifikasi antara lain adalah pertambahan penduduk yang
sangat tinggi dan urbanisasi (Indonesia saat ini mengalami kondisi tipping point
dimana jumlah penduduk perkotaan hampir menjadi lebih banyak dari
penduduk perdesaan) serta pentingnya peran kota sebagai economic driver yang
belum dijalankan secara optimal, serta proses desentralisasi dan demokratisasi
yang menghasilkan efek yang beragam, dimana ada pemerintah kota yang
semakin maju dalam pengembangan kotanya, namun ada juga yang tidak
terarah. Namun secara keseluruhan kondisi kota-kota di Indonesia masih
memprihatinkan.
Kira-kira tahun 2010, ataumungkin tahun ini (tergantung referensi data), akan
lebih banyak penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan, dibanding
perdesaan, sehingga kita sudah bisa dibilang sebagai urban nation.
Tujuan
Tujuan NUSP / KSPN adalah memberikan arah yang jelas dan terukur bagi
pembangunan dan penyelenggaraan kota di Indonesia agar sumber daya yang
terbatas dan potensi yang ada dapat digunakan sebaik-baiknya dalam
menciptakan kota-kota yang nyaman, berkelanjutan, berkeadilan bagi semua
golongan masyarakat dan berperan sebagai pendorong bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat, maupun pertumbuhan ekonomi lokal, regional dan
nasional.
Tujuan dari Lokakarya ini adalah mendapatkan masukan dari wilayah di pulau
Kalimantan serta tanggapan guna mempertajam KSPN ini. Sebagai catatan,
kegiatan ini tidak menyusun Kebijakan Perkotaan Kalimantan , tapi bagaimana
kebijakan perkotaan di tingkat nasional mampu merespon isu di Pulau
Kalimantan.
Urban Strategy and Policy Development
33
Lingkup dan Keluaran
Lingkup dan Keluaran KSPN mencangkup (1) Formulasi dan
(2) Institusionalisasi KSPN, dimana perlu identifikasi status hukum tertentu
(sekarang status hukumnya Kepmen PU, yang dirasa belum mampu
menjangkau berbagai pihak) yang akan menjamin keterlaksanaan KSPN,
(termasuk pembentukan forum kota, mekanisme monitoring dan evaluasi
partisipatif berkala). Serta juga menjadi masukan bagi penyusunan RPJMN
2010-2014 dan (3) lokalisasi KSPN (LUSP).
Pendekatan dalam Perumusan
Proses Penyusunan
Hasil lokakarya (empat lokakarya regional) akan menjadi bahan masukan revisi
KSPN (dilakukan terus menerus), sebelum disajikan di seminar ahli (kemudian
menjadi draft revisi 2), lalu dibawa ke seminar stakeholder (kemudian menjadi
draft revisi 3) untuk kemudian diolah menjadi draft final dan diujicobakan ke
daerah serta institusionalisasi KSPN. Setelah uji coba di lapangan, baru versi
final dari KSPN dapat disusun.
Penyusunan Studi
Pendekatan studi adalah Telaah Kondisi Perkotaan dan Penentuan Visi Misi,
Perumusan Kebijakan dan Strategi serta mekanisme monitoring. Disertai
dengan masukan Telaah kebijakan dan perundangan yang ada serta Telaah
Lingkungan strategis (hal pokok yang mempengaruhi pertumbuhan perkotaan,
seperti tantangan, studi komparasi, dll), baru kemudian diusulkan kebijakan
dan strateginya.
Urban Strategy and Policy Development
34
Telaah Kebijakan dan Peraturan
Peraturan terkait adalah UU 17atau2007, permendagri dan lain-lain, serta isi
dari RPJMN di bagian dua. Sebagai contoh, pada RPJMN kedua, ada perhatian
pada penguatan daya saing perekonmian, maka harus dipastikan
pembangunan kota dapat turut berkontribusi pada pencapaian misi tersebut.
Maka bagaimana pembangunan kota-kota turut medukung upaya pencapaian
tersebut.
Dari RPJP terdapat butir yang menyentuh isu perkotaan, yang bersifat internal
perkotaan , dan yang ekternal, atausistem-kota-kota. Di RTWN, ada pembagian
PKN, PKW dan seterusnya, serta juga memberi arah pengambngan
infrastruktur perkotaan dan perdesaan. Dilihat pula dalam RTRWN
(PP 26 tahun 2008), pulau Kalimantan memliki 5 PKN, 28 PKW dan 10 PKSN,
(yang umumnya adalah kawasan perbatasan).
Di dalam KSNP yang sekaran berlaku (yang posisinya Permen
PU.No. 494 /PRT/2005) secara garis besar berisi: 1) Pemantapan peran fungsi,
(2) Pengembangan permukiman yang layak huni, (3) peningkatan kapasitas
manajemen pembangunan perkotaan. Dengan adanya produk hukum ini,
faktor mengapa kota-kota di Indoensia kondisinya masih memprihatinkan,
menjadi sebuah tantangan bagi kita semua.
Berikut adalah isi RTR pulau Kalimantan, yaitu: 1) memelihara dan
memulihkan kawasan berfungsi lingung, 2) mendaya guna posisi strategis
secara geografis, 3) mendorong percepatan penanganan kawasan perbatasan
(dimana kondisi di Malaysia jauh lebih baik) 4) meningkatkan aksesibilitas
internal wilayah pulau Kalimantan (dan interkoneksitasnya) karena masih
terbatas 5) mendorong peran kawasan andalan, 6) mengembang industri
pengolahan yang berbasis pada pengolahan SDA, serta 7) mendorong pusat
perkembangan ekonomi di pulau Kalimantan.
Urban Strategy and Policy Development
35
Telaah Lingkungan Strategis
Konteks Perkembangan Global
Investasi asing sangat tergantung dari kemampuan kota untuk menarik modal
tersebut. Globalisasi ekonomi yang diiringi dengan persaingan antara kota di
duani sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi regionalataunegara masing-
masing. Jika kota tidak mampu bersaing, maka hal tersebut juga akan
mempengaruhi laju pertumbuhan di tingkat nasional.
Konteks Perkembangan Nasional
Desentralisasi dan demokratisasi mempengaruhi efektifitas keijakan nasional,
oleh karenanya peran masing-masing
Konteks Perkembangan Lokal
Isu utama adalah kapasitas daerah dalam mengembangan pembangunan
perkotaannya. Tantangan yang sudah disebutkan diatas, menjadi tuntuntan
bagi pemerintah kota untuk menjadi: i) kota yang menarik untuk investasi,
(ii) menarik untuk dikunjungi, (iii) aman dan nyaman untuk dihuni,
(iv) memiliki amenities maupun lingkungan yang kondusif bagi meningkatnya
produktifitas dan kreativitas.
Tanpa karakteristik ini, sulit bagi kota untuk berperan secara optimal sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dan meningkatkan kesejahteraan
warga.
Studi Banding untuk Inspirasi
Tujuan dari studi banding ini adalah untuk mencari inspirasi dan pembelajaran
dan berbagai kasus di berbagai negara dan melihat juga kemungkinan untuk
diadaptasi dan diaplikasikan di Indonesia.
Urban Strategy and Policy Development
36
Cina
Cina memiliki urban-led development, yaitu pembangunan yang berbasis kota.
Dalam mengahadapi irbanisasi, kita tidak perlu hanya reaktif, tapi juga bisa
preventif dan bahkan menggunakan kondisi ini sebagai metode kebijakan
perkotaan. Sebagai contoh, mengingat besarnya penduduk perdesaan namun
jumlah penduduk dua kota besarnya sudah begitu besar, maka Cina
memnumbuhkan beberapa titik-titik economic driver (SEZ- Szenzen Economic
Zone) yang turut membantu perkembangan ekonominya secara nasional
hingga mencapai 8% bahkan pada saat krisis. Yang palingpenting dari
kebijakan perkotaan di Cina adalah penerapan urban led development, dimana
pemrintah secara konsisten memfokuskan perhatian ke pembangunan kota dan
menggunakan urbanisasi sebagai sebuah instrumen untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Penerapan kebijakan ini sangat terarah di aspek
implementasinya, sehingga dapat mencapai efektivitas yang lebih maksimal.
Hasilnya tidak hanya Special Economic Zone yang sangat kompetitif, tapi juga
simpul-simpul kota yang memiliki infrastruktur yang baik dan dampat turut
berkontribusi ke ekonomi nasional. Pelajaran yang diambil disini adalah
konsistensi pemerintah untuk mengalokasikan dana terhadap pertumbuhan
kota, dan tidak berusaha membagi rata dana yang ada ke berbagai fokus
sehingga hasilnya maksimal dan membawa perubahan yang signifikan
(penggunaan dana secara maksimal untuk satu tujuan, dan bukannya
pembagian dana yang merata untuk berbagai tujuan).
Curitiba, Brazil
Penerapan TOD (Transit-oriented Development) di Brazil, dimana terdapat
keterpaduan antara perencanaan permukiman dan transportasi dan merupakan
contoh kota yang berkelanjutan, sehingga kota ini nyaman ditinggali dan
dibangun dengan metode partisipatif.
Urban Strategy and Policy Development
37
Vancouver, Canada
Menerapkan kebijakan untuk membuat kota dan sekitarnya menjadi nyaman
bagi pejalan kaki melalui pemadatan (densifikasi) pusat kota dan simpul-
simpul transportasi dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus oleh
setidaknya dua walikota yang berbeda berturut-turut. Pembelajaran yang dapat
diambil disini sangat mungkin untuk melakukan ‘retro-fit’ kota yang sudah
tidak tertata, asalkan adanya konsistensi kebijakan dan kemauan politis yang
kuat.
Bangkok, Thailand
Pemanfaatan potensi lokal di Bangkok, Thailand melalui revitalisasi
transportasi air (yang terintegrasi dengan perbaikan sistem sanitasi kota dan
lain-lain) sehingga tidak hanya menjadi sarana transportasi tapi juga wisata.
Sebetulnya jika dibandingkan dengan kota Banjarmasin, potensi untuk
transportasi sungai jauh lebih kaya. Namun memang perlu upaya untuk
membersihkan sungai-sungai disini (walaupun sekarang sudah signifikan
perbedaannya menjadi lebih bersih). Selain itu juga penanganan permukiman
kumuh di Bangkok juga sangat baik (sebuah hal yang ironis mengingat
program tersebut belajar dari program Mohammad Husni Thamrin
(KIP-Kampung Improvement Program) di Jakarta tahun 1970-1980.
Hanoi, Vietnam
Perencanaan secara sederhana mengenai (i) kondisi sekarang, (ii) kondisi masa
datang dan (iii) bagaimana mencapainya, yang dipaparkan kepada publik
dalam bentuk pameran, sehingga merupakan bentuk upaya transparansi dan
akuntabilitas.
Urban Strategy and Policy Development
38
Metro Naga, Filipina
Merupakan contoh kerjasama antar kota yang baik yang tumbuh dari bawah
(bukan ditetapkan dari atas), dan adanya pembagian peran (ada kota yang
berperan sebagai wilayah konservasi hijau, dan sebagai kompensasi, diberikan
subsidi oleh kota lainnya yang dapat berperan sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi) serta mekanisme insentif-disinsetif. Sebetulnya di Indonesia juga
sudah ada, yaitu Kartamantul (Yogyakarta, Sleman dan Bantul), namun
mungkin belum memiliki pembagian peran yang sejelas Metro naga (terutama
terkait dengan isu besarnya jumlah lahan pertanian yang dikonversi ke
perkotaan di kabupaten Sleman dan Bantul).
Singapore
Mengubah keterbstasan lahan menjadi keunggulan (dengan adanya lingkungan
kota yang nyaman melalui keterpaduan guna lahan, transportasi dan urban-
design), serta kebijakan yang konsisten tapi juga fleksible terhadap tuntuan
jaman (sebagai contoh, dari industrialisasi ke “clean and green” ke kota yang
penuh social amenities.
Kondisi Umum Perkotaan Nasional
• Kota-kota metropolitan dan besar yang menghadapi tekanan penduduk
yang tinggi
• Pencemaran lingkungan yang terkait dengan kemiskinan, indsutri dan
konsumsi
• Sarana dan prasarana yang umumnya dalam kondisi sederhana di kota-
kota kecil dan sedang.
Hal yang berbeda dari Kebijakan Perkotaan yang sedang disusun ini dengan
kebijakan perkotaan sebelumnya adalah adanya mekanisme pengukuran
sebagai bagian dari mekanisme evaluasi. Selain mekanisme insentif dan
Urban Strategy and Policy Development
39
disinsentif, akan dilakukan juga monitoring dan evaluasi oleh masyarakat
dengan menggunakan motede citizen report card.
Kondisi dan Permasalahan Perkotaan
Dalam melihat kondisi dan permasalahan perkotaan di kota-kota, struktur
pembagian permasalahan disesuaikan dengan RPJP (walaupun tidak sama
persis) menjadi: 1. Aspek Kependudukan - Sosial Budaya, 2. Aspek Ekonomi
Finansial Perkotaan, 3. Aspek Sarana Prasarana, 4. Aspek Tata Ruang dan
Ketimpangan Regional, 5. Aspek Tata Kelola dan Kelembagaan, dan 6. Aspek
Lingkungan dan Mitigasi Bencana. Usulan permasalahan , kebijakan dan
strategi kemudian akan dibahas lebih rinci di dalam pelaksanaan FGD pada
saat lokakarya daerah. Permasalahan prioritas ini memang dibatasi sampai lima
dan enam, dan diharapkan hasil diskusi kelompok dapat mengkritisi
permasalahan yang sudah diidentifikasi (apakah benar merupakan
permasalahan yang strategis atau bukan) dan memberi masukan apabila ada
isu yang belum tercangkup di dalam permasalahan.
Diambil contoh isu kependudukan, seringkali kita tidak cukup jeli untuk
melihat komposisi penduduknya. Misalnya di pulau Kalimantan, piramida
penduduk di kota Banjarmain, struktur pendudiknya lebih banyak penduduk
usia produktifnya (usia remaja dan anak-anak) sehingga bentuk kebijakan
perkotaan seperti apa yang dapat mampu memfasilitasi kebutuhan
pendudukanya. Lalu terkait dengan aspek ekonomi,
Masukan dari Lokakarya di Palembang :
- Urgensinya pemenuhan kebutuhan listrik di Sumatera, apalagi
menimbang bahwa Sumatera justru merupakan sumber bahan baku
- Pentingnya pembentukan lingkungan perkotaann yang kondusif bagi
berkembangnya semangat kewirusahaan disertai dengan perlakuan
yang adil baik terhadap pengusaha lokal maupun non-lokal
Urban Strategy and Policy Development
40
- Pentingnya “law enforcement” dalam tata-ruang dan berkehidupan di
kota
- Pentingnya peran pemerintah dalam melakukan “public campaign”
terutama terkait dengan transformasi kehidupan dari perdesaan ke
perkotaan
- Pentingnya perhatian kepada cagar budaya lokal
- Perlu dijajagi kemungkinan moratorium konversi lahan
- Perlu dipertimbangkan adanya lembaga penjaga atau pengendali
lingkungan di tingkat lokal yang bersifat multipihak
Masukan dari Lokakarya di Yogyakarta:
Prinsip 1 :
Kota harus dilihat sebagai sebuah entitas sosio-spasial, di mana wujud fisik dan
ruang merupakan pencerminan dari masyarakat kota tersebut. Wujud fisik-
ruang kota dipengaruhi oleh masyarakatnya, tapi masyarakat pun dipengaruhi
oleh fisik-ruang kota yang ada
Prinsip 2 :
Kota adalah untuk semua orang: kaya ataumiskin, warga asli ataupendatang
tetap ataupengunjung sementara, apapun latar belakang suku, agama
atauidentitas kepribadian lainnya (sejauh tidak saling mengganggu atau
merugikan ).
Prinsip 3 :
Kota adalah bagian dari lingkungan yang lebih luas. Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi kota harus memperhatikan aspek keberlanjutan
(“sustainability”) dari lingkungan alam, lahan pertanian disekitarnya serta
sosial-budaya dan ekonomi masyarakatnya.
Urban Strategy and Policy Development
41
Prinsip 4 :
Kota – yang otonom ataumandiri sekalipun – selalu terkait dengan kota
ataudaerah lain, khususnya yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu
kerjasama antar-daerah merupakan bagian yang penting dalam pembangunan
kota dan masyarakatnya.
Prinsip 5 :
Kota juga harus menyesuaikan kondisi ataumemanfaatkan potensi lokal-
geografis-historis yang ada secara bijak. Oleh karenanya kota-kota pantai
atautepi air harus memiliki muka air yang bersifat publik.
Dengan Isu sebagai berikut:
• Kriminalitas di perkotaan yang cenderung meningkat,
• ‘Food security,’ (kota membutuhkan ketersediaan pangan yang tidak
diproduksi sendiri)
• Enerji (kota adalah pengguna enerji yang besar)
• ‘Urban productivity’ (masyarakat kota yang produktif sangat
dipengaruhi
• Perempuan dan anak-anakatauremaja serta ‘vulnerable groups’ sebagai
anggota masyarakat kota yang sering terabaikan kepentingannya
• Pendekatan budaya, dialogis serta berbasis masyarakat menciptakan
masyarakat kota yang aktif, kreatif, terlibat dan merasa memiliki
Masukan dari Lokakarya di Pulau Makassar:
• Permukiman di Kawasan Timur Indonesia memiliki keragaman
geografis yang sangat beragam : permukiman di pulau-pulau kecil di
Maluku, permukiman berkepadatan rendah di kawasan pegunungan di
Papua, kota / permukiman yang berorientasi baik daratan dan laut di
Sulawesi dan Nusa Tenggara
Urban Strategy and Policy Development
42
• Dalam konteks kelautan : laut bukanlah pemisah, tapi pemersatu
(dengan syarat sarana transportasi laut yang baik)
• Jenis sarana-prasarana untuk kawasan kepulauan juga berbeda (seperti
Puskesmas terapung, perpustakaan dll)
• Diusulkan pendekatan “marine-politan” (kota berbasis kelautan)
• Lokakarya ini juga mengingatkan keterkaitan antara berbagai kelompok
aspek (ekonomi – lingkungan; sarana–ekonomi, tata ruang – lingkungan;
sosial – kelembagaan, dll)
• Dari aspek sosial-budaya, antara lain ditekankan pentingnya
internalisasi nilai sosial-budaya ke dalam institusi formal-informal
masyarakat perkotaan
• Dari aspek ekonomi-finansial, antara lain ditekankan pentingnya
perubahan paradigma masyarakat dalam melihat sumberdaya alam
(untuk dikelola secara berkelanjutan) maupun hal-hal lain yang selama
ini tidak dilihat sebagai potensi ekonomi
• Kesenjangan antar-wilayah dalam hal pembangunan juga mendapat
sorotan adalah upaya pemecahannya antara lain dengan meningkatkan
kerja-sama antar daerah serta pemerataan sarana atauprasarana dasar
• Aspek kelembagaan menyoroti isu kepemimpinan, SDM, manajemen,
kerjasama antar daerah dan antar pemangku-kepentingan, dan forum
kota
• Pendekatan Eco2City (integrasi aspek ekonomi dan lingkungan)
mewarnai pembahasan kelompok lingkungan (di samping berbagai
detail persoalan lingkungan perkotaan)
Usulan Awal Kebijakan Perkotaan Nasional
1) Berdasarkan report World Bank 2009, menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak harus merata, namun harus dipastikan bahwa perlayanan
perkotaannya ada di dalam standar kualitas baik yang merata. Oleh
Urban Strategy and Policy Development
43
karena itu, diusulkan untuk adanya decenralized concentration, dimana
urbnisasi dan investasi infrastruktur diarahkan kepada sejumlaht ertentu
konsentrasi pertumbuhan (city-cluster development) yang
terdesentralisasi.
2) Memastikan bahwa bahwa setiap kota dapat memenuhi kebutuhan
sosial-budaya warganya dan menciptakan iklim kehidupan sosial-
budaya yang taat hukum, saling menghargai dan berkelanjutan secara
sosial, serta memanfaatkan potensi budaya dan kearfian lokal.
3) Memastikan bahwa setiap kota mampu memanfaatkan potensi ekonomi
lokal untuk kesejahteraan warganya serta untuk meningkatkan daya-
saing sesuai dengan perannya (baik di tingkat regional, nasional ataupun
internasional) dan bahwa setiap kota dapat menangani permasalahan
ekonomi informal dan kemiskinan melalui pendekatan yang
berkeadilan.
4) Kapasitas finansial daerah yang perlu ditingkatkan. Memastikan bahwa
setiap kota memiliki kapasitas finansial, setidaknya untuk memenuhi
kebutuhan warganya yang paling mendasar.
5) Kebutuhan sarana prasarana. Memastikan bahwa setiap kota dapat
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana warganya (sesuai dengan
karakteristik setempat) serta memastikan bahwa kota-kota yang
“ditugasi” untuk bersaing di tingkat global atauInternasional dapat
memiliki prasarana TIK yang kompetitif.
6) Memastikan bahwa kebutuhan warga kota akan perumahan yang layak
dan terjangkau dapat terpenuhi serta bahwa permukiman kumuh dapat
diperbaiki atau dihapuskan.
7) Mendorong kota-kota untuk tumbuh dan lebih fokus pada pendekatan
transit-oriented development. Mendorong kota-kota untuk menerapkan
pembangunan kota yang berbasis angkutan umum massal (transit-
oriented development), dimulai sejak sebelum kota menjadi besar dan
‘sprawling’.
Urban Strategy and Policy Development
44
8) Menyikapi ketimpangan regional dengan mendorong berkembangnya
pusat-pusat pertumbuhan di Kawasan Timur Indonesia pada khususnya
dan kawasan perkotaan lain di luar pulau Jawa. Kenyataan bahwa
ketimpangan regional akan tetap selalu ada akan diimbangi dengan
mengupayakan agar pelayanan dasar yang minimum tersedia
di manapun di Indonesia
9) Memastikan terciptanya kualitas lingkungan kota yang baik (polusi dan
lain-lain di bawah ambang batas) dan dipertimbangkannya daya
dukung lingkungan dalam pembangunan serta membatasi peningkatan
tapak ekologis perkotaan. .
10) Mendorong upaya-upaya mitigasi dan kesiapan terhadap bencana,
termasuk yang terkait dengan perubahan iklim, gempa bumi, tsunami
(untuk kota-kota pantai tertentu), “land subsidence” (yang juga bisa
diakibatkan oleh perbuatan manusia seperti penggunaan air tanah
secara berlebihan) dan lain-lain.
Strategi Perwujudan
Tantangan untuk mewujudkan kebijakan ini adalah strategi perwujudan
(ataupendekatan).
1. Penerapan sasaran yang terukut dan Time bound yang berlaku mundur.
2. Penerapan pendekatan insentif dan disinsentif, baik dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah maupun terhadap masyarakat dan
pihak swasta.
3. Mendorong kerja sama antar-daerah dan antar-pihak
4. Penguatan kapasitas yang terus menerus serta pengembangan
‘knowledge-management
Urban Strategy and Policy Development
45
5. Perlu adanya partisipasi masyarakat di dalam proses monitoring dan
evaluasi, sehingga meningkatkan akuntabilitas pemerintah.
6. Mendorong kota untuk fokus pada pembentukan branding kota, melalui
pengembangan produk-produk unggulan kota. Mengambil contoh di
Thailand, ada kebijakan “one town, one product”.
7. Kebijakan sebaiknya dilengkapi dengan penetapan indikator sasaran.
Selain itu, proses monitoring dan evaluasi juga perlu dilakukan (setelah
angka tersebut ditetapkan), salah satunya melalui Citizen Report Card
untuk evaluasi pencapaian target MDG di tingkat lokal. Melalui
mekanisme ini, tidak hanya terbatas pada monitoring evaluasi, tapi juga
meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat yang ikut memonitor
kebijakan yang ada.
2.5 7 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 : Pedoman
Pengelolaan Kawasan Perkotaan
( Penyaji: Haryo Sasongko, ex-Direktur Perkotaan, Dirjen Bangda, Depdagri atau Narasumber
Lokakarya )
Penyaji menjelaskan bahwa disini beliau bukan mewakili Depdagri, tapi selaku
narasumber. Penyaji juga berterima kasih pada panitia yang sudah
mengundang beliau.
Sebulan sebelum berakhirnya masa jabatan penyaji, Depdagri bersama dengan
Dep. PU, mengeluarkan Pedoman Pengelolaan Kawasan Pekotaan yang berisi
tentang panduan (bukan pedoman teknis) mengenai pengelolaan perkotaan.
Contoh isi PP ini adalah misalnya di dalam Bab X, pasal 1999, UU 32atau2004
yang mendefinikan kawasan perkotaan, yang dapat berbentuk sebagai a. kota
debagai daerah otomo, b) bagian daerah kabupaten yang meiliki ciri perkotaan,
Urban Strategy and Policy Development
46
(contohnya adalah Kartamantul di DIY dan c) bagian dari dua atau daerah
yang berbatasan langsung dan emiliki ciri perkotaan .
Penyaji juga menjelaskan mengenai sister city dan city sharing. City sharing
dalah suatu wadah kerjasama amtara kota, tapi bukan antara kota dengan kota
sekitanya, melainkan dengan kota yang lintas pulau, ataupun dalam satu
pulau, tapi tidak bersebelahan secara geografis. Sedangkan sister city adalah
kerjasama antar kota antara kota tersebut dengan kota lain yang setingkat di
luar negeri. Kerjasama dapat di dalam bidang sosisl budaya, ekonomi, dan lain-
lain.
Dalam melihat kota, kita harus melihat kota dalam kacamata hubungan kota
tersebut dengan sekitarnya. Sehingga tidak terjadi ketimpangan yang
berkelanjutan. Oleh itu beberapa kebijakan sudah melihat bahwa produk
unggulan sekitar kota dapat digunakan untuk kota tersebut dalam bentuk
kerjasama, dimana kota inti tersebut dapat menawarkan transportasi
ataufasilitas lainnya (terkait juga dengan upaya pengembangan ekonomi lokal
dan produk unggulan daerah).
Yang merupakan tantangan adalah bagaimana memasikan adanya pengelolaan
kelembagaan kota dalam memenuhi kebutuhan kotanya. Baik di tingkat
nasional (bagaimana pembagian penaganan antara PU, Depdagri atau
Bappenas) atau di tingkat daerah (pemprov, kabupaten ataukota).
Selanjutnya dalam berbicara mengenai perencanaan tata ruang, sudah tiba
saatnya untuk melihat bahwa tidak hanya urbanisasi (migrasi desa-kota) yang
menadi faktor. Tapi konversi desa menjadi perkotaan juga menjadi faktor
urbanisasi.
Yang perlu diperhatikan juga adalah pengendalian jumlah penduduk, yang
salah satunya adalah melalui operasi yustisi kependudukan. Walaupun
memiliki kontroversi, namun mungkin operasi ini merupakan metode yang
sesuai untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan warga kota dan tertibnya
Urban Strategy and Policy Development
47
pelaksanaan pembangunan kota (Sehingga penduduk kota dan penduduk luar
kota dibedakan hak dan kewajibannya).
Diskusi Tanya dan Jawab :
Sesi 1 :
• Pertanyaan ke – 1 dari I Bappeda dari Provinsi Kalimantan Selatan
Penanya mempertanyakan mengenai kemungkinan adanya kebijakan
yang berhubungan antara kota dan desa.
• Pertanyaan ke – 2 dari Bappeda Nunukan, Kaltim
Menanggapi positif adanya lokakarya ini, karena sebagai kabupaten,
banyak kota yang mengalami pemekaran dan kota baru, sehingga perlu
adanya acuan pembanguan kota yang tidak merugikan warga kotanya.
Perlu adanya status hukum yang lebih kuat sehingga memastikan
bahwa peraturan perkotaannya ditaati oleh masyarakat.
• Pertanyaan ke – 3 dari Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kalimantan Tengah
KSPN ini dirasakan belum begitu membumi karena masih berorientasi
perencanaannya, dan bukan pada pengelolaannya. Misalnya ada budi
daya baru di kota Kalimantan, yaitu sarang burung walet. Kota tidak
terkendali karena lebih mementingkan bagaimana ekonomi kotanya.
Bagian dari manajemen perkotaan adalah kontrol, dan inilah yang
sangat lemah. Insitutsi pengelolaan kotanya juga kuang jelas. Misalnya
ada beberapa daeah yang memiliki posisi dinas tata ruang yang berbeda-
beda. Kedua, perlunya perhatian terhadap kota kecamatan sebagai
embrio pembentukan kota di masa depan,dan ini perlu disiapkan sejak
dini, baik dari aspek perencanaan dan manajemen. Sehingga kota
kecamatan biasanya tumbuh dan berkembang apa adanya. Ketiga,
Urban Strategy and Policy Development
48
terkait dengan usulan kota sebagai salah satu driver dari pertumbuhan
ekonomi, maka mungkin perlu untuk memastikan persiapan visi bagi
ibu kota kecamatan baru.
• Pertanyaan ke – 4 dari Bappeda Kota Pontianak, Kalimantan Barat,
Terkait dengan permasalahan internal perkotaan, yaitu pemenuhan
kebutuhan perumahan dan sarana prasarana yang layak, seperti minum
dan sanitasi dan tekait dengan perlunya peningkatan kapasitan
peemrintah daerah dan kerjasama melalui kegiatan sister city dan city
sharing, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai sistem city
sharing dan sister sharing.
• Pertanyaan ke – 5 dari Bappeda Kota Tarakan
Terkait dengan KSPN, penanya meliha substasi permasalahan kota
ebrawal dari tata ruang. Sebagai contoh, di daerah Tarakan, dan juga di
Kalimantan Timur, belum memiliki RUTR yang clar. Bagaimana
mungkin mendatangkan para investor danmembangun ekonomi kota
apabila tata ruangnya belum jelas. Dalam hal ini, masalah yang muncul
justru di aspek kelembagaan (misalnya tanah yang dimiliki Angkatan
Laut, dan institusi lain). Maka bagaimana permasalahan tata ruang ini
dapat diatasi melalui produk hukum ini.
Kedua, kota memang diharakan sebagai engine of growth, dimana
Tarakan membantu pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur. Pada
saat ini Tarakan sedang membuat kajian, potensi apa yang bisa
dikerjasamakan.
Urban Strategy and Policy Development
49
TANGGAPAN
• Haryo Sasongko
Perbedaan mekanisme antara sister sharing dan city sharing adalah
perlunya melihat UU luar negeri dan berbagai perjanjianinternasionla
yang dapat mempengaruhi mekanisme dan proses sister city. Karena
pada dasarnya sister city adalah kerjasama yang dilakukan antara satu
kota dengan kota lain (atau tidak wilayah yang setingkat
administrasinya) yang ada di negara lain.
• Chris
Bappenas sudah memperhitungkan perlunya kebijakan terkait antara
perkotaan dan perdesaan. Pertimbangan mengapa peralihan fokus dari
kebijakan perkotaan dan perdesaan, adalah dana yang dikeluarkan
untuk pembangunan desa sudah mencapai 1 trilyun , namun karena
banyaknya jumlah desa, per desa cuma dapat 16 juta, sehingga hasil
pembangunannya tidak maksimal. Maka dicoba pola baru, yaitu fokus
ke penyusunan kebijakan kota , walaupun tetap banyak kebijakan yang
diutjukan untuk pembangunan perdesaan yang mengurangi animo
migrasi desa-kota. Disusun juga kebijakan agropolitan, sebagai salah
satu upaya pembangunan perdesaan.
• Wicaksono Sarosa
Proporsi penduduk perkotaan perdesaan yang ideal memang tidak ada.
Tapi di baris yang paling ujung, kawasan yang secara ekonomi sudah
terbangun pesentase urbanisasi kira-kira antara 70-80%, yang intinya
menunjukkan bahwa proses urbansiasi itu tidak bisa dihindari, namun
kita yang harus menyiapkan diri untuk menghadapi arus tersebut.
Namunsuatu waktu aus tersebut akan berhenti. Brazil contohnya, pada
saat mencapai level 80% urban, persentasi urbanisasi tidak lagi
Urban Strategy and Policy Development
50
meningkat. Karena prinsipnya, setiap orang mencari peluang untuk
memenuhi kebutuhan ekonominya dan ekonomi perdesaan memiliki
keterbatasan dalam mewnawarkan peluang untuk menaikkan
kesejahteraan, yang memang ada limit jumlah penduduk di dalam
suatu desa yang dapat memnuhi kebutuhannya kesejahteraannya.
Kalau kita melihat Eropa, Amerika dan lain-lain yang sudah matang,
migrasi umumnya terjadi dari negara lain, dan bukan dari desa-kota.
Dan kondisi kehidupan petani di negara tersebut sudah sejahtera, dan
itulah visi yang ingin kita capai, dimana kota tetap sejahgteraan, desa
sejahtera (dengan catatan,jumlah penduduk akan tetap lebih tinggi di
perkotaan, karena emang kota mampu untuk menguji kebutuhan
penduduknya karena kemampuannya sebagai penumbuh ekonomi).
- Tekait dengan hukum, ada istilah free riders, dimana orang yang
tidak berhak turut menikmati kenikmata yang menjadi hak
penduduk kota. Jadi memang perlu sekali adanya penertiban
hukum.
- Lalu terkait dengan konsistensi perencanaan dengan
implementasi dan pengelolaan harus melalui poses yang sangat
panjang (di vancouver kira-kira 14 tahun, curitab 10 tahun dll).
- Terkait dengan tata ruang, menang itu adalah permasalahan yang
sangat spesifik.
2.6 Paparan Contoh Kota Terbaik dari Walikota
2.6.1 Paparan Praktik Terbaik dari Kota Pontianak
Penyaji : Bapak Sukarmidi ( Walikota Pontianak)
Kota Pontianak memang miskin sumber daya alam, oleh karenanya yang
menjadi fokus pembangunan kota dalah sumber daya manusianya. Terkait
dengan kebijakan perkotaan, misalnya soal ruang terbuka hijau dan
sebagainya, sulit untuk melakukan hal tersebut, sehingga perlu adanya
Urban Strategy and Policy Development
51
terobosan-terobosan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ada peraturan
kerjasama wilayah perkotaan, namun hal itu susah sekali direalisasikan.
Kota ini juga rentan dengan pasang laut karena letaknya hanya 0,8 -1,5 m diatas
permukaan laut. Penduduk kota mencapai 637,000 jiwa.
Pengembangan kehidupan sosial budaya masyarakat dalam pembangunan
perkotaan adalah sebagai berikut :
• Penataan dan penyediaan lokasi bagi pedagang informal (PKL) :
Fenomena ini menjamur setelah reformasi, dan perlu untuk memastikan
tidak ada kekumuhan di area tersebut. Dibangunlah pasar tradisional
yang bersih dan tidak kumuh untuk menampung PKL-PKL tersebut.
Akan dibangun juga sekitar 180 kios PKL yang akan dipindahkan
(termasuk dengan surat kepemilikan aset (senilai 50 juta)), dan diberikan
waktu 2 bulan untuk tidak membayar retribusi (hanya retribusi
kebersihan saja). Ada beberapa kawasan yang sudah menjadi pusat
suvenir. Hasilnya adalah sejumlah PKL yang sudah menjadi pedagang
formal.
• Upaya pengentasan kemiskinan: Intervensi pemkot adalah program
bantuan material bagi rumah yang tidak layak huni (500 unit/tahun).
Pemerintah tidak melakukan intervensi di bidang pangan dan sandang
(karena dikhawatirkan masyarakat menjadi malas). Satu trik dari
pemerintah kota Pontianak adalah pemanfaatan rumah ibadah untuk
menjaga kestabilan pasar (terkait dengan pangan). Pada saat bulan
puasa, umumnya harga bahan baku naik, namun apabila rumah ibadah
dapat membantu menyediakan harga bahan baku sesuai dengan harga
sebelum bulan tersebut, maka kenaikan harga akan tidak terlalu
signifikan (sebagai ilustrasi, pada saat bulan puasa lalu, harga gula pada
umumnya 11 ribu dan di kota Pontianak hanya 8 ribu).
Urban Strategy and Policy Development
52
• Program bantuan materiil semen untuk jalan lingkungan : Pembangunan
yang tidak ada lagi yang diproyekkan, semua dikerjakan oleh
masyarakat. Dananya bersumber dara dana APBD dan sharing dari
masyarkaat seara swadaya atau swadana. Masyarakat hanya perlu
menyediakan proposal untuk meminta semen untuk membangun gang
yang bertujuan sebagai jalan askes, adanya fasilitas pendidikan umum
dan sosial serta adanya kesediaan warga masyarakat untuk ikut sharing
pendanaan ataumaterial batu dan pasir, dimana di dalam pelaksanaan
pembangunannya dilakukan secara gotong royong (partisipatif). Bagi
msyaakat yang sulit untuk bersedia ditertibkan gang-gangnya, pemkot
bekerja sama dengan bakti TNI.
• Program revitalisasi pasar tradisional : Pada tahun 2009, dilakukan
revitalisasi pasar tradisional, dengan dana stimulus 15 milyar, dan
8 milyar akan dikembalikan sebagai dana revitalisasi pasar tradisional
yang lainnya
• Progam pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di kota
Pontianak: bersumber dari dana APBD kota Pontianak, APBD Prop dan
DAK, dan melakukan prorgam wajib belajar 12 tahun, serta
memperbanyak program pembangunan SMK yang langsung dapat
diserap oleh lapangan kerja (di bidang pehotelan, perkapalan,
pertukangan, otomotif, dan lain-lain), dan pembangunan sekolah
lainnya. Diberlakukan juga kuota 5% bagi warga yang tinggal di luar
kota Pontianak. Hal ini bertujuan untuk menjaga kerapihan administrasi
kependudukan. Serta bagi bidang-bidang tersebut diatas, harus
memperkerjakan 85% tenaga kerja yang memiliki ijazah kelulusan dari
kota Pontianak.
• Tata kelola, kelembagaan dan SDM aparatur dalam pembangunan
perkotaan: pada tahun Januari 2010, akan ada perda yang berisikan
konsep reward and punishment. Apabila ada keterlambatan dalam
pengurusan izin dan retribusinya, akan ada pengembalian 2% dan
Urban Strategy and Policy Development
53
jumlah retribusinya, dan aparat yang bersangkutan akan mendapat
kartu merah. Setiap tahun juga ada beasiswa untuk kuliah kedokteran
yang berutjuan untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit.
• Pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan
perkotaan : akibat gundulnya hutan, masalahnya adalah kurangnya air
minum (air terasa asin). Pembangunan sarana prasarana didanai dari
pinjaman bank.
• Pengembangan lingkungan dan mitigasi bencana dalam pembangunan
Pontianak: sulit sekali untuk mengalokasikan sejumlah lahan untuk RTH
ataupun ruang publik karena keterbatasan lahan, jadi umumnya sarana-
sarana tersebut umumnya berukuran kecil
Penataan ruang dan upaya pengurangan kesenjangan antar wilayah dalam
pembangunan perkotaan (terutama antara daerah-daerah administrasi di
dalam kota Pontianak
2.6.2 Paparan Praktik Terbaik dari Kota Balikpapan : ”Kota
Pantai Berwawasan Lingkungan Menuju Kota Bebas
Kumuh”
Penyaji : Bappeda Balikpapan
Hubungan antar pemerintah dengan masyarakat sekarang horizontal, dan
karenanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan dari pemerintah kota
sangat tinggi, sehingga harus mengadopsi pola atau mind set´ dimana
masyarakat dilihat sebagai pelanggan atau customer.
Dalam mengelola kota, diperlukan sebuah visi, yaitu terwujudnya kota
Balokpapan sebagai kota industri, perdagangan, jasa patiwisata, budaya dan
pendidikan yang didukung oleh penyelenggaraan tata pemerintahan yang
baik, masyakat yang beriman, sejahtera dan beperadaban maju (mahdinatul
iman) / masyarakat madani). Visi 5 tahunannya adalah menata kembali dan
Urban Strategy and Policy Development
54
membangun Balikpapan melalui prinsip good governance dan masyarakat
madani. Misi dari kota adalah pengentasan kemiskinan, peningkatan sumber
daya manusia dan infrastruktur dan investasi.
Dalam program pengentasan kemiskinan, dibeikan pelayanan pendidikan ,
pelatihan kerja (dan menutup biaya transportasi dan biaya kompensasi (waktu
yang terpakai untuk sekolah dan bukan untuk bekerja) , pemberian modal
usaha dan kesehatan gratis (hingga SMA dan meliputi rontgen, patah tulang,
melahirkan dll) sejak tahun 2002.
Dalam peningkatan SDM, ada pogram wajib belajar 12 tahun (seluruh kaya-
miskin) dan SMU membayar 50% bagi yang mampu. Terdapat juga program
pelayanan satu atap, dan pemberian kewenangan pada kepala BPID (BIPBPT)
diberikan kewenangan seluruh investasi dapat ditandatangani oleh kepala
institusi tersebut, dan tidak lagi harus melalui walikota.
Balikpapan adalah gerbangnya Kalimantan timur, walaupun ibukota resminya
adalah Samarinda. Luas wilayah 503 km2, namun hanya 42% yang digunakan
untuk membantu dan sisanya adalah untuk konservasi lingkungan. Jumlah
penduduk 601, 392 jiwa (per 2008). Struktur perekonomian berganti dari
primer ke tersier.
Masalah pokok yang dihadapi kota adalah penyediaan air bersih, penyediaan,
energi listrik, permukiman kumuh, banjir dan pengupasan lahan.
• Pembangunan peumahan termasuk perumahan tipe 21, 36 dan
70 (dengan menggunakan kayu ulin dan langsung dibuat contohnya
agar masyarakat langsung melihat contoh perumahan yang dimaksud).
• Pembangunan jembatan beton yang dapat digunakan sebagai tempat
wisata kuliner dengan pemandangan kilang minyak.
Urban Strategy and Policy Development
55
• Membangun taman bacaan, pengadaan ruang terbuka hijau, pelestarian
bibit bakau (hutan mangrove) serta kegiatan penghijauan melalui
potisasi yang dilakukan oleh masyarakat
• Kegiatan sosialisasi lingkungann permukiman dan pengeliolaan
lingkujngan hidup, termasuk pemilihan sampah basah dan kering, lokasi
pecontohan pengelolaan sampah terpadu (komposting) yang hasilnya
kemudian digunakan untuk membantu kegiatan potisasi, dan partisipasi
pemuda untuk membangun hutan mangrove.
• Adanya one stop service untuk pelayanan terpadu
• Pengentasan permukiman kumuh
Terkait dengan manajemen kependudukan, setiap warga baru diberi waktu
enam bulan untuk mencari kerja (serta juga ada fasilitas dukungan) , namun
apabila tidak mampu mendapatkan kerja di dalam waktu enam bulan, maka
warga tersebut harus keluar dari kota Balikpapan.
2.6.3 Paparan Praktik Terbaik dari Kota Banjarmasin : “Kota
Seribu Sungai, Kota Seribu Menara”
Penyaji : Bappeda Kota Banjarmasin
Kota Banjarmasin berdiri di tahun 1562 dari kerajaan di Kalimantan Selatan,
dan memiliki raja pertamanya Pangeran Samudera. Pusat kerjaan berada di
desa yang diambil dari nama Patih Masih (Patih Oloh Masin). Motto kota
Banjarmasin : ” BUNGAS” (cantik dan tampan) dan semboyan kotanya Kayuh
Baimbai (mendayung bersama) yang menandakan semboyannya yang
memperlihatankan bahwa orang Banjar suka bekerja keras dan bekerja sama.
Kota Banjarmasin berada 0,16 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah
97,147 km2 (0,26% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Selatan). Batas
wilayahnya terletak dengan muara sungai Barito dan dibelah oleh sungai
Urban Strategy and Policy Development
56
Martapura. Kota ini dalam beberapa tahun terakhir berupaya untuk memiliki
lebih banyak pohon dan lebih memperhatikan kebersihan kotanya.
Isu-isu strategis kota Banjarmasin
1. Fenomena Pengurukan : Sekarang sudah ada perda pembangunan yang
mengatur dan memonitor kegiatan pengurukan (setiap bangunan harus
panggung), terutama terkait denan UU 26 tahun 2007, harus 30% memiliki
ruang terbuka hijau.
2. Kualitas air sungai : Kualitas air sungai kota ini semakin menurun
3. Perubahan struktur ekonomi kota : kota Banjarmasin dulu sangat terkenal
dengan penebangan ilegal-nya, dan sekarang difokuskan kota ini sebagai
kota perdagangan dan jasa.
4. Okupansi badan sungai : penggunaan badan sungai untuk perumahan,
namun sekarang sudah mulai ditata secara bertahap (mana dulu yang bisa
dibongkar).
5. Tingkat kenyamanan : Banyaknya pohon-pohon yang ditanam
6. Kawasan campuran: harus diatasi agar kegiatan transportasi kendaraan
yang berkurang
7. Kawasan kumuh: kepadatan kota sudah mencapai 8000/km. Sehingga
akan dicanangkan program pembangunan residensial tipe vertikal.
8. Sektor informal: banyaknya sektor informal yang membuat pasar di jalan-
jalan raya (disebut pasar tungging). Hal ini adalah akibat keterlanjuran,
yang sulit sekali untuk memindahkan pedagang-pedagang tersebut
9. Daya tampung dan daya dukung: kemampuan kota banjarmasin untuk
memenuhi kenyamanan warganya semakin berkurang.
10. Berkurangnya RTH: Sulit sekali bagi kota Banjarmasin untuk memenuhi
persyaratan ini , karena biaya konversi lahan tersebut mahal sekali
(mengambil contoh, menambah 1 % RTH di jakarta jumlahnya sampai 1
trilyun).
Urban Strategy and Policy Development
57
11. Transportasi masih berorientasi darat: padahal kota ini memiliki banyak
sungai, sehingga seharusnya moda transportasi air lah yang didorong
12. Drainase yang kurang lancar :
13. Limbah domestik : Kota ini memiki IPAL yang sudah berfungsi, namun
sulit sekali mengajak masyarakat untuk turut menggunakan sarana
prasarana ini.
14. Keterbatasan daya listrik : padahal sumber batu bara dari daerah ini. Hal
ini menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih beroientasi pada
pemerataan pemenuhan kebutuhan energi di kota-kota di Indonesia
15. Pintu gerbang Kalimantan Selatan
Kebijakan Banjarmasin Kota Sungai
Terdapat tiga langkah terkait dengan kebijakan tersebut : Pertama, penyusunan
RTRW kota Banjarmasin berbasis sungai sebagai komitmen pemerintah untuk
menhgamalkan sungai, dan menghindarkan kota dari banjir pasang. Kedua,
membentuk dinas oengeilaan sungai dan drainase dan ketiga, mengadakan
lomba tingkat internasional untuk mendesain Banjarmasin sebagai kota sungai.
Keempat, normalisasi sungai dan menata benataran sungai melalui
pembangunan siring. Ada keberatan dari warga yang melihat bahwa
pembangunan siring akan mengancam biodata dan terakhir, membuat perda
sungai.
Upaya Mengatasi Krisis Air Bersih
Cakupan air bersih kota sudah mencapai 94 %. Hal ini berasal dari komitmen
pemerintah pusat yang membantu PDAM Banjarmasin yang tertuang di dalam
APBN-nya setiap tahunnya. Kedua, adanya dukungan legislatif dalam
pembahasan penganggaran untuk pengembangan air bersih. Salah satu
masalah yang masih ada adalah air asin (yang sangat rawan terhadap penyakit
muntaber). Ketiga, komitmen, 4 dan 5. Adanya kesadaran masyarakat yang
Urban Strategy and Policy Development
58
tinggiataupelanggan akan hak dan kewajibannya (membayar rekening tepat
waktu) dengan adanya peran dewan pengawas. Keenam, mendukung program
kenaikan tarif sebesar 19% per tahun dengan dikeluarkannya SK Tarif.
Ketujuh, komitmen untuk menunda penarikan retirbusi untuk PDAM.
2.7 Diskusi Tanya Jawab
Sesi ke – 1 :
• Pertanyaan ke – 1 dari Haryo Sasongko ( Depdagri )
Pertama, bagaimana penanganan bencana di kota Pontianak, serta
Kedua, mungkin perlu digali bagaiaman kabupaten mengelola kawasan
perkotaannya, karena terkait dengan PP. No 34, tercantum bagaiman
kabupaten dapat mengelola kawasan perkotaannya.
• Pertanyaan ke – 2 dari Narasumber
Penanya ingin mengetahui pemikiran apa yang mendasari kebijakan
pembatasan lintas mobilitas terkait dengan fasilitas pendidikan.
• Pertanyaan ke – 3 dari Firwan ( APEKSI)
Adanya fasilitas – fasilitas gratis yang diberikan oleh pemerintah kota,
menurut pemikiran ilmu psikologi, memiliki dampak yang relatif negatif
karena tidak mendidik warga. Yang perlu dioerhatikan bahwa dana –
dana tersebut ada dari dana-dana aktif (yang sudah berputar dan
berkelanjutan), bukan dari dana mati (APBD), dan hal ini secara
ekonomi, mungkin juga kurang sehat. Maka perlu dirancang sebuah
program yang dapat menghidupkan dana-dana mati ini. Kedua, dalam
membangun sebuah kota, tidak bisa lepas dari masyarakat. Yang ingin
diketahui adalah bagaiaman hubungan antara kepala daerah dengan
DPRD (karena umumnya hubungan antara kedua pihak ini kurang
Urban Strategy and Policy Development
59
harmonis). Terakhir, bagaimana cara menekan pengeluaran-pengeluaran
yang sifatnya konsumtif.
Tanggapan
• Walikota Pontianak.
Terdapat 26 pemadam swasta di kota Pontianak dan ada juga pemadam
yang berkembang secara alternatif. Karena itu, dilihat bahwa kebutuhan
akan pemadam kebakaran sudah dipenuhi oleh pihak swasta, bahkan
dari segi personel.
Pemikiran yang mendasari 5 % tadi adalah pentingnya memiliki data
yang akurat, dan mobilitas tersebut (baik murid ataupun guru)
menyulitkan mendapatkan informasi kependudukan yang akurat. Dan
5 % tersebut juga memastikan bahwa jasa pendidikan tersebut tidak
dinikmati oleh warga kota Pontianak. Apabila 30% disediakan untuk
anak yang tinggal di luar kota, maka ada kemungkinan meningkatnya
angka putus sekolah.
Terkait dengan fasilitas gratis, di kota Pontianak sistemnya adalah model
beasiswa. Apabila dana tersebut tidak terpakai, maka akan disimpan di
dalam bank (dan dana tersebut bisa dikelola oleh bank).
Urban Strategy and Policy Development
60
BAB III
PELAKSANAAN LOKAKARYA HARI KE-2
Sidang Kelompok Dimulai dengan Paparan Pengantar Sidang Kelompok oleh Co - Team Leader
Konsultan, sebagai penjelasan desk, sebelum peserta memasuki ruangan sidang
kelompok.
Sebelum peserta memasuki ruangan sidang kelompok, terlebih dulu telah
ditetapkan Pembagian Kelompok menjadi 6 terdiri dari : Kelompok A
(Kependudukan–Sosial-Budaya), Kelompok B(Ekonomi Finansial), Kelompok C
(Sarana-Prasarana-Perumahan), Kelompok D (Tata Ruang dan Ketimpangan
Regional), Kelompok E (Tata Kelola dan Kelembagaan),Kelompok F
( Lingkungan dan Mitigasi Bencana ).
3.1 Pelaksanaan Sidang Kelompok
Kelompok A ( Sosial Budaya ) Fasilitator : F.P. Anggriani Arifin, S.Sos, MA
Narasumber : Drs. Muhammad Arifin, M.
Budi Suryadi,S.Sos,M.Si
Peserta : - Eko P Santoso (Bappeda Kota Mataram)
- Rahmi Koswaty (Bappeda Kota Banjarmasin)
- Agus Budi Prasetyo (Bappeda Kota Balikpapan)
- Rudi Listianto (Bappeda Kota Palangkaraya)
- R Suryadi ( Sahabat Pena)
- Hotali Ida Nababan (Bappeda Barito Utara)
Urban Strategy and Policy Development
61
Metode : Metaplan
Daftar Isue Malasah, sesuai masukan Peserta tertuang dalam kertas metaplan :
I. Penurunan kesempatan lapangan kerja :
1. Ketenagakerjaan : - Rendahnya SDM
2. Kualitas SDM
3. Ketenaga kerjaan
II. Nilai yang tercermin didalam kota :
1. Ciri atau identitas budaya lokal tidak kuat diwilayah perkotaan
Kalimantan, terutama di Kaltim.
III. Kurangnya Ruang Untuk Fasilitasi Sosial Masyarakat
1. Kurangnya ruang hijau dan Sarana Olah Raga.
2. Kurang optimal perencanaan pengembangan pusat – pusat
pertumbuhan.
IV. Keterbatasan Pemenuhan Kebutuhan Penduduk
1. Keterisolasian.
2. Tenaga medis dan tenaga pendidik menumpuk di perkotaan.
3. Keterbatasan antisipasi pertambahan penduduk perkotaan.
4. Masyarakat marginal kurang mendapat perhatian dari pemangku
jabatan (kecenderungan KDH dan DPRD akan lebih memperhatikan
masyarakat pendukung).
5. Keterbatasan akses bagi sektor Informal.
6. Sarana atau Prasarana.
Urban Strategy and Policy Development
62
V. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Akan Pemeliharaan Kota
1. Ketaatan dalam berlalulintas.
2. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.
3. Kepedulian masyarakat dalam pemeliharaan Fasilitas Umum masih
rendah (Drainase depan rumah, Fasilitas Publik, dll.)
4. Meningkatnya Urbanisasi.
5. Pengelolaan atau budaya membuang sampah.
VI. Konflik Etnis
1. Konflik antar etnis yang disebabkan tidak meratanya ekonomi.
2. Ego Etnis atau Konflik Etnis atau Superioritas Etnis.
VII. Kenaikan Arus Urbanisasi atau Migrasi Desa – Kota atau Luar Daerah
atau Unskill
1. Pendataan kependudukan yang tidak akurat (Antisipasi Urbanisasi).
2. Administrasi kependudukan yang masih semrawut.
3. Banyaknya penduduk pendatang.
VIII. Kurangnya Kerjasama Sosial
1. Kerjasama sosial dalam pengamanan pemukiman masih rendah
(kebakaran, banjir, dll).
2. Stabilitas keamanan kota.
IX. Rendahnya Kualitas Hidup atau Merata (Kemiskinan)
1. IPM rendah.
2. Kemiskinan (mengaku miskin).
3. Kemiskinan.
Urban Strategy and Policy Development
63
Acuan : 1. Draft awal NUSP
2. Paparan Narasumber
Notulen :
• Hari ke -1 : 15 Oktober 2009
• Waktu : -
• Tema : Strategi Perkotaan Di Bidang Sosial Budaya
Pembukaan oleh Fasilitator :
Fasilitator membuka diskusi yang akan membahas aspek social budaya,
mengidentifikasi rencana stategis dalam menyusun tata pengembangan kota,
permasalahan yang ada diperkotaan terkait masalah social budaya misalnya
rendahnya kesadaran hukum, kurangnya interaksi social dan lain –lain .
Paparan Narasumber ke - 1 Oleh Drs. Muhammad Ariffin,M.Hum :
Tema : Aspek Sosial Budaya dan Kependudukan dalam Pertumbuhan dan Pembangunan
Perkotaan di Indonesia
Aspek Sosial Budaya dan IPM
� Sejarah perkembangan Kota-kota besar dan kecil di Indonesia selalu
beriringan dengan Urbanisme (pandangan urban atau masyarakat
tentang kota.
Kota sebagai pusat pendidikan dan juga sebagai pusat perkembangan
kebudayaan.
Kota sebagai pusat pelayanan jasa , dll .
Urbanisasi :
� Urbanisasi Urbanisasi merupakan laju perubahan proporsi penduduk
kota terhadap total populasi yang dapat merubah ukuran dan besar
kota.
� Kondisi ini terjadi dalam revolusi industri di kota-kota dunia ketiga (
Eropa, Amerika Serikat, Canada, Australia, New Zealand), saat mulai
Urban Strategy and Policy Development
64
adanya perkembangan teknologi yang diikuti dengan pertumbuhan
pabrik, perdagangan dan jasa (Arus modernisasi)
Akibat Urbanisasi :
- Kepadatan jumlah penduduk (over population)
- Peluang dan Kesempatan kerja yang semakin sempit
- Semakin sempitnya ruang-ruang hijau dan ruang publik (public space)
di kota.
- Terbatasnya akses pelayanan publik
Akibat urbanisasi yang tidak terkontrol terjadi Masalah Kota
� Kemiskinan
� Kriminalitas
� Gelandangan
� Pengagguran
� Kerawanan sosial
� Ketimpangan sosial ekonomi
� Kerawanan pangan
� Rawan penyakit dan gizi, dll
Masalah Kota :
� Sanitasi Lingkungan
� Sengketa Tanah
� Pendapatan rendah
� Disorganisasi sosial
� Pemukiman kumuh
� dll
Urbanisasi vs IPM
� Arus urbanisasi yg tidak terkontrol bisa jadi IPM sebua Kota rendah
karena beberapa hal: (sebagaimana yang dideskripsikan sebagai
masalah Kota)
Urban Strategy and Policy Development
65
Indikator IPM dan Aspek Sosialbudaya :
� Tingkat kelahiran dan kematian (angka harapan hidup):
Pendapatan perkapita dan aksesibilitas pelayanan kesehatan
Bagaimana meningkatkan IPM?
1. Meningkatkan Usia Harapan Hidup (menurunkan AKB terjadi
Kematian Neonatal)
2. Meningkatkan melek huruf (mengurangi buta huruf)
3. Meningkatkan Rata-rata lama sekolah
4. Meningkatkan Pendapatan per kapita
• Keempat unsur IPM tersebut adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dalam MDGs
• Oleh karena itu, untuk meningkatkan IPM◊ capaialah MDG
Pembangunan Wilayah berdasar IPM
� IPM dapat digunakan sebagai salah satu titik tolak pembangunan
wilayah karena:
– Secara politis sudah dikenal
– Comparable (antar wilayah dan internasional)
– Dapat dihitung sendiri oleh suatu wilayah
� Jangan terjebak pada “meningkatkan angka IPM”
� Seharusnya “meningkatkan SDM, yang salah satunya ditandai dengan
IPM”
SASARAN POKOK SDM RPJPN (2025 ) adalah terwujudnya daya saing
bangsa untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera antara
lain : Kualitas SDM yang makin meningkat, ditandai dengan meningkatnya
IPM dan IPG
Urban Strategy and Policy Development
66
Pemakaian Indikator di daerah :
• Indikator: IPM (Indeks) : menunjukkan status pembangunan SDM
• Peringkat IPM (Rangking): menunjukkan status dan kecepatan
pembangunan SDM di banding daerah lain ◊ lebih berat untuk dicapai
Paparan Narasumber ke - 2 Oleh Budi Suryadi,S.Sos.Msi :
Tema : Identifikasi Isu Permasalahan Perkotaan Perspektif Sosial Budaya
Disintegrasi Sosial
• Perampokan
• Pencurian
• Pemerasan
• Perkosaan
• Perceraian
• Narkoba
• Miras
• Konflik
Berkembangnya Kekebalan Sosial
• Menurunnya kepedulian
• Menurunnya kebersamaan
• Menurunnya kedisiplinan
• Menurunnya kesetiakawanan
Pergeseran Nilai Budaya
• Gaya hidup
• Materialisme
• Hedonisme
• Individualisme
Urban Strategy and Policy Development
67
Menurunnya Partisipasi Masyarakat
• Gotong royong
• Kerja bakti
• Dll
Merosotnya Simbol Budaya
• Sejarah
• Bangunan fisik
• Nilai
Masalah sosial lain :
• Pengangguran
• Kemiskinan struktural dan kultural
• Urbanisasi
• Pengemis atau gelandangan
• Belum berkembangnya identitas sebagai warga
Kelompok B ( Ekonomi Finansial dan Kemiskinan Kota )
Fasilitator : Eko Kusmurtanto, SE. M.Si.
Narasumber : Dr. Didik Hadiyatno,SE,MSi
Drs. Haris Fadillah,M.Si
Peserta : - Hadriansyah ( Bappeda Kab. Kota Baru )
- Agus Nafiri ( Bappeda Kota Banjarmasin )
- Yayasan Heriyanan ( LSM FORKAMU )
- Joerni Mis ( Dit. Bangkim DJCK )
- Sayid Asda Rudditul ( Bappeda Samarinda )
Metode : Metaplan
Urban Strategy and Policy Development
68
Daftar Isue Malasah, sesuai masukan Peserta tertuang dalam kertas metaplan :
I. MODAL
1. “DANA” : Minimnya dana yang diterima dari pemerintah
2. Sulitnya pengusaha kecil mendapatkan modal
3. “MODAL” : Permodalan kurang
4. Usaha meningkatkan ekonomi kerakyatan
5. Akses permodalan rendah
II. SDM
1. SDM : Kemampuan rendah
2. Rendahnya kemampuan manajerial
3. Kurangnya pembinaan untuk GEPENG
4. Kreatifitas kurang
5. Peningkatan kualitas manusia
III. DEMOKRASI EKONOMI
1. Demokrasi Ekonomi
2. Peraturan yang adil bagi pelaku ekonomi
3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Utama Pendukung
Pergerakan Ekonomi
4. Penyediaan Ruang bagi Pelaku Ekonomi Kecil – Menengah -
Besar
IV. UMKM
1. Jejaring sektor Informal
2. Peningkatan UKM
Urban Strategy and Policy Development
69
V. ISOLASI KEMISKINAN
1. Masyarakat Pesisir
2. Membangun sektor pertanian
3. Tingginya arus migrasi desa - kota
Acuan : 1. Draft awal NUSP
2. Paparan Narasumber
Notulen :
• Hari ke -1 : 15 Oktober 2009
• Waktu :
• Tema : Strategi dan Kebijakan Perkotaan dan Tantang
Kedepan
Pembukaan oleh Fasilitator :
Tujuan Lokakarya adalah Memperoleh masukan dari Regional Sulawesi dan
Indonesia Timur, dalam rangka penyusunan Kebijakan dan Strategi Perkotaan
Nasional (KSPN), jangka panjang (2010-2025) dan jangka menengah (2010-
2014).
Urban Strategy and Policy Development
70
Paparan Narasumber ke - 1 Oleh Drs. Haris Fadillah,M.Si :
Tema : Kemiskinan Perkotaan di Kalimantan Selatan ( Faktor Penyebab dan Kebijakan
Penanggulangannya )
Kondisi Umum Daerah Perkotaan
• Menghadapi tekanan penduduk, dan memiliki keterbatasaan dalam
memenuhi kebutuhan : perumahan, air bersih, listrik sarana dan
prasarana infrastruktur, kerawanan sosial ( copet, jampret, wts, dsb )
• Pencemaran lingkungan, terkait dengan kemiskinan, industri, dan
konsumsi
• Meningkatnya penduduk yang tinggal dikota ( urbanisasi ) khususnya
Banjarmasin, akibat meningkatnya arus migrasi dari desa ke kota
• Ketaatan terhadap hukum masih sangat rendah
Definisi Miskin
• BPS : 1. Konsumsi Pangan : tidak mampu memenuhi kalori 2100 per
kapita/hari
2. Non Pangan : tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar;
pendidikan, kesehatan, transportasi, sosial keagamaan
• BKKBN :
- Tidak mampu makan 2 kali dalam sehari
- Tidak memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja,
sekolah, dan berpergian
- Sebagian besar lantai rumah terbuat dari tanah
- Tidak mampu membawa anggota keluarganya ke sarana
kesehatan.
- Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya
Urban Strategy and Policy Development
71
Penduduk Miskin adalah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
Potensi Ekonomi di Perkotaan ( Kalsel )
Siapa saja Kelompok miskin perkotaan :
* Pedagang kaki lima atau sektor informal
* Industri makanan atau minuman rumah tangga
* Buruh angkut
* Jasa – jasa ( Tk cukur, tk sol sepatu, ojek, tk becak, dsb )
* Pemulung
* Pengemis
* WTS jalanan
* Pekerja salon kecantikan
Permasalahan aspek ekonomi kemiskinan
1. Terbatasnya peluang penduduk miskin untuk meningkatkan aset
mereka secara berkelanjutan ( micro finance, dana bergulir, dsb )
2. Belum terkendalinya kegiatan ekonomi sektor informal, sehingga
terkesan kumuh, kotor, sering dikejar-kejar Satpol
3. Kurangnya jaminan sosial bagi penduduk miskin ( subsidi untuk
kesehatan, pendidikan )
4. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap peningkatan kemampuan
dasar ( pelatihan, pengembangan jaringan produksi dan pemasaran)
Urban Strategy and Policy Development
72
Upaya penanggulangan kemiskinan :
Hakekatnya adalah pemberdayaan yang memberi ruang gerak, fasilitas publik,
dan kesempatan kesempatan yang kondusif bagi berkembangnya kemampuan
penduduk miskin .
Strategi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan .
1. Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas
2. Mengurangi beban pengeluaran melalui subsidi (pendidikan, kesehatan,
dan infrastruktur yg dapat mendukung dan memper mudah kegiatan
sosial ekonomi oleh karena itu kebijakan yang dikembangkan : Harus
selalu berpihak kepada penduduk miskin ( Pro-poor policy ).
Prof Aris Ananta ( ISEAS-Singapore : 2009 ) bila tidak maka ganti
Paradigma Pembangunan, dgn memasukkan indikator kemiskinan
sebagai pengukur utama ( Create pro-poor policy )
Penutup :
Program penanggulangan kemiskinan tekait dengan kondisi tertentu. Oleh
karenanya tanggung jawab Pemda terus ditingkatkan, terutama dalam hal ;
• Jaminan sosial ( subsidi utk pengeluaran : pendidikan, kesehatan)
Akses permodalan
• Peningkatan ketrampilan melalui berbagai pelatihan
• Pengembangan jaringan dan kerjasama
• Pengembangan swa-organisasi ( majelis taklim, paguyuban seni budaya
lokal )
Urban Strategy and Policy Development
73
Paparan Narasumber ke – 2 Oleh Dr. Didik Hadiyatno,SE,Msi :
Tema : Potensi Lokal yang berdaya saing global
Globalisasi akan mempengaruhi proses perubahan di semua aspek kehidupan,
termasuk pada masyarakat miskin. Salah satu perubahan penting yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat miskin adalah meningkatnya
persaingan ketat di sektor usaha. Persaingan yang akan berorientasi pada
efisiensi dan berkualitas, akan mempersulit masyarakat miskin yang pada
umumya berpendidikan dan berketrampilan rendah untuk masuk ke dalam
pasar kerja. Persoalan tesebut akan dilengkapi dengan potensi peningkatan
urbanisasi, sebagai akibat makin meningkatnya daya tarik kota. Globalisasi
akan mempercepat proses perubahan dan akan makin mempersulit masyarakat
miskin baik yang berada di desa maupun di kota untuk membebaskan diri dari
keterbelakangan.
Dilain pihak masyarakat miskin di Kota akan menghadapi tantangan makin
berat, Pertama masyarakat kiskin di kota akan sangat bergantung pada sektor
non pertanian yang makin memerlukan ketrampilan dengan persaingan yang
makin kompetitif.Kedua sektor-sektor non pertanian yaitu industri,
perdagangan dan jasa yang akan menjadi andalan utama diperkirakan hanya
akan mampu menampung kurang dari 50 % angkatan kerja. Artinya ketidak
seimbangan antar ketersediaan tenaga kerja dengan penyerapan tenaga kerja di
sektor industri, perdagangan dan jasa akan menimbulkan persaingan yang
ketat di antara pencari kerja. Salah satu pakar ilmu ekonomi memprediksi
bahwa masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan
usaha kecil di tengah persaingan ketat yaitu dengan usaha di sektor produksi
bahan baku. Usaha tersebut diperkirakan akan memberikan peluang bagi
pengusaha kecil untuk menjalin hubungan dagang timbal balik yang saling
menguntungkan dengan pengusaha menengah dan besar. Namun tanpa
disertai oleh upaya pemasangan rambu-rambu yang mampu mencegah
monopoli, peluang tersebut tidak akan pernah terbuka.
Urban Strategy and Policy Development
74
Globalisasi juga akan menyebabkan terjadinya pemiskinan, baik antara para
penduduk miskin mapun penduduk yang tidak miskin, pertama pemiskinan
penduduk miskin akan tejadi sebagai akibat menurunnya nilai tukar
penghasilan. Jumlah penduduk miskin juga akan meningkat apabila standar
batas penghasilan minimum naik. Kedua pemisikinan penduduk tidak miskin
yaitu menurunnya standar sosial dan ekonomi penduduk yang berpendidikan
tinggi karena penyempitan lapangan pekerjaan, terutama diakibatkan oleh
makin terbukanya tenaga-tenaga asing masuk ke Indonesia.
Kemiskinan merupakan permasalahan pembangunan yang komplek dan
multidimensi yang menyangkut aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya.
Secara umum kondisi kemiskinan ditandai dengan kerentanan,
ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan dalam menyampaikan aspirasi dan
kebutuhan. Kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima
dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3)
kerentanan menghadapi situasi darurat, 4) ketergantungan (dependence), dan 5)
keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
Data penduduk miskin di Indonesia menunjukkan bahwa lebih kurang 58,3%
tersebar di Pulau Jawa, di Pulau Sumatera tersebar 19,9%, di Pulau Kalimantan
tersebar 5,0%, di Pulau Bali dan Nusra tersebar 5,8%, di Pulau Sulawesi tersebar
7,3% dan di Maluku-Irian Jaya tersebar 3,7%. Pemusatan kantong kemiskinan
di Pulau Jawa erat kaitannya dengan pola persebaran penduduk yang sebagian
besar berada di Jawa. Komposisi penduduk miskin di Pulau Jawa paling besar
berada di Propinsi Jawa Timur yaitu sebesar ± 9 juta jiwa atau 19,4% dari
jumlah penduduk miskin nasional
Urban Strategy and Policy Development
75
Strategi / Kebijakan Dalam Mengurangi Kemiskinan
Untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan mengidentifikasi terlebih
dahulu mengenai konsep dan dimensi kemiskinan.
1. Konsep Kemiskinan
Paling tidak ada tiga macam konsep kemiskinan antara lain :
a. Kemiskinan absolut.
b. Kemiskinan relatif.
c. Kemiskinan subyektif.
2. Dimensi Kemiskinan
Sedikitnya ada dua macam perspektif yang lazim dipergunakan untuk
mendekati masalah kemiskinan antara lain :
a. Perspektif kultural ( cultural perspective ).
Perspektif kultural mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkat
analisis yaitu individual, keluarga dan masyarakat.
b. Perspektif struktural atau situasional ( situational perspective ).
Beberapa strategi dalam mengurangi kemiskinan adalah :
1. Pembangunan Sektor Pertanian
Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan
karena sector tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
pendapatan masyarakat di perdesaan berarti akan mengurangi jumlah
masyarakat miskin. Terutama sekali teknologi disektor pertanian dan
infrastruktur.
Urban Strategy and Policy Development
76
2. Pembangunan Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan
biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu
peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka
yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.
3. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat
Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan
masyarakat sehingga mampu memahami komunitas masyarakat dalam
menerapkan rancangan dan program pengentasan kemiskinan.
Pemerintah telah mencanangkan dua pokok kebijaksanaan pembagunan
yaitu :
1. Mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
2. Melaksanakan delapan jalur pemerataan yang meliputi :
a. Pemerataan pembagian pendapatan.
b. Penyebaran pembangunan di seluruh daerah.
c. Berusaha.
d. Kesempatan memperoleh pendidikan,
e. Kesehatan dan;
f. Kesempatan kerja
Urban Strategy and Policy Development
77
Berdasarkan karakteristik dan kecenderungan perkembangan kemiskinan di
Indonesia maka program pengentasan kemiskinan ini terdiri tiga bidang
program yaitu :
1. Bidang kualitas manusia dan penghasilan yang berkelanjutan
2. Peningkatan pelayanan kesehatan
3. Pelestarian sumber daya alam dan pengentasan kemiskinan
Program peningkatan aset produksi ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat lemah untuk lebih mandiri. Prioritas utama yang
perlu diusahakan adalah :
1. Tersedianya lahan pertanian yang cukup dan berkelanjutan dengan
memperhatikan pertumbuhan penduduk.
2. Berkembangnya agribisnis dan agroindustri yang telah dirintis
sebelumnya yang mampu menciptakan lapangan kerja.
3. Berkembangnya usaha kecil, menengah dan besar di sektor non
pertanian terutama untuk mengurangi ketergantungan penduduk
terhadap lahan pertanian.
4. Berkembangnya sistem perkreditan yang memberi kemudahan bagi
penduduk miskin mendapatkan modal kerja untuk membuka usaha
baru atau meningkatkan usahanya.
5. Berkembangnya sistem pembagian keuntungan antara pemilik faktor
produksi dengan pekerja baik di sektor pertanian, kelautan, manufaktur
maupun kegiatan lainnya.
6. Berkembangnya sistem penyertaan modal bagi pekerja dalam kegiatan
produksi, baik di sektor pertanian, kelautan, manufaktur maupun
kegiatan lainnya.
7. Ditingkatkan kemampuan permodalan dan peran serta masyarakat
8. Terlaksananya diversifikasi untuk mengurangi ketergantungan
Urban Strategy and Policy Development
78
9. Meningkatnya kemampuan nelayan untuk mengembangkan sistem
produksi sumberdaya laut dan pesisir teramsuk pembudidayaan dan
pemasaran.
PENUTUP.
Teknologi dan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan tetap teknologi dan ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan karekteistik kegiatan yang dikembangkan,
namun di tahun mendatang harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan makin
berkembangnya agroindustri dan agrobisnis. Selain itu makin tumbuh sentra-
sentra kegiatan ekonomi yang beskala kecil menengah meupun esar baik
disektor pertanian maupun setor non pertanian akan membutuhkan teknologi
dan ilmu pengetahuan (terapan)
Penduduk yang status sosialnya ekonominya berada dibawah masih
memerlukan asistensi baik bimbingan teknis maupun kemudahankemudahan
bantuan permodalan, hal ini untuk menjamin kelangsungan program
penciptaan dan peningkatan penghasilan yang berkelanjutan. Yang akhirnya
masyrakat mampu dalam menghadapi tantangan global ekonomi dan
perdagangan lintas batas negara dengan segala konsekuensinya.
Urban Strategy and Policy Development
79
Kelompok C Sarana – Prasarana Perkotaan ( Termasuk ICT ) Fasilitator : Wicaksono Sarosa PhD.
Narasumber : Dr. Ir. Fathurrazie Shadiq,M.T.
Prof. Dr.Ir. Udiansyah,MS
Peserta : 1. Supian ( PDAM Banjarmasin )
2. M. Adi Noryanto ( Bappeda Kota Baru )
3. A. Zulyadaini ( Bappeda Bajar )
4. Hadi Sucahyono ( Cipta Karya )
5. Idinuddin. P ( Bappeda Kab Nunukan )
Metode : Metaplan
Daftar Isue Malasah, sesuai masukan Peserta tertuang dalam kertas
metaplan :
• Pengendalian Kawasan Resapan air
• Sungai (sebagai sumber air bersih maupun sarana transportasi) tercemar
- sampah / polusi dan pendangkalan
• Masalah air baku PDAM
(1) Air baku / kualitas kritis
(2) Air Limbah
(3) Sampah
(4) Drainase / Sungai
(5) Pasar Tradisional
(6) Fasum – PLN
• Prioritas masalah sarana - prasarana dan perumahan jangka menengah
• Kurangnya luas Hutan Kota
Urban Strategy and Policy Development
80
• Prioritas masalah sarana – prasarana dan perumahan Jangka Panjang.
Masalah :
(1) Kurangnya air bersih
(2) Belum terpenuhinya kebutuhan listrik
(3) Kurang perhatian terhadap lingkungan
(4) Perlunya Drainase yang terarah
(5) Lahan rumah atau Perumahan perlu perhatian dengan serius
(6) Perlu Hutan kota
(7) Jembatan antar kota dan kabupaten
Isu Masalah Jangka Pendek atau Jangka Menengah :
Law Enforcement : Pencemaran sungai akibat Pertambangan rakyat
• Pembangunan perumahan yang minim aliran permukaan
- Pembangunan perumahan murah untuk rakyat
- Pembangunan air bersih jangkauan yang masih kurang untuk
kecamatan
• Pengembangan permukiman yang tinggi dan Pengurangan lahan
pertanian potensial
• Jalan komplex perlu ada limit minimum
• Penghijauan perumahan
• Dampak perubahan iklim yang akan menenggelamkan kota
Banjarmasin dan kawasan pantai
• Perkampungan atas air (yang khas) terancam punah . Karena
perubahan iklim; -- Karena “ABAI” atau dianggap kuno
• Pengendalian pencegahan banjir
Urban Strategy and Policy Development
81
• Pembangunan Drainase terpadu (Drainase, Listrik, PDAM, telepon
• Masalah Sarana – Prasarana – Perumahan Jangka Panjang
JANGKA PANJANG :
• Hutan harus serius dibenahi
1. Sungai perlu dirawat dengan serius
2. Jembatan antar Kabupaten dan Propinsi
3. Jalan antar Kabupaten dan Propinsi
• Mempertahankan lahan pertanian
• Sumber air yang makin kurang untuk sarana air minum
• Pengembangan RUSUN
• Masalah Dampak penggundulan hutan terhadap Prasarana – Sarana :
1. Berkurangnya debit air baku
2. Permukiman longsor
3. Kualitas air keruh / erosi
4. Udara bersih
5. Jalan laying
6. Wisata air
Urban Strategy and Policy Development
82
Acuan : 1. Draft awal NUSP
2. Paparan Narasumber
Notulen :
• Hari ke 1 : 15 Oktober 2009
• Jam :
• Tema : Membahas Isu Permasalahan Strategis dan Tantangan
Pembukaan oleh Fasilitator :
Fasilitator mengucapkan salam dan menjelaskan tata cara diskusi dan
memperkenalkan narasumber.
Tujuan: menentukan aspek permasalahan dari tiap asal peserta diskusi,
mengarah pada sarana prasarana perkotaan dan permukiman, serta
menentukan apa yang menjadi prioritas utama.
Paparan Narasumber ke – 1 Oleh Prof. Dr.Ir. Udiansyah,MS:
Tema : sarana-prasarana dalam pembangunan kehutanan di regional kalimantan
Outline presentasi:
1. Sekilas kondisi hutan kalimantan
2. Hubungan hutan dengan perubahan iklim
3. Pembangunan kehutanan
4. Kesimpulan dan saran
1. Salah satu cara meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam hubungan
Eksploitasi sumberdaya alam adalah dengan resources rent (sewa
sumberdaya) Resources rent: pungutan terhadap perusahaan yang
mengeksploitasi sda untuk memperbaiki distribusi pendapatan secara
mikro dan pembangunan ekonomi secara makro (Royalti, PNBP, PBB,
Pajak Daerah, dll)
Urban Strategy and Policy Development
83
2. Hubungan hutan dengan perubahan iklim
Apa dampak yang mengerikan kalau hutan rusak ? Perubahan iklim
(climate change) Perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan
curah hujan yang terjadi secara berangsur – angsur dalam jangka waktu
yang panjang antaran 50 sampai 100 tahun
Apa dampak yang diyakini terjadi akibar perubahan iklim :
1. Peningkatan suhu sedang sejak tajun 1990, suhu rata – rata tahunan
telah meningkat sekitar 0.3 sederajat celsius pada seluruh musim.
2. Peningkatan intensitas curah hujan - curah hujan per tahun yang
diperkirakan meningkat 2-3 % di seluruh indonesia dalam periode
yang lebih pendek meningkatkan resioko banjir secara signifikan
3. Ancaman terhadap keamanan pangan sebagai akibat perubahan iklim
pada bidang pertanian
4. Naiknya permukaan air laut ini akan mengenangi daerah produktif
pantai, mempengaruhi pertanian dan penghidupan pantai, termasuk
pertambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung
5. Air laut bertambah hangat – mempengaruhi keaneka ragaman hayati
kelautan dan memberi tekanan lebih pada terumbu karang yang sudah
terancam
6. Merebaknya penyakit yang berkembang baik lewat air dan vektor
seperti malaria dan demam berdarah
3. Pembangunan kehutanan
Pembangunan KPH ” hutan = penyanggga kehidupan ”?
1. Hutan sebagai spon raksasa yang bertugas menyaring air hujan dan
air tanah menjadi air bersih
2. Hutan sebagai pengendali banjir melalui peningkatan infiltrasi dan
penurunan aliran permukaan
Urban Strategy and Policy Development
84
3. Hutan mempertahankan pendinginan lingkungan ( cooling rate)
melalui proses evapotranspirasi
4. Hutan sebagai pabrik penghasil 02, yang diperlukan oleh semua
kehidupan di bumi
5. Hutan dapat menekan pemanasan global melalui pennyerapan gas
co 2, dan menimbunnya menjadi bahan organik
6. Hutan sebagai sumber pendapatan (devisa) tempat rekreasi
(pariwisata alam), dan habitat berbagai satwa
Pembangunan KPH
Kelemahanan utama dalam pelaksanaan pengelolaan menuju PHL antara lain
adalah :
1. Ketiadaan pemilik di lapangan yangf setiap saat terlihat dalam segala
aspek pengelolaan
2. Belum ada keapstian batas lokasi yang diketahui dan diakui dengan baik
oleh masyarakat
3. Ketiadaan manajemen ditingkat tapak dan
4. Orientasi pengelolaan hanya pada areal yang menghasilkan kayu
Landasan Hukum
• UU No.41 1999
• PP No.44 Tahun 2004
• PP No. 6 Tahun 2007
• PERMENHUT dalam
Pembangunan KPH ( PP 44 Th 2004) meliputi :
1. Pembentukan unit wilayah pengelolaan hutan (KPH) Pasal 29 dan 30
2. Pembentukan institusi pengelola (KPH ) Pasal 32
3. Penyusunan rencana pengelolaan hutan pada (KPH ) Pasal 37
Urban Strategy and Policy Development
85
Kesimpulan :
1. Kerusakan hutan perlu di pulihkan
2. APBN / APBD sektor kehutanan diperbesar
3. Perlu insentif bagi pengelolan hutan lestari
4. Perlu insentif bagi pengelola hutan lestari dan disinsentif bagi yang
mengeksplorasi SDA
Kelompok D (Ketimpangan Tata Ruang dan Regional )
Fasilitator : Ir. Eko Pranoto, MSi,
Nasumber : Prof. Dr.Firwan Tan
Prof. Dr. Ellyano S. Lasam,SE,MSi
Peserta : 1. Gunawan Wibisono ( UIDP – Management )
2. Yunita ( LSKM Pontianak )
3. Hj. Anisah, BA ( Bappeda Prov Kaltim )
4. Januminro ( Bappeda Kota Palangkaraya )
5. Supriadi AD ( Bappeda Kota Banjarmasin )
Metode : Metaplan
Daftar Isu Masalah, sesuai masukan Peserta tertuang dalam kertas metaplan :
1. Harus ada anggaran untuk menciptakan atau mensosialisasikan
Penataan Kota
2. Tidak seimbangnya pembagian keuangan pusat dan daerah
3. Infrastruktur harus memadai seperti : air, listrik, jalan, keamanan
guna mengundang para Investor
Urban Strategy and Policy Development
86
4. Perizinan untuk usaha kecil lebih dipermudah agar dapat mengakses
modal atau pinjaman bank
5. Penyebaran penduduk tidak merata
6. Terbatasnya dana untuk pengembangan Infrastruktur
7. Regulasi yang tidak memperhatikan kondisi daerah
8. Pembangunan yang bertumpu di kota
9. Sarana transportasi belum memadai
10. Pembangunan Infrastruktur yang tidak merata
11. Rendahnya daya saing dan daya tarik daerah
12. Penetapan Tata Ruang yang lamban dibanding kebutuhan lapangan
13. Kebijakan Tata Ruang dan Pembangunan Ekonomi berbasis rakyat,
baik itu pelaku pemula, kecil dan menengah
14. Bagaimana menseting Tata Ruang yang berlaku lama dengan Data
Base harus jelas (Bank Data yang VALID)
15. Belum ada konsep pengembangan antara PKN, PKW dan PKL dalam
Propinsi
16. Belum terbangunnya simpul ekonomi wilayah strategis dengan
wilayah tertinggal
17. Lingkungan yang belum terkelola dengan baik
18. Banjir di perkotaan tambah luas
19. RTRWP : yang belum selesai di bahas ditingkat Pusat / Nasional
dengan Menteri Kehutanan di Bogor
20. Belum terbangunnya kerjasama antar daerah dalam pemanfaatan
Tata Ruang
21. Belum ada sinergitas antara KSPN dengan Konsep Pemekaran
wilayah
Urban Strategy and Policy Development
87
Acuan : 1. Draft awal NUSP
2. Paparan Narasumber
Notulen :
• Hari ke 1 : 15 Oktober 2009
• Jam : -
• Tema : Membahas Isu Permasalahan Strategis dan Tantangan
Pembukaan oleh Fasilitator :
Tujuan lokakarya ini pada aspek tata ruang dan ketimpangan regional ini
adalah menggali sebanyak-banyaknya aspirasi, persepsi serta pemikiran-
pemikiran mengenai permasalahan yang ada pada aspek tata ruang dan
ketimpangan regional yang akhirnya diharapkan dapat menghasilkan output
isu-isu yang strategis.
Paparan Narasumber ke – 1 Oleh Prof. Dr. Firwan Tan,SE,.Ec,DEA.ING :
Tema : Tata Ruang dan Ketimpangan Regional
CONTENTS
• General background
• Problems and development issues
• Solutions
• Expected Results
• Some examples
• Conclusions
Urban Strategy and Policy Development
88
GENERAL BACKGROUND
Landasan adalah ruang merupakan sumberdaya alam yang harus dikelola
bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945)
Ruang harus dilindungi dan dikelola secara terkoordinasi, terpadu, dan
berkelanjutan.
Ruang harus dimanfaatkan secara arif dan efisien, sehingga
memungkinkan pemanfaatan sumberdaya alam yang terkandung di
dalamnya dapat secara optimal dimanfaatkan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Untuk lebih mendorong kesejahteraan masyarakat Indonesia
Pemerintah mempunyai misi ekonomi yang didasarkan kepada tiga strategi
utama :
Pertama : Mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi secara
berkelanjutan melalui kombinasi ekspor yang kuat, dan
meningkatkannya investasi, baik dalam negeri maupun luar
negeri (pro-growth)
Kedua : Menstimulasi kinerja sektor riil untuk menciptakan
lapangan kerja (pro-employement).
Ketiga : Mendukung pembangunan ekonomi pedesaan untuk
mengentaskan kemiskinan (pro-poor)
Problems dan Development Issues
� Regionalization / protection economy to liberalization /
globalization economy
� Political economy monopoly to democratization of political
economy
� Monopolistic economy to competitive economy
Urban Strategy and Policy Development
89
� Centralization Policy to regional autonomy
� Traditional government to “Good governance”
� The strong roles of government to the important roles of
businessmen
� Adapted to the market change to Create our own market
� Low law to high law enforcement
� Closed information system to transparency and accountability
� Trying and error to Clearly defined at beginning
� Bureaucratic-Monopolistic-Manager to Entrepreneurial-Competitive
Manager
� High Value Added to Surplus Value Added
� High costs to competitive transaction costs
� Suppliers to Client excellent services
� Etc….
Dua masalah besar yang menurunkan daya saing investasi dan menurunkan
minat investor untuk menanam modal di Indonesia
Dampak buruk Otonomi Daerah pada daya saing FDI
• Pemda sering mengatur sistem pajak baru (melebihi peraturan dari
pemerintah pusat (ini bisa mengagalkan investasi baru sebelum
berkembang;
• Contoh lain: kasus pengesahan UU Tenaga Kerja No 13/2003 yang
berimbas pada kenaikan biaya-biaya produksi (menjadi sumber
perselisihan industri yang mengganggu aktivitas produksi;
• Pemerintah sering tidak mampu menjawab komplain-komplain dari para
investor secara efektif.
Penyusunan Program Pemanfaatan Ruang & Masalah
Dominasi kepentingan sektoral yang lebih diutamakan daripada
kepentingan umum dan kepentingan masyarakat.
Urban Strategy and Policy Development
90
Rencana tata ruang belum diacu sebagai payung dalam penyusunan
program pemanfaatan ruang.
Dinamika pembangunan masyarakat yang lebih cepat daripada upaya
perencanaan.
Partisipasi masyarakat dan swasta dalam proses penataan ruang yang
masih rendah.
Keterbatasan kemampuan aparat penyelenggara penataan ruang di
daerah.
Pedoman standar dan petunjuk teknis yang lengkap dalam
penyelenggaraan penataan ruang masih belum lengkap
Expected Results
Integrated strategic planning :
• Sources based spacial planning:
– Natural Resources based
• Renewable resources
• Un-renewable resources
– Other Resources based
• Service based
• Mixed resources based
• The Scale based spacial planning:
– Micro & Micro level
– Nasional & International coverage
• Geographic coordination based spacial planning
• Sectoral coordination based spacial planning
• Stages coordination ( Time frame & project scale )
Urban Strategy and Policy Development
91
Sumber Pendapatan Daerah
• Dana Perimbangan , DAU & DAK
• Retribusi : ( selain yang sudah berjalan )
– Pemakaian Air Tanah / Sungai
– Pelanggaran Peraturan ( mis. Limbah )
– Pelanggaran Peruntukan
• BUMD & Hasil Kerjasama ( KSO )
• Pemanfaatan Limbah Kota
• Utilisasi Aset (Operating/Non-Operating Assets)
• Profile Investasi & Promosi Daerah untuk menarik Investor
• Sektor Jasa lainnya
Menjadikan Kota sebagai kawasan
• Government Quarter’s as Mixed-use development and Information
• Government Quarters & Information Centers
• Commercial & Business Centers
• Public Space and Community Centers
• Recreational & Cultural Heritage Centers
• Zoning growth pole
Kesimpulan
Surplus quality Products & services Strategy
Dalam kondisi demokratisasi politik, otonomisasi dan leberalisasi ekonomi yg semakin
terbuka……. Pemerintah yang sukses adalah yang lebih innovatif, mampu membangun
kebijakan-kebijakan terobosan yang sesuai dengan kebutuhan rakyat banyak jangka
panjang.
Urban Strategy and Policy Development
92
Kemampuan menciptakan program-program berkwalitas surplus tidak
mungkin terlepas dari kemampuan dan kerterampilan yang tinggi disatu sisi
dalam membaca dan mengerti tentang kebutuhan jangka panjang masyarakat
(expected public needs), dan disisi lain dalam memanfaatkan raung/lahan serta
membuat produk-produk dan jasa-jasa terkait. Ini bisa dicapai jika didukung
oleh
Sumber Daya Manusia yang andal. Surplus quality inilah yang melahirkan
pemerintah yang yang dicintai masyarakatnya. Orang yang mempunyai ide tentang
program-program baru, kemudian merealisirnya disebut dengan istilah “innovator”,
dan jika produk dari program-program tersebut dapat dimasyarakatkan secara baik,
effisien dan produktif maka yang bersangkutan disebut sebagai “entrepreneur”. Dengan
demikian “entrepreneur-Innovator” adalah aktor yang sangat dibutuhkan dalam iklim
otonomi, dekonsentrasi, demokratisasi, leberalisasi dan globalisasi ekonomi dan politik
Pada tatanan konseptional akademis sistem tata ruang nasional maupun
regional sudah banyak mengalami kemajuan, namun pada tatatanan
implementasi masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini lebih disebabkan oleh
persoalan “actor in actions”:
1. Tidak ada penanggung jawab tunggal sehingga terjadi ketidakefisienan
dalam koordinasi pelaksanaan dan implementasi. Dan bappenas atau
bappeda adalah tidak satu-satu lembaga yang terkait dengan rtr
2. Bappeda secara struktural tidak bertanggung jawab ke bappenas
karena secara organisatoris dua lembaga ini tidak terkait penuh
secara vertikal satu sama lainnya sehingga melemahkan fungsi
kontrol atau pengawasan dan pembinaan
3. Dept. Pu di pusat dan dinas pu di daerah yg selama ini diberfi
tanggung jawab tidak bisa berbuat tegas dan banyak karena lembaga ini
berkeja sektoral
4. Bappenas/bappeda sbg lembaga yg mengayomi kegiatan pembangunan
lintas sektoral dpt menjadi lembaga “super body” dalam hub dgn
management rtr n implementasinya
Urban Strategy and Policy Development
93
Paparan Narasumber ke – 2 Oleh Prof. Dr.Ellyano S. Lasam,SE,Msi :
Tema : Aspek Tata Ruang dan Ketimpangan Regional
Urban Spwarling
- Membuka akses simpul ekonomi secara merata.
- Mempersiapkan infrastuktur untuk membuka simpul ekonomi.
- Mempersiapkan potensi – potensi ekonomi disesuaikan dengan daya
dukung kota & kabupaten.
- Menetapkan daerah potensi kabupaten/kota sebagai basis kegiatan
penunjang ekonomi.
Hubungan Desa / Kota
• Membuka akses penunjang kegiatan ekonomi, jalan, telekomunikasi, air,
listrik.
• Mempersiapkan prasarana penunjang, lembaga keuangan dan lembaga
pemerintah sebagai regulator, lembaga kemasyarakatan.
Ruang Publik
• Penyiapan ruang publik secara transparan.
• Sosialisasi RTRW, RTBL kemasyarakatan.
• Dinas - dinas yang terkait perijinan harus konsekuen dalam menjalankan
RTRW.
RTRW yang sinergi
• RTRW dijalankan dengan konsekuen.
• RTRW Kota/Kabupaten sinergi dengan RTRW Propinsi.
• Pusat berperan dalam monitoring dan pengendalian RTRW
Kabupaten/Kota dengan RTRW Wilayah.
• Membentuk basis – basis kegiatan ekonomi sejenis antara
kota/kabupaten/wilayah.
Urban Strategy and Policy Development
94
Kesimpulan :
• Adanya lembaga-lembaga yang dapat menunjang terbukanya
daerah/kota sebagai basis ekonomi baru.
• Perijinan yang dikeluarkan harus sesuai dengan RTRW
Kota/Kabupaten/Wilayah.
• Penetapan daerah potensi kegiatan penunjang ekonomi untuk mengatasi
pertumbuhan penduduk.
• Membentuk asosiasi/lembaga kekuatan ekonomi sejenis antar
kota/kabupaten/wilayah.
• Menyiapkan lembaga pendidikan kompetensi berbasis keunggulan
kota/kabupaten/wilayah.
Kelompok E (Kelembagaan dan Tata Kelola )
Fasilitator : Drs. Dasmir Good MAP
Narasumber : Dr.H. Asmui,M.Si
Ir. Haryo Sasongko
Peserta : 1. Mastur ( Bappeda Kab. Barut )
2. Juni Gultom ( Bappeda Kabar )
3. Hasanusi ( Bappeda Sambas )
Metode : Metaplan
Daftar Isu Masalah, sesuai masukan Peserta tertuang dalam kertas metaplan :
I. Tata Pemerintahan dan Manajemen (TPM)
1. PEMBIAYAAN :
- Keterbatasan APBD Daerah Pemekaran
Urban Strategy and Policy Development
95
- Pembagian Hasil PKB Tidak Proforsional
2. Prosedur Penyerahan FASOS / FASUM / PSU belum jelas
3. Belum semua kota / kawasan Perkotaan memiliki PERDA
Rencana Kota sebagai dasar pengelolaan kota.
4. Perijinan sebagai alat kontrol penataan kota lebih berorientasi
ekonomi
5. Belum jelas lembaga monitoring dan evaluasi Rencana Kota
6. Kota baru atau Embrio kawasan Perkotaan tidak ditata sedini
mungkin
7. Kurangnya lembaga di daerah yang menangani wilayah / kota,
lebih kepada kegiatan sektoral
8. Letak kedudukan Dokumen Rencana Kota tidak ada kewajiban
bagi AKPD untuk diacu di SKPD
9. Pembangunan Kawasan Perkotaan baru yang tidak terkendali.
10. Ibukota Kabupaten tidak disiapkan untuk menjadi Pusat
Pemerintahan.
11. RUTR Kota (Kabupaten) untuk di PERDA-kan.
12. Adanya regulasi yang kuat (PERDA) dalam penanganan
Perkotaan (Penjabaran RPJMD ke RIPJM Perkotaan).
13. Kelembagaan yang menangani kota didaerah Kabupaten tidak
sesuai dengan sinergisitas dengan Propinsi dan Pusat.
II. Kapasitas SDM Aparat (SDM)
1. Belum ada lembaga yang secara khusus menangani CAPACITY
BUILDING baik yang menyangkut pelatihan tekhnis terkait dengan isu
Urban Strategy and Policy Development
96
perkotaan bagi aparat maupun pelatihan dan pendidikan yang tepat
guna dengan fungsi aparatur.
2. Tenaga – tenaga ahli perencana terlihat masih kurang holistik dan
futuristik dalam melihat permasalahan kota, dan terkesan lebih
mengutamakan kepentingan sesaat daripada kepentingan Jangka
Panjang.
3. Adanya eselonring (III / II) dalam pengelolaan perkotaan.
4. APARATUR :
(1) Penempatan yang tidak sesuai dengan kompetensi.
(2) Kurang tersedianya aparatur yang memiliki kompetensi.
5. KELEMBAGAAN : Pembentukkan kelembagaan baru berdasarkan PP.
41 / 2007 belum berjalan optimal.
6. Pemahaman Rencana Terbuka Hijau kawasan perkotaan.
7. Belum tersosialisasi PP. 34 / TH. 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Perkotaan.
8. SDM yang menangani Pengelolaan Kota tidak dilatarbelakangi skill
yang handal.
III. Partisipasi Publik
1. Isu dan Permasalahan Kelembagaan & Tata Kelola Kota :
(1) Belum sepahamnya Stakeholder kota tentang Rencana Kota
(2) Pembangunan kota oleh masyarakat, swasta tidak menghargai
Rencana Kota.
(3) Pelibatan lembaga sosial kemasyarakatan dalam pengambilan
keputusan masih sangat rendah.
Urban Strategy and Policy Development
97
(4) Tumbuhnya budidaya perkotaan baru seperti sarang burung wallet
yang tidak ramah dalam lingkungan kota.
IV. Kepemimpinan Kota
1. Kebijakan secara khusus ditingkat lokal belum semuanya berpihak kota
/ orientasi perkotaan
2. KEPEMIMPINAN KEPALA DAERAH :
(1) Dampak politik hukum PILKADA, terbentuk kepala daerah yang
kurang berkompetensi
(2) Besarnya biaya menangkan PILKADA sangat rentan Kepala
Daerah untuk KKN
3. Administrator sebagai pejabat publik / politik (pemangku kepentingan)
belum memiliki Konsep yang jelas pada saat menjalankan manajemen
pemerintahan kota (visi dan misi tidak visible).
4. Kepala daerah tidak dibekali bagaimana menata kota yang baik (secara
makro).
V. Kerjasama Antar Wilayah dan Antar Pihak
1. Pentingnya kerjasama antar daerah (sebagai suatu kebutuhan).
2. Pola dan mekanisme kerjasama antar pemerintah kota / kabupaten dan
swasta belum sepenuhnya memenuhi 3 pilar dalam GOOD
GOVERNANCE (Pemerintah, Swasta dan Masyarakat).
3. Promosi / Investasi dengan Investor.
Urban Strategy and Policy Development
98
Acuan : 1. Draft awal NUSP
2. Paparan Narasumber
Notulen :
• Hari ke 1 : 15 Oktober 2009
• Jam : -
• Tema : Strategi dan Kebijakan Perkotaan dan Tantangan ke depan
Pembukaan oleh Fasilitator
• Tujuan adalah untuk menggali masukan peserta tentang isu dan
strategi perkotaan berserta tantangan ke depan
Paparan Narasumber ke - 1 oleh Dr.H. Asmui,M.Si :
Tema : pengembangan kebijakan & strategi perkotaan regional kalimantan
(2010-2014 & 2010-2025)
Identifikasi permasalahan perkotaan dan Tantangan kedepan .Dalam konteks
kelembagaan dan tata kelola. Secara umum permasalahan perkotaan dan
tantangan kedepan meliputi berbagai isu seperti :
• Perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan infra struktur dan
penyediaan pelayanan kota,
• Penanganan masalah pertanahan/lahan,
• Perencanaan dan pengkoordinasian proyek-proyek,
• Pertumbuhan ekonomi/keuangan,
• Pemukiman,
• Kesempatan kerja,
• Angkutan kota,
• Urbanisasi,
• Kemiskinan,
• Kejahatan,
• Kesehatan masyarakat,
Urban Strategy and Policy Development
99
• Pendidikan,
• Kelestarian lingkungan,
• Pengembangan organisasi dan institusi termasuk pembentukan
motivasi, pelatihan dan pengalaman,
• Desentralisasi,
• Peningkatan kebutuhan sarana komunikasi,
• Pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan,
• Pendayagunaan swasta,
• Penataan ruang,
Implikasi pada kelembagaan dan tata kelola regional kalimantan
• Dari berbagai isu tersebut diatas, nampak sekali adanya kebutuhan akan
peran kelembagaan yang mumpuni dalam menjalankan manajemen perkotaan
yang efektif dan efisien, yang bertumpu pada capacity building yang
didukung oleh berbagai elemen-elemen nya.
• Pada tingkat regional, setiap isu tersebut, kedepan akan merupakan
tantangan yang berat bagi manajemen pemerintah kota untuk
menyiapkan demikian banyak sdm aparatur pemerintah dengan
berbagai disiplin dan keahliannya sesuai dengan bidang isunya masing-
masing.
• Terkait dengan isu-isu tersebut maka implikasi pada kelembagaan dan
tata kelola di tingkat regional kalimantan dapat di identifikasi sebabagi
berikut :
Permasalahan pada bidang kelembagaan dan tata kelola regional Kalimantan .
Meliputi :
1. Kepemimpinan kota,
Urban Strategy and Policy Development
100
2. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik & manajemen
pemerintah kota,
3. Kapasitas sdm aparatur pemerintah,
4. Kerjasama antar pemerintah kota dan swasta,
5. Partisipasi publik dan stakeholder.
Paparan Narasumber ke – 2 Oleh Ir. Haryo Sasongko :
Tema : Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan
(1) Kawasan perkotaan dapat berbentuk:
a. Kota sebagai daerah otonom;
b. Bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;
c. Bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan
memiliki ciri perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelola
oleh pemerintah kota.
(3) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikelola
oleh daerah atau lembaga pengelola yang dibentuk dan bertanggung
jawab kepada pemerintah kabupaten.
(4) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam
hal penataan ruang dan penyediaan fasilitas pelayanan umum tertentu
dikelola bersama oleh daerah terkait.
(5) Di kawasan perdesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi
kawasan perkotaan, pemerintah daerah yang bersangkutan dapat
membentuk badan pengelola pembangunan.
Urban Strategy and Policy Development
101
(6) Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan
kawasan perkotaan, pemerintah daerah mengikutsertakan masyarakat
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
(7) Ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), dan ayat (6) ditetapkan dengan Perda dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
BAB 1 : Ketentuan Umum
Memuat tentang berbagai hal berkaitan dengan pengertian atau istilah yang
dimunculkan secara berulang-ulang dalam muatan Bab atau Pasal.
1. Pengelolaan Kawasan Perkotaan
2. Kawasan
3. Kawasan Perkotaan
4. Kawasan Perkotaan Baru
5. Perencanaan
6. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
7. Pengendalian
8. Lembaga Pengelola Kawasan Perkotaan
9. Badan Pengelola Pembangunan Kawasan Perkotaan Baru
10. Masyarakat
11. Menteri
BAB 2 : Bentuk Kawasan Perkotaan
Kawasan perkotaan dapat berbentuk:
a. kota sebagai daerah otonom;
b. bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;
c. bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan
memiliki ciri perkotaan. (Pasal 2)
Urban Strategy and Policy Development
102
(1) Pembentukan kota sebagai daerah otonom dibentuk dengan undang-
undang.
(2) Pembentukan kawasan perkotaan yg merupakan bagian daerah kab.
dibentuk dengan peraturan daerah kabupaten;
(3) Pembentukan Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau
lebih daerah yg berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan,
dibentuk dengan peraturan kabupaten masing-masing; (Pasal 3)
(1) Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah
kabupaten yang berbatasan langsung dalam satu provinsi ditetapkan
berdasarkan :
a. kesepakatan bersama antarpemerintahan daerah kabupaten;
b. persetujuan gubernur;
c. persetujuan Menteri. (Pasal 4)
(2) Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah
kabupaten yang berbatasan langsung antarprovinsi ditetapkan
berdasarkan:
a. kesepakatan bersama antarpemerintahan daerah kabupaten;
b. persetujuan gubernur; dan
c. persetujuan Menteri. (Pasal 4)
Peraturan daerah dimaksud diatas paling sedikit memuat nama, batas,
luas, fungsi, dan pengelolaan Kawasan. (Pasal 5)
Batas, luas, dan fungsi Kawasan ditentukan berdasarkan:
a. Rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten;
b. Rencana tata ruang wilayah kabupaten;
c. Hasil kajian kebutuhan ruang bagi pengembangan kegiatan dan
pelayanan perkotaan;
d. Batas Kawasan yang menggunakan batas desa atau sebutan lain. (Pasal
6)
Urban Strategy and Policy Development
103
BAB 3 : Pengelolaan Kawasan Perkotaan
(1) Kawasan Perkotaan yang merupakan daerah otonom dikelola oleh
pemerintah kota.
(2) Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian daerah kabupaten dikelola
oleh pemerintah kabupaten atau Lembaga Pengelola yang dibentuk dan
bertanggung jawab kepada pemerintah kabupaten.
(3) Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah
yang berbatasan langsung dikelola bersama oleh pemerintah kabupaten
terkait dan dikoordinasikan oleh pemerintah provinsi. (Bagian Kesatu –
Umum, Pasal 7)
(1) Lembaga Pengelola yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada pemda
dibentuk dengan peraturan daerah.
(2) Lembaga Pengelola mempunyai tugas mengelola Kawasan Perkotaan dan
mengoptimalkan peran serta Masyarakat serta badan usaha swasta
(3) Dalam pelaksanaan tugas, Lembaga Pengelola mempunyai fungsi:
a. Penggalian dan pendayagunaan sumber daya badan usaha swasta
dan Masyarakat;
b. Penjaringan aspirasi Masyarakat dan badan usaha swasta Kawasan
Perkotaan;
c. Pengembangan informasi Kawasan Perkotaan;
d. Pemberian pertimbangan kepada bupati dalam kebijakan
operasional, implementasi kebijakan, dan pemberdayaan
Masyarakat; dan
e. Perumusan dan pemberian rekomendasi terhadap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan, serta isu-isu strategis
Kawasan Perkotaan. (Bagian Kedua – Lembaga Pengelola, Pasal 8)
Urban Strategy and Policy Development
104
BAB 4 : Kawasan Perkotaan Baru
(1) Kawasan perdesaan dapat direncanakan untuk menjadi Kawasan
Perkotaan Baru.
(2) Perencanaan Kawasan Perkotaan Baru diprioritaskan untuk:
a. Menyediakan ruang permukiman;
b. Menyediakan ruang baru bagi kebutuhan industri, perdagangan, dan
jasa;
c. Menyediakan ruang bagi pelayanan jasa pemerintahan; dan/atau
d. Menyediakan ruang bagi pembangunan pusat kegiatan strategis
nasional, provinsi, dan kabupaten.
(Bagian Kesatu – Pembentukan Kawasan Perkotaan Baru, Pasal 23)
Kawasan perdesaan yang direncanakan paling sedikit memenuhi kriteria:
a. Sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten;
b. Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
c. Memiliki daya dukung lingkungan yang memungkinkan untuk
pengembangan fungsi perkotaan;
d. Bukan merupakan kawasan pertanian beririgasi teknis maupun yang
direncanakan beririgasi teknis; dan
e. Bukan merupakan kawasan lindung.
(Bagian Kesatu – Pembentukan Kawasan Perkotaan Baru, Pasal 24)
(1) Usulan lokasi rencana Kawasan Perkotaan Baru dapat diajukan oleh
pihak swasta dan /atau unsur pemerintah daerah.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud diatas diajukan kepada bupati.
(3) Usulan dilengkapi dengan:
a. Hasil studi kelayakan;
b. Rencana induk pembangunan perkotaan baru; dan
c. Rencana pembebasan lahan.
Urban Strategy and Policy Development
105
(4) Bupati melakukan kajian terhadap pengajuan usul lokasi rencana
Kawasan Perkotaan Baru berdasarkan kriteria diatas.
(5) Penetapan lokasi Kawasan Perkotaan Baru harus mendapat persetujuan
gubernur. (Bagian Kesatu – Pembentukan Kawasan Perkotaan Baru, Pasal 25)
Kelompok F (Lingkungan dan Mitigasi Resiko Bencana )
Fasilitator : Hazairin
Narasumber : Prof. Dr.Ir.H. Yudi Firmanul Arifin ,M.Sc
Dr.Ir. Sumaryono,M.Sc
Peserta : 1. Restuwasiati ( Bappeda Barito Utara )
2. Supriono (BPLH Kota Tarakan )
3. Rusmin (BLH Banjarmasin )
4. Hegar W H ( Walhi Kal Sel)
Metode : Metaplan
Daftar Isu Masalah, sesuai masukan Peserta tertuang dalam kertas metaplan :
1. Pemahaman dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
2. Batubara terbakar
3. Penambangan tanpa ijin
4. Tanah longsor
5. Banjir
6. Polisi lingkungan
7. Komposter 24 jam perkotaan dengan bantuan kelinci
8. Kebakaran
Urban Strategy and Policy Development
106
9. Kemacetan mengakibatkan polusi udara
10. Polusi udara
11. Pengembangan wilayah kota ke sub-urban
12. BJM sarang pengemis
13. Pemukiman kumuh (Penataan Pemukiman)
14. BJM sorga PKL
15. Ketahanan pangan menjadi alih fungsi lahan pertanian
16. Ruang terbuka hijau maih kurang
17. CITY WALK
18. Ruang terbuka hijau dan ruang public “MINIM”
19. Pembangunan yang tidak perspektif sungai
20. Keseimbangan pembangunan perkotaan dan pedesaan
21. Mempertahankan kawasan hijau ditengah kota
22. SDM rendah : - Pengangguran, - Kemiskinan
23. Sungai BJM tercemar
24. Sempadan sungai
25. Pencemaran udara
26. SAMPAH (Industri dan Rumah tangga)
27. Pencemaran udara dan air
28. Transportasi massal
29. Bukit – bukit tetap hijau
Urban Strategy and Policy Development
107
30. Pengawasan terhadap pengelolaan hutan
31. Perambahan hutan
Acuan : 1. Draft awal NUSP
2. Paparan Narasumber
Notulen :
• Hari ke 1 : 15 Oktober 2009
• Jam : -
• Tema : Membahas Isu Permasalahan Strategis dan Tantangan
Paparan oleh Fasilitator :
Tujuan adalah untuk menggali masukan peserta tentang isu dan strategi
perkotaan berserta tantangan ke depan
Paparan Narasumber ke – 1 Oleh Prof. Dr.Ir. H. Yudi Firmanul Arifin,M.Sc
Tema : Lingkungan dan Mitigasi Bencana
Letak Geografis
� Kalimantan adalah nama bagian wilayah di Pulau Borneo Besar, yaitu
pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan seluruh Pulau Irian
� Kalimantan meliputi 73 % masa daratan Borneo, yang meliputi empat
provinsi; Kal-Bar, Kal-Teng, Kal-Sel, dan Kal-Tim, dengan luas
seluruhnya 549.032 km2 atau 28 % dari seluruh daratan Indonesia
� Wilayah Pulau Kalimantan terletak antara 4o 24’ LU – 4o 10’ LS dan
antara 108o 30’ BT – 119o 00’ BT. Berbatasan langsung dengan Negara
Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara dengan panjang
perbatasan mencapai 3000 km mulai dari Kal-Bar hingga Kal-Tim.
Urban Strategy and Policy Development
108
Kondisi Fisik Dasar dan Hasil Sumber Daya Lahan
� Pulau Kalimantan sebagian besar daerah pegunungan/pebukitan (39,69
%), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/pasang surut (11,73
%), dataran aluvial (12,47 %), dan lain-lain (0,93 %)
� Topografi bagian tengah umumnya adalah pegunungan tinggi dengan
kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan
lindung yang harus dipertahankan
� Pegunungan utama sebagai satuan ekologis adalah Pegunungan Muller,
Schawanger, Iban dan Kapuas Hulu, serta bagian selatan Pegunungan
Meratus
� Hasil hutan yang potensial, meliputi; kayu, rotan, damar, gaharu, ramin,
dan lain-lain
� Tanah-tanah di Kalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat
rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian
� Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri
dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan
dengan kelerengan curam
� Setiap tahun padang alang-alang semakin bertambah dan menjadi
kering dan terbakar
� Hutan sangat sulit dalam melakukan regerasinya, dan padang rumput
terus bertambah
� Potensi hidrologis di Kalimantan merupakan kegiatan ekonomi yang
baik. Banyak danau-danau dan sungai-sungai sebagai sumber penghasil
perikanan
� Sejumlah sungai besar sebagai urat nadi transportasi utama yang
menjalankan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan
antar wilayah, serta eksport-import
� Pencemaran sungai dikarenakan pembalakan hutan, buangan limbah
industri tanpa perlakuan, limbah rumah tangga, dan limbah dari
Urban Strategy and Policy Development
109
pertambangan emas tanpa ijin, yang menyebabkan airnya berbahaya
untuk keperluan rumah tangga dan menyebabkan kerugian sebagian
sumber daya perikanan
� Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan
di bagian tengah dan hulu sungai. Deposit tambang yang cukup
potensial; emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika, barubara,
minyak, dan gas alam cair.
� Dalam pemanfaatan tambang ini sering konflik dengan pemanfaatan
ruang lainnya, yaitu kehutanan, perkebunan dan pertanian
Kondisi Prasarana Wilayah ( Transportasi) Pulau Kalimantan
� Tahun 2000 panjang jalan di Pulau Kalimantan 42.641 km (masih sangat
kurang untuk melayani jumlah luas pulau yang sangat besar),
dibandingkan dengan pulau lainnya kepadatan jalan sangat berkurang
hanya 85,29 km/ha untuk jalan nasional dan provinsi
� Tingkat pelayanan transportasi sungai cukup signifikan, yaitu 33 %,
sedangkan jalan raya 44 % dan sisanya transportasi laut dan udara.
Transportasi sungai sering digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil
industri kayu, serta hasil hutan lainnya.
Kondisi Prasarana Kelistrikan
� Jaringan listrik belum seluruhnya dilayanioleh jaringan interkoneksitas
secara total, sebagian besar masih dilayani dengan jaringan bertegangan
275 KV, dan wilayah-wilayah lainnya sudah dihubungi dengan jaringan
bertegangan 150 KV dan masih terbatas dalam jangkauan pelayanannya.
� Sumber pembangkit listrik utama di Kalimantan adalah PLTD, PLTG,
PLTA dan PLTU
Urban Strategy and Policy Development
110
Beberapa Permasalahan Lingkungan di Kalimantan
� Pencemaran perairan, akibat pengekploitasi yang buruk (pembukaan
hutan, limbah industri tanpa perlakuan dan rumah tangga, dan kegiatan
PETI).
� Pencemaran udara akibat asap kebakaran hutan dan lahan, asap dan
debu kendaraan bermotor, dan industri
� Erosi akibat abrasi pantai
� Kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau, terutama pada
daerah gambut dan batubara
� Pengalihan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan, pertambangan,
pertanian dalam skala yang luas
� Illegal logging
Dampak Terjadi
� Banyak badan air yang tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga dan juga merugikan sektor perikanan
� Udara yang kotor dapat meningkatkan berbagai penyakit, terutama
ISPA pada saat kabut asap
� Banjir dibeberapa wilayah di Kalimantan
� Tanah longsor
� Penurunan kualitas lahan
� Penurunan biodiversity
Permasalahan Lingkungan Perkotaan
� Pencemaran udara oleh asap kendaraan bermotor
� Pencemaran sungai-sungai akibat pembuangan sampah domestik oleh
masyarakat, pencemaran pembuangan industri
Urban Strategy and Policy Development
111
� Pendangkalan sungai akibat Sedementasi yang terjadi terus menerus dan
erosi yang intensif dibagian hulu, karena hutan yang mengalami
degradasi
� Penampungan sampah yang sangat terbatas dan pengolahan yang
kurang optimal
Bagaimana Mengatasi Berbagai Permasalahan Lingkungan di Kalimantan ?
� Apakah UU dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan
kita telah sepenuhnya dipatuhi dan diterapkan dengan benar ?
� Apakah masyarakat kita sudah memahami sepenuhnya permasalahan
lingkungan ?
� Apakah pemerintah kita Terapkan prinsip Good Governance (Tranparansi
dan partisipasi) ?
Paparan Narasumber ke – 2 Oleh Dr.Ir. Sumaryono,M.Sc :
Tema : Kota Pantai: Isu Lingkungan dan Mitigasi Bencana
Pengelolaan Lingkungan :
� Penggunaan sumberdaya alam secara efisien
� Perubahan perilaku sekedar mengurangi kerusakan menuju pada
keterpaduan kepentingan
� Kebijakan ekonomi memberikan harga sumberdaya alam yang
selayaknya dan reformasi tanah
� Sumberdaya hutan umumnya dinilai rendah
� Banyak orang miskin tidak memiliki lahan
� Mendahulukan pembangunan kota dibanding pembangunan desa
tidaklah praktis
� pembangunan manusia strategi paling efektif
Urban Strategy and Policy Development
112
Mitigasi bencana
� Mencegah perubahan dan degradasi lingkungan difokuskan pada
mitigasi dan adaptasi
� Tindakan mitigasi mencegah, membatasi, atau memperlambat tingkat
perubahan atau perusakan
� Mitigasi dan adaptasi dilaksanakan dalam suatu perencanaan dan
kebijakan nasional
� Pembangunan ekonomi berorientasi perlindungan lingkungan dengan
investasi pembangunan manusia
� Pembangunan ekonomi lebih dititikberatkan kepada pengurangan
kemiskinan
� Proyek dengan partisipasi masyarakat
� Produksi pertanian dapat dihargai secara layak
� Sumberdaya alam dihargai sesuai harga konservasinya
� Pemberian subsidi lebih berhati-hati dan realisitis
� Peningkatan peran wanita dalam kehidupan keluarga
� Perlindungan lingkungan menjaga ekosistem alam,
� Pembangunan teknologi yang lebih hemat lingkungan
� Sistem tumpang sari, agroforestri, sistem irigasi skala kecil,
pendaurulangan bahan organik, sistem penggarapan tanah yang ramah
lingkungan
� Memanfaatkan sumber energi yang bebas
� Program pembangunan manusia
Penutup :
� Bencana bila menimbulkan korban dan kerugian
� Korban yang kehidupannya kekurangan
� Mengurangi atau kalau bisa menghilangkan sama sekali kemiskinan
� Program menanggulangi supaya tidak terjadi kemiskinan
Urban Strategy and Policy Development
113
SIDANG PLENO II
3.2 Sidang Kelompok : Perumusan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Jangka Panjang dan Jangka Menengah
Kelompok A ( Sosial - Budaya )
No. ISU PERMASALAHAN KEBIJAKAN
STRATEGI
1 Tingginya Angka Kemiskinan Perkotaan
Menurunkan angka kemiskinan di perkotaan
1. Revitalisasi program pengaggulangan kemiskinan
2. Regulasi yang berkesinambungan dalam revitalisasi program pengentasan kemiskinan
2 Rendahnya Kualitas Hidup Akibat
Terbatasnya Aksesibilitas Pelayanan Publik
Memastikan tercapainya kesejahteraan masyarakat
perkotaan , termasuk kelompok rentan
Meningkatkan akses masyarakat ke
pelayanan publik.
3 Lemahnya Stabilitas Ketentraman dan Ketertiban Kota
Mewujudkan stabilitas, ketentraman dan ketertiban kota
1 Optimalisasi peran dan fungsi penegak hukum beserta masyarakat dalam penegakan hukum
2 Menekankan paradigma penegakan hukum yang cenderung pendekatan-keamanan (security-approach) ke pendekatan-kesejahteraan (welfare-approach).
4 Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan, hidup berkota, dan berpartisipasi di dalam pembangunan kota
Mewujudkan masyarakat yang sadar berkota
Meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkotaan
5 Lemahnya kualitas
manajemen kependudukan
Meningkatkan kualitas sistem
informasi dan manajemen kependudukan
1 Meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam tertib administrasi
2 Revitalisasi sistem informasi dan manajemen kependudukan
Urban Strategy and Policy Development
114
6 Merenggangnya hubungan interaksi sosial di perkotaan
Memastikan terciptanya interaksi yang harmonis dalam masyarakat perkotaan.
1 Menyediakan sarana prasarana yang mewadahi proses interaksi sosial masyarakat perkotaan
2 Meningkatkan kesadaran dan solidaritas sosial masyarakat perkotaan
7 Kurangnya perceminan nilai budaya dan kearifan lokal dalam upaya pembangunan perkotaan
Menjadikan sistem nilai budaya dan kearifan lokal sebagai basis pembangunan
Menggali dan mengembangkan potensi nilai budaya dan kearifan lokal yang mendukung pembangunan perkotaan
Kelompok B ( EKONOMI FINANSIAL DAN URBAN POVERTY ) No ISU PERMASALAHAN KEBIJAKAN
JANGKA PANJANG STRATEGI
JANGKA PANJANG
1 Modal
1. Sulitnya sistem perkreditan yang diberikan pada penduduk miskin
2. Minimnya bantuan stimulan kepada pengusaha UMKM
3. Tingginya suku bunga yang diterapkan oleh lembaga keuangan
swasta terhadap UMKM (kasus kota Banjarbaru: bunga pinjaman dipotong di depan sebelum modal tersebut
dipergunakan)
1. Pemberian kemudahan sistem perkreditan
2. Peningkatan peranan pemerintah dan lembaga keuangan terhadap akses permodalan kepada penduduk miskin dan UMKM
3. Perlunya kontrol pemerintah/BI terhadap penetapan suku bunga
1. Penyaluran bantuan
melalui simpan pinjaman perkumpulan
2. Setiap pelaku UMKM menjadi anggota koperasi simpan pinjam
2 Sumber Daya Manusia
1. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan
2. Kurangnya pembinaan, sarana dan prasarana untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
1. Peningkatan pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan melalui lembaga pemerintah.
2. Pembinaan yang berkesinambungan yang terarah terhadap PMKS untuk berwirausaha
1. Memfokuskan
penduduk miskin pada sekolah-sekolah kejuruan
2. Kerjasama antar pemerintah dan swasta terhadap program-program pelatihan.
3. Melakukan pelatihan-pelatihan dan pendampingan pada UMKM
Urban Strategy and Policy Development
115
3 Demokrasi Ekonomi
1. Kurangnya payung hukum yang melindungi UMKM
2. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pelaku ekonomI
Menyediakan sarana dan prasarana untuk tempat usaha
Terjadi sinergi antara pengusaha kecil, menengah, dan besar
4 UMKM
1. Lemahnya jejaring antar sektor-sektor (swasta terhadap pemerintah dan pemerintah terhadap pemerintah) informal terhadap peningkatan UMKM.
2. Lemahnya kelembagaan yang menangani penyediaan bahan baku, produksi, dan pemasaran hasil UMKM
1. Memberdayakan kelembagaan yang menangani penyediaan bahan baku
2. Meningkatkan teknologi produksi
1. Membuat jaringan industri (MLM dan Frenchise)
2. Memanfaatkan hasil penelitian teknologi tepat guna
5 Isolasi Kemiskinan
1. Kurangnya upaya-upaya membuka potensi ekonomi masyarakat pesisir.
2. Kurangnya pengembangan kawasan hinterland
Mengembangkan kawasan pesisir
dan hinterland
1. Menciptakan ekowisata
daerah pesisir
2. Membuka usaha non
pertanian di kawasan hinterland
Urban Strategy and Policy Development
116
No ISU PERMASALAHAN KEBIJAKAN JANGKA MENENGAH
STRATEGI JANGKA MENENGAH
1 Modal
1. Sulitnya sistem perkreditan yang diberikan pada penduduk miskin
2. Minimnya bantuan stimulan kepada pengusaha UMKM
3. Tingginya suku bunga yang diterapkan oleh
lembaga keuangan swasta terhadap UMKM (kasus kota Banjarbaru: bunga pinjaman dipotong di depan
sebelum modal tersebut dipergunakan)
Peningkatan peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD)
1. Kredit tanpa agunan bagi UMKM
2. Bantuan modal melalui program usaha ekonomi produktif (UEP)
2 Sumber Daya Manusia
1. Rendahnya tingkat pendidikan dan
keterampilan
2. Kurangnya pembinaan, sarana dan prasarana untuk Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
1. Peningkatan peran swasta terhadap pendidikan dan pelatihan
2. Peningkatan peran LSM terhadap usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia
1. Pemberian subsidi pendidikan dan pelatihan keterampilan pada penduduk miskin.
2. Memberi kemudahan perijinan untuk melakukan pelatihan.
3. Memberikan kesempatan kepada LSM untuk memberikan suara dalam proses pengambilan kebijakan publik
4. Memberikan subsidi modal dan ruang untuk tempat usaha
5. Mendatangkan orang yang sukses yang berawal dari
Urban Strategy and Policy Development
117
ketidakberdayaan
3 Demokrasi Ekonomi
1. Kurangnya payung hukum yang melindungi UMKM
2. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pelaku ekonomI
1. Tercipta pola
kemitraan antara UMKM dengan pengusaha yang lebih besar
1. Membuat Peraturan
Daerah yang melindungi UMKM
2. Membuat Peraturan Daerah tentang kemitraan
4 UMKM
1. Lemahnya jejaring antar sektor-sektor (swasta terhadap pemerintah dan pemerintah terhadap pemerintah) informal terhadap peningkatan UMKM
2. Lemahnya kelembagaan yang menangani penyediaan bahan baku, produksi, dan pemasaran hasil UMKM
1. Meningkatkan promosi produk-
produk industri dari UMKM
2. Membantu design
kemasan dan produk agar lebih menarik dan higienis (khusus
produk makanan dan minuman
5 Isolasi Kemiskinan
1. Kurangnya upaya-upaya membuka potensi ekonomi masyarakat pesisir
2. Kurangnya pengembangan kawasan hinterland
Melakukan pemetaan potensi ekonomi di wilayah pesisir dan kawasan hinterland
Melakukan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan untuk pengembangan usaha di wilayah pesisir maupun
kawasan hinterland
Urban Strategy and Policy Development
118
Kelompok C ( Sarana – Prasarana Perkotaan atau Termasuk ICT )
No
ISU PERMASALAHAN
KEBIJAKAN
STRATEGI
1 Pokok isu: Prasarana Dasar/Umum: Listrik, Air bersih, Drainse, Sampah,
Limbah/sanitasi
Jangka Panjang :
1. Ketersediaan air baku yang tidak memenuhi standar
2. Kebutuhan prasarana dasar transportasi darat lintas Kalimantan
(kereta api dan jalan raya)
3. Kebutuhan listrik
Jangka Panjang :
1. Pemeliharaan hutan dihulu dan Pembangunan bendungan di hilir
2. Pengembangan jaringan pelayanan sistem air limbah skala kota (mayoritas kawasan di Kalimantan terlayani oleh jaringan air
limbah baik yang on-site maupun off-site sistem)
Jangka Menengah :
1. Banjir, drainase yang buruk, serta lahan resapan yang semakin berkurang
2. Ketersediaan air baku yang tidak memenuhi standar
3. Kurang memadainya prasarana air bersih
4. Terjadinya salinasi dan sedimentasi air sungai yang tinggi
5. Kebutuhan listrik kurang
6. Sampah tidak tertangani dengan baik: a) Sarana angkutan sampah masih kurang, b) Kurangnya TPS
7. Sampah sungai yang belum tertangani
8. Limbah rumah tangga dan industri tidak tertangani (dengan catatan khusus Banjarmasin 2% sudah terlayani IPAL)
9. Sistem drainase perkotaan belum tertata dengan baik
10. Sistem drainase lingkungan yang belum
Jangka Menengah :
1. Melestarikan sumber air baku secara terpadu termasuk penataan ruang kawasan hulu maupun
pemeliharaan sungai
2. Menerapkan konservasi dan reboisasi hutan secara konsisten
3. Menjabarkan dan
menegakkan peraturan perundangan yang terkait dengan tata ruang dan penggunaan prasarana dan sarana kota
4. Mengurangi tingkat kebocoran air bersih baik secara teknis maupun administratif
5. Membangun dan memperluas sarana pengolahan serta jaringan pelayanan air bersih
6. Meningkatkan keterpaduan perencanaan dan pengembangan prasarana dan sarana air bersih
7. Meningkatkan kapasitas dan jaringan listrik khusus untuk pelayanan lokal hingga kebutuhan lokal yang selalu berkembang terpenuhi
8. Memanfaatkan sumber daya alam lokal (batu bara dan
Jangka Menengah :
1. Komitmen politik dari pimpinan daerah
2. Peningkatan kapasitas teknis dan manajerial (koordinasi) dari aparat di sektor-sektor terkait
3. Peningkatan partisipasi masyarakat dari tingkat bawah mulai dari
perencanaan hingga pengawasan
4. Penghargaan berbasis kinerja termasuk insentif dan disinsentif
5. Kerjasama antar daerah baik antar kabupaten/kota dalam satu provinsi maupun antar provinsi di seluruh Kalimantan
6. Meningkatkan peran investasi swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana serta perumahan melalui
Urban Strategy and Policy Development
119
terpelihara dengan baik
sumber air) untuk kepentingan daerah (khususnya untuk pembangkit listrik)
9. Mengembangkan system jaringan listrik inter-connected di seluruh pulau Kalimantan melalui sharing pendananaan APBD masing –masing provinsi dan kabupaten/kota maupun swasta serta pemerintah pusat
10. Menindaklanjuti kerjasama
antar provinsi dalam pembangunan jalan Trans Kalimantan disertai dengan pengendalian tata ruang sepanjang jalan
11. Meningkatkan keterpaduan perencanaan pengembangan dan pemanfaatan jaringan listrik
12. Mengembangkan kerjasama
antara pemerintah daerah dengan PLN yang dapat mendorong percepatan pemenuhan kebutuhan listrik daerah
13. Meningkatkan system pengelolaan dan pengumpulan sampah, baik di aliran sungai maupun di daratan minimal 85% tahun 2015 sampah terangkut dan terolah
14. Pengembangan jaringan pelayanan sistem air limbah skala kota (setidaknya 10% pada tahun 2015 kawasan perkotaan di Kalimantan terlayani oleh jaringan air limbah baik yang on-site maupun off-site sistem)
15. Menggalakkan kampanye kepedulian kebersihan lingkungan termasuk badan sungai
16. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pembangunan sarana dan prasarana persampahan terpadu
17. Mendorong diterapkannya
kebijakan larangan dan sanksi buang sampah di sembarang tempat
insentif dan disinsentif, kemudahan perizinan,
pengurangan pajak, Kerjasama Pemerintah dan Swasta, dll.
7. Membentuk lembaga pengelola hutan yang jelas di tingkat eco-region DAS (KPH)
Urban Strategy and Policy Development
120
(termasuk di sungai)
18. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pembangunan jalan dan jembatan regional (lintas kalimantan) yang berwawasan lingkungan
19. Meningkatkan perencanaan dan pembangunan sarana
dan prasarana transportasi sungai dan udara
2 Pokok isu: Prasarana Umum: Pendidikan, Kesehatan, Taman bermain-RTH, Sosial/komunitas, Pasar
Jangka Panjang :
1. RTH dan Hutan kota
2. Pemanfaatan hutan oleh masyarakat (wisata hutan)
3. Menggalakkan reboisasi
Jangka Panjang :
1. Mewujudkan RTH 30% di seluruh kawasan perkotaan Kalimantan sesuai dengan UU 26 tahun 2007, termasuk hutan kota dan obyek wisata hutan
2. Memastikan terwujudnya prasarana dan sarana kesehatan, dan pendidikan
yang berbasis sungai dan ramah lingkungan
3. Memastikan ketercapaian pengembangan sarana dan prasarna serta pola pendidikan terpadu
4. Memastikan ketercapaian pengembangan dan pembangunan pasar tradisional
3 Pokok isu: Perumahan Jangka panjang : -
Jangka panjang :
1. Memastikan terpenuhinya perumahan rakyat yang layak huni dan ramah lingkungan (tidak ada backlog)
2. (Lanjutan kegiatan untuk jangka panjang)
3. Memastikan bahwa tidak ada lagi lingkungan dan permukiman kumuh
Jangka Menengah :
1. Keterbatasan perumahan layak dan terjangkau
Jangka Menengah :
1. Mewujudkan perencanaan/ penataan dan pembangunan perumahan rakyat yang
Urban Strategy and Policy Development
121
2. Meluasnya permukiman kumuh
layak huni dan ramah lingkungan
2. Mendorong pelestarian rumah khas daerah Kalimantan
3. Mempercepat penataan lingkungan dan permukiman kumuh
4. Mewujudkan perencanaan dan pembangunan rusunawa
4 Pokok isu: Khas wil Kalimantan:
Jangka panjang :
1. Belum dimanfaatkannya potensi lahan gambut
2. Batas yang jelas antara permukiman dan hutan
3. Penetapan sempadan sungai dengan memperhatikan
permukiman di atas sungai (diberi pedestrian sebagai pembatas yang dilengkapi dengan
sarana tambatan perahu)
4. Mangrove berkurang dan tidak terpelihara
5. Kesenjangan prasarana
dan sarana di daerah perbatasan
6. Belum dimanfaatkanya potensi garam yang bersumber dari gunung
Jangka panjang :
1. Memastikan terwujudnya konservasi lahan gambut
2. (Lanjutan kegiatan untuk jangka panjang)
Jangka Menegah :
1. Sungai sebagai sarana transportasi dan sumber air bersih terancam
2. Perkampungan atas air terancam
3. Hutan tergerus oleh permukiman perlu pemberian batas yang
jelas
4. Pentingnya
Jangka Menengah :
1. Menggalakkan konservasi lahan gambut yang rusak
2. Menata dan mengawasi batas wilayah antar kabupaten/kota, provinsi maupun antar Negara.
3. Penataan sempadan sungai dengan memperhatikan permukiman di atas sungai
(diberi pedestrian sebagai pembatas yang dilengkapi dengan sarana tambatan
Urban Strategy and Policy Development
122
pembangunan dan pembenahan prasarana jembatan yang mengakomodir
transportasi air dibawahnya
5. Transportasi air perlu diperbaiki
6. Belum
dimanfaatkannya potensi lahan gambut
7. Kurangnya lahan pertanian untuk persawahan
8. Rendahnya Law enforcement terhadap penebangan liar dan pembakaran hutan
9. Belum dimanfaatkannyan varietas hayati khas kalimantan
perahu)
4. Pemeliharaan dan pelestarian hutan mangrove
5. Mewujudkan perencanaan
dan pembangunan prasarana dan sarana di daerah perbatasan sehingga kawasan perbatasan dapat menjadi bagian depan negara
Indonesia
6. Mewujudkan pemeliharaan dan pelestarian serta pengembangan potensi garam yang bersumber dari gunung
7. Mewujudkan pemeliharaan dan pelestarian serta pengembangan varietas hayati yang khas di wilayah
Kalimantan
8. Mewujudkan serta melestarikan lahan pertanian untuk persawahan
Urban Strategy and Policy Development
123
Kelompok D ( Ketimpangan Tata Ruang dan Regional )
No ISU PERMASALAHAN KEBIJAKAN Jangka Panjang
STRATEGI
1
TATA RUANG:
Belum ada konsistensi
kebijakan dan strategi
pengembangan sistem
perkotaan nasional dan
daerah begitu pula antara
daerah dengan subsistem
daerah lainya.
Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Kepulauan Kalimantan
Jangka Panjang: Membuat system tata ruang Kalimantan yang terpadu dan terkait antara daerah dan termasuk hubungan dengan Negara tetangga dan kepulauan tetangga Jangka Menengah: 1. Melahirkan legalitas tentang
BKPRKK
2. Menyusun program rencana aksi tahunan dimulai dari tahun 2010
2 Belum terbangunnya suatu simpul dan kerjasama ekonomi yang lebih produktif antar daerah dalam suatu sistem kewilayahan tata ruang terpadu Kalimantan
Lebih memproaktifkan forum gubernur se- Kalimantan dalam membangun kerja sama ekonomi berbasis tata ruang yang terpadu dan terintegrasi
Jangka Panjang: Bappeda Propinsi bersama Bappenas mempersiapkan rencana kerja ekonomi (economic work plan) yang berbasis tata ruang yang terpadu dan terintegrasi dengan kepulauan tetangga dan Negara tetangga Jangka Menengah: Bappeda Propinsi bersama Bappeda Kabupaten/Kota mempersiapkan program kerja ekonomi (sarana & prasarana) yang berbasis tata ruang yang akan dibahas oleh para gubernur pada pertemuan tahun 2010
3 Sistem pemanfaatan ruang di daerah perkotaan belum berbasis lingkungan yang harmonis, asri dan lestari
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan perkotaan dalam rangka menumbuhkembangkan kehidupan yang amanah, mawaddah dan sakinah.
Jangka Panjang: Bappeda Propinsi menyusun sebuah system pemanfaatan ruang yang ramah lingkungan untuk kepentingan percepatan pembangunan perkotaan dan daerah dalam arti luas. Jangka Menengah: Membuat program-program koordinasi tahunan yang pro aktif bagi instansi2 yang terkait dilingkungan kota khususnya (al. Badan Lingkungan Hidup, Dinas Sungai, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas PU, Dinas Tata Kota) dan propinsi secara umum dalam implementasi program peningkatan lingkungan sehat
Urban Strategy and Policy Development
124
berbasis tata ruang
4 Lambannya legitimasi
RTRWP sehingga belum
dapat diintegrasikan
secara terpadu dengan
RTRWK dan strategi
pembangunan daerah
dalam arti keseluruhan
Bappeda dan Dinas PU secara bersama bekerja lebih intensif lagi untuk menyiapkan konsep perencanaan RTRWP/RTRK yang akan diusulkan ke Dep. PU dan Depdagri, sehingga pada tahun 2010 terlegitimasi.
Jangka Panjang: Bappeda Propinsi bersama dengan Bappenas menyiapkan system kerja sama terpadu dalam pembangunan daerah perkotaan. Jangka Menengah: Paling lambat awal semester I tahun 2010 diharapkan kedua lembaga yang bertanggung jawab (Bappeda dan Dinas PU) sudah dapat menyampaikan konsep perencanaan RTRWP/RTRK
5 Perlu lebih ditingkatkan
kesadaran stake holders
dalam mematuhi dan
memanfaatkan sistem
tata ruang kepulauan
dalam rangka
mendayagunakan ruang
di daerah masing-masing
sehingga terjalin
pembangunan antar
daerah yang sinergis.
Sosialisasi yang lebih intensif perlu dilakukan segera sehingga semua stake holder mendapatkan kesadaran yang tinggi tentang pentingnya tata ruang benar bagi kehidupan sehari-hari
Jangka Panjang: Pemerintah kota dan LSM sudah waktunya berkoordinasi dengan daerah-daerah tetangga dalam implemntasi program-program aksi lingkungan perkotaan yang sehat Jangka Menengah: Pemerintah Kota dan LSM secara bersama-sama membuat program aksi yang lebih konkrit untuk meningkatkan kesadaran akan
pentingnya lingkungan perkotaan yang sehat dan berkelanjutan.
6
KETIMPANGAN
REGIONAL:
Perlu sumber-sumber
pendapatan dari daerah
dikembalikan dalam
rangka mempercepat
pembangunan di daerah.
Bappeda Propinsi bersama Bappenas dan Kabupaten/Kota harus mengidentifikasi, mengevaluasi dan menetapkan segera bagian yang jelas sumber pendapatan yang menjadi hak daerah, dengan system pembagian 60 % daerah dan 40 % pusat.
Jangka Panjang: Bappeda dan Dinas Pendapatan Propinsi dan Kabupaten/Kota sudah harus secara bersama-sama menyiapkan pola dan system yang jelas tentang pembagian pendapatan antara pusat dan daerah, sampai tahun 2025 Jangka Menengah: Lembaga terkait (Pemerintah Pusat dan Daerah) secara bersama-sama harus menyiapkan usulan yang terkait dengan pembagian pendapatan antara pusat dan daerah sehingga dapat diimplementasikan paling lambat tahun 2010
Urban Strategy and Policy Development
125
7 Pembangunan
infrastruktur harus
diinisiasi lebih awal
untuk menarik investor
ke daerah dalam rangka
percepatan
pembangunan di daerah.
Mendorong dan memfasilitasi agar pihak swasta tertarik untuk berkiprah dalam
pembangunan infrastruktur (jalan, listrik dan air minum, air limbah, persampahan) untuk
kepentingan pembangunan didaerah perkotaan
Jangka Panjang: Bappeda Propinsi bersama dengan bappenas menyiapkan sebuah system
kerja sama daerah dengan pihak swasta baik ditingkat domestic maupun ditingkat international terutama dengan Negara-negara tetangga.
Jangka Menengah:
Memberikan keringanan dan kemudahan serta insentif untuk pihak swasta supaya berinvestasi dengan ongkos yang murah, hal ini harus sudah dimulai tahun 2010 sehingga
terwujud peningkatan yang lebih signifikan daya saing kota dengan cara mengembangkan infrastruktur yang lebih kondusif.
8 Perlu
ditumbuhkembangkan
regulasi yang menyentuh
dan menguntungkan
kepentingan usaha rakyat
kecil ( CQ. sektor
informal), termasuk
dalam hal ini yang terkait
dengan pembangunan
usaha mikro kecil dan
menengah di kota.
Dibentuk sebuah kelembagaan di kota yang bisa memberikan bantuan mangemen dan pendanaan secara parallel berbasis resiko ditanggung bersama dalam hal ini perlu ditumbuh kembangkan modal ventura (seed capital) disamping member insentif agar program-program lain (PNPM P2KP, BPLM dan lain-lain) lebih mudah implemntasinya di daerah perkotaan
Jangka Panjang: Pemerintah daerah propinsi bersama Bank Indonesia harus menginisiasi berdirinya Bank Daerah yang khusus menangani persoalan pendanaan murah untuk usaha rakyat kecil dan UMKM. Jangka Menengah: Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindag bersama dengan Bank Indonesia didaerah sudah harus menyiapkan dan mendata potensitas usaha rakyat dan UMKM pada tahun 2010, sehingga dapat terbentuk lembaga ventura kota, kemudian terbentuk system koordinasi pendanaan yang lebih sistimatis dan mudah diakses
Urban Strategy and Policy Development
126
Kelompok E ( Kelembagaan dan Tata Kelola )
No
ISU PERMASALAHAN KEBIJAKAN
STRATEGI
1 Sebagai dampak dari politik hukum PILKA-DA
membentuk seorang Kepala Daerah yang kurang berkompetensi dan tidak memiliki kon-sep yang jelas bagai-mana membangun dan
menata kota sesuai dengan visi dan misi kota
1. Kompetensi yang dimiliki bagi calon Kepala Daerah
/Wakil Kepala Daerah di-bidang manajemen perko-taan
2. Peningkatan kompetensi
bagi Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah dibidang manajemen per-kotaan
1. Selektifitas kompetensi manajemen perkotaan bagi
calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah
2. Pembekalan kompetensi manajemen perkotaan bagi
calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah
3. Peningkatan kompetensi ma-najemen perkotaan bagi Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah melalui pendidikan formal
4. Pembekalan kompetensi manajemen perkotaan bagi Kepala Daerah / Wakil
Kepala Daerah
2 Besarnya biaya untuk memenangkan PILKA-DA berimplikasi pada rentannya Kepala Daerah untuk melakukan penyalahgunaan wewe-nang
1. Penataan sistem PILKA-DA yang lebih efisien dan efektif
2. Regulasi bagi pelaku money politic
1. Mengefektifkan calon in-dependent dengan persyaratan yang lebih proporsional
2. PILKADA melalui pemili-han di DPRD secara de-mokratis
3. Menyusun Peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus mengenai money politic PILKADA
4. Penegakan hukum bagi partai pengusung maupun bagi pihak yang terlibat dalam money politic
3 Tidak adanya regulasi yg kuat (perda) dlm pena-nganan perkotaan yg
merupakan penjabaran RPJMD ke RIPJMD perkotaan
1. Menjamin pengelolaan kota/perkotaan termuat dalam kebijakan RPJMD
2. Menjamin RIPJMD
menjadi dokumen resmi perencanaan kota
1. Mengintegrasikan perenca-naan ruang kota ke dalam RPJMD.
2. Menuangkan RIPJMD ke
dalam Renstra SKPD dan Konsistensi SKPD untuk melaksanakan RIPJMD
Urban Strategy and Policy Development
127
4 Belum efektifnya kelem-bagaan yang menata secara dini pada kawa-san perkotaan di luar kota
Regulasi TUPOKSI kelembagaan pengelolaan kawasan perkotaan di luar kota
Penyusunan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD
5 Keterbatasan kemam-puan APBD pada daerah pemekaran menjadi isu regional dan nasional
Regulasi sumber-sumber PAD Kabupaten / Kota
Menggali sumber-sumber potensi PAD
6 Kurangnya SDM peren-cana/pengelola kota dan penempatan yang tidak
sesuai dengan kompe-tensinya
Rekruitmen dan penempatan pegawai baru sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
Mengusulkan formasi pegawai yang berkompetensi dalam bidang manajemen perkotaan
7 Pola & mekanisme ker-jasama antar pemerintah kota/kabupaten & swasta belum sepenuhnya me-menuhi 3 pilar dalam Good Governance (pe-merintah, swasta & masyarakat)
Keputusan bersama Kepala Daerah tentang kerjasama wilayah
Mempercepat keputusan bersama tentang pengelolaan wilayah.
8 Pembangunan yang dilakukan di perkotaan baik
yang dilakukan oleh masyarakat, swasta mau-pun pemerintah tidak mengacu pada rencana kota
Pengendalian pembangunan kota yang mengarah kepada
rencana kota
Pemerintah Kota melakukan penegakan hukum yang tegas.
Urban Strategy and Policy Development
128
Kelompok F ( Lingkungan dan Mitigasi Resiko Bencana )
No ISU PERMASALAHAN
KEBIJAKAN
STRATEGI
1 Isu Kelembagaan: Pengawasan Lingkungan yang belum optimal Kerja sama regional dan antar sektor yang belum optimal
Jangka Menengah: Mempertegas kewenangan pengawasan lingkungan. Meningkatkan kapasitas pengawas lingkungan. Jangka Panjang: Mewujudkan peran pengawas lingkungan. Mewujudkan pengadilan lingkungan. Jangka Menengah: Meningkatkan peran lembaga regional dan antar sektor.
Jangka Menengah: Pendidikan dan pelatihan bagi pengawas lingkungan. Penambahan jumlah PPNS/pengawas lingkungan. Jangka Panjang: Penghargaan dan insentif bagi pengawas lingkungan . Penyediaan perangkat hukum yang memadai. Jangka Menengah: Konsolidasi antar lembaga lingkungan. Program kerja sama antar lembaga lingkungan .
2 Kehutanan: Masih terjadinya
perambahan dan pembalakan
Kebakaran hutan
Jangka Menengah:
Memastikan penegakan hukum. Memastikan status hutan. Jangka Panjang:
Memantapkan pengelolaan hutan. Jangka Menengah dan jangka panjang: Memastikan penegakan hukum. Memperkuat kelembagaan penjaga kebakaran hutan.
Jangka Menengah:
Penegakan sanksi sesuai hukum yang berlaku. Penetapan tata batas yang jelas. Jangka Panjang:
Pengelolaan hutan yang lestari. Jangka Menengah dan jangka panjang: Penegakan sanksi sesuai hukum yang berlaku. Penambahan jumlah aparat, sarana, anggaran yang memadai .
3 Masih banyaknya pertambangan yang mengabaikan lingkungan
Jangka Menengah: Memastikan penegakan hukum. Meningkatkan kapasitas pengawas lingkungan di wilayah pertambangan.
Jangka Menengah: Penegakan sanksi sesuai hukum yang berlaku. Penambahan jumlah aparat, sarana, anggaran yang memadai.
4 Sungai : Berkurangnya sempadan sungai
Jangka Menengah dan jangka panjang: Mewujudkan Perda tentang sungai.
Relokasi pemukiman di sempadan sungai. Peningkatan pengawasan .
Jangka Menengah & panjang: Penegakan perda tentang sungai. Sosialisasi perda yang berlaku
kepada masyarakat. Penambahan jumlah aparat
Urban Strategy and Policy Development
129
Pencemaran sungai dari limbah rumah tangga, kapal dan industri
Jangka Menengah: Pengendalian pencemaran sungai melalui peraturan dan perundangan Mendorong terbentuknya masyarakat yang
cinta sungai Menjadikan sungai sebagai beranda depan Jangka Panjang:
Menjadikan sungai bernilai ekonomis tinggi, ekologis dan historis
pengawas yang memadai. Revitalisasi sungai dalam RTRW.
Jangka Menengah: Peningkatan pengawasan sungai. Pembentukan organisasi kemasyarakatan yang cinta sungai
Jangka Panjang:
Penataan sungai sesuai kondisi alam
5 Polusi air, udara dan tanah yang makin meningkat
Jangka Menengah: 1. Pengendalian penambahan jumlah
kendaraan bermotor
2. Pengendalian polusi air, udara dan tanah
3. Pengetatan izin pendirian industri Jangka Panjang: Mendorong penggunaan bahan bakar non fosil
Jangka Menengah: 1. memberlakukan pajak
progresif kendaraan bermotor
2. Pemberlakuan uji emisi kendaraan bermotor secara berkala
3. Pengujian kualitas air tanah
4. Memperkuat pengawasan terhadap dokumen lingkungan
Jangka Panjang: 1. Melakukan ujicoba
penggunaan bahan bakar non fosil
2. Menyediakan sarana penunjang bahan bakar non fosil
Ruang Terbuka
Hijau dan ruang publik yang semakin berkurang
Jangka Menengah:
Penambahan luas ruang terbuka hijau dalam RTRW hingga 20%
Jangka Panjang: Terpenuhinya minimal 30% untuk RTH dan
ruang publik
Jangka Menengah:
1. Penyediaan lahan untuk
penghijauan
2. Melakukan penghijauan dan
pemeliharaan ruang terbuka hijau dan ruang publik
3. Pemberian sanksi tegas bagi pelaku perusakan RTH dan
ruang publik Jangka Panjang: Pembelian kembali lahan untuk
penghijauan
Urban Strategy and Policy Development
130
Pembangunan perkotaan yang tidak tertata dan tidak terkendali
sehingga masih banyaknya kawasan dan pemukiman kumuh
Jangka Menengah: 1. Pengendalian migrasi
2. Relokasi dan penataan ulang sesuai RTRW
3. Memastikan penurunan kawasan pemukiman kumuh sebesar 25%
Jangka Panjang: Memastikan penurunan kawasan pemukiman
kumuh sebesar75%
Jangka Menengah: 1. Pembangunan rumah
murah/rumah susun
2. Translokal bagi masyarakat
Jangka Panjang: Penyediaan anggaran yang
proporsional untuk perbaikan daerah kumuh
Keanekaragaman hayati yang semakin berkurang
Jangka Menengah: Melestarikan keanekaragaman hayati Jangka Panjang: Menjaga dan Mengembangkan keanekaragaman hayati
Jangka Menengah: 1. Mengadakan penelitian untuk
pengembangan biodiversity
2. Melakukan penangkaran dan pelestariannya
3. Melindungi flora dan fauna
4. Menciptakan habitat bagi kehidupan flora dan fauna
Jangka Panjang: 1. Penyediaan sarana dan
prasarana pendukung
2. Membuat payung hukum untuk melindungi keanekaragaman hayati
Belum adanya institusi yang menangani bencana
secara khusus
Jangka Menengah: 1. Membentuk lembaga penanggulangan
bencana minimal di kabupaten/kota
2. Menciptakan masyarakat sadar bencana
Jangka Panjang: Terciptanya masyarakat Sadar bencana
Jangka Menengah: 1. Meyiapkan SDM yang terlatih
2. Menyiapkan sarana dan
prasarana penaggulangan bencana
3. Memasukan kurikulum pendidikan penanggulangan bencana ke setiap sekolah
4. Sosialisasi kepada masyarakat
strategi penangan bencana Jangka Panjang:
Urban Strategy and Policy Development
131
SIDANG PARALEL
3.3 Exercise Pengisian Kuisioner AHP
Ringkasan hasil analisis AHP Pengembangan Kebijakan dan Strategi
Perkotaan berdasarkan responden Pulau Kalimantan (angka dalam
kurung merupakan persentase berdasarkan bobot prioritas yang sudah
diurutkan) :
Gambaran Umum
• Model kota-kota yang diharapkan dimasa depan :
1. Global Cities (0.405)
2. Regional Center (0.356)
3. Local Center (0.239)
( catatan : angka dalam kurung adalah bobot prioritas yang sudah diurutkan )
Gambaran Spesifik
Hasil perhitungan bobot prioritas jika berdasarkan model perkotaan
yang diharapkan dimasa depan yang berkaitan dengan masalah –
masalah yang dihadapi, kebijakan yang akan diterapkan dan alternatif
strategi yang akan dilakukan ialah sebagai berikut :
• Global Cities
- Masalah
- Kebijakan
- Strategi
• Regional Center
- Masalah
- Kebijakan
- Strategi
• Local Center
- Masalah
Urban Strategy and Policy Development
132
- Kebijakan
- Strategi
Hasil analisis Pulau Kalimantan selengkapnya, dapat dilihat pada ( Rincian
Lihat Lampiran..... ) beserta dengan Kuisioner AHP yang masih kosong.
Fasilitator :
1. Eko Kusmurtanto
Peserta :
1. .........................
2. ..........................
3. ...............
3.4 Rangkuman Hasil Sidang Kelompok
Team Leadar Oleh Wicaksono Sarosa
Terdapat kesimpulan dari hasil lokakarya regional di Banjarmasin ,
sebagai berikut :
• Keterkaitan kota dengan hutan dan kuatnya peran sungai, serta lahan
gambut
• Adanya wilayah-wilayah perbatasan yang perlu dicermati dalam
penyusunan kebijakan dan strategi nasional
• Adanya isolasi akses yang berujung pada kemiskinan (bukan hanya
ekonomi, tapi juga dalam kesempatan untuk meningkatkanSDM).
• Ada hak daerah untuk mendapatkan manfaat dari SDA yang lebih
adil dan dapat lebih memberdayakan daerah
Urban Strategy and Policy Development
133
PENUTUPAN Sambutan Penutupan oleh Bappeda Kota Banjarmasin, (Rincian Lihat
Lampiran ..........), , Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Lokakarya (Rincian Lihat
Lampiran ..... ), Komentar dan Saran Peserta (Rincian Lihat Lampiran .....) dan
Dokumentasi photo ( Rincian Lihat Lampiran ..........).
Urban Strategy and Policy Development
134
LAMPIRAN
1. Surat Undangan Peserta
2. Panduan Lokakarya Regional 4 Kalimantan
3. Susunan Acara
4. Sambutan Laporan Panitia Direktur Bina Program, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Departemen Pekerjaan Umum
5. Sambutan Selamat Datang Walikota Banjarmasin
6. Sambutan Pengarahan dari Sesditjen Cipta Karya
7. Sambutan Pengarahan Direktur Perkotaan Perdesaan Bappenas
8. Paparan draft awal KSPN oleh Tim Leader Konsultan
9. Paparan Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan
10. Paparan Praktik Kota Terbaik dari Walikota Pontianak
11. Paparan Praktik Kota Terbaik dari Walikota Balikpapan
12. Paparan Praktik Kota Terbaik dari Walikota Banjarmasin
13. Input Narasumber (bahan paparan) Drs. Muhammad Arifin ,M
14. Input Narasumber (bahan paparan) Budi Suryadi,S.Sos,M.Si
15. Input Narasumber (bahan paparan) Drs. Haris Fadillah,M.Si
16. Input Narasumber (bahan paparan) Dr. Didik Hadiyatno,SE,MSi
17. Input Narasumber (bahan paparan) Prof.Dr.Ir.Udiansyah,Ms
18. Input Narasumber (bahan paparan) Prof.Dr.Firwan Tan,SE.Ec,DEA.ING
19. Input Narasumber (bahan paparan Prof.Dr.Ellyano S. Lasam,SE,MSi
20. Input Narasumber (bahan paparan) Dr. H. Asmui,M.Si
21. Input Narasumber (bahan paparan) Ir. Haryo Sasongko
22. Input Narasumber (bahan paparan) Prof.Dr.Ir.H. Yudi Firmanul Arifin,M.Sc
23. Input Narasumber (bahan paparan) Dr.Ir.Sumaryono,M.Sc
24. Hasil Kompilasi data AHP dan Kuisioner AHP.
25. Sambutan Penutupan Kepala Bappeda Kota Banjarmasin .
26. Database Regional Pulau Kalimantan
27. Rangkuman Hasil Lokakarya Regional ke - 4 Kalimantan
28. Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Lokakarya oleh Peserta
29. Komentar dan Saran Peserta
30. Dokumentasi photo