6

Click here to load reader

66 56-2-pb

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 66 56-2-pb

140

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Masrizal*

Pendahuluan

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadarhemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.

Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalahstatus gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosialekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan.Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensianemia gizi besi di negara berkembang adalahkeadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikanorang tua dan penghasilan yang rendah sertakesehatan pribadi di lingkungan yang buruk.Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor,namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyakdiseluruh dunia secara langsung disebabkan olehkurangnya masukan zat gizi besi.

Selain itu penyebab anemia gizi besidipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat,akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangandarah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).Di negara berkembang seperti Indonesia penyakitkecacingan masih merupakan masalah yang besaruntuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakancacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkangangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik seltubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalamdarah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih,lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkanprestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja.Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan dayatahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkenainfeksi.

Upaya pencegahan dan penanggulangananemia yang telah dilakukan selama ini ditujukanpada ibu hamil, sedangkan remaja putri secara dinibelum terlalu diperhatikan. Agar anemia bisa dicegahatau diatasi maka harus banyak mengkonsumsimakanan yang kaya zat besi. Selain itupenanggulangan anemia defisiensi besi dapat

dilakukan dengan pencegahan infeksi cacaing danpemberian tablet Fe yang dikombinasikan denganvitamin C.

Anemia

Anemia adalah suatu keadaan kadarhemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal,berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dankehamilan.

Batas normal dari kadar Hb dalam darah dapatdilihat pada tabel berikut :

Sebagian besar anemia disebabkan olehkekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi,asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukansel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkanoleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksicacing tambang.

Klasifikasi Anemia

Secara morfologis, anemia dapatdiklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobinyang dikandungnya.

1. MakrositikPada anemia makrositik ukuran sel darah merahbertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap seljuga bertambah. Ada dua jenis anemiamakrositik yaitu :

1. Anemia Megaloblastik adalahkekurangan vitamin B12, asam folat dangangguan sintesis DNA.

*Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unand

Tabel 1. Batas normal kadar Hb menurut umurdan jenis kelamin Sumber : WHO, 200

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)

Anak – anak 6 – 59 bulan 5 – 11 tahun 12 – 14 tahun

11,0 11,5 12,0

Dewasa Wanita > 15 tahun Wanita hamil Laki-laki > 15 tahun

12,0 11,0 13,0

STUDI LITERATUR

Page 2: 66 56-2-pb

141

2. Anemia Non Megaloblastik adalaheritropolesis yang dipercepat danpeningkatan luas permukaan membran.

2. MikrositikMengecilnya ukuran sel darah merah yang

disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesisglobin, porfirin dan heme serta gangguanmetabolisme besi lainnya.

3. Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darahmerah tidak berubah, ini disebabkan kehilangandarah yang parah, meningkatnya volume plasmasecara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik,gangguan endokrin, ginjal, dan hati.

Anemia Defisiensi Besi

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yangterjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,artinya konsentrasi hemoglobin dalam darahberkurang karena terganggunya pembentukan sel-seldarah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalamdarah.

Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorangsudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekatianemia walaupun belum ditemukan gejala-gejalafisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendahlambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehinggakadar hemoglobin terus menurun di bawah batasnormal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.

Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalahanemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadanganbesi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnyasaturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serumatau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologiskeadaan ini diklasifikasikan sebagai anemiamikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatifpada sintesis hemoglobin.

Defisiensi besi merupakan penyebab utamaanemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia,karena kehilangan darah sewaktu menstruasi danpeningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.

Patofisiologi Anemia

Zat besi diperlukan untuk hemopoesis(pembentukan darah) dan juga diperlukan olehberbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yangterdapat dalam enzim juga diperlukan untukmengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkanoksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besitidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik)

sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan

menipisnya simpanan zat besi (feritin) danbertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkandengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Padatahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpananzat besi, berkurangnya kejenuhan transferin,berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubahmenjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnyakadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengancirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie,186:303)

Bila sebagian dari feritin jaringanmeninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasiferitin serum rendah. Kadar feritin serum dapatmenggambarkan keadaan simpanan zat besi dalamjaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yangrendah akan menunjukkan orang tersebut dalamkeadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadarferitin serum normal tidak selalu menunjukkan statusbesi dalam keadaan normal. Karena status besi yangberkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadarferitin.

Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengantes skrining dengan cara mengukur kadar Hb,hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV),konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) denganbatasan terendah 95% acuan (Dallman,1990)

Etiomologi Anemia Defisiensi BesiPenyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :

1. Asupan zat besiRendahnya asupan zat besi sering terjadi

pada orang-orang yang mengkonsumsi bahanmakananan yang kurang beragam dengan menumakanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangandan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakansumber zat besi. Gangguan defisiensi besi seringterjadi karena susunan makanan yang salah baikjumlah maupun kualitasnya yang disebabkan olehkurangnya penyediaan pangan, distribusi makananyang kurang baik, kebiasaan makan yang salah,kemiskinan dan ketidaktahuan.

2. Penyerapan zat besiDiet yang kaya zat besi tidaklah menjamin

ketersediaan zat besi dalam tubuh karenabanyaknya zat besi yang diserap sangat tergantungdari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapatmenghambat dan meningkatkan penyerapan besi.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

Page 3: 66 56-2-pb

142

3. Kebutuhan meningkatKebutuhan akan zat besi akan meningkat

pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anak-anak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhanzat besi juga meningkat pada kasus-kasuspendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit.

4. Kehilangan zat besiKehilangan zat besi melalui saluran

pencernaan, kulit dan urin disebut kehilangan zatbesi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besibasal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi.Di samping itu kehilangan zat besi disebabkanpendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.

Diagnosis1. Anamnesis

1). Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :a. Kebutuhan meningkat secara fisiologis

terutama pada masa pertumbuhan yangcepat, menstruasi, dan infeksi kronis

b. Kurangnya besi yang diserap karenaasupan besi dari makanan tidak adekuatmalabsorpsi besi

c. Perdarahan terutama perdarahan salurancerna (tukak lambung, penyakit Crohn,colitis ulserativa)

2). Pucat, lemah, lesu, gejala pika2. Pemeriksaan fisis

a. anemis, tidak disertai ikterus,organomegali dan limphadenopati

b. stomatitis angularis, atrofi papil lidahc. ditemukan takikardi ,murmur sistolik

dengan atau tanpa pembesaran jantung3. Pemeriksaan penunjang

a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit(MCV, MCH, MCHC) menurun

b. Hapus darah tepi menunjukkanhipokromik mikrositik

c. Kadar besi serum (SI) menurun danTIBC meningkat , saturasi menurun

d. Kadar feritin menurun dan kadar FreeErythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat

e. sumsum tulang : aktifitas eritropoitikmeningkat

Akibat Anemia Defisiensi BesiAkibat-kibat yang merugikan kesehatan padaindividu yang menderita anemi gizi besi adalah

1. Bagi bayi dan anak (0-9 tahun)a. Gangguan perkembangan motorik

dan koordinasi.b. Gangguan perkembangan dan

kemampuan belajar.c. Gangguan pada psikologis dan

perilaku2.Remaja (10-19 tahun)

a. Gangguan kemampuan belajarb. Penurunan kemampuan bekerja dan

aktivitas fisikc. Dampak negatif terhadap sistem

pertahanan tubuh dalam melawanpenyakit infeksi

3.Orang dewasa pria dan wanitaa. Penurunan kerja fisik dan

pendapatan.b. Penurunan daya tahan terhadap

keletihan4.Wanita hamil

a. Peningkatan angka kesakitan dankematian ibu

b. Peningkatan angka kesakitan dankematian janin

c. Peningkatan resiko janin denganberat badan lahir rendah

Penentuan kadar hemoglobin1. Metoda menentukan kadar HB

Menurut WHO, nilai batashemoglobin (Hb) yang dikatakan anemiagizi besi untuk wanita remaja adalah < 12gr/dl dengan nilai besi serum < 50 mg/mldan nilai feritin < 12 mg/ml. Nilai feritinmerupakan refleksi dari cadangan besitubuh sehingga dapat memberikangambaran status besi seseorang.

Untuk menentukan kadar Hb darah,salah satu cara yang digunakan adalahmetoda Cyanmethemoglobin. Cara inicukup teliti dan dianjurkan olehInternational Committee forStandardization in Hemathology (ICSH).Menurut cara ini darah dicampurkan denganlarutan drapkin untuk memecahhemoglobin menjadi cyanmethemoglobin,daya serapnya kemudian diukur pada 540nm dalam kalorimeter fotoelekrit atauspektrofotometer.

Cara penentuan Hb yang banyakdipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara iniuntuk di lapangan cukup sederhana tapiketelitiannya perlu dibandingkan dengan

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

Page 4: 66 56-2-pb

143

cara standar yang dianjurkan WHO.Ada tiga uji laboratorium yang

dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hbagar hasil lebih tepat untuk menentukananemia gizi besi. Untuk menentukan anemiagizi besi yaitu :a. Serum Ferritin (SF)

Ferritin diukur untuk mengetahuistatus besi di dalam hati. Bila kadarSF < 12 mg/dl maka orang tersebutmenderita anemia gizi besi.

b. Transferin Saturation (ST)Kadar besi dan Total Iron BindingCapacity (TIBC) dalam serummerupakan salah satu menentukanstatus besi. Pada saat kekurangan zatbesi, kadar besi menurun dan TIBCmeningkat, rasionya yang disebutdengan TS. TS < dari 16 % maka orangtersebut defisiensi zat besi.

c. Free Erythocyte ProtophorphBila kadat zat besi dalam darah kurangmaka sirkulasi FEB dalam darahmeningkat. Kadar normal FEB 35-50mg/dl RBC. Secara ringkas untukmenentukan keadaan anemia seseorangdapat dilihat pada tabel 2.

2. Fungsi HemoglobinHemoglobin merupakan komponen utama eritrosit

yang berfungsi membawa oksigen dankarbondioksida. Warna merah pada darah disebabkanoleha kandungan hemoglobin (Hb) yang merupakansusunan protein yang komplek yang terdiri dariprotein, globulin dan satu senyawa yang bukanprotein yang disebut heme. Heme tesusun dari suatusenyawa lingkar yang bernama porfirin yang bahagianpusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi hemeadalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkanhemoglobin adalah senyawa komplek antara globin

dengan heme.

Pencegahan dan Pengobatan Anemia DefisiensiBesi

Upaya yang dilakukan dalam pencegahandanpenanggulangan anemia adalaha. Suplementasi tabet Feb. Fortifikasi makanan dengan besic. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan

menambahkan konsumsi pangan yangmemudahkan absorbsi besi seperti menambahkanvitamin C.

d. Penurunan kehilangan besi denganpemberantasan cacing.Dalam upaya mencegahdan menanggulangi anemia adalah denganmengkonsumsi tablet tambah darah. Telahterbukti dari berbagai penelitian bahwasuplementasi, zat besi dapat meningkatkan kadaHemoglobin.

e. Pengobatan Anemia Defisiensi BesiSejak tahun 1997 pemerintah telah merintislangkah baru dalam mencegah danmenanggulangi anemia, salah satu pilihannyaadalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telahterbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemenzat besi dapat meningkatkan hemoglobin.

Pencegahan dan Penanggulangan AnemiaDefisiensi Besi

Dapat dilakukan antara lain dengan cara:a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan

Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlahcukup. Namun karena harganya cukup tinggisehingga masyarakat sulit menjangkaunya.Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untukmencegah anemia gizi besi.

Memakan beraneka ragam makanan yangmemiliki zat gizi saling melengkapi termasukvitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zatbesi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsivitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapatmeningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3,4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuransumber vitamin C, namun dalam prosespemasakan 50 - 80 % vitamin C akanrusak.Mengurangi konsumsi makanan yang bisamenghambat penyerapan zat besi seperti : fitat,fosfat, tannin.

b. Suplementasi zat besiPemberian suplemen besi menguntungkankarena dapat memperbaiki status hemoglobin

Tabel 2.Parameter untuk menentukan status besi

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl) Anak – anak

6 – 59 bulan5 – 11 tahun12 – 14 tahun

11,011,512,0

Dewasa Wanita > 15 tahun Wanita hamilLaki-laki > 15 tahun

12,011,013,0

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

Page 5: 66 56-2-pb

144

Efek samping dari pemberian besi feroraladalah mual, ketidaknyamanan epigastrium, kejangperut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung dosisyang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangidosis dan meminum tablet segera setelah makan ataubersamaan dengan makanan.a. Fortifikasi zat besi

Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zatgizi ke dalam bahan pangan untuk meningkatkankualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi zatbesi adalah sifat zat besi yang reaktif dancenderung mengubah penampilanm bahan yangdi fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidakmengubah rasa, warna, penampakan dan dayasimpan bahan pangan. Selain itu pangan yangdifortifikasi adalah yang banyak dikonsumsimasyarakat seperti tepung gandum untukpembuatan roti.

b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasitPenyakt infeksi dan parasit merupakan salah satu

penyebab anemia gizi besi. Denganmenanggulangi penyakit infeksi danmemberantas parasit diharapkan bisameningkatkan status besi tubuh.

Pemantauan

Terapia. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggub. Kepatuhan orang tua dalam memberikan

obatc. Gejala sampingan pemberian zat besi yang

bisa berupa gejala gangguan gastro-intestinal misalnya konstipasi, diare, rasaterbakar diulu hati, nyeri abdomen danmual. Gejala lain dapat berupa pewarnaangigi yang bersifat sementara.

Tumbuh Kembanga. Penimbangan berat badan setiap bulanb. Perubahan tingkah lakuc. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar

pada anak usia sekolah dengan konsultasike ahli psikologi

d. Aktifitas motorik

Penutup

Upaya penanggulangan AKB diprioritaskanpada kelompok rawan yaitu BALITA, anak usiasekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia suburtermasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upayapencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalahdengan pola hidup sehat dan upaya-upayapengendalian faktor penyebab dan predisposisiterjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan,memenuhi kebutuhan zat besi pada masapertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulangpemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi.

dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesiapil besi yang umum digunakan dalamsuplementasi zat besi adalah frrous sulfat.Persentase dan jumlah zat besi di dalam tabletFe bisa dilihat pada tabel 3 .

Tabel 3.Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet FE yang lazim digunakan

Sumber : Demaeyer, (1995)

Preparat Senyawa Fe (mg) per tablet

Fe elemental (mg) per tablet % Fe

Fero famarat Fero glukonat Fero sulfat (7H2O) Fero sulfat, Anhidrosida Fero sulfat dikeringkan (1HO2)

200 300 300 200 200

66 36 60 74 60

33 12 20 37 30

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

Page 6: 66 56-2-pb

145

DAFTAR PUSTAKA

1. Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology inClinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. NewYork; McGraw Hill, 1995 : 72-85.

2. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematologyand Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc,1995 : 35-50.

3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology ofInfancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974: 103-25.

4. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillanJA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’sPediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia;Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8.

5. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE,Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook ofPediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia; Saunders, 2000 : 1469-71

6. Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology inClinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. NewYork; McGraw Hill, 1995 : 72-85.

7. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematologyand Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc,1995 : 35-50.

8. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology ofInfancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974: 103-25.

9. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillanJA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’sPediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia;Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8.

10. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE,Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook ofPediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71.

11. Studi Anemia Anak Sekolah Dasar. Majalah Kedokteran Indonesia

Vo. 45. No. 10, Oktober, 1995.12. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen

Kesehatan RI, Program Penanggulangan Anemia Gizi pada WanitaUsia Subur (WUS), Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.

13. Sediaoetomo, A. D. Ilmu Gizi II, Dian Rakyat Jakarta, 1996.14. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen

Kesehatan RI, Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD) untukWanita Usia Subur, Direktorat Gizi Masyarakat, 2005.

15. Alamtseir, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Jakarta, 2002.16. Hermina. Penelitian Gizi dan Makanan, Puslitbangh Gizi Bogor

Depkes RI.17. Wirakusumah E. S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus

Agriculture.18. Wilson P.S. LM. Patofisiologi Konsep Klining Proses-proses

Penyakit, 1995.19. Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, 1995.20. Sumarni, S, dkk. Masalah Gizi di Indonesia.21. Setianingish, I. Anemia Defisiensi, Besi dan Prestasi. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FKUI / RSCM.22. Demaeyer, Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi.

Widya Mendika Jakarta, 1995.23. Muhilal, dkk. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004.24. Nasution, A.H. dan Karyadi. D, Pengetahuan Gizi mutakhir

(Mineral). 1991.25. Tan, A. Wanita dan Nutrisi. Health Media Nutrition Series, Bumi

Aksara.26. Kartasapoetra. G, dkk. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan

Produktivitas Kerja. Rineka Cipta.27. Situs Pengelolaan Program KRR Tumbuh Kembang Remaja. File

// A :\ pp3 Tumbuh Kembang Remaja. Htm. 2003. 10 Januari2007

28. Wirawan. S. Psikologi Remaja. PT. Raja Grasindo.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)