62627447 Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih Pt Semen Padang Sumatera Barat

Embed Size (px)

Citation preview

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 1 (kritik dan saran : [email protected])

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 2 (kritik dan saran : [email protected])

    KAJIAN TEKNIS RANCANGAN PELEDAKAN BERDASARKANPENGUKURAN GETARAN YANG DITIMBULKAN DI KUARI

    BUKIT KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANGSUMATERA BARAT

    TUGAS AKHIR

    Disusun untuk mendapatkan Gelar Sarjana Teknik (Si)pada jurusan Teknik Pertambangan

    Oleh :

    JHON RUDOLF SIHOMBING03 306 022

    Disetujui Oleh :

    Diketahui Oleh : Disetujui Oleh :

    Jurusan Teknik Pertambangan Pembimbing,

    Ketua Jurusan,

    (Ir. Eka Onwardana, MT) (Ir. Mardhany Ginting Manik)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 3 (kritik dan saran : [email protected])

    DAFTAR ISTILAH

    Air Blast Suatu gelombang kejut udara yang disebabkan oleh detonasi bahanpeleadak, dapat di sebabkan karena pergerakan atau karena pelepasanpengembangan gas ke udara. Air blast dapat /tidak dapat didengar.

    Amonium Nitrat (AN) Oksidiser (pembawa oksigen) yang paling umum digunakan dalambahan peledak dan blasting agent, rumusan kimianya NH4NO3.

    ANFO Bahan peledak yang terdiri dari Amonium Nitrat dan Fuel Oil (solar)Axial Priming Sistem penggalak blasting agent dimana inti dari penggalak tersebut

    berada dibagian tengah dari seluruh/sepanjang blasting agent.Back Break Batuan pecah yang melewati batas dari lubang lubang baris

    terakhir.Base Charge Bahan peledak utama dalam detonator.Bench Bidang horizontal pada bagian atas dari dinding dimana lubang

    lubang dibor secara vertikal kedalam bahan/batuan yang akan diledakkan. Penjenjangan adalah suatu proses penggalian dimanadinding dikerjakan secara bertahap.

    Blast Kegiatan pemecahan batu dengan mempergunakan bahan peledakBlast Hole lubanbg bor penempatan bahan peledak di kauri atau pada bahan

    lainya yang akan diledakkan.Blast Pattern Rencana penyebaran lubang bor pada jenjang, ungkapan dari jarak

    jarak burden dan spacing dan hubungan keduanya.Blasting Agent Bahan bahan peledak atau bahan campuran yang terdiri dari fuel

    dan oxider yang mana masing masing tidak tergolong sebagai bahanpeledak, termasuk bahan peledak jika kedua bahan dicampur.

    Block Holing Salah satu cara dari pemecahan dari batu besar bundar (boulder)dengan lubang bor diisi bahan peledak.

    Blasting Cap Detonator yang dicetuskan oleh sumber bakar, lihat detonator.Blasting Crew Kelompok orang yang membantu juru ledak dalam pengisian,

    perangkaian dan penyalaan peledakanBooster Unit bahan peledak yang digunakan untuk mengintensifikasikan

    reaksi bahan peledak, booster tidak mengandung peralatan pencetustetapi peka pencetus.

    Boaster Bahan peledak yang digunakan untuk menambah intensitas dari padabahan peledak lainya.

    Blast Hole Lubang bor penempatan bahan peledak di kauri atau pada bahanlainya yang akan diledakkan.

    Bore Hole Lubang ledak, umumnya di batuan dimana bahan peledak di isikanuntuk peledakan. Kedalaman lubang bor tidak lebih kecil dariburden, hal ini untuk menghindari terjadinya over break ataucreatering.

    Borehole Preasure Tekanan gas panas dari proses detonasi yang digunakan pada dindingbor, tekanan bore hole ini adalah fungsi dari density bahan peledakdan panas ledakan.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 4 (kritik dan saran : [email protected])

    Buffer Tumpukan hasil peledakan yang tidak dipindahkan, yang menghalangi bidang yang akan diledakkan.

    Bulk Strenght Kekuatan per unit volume dari bahan peledak yang dihitung dariobsolute weight strength.

    Burden Jarak tegak lurus antara free face dengan lubang tembak yang terdekat.

    Cap Suatu penggalak (blasting cap/detonator) dimana terdapat bahanpeledak yang bervariasi yang memungkinkan peledakan denganjangka waktu tertentu.

    Collar Leher lubang bor.Collar Priming Penempatan bahan peledak pada bagian terataas dari kolom peledak.Column Charge Isian bahan peledak Blasating agent yang menerus dalam lubang

    tembakColoumn Depth Panjang dari setiap bagian lubang tembak yang terisi oleh bahan

    peledak. dari pada leg wire atau lead wire.Connecting Wire Kawat pengantar arus listrik sebagai penghubung sebagai

    perpanjanganDelay Beda waktu detonasi atau inisiasi untuk memisahkan penyalaan bahan

    peledakDelay Blasting Penggunaan detonator atau konektor yang mempuyai waktu tunda

    sehingga penyalaan bahan peledak terjadi pada waktu tunda yangberbeda

    Delay Detonator Detonator elektrik atau non elektrik yang berisi bahan yangmembentuk waktu tunda mulai masuknya energi sampai meledaknyabahan pada detonator

    Delay Element Bagian dari detonator yang menyebabkan terbentuknya waktu tundapada saat diberi energi sampai terjadi detonasi pada bahan peledakdasar detonator

    Density Berat bahan peledak per satuan volume, biasanya dinyatakan dalamgram/cm3 atau Kg/m3. Air mempuyai density 1,0 gram/cm3

    Double Priming Lubang tembak yang berisi dua primer dalam waktu tunda yang sama.Ditempatkan pada ujung atas dan ujung bawah lubang tembak

    Drilling Pattern Posisi yang teratur antara lubang bor dengan bidang bebasDetonator Benda yang berisi bahan peledak yang digunakan untuk mencetuskan

    bahan peledak, meliputi blasting cap, blasting cap electric dan istanatau tunda detonator non elektrik

    Elastik Limit Batas elastisitas kekuatan batuan, tekanan di bawah batas elastisitasakan menimbulkan gelombang elastis dan jika tekanan tekanantersebut diatas batas sifat elastis maka batuan akan pecah

    Emulsion Bahan peledak yang berisi sejumlah oksider yang dilarutkan dalam airdan sejumlah bahan baker

    Explosive Campuran kimiawi yang dapat bereaksi dengan kecepatan tinggidimana dalam prosesnya akan membebaskan gas dan panas danmenyebabkan tekanan yang tinggi

    Face Permukaan batuan yang langsung berhubungan dengan udara,Disebut juga bidang bebas, suatu bidang yang tersedia sehinggafragmentasi batuan bergerak bebas

    Floor Bagian lantai yang horizontal dimana proses pengangkutan terjadi

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 5 (kritik dan saran : [email protected])

    Fly Rock Pecahan batuan yang terlempar ke udara dari suatu peledakn.Lemparan batuan yang berlebihan mungkin disebabkan oleh jeleknyarancangan pola peledakan atau bidang lemah batuan yang tidakdiperhitungkan

    Fragmentation Pecahan pecahan batuan hasil peledakan, juga kegiatan untukpemecahan batuan

    Free Face Permukaan batuan yang kontak langsung dengan air atau udara yangmenyediakan ruang bebas untuk bergeraknya fragmentasi batuan.

    Fuel Oil Bahan bakar, biasanya bahan baker diesel dalam ANFOFumes Gas beracun yang dilepaskan dari peledakan, mungkin disebabkan

    oleh rendahnya kualiatas gas bahan peledak atau proses detonasi yangtidak mencukupi

    Ground Vibration Getaran tanah yang di sebabkan gelombang elastic dari peledakan,getaran yang berlebihan mungkin menyebabkan kerusakan bangunan.

    Galvanometer Alat ukur untuk mengukur tahanan arus listrik pada system peledakansirkuit listrik.

    Initiation Reaksi detonasi bahan peledak jenis tinggi dengan menggunakan alatmekanis atau peralatan lainya

    Muck or Muckpile Tumpukan pecahan batuan atau tanah yang harus disusun untuk dipindahkan

    Quarry Tambang terbuka yang bertujuan untuk mengambil batuan sepertibatu kapur, marmer, granit dan batu untuk bangunan dan sebagainya

    Ohm Meter Digunakan untuk menguji apakah kawat pada sirkuit menyambungdengan baik.

    Oxygen Balance Komposisi yang seimbang antara campuran bahan bakar dan oksideryang mana hasil reaksi dari detonasi berupa karbon dioksida

    OverBreak Pecah berlebihan yang terjadi diluar batas penggalian yang diinginkanOverburden Material tidak ekonomis yang terletak diatas cadangan yang berharga.

    Overburden sering berupa tanah atau butiran tanah, bisabatuan,seperti lapisan shale diatas batugamping, atau shale danbatugamping di atas batubara

    Straggered Patern Pola dari penebaran lubang bor dimana lubang pada baris berikutnyaberada diantara dua lubang baris berikutnya

    Spacing Jarak antara dua lubang ledak yang berdekatan dalam satu barisSubdrilling Bagian dari lubang bor menembus di bawah permukaan lantai

    bench, di harapkan setelah ledakan, lantai bisa rata tidak timbultonjolan

    Stemming Tanah, pasir atau material batuan yang sengaja di masukkan diatasbahan peledak sebagai penyumbat atau penutup dengan maksud agardiperolehnya daya ledak yang lebih efektif.

    Toe Jarak antara dasar lubang terhadap bidang bebas.Velocity Kecepatan gelombang yang merambat melalui bahan peledak.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 6 (kritik dan saran : [email protected])

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    PT. Semen Padang merupakan produsen semen Nasional dengan daerah pemasaran terbentang dari

    Sumatera sampai Kalimantan. Selain memenuhi kebutuhan domestik, PT. Semen Padang juga

    merupakan aset Negara dalam menjalankan roda perekonomian khususnya dengan Badan Usaha

    Milik Negara (BUMN).

    Kegiatan pembongkaran batugamping di kuari Karang Putih PT. Semen Padang menggunakan

    teknik peledakan, kegiatan ini selain menghasilkan produksi berupa gamping yang sudah diberaikan

    juga menghasilkan rambatan gelombang seismik berupa energi melalui bumi.

    Oleh sebab itu aspek yang harus diperhatikan dalam kegitan peledakan adalah timbulnya getaran.

    Besar kecilnya pengaruh getaran tersebut tergantung pada rancangan peledakan dan kondisi geologi

    dari batuanya. Apabila getaran terlalu besar dapat mengakibatkan keretakan bahkan keruntuhan

    pada lereng tambang yang mempuyai strukur batuan yang lemah.

    Oleh karena itu, PT. Semen Padang perlu mengadakan pengukuran nilai getaran akibat peledakan

    untuk menilai pengaruh getaran terhadap masyarakat sekitar agar getaran yang ditimbulkan masih

    dalam kondisi aman.

    Sebagai tolak ukur yang umum digunakan dalam memperkirakan pengaruh getaran peledakan pada

    kegiatan penambangan adalah Peak Particle Velocity (PPV), Frekuensi getaran dan Scale Distance

    (SD).

    1.2. Maksud dan Tujuan

    Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh getaran terjadi akibat proses

    peledakan sehingga perlu pengkajian ulang terhadap geometri peledakan yang diterapkan.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkecil dampak Ground Vibration, dan Air Blast

    sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar pertambangan.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 7 (kritik dan saran : [email protected])

    1.3. Permasalahan

    Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, getaran yang terjadi akibat peledakan kuari PT. Semen

    Padang belum memenuhi ambang batas yang telah ditetukan sehingga perlu dikaji geometri

    peledakan, jumlah bahan peledak dan hasil peledakanya.

    1.4. Batasan Masalah

    Dalam perencanaan kegiatan peledakan dan pemboran selayaknya dibahas mengenai kemempuan

    alat peremuk untuk menyesuaikan dengan fragmentasi batuan hasil peledakan. Pembahasan hanya

    difokuskan terhadap pengaruh getaran yang diakibatkan oleh peledakan baik itu Groud Vibratiaon

    dan Air Blast sehingga perlu pengkajian terhadap geometri peledakan dengan menggunakan metode

    RL. Ash.

    1.5. Metodologi Penelitian

    Besarnya getaran ini juga dikaitakan dengan rancangan peledakan yang diterapkan pada saat

    pengukuran dilakukan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah:

    Metode Primer, yang meliputi pengamatan dan pengukuran langsung dilapangan. Metode Sekunder, dengan mempelajari data sekunder yang ada di PT. Semen Padang dan studi

    literatur serta melakukan pengolahan data yang didapat dilapangan serta data data yang

    diperoleh dari sumber sumber lain.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 8 (kritik dan saran : [email protected])

    Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian

    MODIFIKASITEKNIK

    PELEDAKAN

    PENGUKURAN GETERAN DANKEBISINGAN

    GETARAN YANG DITIMBULKANOLEH PELEDAKAN

    DESAIN PELEDAKANYANG DITETAPKAN

    MULAI

    RANCANGANPEMBORAN DAN

    PELEDAKAN

    PEMBORAN Arah Pemboran Pola Pemboran

    PELEDAKAN Geometri Peledakan

    YA

    TIDAK

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 9 (kritik dan saran : [email protected])

    2. TINJAUAN UMUM

    2.1. Sejarah Singkat Perkembangan PT. Semen Padang

    PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang berkembang melewati

    sejarah yang panjang, bermula sejak tanggal 18 Maretr 1910 pabrik ini didirikan oleh swasta

    Belanda dengan nama NV Nederlendsch Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) pada tahun

    1913. pabnrik mulai berproduksi pada tahun 1913 dengan kapasitas 22.900 ton per tahun, dan

    pernah mencapai produksi sebesar 170.000 ton pada tahun 1939 yang merupakan produksi tertinggi

    pada waktu itu.

    Periode selanjutnya yaitu pada tahun 1942 pabrik dipegang oleh Jepang dengan menajemen Asano

    Cement. Ketika Proklamsi pada tahun 1945, pabrik diambil alih oleh bangsa Indonesia dengan

    nama Kilang Semen Indarung, kemudian pada agresi militer I pada tahun 1947, Belanda kembnali

    mengambil alih pabrik dengan mengganti nama menjadi NV Padang Portland Cement

    Maatschappij (NVPPCM). Setelah itu paabrik diserahkan oleh Badan Pengelola Perusahaan Industri

    Tambang (BAPPIT) Pusat pada tanggal 5 Juli 1958 kepada Semen Padang, kemudian pada tanggal

    14 Oktober 1959 NV PPCM dinasionalisasikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun

    1971 yang dikeluarkan pada tahun 1972 dan statusnya berubah menjadi PT. SEMEN PADANG

    atau Persero dengan modal seluruhnya dipegang oleh Pemerintah Republik Indonesia.

    Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 5-326/MK.016/1995,

    Pemerintah melekukan konsololidasi atas 3 pabrik semen milik Pemerintah yaitu PT. SEMEN

    PADANG (PTSP), PT. SEMEN TONASA (PTST) dan PT. SEMEN GRESIK (PTSG), yang

    teralisir pada tanggal 15 September 1995, sehingga saat ini PT. Semen Padang berada dibawah PT.

    Semen Gresik Group. Sejak diambil alih oleh Negara Republik Indonesia, perusahaan ini berusaha

    untuk meningkatkan produksinya. Dalam upaya peningkatan kapasitas produksi semen PT. Semen

    Padang secara bertahap melakukan rehabilitasi sebagai berikut:16)

    1. Pada tahun 1971 diadakan rehabilitasi I yang dapat diselesaikan pada tahun 1973 dengan

    kapasitas produksi terpasang menjadi 220.000 ton/tahun

    2. Pada tahun 1973 dimulai rehabilatasi tahap II yang diselesaikan pada tahun 1976 sehingga

    produksinya menjadi 330.000 ton/ tahun.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 10 (kritik dan saran : [email protected])

    3. Pada tahun 1977 dimulai pembangunan proyek Indarung II dengan teknologi pembuatan semen

    kering yang berkerja sama dengan F.L Scmidt 7 Co. A/S (Denmark), dan proyek ini selesai pada

    tahun 1981 dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun.

    4. Pada tahun 1981 dibangun dua pabrik lagi yaitu proyek Indarung III A dan III B yang baru

    selesai pada tahun 1988 dengan kapasitas produk sebesar 660.000 ton/tahun.

    5. Pada tahun 1991 dimulai proyek Indarung III C yang pelaksanaanya dilakukan secara swakelola

    oleh PT. Semen Padang. Proyek ini selesai pada tahun 1994 dengan kapasitas terpasang

    Indarung III C 660.000 ton/tahun. Pada saat ini proyek Indarung III B dan III C diberi nama

    yaitu Indarung IV dengan kapasitas produksi sebesar 1.320.000 ton/tahun.

    6. Pada tahun 1996 mulai dibangun lagi proyek Indarung V, dengan dibangun proyek ini PT.

    Semen Padang akan mempuyai pabrik semen dengan teknologi lengkap dan beragam, yaitu

    proses kering dengan Conventional Suspention Preheater sampai dengan sistem Precalciner.

    Proyek Indarung V diharapkan selesai dan mulai berproduksi terpasang sebesar 3.910.000

    ton/tahun. Pada tahun 1998 pabrik Indarung I tidak dioperasikan atau berproduksi lagi karena

    menggunakan proses basah, sehingga pada pabrik Indarung I yang beroperasi hanya dari

    Cement Mill.

    2.2. Visi dan Misi PT. Semen Padang

    Dalam menjalankan kegiatanya, PT. Semen Padang memiliki visi dan misi perusahaan sebagai

    berikut:

    Menjadi industri semen nasional yang handal dan sanggup bersaing dalam pasar global

    Sedangkan misi yang dimiliki PT. Seman Padang adalah sebagai berikut16):

    1. Meningkatkan nilai perusahaan untuk kemakmuran pemegang saham, karyawan dan pihak

    berkepentingan lainya.

    2. Meningkatkan pelayanan kepada pelenggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan

    bersaing serta meningkatkan market share.

    3. Mengoptimalkan proses bisnis Internasional untuk menghasilkan produk dan jasa yang

    berkualitas dengan cost yang reasonable, serta yang berwawasan lingkungan.

    4. Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional dan mempuyai kompetensi dibidang

    masing masing.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 11 (kritik dan saran : [email protected])

    2.3. Lokasi Kesampaian Daerah

    PT. Semen Padang berlokasi di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kotamadya

    Padang, Propinsi Sumatera Barat. Terletak 15 Km di sebelah Timur Kota Padang, Sumatera

    Barat, yaitu secara geografis terletak pada koordinat 1000 2720 BT 100 0 32 12 BT dan 000 57

    47 LS 010 00 48LS. Indarung teletak di kaki Pegunungan Bukit Barisan, di daerah ini mengalir

    beberapa sungai antara lain Sungai Batang Kuranji, Sungai Batang Idas, Sungai Batang Kasumba

    dan Sungai Batang Arau. Kuari batugamping (bukit Karang Putih) terletak di Kelurahan Batu

    Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan 2 Km dari pabrik Semen Padang ke arah selatan Indarung

    yang dihubungkan dengan sebuah jalan yang terbuat dari beton. Bukit Karang Putih ini secara

    geografis terletak pada koordinat 1000 24 31 BT 1000 25 04 BT dan 000 57 47 LS 010 00

    48 LS, dimana membujur dari arah Utara ke Selatan dengan puncak teringgi 554 m dan puncak

    terendah 400 m di atas permukaan air laut. Letak geografi Kotamadya Padang berada pada

    koordinat 00 44 00 10 08 35 LS dan 1000 05 05 BT yang mengarah ke Lautan Hindia, dengan

    batas batas wilyah adalah16:

    1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman

    2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kotamadya Solok dan Kabupaten Solok

    3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kaupaten Pesisir Selatan

    4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Lautan Hindia

    Kotamadya Padang merupakan salah satu Daerah tingkat II di Wilayah Propinsi Sumatera Barat,

    dengan luas 694,96 Km2 meliputi wilyah kecamatan dan terdiri dari 193 wilyah kelurahan. Luas

    wilayah tersebut berlaku setelah adanya pengembangan wilayah berdasarkan PP No. 17 1980,

    dimana luas wilayah Kota Padang sebelumnya hanya 33 Km2 yang meliputi tiga wilyah kecamatan.

    Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah16)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 12 (kritik dan saran : [email protected])

    2.4. Keadaan Geologi Regional

    Secara regional daerah penelitian terletak pada lereng sebelah barat dari jalur pegunungan Bukit

    Barisan. Dari hasil penyelidikan Kastowo dan Gerhard (1972) diketahui bahwa daerah batuan yang

    tertua dan tersingkap disekitar Indarung dan sekitarnya berumur tersier jura, terdiri dari kelompok

    batuan metemorf yang umumnya mendasari perbukitan dan pegunungan pegunungan. Kelompok

    batuab ini terdiri dari batuab meta, batu lanau yang berasosiasi dengan filit dan batu lempung tufa

    yang bersifat marmeran kristalin. Diatas batuan Pra- Tersier tersebut secara tidak sealaras

    diendapkan kelompok batuan Vulkanik Tersier Kuarter dan endapan Kuarter ini terdiri dari aliran

    aliran (lahar, konglomerat), perselingan antara andesit dan tufa kristal yang sangat keras. Untuk

    endapan kuarter terdiri dari endapan kipas alluvial yang merupakan hasil rombakan dari endapan

    gunung api dan sebagian kelompok batuan paling mudah adalah endapan aluvial, terdiri dari

    bongkah bongkah batuan beku, kerikil, pasir dan lanau yang bersifat lepas.

    Keadaan geologi daerah ini merupakan bukit yang sangat terjal dengan sudut lereng alami mencapai

    lebih dari 450. Bukit Karang Putih umumnya ditempati oleh batugamping atau marmer dan

    terobosan terobosan batuan beku (baslt, andesit dan granitis). Lapisan batugamping terletak di

    atas batulempung tufaan dengan ketebalan 100 350 m. Di sebelah selatan lokasi penambangan

    ditemukan batuan basalt. Hal ini dapat diperkirakan bahwa di daerah ini terdapat ekstruksi basalt,

    ekstruksi inilah yang menyebabkan terjadinya penghabluran batugamping menjadi kalsit dengan

    kristal yang besar besar. Batuan tertua yang dijumpai pada Bukit Karang Putih ialah batuan

    kerisikan yang sebenarnya terdiri dari lempung tufaan yang berasosiasi dengan rijang chert.

    Dinding dinding bukit batu ini memperlihatkan gejala pelarutan melalui kekar kekar yang

    terlihat dari adanya dua gua gua di daerah tersebut (PPTM, 1982). Arah umum jurus strike bidang

    perlapisan yang terdapat di Bukit Karang Putih adalah N 250 700 E (Departemen Pertambangan

    PT. Semen Padang) merupakan suatu blok antiklin dengan proses perlapisan berarah lebih kurang

    Timur laut sampai Barat daya, dimana poros perlapisan berarah lebih kurang Timur laut sampai

    Barat daya, dimana di bagian tengahnya dipotong oleh sesar sehingga membentuk struktur graben.

    Lapisan tanah penutup yang dijumpai pada lokasi penambangan terdiri dari lapisan batugamping

    lapuk dan rijang dengan ketebalan antara 0,1 5 m

    2.4.1. Keadaan Morfologi

    Bukit Karang Putih yang merupakan lokasi penambangan batugamping untuk pabrik PT. Semen

    Padang mempuyai luas kurang dari 1,6 Km2. Morfologi daerah didominasi oleh perbukitan lereng

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 13 (kritik dan saran : [email protected])

    terjal sekitar 65 % - 70 % dan mempuyai punggung kearah selatan dengan puncak yang melandai

    dan bergelombang umumnya ditempati oleh batugamping umumnya ditempati oleh batugamping

    atau marmer dan terobosan terobosan batuan beku. Lokasi penambangan yang berada di

    kelurahan Indarung dan Batu Gadang yang secara fisiogtrafis termasuk dalam sistem penghubung

    Bukit Barisan Van Bemmelen, Lang yang memanjang dari Barat laut ke Tenggara di sepanjang

    Pulau Sumatera dan ditempati oleh Pra Tersier sampai Kuarter. Satuan morfologi yang membentuk

    daerah penambangan bervariasi dari perbukitan landai bergelombang sampai terjal dengan pola

    umum aliran sungai denritik pada bagian Selatan dan Timur serta pola aliran sungai angular pada

    bagian utara dan barat. Secara umum tahapan stadium dewasa di bagian Utara dan stadium muda di

    bagian selatan.

    Pada umunya daerah Indarung dan sekitarnya terdiri dari dataran rendah, daerah perbukitan rendah

    dan daerah perbukitan tinggi. Dataran rendah keadaan morfologinya pada umumnya hampir rata

    dengan variasi sedikit , merupakan perbukitan landai dengan ketinggian antara 130 250 meter di

    atas permukaaan laut. Daerah ini terletak di bagian timur laut Bukit Karang Putih, berbatuan

    alluvial berupa pasir sungai, lempung agak keras dan lempung dari hasil endapan Sungai Idas dan

    Sungai Sako berupa pasir, lanau, kerikil dan bongkahan bongkahan batuan vulkanik. Daerah

    Perbukitan Tinggi terdiri dari puncak puncak yang menonjol berupa karang berwarna putih

    dengan ketinggian 450 meter diatas permukaan laut, berwarna puith dan batuanya terdiri dari

    batugamping dan andesit yang membentuk dinding dinding terjal dan banyak ditumbuhi

    pepohonan ( pohon jati, pinus dan lain lain), disertai kontrol patahan berarah laut tenggara

    tampak cukup jelas.

    2.4.2. Keadaan Litologi

    Berdasarkan hasil pemetaan geologi permukaan yang telah dilakukan oleh peneliti peneliti

    terdahulu bahwa litologi dari tua ke muda yang menyusun daerah Karang Putih adalah sebagai

    berikut13:

    1. Batu Lempung Tufaan (batu lempung kersikan)

    Berwarna coklat kemerah merahan, ukuran butir halus, keras dan sebagian telah mengalami

    kristalin, secara umum disebut juga dengan batuan silika, secara struktur batuan ini telah

    mangalami pelipatan.

    2. Batugamping marmer

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 14 (kritik dan saran : [email protected])

    Berhubungan saling menjari dengan batulempung kersikan. Berwarna abu abu kehitaman

    sampai abu abu terang. Penyebaran batu in mendominasi Bukit Karang Putih dan telah

    mengalami pelipatan kuat dengan arah umum Barat Laut Tenggara.

    3. Batuan Vulkanik/ Tufa

    Merupakan batuan termuda yang dijumpai di Bukit Karang Putih. Satuan litologi ini terdiri dari

    tufa, pasir tufa dan rombakan batu lempung tufaan yang telah mengalami pelapukan. Batuan ini

    diendapkan secara tidak selaras diatas kelompok batuan Pra- Tersier.

    4. Batuan Terobosan

    Batauan terobosan yang dijumpai di Bukit Karang Putih berupa batuan beku berkomposisi

    basaltis andesitis. Batuan ini berwarna abu abu kehitaman, tekstur afanitik fanerik, butir

    sangat halus- sedang, terdiri ari mineral feldspar dan piroksen dan terdapat pada kondisi yang

    fresh, sangat keras dan kompak. Penyebaran batuan ii terdapat ditengah tengah Bukit Karang

    Putih dan ditepi lereng sebelah barat berupa dike dan still.

    2.4.3. Struktur Geologi

    Struktur bidang perlapisan batuan banyak dijumpai pada batugamping dan batuan kersikan dimana

    pada umumnya bidang perlapisan mempuyai arah dan mempuyai kemiringan yang relatif sama,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua batuan tersebut terjadi dalam periode waktu yang hampir

    bersamaan dan dalam lingkungan pengendapan yang sama. Struktur sesar dan kekar terdapat

    didaerah ini, umumnya struktur sesar tidak dapat diamati dengan baik, sedangkan kekar dapat

    terlihat dengan jelas dan pada umumnya memiliki kemiringan tegak atau lebih dari 800 serta bersifat

    terbuka dan lebar antara 1 5 cm. Struktur lipatan berupa antiklin ataupun sinklin dapat dijumpai di

    Bukit Karang Putih teutama dijumpai pada kelompok batuan berumur reletif tua antara lain pada

    batugamping dan batuan kersikan silika.

    2.4.4. Cadangan dan Sifat Fisik Gamping di Kuari Karang Putih

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Geologi tahun 1974, bahwa cadangan

    batugamping yang terdapat di Kuari Karang Putih adalah sebesar 404.437.044 ton dengan luas

    daerah lebih kurang 1,65 x 0,6 km, dengan ketebalan rata rata 100 -250 meter yang terletak

    diantara batu terkersikan, sebagai tanah penutupnya adalah batu rijang. Cadangan batugamping ini

    adalah cadangan yang terbesar di Indonesia yang mempuyai dua jenis batugamping yaitu Hard

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 15 (kritik dan saran : [email protected])

    Limstone. Berdasarkan hasil analisa contoh permukaan san inti bor di laboratorium, maka

    batugamping di daerah tersebut mempuyai sifat fisik, yaitu16) :

    1. Warna : Putih susu / bening,abu abu, terang,sampai abu abu gelap

    2. Kekerasan : 3 5 Skala Mohs

    3. Belahan : Bentuk sempurna

    4. Pecahan : Kaca bentuk earthly

    5. Sifat dalam: Keras, liata hingga yang brittle

    6. Density : 2.5 ton / BSC : 1,6 ton/ LCM

    7. Kandungan unsur kimia :

    CaO : 52 % SiO : 7% FeO : 0,7 % MgO : 0,44 % H2O : 44 %

    8. Ketahanan : Keras dan kompak

    9. Sisipan : Lempung tufaan yang berasosiasi dengan rijang, kalsit dan marmer

    10. Test Kompresor :

    Hard Limestone : 570,4 810 kg/cm2

    Test abrasive : 0,084 0,115 mm / mnt Gelombang seismik : 2,2 4,7 km/s Tahanan jenis : 480 2000 ohm meter

    2.5. Genesa Batugamping

    Batugamping dapat terbentuk melalui beberapa cara diantaranya ; organik, secara mekanik dan

    secara kimia. Sebahagian besar batugamping di alam terbentuk secara organik akibat terjadinta

    pengendapan cangkang (rumah kerang) dan siput, foraminivera atau ganggang, atau berasal dari

    kerangka binatanf koral/kerang. Batugamping yang terjadi secara mekanik tidak jauh berbeda

    dengan batugamping yang terjadi secara organik, namun dibedakan karena terjadinya perombakan

    dari bahan batugamping tersebut kemudian terbawa oleh arus dan diendapkan dari tempat yang

    tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang

    terjadi dalam kondisi iklim adan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

    Selain hal tersebut diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping yang disebut

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 16 (kritik dan saran : [email protected])

    endapan sinter. Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkna

    lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali kepermukaan bumi.

    2.6. Iklim dan Curah Hujan

    Kotamadya Padang dan Indarung khusunya beriklim tropis dengan suhu 22 320C. Daerah ini

    dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau terjadi pada bulan Januari September dan

    musim penghujan terjadi pada bulan Oktober Desember. Curah hujan rata rata tiap bulan adalah

    28,85 mm.

    2.7. Kegiatan Penambangan

    Kuari Bukit Karang Putih merupakan kuari batugamping dengan sistem penambangan terbuka

    dengan cara pembuatan jenjang bench, penambangan batugamping dilakukan dengan mengikuti

    endapan cadangan batugamping dengan memotog bukit yang dimulai dari puncak hingga kebawah.

    Kegiatan pembongkaran dilakukan dengan peledakan menggunakan amonium nitrat fuel oil

    (ANFO) dan dinamite. Dalam pembuatan lubang ledak digunakan alat bor Drill Master (DM 3.0)

    dan Tamrock (TM). Kegiatan pemuatan dan pengangkutan di Bukit Karang Putih dilakukan dengan

    sistem Shove-Dumptruck dan sistem Mobile Crusher. Aktivitas pemuatan dilakukan dengan

    menggunakan Hydraulic Excavator (EH), sedangkan aktivitas pengangkutan dilakukan dengan

    menggunakan Dump truck dan Mobile Crusher. Sistem Mobile Crusher digunakan sejak 1997 yang

    berfungsi mengurangi biaya pengangkutan dan untuk lebih membantu Crushing Plant dalam

    pereduksian material.

    Berdasarkan survei yang disponsori oleh US Burean Of Mines dalam lokasi penambangan sulit

    menemukan lokasi Crushing Plant pada Front penambangan yang secara ekonomi menguntungkan

    dan dapat menetap dalam posisi lebih dari dua tahun. Oleh karena itu dirancang Crushing Plant

    yang dapat dipinfah pindah dengan mudah salah satunya dengan Mobile Crusher. Rangkaian

    kegiatan penambangan antara lain : Land Clearing, dan Striping, pemboran, peledakan,

    pengumpulan material hasil peledakan, pemuatan (skaligus pembuatan jenjang yang baru),

    pengangkutan, peluncuran batuan (rock sliding) peremuk batuan (crusher) untuk selanjutnya

    dikirim menuju pabrik (stroge) dengan menggunakan belt conveyor.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 17 (kritik dan saran : [email protected])

    3. LANDASAN TEORI

    Kegiatan pembongkaran batugamping di PT. Semen Padang dilakukan dengan cara pemboran dan

    peledakan, yang biasa disebut dengan peledakan jenjang (bench blasting).

    Pemboran dan peledakan di kuari batugamping bertujuan untuk membebaskan batugamping dari

    batuan induknya, sehingga diperoleh ukuran fragmentasi yang diinginkan.

    3.1. Pemboran

    Untuk melakukan suatu peledakan, maka dilakukan terlebih dahuk kegiatan pemboran, dalam hal

    ini PT. Semen Padang menggunakan alat bor Reich Drill C-500- D-II, Ingersoll Rand DM 30, dan

    Tamrock CHA 1100.

    3.1.1. Arah Pemboran

    Ada dua cara dalam membuat lubang bor dengan lubang bor miring atau lubang bor tegak.

    Gambar 3.1. Pemboran Tegak (a) dan Pemboran Miring (b)1,9,13)

    Dengan lubang bor miring biasanya untuk mengurangi problem back break dal lebih dari itu lubang

    bor miring mempuyai banyak keuntungan daripada yang tegak yaitu :

    Bisa mengurangi biaya pemboran dan komsumsi bahan peledak, karena dengan burden yanglebih besar.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 18 (kritik dan saran : [email protected])

    Akan diperoleh jenjang (bench) yang lebih besar. Menguarangi resiko timbulnya tonjolan dan back break. Hasil tumppukan yang lebih bagusDengan pemboran miring gelombang ledak (shocj wave) yang dipantulkan dari lantai dasar jenjang

    yang lebih besar (Gambar 3.2).

    Dengan pemboran tegak, pada bagian atas jenjang kurang bagus karena ada back break, fragmentasi

    kurang dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak seperti tersalurkan, tapi dengan lubang bor

    mirin, yang biasanya dengan kemiringan 3 : 1 (180) bisa menghindari masalh tersebut diatas.

    Sebaliknya terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dalam membuat lubang bor miring, antara lain

    :

    Sulit melakukan pemboran secara akurat, khsusnya bila membor yang lebih dalam. Diperlukan supervision yang kuat.

    Disamping itu drillhole straightness adalah faktor yang terpenting, jika arah pemboran tidak lurus

    akan memberikan pengaruh terhadap biaya pemboran dan peledakan yang condong besar.

    Disamping itu berakibat jarak spasing atau burden akan berubah dari desain telah ditetapkan, karena

    saling berhimpitan / mengecil / membesar.

    3.1.2. Pola Pemboran

    Pola pemboran sangat diperlukan untuk menempatkan titik titik dengan pola tertentu yang

    kemudian dilakukan pemboran pada titik titik tersebut. Pola pemboran pada tambang terbuka

    dapat diklasifikasikan menjadi dua macam (Gambar 3.4.), yaitu :

    1. Square

    Square Drill Pattern Merupakan suatu pola pemboran yang mempuyai jarak burden dan spacing yang sama.

    Retangular Drill Patern Merupakan suatu pola pemboran dimana jarak spacing dalam suatu baris lebih besar daripada

    jarak burden.

    2. Staggered (selang seling / zig zag)

    Merupakan suatu pola pemboran lubang tembak selang seling / zig zag baik pada square

    drill patern maupun pada retanggular drill patern.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 19 (kritik dan saran : [email protected])

    Gambar 3.2. Pola Pemboran1,9,13)

    3.2. Peledakan

    Tujuan peledakan adalah untuk menghancurkan batuan yang semula berdimensi besar menjadi

    berdimensi kecil sehingga mudah dalam pengangkutanya. Dikarenakan untuk bisa masuk ke hopper

    ukuran batuan hasil peledakan harus lebih kecil dari 1meter. Semakin halus dan rata fragmentasi

    batuan yang dihasilkan makin mudah diambil dengan loader. Agar pekerjaan loeder lebih efektif

    maka hasil ledakan diusahakan tidak tersebar.

    Teori peledakan batuan melibatkan banyak bidang keilmuan seperti kimia, fisika, termodinamika

    dan mekanika batuan. Teori teori yang ada saat ini hampir sealu membahas faktor faktor yang

    mempengaruhi fragmentasi dan kriteria rancangan peledakan secara umum. Namun hingga saat ini

    belum ada teori peledakan secara konsisten dapat diterapkan sacara luas, karena sebagian besar

    diantaranya merupakan pengalaman di lapangan berdasarkan pada suatu kondisi peledakan yang

    ideal. Teori teori pada saat ini disusun dan dirumuskan berdasarkan spekulasi murni, pendekatan

    berdasarkan pengalaman kerja peledakan secara bertahun tahun, pengujian laboratorium,

    investagasi lapangan atau menggunakan model matematika dan fisika yang diadopsi dari disiplin

    ilmu lain.

    Kajian kajian untuk menilai kinerja peledakan pada umumnya berdasarkan kriteria rancangan

    yang telah ditetapkan, yang berkaitan dengan target produksi, fragmentasi, efesiensi dan efek efek

    dari peledakan,sehingga operasi peledakan dapat berhasil dengan baik.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 20 (kritik dan saran : [email protected])

    3.2.1. Desain Geometri Peledakan

    Richard L . Ash membuat suatu perhitungan geometri peledakan jenjangan berdasarkan pengalaman

    yang telah dilakukan dengan berbagai kondisi yang berbeda jenis batuan yang berbeda. Menurut R.

    L. Ash, Burden (B) adalah dimensi yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu pekerjaan

    peledakan, untuk menentukan besarnya burden perlu diketahui dari harga burde ratio (KB). Harga

    KB dipengaruhi oleh jenis batuan yang diledakkan dan bahan peledak yang dipakai R.L Ash telah

    mengadakan percobaab dalam menentukan harga KB yaitu memakai cara perbandingan relatif yang

    dihasilkan bahan peledak dan mempertimbangkan sifat batuan terutama berat batuan yang

    diledakkan.

    Percobaan percobaan yang dilakukan pada batuan standart dan bahan peledakan standart, yaitu2):

    Batuan yang diledakkan (AF1)Berat jenis batuan standart (Dst) = 160 pounds / cuft

    Bahan peledak yang dipakai (AF2)Berat jenis bahan peledak yang digunakan (SG) = 0,85 gr /cucm

    = 53,0655 punds / cuft.

    Spesific gravity bahan peledak standart (SGst) = 1,2 gr / cucm = 74,916 pounds / cuft.

    Untuk harga burden ratio standart (KBst) adalah 30. Apabila peledakan dilakukan pada batuan yang

    tidak standart dengan menggunakan bahan peledak yang tidak standart maka perlu dilakukan

    pengaturan kembali harga burden ratio dengan rumus yang dipakai adalah1,12,14) :

    KB = KBs x AF 1 x AF 2...................................................................................(3.1)

    Dimana :

    AF 1 =3

    1standart

    insitubatuanjenisBeratbatuanjenisBerat

    AF 2 =3

    1

    standart

    peladakbahanpotensialEnergidigunakanyangpeladakbahanpotensialEnergi

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 21 (kritik dan saran : [email protected])

    =3

    1

    2

    2

    )(..

    VstSGstVSG

    V = Kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan

    - Untuk lubang diameter (De) 3,5 = 102827,30 fps

    - Untuk lubang diamter (De) 4 = 11319,45 fps

    Vst = Kecepatan detonasi standart yang digunakan = 12000 fps

    1. Burden (B)

    Burden adalah dimensi terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu pekerjaan peledakan

    karena burden adalah jarak lubanb bor terhadap bidang bebas (free face) dan jarak tegak lurus dari

    kolom isian bahan peledak dengan bidang bebas dekat, kearah mana material hasil peledakan akan

    terlempar. Besarnya burden tergantung dari karektiristik batuan, karakteristik bahan peledak dan

    diameter lubang tembak. Penentuan burden yang kurang sesuai akan menyebabkan terjadinya :

    Terjadinya Boulder atau bongkahan dan over break jika burden terlalu besar. Terjadinya dentuman karena pemecahan batuan akibat gelombang yang sangat cepat serta

    lontaran batuan yang sangat jauh dan tidak merata, jika burden terlalu pendek.

    Terjadinya fly rock (batu melayang), jika burden kecil atau terlalu besar.

    Besarnya harga burden dapat dihitung dengan rumus1,12,14) :

    B =12

    DexKb ...............................................................................................(3.2)

    2. Spacing (S)

    Spacing adalah jarak antara lubang lubang bor dirangkai dalam suatu row dan diukur sejajar

    terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung dari burden, kedalaman lubang bor, delay, arah

    struktur bidang batuan dan ada atau tidaknya interaksi energi bahan peledak pada lubang tembak

    yang berdekatan.

    Dalam perhitungan besarnya spacing, digunakan harga spacing ratio (KS). Besarnya harga Ks yang

    digunakan menurut waktu delay adalah sebagai berikut:

    Long interval delay Ks = 1 Short period delay KS = 1 2

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 22 (kritik dan saran : [email protected])

    Normal delay Ks =2,2 2,8Penentuan spacing menurut R.L.Ash adalah :

    Apabila lubang lubang bor dalam satu row diledakkan secara squance delay Maka Ks = 1, S =B

    Apabila lubang lubang bor dalam satu row diledakkan secara serentak atau simultan maka Ks= 2 S = 2B.

    Pemakaian spacing yang terlalu kecil akan menyebabkan terjadinya over break dan vibration

    sepanjang dinding jenjang serta fragmentasi batuan hasil peledakan akan berukuran besar apabila

    perbandingan antara spacing dengan burden lebih kecil dari 1, pemakaian spacing yang terlalu

    besar akan menyebabkan terjadinya toe diantara lubang tembak.

    Besarnya harga spaacing dapat dihitung dengan rumus1,12,14) :

    S = Ks x B..................................................................................................(3.3)

    Dimana :

    Ks = Spacing ratio (1,00 2,00)

    Ks rata rata = 1,5

    3. Steaming (T)

    Steaming disebut juga collar. Steaming adalah tempat material penutup di dalam lubang bor diatas

    dari bahan peledak. Steaming sangat menentukan stress balance dalam lubang ledak. Fungsi dalah

    untuk mengurung gas yang timbul. Untuk menentukan stress balance maka T = B pada batuan solid

    jika Kt kurang dari 1 akan terjadi cratering atau back break, terutama pada collar priming.

    Biasanya Kt yang dipakai 0,70 dan ini sudah cukup untuk mengontrol air blast dan stress balance.

    Penggunaan Steaming yang kurang tepat akan dapat menyebabkan :

    Timbulnya back break pada daerah di belakang lubang tembak Fragmentasi hasil peledakan yang tidak merata Air blast jika stemming terlalu pendek. Terjadinya Boulder pada bagian atas dari tumpukan material hasil peledakan dikarenakan

    stemming yang terlalu panjang.

    Besarnya harga spacing ditentukan dengan rumus1,2,10) :

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 23 (kritik dan saran : [email protected])

    T = Kt x B..................................................................................................(3.4)

    Dimana :

    Kt = Stemming ratio (0,50 1)

    4. Subdrilling (J)

    Subdrilling adala tambahan kedalaman dari lubang bor dibawah rencana lantai jenjang. Subdrilling

    dibuat untuk membentuk lantai jenjang yang relatif rata setelah peledakan dilakukan. Pada

    kebanyakan batuan, besarnya Kj tidak boleh lebih kecil dari 0,20 dan biasanya dipakai 0,3 untuk

    batuan massive.

    Besarnya harga Kj tergantung dari struktur dan jenis batuan, dan arah lubang bor. Pada lubang bor

    miring, Kj yang dibutuhkan lebih kecil. Penggunaan subdrilling yang kurang tepat akan

    menyebabkan :

    Terbentuk tonjolan diantara lubang bor dibagian lantai jenjang apabila subdrilling kurangpanjang.

    Terbentuk kubang besar pada bekas lubang bor dibagian lantai jenjang apabila subdrillingterlalu panjang.

    Besarnya harga subdrilling dapat ditentukan dengan rumus1,12,14) :

    T = Kj x B.................................................................................................(3.5)

    Dimana :

    Kj = Subdrilling ratio

    5. Kedalaman Lubang Tembak (H)

    Kedalaman lubang tembak adalah panjang lubang bor yang akan diisi dengan bahan peledak dan

    stemming. Kedalaman lubang tembak akan mempengaruhi pemakaian bahan peledak sehingga

    harus diperhitungkan dengan optimal. Umumnya harga hole dept ratio (Kh) antara 1,5 4,0.

    Faktor faktor yang mempengaruhi dalam menentukan kedalaman lubang tembak antara lain :

    Tinggi jenjang yang direncanakan Diameter dan dimensi lubang tembak Besarnya harga burden Jenis alat bor yang dipergunakan

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 24 (kritik dan saran : [email protected])

    Ketidaksesuaian kedalaman lubang tembak akan menyebabkan :

    Terjadinya toe, over break atau cratering apabila terlalu dangkal. Lantai jenjang tidak rata dan tidak bersih apabila kedalaman tidak sama antara lubang atau

    dengan lubang lainya.

    Besarnya harga kedalaman lubang tembak dapat ditentukan dengan rumus1,12,14) :

    H = Kh x B.................................................................................................(3.6)

    Dimana :

    Untuk kedalaman lubang tembak nyata berdasarkan tinggi jenjang yang diinginkan (L), subdrilling

    (J) yang sudah diketahui dan sudut lubang tembak () terhadap bidang bebas vertikal, maka dapat

    dipergunakan rumus1,2,10) :

    L = (H- J) cos...........................................................................................(3.7)

    6. Dimensi Jenjang

    Dimensi jenjang terdiri dari tinggi jenjang, panjang jenjang dan lebar jenjang.

    Tinggi jenjangTinggi jenjang adalah jarak yang diukur tegak lurus terhadap lantai jenjang sampai permukaan

    jenjang. Jika jenjang tegak lurus terhadap bidang datar maka tinggi jenjang sama dengan

    kedalaman lubang ledak dikurangi subdrilling.

    Panjang jenjangPanjang jenjang disesuaikan dengan sasaran produksi yang akan dicapai dan jumlah lubang

    ledak yang akan dibuat dalam tiap hari.

    Lebar jenjangLebar jenjang minimun harus dapat menampung semua peralatan bekerja di atas jenjang yang

    dapat memberikan suatu kondisi kerja yang aman dan memadai.

    Menurut C. J. Konya, pemilihan ketinggian jenjang menggunakan perbandingan stiffness ratio.

    Stiffnes ratio adalah perbandingan antara ketinggian jenjang koreksi burden. Dapat dituliskan

    dengan rumus1,2,10) :

    SR = L : B.....................................................................................................(3.8)

    Dimana :

    SR = stiffnes ratio

    L = minimum bench height

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 25 (kritik dan saran : [email protected])

    B = burden

    Stiffnes ratio yang rendah memerlukan faktor energi yang lebih tinggi untuk menghasilkan

    fragmentasi yang lebih baik dan seragam. Stiffnes ratio dapat kita ketahui apabila bernilai 1 berarti

    tingkat fragmentasi buruk. Jika berada pada kisaran 2 3 tingkat fragmentasi sedang. Sedangkan

    untuk Stiffnes ratio dengan nilai 3 4 tingkat fragmentasi sangat baik.

    Gambar 3.3. Geometri Peledakan2,14)

    7. Pengisian bahan peledak

    Faktor faktor yang menentukan dalam pengisian total bahan peledak adalah sebagai berikut1,2,,14) :

    Panjang isian (Pc)Pc = H T ...................................................................................................(3.9)

    Volume batuan yang terbongkar (V)V = (H-J) x B x S .....................................................................................(3.10)

    3.2.2. Parameter Yang Mempengaruhi Peledakan

    a. Parameter Peledakan

    1. Spesific Charge

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 26 (kritik dan saran : [email protected])

    Spesific Chargea atau Powder factor adalah ukuran untuk menentukan kemampuan sejumlah bahan

    peledak dalam meledakkan batuan. Untuk Spesific Charge biasanya dinyatakan dalam satuan kg

    (bahan peledak) per m2 (batuan), sedangkan powder factor dinyatakan dalam kg (bahan peledak)

    per ton (batuan). Harga Spesific Charge yang bagus adalah 0,2 0,4 kg/m2, yang akan

    menggerakkan batuan hasil peledakan (muckpile) 20 30 meter kedepan. Lebih kecil dari 0,2 akan

    menyebabkan muckpile yang ketat dan sulit untuk diambil, dan jika lebih besar dari 0,4 akan

    mengakibatkan gerakan kedepan yang berlebihan sehingga menyebarkan muckpile, dengan

    persamaan1,2,,14) .

    SC =VtotalE ..............................................................................................(3.11)

    Dimana :

    E total = Total jumlah isian bahan peledak dalam lubang tembak, (kg)

    V = Volume batuan yang diledakkan per hole, (m3)

    D = Density batuan yang diledakkan, (Ton/m3)

    2. Spesific Drilling

    Spesific Drilling adalah ukuran untuk menentukan kemampuan lubang tembak dalam meledakkan

    sejumlah batuan, dinyatakan dalam drm (drill rate metre atau meter kedalam lubang tembak) per m3

    (batuan).1,2,12,14)

    SD =VH ......................................................................................................(3.12)

    Dimana :

    H = Kedalaman lubang tembak, (m atau drm)

    V = Volume batuan yang diledakkan per hole, (m3)

    3.3. Relative Confinement (RC)

    Menurut Dyno Nobel, untuk menentukan bagus atau tidaknya stemming dapat dihitung dengan

    persamaan sebagai berikut 1,14) :

    RC =))(argarg(

    )600)(arg()000.210(mdiamtereChxenergieCh

    xmdiemetereChxleghtsteam + ...................(3.13)

    Ketentuannya adalah sebagai berikut :

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 27 (kritik dan saran : [email protected])

    1,70 merupakan batasan yang bagus (well confined) Kurang dari 1,70 berarti bagus (poory confined) Lebih dari 2 menunjukkan sangat buruk (over confined)3.4. Kecepatan Detonasi

    Kecepatan detonasi adalah gelombang detonasi yang merambat melalui bahan peledak. Besarnya

    kecepatan detonasi bahan peledak dapat dinyatakan sebagai berikut :

    Kecepatan detonasi terkurungKecepatan dimana gelombang detonasi merambat melalui kolom bahan peledak di dalam

    tempat yang terkurung. Harga kecepatan detonasi terkurung lebih sering dipakai karena bahan

    peledak digunakan pada tingkat pengurungan tertentu. Bahan peledak ANFO yang digunakan

    mempuyai kekuatan detonasi 4000 m/det.

    Kecepatan detonasi tidak terkurungDimana gelombang detonasi merambat melalui kolom bahan peledak didalam tempat yang tidak

    terkurung (terbuka). Umumnya harga kecepatan detonasi tidak terkurung adalah 70 80 % dari

    kecepatan detonasi terkurung.

    Secara umum dengan makin banyakna ukuran diameter bahan peledak maka kecepatan detonasi

    pun akan naik. Namun kecepatan detonasi tersebut akan mencapai nilai maksimum dan terbatas

    walaupun lubang ledak semakin besar.

    3.5. Mekanisme Pecahnya Batuan

    Konsep yang dipakai adalah proses pemecahan reaski reaksi mekanik dalam batuan homogen.

    Perlu ditekankan bahwa sifat mekanis dalam batuan yang homogen akan berbeda seperti yang

    sering dijumpai dalam pekerjaan peledakan.

    Proses pemecahan batuan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

    1. Proses Pemecahan Tahap I

    Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang ditimbulkan akan menghancurkan batuan di

    daerah sekitar lubang tembak. Gelombang kejut (shock wave) meluas kedalam batuan dengan

    kecepatan 3000 5000 m/sec akan mengakibatkan tegangan tangensial (tangensial stress) yang

    menimbulkan rekahan radial (radial craks) yang menjalar dari daerah lubang tembak. Retakan yang

    pertama ini berkembang dalam 1 2 ms.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 28 (kritik dan saran : [email protected])

    Gambar 3.4. Proses Pemecahan Tahap I1,12,14)

    2. Proses Pemecahan Tahap II

    Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang tembak pada proses pemecahan tahap I

    adalah positif. Apabila gelombang kejut mencapai bidang bebas (free face), gelombang tersebut

    akan dipantulkan. Bersamaan dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dan kemudian akan

    berubah menjadi negatif serta menimbulkan gelombang tarik (tension wave). Gelombang tarik

    (tension wave) merambat kembali dalam batuan. Oleh karena itu batuan lebih kecil tahananya

    terhadap tarikan (tension) daripada tekanan (compression), maka akan terjadi rekahan rekahan

    (primery failure cracks) karena tegangan tarik (tensile stress) yang cukup kuat sehingga

    menyebabkan terjadinya seabbing dan spalling pada bidang bebas. Dalam prosese pemecahan

    tahap I dan II fungsi dari energi yang ditimbulkan oleh gelombang kejut adalah membuat sejumlah

    rekahan rekahan kecil pada batuan. Secara teoritis jumlah energi gelombang hanya berkisar antara

    5 15 % dari energi total bahan peledak. Jadi gelombang kejut tidak secara langsung memecahkan

    batuan, tetapi mempersiapkan kondisi batuan untuk proses pemecahan tahap akhir

    Gambar 3.5. Proses Pemecahan Tahap II1,12,14)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 29 (kritik dan saran : [email protected])

    3. Proses Pemechan Tahap III

    Dibawa pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas gas hasil peledakan maka rekahan radial

    utama (tahap II) akan diperlebar atau diperbesar secara cepat oleh efek kombinasi dari gas gas

    hasil peledakan maka rekahan radial utama (tahap II) akan diperlebar atau diperbesar secara cepat

    oleh efek kombinasi dari tegangan tarik yang disebabkan radial comprection dan pneumatic

    wedging (pembajian). Apabila massa dilubang tembak gagal mempertahankan posisinya dan

    bergerak ke dapan, maka tegangan tekan (compression stress) yang berbeda dalam batuan akan

    dilepaskan (unlosded) seperti spiral kawat yang ditekan lalu dilepaskan. Akibat pelepasan tegangan

    ini akan menimbulkan tegangan tarik yang besar di dalam massa batuan yang sudah dimulai pada

    tahap II. Rekahan yang terjadi dalam pemecahan pada tahap II merupakan bidang bidang lemah

    yang membantu fragmentasi pada proses peledakan.

    Gambar 3.6. Proses Pemecahan Tahap III1,12,14)

    a. Waktu Tunda (delay timer)

    Untuk dapat memperbaiki fragmentasi batuan hasil peledakan dan juga mengurangi ground

    vibration. Diusahakan agar pola penyalaan isian bahan peledak dibuat sedemikian rupa, sehingga

    masing masing lubang ledak memiliki bidang bebas sendiri sendiri. Dengan demikian dalam

    menentukan pola penyalaan baik serentak atau beruntun harus diperhatikan pola lubang ledaknya

    ada.

    Ada dua jenis pola penyalaan yaitu :

    Penyalaan serentak (Instantaneous)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 30 (kritik dan saran : [email protected])

    Penyalaan serentak merupakan suatu cara penyalaan pada baris atau kolom tanpa menggunakan

    detonator.

    Penyalaan tunda (delay)Penyalaan tunda merupakan penyalaan beberapa baris dan kolom dan kolom dengan

    menggunakan detonator tunda.

    Jika penyalaan dilakukan serentak dalam baris, sebaiknya dibuat pola lubang ledak selang seling.

    Sedang untuk pola penyalaan beruntuk dibuat pola lubang ledak sejajar. Untuk penyalaan waktu

    tunda antar baris dan antar lubang diusakahan harus sesuai agar dihasilkan ruang untuk hancuran

    batuan pada baris berikutnya. Penggunaan detonator tunda dimaksudkan untuk mengurangi jumlah

    muatan yang meladak secara bersamaan dan memberikan kesempatan material yang lebih dekat

    dengan bidang bebas untuk meledak lebih dahulu. Hal ini dapat mengurangi tingkat getaran dan

    berkaitan dengan penyediaan bidang bebas untuk peledakan baris selanjutnya.

    Waktu tunda peledakan bisa diperoleh dari detonator atau mesin peledak yang dipakai.

    Peledakan yang menggunakan waktu tunda bertujuan untuk :

    1. Mengurangi jumlah volume batuan yang meledak secara bersamaan.

    2. Memberikan waktu atau kesempatan material yang dekat dengan bidang bebas untuk meledak

    secara bersamaan.

    3. Menyediakan ruang atau bidang bebas bagi baris lubang tembak selanjutnya.

    4. Mengurangi besarnya volume suara ledakan.

    Dengan menggunakan persamaan Langefors dan Kihlstrom, dapat diketahui jumlah maksimum

    bahan peledak pada kecepatan partikel 50 mm/det yaitu9,10,12) :

    Q = 2KR1,5V2 ............................................................................................(3.14)

    Dimana :

    Q = Ammount of charge per delay, kg

    V = Vibration (Oscilation) Velocity, mm/s

    R = Distance from site,m

    K = Rock Constant, hard rock = 400, medium rock = 300, soft rock = 200

    Ukuran rata rata fragmentasi batugamping hasil peledakan

    Ukuran rata rata fragmentasi hasil peledakan dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan

    Kuznetsov yang telah dimodifikasi untuk bahan peledak ANFO. Untuk perhitungan ini, diambil rata

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 31 (kritik dan saran : [email protected])

    rata fragmentasi maksimum pada diameter 3,5 inch dan diameter 4 inch, baik untuk teori R. L

    Ash,1,2,12,14).

    X = A(V/Q)0,8 (Q)0,17 (E/115)-0,63.............................................................(3.15)

    Dimana :

    X = Ukuran rata rata fragmentasi hasil peledakan (Cm)

    V = Volume batuan yang diledakkan / terbongkar tiap lubang tembak (m3)

    Q = Jumlah bahan peledak (ANRO) yang digunakan per lubang tembak (Kg)

    E = Relative Weight Stregth (ANFO = 100)

    A = Faktor batuan 1 untuk batuan lunak, 7 untuk batuan menengah, 10 untuk keras banyak

    kekar, 13 untuk batuan lunak banyak kekar.

    3.7. Masalah Gangguan Peledakan

    Akibat adanya aktivitas peledakan dalam suatu usaha pertambangan yaitu untuk memecahkan

    batuan yang relatif keras dari batuan induknya yang tidak bisa dilakukan dengan ripping akibat dari

    peledakan ini dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya misalnya:

    Flaying RockFlaying rock (batu terbang) adalah material dipermukaan daerah peledakan yang terbang akibat

    peledakan yang tidak sempurna. Penyebabnya antara lain adalah :

    - Gerakan burden terlalu kecil atau terlalu besar

    - Permukaan kurang bersih

    - Arah lubang bor tidak teratur

    - Stemming terlalu pendek

    - Rangkaian inisiasi (penyalaan) salah

    Air BlastAir Blast adalah gelombang kompresi yang merambat melalui atmosfer, yang terjadi bila sejumlah

    tertentu bahan peledak keluar atmosfer. Ledakan udara ini semakin besar bila pengisian material

    stemming tidak benar atau steamming tidak sempurna karena adanya air dalam lubang tembak.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 32 (kritik dan saran : [email protected])

    Tabel 3.1. Pengaruh Beberapa Tingkat Air Blast11)

    dB Psi Damage180

    170

    160

    150

    140

    130

    120

    110

    100

    90

    80

    3,0

    0,95

    0,30

    0,095

    0,030

    0,0095

    0,0030

    0,00095

    0,00030

    0,000095

    0,000030

    Structure Damage

    Most windows break

    Some windows break

    OSHA maximum for impulsive sound

    USBM TPR 78 Maximum

    USBM TPR 78 safe level

    Threshold of pain for continous saound

    complaints likely

    OSHA Maximum for 15 minutes

    OSHA maximum for 8 hours

    Sedangkan tingkat air blast untuk kenyamaan manusia dan untuk menghindari kerusakan struktur

    berdasarkan Australia Standar terdapat dalam Tabel 3.2.

    Tabel 3.2. Tingkat Air Blast11)

    Batas untuk ketidaknyamanan manusia

    Batas untuk menghindari kerusakan struktur

    120 dB

    133 dB

    Besar ledakan udara dipengaruhi oleh ketinggian, suhu udara serta kecepatan angin, sehingga suara

    ledakan udara di suatu tempat dapat terdengar jauh dari sumbernya, biarpun getaran peledakanya

    relatif kecil

    Ada dua macam air blast yaitu :

    1. Yang dapat didengar (audible sound)

    2. Yang tidak dapat didengar (subaudible sound/concussion)

    Tingkat air blast dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut3)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 33 (kritik dan saran : [email protected])

    TI = 20 log (P/Po)...................................................................................(3.16) P =

    R150) /(Q700 3

    1

    ..............................................................................(3.17) Dimana :

    TI = Taraf Intensitas

    P = Ukuran dari tekanan

    Po = Hubungan dari 0,00002 Pa

    Q = Berat

    R = Jarak

    Ground VibrationUmumnya tipe bahaya dari peledakan adalah disebabkan getaran tanah saat detonator berada di

    lubang ledak, saat mulai meledak maka menyebabkan gelombang yang dalam keadaan kuat dengan

    gerakan yang menembus batuan. Perambatan tegangan pada saat menembus batuan akan

    menimbulkan gelombang elastis yang dikenal dengan gelombang seismik. Sedang gelombang

    seismik adalah gelombang yang menggambarkan perjalanan energi melalui bumi yang padat

    (medium).

    3.8. Pengertian Getaran Peledakan

    Gelombang yang menggambarkan perjalanan energi melalui bumi yang padat atau sering disebut

    gelombang seismik. Perjalan energi yang lain adalah melalui gelombang seimsik. Perjalanan energi

    yang lain adalah melalui gelombang suara, gelombang cahaya dan lainya

    Gelombang seismik yang dihasilkan alam misalnya gempa bumi, banyak sumber sumber

    gelombang seismik lainya sebagai akibat perbuatan manusia. Selain satu contohnya adalah

    gelombang seismik sebagai hasil peldakan. Akibat peledakan yang dirasakan adalah sebagai

    getaran.

    Kegiatan peledakan akan selalu menghasilkan suatu gelombang atau getaran. Tujuan peledakan

    umumnya adalah memecahkan batuan. Pekerjaan ini membutuhkan sejumlah energi yang cukup

    sehingga melebihi atau melampui kekuatan batuan atau melampui batas elastis batuan, apabila hal

    tersebut terjadi maka batuan akan pecah. Proses pemecahan akan berjalan terus sampai energi yang

    dihasilkan oleh bahan peledak makin lama makin berkurang dan menjadi lebih kecil dari kekuatan

    batuan, sehingga pemecahan batuan akan berhenti.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 34 (kritik dan saran : [email protected])

    3.8.1. Teori Dasar Gelombang

    Gelombang adalah gejala terjadinya perjalanan suatu bentuk gangguan melalui medium dengan

    mekanisme perambatan getaran yang mempuyai kecepatan tertentu. Setelah gangguan ini melewati

    medium akan kembali ke keadaan semula, seperti sebelum gangguan itu datang.

    3.8.2. Jenis Gelombang

    Gelombang dibagi menjadi dua, yaitu : gelombang badan (body wave) yang merambat melalui

    medium dan menembus bagian dalam medium serta gelombang permukaan (surface wave) yang

    merambat diatas permukaan medium dan tidak menembus medium.

    Dalam penelitian ini digunakan gelombang yang menembus medium, yaitu gelombang badan yang

    berdasarkan arah pergerakan partikel partikel medium terhadap arah penjalaran gelombang dapat

    dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang longitudinal dan gelombang transversal.

    Gelombang Longitudinal

    Gelombang longitudinal atau biasa disebut dengan gelombang tekan (P. Wave) terjadi apabila arah

    pergerakan partikel partikel medium sama dengan arah pergerakan partikel partikel medium

    sama dengan arah penjalaran gelombang. Gelombang ini dapat dijalarkan melalui medium padat,

    cair atau gas.

    Gambar 3.7. Gelombang Longitudinal4,10)

    Gelombang TransversalGelombang transversal atau gelombang geser (S Wave) terjadi apabila arah gerakan partikel

    partikel medium tegak lurus terhadap arah penjalaran gelombang. Dalam medium cairan atau gas

    Gerakan partikel Batas gelombang

    Penjalaran gelombang

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 35 (kritik dan saran : [email protected])

    tidak dapat menahan suatu tegangan geser (shear stress) pada medium yang sama, umumnya

    kecepatan rambat gelombang transversal setangah kali kecepatan rambat gelombang longitudinal.

    Gambar 3.8. Gelombang Transversal4,10)

    3.8.3. Parameter Gelombang

    parameter getaran adalah sifat sifat dasar dari gerakan digunakan untuk menguraikan karakter dari

    gerakan tanah. "parameter tersebut adalah perpindahan, kecepatan dan percepatan. Apabila

    gelombang seismik melalui batuan, maka partikell batuan bergetar atau berpindah dari posisi

    semula. Hal ini adalah disebut perpindahan. Apabila partikel dipindahkan dan bergerak maka

    mempuyai kecepatan dan menggunakan gaya yang besarnya sebanding dengan percepatan partikel.

    Parameter dasar didefenisikan sebagai berikut :

    Perpindahan : adalah jarak dimana partikel batuan bergerak dari posisi semula,

    satuanya dalam per sekial inch, biasanya perseribu.

    Kecepatan : adalah kecepatan dimana partikel batuan bergerak, ketika

    meninggalkan posisi semula. Mulai dari nol meningkat ke

    maximum dan kembal ke nol, satuan dalam inci per detik.

    Percepatan : adalah percepatan pada perubahan kecepatan partikel. Gaya yang

    digunakan oleh getaran partikel adalah sebanding dengan

    percepatan partikel. Percepatan diukur dalam per sekian g

    (accelaration of gravity, g = 32, 2 ft/detik).

    Sifat sifat dasar yang menguraikan gerakan gelombang disebut parameter gelombang. Gelombang

    gerak harmonik digambarkan dalam gambar 3.14. dan dinyatakan dalam persamaan1,12,14) :

    y = A sin (t)...........................................................................................(3.18)

    Gerakan partikel Batas gelombang

    Penjalaran gelombang

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 36 (kritik dan saran : [email protected])

    Dimana :

    y : simpangan (perpindahan) pada seberang waktu

    t : waktu

    A : amplitudo

    T : periode, cycle

    f : frekwensi, jumlah getaran per detik

    maka : f =T1 atau T =

    f1

    Gambar 3.9. Parameter Gelombang Gerak Harmonik12,14)

    Panjang gelombang L adalah jarak dari crest ke crest atau dari through ke through, diukur dalam

    feet adalah perioda gelombang kali kecepatan perambatan (propagasi).

    3.9. Faktor faktor yang mempengaruhi getaran

    Dua faktor dasar yang mempengaruhi tingkat getaran hasil peledakan adalah jarak dan jumlah isian

    bahan peledak selain kondisi geologi dan karakteristik batuan. Beberapa penelitian telah dilakukan

    dalam usaha menentukan hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan tingkat getaran.

    Hasil penelitian United State Bureau of Mines (USBM) dalam Bulletin 656 (Nicholls, Johnson dan

    Duval, 1971), secara umum hubungan tersebut dirumuskan sebagai mana dalam tabel 2.1 berikut :

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 37 (kritik dan saran : [email protected])

    Tabel 3.4. Perbedaan kecepatan10)

    No.Kecepatan Rambat

    GelombangKecepatan Partikel

    1. Tidak dipengaruhi energi masuk dan

    merupakan fungsi dari karakteristik elastik

    medium

    Dipengaruhi dan merupakan fungsi dari

    energi masuk

    2. Konstan pada medium yang sama Mempunyai kecepatan partikel maksimum

    3. Tergantung pada jenis gelombang Tidak tergantung pada jenis gelombang

    3.9.1. Ukuran Isian

    Faktor terpenting yang mempengaruhi terjadinya getaran adalah ukuran isian (berat) muatan bahan

    peledak. Apabila muatan ditambah maka tingkat getaran akan meningkat, tetapi muatan berjumlah

    dua kali lipat tidak akan menghasilkan getaran dua kali lipat lebih besar. Hubungan tersebut

    digambarkan dalam grafik seperti terlihat pada Gambar 3.15.

    Dari hasil penelitian didapat bahwa kecepatan partikel akan berbanding lurus dengan muatan bahan

    peledak berpangkat tertentu, yaitu12) :

    = WV . .(3.20)

    Keterangan :

    V = kecepatan partikel, inch per detik

    W = berat maksimum bahan peledak per delay, pound

    = eksponenMenurut hasil penelitian USBM, harga adalah sekitar 0.8, maka :

    0.8WV = (3.21)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 38 (kritik dan saran : [email protected])

    Gambar 3.10. Grafik kecepatan partikel dengan berat muatan14)

    3.9.2. Jarak

    Apabila jarak dari tempat peledakan bertambah besar maka getaran akibat peledakan akan semakin

    kecil. Untuk mengetahui pengaruh jarak terhadap getaran hasil peledakan dilakukan percobaan

    dengan muatan bahan peledak yang sama besarnya diledakkan di tempat yang berlainan. Setiap

    peledakan direkam oleh alat seismograf berturut-turut pada jarak yang bertambah jauh. Dari hasil

    percobaan.

    didapat bahwa kecepatan partikel akan berbanding terbalik dengan jarak berpangkat tertentu,

    yaitu12) :

    V = bD1 . (3.22)

    Keterangan :

    V = kecepatan partikel, inch per second

    D = jarak dari sumber ledakan ke alat rekam

    b = eksponen

    Harga b menurut USBM adalah sekitar 1,6 maka12)

    V = 6,11

    D.(3.23)

    Hubungan tersebut digambarkan pada grafik seperti terlihat pada gambar 3.16..

    2 3 4 5 10W

    V

    5

    2

    3

    4

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 39 (kritik dan saran : [email protected])

    Gambar 3.11. Hubungan kecepatan partikel dengan jarak14)

    3.10. Hukum Perambatan

    Hubungan yang menyatakan ketergantungan kecepatan partikel pada berat muatan dan jarak dapat

    dikombinasikan dan dikembangkan ke dalam hukum perambatan menjadi12) :

    V =RQ ......................................................................................................(3.18)

    Dua faktor yang mempengaruhi tingkat getaran akibat ledakan suatu muatan bahan peledak adalah :

    jarak dan muatan. Beberapa penelitian telah dilakukan dalam usaha menentukan antara faktor

    faktor tersebut dengan tingkatan getaran.

    Langfors menyatakan hubungan ini dalam bentuk sebagai berikut12) :

    V = K5,0

    5,1

    RQ ........................................................................................(3.19)

    Dari rumus tersebut dapat dihitung kecepatan partikel yang diharapkan dari sejumlah bahan peledak

    pada jarak yang ditentukan.

    Dimana :

    Q = Ammount of charge per delay, kg

    V = Vibration (oscilation) Velocity, mm/s

    R = Distance from site, m

    K = Rock costant, hard rock = 400, medium rock = 300, soft rock = 200, overburden = 100

    0 20 30 40 50 100

    V

    2V

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 40 (kritik dan saran : [email protected])

    3.11. Standar Getaran

    Besarnya getaran peledakan dapat diketahui dari percepatan partikel yang dapat dicatat dan direkam

    oleh vibration monitor. Diketahui ada beberapa ketentuan getaran peledakan yang dapat dijadikan

    acuan standar kerusakan seperti terlihat pada tabel 3.3.

    Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk memahami dan mengontrol getaran, khususnya

    getaran akibat peledakan. Dari sejumlah penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan

    partikel dianggap merupakan ukuran terbaik untuk menilai kemungkinan terjadinya kerusakan.

    Tingkat aman dari getaran tanah berkisar pada kecepatan partikel antara 0,5 2,0 ips.

    Secara umum bahwa kecepatan partikel

    2,0 ips akan terjadi kerusakan, sehingga kecepatan partikel 2,0 ips ditetapkan sebagai ambang batas

    aman (Nilai Ambang Batas).

    Sedangkan berdasarkan acuan harga standar nilai ambang batas getaran dan suara ledakan yang

    terdapat dari alat seimograf yang digunakan yaitu Blasmate III dan Minimate Plus, menggambarkan

    acuan standar dari berbagai negara.

    Baku tingkat getaran mekanik berdasarkan jenis bangunan berdasarkan Keputusan Menteri Negara

    Lingkungan Hidup Nomor : KEP 49/MENLH/1996, tanggal 25 Nopember 1996 terdapat dalam

    tabel 3.5, sedangkan Baku tingkat Getaran Kejut terdapat dalam tabel 3.6.

    Tabel 3.5. Acuan Kriteria Kerusakan9)

    Acuan Standar Jenis bangunan PPV (ips) Kerusakan

    USBM

    Gedung/ Perumahan

    < 2.0 Tidak ada kerusakan

    2,0 4,0 Dinding retak retak

    4,0 7,0 Kerusakan menengah

    > 7,0 Rusak pada struktur

    Langefors,

    Kihlstorm

    Dan Westerberg

    (1957)

    Gedung/ Perumahan

    2,8 Tidak kerusakan berarti

    4,3 Kerusakan pada dinding

    6,3 Retakan pada Dinding serius

    9,1 Rusak parah

    Edwards dan

    Noerhwood (1959)

    Gedung/ Perumahan

    < 2,0 Aman, tidak ada kerusakan

    2,0 4,0 Ada retakan

    > 4,0 Terjadi kerusakan

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 41 (kritik dan saran : [email protected])

    Nicholl, Johnson dan

    Duval (1971)

    Gedung/ Perumahan < 2,0 Aman, tidak ada kerusakan

    >2,0 Terjadi kerusakan

    Tabel 3.6. Baku Tingkat Getaran Kejut3)

    Kelas Jenis Bangunan Kecepatan Getaran

    Maksimum (mm/det)

    1 Peruntukan dan bangunan kuno yang mempuyai

    nilai sejarah yang tinggi

    2

    2 Bangunan dengan kerusakan yang sudah ada,

    tampak keretakan keretakan pada tembok

    5

    3 Bangunan untuk dalam kondisi teknis yang

    baik, ada kerusakan kerusakan kecil seperti :

    plesteran yang retak.

    10

    4 Bangunan kuat (misalnya : bangunan industri

    terbuat dari beton ata baja.

    10 - 40

    Tabel 3.7. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Jenis Bangunan3)

    Kelas Tipe Bangunan

    Kecepatan Getaran (mm/det)

    Pada Pondasi Pada Bidang Datar

    di Lantai Atas

    Frekwensi Campuran

    Frekwensi

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 42 (kritik dan saran : [email protected])

    getaran, tidak seperti

    tersebut pada no. 1 dan 2,

    dan mempuyai nilai budaya

    tinggi seperti banguan yang

    dilestarikan

    3 3 8 8 - 10 8,5

    3.12. Hukum Scaled Distance

    Tinjauan hukum Scaled Distance (SD) pada kegiatan peledakan menyangkut beberapa faktor yang

    menghubungkan dengan perkiraan tingkat getaran peledakan berdasarkan pada berat isian bahan

    peledak dan jarak suatu bangunan atau daerah dari tempat peledakan.

    Cara yang praktis dan efektif untuk mengontrol getaran adalah dengan menggunakan Scaled

    Distance yang memungkinkan pelaksanaan di lapangan menentukan jumlah isian bahan peledak

    atau jarak aman yang digunakan agar menghasilkan getaran peledakan yang diizinkan.

    Besarnya getaran ada hubunganya antara jarak dan titik letak dengan energi yang dihasilkan dalam

    peledakn, yaitu pengaruh jarak akan setara dengan akar pangkat tiga dari energi peledakan. Apabila

    energi dalam hal ini dieskuivalenkan dengan jumlah bahan peledak maka parameter yang dihasilkan

    yaitu SD (Scaled Distance) dapat digunakan sebagai salah satu variabel penentu dalam perkiraan

    peledakan akibat peledakan.

    Hukum SD untuk kontrol getaran akibat peledakan ada dua macam, yaitu : Menurut hasil analisis

    dimensional, SD dinyatakan sebagai3,12) :

    CRSD =3

    1W

    R .................................................................................................(3.20)

    Dimana :

    CRSD = Cube Root Scaled Distance, m/kg2

    R = Jarak dari sumber ledakan, meter

    W = Berat isian bahan peledak per delay, kg

    Hukum CRSD ini digunakan untuk pendugaan kerusakan struktur bangunan akibat peledakan pada

    jarak < 20 meter dari sumber ledakan, dengan persamaan3,10):

    SRSD =2

    1W

    R ..................................................................................................(3.21)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 43 (kritik dan saran : [email protected])

    Dimana :

    SRSD = Square Root Scaled Distance, m/kg2

    R = Jarak aman dari sumber ledakan, meter

    W = Berat isian bahan peledak per delay, kg

    Hukum SRSD ini digunakan untuk pendugaan kerusakan struktur bangunan akibat peledakan jarak

    > 20 meter dari ledakan.

    Perhitungan SD akan menghasilkan suatu angka tertentu yang digunakan untuk memperkirakan

    tingkat getaran peledakan, tidak ada pengukuran seismic. Menurut USBM, SD yang disarankan

    sebagai batas aman adalah minimal 50, jika alat seismograf tidak digunakan atau tidak tersedia.

    Tingkat getaran pada SD tersebut berkisar antara 0,08 0,15 ips. Secara umum harga SD yang

    besar (SD > 50) menunjukkan kondisi getaran yang aman atau kerusakan yang terjadi kecil.

    3.13. Peralatan Pengukuran Getaran Peledakan

    Alat untuk menditeksi gerakan tanah (ground vibration) dan tekanan udara (air pressure/air blast)

    dari penjalaran gelombang seismic / gelombang tekan udara akibat peledakan adalah menggunakan

    seismograf.

    Kegiatana pengukuran getaran akibat peledakan di PT. Semen Padang yang dilakukan oleh Penulis

    menggunakan alat Blasmate III. Blasmate III meruapakan salah satu dari jenis seismograf digital.

    Blasmate III ini terdiri dari Geophone,Mikrophone, dan Instantel monitor, rangkaian ini disebut

    dengan minimate plus. Geophone adalah alat untuk mengukur getaran yang dihasilkan peledakan,

    sedangkan microphone adalah alat untuk mengukur kebisingan dari suara yang dihasilkan dari

    peledakan tersebut. Geophone dan Mincrophone tersebut disambungkan ke Instantel monitor.

    Gambar 3.12. Pengukuran Dengan Menggunakan Blasmate III6)

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 44 (kritik dan saran : [email protected])

    Cara kerja dari alat ini adalah sebagai berikut : getaran mekanis dari kegiatan peledakan diterima

    oleh geophone diubah menjadi getaran elektris, diproses dan disimpan. Hasil pengukuran bisa

    dibaca di layar atau di kertas printer. Data dari hasil pengukuran di alat tersebut ditransfer ke

    komputer dengan menggunakan program Blasware. Sedangkan peristiwa yang di monitoring adalah

    ukuran dari tekanan udara dan gerakan tanah. Jadi geophone tersebut dapat menangkap getaran

    tanah yang berupa gelombang vertikal, longitudinal, dan transversal. Sedangkan mincrophone

    tersebut dapat menangkap tekanan udara yang disebabkan karena peledakan.

    Penggunaan alat tersebut harus dalam kondisi yang kering, apabila dalam kondisi basah akan

    menyebabkan kerusakan monitor. Landasan harus padat dan keras. Posisikan Blasmate III tersebut

    dengan panah yang menunjukkan ke arah yang diinginkan.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 45 (kritik dan saran : [email protected])

    4. DATA DAN ANALISA DATA

    4.1. Kegiatan Pemboran

    Kegiatan pemboran adalah kegiatan penembusan area penetrasi secara mekanis terhadap batuan,

    kegiatan pemboran ini dilakukan untuk membuat lubang tembak yang akan diisi oleh bahan peledak

    yang kemudia diledakkan.

    4.1.1. Pola Pemboran

    Pola pemboran yang diterapkan adalah straggered patern suatu pemboran lubang tembak selang

    seling pada square drill pattern maupun pada retangullar drill pattern.

    Sebelum dilakukan kegiatan pemboran, terlebih dahulu ditentukan daerah yang akan dibor sesuai

    dengan pola pemboran yang direncanakan berdasarkan geometri peledakan yaitu, burden, spacing,

    dan kedalaman lubang ditentukan sesuai dengan kondisi lapangan dan perencanaan jenjang.

    Sebelum dilakukan peledakan, lubang bor yang telah dibuat ditutup dahulu dengan menggunakan

    plastic. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga lubang bor tersebut tidak berubah.

    4.1.2. Diameter dan Arah Lubang Bor / Lubang Tembak

    Di kauri batugamping PT. Semen Padang, digunakan ukuran diameter 3,5 inchi (88,9 mm) untuk

    ketinggian jenjang 8 m dan 9 m. Pada waktu pengukuran getaran tahun 2008 dan 2009 diameter 3,5

    inch juga digunakan pada ketinggian jenjang 7 m sampai 10 m. Dan ukuran diameter 4 inch (101,6

    mm) untuk ketinggian jenjang 15 m. Sedangkan untuk arah pemboran lubang tembak, dibuat

    dengan kemiringan 200 terhadap bidang vertikal

    4.2. Peledakan

    Pola peledakan yang diterapkan di kauri PT. Semen Padang adalah selang selingn dengan

    menggunakan waktu tunda (delay) antar baris lubang tembak. Pada waktu pengukuran getaran

    peledakan tahun 2007 dan 2008 pola peledakan yang digunakan sama.

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 46 (kritik dan saran : [email protected])

    Dalam pola peledakan yang diterapkan terlihat waktu tunda yang dipakai masih dapat dilakukan

    perbaikan. Dengan menggunakan waktu tunda antar baris, maka banyak bahan peledak yang

    dibutuhkan. Ini dapat berpengaruh terhadap intensitas getaran yang besar pula. faktor faktor yang

    penting untuk diamati pada saat peledakan yaitu. geometri peledakan, pola peledakan, dimensi

    jenjang, material stemming, pemakaian serta pengisian bahan peledak.

    4.2.1. Geometri Peledakan

    Geometri peledakan meliputi burden, spacing, stemming, tinggi jenjang dan kedalaman lubagn.

    Variabel tersebut akan sangat menentukan baik atau tidaknya suatu peledakan.

    Geometri peledakan yang dilakukan oleh PT. Semen Padang adalah sebagai berikut :

    Diperoleh data data yang didapat dari pengamatan langsung di lapangan juga sebagai

    perbandingan data data terdahulu pada waktu diadakan pengukuran geteran peledakan tahun 2007

    dan 2008.

    Tabel 4.1. Geometri Peledakan Nyata 2008

    Lokasi

    Peledakan

    Burden

    (m)

    Spacing

    (m)

    Kedalaman

    (m)

    Tinggi

    Jenjang (m)

    Bp1 3 3,5 8 7

    Bp 2 3 3,5 8 7

    Bp3 3 3,5 10 9

    Bp 4 3 3,5 10 9

    Bp 5 3 3,5 8 7

    Bp 6 3 3 8 7

    Bp 7 3 3,5 8 7

    Bp 8 3 3,5 10 9

    Bp 9 3 3,5 11 10

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 47 (kritik dan saran : [email protected])

    Stiffned ratio yang didapat dari geometri yang ada adalah berdasarkan perbandingan tinggi jenjang

    dengan jarak burden ( Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3) adalah untuk tinggi jenjang 6 9 berada antara 2 dan

    3. Berdasarkan table 3.1 angka tersebut masih mungkin untuk ditingkatkan agar hasil yang didapat

    menjadi lebih baik. Sedangkan pada tinggi jenjang 10 berada antara 3 dan 4, berarti tingkat

    fragmentasinya sangat baik. Sedangkan pada tinggi jenjang 15 dengan burden 3 tidak ada

    peningkatan pada hasil peledakanya, dimana dengan maksimum nilai SR yang menghasilkan

    fragmentasi sangat bagus adalah 4.

    Data data lain akibat dari kegiatan peledakan yang didapat langsung dari lapangan adalah :

    Masih terdapat toe atau tonjolan batuan di permukaan jenjang. Masih terjadi creater pada jenjang hasil peledakan. Tabel 4.1. Geometri Peledakan Nyata 2009

    Lokasi

    Peledakan

    Burden

    (m)

    Spacing

    (m)

    Kedalaman

    (m)

    Tinggi

    Jenjang (m)

    C110 3 3.5 10 9

    C110 3 3.5 9 8

    C110 3 3.5 9 8

    C120 3 3.5 10 9

    C110 3 3.5 9 8

    C90 3 3.5 10 9

    C110 3 3.5 9 8

    C110 3 3.5 9 8

    C110 3 3.5 9 8

    C110 3 3.5 9 8

    C120 3 3.5 9 8

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditimbulkan Di Kuari Bukit Karang Putih PT. Semen PadangHalaman 48 (kritik dan saran : [email protected])

    C110 3 3.5 9 8

    C110 3 3.5 9 8

    C120 3 3.5 9 8

    C110 3 3.5 9 8

    4.3. Persiapan dan Pelaksanaan Peledakan

    Proses pelekasanan peledakan di kuari PT. Semen Padang dilakukan dengan beberapa pekerjaan.

    Dimana pekerjaanya dilakukan bersama sama dengan pimpinan juru ledak.

    4.3.1. Persiapan Peledakan

    1. Pengambilan bahan peledak dari gudang bahan peledak dengan mengisi dahulu formulir

    permintaan bahan peledak dan membuat surat kuasa pengambilan bahan peledak.

    2. Memerikasa lubang ledak, apakah berubah atau ada air di dalam lubang.

    4.3.2. Pelaksanaan Peledakan

    1. Memasukkan plastic pembungkus apabila lubang ledak tersebut mengandung air.

    2. Membuat primer (menggabungkan powergel dengan detonator) dengan melubangi plastil

    powergel lalu memasukkan detonator kedalamnya dan disimpul agar tidak lepas.

    3. Mendristribusikan primer ke lubang ledak.

    4. Mengisi lubang ledak dengan ANFO

    5. Menutup lubang dengan serbuk pemboran (cutting) karung bekas ANFO, dan terakhir

    menggunakan tanah sebagai stemming.

    6. Detonator diuji dahulu dengan menggunakan blasting ohm meter, sebelum dibuat rangkaian.

    7. Merangkai kabel dalam satu baris secara seri oleh juru ledak.

    8. Merangkai kabel antar baris dengan baris lainya secara pararel.

    9. Menyambungkan seluruh rangkaian ke kabel utama.

    10. Memberikan tanda peringatan dengan menggukana sirine untuk mengamankan daerah sekitar.

    11. Setelah lokasi aman juru ledak melakukan peledakan.

    4.4. Dampak Negatif Peledakan

  • Kajian Teknis Rancangan Peledakan Berdasarkan Pengukuran Getaran Yang Ditim