18
 Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Sebagai Sistem Filsafat Nama : Lazuardi Nurul Fauzan NIM : 11.01.2922 Kelompok :B Program Studi : Teknik Informatika Jurusan : D3-TI-02 Nama Dosen : Irton, SE.,M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

6232-14216-1-PB.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Pancasila Sebagai Dasar Negara

    Dan Sebagai Sistem Filsafat

    Nama : Lazuardi Nurul Fauzan

    NIM : 11.01.2922

    Kelompok :B

    Program Studi : Teknik Informatika

    Jurusan : D3-TI-02

    Nama Dosen : Irton, SE.,M.Si

    STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

    2011

  • A. ABSTRAK

    Negara Indonesia terdiri dari pulau-pula, dan pastinya memiliki suku-suku yang berbeda.

    Setiap suku pastinya mempunyai keyakinan masing-masing, dan setiap suku yang satu dengan suku

    yang lain mempunya perbedaan dalam pendapat. Maka muncul motto atau semboyan Bhineka

    Tunggal Ika, yang sering di artikan Berbeda-beda tetapi tetap satu. Walaupun Indonesia memiliki

    banyak suku, dan pendapat yang berbeda-beda, Indonesia mempunyai sifat ramah yan lebih baik dari

    Negara lain.

    Permasalahan di atas sangat menarik untuk dipelajari.Bangsa Indonesia yang mempunyai

    banyak perbedaan terutama kebudayaan, dan Pancasila yang mempersatukan semua itu.Karena itu

    Penulis ini berusaha mengkaji apakah arti Pancasila dalam perbedaan kebudayaan Bangsa Indonesia.

    Kesimpulan yang bisa di ambil dari makalah ini adalah: Pancasila sebagai pemersatu dan juga

    sebagai pandangan hidup atau dasar Negara Indonesia. Maka dari itu pancasila tidak bisa di ubah lagi

    dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.

  • B. Latar Belakang.

    Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan

    penyertaan-Nya, makalah yang berjudul Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Sebagai Sistem

    Filsafat ini dapat terselesaikan meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya.

    Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita.Dan di dalam Pancasila ini

    terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar

    dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari

    nilai Pancasila.Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai

    Pancasila tersebut.

    Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan

    agama.Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.Menjadi kesatuan dan bersatu di

    dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.

    Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam

    keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya

    satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam

    kebudayaan yang ada di Indonesia.

    Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah bermetamorfosa dalam aneka

    bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup)

    dan berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan

    potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih sangat

    dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar

    negara dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai manusia

    dan warga bangsa dan negara Indonesia.

    Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila terlalu sulit dilaksanakan

    oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain memandang nilai-nilai Pancasila kurang

    efektif untuk memperjuangkan pencapaian masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh

    bangsa Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati Pancasila sebagai

    warisan budaya bangsa yang bernilai luhur.

  • C. RUMUSAN MASALAH.

    Adapun permasalah yang ditanyakan dalam makalah ini antara lain:

    1. Apa yang di maksud dengan Pancasila?

    2. Bagaimana pandangan Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia?

    3. Apa yang di maksud dengan pancasila sebagai sumber nilai?

    4. Apa makna tiap-tiap sila dari Pancasila?

    5. Apakah pancasila sebagai falsafat?

  • D. Pendekatan.

    Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari

    kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7

    September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha

    Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan

    untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

    Organisasi ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk

    merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu,

    Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara

    Indonesia.

    Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan

    pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :

    1. Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas pada pidato hari pertama, yaitu :

    a. kebangsaan,

    b. kemanusiaan,

    c. ketuhanan,

    d. kerakyatan,

    e. kesejahteraan rakyat.

    2. Soepomo pada hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu :

    a. persatuan,

    b. kekeluargaan,

    c. mufakat dan demokrasi,

    d. musyawarah,

    e. keadilan sosial.

    3. Soekarno pada hari ketiga, mengusulkan juga 5 asas, yaitu :

    a. kebangsaan Indonesia,

    b. internasionalisme atau perikemanusiaan,

    c. persatuan dan kesatuan,

    d. kesejahteraan sosial,

    e. ketuhanan yang Maha Esa.

  • Yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas tersebut merupakan

    satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh

    karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

    Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari

    wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi

    b. Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan

    c. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara

    d. Latu Harhary, wakil dari Maluku.

    Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam

    rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi,

    "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

    Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah

    tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah

    dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo,

    Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat

    tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan

    pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasilapun

    ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.

    Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen

    penetapannya ialah :

    Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni1945

    Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus1945

    Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal

    27 Desember1949

    Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal

    15 Agustus1950

    Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk

    Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

    http://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/22_Junihttp://id.wikipedia.org/wiki/22_Junihttp://id.wikipedia.org/wiki/22_Junihttp://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/18_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/27_Desemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/27_Desemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/27_Desemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/15_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/15_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/15_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/Dekrit_presiden

  • E. Pembahasan.

    1. Pengertian Pancasila.

    Kata Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India (kasta brahmana). Sedangkan menurut

    Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta , memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : panca : yang

    artinya lima, syila : vokal i pendek, yang artinya batu sendi, alas, atau dasar. Syiila vokal i panjang

    artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting. Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa

    indonesia terutama bahasa jawa diartikan susila yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh

    karena itu secara etimologi kata pancasila yang dimaksud adalah istilah pancasyila dengan vokal i

    yang memiliki makna leksikal berbatu sendi lima atau secara harfiah dasar yang memiliki lima

    unsure. Adapun istilah pancasyiila dengan huruf Dewanagari i bermakna lima aturan tingkah laku

    yang penting.

    Nilai-nilai pancasila secara intrinsik bersifat filosofis, dan di dalam kehidupan masyarakat

    indonesia nilai pancasila secara praktis merupakan filsafat hidup (pandangan hidup). Nilai dan fungsi

    filsafat pancasila telah ada jauh sebelum indonesia merdeka. Hal ini dibuktikan dengan sejarah

    majapahit (1293). Pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu

    kerajaan. Empu Prapanca menulis Negara Kertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat

    istilah Pancasila

    Empu Tantular yang mengarang buku Sutasoma yang di dalamnya memuat seloka yang berbunyi :

    Bhineka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrua, artinya walaupun berbeda namun satu jua adanya,

    Sebab ada tidak agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas

    kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha.bahkan salah satu kerajaan yang

    menjadi kekuasaannya yaitu pasai jutru telah memeluk agama islam. Sumpah palapa yang diucapkan

    Mahapatih Gadjah Mada dalam sidang ratu dan para menteri di pasebahan keprabuan Majapahit pada

    tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : Saya baru

    akan berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di bawah kekuasaan

    negara, jikalau gurun, seram, tanjungpura, Haru, pahang, Dempo, Bali, Sunda, palembang, tumasik

    telah dikalahkan. (Yamin ; 1960:60).

  • 2. Pandangan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

    Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung, wereldbeschouwing,

    wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup dan petunjuk

    hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup

    dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan

    setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal ini

    karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang

    lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis

    Kedudukan pancasila sebagai sumber segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum

    dapat dijabarkannya suatu sistem dalam sturktur fungsi pancasila sebagai:

    a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber

    tertib hukum) Indonesia.

    b. pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD

    1945 dijabarkan dalam empat pokok pikiran.

    c. Mewujudkan cita-cita sebagai dasar hukum yang tertulis maupun tidak tertulis.

    d. Pancasila mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945 dengan isi yang mewajibkan

    pemerintah dan penyelenggara negara yang lain termasuk para penyelenggara partai dan

    golongan fungsional memegang teguh cita-cita rakyat yang bermoral luhur.

    e. Pancasila sebagi sumber semangat kebangsaan bagi UUD 1945, penyelenggara negara ,

    pelaksana pemerintah, termasuk penyelenggara parati dan golongan fungsional.

    3. Pancasila sebagai sumber nilai

    A. Pengertian Nilai.

    Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi

    manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

    Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka.

    Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar

    dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.

    Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai

    dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya

    kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan

    UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis

  • itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan

    penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu

    kemudian dinamakan Nilai Instrumental.

    Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya

    Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk

    mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar

    itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

    B. Ciri-Ciri Nilai.

    Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut:

    a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.

    Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek

    yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,

    tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah

    kejujuran itu.

    b. Nilai memiliki sifat normatif,

    Artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai

    nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan

    manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan

    mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.

    c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia

    Pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang

    diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang

    terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

  • C. Macam-Macam Nilai.

    Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

    a. Nilai logika adalah nilai benar salah.

    b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.

    c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.

    Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan.Jika seorang

    siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika.Apabila ia keliru dalam menjawab, kita

    katakan salah. Kita tidak bisa mengatakansiswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai

    moral sehingga bukanpada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila

    kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai

    estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat

    sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu.

    Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.

    Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk

    dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral

    berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan

    tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

    Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai

    itu adalah sebagai berikut:

    a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani

    manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

    b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

    mengadakan kegiatan atau aktivitas.

    c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

    Nilai kerohanian meliputi

  • D. Pancasila Sebagai Sumber Nilai.

    Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis

    bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan

    negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang

    fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai

    Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh

    hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

    indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai

    kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

    4. Makna Sila-Sila Dari Pancasila.

    I. Sila ketuhanan yang Maha Esa.

    a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang Maha Esa

    b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.

    c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

    d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

    e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut

    agamanya masing-masing.

    f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan

    mediator ketika terjadi konflik agama.

    II. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

    a. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan

    b. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.

    c. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.

  • III. Sila Persatuan Indonesia.

    a. Nasionalisme.

    b. Cinta bangsa dan tanah air.

    c. Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia.

    d. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit.

    e. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

    III. Sila Kerakyatan yang Dipimpi oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan

    / Perwakilan.

    a. Hakikat sila ini adalah demokrasi.

    b. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu

    diadakan tindakan bersama.

    c. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.

    IV. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

    a. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.

    b. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut

    potensi masing-masing.

    c. Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan

    bidangnya.

  • 5. Pancasila Sebagai sistem Filsafat.

    Benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat? Berikut akan diuraikan secara singkat aspek

    ontologis, epistemologis dan aksiologis Pancasila

    a. Aspek Ontologis.

    Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala

    sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan

    Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:

    Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi ketuhanan

    bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;

    Ada kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas, dengan

    wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana dan sumber

    kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan,

    dan sebagainya;

    Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat manusia

    (universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional,

    merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi mengemban identitas unik: menghayati hak

    dan kewajiban dalam kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam

    dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi

    manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan kebajikan

    sebagai pengemban amanat keagamaan;

    Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang

    unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan

    kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga,

    masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan

    teleologis manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif,

    etis, berkebajikan;

    Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang

    merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan

    nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi

    perjuangan bangsa, pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional.

  • b. Aspek Epstomologis.

    Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu. Epistemologi

    Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan azas-azas:

    Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan martabat dan

    potensi unik yang tinggi, menghayati kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian

    manusia sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur: pancaindra, akal, rasa, karsa, cipta,

    karya dan budi nurani. Kemampuan martabat manusia sesungguhnya adalah anugerah dan

    amanat ketuhanan/ keagamaan.

    Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara:

    Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam, semesta, sosio-

    budaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;

    Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/ berkembang, kepustakaan,

    dokumentasi;

    Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.

    Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis:

    Pengetahuan indrawi;

    Pengetahuan ilmiah;

    Pengetahuan filosofis;

    Pengetahuan religius.

    Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu. Ilmu adalah

    perbendaharaan dan prestasi individual maupun sebagai karya dan warisan budaya umat

    manusia merupakan kualitas martabat kepribadian manusia. Perwujudannya adalah

    pemanfaatan ilmu guna kesejahteraan manusia, martabat luhur dan kebajikan para

    cendekiawan (kreatif, sabar, tekun, rendah hati, bijaksana). Ilmu membentuk kepribadian

    mandiri dan matang serta meningkatkan harkat martabat pribadi secara lahiriah, sosial (sikap

    dalam pergaulan), psikis (sabar, rendah hati, bijaksana). Ilmu menjadi kualitas kepribadian,

    termasuk kegairahan, keuletan untuk berkreasi dan berkarya.

  • Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan manusia untuk

    menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan, memiliki wawasan kesejarahan

    (masa lampau, kini dan masa depan), wawasan ruang (negara, alam semesta), bahkan secara

    suprarasional menghayati Tuhan yang supranatural dengan kehidupan abadi sesudah mati.

    Pengetahuan menyeluruh ini adalah perwujudan kesadaran filosofis-religius, yang menentukan

    derajat kepribadian manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti mengakui

    ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia suprarasional dan

    supranatural. Tahu secara melampaui tapal batas ilmiah dan filosofis itu justru menghadirkan

    keyakinan religius yang dianut seutuh kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan

    ilmiah-rasional adalah kesadaran.

    c. Aspek Aksiologis.

    Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara kesemestaan.

    Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi dan epistemologinya. Pokok-pokok

    aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:

    Tuhan yang maha esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan segala isi beserta

    antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum moral mengikat manusia secara

    psikologis-spiritual: akal dan budi nurani, obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara

    universal. Hukum alam dan hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan

    yang menjamin multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.

    Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam perwujudan

    Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup manusia (sangkan

    paraning dumadi, secara individual maupun sosial).

    Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang meliputi: Tuhan

    yang mahaesa dengan perwujudan nilai agama yang diwahyukan-Nya, alam semesta dengan

    berbagai unsur yang menjamin kehidupan setiap makhluk dalam antarhubungan yang

    harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi dirinya sendiri (kesehatan, kebahagiaan, etc.)

    beserta aneka kewajibannya. Cinta kepada keluarga dan sesama adalah kebahagiaan sosial dan

    psikologis yang tak ternilai. Demikian pula dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat

    manusia yang membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia menurut tempat dan

    zamannya.

  • Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan dengan

    berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau konsumen nilai yang bertanggung jawab

    atas norma-norma penggunaannya dalam kehidupan bersama sesamanya, manusia sebagai

    pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual maupun sosial (ia adalah subyek budaya).

    Man created everything from something to be something else, God created everything from

    nothing to be everything. Dalam keterbatasannya, manusia adalah prokreator bersama Allah.

    Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang dari hakikat

    manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat kebijaksanaan, tulus dan rendah

    hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan darma bakti, amal kebajikan bagi sesama.

    Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan nurani sehingga

    memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan yang mahaesa menurut agama dan

    kepercayaan masing-masing. Tuhan dan nilai agama secara filosofis bersifat metafisik,

    supernatural dan supranatural. Maka potensi martabat manusia yang luhur itu bersifat apriori:

    diciptakan Tuhan dengan identitas martabat yang unik: secara sadar mencintai keadilan dan

    kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Cinta kasih adalah produk manusia identitas utama akal

    budi dan nuraninya melalui sikap dan karyanya.

    Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap

    pendayagunaan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan. Hakikat kebenaran

    ialah cinta kasih, dan hakikat ketidakbenaran adalah kebencian (dalam aneka wujudnya:

    dendam, permusuhan, perang, etc.).

    Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya. Kesadaran berwujud dalam

    dunia indra, ilmu, filsafat (kebudayaan/ peradaban, etika dan nilai-nilai ideologis) maupun

    nilai-nilai supranatural.

  • G. Kesimpulan dan Saran

    Kita telah melihat dan membaca bahwa sebagai dasar Negara, kedudukan pancasila sebagai

    sumber segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum. Maka dari itu para petinggi Negara

    atau DPR, MPR, dan Presiden, tidak bisa membuat aturan hukum atau UUD sesuka mereka, dan kita

    sebagai warga Negara yang baik, harus berteguh hati, kalau Pancasila adalah sebagai dasar hidup kita,

    dan kita harus mengamalkan pancasila, seperti kita percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

    sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, mengakui persamaan derajat, persamaan hak,

    kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, agama, keturunan, warna kulit,

    mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, tidak boleh memaksakan kehendak kepada

    orang lain, dan mengembang sikap adil kepada sesama. Memang pengamalan pancasila sampai

    sekarang masi dalam proses, tapi dengan kesadaran dari setiap warga negara Indonesia, kepastian akan

    pengamalan pancasila pasti akan terwujud, sehingga kesejahteraan akan terjalin di negeri Indonesia

    tercinta ini.

    Dan Pancasila juga termasuk sistem fisafat, dan di uraikan menjadi 3 yaitu: Aspek Ontologis

    (penyelidikan hakikat dan keberadaan segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual,

    metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan Tuhan.), Aspek Epstomologis(menyelidiki

    sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu), Aspek Aksiologis (menyelidiki

    pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara kesemestaan).

  • F. REFERENSI.

    ___,2004,Sejarah Pancasila [online], (http://paskibraka2004.multiply.com/reviews/item/8)

    ___,2010,Pancasila Dasar Negara Indonesia [online], (http://pancasila.univpancasila.ac.id/?p=306)

    Suwarno, P.J.,___, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia.[online],

    (http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila)

    Ruhcitra,2008,Pancasila Sebagai Sistem Filsafat[online],

    (http://ruhcitra.wordpress.com/2008/12/16/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/)

    http://Penjelasan Pancasila sebagai sumber Nilai _ BOEGINESE.htm

    http://paskibraka2004.multiply.com/reviews/item/8http://pancasila.univpancasila.ac.id/?p=306http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila