11
102 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X SMAN 5 MERANGIN Eric W Yasdiananda ABSTRACT .This study begins with a lack of students behave assertively in the school environment. Assertiveness is a way to express what they see and what they want and express feelings of integrity, direct, and honest while maintaining the privacy and respect for others. The inability to behave assertively and the confidence of students also influence the ability to make adjustments to the environment, people who have a high assertiveness have low social anxiety so that they can express their opinions and feelings without harming others and theirself. Therefore, one who is capable to behave assertively and he was able to increase self-esteem. Study design used in this study is correlational. The sampling technique used in this study is purposive random sampling technique, How to quantitative data analysis in this study, are: 1) Test requirements include tests of normality and linearity test, and 2) test hypotheses using correlation techniques of Karl Pearson Product Moment. The results of these two variables correlation test showed a significant positive relationship between self-esteem and assertiveness that rxy = 0.618 and p = 0.000 (p <0.01). Based on these findings we can conclude the higher self-esteem in students, the higher the assertiveness, conversely the lower the self-esteem, the lower assertiveness in students. Keyword: self esteem, assertiveness, Product Moment correlation ABSTRAK. Penelitian ini diawali dengan kurangnya perilaku asertif siswa dalam lingkungan sekolah. Asertif adalah cara untuk mengekspresikan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka inginkan dan mengekspresikan perasaan integritas, langsung, dan jujur dengan tetap menjaga privasi dan menghormati orang lain. Ketidakmampuan untuk berperilaku asertif dan percaya diri siswa juga mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian terhadap lingkungan, orang yang memiliki ketegasan tinggi memiliki kecemasan sosial yang rendah sehingga mereka dapat mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka tanpa merugikan orang lain dan diri mereka. Oleh karena itu, orang yang mampu untuk berperilaku asertif, dapat juga meningkatkan harga diri. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel purposif

602-1130-1-SM copy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DDDD

Citation preview

Page 1: 602-1130-1-SM copy

102

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X SMAN 5 MERANGIN

Eric W Yasdiananda

ABSTRACT .This study begins with a lack of students behave assertively in the school

environment. Assertiveness is a way to express what they see and what they want and

express feelings of integrity, direct, and honest while maintaining the privacy and respect

for others. The inability to behave assertively and the confidence of students also

influence the ability to make adjustments to the environment, people who have a high

assertiveness have low social anxiety so that they can express their opinions and feelings

without harming others and theirself. Therefore, one who is capable to behave

assertively and he was able to increase self-esteem. Study design used in this study is

correlational. The sampling technique used in this study is purposive random sampling

technique, How to quantitative data analysis in this study, are: 1) Test requirements

include tests of normality and linearity test, and 2) test hypotheses using correlation

techniques of Karl Pearson Product Moment. The results of these two variables

correlation test showed a significant positive relationship between self-esteem and

assertiveness that rxy = 0.618 and p = 0.000 (p <0.01). Based on these findings we can

conclude the higher self-esteem in students, the higher the assertiveness, conversely the

lower the self-esteem, the lower assertiveness in students.

Keyword: self esteem, assertiveness, Product Moment correlation

ABSTRAK. Penelitian ini diawali dengan kurangnya perilaku asertif siswa dalam

lingkungan sekolah. Asertif adalah cara untuk mengekspresikan apa yang mereka lihat

dan apa yang mereka inginkan dan mengekspresikan perasaan integritas, langsung, dan

jujur dengan tetap menjaga privasi dan menghormati orang lain. Ketidakmampuan untuk

berperilaku asertif dan percaya diri siswa juga mempengaruhi kemampuan untuk

melakukan penyesuaian terhadap lingkungan, orang yang memiliki ketegasan tinggi

memiliki kecemasan sosial yang rendah sehingga mereka dapat mengekspresikan

pendapat dan perasaan mereka tanpa merugikan orang lain dan diri mereka. Oleh karena

itu, orang yang mampu untuk berperilaku asertif, dapat juga meningkatkan harga diri.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel purposif

Page 2: 602-1130-1-SM copy

103

random, Cara analisis data kuantitatif dalam penelitian ini, adalah: 1) persyaratan uji

meliputi uji normalitas dan uji linearitas, dan 2) uji hipotesis menggunakan teknik

korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Hasil kedua uji korelasi variabel

menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan ketegasan bahwa

rxy = 0,618 dan p = 0,000 (p <0,01). Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan

semakin tinggi harga diri pada siswa, semakin tinggi ketegasan, sebaliknya semakin

rendah harga diri, ketegasan rendah pada siswa.

Kata Kunci; self esteem, ketegasan, korelasi product moment

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan salah satu

indikator keberhasilan proses pendidikan

dapat dilihat dari proses belajar yang

diperoleh siswa, untuk mencapai

keberhasilan pendi-dikan tersebut banyak

faktor yang dapat mempengaruhinya

seperti proses belajar mengajar serta

faktor internal dari siswa itu sendiri.

Disamping hal itu terdapat, faktor lain

yang terkadang diabaikan yaitu masa

transisi (peralihan), seperti transisi dari

SMP ke SMA (Hapsari, 2006:6). Transisi

ini dianggap dapat menimbulkan masalah

bagi se-seorang karena transisi yang terjadi

tidak hanya mengenai peralihan tingkat

pendidikan tetapi juga peralihan dari masa

anak-anak ke remaja.

Peralihan dari SMP ke SMA pada

dasarnya hal ini adalah suatu pengalaman

yang normatif bagi semua orang namun

ternyata dapat menimbulkan masalah atau

stress. Transisi dari SMP ke SMA yaitu

suatu keadaan yang bergerak dari posisi

teratas (disekolah menengah pertama,

menjadi siswa yang paling tua dan paling

berkuasa disekolah) ke posisi yang

terendah (disekolah menengah atas,

menjadi siswa yang paling muda, paling

kecil bahkan paling lemah disekolah.

Masa remaja merupakan masa

perkembangan transisi antara masa anak-

anak dan masa dewasa yang mencakup

perubahan biologis, kognitif dan sosial-

emosional. Hal yang sangat menonjol pada

periode ini adalah kesadaran yang

mendalam mengenai diri (self), dimana

remaja mulai meyakini akan adanya

kemauan, potensi dan cita-cita. Remaja

memiliki pemikiran tentang siapakah

dirinya dan apa yang membuat diri remaja

tersebut berbeda dengan orang lain.

Kesadaran remaja yang mendalam

mengenai diri ini membuat remaja mampu

melakukan penilaian atau evaluasi

terhadap diri (Santrock, 2003:26).

Teman sebaya (peers) menurut

Santrock (2003:219) adalah remaja dengan

Page 3: 602-1130-1-SM copy

104

tingkat usia atau tingkat kematangan yang

sama. Sementara itu, kelompok teman

sebaya merupakan lingkungan sosial

pertama dimana remaja belajar untuk

hidup bersama orang lain yang bukan

anggota keluarganya. Teman sebaya

sangat besar pengaruhnya terhadap proses

sosialisasi selama masa remaja. Oleh

karena itu, sebelum memasuki masa

dewasa penting bagi remaja untuk me-

ngembangkan self esteemnya. Darajat

(1976:19) mengungkapkan bahwa self

esteem adalah kebutuhan dasar remaja.

Setiap remaja ingin merasakan akan

kebutuhan tentang keberadaanya yang

dapat mem-berikan perasaan bahwa

remaja berhasil, mampu dan berguna.

Penelitian Cohen (Hapsari, 2006:8)

menemukan bahwa seseorang yang

memiliki self esteem yang tinggi

cenderung lebih percaya diri dalam

hidupnya dibandingkan orang yang

mempunyai self esteem yang rendah.

Master dan Johnson (Ismail, 2005:13)

mengatakan self esteem berpengaruh

terhadap sikap seseorang terhadap

statusnya sebagai remaja. Seorang remaja

yang memiliki self esteem yang positif,

maka ia tidak akan terbawa godaan yang

banyak ditawarkan oleh lingkungan dan

dapat mengutarakan serta mengambil

sikap apa yang sebenarnya ingin

dilakukan, yang pada akhirnya akan

menghindari perilaku-perilaku negatif.

Nunally (Andriani dan Marini, 2005:48)

mengatakan bahwa penyebab para remaja

tersebut terjerumus ke hal-hal negatif,

salah satunya adalah karena kepribadian

yang lemah, seperti kurang bisa

mengekspresikan diri, menerima umpan

balik, me-nyampaikan kritik, menghargai

hak dan kewajiban, kurang bisa me-

ngendalikan emosi dan agresifitas serta

tidak dapat mengatasi masalah dan konflik

dengan baik.

Coopersmith (Ling&Dariyo,

2000:14) menjelaskan evaluasi terhadap

diri ini diantaranya adalah bagaimana

kebiasaan seseorang memandang dirinya

sendiri, terutama mengenai sikap

penerimaan diri dan beberapa besar

kepercayaan se-seorang terhadap

kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan

keberhargaan diri, sebagaimana di-

kemukakan oleh Coopersmith

(Ling&Dariyo, 2000:16) proses diri

seseorang melihat diri sendiri sebagai

seorang yang berharga dan berarti

mencerminkan self esteem yang dimiliki

oleh orang tersebut. Self esteem dapat

berkembang dengan baik karena seseorang

mendapatkan penerimaan, peng-hargaan,

dan perhatian yang cukup banyak dari

orang-orang yang memiliki pengaruh

terhadap dirinya. Munculnya

ketidakpercayaan ter-hadap kemampuan

yang dimiliki, perasaan kurang berharga

dan pesimis merupakan indikasi self

Page 4: 602-1130-1-SM copy

105

esteem yang rendah. Myers (Hapsari,

2006:8) menambahkan adanya peng-

hargaan diri yang rendah ini menyebabkan

munculnya perasaan inferioritas pada

remaja. Salah satu bentuk dari adanya

perasaan inferioritas ini diantaranya

perilaku yang tidak asertif.

Menurut Jay (2007:95), asertivitas

merupakan kemampuan untuk

mengkomunikasikan apa yang diinginkan

secara jujur, tidak menyakiti orang lain

dan menyakiti diri sendiri serta kita

mendapatkan apa yang kita inginkan.

Pengertian lain juga dinyatakan oleh

Alberti dan Emmons (2008:45), bahwa

asertivitas adalah suatu kemampuan untuk

mengkomunikasikan apa yang diinginkan,

dirasakan, dan dipikirkan kepada orang

lain namun dengan tetap menjaga dan

menghargai hak-hak serta perasaan pribadi

dan pihak lain.

Menurut Rathus (Rosita.H, 2008:9)

munculnya asertivitas pada remaja karena

adanya penghargaan diri (self esteem) yang

positif terhadap dirinya yang dapat

menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang

dilakukan itu sangat berharga dan apa

yang diharapkan oleh remaja dapat

dipenuhi dengan cara mengoptimalkan

kemampuan yang dimilikinya apabila

remaja tidak asertif justru tidak mampu

mengungkapkan pikiran, perasaan dan

keyakinan akan dirinya karena mereka

cenderung tidak mampu keluar dari

masalah mereka dan didalam dunia

pendidikan agar semua tujuan dapat

tercapai maka salah satu hal yang sangat

perlu dikembangkan terkait dengan self

esteem yang tinggi adalah asertivitas,

karena asertivitas selain merupakan salah

satu yang dapat mempengaruhi self esteem

individu juga me-rupakan karakteristik

penting yang dimiliki individu dengan self

esteem yang tinggi. Orang asertif

mengarah pada tujuan, jujur, terbuka,

penuh percaya diri. Asertivitas terkandung

perilaku kesanggupan ber-masyarakat,

berempati dan ber-komunikasi baik verbal

maupun non verbal. Individu yang

asertivitasnya tinggi sadar akan kelebihan-

kelebihan yang dimiliki dan memandang

kelebihan - kelebihan tersebut lebih

penting dari pada kelemahannya, begitu

pula se-baliknya. Terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi per-kembangan

asertivitas yaitu: jenis kelamin, harga diri,

kebudayaan, tingkat pendidikan, tipe

kepribadian dan situasi tertentu lingkungan

sekitar (Rosita. H, 2008:30).

Kasus dalam dunia pendidikan

adalah remaja yang tidak tegas atau takut

menolak teman yang ingin mencontek.

Biasanya siswa yang mengalami situasi

tersebut merasa takut, malu atau sungkan

mengemukakan keinginan atau

pendapatnya secara terbuka, tidak percaya

diri, takut dijauhi, dan disepelekan oleh

teman-teman (Rosita. H, 2007:8). Oleh

Page 5: 602-1130-1-SM copy

106

karena itu, remaja juga diharapkan dapat

memiliki Asertivitas dari proses belajar

dilingkungan barunya. Seperti yang

diungkapkan oleh Elliot dan Gramling

(dalam Adriani, 2005:14) bahwa seorang

remaja harus mampu bersikap asertif pada

diri sendiri maupun pada orang lain dan

pengalaman yang tidak menyenangkan

yang dialami siswa dapat menumbuhkan

penilaian yang rendah pada diri sebagai

akibat umpan balik yang bersifat negatif.

Jika hal ini terjadi secara berulang-ulang

maka dapat menyebabkan semangat

belajar siswa jadi ber-kurang dan

terjadinya penurunan prestasi.

Berdasarkan latar belakang dari

permasalahan dilakukan remaja di atas,

maka peneliti ingin melihat apakah

terdapat “hubungan antara self esteem

dengan asertivitas pada siswa kelas X

SMAN 5 Merangin”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini tergolong

penelitian kuantitatif. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif berjenis

korelasional. Menurut Yusuf (2005:84)

penelitian korelasional adalah suatu tipe

penelitian yang melihat hubungan antara

satu atau beberapa ubahan dengan satu

atau beberapa ubahan lain. Penelitian ini

dilakukan untuk melihat sejauh mana

variabel berhubungan dengan variabel lain.

Dalam penelitian yang dijadikan variable

X adalah self esteem sedangkan yang

dijadikan variabel Y adalah asertivitas.

Populasi adalah seluruh individu

yang dimaksudkan untuk diteliti, dan yang

nantinya akan dikenai generalisasi

(Winarsunu, 2002:12). Jenis penelitian

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

penelitian sampel, karena peneliti

bermaksud untuk meng-generalisasikan

hasil penelitian sampel dimana peneliti

mengangkat kesimpulan penelitian sebagai

suatu yang berlaku bagi populasi

(Arikunto, 2006:131). Jika jumlah

populasi lebih dari 100 maka jumlah

sampel yang akan diambil berkisar antara

10%-15% atau 20-25% dari jumlah

populasi (Arikunto, 2006:134).

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa Kelas X SMAN 5

Merangin, dimana keseluruhan berjumlah

122 siswa. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik sampel purposif random

yaitu dengan menetapkan sampel ber-

dasarkan tujuan dari penelitian yang

dipilih secara acak. Penarikan sampel

diambil secara seimbang berdasarkan

jumlah kelas X yang ada di sekolah

tersebut. Berdasarkan populasi dari

keseluruhan siswa adalah 122 Siswa maka

jumlah sampel yang akan diambil 20-25%

dari jumlah populasi adalah 30 orang

siswa Kelas X SMAN 5 Merangin.

Page 6: 602-1130-1-SM copy

107

Analisis data dilakukan secara

kuantitatif. Ada dua hal yang dilakukan

dalam cara analisis data kuantitatif pada

penelitian ini, yaitu 1) Uji prasyarat

meliputi uji normalitas dan uji linieritas,

dan 2) Uji hipotesis penelitian dengan

menggunakan teknik korelasi Product

Moment dari Karl Pearson.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Deskripsi data dalam penelitian ini

mencakup rerata empiris dan rerata

hipotetik penelitian. Rerata empiris dan

rerata hipotetik dalam penelitian diperoleh

melalui skala self esteem dan asertivitas

pada siswa kelas X SMAN 5 Merangin.

Tabel.1 Rerata Empiris dan Rerata Hipotetik Self Esteem dan Asertivitas

Variabel Skor Hipotetik Skor Empiris

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Self Esteem 28 112 70 14 54 98 69,36 11,53

Asertivitas 30 120 75 15 56 92 70,40 11,56

Rangkuman data penelitian diatas

digunakan untuk meng-kategorisasikan

self esteem dan asertivitas. Interval dalam

kategorisasi ditetapkan dalam 3 kelas.

Ketiga kelas tersebut mengacu pada

tingkat kecenderungan penyebaran data

pada setiap variabel.

Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat

dilihat bahwa siswa kelas X SMAN 5

Merangin memiliki self esteem yang

termasuk dalam kategori sedang, diantara

30 orang penelitian terdapat 24 orang

siswa atau 80,00% memiliki skor 56 ≤ X

< 84.

Tabel.2 Kategori Interpretasi Skor Skala Self Esteem dengan N = 30 orang

Standar Deviasi Kategorisasi Skor Jumlah

Subjek Persentase

X < (μ-1σ) Rendah X <56 2 6,67

(μ-1σ) ≤ X < (μ+1σ) Sedang 56≤ X <84 24 80,00

(μ+1σ) ≤ X Tinggi 84 ≤ X 4 13,33

Jumlah 30 100%

Page 7: 602-1130-1-SM copy

108

Tabel.3 Kategori Interpretasi Skor Skala Asertivitas dengan N = 30 orang

Standar deviasi Kategori Skor Jumlah

Subjek Persentase

X < (μ-1σ) Rendah X <60 9 30,00%

(μ-1σ) ≤ X < (μ+1σ) Sedang 60≤ X <90 19 63,33%

(μ+1σ) ≤ X Tinggi 90≤ X 2 6,67%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan kategori pada tabel 3,

maka subjek yang melakukan asertivitas

rendah sebanyak 9 orang (30,00%),

terdapat 19 orang yang melakukan

asertivitas sedang (63,33%), 2 orang yang

melakukan asertivitas tinggi (6,67%).

Hasil analisis dan perhitungan dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel.4 Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel Self Esteem dan Asertivitas

No Variabel SD Mean K-SZ Asymp. Sig (2-tailed)

Keterangan

1 Self Esteem 11,53 69,36 0,601 0,863 Normal

2 Asertivitas 11,56 70,40 0,868 0,438 Normal

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat

bahwa hasil dari uji normalitas sebaran

variabel self esteem di peroleh nilai K-SZ

sebesar 0,601 dan nilai Asymp. Sig (2-

tailed) sebesar 0,863. Variabel asertivitas

diperoleh nilai K-SZ sebesar 0,868 dan

nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,438.

Berdasarkan tabel tersebut, uji normalitas

menunjukan bahwa kedua variabel dalam

penelitian ini berdistribusi normal.

Tabel.5 Hasil Uji Linieritas Variabel Self Esteem dan Asertivitas (N = 30)

Variabel F – Linierity p Ket

Self Esteem dengan

Asertivitas 24,859 p=0,001 (p<0,05) Linier

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat

nilai linieritas pada self esteem dengan

asertivitas adalah sebesar F = 24,859 yang

memiliki p =0,001 (p<0,05) dengan

demikian dapat dikatakan bahwa self

Page 8: 602-1130-1-SM copy

109

esteem dan asertivitas dalam penelitian ini memiliki korelasi yang linier.

Tabel.6 Hasil Uji Hipotesis Variabel Self Esteem dengan Asertivitas (N = 30)

Koefisien Korelasi (r) P Keterangan

0,618 p=0,000 (p<0,01) Signifikan

Berdasarkan hasil analisis korelasi

tentang hubungan self esteem dengan

asertivitas diperoleh koefisien korelasi

sebesar r = 0,618 dengan p = 0,000 (p<

0,01) menandakan hipotesis diterima.

PEMBAHASAN

Hasil utama penelitian ini

menunjukkan bahwa hipotesa penelitian

mengenai adanya hubungan positif yang

signifikan antara self esteem dengan

asertivitas pada siswa kelas X SMAN 5

Merangin terbukti benar denganrxy =

0,618 dan p=0,000 (p<0,01). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi self

esteem pada siswa kelas X SMAN 5

Merangin, maka semakin tinggi atau

semakin baik asertivitas pada siswa kelas

X SMAN 5 Merangin. Hasil ini

menunjukan bahwa self esteem merupakan

salah satu sumber dalam diri individu yang

berguna untuk meningkatkan asertivitas

pada siswa tersebut.

Sebagaimana yang dikemu-kakan

oleh Lazzarus (Porpitasari, 2007:35)

bahwa pembentukan asertivitas tidak

terlepas dari pengaruh lingkungan tempat

tinggal, baik itu lingkungan keluarga

maupun lingkungan masyarakat sekitar.

Pada saat lingkungan memberikan

kesempatan bagi individu untuk

memunculkan asertivitasnya, maka

individu tersebut akan mampu

mengembangkan asertivitasnya begitu pula

sebaliknya. Selain itu asertivitas

merupakan tingkah laku yang dipelajari

individu dari lingkungan.

Hal ini sejalan penelitian yang

dilakukan oleh Trumbull (Sert,2003:73)

bahwa self esteem berpengaruh terhadap

munculnya asertivitas pada diri individu

karena samakin tinggi self esteempada

individu maka perilaku asertif akan

muncul dan sebaliknya apabila self esteem

pada individu rendah maka individu

tersebut cenderung tidak asertif. Selain itu,

hasil penelitian lain oleh Speirs (2006:11)

bahwa terdapat kesimpulan yang tidak

jauh berbeda yaitu terdapat ada hubungan

negatif antara asertivitas dengan perilaku

negatif, dimana apabila asertivitas tinggi

maka perilaku negatif akan rendah.

Penelitian senada juga diungkapkan oleh

Widawati, yang menemukan adanya

hubungan positif yang signifikan antara

self esteem dengan perilaku asertif.

Page 9: 602-1130-1-SM copy

110

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa walaupun self esteem pada siswa

berada dalam kategori sedang, dengan kata

lain self esteem yang terbanyak yang

dirasakan oleh siswa yaitu self values,

namun ketika menghadapi permasalahan,

kategori asertivitas yang dilakukan siswa

juga berada pada kategori sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa self esteem

mempengaruhi asertivitas pada siswa.

Orang yang asertif merasa bebas untuk

menyatakan diri terhadap orang lain, orang

tersebut mampu mengungkapkan perasaan,

pikiran dan keyakinan secara langsung,

jujur dan terbuka. Orang yang asertif

memiliki ciri mampu mengekspresikan

perasaan dengan baik pada semua orang

karena mempunyai rasa percaya diri yang

tinggi. Disamping itu orang yang asertif

menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan

diri tanpa mengesampingkan, menyakiti

atau-pun mengecilkan arti orang lain.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan terhadap siswa kelas X SMAN 5

Merangin, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut: (1). Secara umum self

esteemsiswa kelas X SMAN 5 Merangin

sebagian besar berada pada kategori

sedang. Hal ini dapat dikatakan bahwa

13,33% siswa memiliki tingkat self esteem

yang tinggi, 80% siswa memiliki tingkat

self esteem yang sedang dan 6,67% siswa

memiliki self esteem yang rendah. (2).

Asertivitas pada siswa kelas X SMAN 5

Merangin berada pada kategori sedang.

Hal ini dapat dilihat 63,33% siswa kelas X

SMAN 5 Merangin sebagian besar

memiliki tingkat asertivitas sedang, 6,67%

siswa memiliki tingkat asertivitas yang

tinggi dan 30% siswa memiliki tingkat

asertivitas rendah. (3). Terdapat hubungan

positif yang signifikan antara self esteem

dengan asertivitas pada siswa kelas X

SMAN 5 Merangin, dengan nilai korelasi

rxy = 0,618 dan p = 0,000 (p<0,01) yang

berarti semakin tinggi self esteem pada

siswa kelas X SMAN 5 Merangin, maka

semakin tinggi asertivitas pada diri siswa

tersebut.

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh

dari penelitian yang telah dilakukan,

berikut ini disampaikan beberapa saran

yang dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi pihak yang terkait: (1). Siswa,

diharapkan untuk terus dapat

mengembangkan diri untuk lebih asertif

dengan melatih dan membiasakan

dirisehingga perilaku tersebut dapat

diaplikasikan di lingkungan sekolah

maupun masyarakat. Perilaku asertif yang

dimiliki siswa akan memberikan dampak

yang sangat positif bagi siswa itu sendiri,

sehingga mereka akan lebih aktif, kreatif

Page 10: 602-1130-1-SM copy

111

dan inovatif. (2). Pihak sekolah,

Khususnya kepala sekolah dan guru

pembimbing disarankan dapat memberi

bimbingan kepada siswa bagaimana

menumbuhkan dan bersikap lebih asertif.

Salah satunya yaitu membantu siswa

dalam menyelesaikan permasalahan-

permasalahan siswa secara mandiri

terutama yang berhubungan dengan

asertivitas. (3). Penelitian selanjutnya,

diharapkan untuk dapat mengembangkan

pengetahuan tentang perilaku asertif dalam

ruang lingkup yang lebih luas, dan bisa

memberikan pelatihan-pelatihan tentang

asertivitas terhadap siswa di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN Alberti, Robert. and Emmons, Michael.

2008. Your Perfect Right: Assertiveness And Equality In Your Life And Relationship. Ninth Edition. California: Impact Publisher.

Andriani, Elvi dan Marini, Liza. 2005. “Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua.” Jurnal Psikologi (Vol 4 No. 2 Desember 2007). Hal: 46-51.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Daradjat, Z. 1976. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Dariyo & Ling. 2000. Psikologi Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara.

Hapsari, Ratna Maharani. 2006. Sumbangan Perilaku Asertif Terhadap Harga Diri Pada remaja. Jurnal psyche. Vol 5. Diakses pada tanggal 2 Januari 2012.dari http://psikologi.gunadarma.ac.id/library/jurnal/psychology/2007/4-13/pdf.

Ismail, 2005. Harga Diri dan Aktualisasi Diri dengan Partisipasi Mahasiswa Dalam Gerakan Sosial. Jurnal.(Vol 1 No 1 Desember 2005). Hal: 12-55.

Jay, Ross. 2007. How To Manage Your Boss (Bagaimana Menyikapi Bos

Anda)Membangun Kerja Yang Sempurna. Alih bahasa: Sigit Purwanto. Jakarta: Erlangga.

Porpitasari, Mustika, Desy. 2007. Pengaruh Kemampuan Asertif Terhadap Hubungan Interpersonal. Program SI UIN Malang.

Rosita, H. 2007. Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri. Jurnal fakultas psikologi universitas gunadarma. Diakses pada tanggal 7 Januari2012. http://www.gunadarma.ac.id/library/jurnalgraduate/psychology/2007/6-37/pdf.

Santrock, John W. 2003. Adolescence (PerkembanganRemaja). Alih bahasa: Shinto B. Adelar. Jakarta: Erlangga.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Sert, Adile Guslah. 2003. the effect of an assertiveness training on the assertiveness and self esteem level of 5th grade children.a thesis submitted to the graduate school of social sciences of middle east technical university. Department of Educa-tional Sciences.

Speirs, Andrew, Bridge. 2006. Validation and Reliability Analysis of the Health Assertiveness Scale in a

Page 11: 602-1130-1-SM copy

112

General Population. PSY32PYB Project Final Report.

Winarsunu, Tulus. 2002. Statistik dalam penelitian psikologi & pendidikan, Malang: UMM Press.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press