Upload
ggalanggjjoeharyy
View
221
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DDDD
Citation preview
102
HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X SMAN 5 MERANGIN
Eric W Yasdiananda
ABSTRACT .This study begins with a lack of students behave assertively in the school
environment. Assertiveness is a way to express what they see and what they want and
express feelings of integrity, direct, and honest while maintaining the privacy and respect
for others. The inability to behave assertively and the confidence of students also
influence the ability to make adjustments to the environment, people who have a high
assertiveness have low social anxiety so that they can express their opinions and feelings
without harming others and theirself. Therefore, one who is capable to behave
assertively and he was able to increase self-esteem. Study design used in this study is
correlational. The sampling technique used in this study is purposive random sampling
technique, How to quantitative data analysis in this study, are: 1) Test requirements
include tests of normality and linearity test, and 2) test hypotheses using correlation
techniques of Karl Pearson Product Moment. The results of these two variables
correlation test showed a significant positive relationship between self-esteem and
assertiveness that rxy = 0.618 and p = 0.000 (p <0.01). Based on these findings we can
conclude the higher self-esteem in students, the higher the assertiveness, conversely the
lower the self-esteem, the lower assertiveness in students.
Keyword: self esteem, assertiveness, Product Moment correlation
ABSTRAK. Penelitian ini diawali dengan kurangnya perilaku asertif siswa dalam
lingkungan sekolah. Asertif adalah cara untuk mengekspresikan apa yang mereka lihat
dan apa yang mereka inginkan dan mengekspresikan perasaan integritas, langsung, dan
jujur dengan tetap menjaga privasi dan menghormati orang lain. Ketidakmampuan untuk
berperilaku asertif dan percaya diri siswa juga mempengaruhi kemampuan untuk
melakukan penyesuaian terhadap lingkungan, orang yang memiliki ketegasan tinggi
memiliki kecemasan sosial yang rendah sehingga mereka dapat mengekspresikan
pendapat dan perasaan mereka tanpa merugikan orang lain dan diri mereka. Oleh karena
itu, orang yang mampu untuk berperilaku asertif, dapat juga meningkatkan harga diri.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel purposif
103
random, Cara analisis data kuantitatif dalam penelitian ini, adalah: 1) persyaratan uji
meliputi uji normalitas dan uji linearitas, dan 2) uji hipotesis menggunakan teknik
korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Hasil kedua uji korelasi variabel
menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan ketegasan bahwa
rxy = 0,618 dan p = 0,000 (p <0,01). Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan
semakin tinggi harga diri pada siswa, semakin tinggi ketegasan, sebaliknya semakin
rendah harga diri, ketegasan rendah pada siswa.
Kata Kunci; self esteem, ketegasan, korelasi product moment
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan salah satu
indikator keberhasilan proses pendidikan
dapat dilihat dari proses belajar yang
diperoleh siswa, untuk mencapai
keberhasilan pendi-dikan tersebut banyak
faktor yang dapat mempengaruhinya
seperti proses belajar mengajar serta
faktor internal dari siswa itu sendiri.
Disamping hal itu terdapat, faktor lain
yang terkadang diabaikan yaitu masa
transisi (peralihan), seperti transisi dari
SMP ke SMA (Hapsari, 2006:6). Transisi
ini dianggap dapat menimbulkan masalah
bagi se-seorang karena transisi yang terjadi
tidak hanya mengenai peralihan tingkat
pendidikan tetapi juga peralihan dari masa
anak-anak ke remaja.
Peralihan dari SMP ke SMA pada
dasarnya hal ini adalah suatu pengalaman
yang normatif bagi semua orang namun
ternyata dapat menimbulkan masalah atau
stress. Transisi dari SMP ke SMA yaitu
suatu keadaan yang bergerak dari posisi
teratas (disekolah menengah pertama,
menjadi siswa yang paling tua dan paling
berkuasa disekolah) ke posisi yang
terendah (disekolah menengah atas,
menjadi siswa yang paling muda, paling
kecil bahkan paling lemah disekolah.
Masa remaja merupakan masa
perkembangan transisi antara masa anak-
anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial-
emosional. Hal yang sangat menonjol pada
periode ini adalah kesadaran yang
mendalam mengenai diri (self), dimana
remaja mulai meyakini akan adanya
kemauan, potensi dan cita-cita. Remaja
memiliki pemikiran tentang siapakah
dirinya dan apa yang membuat diri remaja
tersebut berbeda dengan orang lain.
Kesadaran remaja yang mendalam
mengenai diri ini membuat remaja mampu
melakukan penilaian atau evaluasi
terhadap diri (Santrock, 2003:26).
Teman sebaya (peers) menurut
Santrock (2003:219) adalah remaja dengan
104
tingkat usia atau tingkat kematangan yang
sama. Sementara itu, kelompok teman
sebaya merupakan lingkungan sosial
pertama dimana remaja belajar untuk
hidup bersama orang lain yang bukan
anggota keluarganya. Teman sebaya
sangat besar pengaruhnya terhadap proses
sosialisasi selama masa remaja. Oleh
karena itu, sebelum memasuki masa
dewasa penting bagi remaja untuk me-
ngembangkan self esteemnya. Darajat
(1976:19) mengungkapkan bahwa self
esteem adalah kebutuhan dasar remaja.
Setiap remaja ingin merasakan akan
kebutuhan tentang keberadaanya yang
dapat mem-berikan perasaan bahwa
remaja berhasil, mampu dan berguna.
Penelitian Cohen (Hapsari, 2006:8)
menemukan bahwa seseorang yang
memiliki self esteem yang tinggi
cenderung lebih percaya diri dalam
hidupnya dibandingkan orang yang
mempunyai self esteem yang rendah.
Master dan Johnson (Ismail, 2005:13)
mengatakan self esteem berpengaruh
terhadap sikap seseorang terhadap
statusnya sebagai remaja. Seorang remaja
yang memiliki self esteem yang positif,
maka ia tidak akan terbawa godaan yang
banyak ditawarkan oleh lingkungan dan
dapat mengutarakan serta mengambil
sikap apa yang sebenarnya ingin
dilakukan, yang pada akhirnya akan
menghindari perilaku-perilaku negatif.
Nunally (Andriani dan Marini, 2005:48)
mengatakan bahwa penyebab para remaja
tersebut terjerumus ke hal-hal negatif,
salah satunya adalah karena kepribadian
yang lemah, seperti kurang bisa
mengekspresikan diri, menerima umpan
balik, me-nyampaikan kritik, menghargai
hak dan kewajiban, kurang bisa me-
ngendalikan emosi dan agresifitas serta
tidak dapat mengatasi masalah dan konflik
dengan baik.
Coopersmith (Ling&Dariyo,
2000:14) menjelaskan evaluasi terhadap
diri ini diantaranya adalah bagaimana
kebiasaan seseorang memandang dirinya
sendiri, terutama mengenai sikap
penerimaan diri dan beberapa besar
kepercayaan se-seorang terhadap
kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan
keberhargaan diri, sebagaimana di-
kemukakan oleh Coopersmith
(Ling&Dariyo, 2000:16) proses diri
seseorang melihat diri sendiri sebagai
seorang yang berharga dan berarti
mencerminkan self esteem yang dimiliki
oleh orang tersebut. Self esteem dapat
berkembang dengan baik karena seseorang
mendapatkan penerimaan, peng-hargaan,
dan perhatian yang cukup banyak dari
orang-orang yang memiliki pengaruh
terhadap dirinya. Munculnya
ketidakpercayaan ter-hadap kemampuan
yang dimiliki, perasaan kurang berharga
dan pesimis merupakan indikasi self
105
esteem yang rendah. Myers (Hapsari,
2006:8) menambahkan adanya peng-
hargaan diri yang rendah ini menyebabkan
munculnya perasaan inferioritas pada
remaja. Salah satu bentuk dari adanya
perasaan inferioritas ini diantaranya
perilaku yang tidak asertif.
Menurut Jay (2007:95), asertivitas
merupakan kemampuan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan
secara jujur, tidak menyakiti orang lain
dan menyakiti diri sendiri serta kita
mendapatkan apa yang kita inginkan.
Pengertian lain juga dinyatakan oleh
Alberti dan Emmons (2008:45), bahwa
asertivitas adalah suatu kemampuan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
dirasakan, dan dipikirkan kepada orang
lain namun dengan tetap menjaga dan
menghargai hak-hak serta perasaan pribadi
dan pihak lain.
Menurut Rathus (Rosita.H, 2008:9)
munculnya asertivitas pada remaja karena
adanya penghargaan diri (self esteem) yang
positif terhadap dirinya yang dapat
menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang
dilakukan itu sangat berharga dan apa
yang diharapkan oleh remaja dapat
dipenuhi dengan cara mengoptimalkan
kemampuan yang dimilikinya apabila
remaja tidak asertif justru tidak mampu
mengungkapkan pikiran, perasaan dan
keyakinan akan dirinya karena mereka
cenderung tidak mampu keluar dari
masalah mereka dan didalam dunia
pendidikan agar semua tujuan dapat
tercapai maka salah satu hal yang sangat
perlu dikembangkan terkait dengan self
esteem yang tinggi adalah asertivitas,
karena asertivitas selain merupakan salah
satu yang dapat mempengaruhi self esteem
individu juga me-rupakan karakteristik
penting yang dimiliki individu dengan self
esteem yang tinggi. Orang asertif
mengarah pada tujuan, jujur, terbuka,
penuh percaya diri. Asertivitas terkandung
perilaku kesanggupan ber-masyarakat,
berempati dan ber-komunikasi baik verbal
maupun non verbal. Individu yang
asertivitasnya tinggi sadar akan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki dan memandang
kelebihan - kelebihan tersebut lebih
penting dari pada kelemahannya, begitu
pula se-baliknya. Terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi per-kembangan
asertivitas yaitu: jenis kelamin, harga diri,
kebudayaan, tingkat pendidikan, tipe
kepribadian dan situasi tertentu lingkungan
sekitar (Rosita. H, 2008:30).
Kasus dalam dunia pendidikan
adalah remaja yang tidak tegas atau takut
menolak teman yang ingin mencontek.
Biasanya siswa yang mengalami situasi
tersebut merasa takut, malu atau sungkan
mengemukakan keinginan atau
pendapatnya secara terbuka, tidak percaya
diri, takut dijauhi, dan disepelekan oleh
teman-teman (Rosita. H, 2007:8). Oleh
106
karena itu, remaja juga diharapkan dapat
memiliki Asertivitas dari proses belajar
dilingkungan barunya. Seperti yang
diungkapkan oleh Elliot dan Gramling
(dalam Adriani, 2005:14) bahwa seorang
remaja harus mampu bersikap asertif pada
diri sendiri maupun pada orang lain dan
pengalaman yang tidak menyenangkan
yang dialami siswa dapat menumbuhkan
penilaian yang rendah pada diri sebagai
akibat umpan balik yang bersifat negatif.
Jika hal ini terjadi secara berulang-ulang
maka dapat menyebabkan semangat
belajar siswa jadi ber-kurang dan
terjadinya penurunan prestasi.
Berdasarkan latar belakang dari
permasalahan dilakukan remaja di atas,
maka peneliti ingin melihat apakah
terdapat “hubungan antara self esteem
dengan asertivitas pada siswa kelas X
SMAN 5 Merangin”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini tergolong
penelitian kuantitatif. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif berjenis
korelasional. Menurut Yusuf (2005:84)
penelitian korelasional adalah suatu tipe
penelitian yang melihat hubungan antara
satu atau beberapa ubahan dengan satu
atau beberapa ubahan lain. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana
variabel berhubungan dengan variabel lain.
Dalam penelitian yang dijadikan variable
X adalah self esteem sedangkan yang
dijadikan variabel Y adalah asertivitas.
Populasi adalah seluruh individu
yang dimaksudkan untuk diteliti, dan yang
nantinya akan dikenai generalisasi
(Winarsunu, 2002:12). Jenis penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian sampel, karena peneliti
bermaksud untuk meng-generalisasikan
hasil penelitian sampel dimana peneliti
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai
suatu yang berlaku bagi populasi
(Arikunto, 2006:131). Jika jumlah
populasi lebih dari 100 maka jumlah
sampel yang akan diambil berkisar antara
10%-15% atau 20-25% dari jumlah
populasi (Arikunto, 2006:134).
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa Kelas X SMAN 5
Merangin, dimana keseluruhan berjumlah
122 siswa. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik sampel purposif random
yaitu dengan menetapkan sampel ber-
dasarkan tujuan dari penelitian yang
dipilih secara acak. Penarikan sampel
diambil secara seimbang berdasarkan
jumlah kelas X yang ada di sekolah
tersebut. Berdasarkan populasi dari
keseluruhan siswa adalah 122 Siswa maka
jumlah sampel yang akan diambil 20-25%
dari jumlah populasi adalah 30 orang
siswa Kelas X SMAN 5 Merangin.
107
Analisis data dilakukan secara
kuantitatif. Ada dua hal yang dilakukan
dalam cara analisis data kuantitatif pada
penelitian ini, yaitu 1) Uji prasyarat
meliputi uji normalitas dan uji linieritas,
dan 2) Uji hipotesis penelitian dengan
menggunakan teknik korelasi Product
Moment dari Karl Pearson.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Deskripsi data dalam penelitian ini
mencakup rerata empiris dan rerata
hipotetik penelitian. Rerata empiris dan
rerata hipotetik dalam penelitian diperoleh
melalui skala self esteem dan asertivitas
pada siswa kelas X SMAN 5 Merangin.
Tabel.1 Rerata Empiris dan Rerata Hipotetik Self Esteem dan Asertivitas
Variabel Skor Hipotetik Skor Empiris
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Self Esteem 28 112 70 14 54 98 69,36 11,53
Asertivitas 30 120 75 15 56 92 70,40 11,56
Rangkuman data penelitian diatas
digunakan untuk meng-kategorisasikan
self esteem dan asertivitas. Interval dalam
kategorisasi ditetapkan dalam 3 kelas.
Ketiga kelas tersebut mengacu pada
tingkat kecenderungan penyebaran data
pada setiap variabel.
Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat
dilihat bahwa siswa kelas X SMAN 5
Merangin memiliki self esteem yang
termasuk dalam kategori sedang, diantara
30 orang penelitian terdapat 24 orang
siswa atau 80,00% memiliki skor 56 ≤ X
< 84.
Tabel.2 Kategori Interpretasi Skor Skala Self Esteem dengan N = 30 orang
Standar Deviasi Kategorisasi Skor Jumlah
Subjek Persentase
X < (μ-1σ) Rendah X <56 2 6,67
(μ-1σ) ≤ X < (μ+1σ) Sedang 56≤ X <84 24 80,00
(μ+1σ) ≤ X Tinggi 84 ≤ X 4 13,33
Jumlah 30 100%
108
Tabel.3 Kategori Interpretasi Skor Skala Asertivitas dengan N = 30 orang
Standar deviasi Kategori Skor Jumlah
Subjek Persentase
X < (μ-1σ) Rendah X <60 9 30,00%
(μ-1σ) ≤ X < (μ+1σ) Sedang 60≤ X <90 19 63,33%
(μ+1σ) ≤ X Tinggi 90≤ X 2 6,67%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan kategori pada tabel 3,
maka subjek yang melakukan asertivitas
rendah sebanyak 9 orang (30,00%),
terdapat 19 orang yang melakukan
asertivitas sedang (63,33%), 2 orang yang
melakukan asertivitas tinggi (6,67%).
Hasil analisis dan perhitungan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel.4 Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel Self Esteem dan Asertivitas
No Variabel SD Mean K-SZ Asymp. Sig (2-tailed)
Keterangan
1 Self Esteem 11,53 69,36 0,601 0,863 Normal
2 Asertivitas 11,56 70,40 0,868 0,438 Normal
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat
bahwa hasil dari uji normalitas sebaran
variabel self esteem di peroleh nilai K-SZ
sebesar 0,601 dan nilai Asymp. Sig (2-
tailed) sebesar 0,863. Variabel asertivitas
diperoleh nilai K-SZ sebesar 0,868 dan
nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,438.
Berdasarkan tabel tersebut, uji normalitas
menunjukan bahwa kedua variabel dalam
penelitian ini berdistribusi normal.
Tabel.5 Hasil Uji Linieritas Variabel Self Esteem dan Asertivitas (N = 30)
Variabel F – Linierity p Ket
Self Esteem dengan
Asertivitas 24,859 p=0,001 (p<0,05) Linier
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat
nilai linieritas pada self esteem dengan
asertivitas adalah sebesar F = 24,859 yang
memiliki p =0,001 (p<0,05) dengan
demikian dapat dikatakan bahwa self
109
esteem dan asertivitas dalam penelitian ini memiliki korelasi yang linier.
Tabel.6 Hasil Uji Hipotesis Variabel Self Esteem dengan Asertivitas (N = 30)
Koefisien Korelasi (r) P Keterangan
0,618 p=0,000 (p<0,01) Signifikan
Berdasarkan hasil analisis korelasi
tentang hubungan self esteem dengan
asertivitas diperoleh koefisien korelasi
sebesar r = 0,618 dengan p = 0,000 (p<
0,01) menandakan hipotesis diterima.
PEMBAHASAN
Hasil utama penelitian ini
menunjukkan bahwa hipotesa penelitian
mengenai adanya hubungan positif yang
signifikan antara self esteem dengan
asertivitas pada siswa kelas X SMAN 5
Merangin terbukti benar denganrxy =
0,618 dan p=0,000 (p<0,01). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi self
esteem pada siswa kelas X SMAN 5
Merangin, maka semakin tinggi atau
semakin baik asertivitas pada siswa kelas
X SMAN 5 Merangin. Hasil ini
menunjukan bahwa self esteem merupakan
salah satu sumber dalam diri individu yang
berguna untuk meningkatkan asertivitas
pada siswa tersebut.
Sebagaimana yang dikemu-kakan
oleh Lazzarus (Porpitasari, 2007:35)
bahwa pembentukan asertivitas tidak
terlepas dari pengaruh lingkungan tempat
tinggal, baik itu lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat sekitar.
Pada saat lingkungan memberikan
kesempatan bagi individu untuk
memunculkan asertivitasnya, maka
individu tersebut akan mampu
mengembangkan asertivitasnya begitu pula
sebaliknya. Selain itu asertivitas
merupakan tingkah laku yang dipelajari
individu dari lingkungan.
Hal ini sejalan penelitian yang
dilakukan oleh Trumbull (Sert,2003:73)
bahwa self esteem berpengaruh terhadap
munculnya asertivitas pada diri individu
karena samakin tinggi self esteempada
individu maka perilaku asertif akan
muncul dan sebaliknya apabila self esteem
pada individu rendah maka individu
tersebut cenderung tidak asertif. Selain itu,
hasil penelitian lain oleh Speirs (2006:11)
bahwa terdapat kesimpulan yang tidak
jauh berbeda yaitu terdapat ada hubungan
negatif antara asertivitas dengan perilaku
negatif, dimana apabila asertivitas tinggi
maka perilaku negatif akan rendah.
Penelitian senada juga diungkapkan oleh
Widawati, yang menemukan adanya
hubungan positif yang signifikan antara
self esteem dengan perilaku asertif.
110
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa walaupun self esteem pada siswa
berada dalam kategori sedang, dengan kata
lain self esteem yang terbanyak yang
dirasakan oleh siswa yaitu self values,
namun ketika menghadapi permasalahan,
kategori asertivitas yang dilakukan siswa
juga berada pada kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa self esteem
mempengaruhi asertivitas pada siswa.
Orang yang asertif merasa bebas untuk
menyatakan diri terhadap orang lain, orang
tersebut mampu mengungkapkan perasaan,
pikiran dan keyakinan secara langsung,
jujur dan terbuka. Orang yang asertif
memiliki ciri mampu mengekspresikan
perasaan dengan baik pada semua orang
karena mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi. Disamping itu orang yang asertif
menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan
diri tanpa mengesampingkan, menyakiti
atau-pun mengecilkan arti orang lain.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan terhadap siswa kelas X SMAN 5
Merangin, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: (1). Secara umum self
esteemsiswa kelas X SMAN 5 Merangin
sebagian besar berada pada kategori
sedang. Hal ini dapat dikatakan bahwa
13,33% siswa memiliki tingkat self esteem
yang tinggi, 80% siswa memiliki tingkat
self esteem yang sedang dan 6,67% siswa
memiliki self esteem yang rendah. (2).
Asertivitas pada siswa kelas X SMAN 5
Merangin berada pada kategori sedang.
Hal ini dapat dilihat 63,33% siswa kelas X
SMAN 5 Merangin sebagian besar
memiliki tingkat asertivitas sedang, 6,67%
siswa memiliki tingkat asertivitas yang
tinggi dan 30% siswa memiliki tingkat
asertivitas rendah. (3). Terdapat hubungan
positif yang signifikan antara self esteem
dengan asertivitas pada siswa kelas X
SMAN 5 Merangin, dengan nilai korelasi
rxy = 0,618 dan p = 0,000 (p<0,01) yang
berarti semakin tinggi self esteem pada
siswa kelas X SMAN 5 Merangin, maka
semakin tinggi asertivitas pada diri siswa
tersebut.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dari penelitian yang telah dilakukan,
berikut ini disampaikan beberapa saran
yang dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi pihak yang terkait: (1). Siswa,
diharapkan untuk terus dapat
mengembangkan diri untuk lebih asertif
dengan melatih dan membiasakan
dirisehingga perilaku tersebut dapat
diaplikasikan di lingkungan sekolah
maupun masyarakat. Perilaku asertif yang
dimiliki siswa akan memberikan dampak
yang sangat positif bagi siswa itu sendiri,
sehingga mereka akan lebih aktif, kreatif
111
dan inovatif. (2). Pihak sekolah,
Khususnya kepala sekolah dan guru
pembimbing disarankan dapat memberi
bimbingan kepada siswa bagaimana
menumbuhkan dan bersikap lebih asertif.
Salah satunya yaitu membantu siswa
dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan siswa secara mandiri
terutama yang berhubungan dengan
asertivitas. (3). Penelitian selanjutnya,
diharapkan untuk dapat mengembangkan
pengetahuan tentang perilaku asertif dalam
ruang lingkup yang lebih luas, dan bisa
memberikan pelatihan-pelatihan tentang
asertivitas terhadap siswa di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN Alberti, Robert. and Emmons, Michael.
2008. Your Perfect Right: Assertiveness And Equality In Your Life And Relationship. Ninth Edition. California: Impact Publisher.
Andriani, Elvi dan Marini, Liza. 2005. “Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua.” Jurnal Psikologi (Vol 4 No. 2 Desember 2007). Hal: 46-51.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Z. 1976. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Dariyo & Ling. 2000. Psikologi Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara.
Hapsari, Ratna Maharani. 2006. Sumbangan Perilaku Asertif Terhadap Harga Diri Pada remaja. Jurnal psyche. Vol 5. Diakses pada tanggal 2 Januari 2012.dari http://psikologi.gunadarma.ac.id/library/jurnal/psychology/2007/4-13/pdf.
Ismail, 2005. Harga Diri dan Aktualisasi Diri dengan Partisipasi Mahasiswa Dalam Gerakan Sosial. Jurnal.(Vol 1 No 1 Desember 2005). Hal: 12-55.
Jay, Ross. 2007. How To Manage Your Boss (Bagaimana Menyikapi Bos
Anda)Membangun Kerja Yang Sempurna. Alih bahasa: Sigit Purwanto. Jakarta: Erlangga.
Porpitasari, Mustika, Desy. 2007. Pengaruh Kemampuan Asertif Terhadap Hubungan Interpersonal. Program SI UIN Malang.
Rosita, H. 2007. Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri. Jurnal fakultas psikologi universitas gunadarma. Diakses pada tanggal 7 Januari2012. http://www.gunadarma.ac.id/library/jurnalgraduate/psychology/2007/6-37/pdf.
Santrock, John W. 2003. Adolescence (PerkembanganRemaja). Alih bahasa: Shinto B. Adelar. Jakarta: Erlangga.
Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Sert, Adile Guslah. 2003. the effect of an assertiveness training on the assertiveness and self esteem level of 5th grade children.a thesis submitted to the graduate school of social sciences of middle east technical university. Department of Educa-tional Sciences.
Speirs, Andrew, Bridge. 2006. Validation and Reliability Analysis of the Health Assertiveness Scale in a
112
General Population. PSY32PYB Project Final Report.
Winarsunu, Tulus. 2002. Statistik dalam penelitian psikologi & pendidikan, Malang: UMM Press.
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press