10
PENDAHULUAN Wegener’s granulomatosis adalah penyakit vaskulitis nekrosis yang dihubungkan dengan peradangan pada pembuluh darah, bentukan lengkap dari penyakit ini ditandai dengan manifrestasi ke teling, hidung dan tenggorokan. 1 Penyakit ini adalah penyakit sistemik dengan vaskulitis dan granuloma dengan penyebab utama yang belum diketahui pasti, diperkirakan disebabkan oleh penyakit autoimun dan infeksi tapi belum terbukti secara pasti. 4 Wegener’s granulomatosis pertama kali dijelaskan oleh ahli patologi jerman bernama frederick wegener pada tahun 1931. adalah penyakit yang jarang ditemukan, tetapi dapat berakibat fatal apabila tidak diterapi dengan tepat. Prevalensi dari penyakit ini diperkirakan sekitar 24/1000.000 orang dan menyerang populasi di semua umur. 1,3 1

53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

PENDAHULUAN

Wegener’s granulomatosis adalah penyakit vaskulitis nekrosis yang

dihubungkan dengan peradangan pada pembuluh darah, bentukan lengkap dari penyakit

ini ditandai dengan manifrestasi ke teling, hidung dan tenggorokan.1 Penyakit ini adalah

penyakit sistemik dengan vaskulitis dan granuloma dengan penyebab utama yang belum

diketahui pasti, diperkirakan disebabkan oleh penyakit autoimun dan infeksi tapi belum

terbukti secara pasti.4

Wegener’s granulomatosis pertama kali dijelaskan oleh ahli patologi jerman

bernama frederick wegener pada tahun 1931. adalah penyakit yang jarang ditemukan,

tetapi dapat berakibat fatal apabila tidak diterapi dengan tepat. Prevalensi dari penyakit

ini diperkirakan sekitar 24/1000.000 orang dan menyerang populasi di semua umur.1,3

1

Page 2: 53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Granulomatosis Wegener adalah penyakit sistemik yang didefinisikan dengan

peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), ginjal (glomerulonefritis) dan

saluran pernapasan bagian atas dan bawah (sinus, hidung, trakea, dan paru-paru).

Selain menyebabkan nekrosis reaksi inflamasi tersebut sering menyebabkan

bentukan granuloma yang aseptik.2,3

B. Prevalensi

Granulomatosis wegener paling sering menyerang individu pada umur dekade

keempat atau keempat. Bagaimanapun juga penyakit ini dapat menyerang

seseorang di setiap usia (usia 5-91 tahun). Dengan sekitar 15% menyerang populasi

dengan usia sebelum 20 tahun. Granulomatosis wegener menyerang baik pria atau

wanita. Penyakit ini lebih sering menyerang ras kaukasia (97%) dan jarang terjadi

pada ras afrika (2%).3

C. Etiologi

Penyebab dari granulomatosis wegener belum diketahui secara pasti, akan tetapi

diperkirakan disebabkan oleh reaksi autoimun atau infeksi, tetapi belum terbukti

secara jelas.4

D. Patofisiologi

Patofisiologi dari granulomatosis wegener belum diketahui secara lengkap.

Ditemukannya ANCA (anti-neutrophil cytoplasmic antibodies) menunjukkan

antibodi patogenik tersebut dapat telibat secara langsung pada peradangan

pembuluh darah. Dibawah pengaruh antigen yang tidak diketahi dan beberapa

sitokin (TNF-α dan IL-1β), neutrofil mengekspresikan sitoplasma protease 3 (PR-3)

pada permukaan selnya. Mengawali dari produksi antibodi anti PR-3 atau disebut

ANCA, diikuti dengan melekatnya leukosit dan monosit ke pembuluh darah melalui

mekanisme adhesi molekul yang diinduksi sitokin. Dibawah pengaruh sitokin-

sitokin dan ANCA, reactive oxygen species dilepaskan dan mempengaruhi

kerusakan dari pembuluh darah dan ANCA juga menyerang secara langsung dari

pembuluh darah, kemudian terjadi trombosis pembuluh darah. Pembentukan

2

Page 3: 53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

granuloma terbentuk secara sekunder dan membutuhkan input dari subpopulasi

limfosit, Dimana mekanisme yang jelas belum dapat diuraikan. Sebagai tambahan,

menyesuaikan dengan stadium dari penyakit, terkonsentrasinya masing-masing

elemen vaskulitis dan granuloma dapat bervariasi. Terkadang yang lebih dominan

vaskulitis, yang lain dominan dalam bentuk granuloma.1

E. Tanda dan gejala

Gejala yang sering muncul pada granulomatosis wegener adalah rinore yang

persisten, sekret hidung yang purulent atau berdarah, ulkus pada hidung atau mulut,

myalgia, nyeri sinus, nyeri ketika menderang atau kehilangan penderangan, stridor,

dan batuk darah

Pada pemeriksaan fisik rinoskopi anterior dapat terlihat massa polipoid yang telah

ulserasi di bagian posterior lubang hidung dan membesar ke arah nasofaring. Massa

tersebut ditutupi eksudat putih

F. Manifestasi Klinis

Pasien biasanya datang dengan riwayat dari malaise yang progresif, demam,

penurunan berat badan dan perasaan tidak nyaman yang tidak jelas,. Pada hidung

sering membengkak, mukosa berinflamasi dengan menghasilkan obstruksi dan

krusta yang berisi darah. Dimana dapat terjadi desktruksi dari septum dengan

karakteristik kerusakan dari batang hidung.4

3

Page 4: 53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

G. Diagnosis

Diagnosis dari granulomatosis wegener memerlukan bukti adanya inflamasi yang

menyerang pembuluh darah, ginjal atau traktus respiratorius. Karena banyaknya

variabel yang diperhatikan, biasanya sering menghambat dari diagnosis hingga 1-2

tahun. Granulomatosis wegener harus dibedakan dengan penyakit penyebab

vaskulitis lainnya. Biopsi positif dari organ yang terlibat (misalnya sinus, ginjal

atau paru-paru) mengkonfirmasi diagnosis dari granulomatosis wegener.3

Gambaran histopatologi dari granulomatosis wegener adalah nekrosis iskemik dari

pembuluh darah berukuran kecil dan kadang-kadang pembuluh darah berukuran

sedang, dengan pembentukan dari abses non-mikrobial dan granuloma polimorfik

yang berisi sel leukosit PMN, limfosit dan multinucleated giant cell. Tidak ada

tanda-tanda dari keganasan dan sel limfoid atipikal yang terlihat.1,3

Idealnya anti-neutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA) sudah seharusnya

dikerjakan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan penyebaran dari penyakit. Titer

antibodi ini untuk diagnosis granulomatosis wegener memiliki spesifisitas yang

tinggi, yaitu 90% dan tingkat sensitifitasnya 50 hingga 100% tergantung

penyebaran dari penyakit. Urinalisis digunakan untuk skreening keterlibatan ginjal

dan rontgen thorak apabila dicurigai keterlibatan dari paru-paru.2,3

H. Komplikasi

Komplikasi dari granulomatosis wegener’s dapat mengenai seluruh organ karena

bersifat sistemik tetapi yang sering terjadi antara lain ke organ ke hidung paru-paru,

dan ginjal. 23

Komplikasi ke hidung antara lain dapat muncul deformitas dan hidung plana akibat

pembentukan granuloma dan nekrosis yang terjadi. Komplikasi ke paru-paru adalah

psudotumor, nodul multipel, efusi pleura dan yang paling berat Acute Respiratory

Distress Syndrom yang diakibatkan perdarahan pada alveolar. Komplikasi pada

ginjal adalah glomerulonefritis yang dimana dapat menyebabkan protenuria,

hematuria hingga gagal ginjal.13

I. Penatalaksanaan

Tujuan terapi dari pasien dengan granulomatosis wegener adalah mengkontrol dari

reaksi inflamasi yang menyerang tubuh, terapi yang diberikan adalah terdiri dari

4

Page 5: 53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

kombinasi kortikosteroid (misalnya metil prednison) dan obat-obatan

imunosupresan lainnya seperti cyclophospamide, methrotrexate atau azathioprine.3

Infus imunoglobulin dan pergantian plasma juga diberikan, pemberian antibiotik

diberikan apabila dicurigai ada infeksi sekunder, pada penyakit ini diagnosis yang

dini dan tepat dan pengawasan pasien yang cermat akan memberikan prognosis

pasien yang lebih baik, karena penyakit ini dalam beberapa bentuk dapat

mengancam nyawa pasien secara signifikan.4

5

Page 6: 53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

RINGKASAN

Granulomatosis wegener adalah penyakit sistemik yang menyebabkan peradangan dan

nekrosis pada pembuluh darah, penyakit ini sering menyerang sinus, hidung, ginjal dan

paru-paru. penyakit ini belum diketahui penyebab pastinya tapi diperkirakan disebabkan

oleh mekanisme imunologik dan infeksi, selain menyebabkan nekrosis reaksi inflamasi

tersebut sering menyebabkan bentukan granuloma yang aseptik

Patofisiologi dari granulomatosis wegener adalah terpaparnya neutrofil plasma oleh

antigen sehingga neutrofil membentuk PR-3 dipermukaan selnya dan kemudian

membentuk ANCA yang dimana akan mengekspresikan sitokin sehingga terbentuk

reaksi imunologis yang menyebabkan nekrosis pembuluh darah, ANCA juga dapat

menyerang langsung ke pembuluh darah. Gambaran histopatologi dari granulomatosis

wegener adalah nekrosis pembuluh darah kecil dan kapiler dengan pembentukan dari

abses non-mikrobial dan granuloma polimorfik yang berisi sel leukosit PMN, limfosit

dan multinucleated giant cell.

Penyebab dari granulomatosis wegener belum diketahui secara pasti, akan tetapi

diperkirakan disebabkan oleh reaksi autoimun atau infeksi, tetapi belum terbukti secara

jelas. Manifestasi klinis yang muncul biasanya tidak spesifik seperti riwayat dari rasa

malaise yang progresif, demam, penurunan berat badan dan perasaan tidak nyaman

yang tidak jelas. Pada hidung sering membengkak, mukosa berinflamasi dengan

menghasilkan obstruksi dan krusta yang berisi darah.

Diagnosis dari wegener granulomatosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

histopatologi dan titer antibodi sitoplasma antineutrofil (ANCA). terapi yang diberikan

adalah terdiri dari kombinasi kortikosteroid (misalnya metil prednison) dan obat-obatan

imunosupresan lainnya seperti cyclophospamide, methrotrexate atau azathioprine

6

Page 7: 53728318-Wegener’s-granulomatosis.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Guillevin, Loic and Mahr Alfred. (2002). Wegener’s Granulomatosis. Orphanet

Encyclopedia. Available From : www.orpha.net/data/patho/gb/uk-wg.pdf. Last

Acessed 2 February 2011.

2. Gupta, Arun and Subhash Bhardwaj. (1999). Wegener’s Granulomatosis Presenting

As Nasal Polyp. J&K Science 1999, 1(2), 26-28.

3. Ursea, R; Nussenblatt RB; Buggage RR. (2003). Wegener’s Granulomatosis. The

American Uveitis Society. Available From : www.wgaassociation.org. Last

Acessed 2 February 2011.

4. Snow, JB and Ballenger JJ. (2003). Ballenger’s Otorhinolaryngology Head And

Neck Surgery 6th Edition. Elsivier Science Asia : Singapore.

7