Upload
ismayna
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
40 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
ABSTRACT
KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN ZOOPLANKTON DI KOLAM JORONG BARUTAMA GRESTON KECAMATAN JORONG
KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh : Sri Eva Nulya, Asri Lestari, St Wahidah Arsyad
The pond of Jorong Barutama Greston, then in abbreviated the JBG pond is a water area which yet to use as a place of fish expanding. Zooplankton is animal plankton which has actively move because its movement tool, where its live as one of the natural foods for water organism especially fish. The purpose of this research is to find out the species, the variety, and the abundance of zooplankton in the JBG pond at the Swarangan village of Jorong district of Tanah Laut regency. This research using descriptive eksplorative method with observation technic. This research using in the JBG pond opproximately 48 point of observation which its distance is 25 metres each point. For taking sample is using net plankton number 25. The data analysis is based on species, nilai penting (NP) and indeks keanekaragaman (H'). The result of the research obtained 18 kinds of zooplankton, namely, Euglypha aspera, Brachionus ulcerialis, Difflugia sp (1), Philodina rotifer, Sida crystallina, Daphnia pulex, Philodina roseola, Difflugia sp (2), Cyclops sp, Lembadion sp, Pompholix sulcata, Awerintzewia cyclostoma, Frontonia leucas, Nebela sp, Euglypha leavis, Difflugia lobosa, Bosmina longilotris, and Pleuroxus sp. Indeks keanekaragaman (H') indicates score 1,418 which contain of moderate various category. Zooplankton which has a highest abudance, that is Difflugia sp (1) approximately 53,01 and alowest Frontonia leucas approximately 4,42.
Keywords: various, abundance, zooplankton, JBG pond.
41 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Pendahuluan
Kolam Jorong Barutama Greston selanjutnya disingkat menjadi kolam
JBG terletak di Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut.
Kolam JBG ini termasuk perairan tawar yang lentik atau lentis (tenang).
Berdasarkan informasi masyarakat dan pekerja, selama ini belum ada
tindakan atau langkah-langkah ke arah pemanfaatan kolam sebagai tempat
pembudidayaan ikan, khususnya ikan air tawar. Jika kolam tersebut akan
dimanfaatkan sebagai tempat pembudidayaan ikan air tawar maka terlebih
dahulu perlu diketahui potensi yang ada di kolam tersebut, berkaitan dengan
keberadaan pakan alami bagi ikan yaitu plankton, khususnya zooplankton.
Menurut Effendie (1978) besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara
lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Umumnya makanan yang
pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya
adalah plankton yang bersel tunggal dan berukuran kecil.
Air kolam JBG pada musim kemarau tidak mengalami kekeringan
sehingga dimanfaatkan oleh perusahaan Jorong Barutama Greston untuk
penyemprotan jalan dan masyarakat setempat memanfaatkan air kolam
tersebut untuk keperluan sehari-hari misalnya air minum, memasak dan
mencuci. Sedangkan pada musim hujan air kolam tidak dimanfaatkan oleh
masyarakat karena kebutuhan air telah terpenuhi. Kolam JBG sampai saat ini
belum dimanfaatkan sebagai tempat pembudidayaan ikan air tawar, hal ini
disebabkan masyarakat khawatir terhadap kegagalan dalam pembudidayaan
ikan.
Kolam merupakan habitat organisme dalam kehidupannya, antara lain
jasad renik yaitu plankton. Menurut Nontji (1987) kemampuan potensial dari
suatu perairan untuk menghasilkan suatu sumber daya perairan ditentukan
oleh produktivitas fitoplankton. Fitoplankton mampu menghasilkan zat-zat
organik yang diperlukan oleh makhluk hidup yang lain dalam hal ini yaitu
zooplankton. Walaupun berukuran mikroskopis peranan zooplankton dan
42 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
fitoplankton sangat besar terhadap suatu perairan, yaitu sebagai makanan
alami bagi ikan maupun organisme lain yang mengkonsumsinya. Oleh karena
itu, ketersediaan zooplankton dalam suatu habitat perairan juga sangat
menentukan kehidupan ikan yang ada di perairan tersebut, dimana
zooplankton merupakan salah satu komponen rantai makanan yang ada di
perairan tersebut.
Plankton adalah jasad-jasad renik yang melayang dalam air, tidak
bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus (Sachlan, 1972).
Menurut Djarijah (Wahyunie, 2006) plankton ada yang bergerak aktif seperti
hewan umumnya, tetapi ada juga yang melakukan fotosintesis seperti halnya
tumbuhan darat. Jenis plankton yang bergerak aktif disebut zooplankton
(plankton hewani), sedangkan jenis plankton yang bisa melakukan asimilasi
disebut fitoplankton (plankton nabati). Kemampuan gerak plankton, kalau
ada, sangat terbatas hingga selalu terbawa oleh arus (Nontji, 1987)
Zooplankton ditemukan pada semua kedalaman air karena adanya
flagel sehingga mereka memiliki kekuatan untuk bergerak yang meskipun
lemah, membantunya naik ke atas dan ke bawah (Michael, 1995). Menurut
Hutabarat & Evans (1986) zooplankton sebenarnya termasuk golongan
hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada
beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka sangat kecil jika
dibandingkan dengan gerakan arus itu sendiri. Menurut Hasymi (1986)
sebagian besar zooplankton di perairan bergerak vertikal setiap hari, mereka
bergerak ke permukaan pada malam hari dan ke arah dasar siang hari.
Pergerakan zooplankton tersebut dipengaruhi oleh cahaya.
Penelitian tentang zooplankton yang terdapat pada kolam buatan juga
telah dilaporkan dalam penelitian sebelumnya. Wahyunie (2006) melaporkan
pada tambak udang CV. Surya Alam Tunggal Desa Tabanio Kecamatan
Takisung Kabupaten Tanah Laut terdapat 14 spesies zooplankton. Pada
tambak yang belum berisi udang ditemukan 5 spesies zooplankton yaitu
43 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Brachionusplicatilis, Calanus tenuicornis, Tintinnopsis lobiancoi, Evadne
tergestina, dan Nauplius sp yang termasuk dalam class Crustaceae, Rotifera,
dan Ciliata. Sedangkan pada tambak yang sudah berisi udang ditemukan 10
spesies zooplankton yaitu Calanus tenuicornis, Brachionus urceolaris, Nerita
alb icilla, Zanclea sessilis, Harmathoeimbricata, Clausocalanus arcuicornis,
Balanus amphitrite, Macrosetella gracilis, Asterina pectinifera, dan Leptodora
sp yang termasuk dalam class Crustaceae, Rotifera, Ciliata, Gastropoda,
Hydrozoa, Polychaeta, dan Asteroidea. Selain itu penelitian serupa juga
dilaporkan oleh Marlina (2008), pada kolam JBG ada 16 jenis fitoplankton
yaitu class Chlorophyceae terdiri atas Bambusina brebissonii, Clostriopsis
longissima Lammermann, Mougeotia jochalge, Zygnema insigne (Hassall)
Kutzing, Spirogyra ionia, Bambusina sp, Mougeotia pilosum, Gloeocystis
gigas dan Gonatozygon monotaenium, class Bacillariohyceae terdiri atas
Navicula radiosa, Navicula transitans, Melosira varians, Tabellaria tenestrata,
Fragilaria capucina dan class Xantophyceae terdiri atas Tribonema sp dan
Tribonema bombycinium. Kerapatan yang tertinggi diduduki oleh Clostriopsis
longissima Lammerman yaitu 69024,239 ind/l dan yang terendah pada
Fragillaria crotonensis yaitu 165,870 ind/l. Indeks diversitas fitoplankton
menunjukkan angka 1,470 yang termasuk kedalam kategori “sedang
melimpah”
Penyelidikan pendahuluan dengan menggunakan plankton net no. 25
di kolam JBG ditemukan berbagai jenis zooplankton yang telah diidentifikasi
berasal dari kelompok filum Arthropoda dan Rotifera contohnya Cyclops sp
dan Phillodina sp. Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan uji
pendahuluan untuk mengetahui layak tidaknya kolam tersebut sebagai
tempat pembudidayaan ikan. Salah satu langkah tersebut adalah dengan
pengukuran parameter biotik air yaitu tersedianya makanan alami, dalam hal
ini adalah zooplankton, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui
keanekaragaman dan kemelimpahan zooplankton yang terdapat pada kolam
44 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Jorong Barutama Greston Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten
Tanah Laut.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
eksploratif dengan teknik pengambilan sampel secara teknik observasi yaitu
pengamatan langsung ke lapangan dan pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan di kolam JBG Desa Swarangan
Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Pengamatan dilakukan di
Laboratorium Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin. Penelitian
ini dilaksanakan selama kurang lebih 12 bulan, yaitu mulai Januari sampai
dengan Desember 2008 dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan.
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei 2008.
Populasi penelitian ini adalah semua zooplankton yang terdapat di
kolam JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut.
Sampel penelitian ini adalah semua zooplankton yang tertangkap oleh
plankton net nomor 25 Pengambilan sampel dilakukan pada 48 titik sampel
dengan pengulangan sebanyak 2 kali.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air kolam
JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut, sampel
zooplankton dan yodium lugol sebagai bahan pengawet zooplankton.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plankton net nomor 25
untuk menangkap zooplankton, pipet tetes digunakan untuk mengambil
sampel dari wadah sementara, botol sampel untuk menyimpan air sample,
kertas label untuk memberi nama sampel yang diambil, tabel kerja dan alat
tulis untuk mencatat hasil pengamatan di lapangan, secchi desk untuk
mengukur kecerahan air dengan satuan cm, termometer untuk mengukur
suhu air dengan satuan ºC, pH meter untuk mengukur pH, DO meter untuk
mengukur kandungan oksigen terlarut di dalam air dengan satuan mg/L, lux
45 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
meter untuk mengukur intensitas cahaya dengan satuan Lux, rol meter untuk
mengukur jarak titik sampel, mikroskop untuk mengamati dan menghitung
zooplankton, kaca benda dan kaca penutup digunakan untuk mengamati dan
menghitung jumlah plankton, dan kamera digital untuk dokumentasi.
Prosedur penelitian ini melalui 2 tahap yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi melakukan observasi lokasi
penelitian, mengurus surat ijin penelitian, dan mempersiapkan alat serta
bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Sedangkan tahap
pelaksanaan meliputi:
1) Menentukan titik-titik sampel secara sistematis pada kolam yang dibagi
dengan 4 stasiun pengamatan yaitu 2 di bagian tepi dan 2 di bagian
tengah.
2) Setiap stasiun dibuat titik-titik pengamatan di jarak 25 meter, sehingga
jumlah titik atau sampel pengamatan 4 x 12 titik sampel = 48 titik sampel
(Lampiran 2).
3) Mengukur parameter lingkungan pengamatan meliputi kecerahan air,
intensitas cahaya, suhu air, pH air dan oksigen terlarut (lampiran 8 dan 9).
Sedangkan pengamatan padatan terlarut (TDS), Nitrit (NO2) dan Timbal
(Pb) dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Banjarmasin.
4) Mengambil sampel air dari dasar kolam sampai ke permukaan air dengan
menggunakan plankton net nomor 25, kemudian diperoleh volume air
sebanyak 50 ml. Hasil penyaringan ditampung dalam botol sampel, lalu
ditetesi larutan yodium lugol sebanyak 3 tetes dan memberi label.
5) Melakukan pengamatan zooplankton dilakukan di Laboratorium
Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin. Pengamatan
zooplankton dengan cara sebagai berikut: sebelum diambil untuk diamati,
sampel terlebih dahulu dikocok sehingga homogen, kemudian diteteskan
sebanyak 1 ml pada kaca benda yang sudah dimodifikasi dan ditutup
dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop.
46 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Pengamatan terhadap zooplankton dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap
sampel.
6) Melakukan perhitungan jumlah setiap jenis zooplankton dengan
menggunakan kaca benda yang sudah dimodifikasi dengan volume 1 ml
di bawah mikroskop yang dilihat dengan perbesaran 10x40 seluas bidang
pandang, dimulai dari sebelah kanan lalu digeser sampai ke tepi, lalu
diteruskan ke bagian bawah sambil digeser sampai semua zooplankton
yang tampak dapat dihitung.
7) Melakukan pemotretan zooplankton yang ditemukan dengan
menggunakan kamera digital.
8) Mengidentifikasi jenis zooplankton yang ditemukan dengan mengacu
pada pustaka dan divalidasi oleh Dra. Asri Lestari, M. Pd.
9) Mentabulasi data yang didapatkan dari hasil perhitungan zooplankton
pada kaca benda.
Analisis Data
a. Mengidentifikasi Zooplankton
Untuk mengidentifikasi zooplankton mengacu pada buku Fresh Water
Biology (Edmondsond, 1995), Kunci Identifikasi Zooplankton (Hutabarat &
Evans, 1986), buku-buku lain yang relevan dan situs internet, dan validasi
oleh Dra. Asri Lestari, M. Pd.
b. Jumlah Individu Per Jenis Per Satuan Liter
Untuk menghitung jumlah individu per jenis persatuan liter digunakan
rumus berdasarkan Greenbreg, dkk (1987) dengan rumus, yaitu:
C x V'
No =
Vc x Vw
47 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Keterangan:
No = Jumlah individu per jenis
C = Jumlah organisme yang dihitung
V' = Volume contoh konsentrat
Vc = Volume yang dihitung
Vw = Volume sampel keseluruhan
c. Kemelimpahan Zooplankton
Untuk kemelimpahan zooplankton digunakan nilai penting yang
mengacu pada Soerianegara dan Indrawan (1978) dengan rumus:
Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu spesies
Total cuplikan
Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan suatu spesies x 100%
Kerapatan seluruh spesies
Frekuensi (F) = Jumlah titik ditempati suatu spesies
Jumlah seluruh cuplikan
Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi sutu spesies x 100%
Frekuensi seluruh spesies
Nilai Penting (NP) = KR + FR
d. Keanekaragaman Zooplankton
Untuk mengetahui keanekaragaman zooplankton digunakan indeks
keanekaragaman dari Shannon-Wiener dalam Michael (1995) dengan rumus
48 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
H' = - ∑ Pi ln Pi, dimana Pi = ni/N
Keterangan:
H' = Indeks keanekaragaman
ni = Banyaknya individu satu jenis
N = Jumlah total individu
Pi = Kemelimpahan proporsional
Kategori untuk indeks keanekaragaman:
H'<1, indeks keanekaragaman rendah
H'1-3, indeks keanekaragaman sedang
H'>3, indeks keanekaragaman tinggi.
Hasil Penelitian 1. Jenis Zooplankton
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
zooplankton di kolam JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten
Tanah Laut telah ditemukan 18 jenis zooplankton. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Jenis-jenis zooplankton yang ditemukan di kolam JBG Desa Swarangan
Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut.
No. Filum Class Ordo Familia Genus Spesies 1.
Protozoa
Lobosa Testacealobosa
Nebelidae Awerintzewia Awerintzewia cyclostoma
2. Nebela Nebela sp 3.
Difflugidae Difflugia
Difflugia sp (1)
4. Difflugia sp (2)
5. Diflugia lobosa
6.
Filosa Testaceafilosa Euglyphidae Euglypha
Euglypha leavis
7. Euglypha aspera
8. Ciliophora Ciliata Holotrichida Frontoniidae Lembadion Lembadion sp
49 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
9. Frontonia Frontonia leucas
10.
Arthropoda Crustacea
Cladocera
Sididae Sida Sida crystalina
11. Daphnidae Daphnia Daphnia pulex
12. Bosminidae Bosmina Bosmina longilotris
13. - Chydoridae Pleuroxus Pleuroxus sp 14. - Cyclopoida Cyclops Cyclops sp 15.
Rotifera
Monogononta Ploima Brachionidae Branchionus Brachionus
ulcerialis 16. Fluscolariaceae Testudinellidae Pompholyx Pompholyx
sulcata 17.
Bdelloidea Bdeloida Philodinidae Philodina
Philodina rotifer
18. Philodina roseola
2. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Zooplankton
Hasil pengamatan jenis zooplankton yang terdapat di kolam JBG Desa
Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut dan hasil perhitungan
dari data yang diperoleh dapat diketahui besarnya keanekaragaman dan
kemelimpahan zooplankton dapat dilihat dari nilai penting (NP) dan H'. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Keanekaragaman dan kemelimpahan zooplankton yang ditemukan di kolam
JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut.
No Spesies
Jumlah individ
u Kerapata
n KR Frekuensi FR NP H' (/liter)
1 Euglypha aspera 37.1 0.77 1.09 0.77 6.96 8.05 0.03
7
2 Brachionus ulcerialis 940.3 19.59 27.6
5 1.00 9.02 36.6
7 0.31
6
3 Difflugia sp (1) 1495.9 31.17 43.9
9 1.00 9.02 53.0
1 0.36
2
4 Philodina rotifer 398.2 8.30 11.7
1 0.79 7.14 18.8
5 0.20
4
5 Sida cyistallina 147.3 3.07 4.33 0.77 6.96 11.2
9 0.10
5
6 Daphnia pulex 21.2 0.44 0.62 0.52 4.70 5.32 0.02
3
50 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
7 Philodina roseola 14.4 0.30 0.42 0.46 4.14 4.56 0.01
7
8 Difflugia sp (2) 32.3 0.67 0.95 0.65 5.83 6.78 0.03
3
9 Cyclops sp 39.5 0.82 1.16 0.54 4.89 6.05 0.03
9
10 Lembadion sp 34.7 0.72 1.02 0.54 4.89 5.91 0.03
5
11 Pompholix sulcata 29.4 0.61 0.86 0.56 5.08 5.94 0.03
1
12 Awerintzewia cyclostoma 25.5 0.53 0.75 0.48 4.32 5.07
0.027
13 Frontonia leucas 22.6 0.47 0.67 0.42 3.76 4.42 0.02
5
14 Nebela sp 22.6 0.47 0.67 0.50 4.51 5.18 0.02
5
15 Euglypha leavis 56.3 1.17 1.66 0.67 6.02 7.67 0.05
1
16 Difflugia lobosa 23.6 0.49 0.69 0.44 3.95 4.64 0.02
6
17 Bosmina longilotris 31.3 0.65 0.92 0.46 4.14 5.06 0.03
2
18 Pleuroxus sp 28.4 0.59 0.84 0.52 4.70 5.53 0.03
0
Jumlah 3400.643 70.847 100.00 11.083 100.00 200.00 1.41
8
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa untuk kemelimpahan
terbesar pada daerah pengamatan yang dilihat dari Nilai Penting tertinggi
adalah Difflugia sp (1) dan Brachionus ulcerialis yaitu masing-masing sebesar
53,01 dan 36,67. Sedangkan jenis yang memiliki nilai penting terkecil adalah
Frontonia leucas yaitu sebesar 4,42.
Hasil pengukuran terhadap kondisi lingkungan pada kawasan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Hasil pengukuran parameter lingkungan dan kandungan kualitas air pada
kolam JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut
No Parameter Rerata Baku Mutu 1. Suhu air (ºC) 25,54 20-30** 2. pH air 6,70 6-9*** 3. Oksigen terlarut (mg/L) 5,44 >3***
51 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
4. Intensitas cahaya (Lux) 5761,04 - 5. Kedalaman (cm) 306,23 - 6. Kecerahan air (cm) 40,19 - 7. TDS* 65,7 1000*** 8. Nitrit (NO2)* <0,002 0,06*** 9. Timbal (Pb)* 0,02885 0,3***
Keterangan = * Analisis dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Banjarmasin ** Asmawi (1986) *** PP No.20 Tahun 1990, air golongan C (untuk perikanan dan peternakan)
Pembahasan
1. Jenis-jenis Zooplankton
Plankton merupakan makhluk yang melayang di air dan
pergerakannya tergantung pada arus. Terdapat beberapa zooplankton yang
bergerak aktif, hal ini dikarenakan adanya alat gerak berupa flagel ataupun
silia.
Berdasarkan hasil penelitian dan identifikasi sampel zooplankton pada
kolam JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut
didapatkan 18 jenis zooplankton yaitu Euglypha aspera, Brachionus ulcerialis,
Difflugia sp (1), Philodina rotifer, Sida crystallina, Daphnia pulex, Philodina
roseola, Difflugia sp (2), Cyclops sp, Lembadion sp, Pompholix sulcata,
Awerintzewia cyclostoma, Frontonia leucas, Nebela sp, Euglypha leavis,
Difflugia lobosa, Bosmina longilotris, dan Pleuroxus sp yang terdiri dari 4 filum
yaitu Protozoa, Ciliophora, Arthropoda, dan Rotifera; 6 class yaitu Lobosa,
Filosa, Crustacea, Ciliata, Monogononta dan Bdelloidea; 7 ordo yaitu
Testacealobosa, Testaceafilosa, Cladocera, Holotrichida, Ploima,
Fluscolariaceae, dan Bdeloida; dan 12 familia yaitu Nebelidae, Difflugidae,
Euglyphidae, Sididae, Daphnidae, Bosminidae, Chydoridae, Frontoniidae,
Brachionidae, Testudinellidae, dan Philodinidae.
Keberadaan zooplankton dalam perairan sangat erat kaitannya
dengan kelangsungan hidup organisme yang terdapat di perairan tersebut.
Keterkaitan ini dikarenakan selain fitoplankton, zooplankton merupakan salah
52 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
satu makanan ikan ataupun organisme lain yang ada di perairan tersebut.
Zooplankton ditemukan pada semua kedalaman air karena adanya flagel
sehingga mereka memiliki kekuatan untuk bergerak yang meskipun lemah,
membantunya naik ke atas dan ke bawah (Michael, 1995).
2. Keanekaragaman Zooplankton
Untuk menentukan keanekaragaman zooplankton yang terdapat pada
kolam JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut
dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman (H'). Berdasarkan hasil
perhitungan dan analisa data indeks keanekaragaman yang terdapat pada
Tabel 2 sebesar 1,418. Fachrul (2007) mengatakan bahwa kriteria indeks
keragaman (H') 1,418 masih termasuk di antara 1-3. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa kondisi kolam JBG masih dalam tingkat cukup bersih karena
masih memungkinkan keanekaragaman sedang untuk biota perairan
terutama zooplankton. Sementara itu, keberadaan fitoplankton sebagai
produsen juga sangat mempengaruhi tingkat keberadaan zooplankton
sebagai konsumen pemakan fitoplankton. Dalam hal ini, penelitian
fitoplankton yeng telah dilakukan oleh Marlina (2008) juga menunjukkan nilai
keanekaragaman sedang.
Nilai indeks keanekaragaman termasuk sedang bagi zooplankton yang
terdapat pada kolam JBG, diduga disebabkan oleh dukungan faktor
lingkungan dan kandungan kualitas air yang terdapat pada kolam JBG
tersebut. Menurut Michael (1995) sebagai pelarut yang baik, di dalam air
mengandung zat-zat kimia yang terlarut di dalamnya dan digunakan oleh
organisme perairan dalam berbagai aktivitas metabolik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3 Hasil pengukuran fakor lingkungan dan kandungan
kualitas air tersebut akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut.
Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan
organisme, keperluan oksigen terlarut dan penguraian di perairan. Setiap
53 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
organisme memiliki batasan atau kisaran suhu yang berbeda-beda. Peranan
suhu sangat penting karena banyaknya biota intoleran terhadap suhu tinggi
dan rendah. Suhu air berdasarkan pengukuran parameter lingkungan
menunjukkan rerata 25,54 ºC. Suhu tersebut masih dapat dikatakan sesuai
dengan kehidupan organisme air termasuk zooplankton yang terdapat di
kolam JBG ini. Menurut Asmawi (1986) secara umum suhu optimum bagi
perkembangan plankton adalah 20ºC sampai dengan 30ºC.
Nilai pH air hasil pengukuran di kolam JBG reratanya adalah 6,70.
Menurut Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 pH air yang baik untuk
perikanan berkisar antara 6-9. Selaras dengan hal tersebut, Asmawi (1986)
juga berpendapat bahwa pH cukup menentukan dalam penilaian kelayakan
untuk ikan dan organisme akuatik lainnya, dan perairan yang produktif
memilki pH antara 6,5 - 7,5. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada
kolam JBG ini memiliki pH air yang masih dalam kisaran pH perairan yang
produktif. Selain itu Kolam JBG juga memiliki pH yang ideal untuk kehidupan
zooplankton.
Rerata kecerahan perairan pada kolam JBG adalah 40,19 cm.
Kecerahan menunjukkan adanya kemampuan intensitas cahaya matahari
menembus suatu perairan. Penetrasi cahaya sering dihalangi oleh zat yang
terlarut dalam air, kekeruhan terutama yang disebabkan oleh lumpur serta
partikel-partikel yang mudah mengendap sehingga cahaya matahari yang
masuk ke dalam perairan menjadi berkurang (Odum, 1998). Sedangkan
intensitas cahaya di kolam JBG reratanya adalah 5761,04 Lux. Intensitas
cahaya bagi plankton berpengaruh terhadap proses fotosintesis khususnya
pada fitoplankton. Fitoplankton merupakan rantai utama dan sangat penting
bagi keberadaan zooplankton.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar oksigen terlarut yang terdapat
pada kolam JBG diperoleh rerata 5,44 mg/L. Oksigen di dalam perairan
diperoleh dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton. Berdasarkan Peraturan
54 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Pemerintah No.20 Tahun 1990 tentang air golongan C (untuk perikanan dan
peternakan), kadar oksigen terlarut disyaratkan lebih dari 3 mg/L. Menurut
Hammer (Anonim, 2008s) kandungan oksigen terlarut dalam perairan
mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya sehingga dapat
menimbulkan kompetisi untuk memperoleh oksigen guna kebutuhan
respirasinya. Kompetisi umumnya terjadi antara makhluk atau biota yang
berada dalam sistem interaksi, bagi organisme yang lemah akan punah,
sebaliknya yang menang akan berkembang. Kompetisi akan menimbulkan
toleransi yang merupakan interaksi antara biota dengan faktor lingkungan
(Odum, 1993).
Padatan terlarut merupakan salah satu faktor pembatas yang
mempengaruhi kecerahan, dalam hal ini padatan terlarut dapat mengurangi
cahaya yang masuk ke dalam air. Berdasarkan hasil pengukuran kandungan
padatan terlarut yang dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan
Banjarmasin diperoleh nilai kandungan 6,57 mg/L. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.20 Tahun 1990 tentang air golongan C (untuk perikanan dan
peternakan), kadar maksimum bagi padatan terlarut adalah 1000 mg/L. Jika
kandungan padatan terlarut terlalu tinggi maka akan mengurangi atau
menghalangi penetrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga dapat
menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton serta tumbuhan air lainnya.
Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air
sehingga dapat berakibat menurunnya produktivitas perairan (Anonim,
2008s). Sama halnya dengan padatan terlarut, pengukuran kandungan Nitrit
dan Pb juga dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Banjar masin. Hasil
pengukuran kandungan Nitrit yaitu <0,002 mg/L dan kandungan Pb rerata
adalah 0,02885 mg/L. Dan berdasarkan baku mutunya menurut Peraturan
Pemerintah No.20 Tahun 1990 tentang air golongan C (untuk perikanan dan
peternakan), kadar maksimum bagi kandungan Nitrit dan Pb diperairan
adalah masing-masing sebesar 0,06 mg/L dan 0,3 mg/L. Dengan demikian
55 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
kandungan padatan terlarut, Nitrit dan Pb yang terdapat pada perairan kolam
JBG masih dalam kadar yang dapat di toleransi oleh organisme perairan,
khususnya zooplankton.
3. Kemelimpahan Zooplankton
Untuk menentukan kemelimpahan zooplankton yang terdapat pada
kolam JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut ini
dapat dilihat dari nilai penting (NP) yang ditentukan oleh kerapatan individu
per liter dan frekuensi kemunculannya. Berdasarkan Tabel 2 dapat dketahui
bahwa zooplankton yang memiliki nilai penting tertinggi adalah Difflugia sp (1)
yaitu sebesar 53,01. Jenis ini juga memiliki kerapatan dan frekuensi tertinggi
dibandingkan jenis lainnya. Hal ini diduga karena jenis ini memiliki jumlah
yang terbesar dan penyebaran yang luas di area penelitian. Hal ini tentunya
didukung oleh tempat hidup yang baik serta sesuai dengan kebutuhan jenis
ini dimana faktor fisika dan kimia perairan sangat mempengaruhi dan
mendukung keberadaannya serta makanan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya berupa fitoplankton sehingga keberadaannya lebih besar.
Selain itu perkembangbiakan dengan membelah diri secara cepat
serta didukung oleh sumber daya yang cocok bagi kehidupannya menjadikan
Difflugia sp (1) mampu menduduki nilai penting tertinggi. Hal ini sesuai
karena Difflugia sp (1) termasuk ke dalam class Lobosa dari filum Protozoa,
yang mana jenis-jenis zooplankton yang ditemukan pada kolam JBG ini
kebanyakan termasuk ke dalam filum tersebut. Menurut Anonim (2009)
Protozoa merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan
reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif). Jika kondisi
lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan
membentuk membran tebal dan kuat yang disebut kista. Menurut
Edmondsond (1995) Difflugia sp (1) memiliki pseudopodia lobosa yaitu
56 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
pseudopodia yang tebal sehinga dapat dengan kuat menangkap
makanannya.
Jenis zooplankton dengan kemelimpahan terendah yaitu Frontonia
leucas dengan nilai penting sebesar 4,42. Hal tersebut menandakan bahwa
jenis ini kurang mampu berkembang biak dengan baik yang disebabkan
faktor pendukung kehidupannya kurang sesuai, sehingga memiliki jumlah
yang paling sedikit dibandingkan dengan jenis lainnya. Selain itu, menurut
Edmondsond (1995) jenis ini termasuk dalam class Ciliata yang memiliki alat
gerak berupa silia yang sederhana dan kurang aktif, sehingga jenis ini kurang
bisa bergerak aktif untuk mendapatkan makanannya.
Dalam penelitian ini ada zooplankton yang memiliki kemelimpahan
tinggi dan ada yang memiliki kemelimpahan rendah, dimana perbedaan
kemampuan penyebaran antarjenis tersebut sangat erat kaitannya dengan
faktor lingkungan dan kemampuan beradaptasi suatu jenis dengan
lingkungannya. Jenis yang mempunyai kemampuan beradaptasi tinggi akan
terus berkembang dan pada akhirnya akan melimpah keberadaannya,
sedangkan yang kurang sesuai akan sedikit populasinya. Selain itu
keberadaan dan kemelimpahan jenis lainnya menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan kolam JBG merupakan habitat yang masih dapat ditoleransi untuk
kehidupan zooplankton meskipun dengan kemampuan beradaptasi yang
terbatas. Seperti yang dijelaskan oleh Sastrawijaya (1991) bahwa plankton
dapat hidup di perairan dengan kerapatan yang berbeda akibat adanya
kemampuan mentoleransi kondisi lingkungan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Jenis zooplankton yang terdapat pada kolam JBG Desa Swarangan
Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut terdiri atas 18 jenis, yaitu
57 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Euglypha aspera, Brachionus ulcerialis, Difflugia sp (1), Philodina rotifer,
Sida crystalina, Daphnia pulex, Philodina roseola, Difflugia sp (2), Cyclops
sp, Lembadion sp, Pompholix sulcata, Awerintzewia cyclostoma,
Frontonia leucas Nebela sp, Euglypha leavis, Difflugia lobosa, Bosmina
longilotris, dan Pleuroxus sp.
(2) Keanekaragaman yang terdapat pada kolam JBG Desa Swarangan
Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut adalah sedang yaitu sebesar
1,418.
(3) Zooplankton yang memiliki kemelimpahan tertinggi adalah Difflugia sp (1)
yaitu dengan NP sebesar 53,01 dan kemelimpahan terendah adalah
Frontonia leucas yaitu dengan NP sebesar 4,42.
Saran (1) Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengelolaan kualitas air
pada kolam JBG Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah
Laut untuk upaya pembudidayaan ikan air tawar.
(2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap jenis-jenis zooplankton
yang masih memiliki nama jenis “sp” sehingga jenis tersebut memiliki
nama jenis yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Peraturan Pemerintah No. 20 Tentang Standar Kualitas Air di Perairan Umum. http://www.kualitas air.html. Diakses tanggal 27 Januari 2009.
. 2000. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut tentang Kecamatan Jorong dalam Angka BPS, Tanah Laut.
.2009.http://kambing.ui.edu/bebas/v12/sponsor/SponsorPendam Ping/Pra-weda/Biologi/0015%20Bio%201-4a.htm
58 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Asmawi. 1986. Manajemen Kualitas Air. Fakultas Perikanan Unlam. Banjarmasin.
Barnes. Robert D. 1987. Invertebrate Zoolagy. Fifth Edition. Saunders
Collage Publishing. Gettysburg Collage. Pennsylvania. Edmondson, W.T. 1995. Fresh Water Biology. Second Edition. New York.
London Sydney. Effendie, Moch. Ichsan. 1978. Biologi Perikanan Bagian I. Studi Natural
History. Fakultas Perikanan Institut Perikanan. Bogor. Fachrul, Dr. Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi
Aksara. Jakarta. Greenberg, A. E, R.R. Trussel, dan L. S. Clesceri. 1985. Standar Methods
For The Examination Of Water and Wastewater, Sixteenth ediotion. Hasymi, Ali. 1986a. Dasar-dasar Ekologi. Yayasan Badan Penerbit Unlam.
Banjarbaru. Anonim. 1986b. Pengantar Ilmu Perikanan. Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan Unlam. Banjarbaru. Hutabarat, Sahala & Stewart M. Evans. 1986a. Kunci Identifikasi
Zooplankton. UIP. Jakarta. Anonim.1986b. Pengantar Oseanografi. UIP. Jakarta. Marlina, Hj. 2008. Jenis dan Kerapatan Fitoplankton di Kolam Jorong
Barutama Greston Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. P. MIPA. FKIP Unlam. Banjarmasin.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium.UIP. Jakarta. Nontji, Anugerah. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Odum, Eugene P. 1998. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Direktorat Djendral Perikanan. Semarang.
59 Jurnal Wahana-Bio Volume VI Desember 2011
Samingan, Thjahjono. 1980. Dasar-dasar Ekologi Umum Bagian I.
Departemen Botani Fakultas Pertanian Institut Pertanian. Bogor. Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Soerianegara, I & A. Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Wahyunie, Widya. 2006. Keanekaragaman Zooplankton pada Tambak Udang
CV. Surya Alam Tunggal Desa Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. PMIPA FKIP Unlam. Banjarmasin.