Upload
amira-natasya
View
634
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Teknologi dalam bidang makanan dewasa ini menunjukkan pola
yang semakin meningkat. Adanya peningkatan kegiatan industri makanan
merupakan salah satu indikator semakin meningkatnya jumlah produk
makanan di masyarakat . Akan tetapi dikalangan konsumen masih sering
terjadi keresahan mengenai produk olahan makanan tersebut terutama dalam
hal penggunaan bahan tambahan makanan, sebab masalah keamanan
makanan sudah menjadi masalah setiap orang yang mengkonsumsi produk
olahan makanan.
Dewasa ini sering ditemukan adanya kasus penambahan bahan
tambahan berbahaya ke dalam pengolahan suatu makanan yang dilakukan oleh
oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang hanya berniat mencari
keuntungan semata tanpa memperhatikan dan memperdulikan tingkat resiko
bahaya bahan tambahan lain yang mereka tambahkan ke dalam makanan.
Salah satu jenis makanan dan minuman yang sering diduga
mengandung zat pewarna buatan yang dilarang antara lain saos tomat. Saos
tomat tersebut diduga mengandung pewarna tekstil Rhodamin B. Rhodamin-B
merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas.
Padahal saos tomat banyak beredar di masyarakat terutama sering dikonsumsi
oleh anak-anak sebagai pelengkap pada makanan seperti bakso atau mie. Hal
ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka terutama
perkembangan otak. Karena kandungan bahan tambahan berbahaya selain
dapat merusak tubuh juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sel otak bagi anak-anak. Pengaruh buruk dari adanya bahan
tambahan makanan berbahaya juga berdampak bagi orang dewasa. Jika orang
dewasa mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat
tambahan berbahaya dalam jangka waktu yang cukup lama maka akan
menimbulkan resiko timbulnya penyakit mematikan seperti kanker.
1
Suatu upaya identifikasi dan pengujian terhadap bahan makanan umum
yang beredar di masyarakat penting adanya demi meyakinkan keamanan
bahan makanan. Dari hasil pengujian dan pemeriksaan diharapkan dapat
membantu masyarakat dan pemerintah dalam upaya monitoring keamanan
bahan makanan.
1.2 Rumusan masalah :
Apakah jenis zat pewarna Rhodamin B terdapat dalam sampel saos di sekolah,
pasar dan terminal?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memeriksa ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B yang terdapat dalam
sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
2. Tujuan Khusus
1. Mempraktekkan cara pemgujian zat warna sintetis dalam sampel
saos di sekolah, pasar dan terminal
2. Mempraktekkan cara atau prosedur pengujian zat pewarna
Rhodamin B dalam sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
3. Menginterpretasikan hasil pengujian zat pewarna Rhodamin B
dalam sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
1.4 Manfaat :
1. Bagi mahasiswa
a. Mengetahui proses pengujian kandungan zat pewarna dalam
makanan
b. Mengetahui proses untuk membedakan zat pewarna alami dan zat
pewarna buatan pada makanan
2. Bagi masyarakat
a. Mengetahui kandungan zat pewarna dalam makanan pada
penjual makanan dan dampaknya bagi kesehatan
2
b. Mengetahui dan menyadari pentingnya keamanan dari makanan
yang dijual pada khususnya bagi para penjual makanan atau
tersebut
3. Bagi Lingkungan
a. Meningkatkan kualitas sanitasi makanan dan minuman
b. Mengurangi dampak kesehatan dan lingkungan akibat
penggunaan bahan kimia dalam makanan dengan control dan
kesadaran terhadap keamanan makanan
4. Bagi Pemerintah Daerah
a. Sebagai bahan evaluasi dan laporan terhadap makanan serta
kandungan Bahan Tambahan Makanan yang beredar di
masyarakat
b. Sebagai bahan masukan untuk dilaksanakannya intervensi yang
sesuai terhadap permasalahan sanitasi makanan dan minuman
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Tambahan Makanan
Pengertian Bahan Tambahan Makanan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/menkes/PER/X/1999
secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan
dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan
untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan dan penyimpanan (Cahyadi, 2008).
Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Makanan adalah untuk
meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,
membuat bahan makanan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah
preparasi bahan makanan. Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang diizinkan
penggunaannya antara lain antioksidan, antikempal, pengatur keasaman,
pemanis buatan, pemutih, pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap
rasa, dan sekuesteran (Cahyadi, 2008).
2.2. Pewarna Makanan
Warna merupakan salah satu aspek yang penting terhadap kualitas
suatu produk makanan. Kualitas warna dianggap menunjukkan kualitas rasa
dan tekstur dari suatu makanan agar makanan tersebut dapat diterima di
masyarakat. Warna juga mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia
pada makanan (Deman, 1980).
Menurut International Food Information Council Foundation (1994),
pewarna makanan adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau
meningkatkan warna suatu produk makanan, sehingga menciptakan tampilan
tertentu dan membuat produk lebih menarik. Definisi yang diberikan oleh
Depkes (1999) lebih sederhana, yaitu Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang
dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan (Wijaya, 2009). Ada
4
lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :
(Winarno, 1992)
1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya
klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin
menyebabkan warna merah pada daging.
2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk
warna cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel
atau roti yang dibakar.
3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara
gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya
susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.
4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan
warna hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh
adanya logam serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau
kentang yang dipotong.
5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna
sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan
2.2.1. Tujuan Penggunaan Pewarna Makanan
Berdasarkan survey yang telah dilakuakan Walford (1980),
ada beberapa tujuan penggunaan pewarna makanan, yaitu :
1. Untuk memberikan penampilan yang menarik dari produk
makanan yang telah berubah warna ketika proses pembuatan.
2. Untuk memeberikan warna kepada produk makanan sesuai
dengan sifat makanan tersebut.
3. Untuk menguatkan warna suatu produk makanan yang
memiliki warna yang lemah.
4. Untuk memastikan keseragaman suatu bets dari sumber yang
berbeda.
5
2.2.1. Klasifikasi Pewarna Makanan
Pewarna makanan dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya,
yaitu pewarna alami, identik alami, dan sintetik. Pewarna makanan
yang berasal dari bahan alam disebut pewarna alami. Pewarna identik
alami adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara kimia, tetapi
mempunyai sifat kimia yang identik dengan pewarna alami. Pewarna
sintetik adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara kimia
(Wijaya, 2009).
1. Pewarna Alami
Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman
dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna makanan.
Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi,
memberikan bumbu atau pemberi rasa ke bahan olahannya.
Dewasa ini ada beberapa bahan pewarna alami yang digunakan
untuk menggantikan pewarna sintetik. Sebagai contohnya
serbuk beet menggantikan pewarna merah sintetik FD dan C
No. 2.
Pewarna alami juga dapat memberikan fungsi tambahan
sebagai antioksidan, antimikroba, dan fungsi lainnya. Hal ini
menyebabakan pertumbuhan penggunaan pewarna alami
cenderung menjadi dua kali lipat bila dibandingkan dengan
pewarna sintetis, terutama di negara-negara maju. Meskipun
pewarna alami ini jauh lebih aman untuk dikonsumsi, akan
tetapi penggunaan pewarna alami belum dapat dilakukan secara
menyeluruh, sebab beberapa kendala, seperti rasa yang kurang
sedap, penggumpalan pada saat penyimpanan, dan
ketidakstabilan dalam penyimpanan (Cahyadi, 2008 ; Wijaya,
2009).
Pada umumnya pewarna alami rentan terhadap pH,
sinar matahari, dan suhu tinggi. Pewarna alami sebaiknya
disimpan pada suhu 4-8oC untuk meminimumkan pertumbuhan
mikroba dan degradasi pigmen. Pewarna alami berbentuk
6
bubuk pada umumnya higroskopis. Beberapa sifat dari pewarna
alami ditunjukkan padaTabel 1 (Wijaya, 2009).
Tabel 1. Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami
Kelompok Warna Sumber Kelaruta
n
Stabilitas
Karamel Cokelat Gula
dipanaskan
air Stabil
Antosianin Jingga,merah,biru Tanaman Air Peka terhadap
panas dan pH
Flavonoid Kuning Tanaman air Stabil
terhadap
panas
Batalain Kuning,merah Tanaman air Sensitive
terhadap
panas
Quinon Kuning-hitam Tanaman air Stabil
terhadap
panas
Xanthon Kuning tanaman air Stabil
terhadap
panas
Karotenoi
d
Kuning,merah Tanaman/hewan air Stabil
terhadap
panas
Klorofil Hijau Tanaman Lipid dan
air
Sensitive
terhadap
panas
Heme Merah,cokelat Hewan air Sensitive
terhadap
panas
Sumber : Cahyadi (2008)
7
2. Pewarna Sintetis
Pewarna sintetik adalah pewarna yang dibuat melalui
sintesis secara kimia. Berdasarkan kelarutannya, dikenal dua
macam pewarna sintetis, yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat
pewarna yang umunya bersifat larut dalam air, sehingga
larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk
mewarnai bahan.
Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilen
glikol, gliserin, atau alkohol. Sedangkan dalam semua jenis
pelarut organik, dyes tidak dapat larut. Dyes terdapat dalam
bentuk bubuk, granula, cairan, campuran warna, dan pasta.
Lakes adalah zat pewarna yang dibuat melalui proses
pengendapan dan absorpsi dyes pada radikal (A atau Ca) yang
dilapisi dengan alumina. Lapisan alumina ini tidak larut dalam
air, sehingga lakes ini tidak larut dalam air. Pada pH 3,5-9,5
stabil, dan di luar selang tersebut lapisan alumina pecah,
sehingga dyes yang dikandungnya akan terlepas (Cahyadi,
2008).
Zat warna yang termasuk golongan dyes telah melalui
prosedur sertifikasi yang ditetapkan oleh US-FDA. Sedangkan
zat pewarna lakes yang hanya terdiri dari satu warna, tidak
merupakan campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam
certified colour terdapat spesifikasi yang mencantumkan
keterangan yang penting mengenai zat pewarna tertentu,
misalnya bentuk garam, kelarutan, dan residu yang terdapat
didalamnya. Pada umumnya pewarna sintetis lebih stabil
terhadap pH, cahaya, dan faktor lainnya selama pengolahan dan
penyimpanan (Tabel 2). (Cahyadi, 2008 ; Wijaya, 2009).
8
Tabel 2. Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis
Pewarna Kestabilan terhadap
Cahaya Oksidasi pH
Eritrosin Sangat baik Rendah Sangat rendah
Merah Allura Sangat baik Rendah Baik
Kuning FCF Sedang Rendah Baik
Hijau FCF Rendah Sangat rendah Baik
Biru Berlian Rendah Sangat rendah Baik
Indigotin Sangat rendah Sangat rendah Baik
Tartrazin Baik Rendah Baik
Sumber : Wijaya (2009)
Tabel 3. Pembagian Pewarna Sintetis Berdasarkan Kemudahannya Larut
Dalam Air
No Pewarna Sintetis Warna Mudah Larut di air
1 Rhodamin B Merah Tidak
2 Methanil Yellow Kuning Tidak
3 Malachite Green Hijau Tidak
4 Sunset Yellow Kuning Ya
5 Tartrazine Kuning Ya
6 Briliant Blue Biru Ya
7 Carmoisine Merah Ya
8 Erythrosine Merah Ya
9 Fast Red E Merah Ya
10 Amaran Merah Ya
11 Indigo Carmine Biru Ya
12 Ponceau 4R Merah Ya
Sumber : Wijaya (2009)
Di Indonesia,peraturan mengenai penggunaan zat pewarna
yang diizinkan dan pewarna yang dilarang (Tabel 4) diatur melalui
9
SK Menteri Kesehatan RI No. 772/menkes/Per/IX/88 mengenai
Bahan Tambahan Makanan (BTM)
Tabel 4. Pewarna Sintetik yang Diizinkan dan yang Dilarang di Indonesia
Pewarna yang diizinkan
Pewarna No Indeks Warna (C.I. No)
Amaran 16185
Biru Berlian 42090
Eritrosin 45340
Hijau FCF 42053
Hijau S 44090
Indigotin 73015
Ponceau 4R 16255
Kuning Kuinelin 15980
Sunset Yellow 15985
Tartrazin 19140
Carmoisin 14720
Pewarna yang dilarang
Citrus Red 12156
Ponceau 3R 16155
Ponceau SX 14700
Rhodamin B 45170
Buinea Green B 42085
Magentha 42510
Chrysoidine 11270
Butter Yellow 11020
Sudan I 12055
Methanil Yellow 13065
Auramine 41000
Oil Orange SS 12100
Oil Orange XO 12140
Oil Yellow AB 11380
Oil Yellow OB 11390
10
Sumber : SK Menteri Kesehatan RI No. 772/menkes/Per/IX/88
mengenai Bahan Tambahan Makanan (BTM)
2.3 Identifikasi Pewarna Sintetik
Identifikasi pewarna sintetik dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Umumnya metode identifikasi yang digunakan adalah metode
kromatografi maupun metode spektrofotometri,ataupun gabungan kedua
metode ini. Metode yang dapat digunakan antara lain reaksi
warna,kromatografi kertas,kromatografi lapis tipis,spektrofotometri dan
kromatografi cair kinerja tinggi (Cahyadi,2008:Walgord,1984:Socaciu,2008)
Cara Reaksi Warna
Identifikasi pewarna sintetik dengan cara reaksi warna biasanya
dilakukan sebagai identifikasi pendahuluan. Penggunaan cara reaksi kimia
ini dilakukan dengan penambahan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10%,
dan NH4OH 12 %. Kemudian warna yang dihasilkan dengan penambahan
pereaksi-pereaksi tersebut disesuaikan dengan tabel. Reaksi warna untuk
pewarna sintetik Carmoisin, Tartrazin, Ponceau 4R, Briliant Blue, dan
Sunset Yellow terdapat pada Tabel 5 (Apriyantono, 1989).
Tabel 5. Perubahan Warna dengan Penambahan Pereaksi
Pewarna Perubahan Warna dengan Penambahan Pereaksi
HCl Pekat H2SO4 NaoH 10% NH4OH 12%
Carmoisin Sedikit
Berubah
Violet Merah Merah
Tartrazin Sedikit gelap Sedikit gelap Sedikit
berubah
Sedikit berubah
Sunset Yellow Kemerahan Kecoklatan Kecoklatan Tidak berubah
Briliant Blue Kuning Kuning Tidak berubah Tidak berubah
Ponceau 4R Merah Pucat VioletMerah Cokelat kuning Merah
Sumber : Apriyantono (1989)
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Lokasi dan waktu pelaksanaan
3.1.1 Lokasi
1. Lokasi pengambilan sampel
Pengambilan sampel saos tomat dilaksanakan di tiga
tempat yaitu SD Muhammadiyah 18 Jl. Mulyorejo Tengah No.
5 Surabaya, Pasar Pacar Keling, dan Terminal Bratang dengan
variasi pada jenis saos. Pada SD Muhammadiyah 18 sampel
saos yang diambil adalah saos yang berasal dari penjual pentol
di depan sekolah, untuk Pasar Pacar Keling sampel saos berasal
dari saos dalam bungkus plastik yang biasa dijual secara grosir.
Dan untuk sampel saos di Terminal Bratang berasal dari saos
yang ada di warung makanan seperti warung mie ayam atau
warung bakso. Semua sampel tersebut diambil dan disimpan
dalam palastik secara terpisah dan kemudian diberi label setiap
plastiknya menurut nama tempat diambilnya sampel saos.
2. Tempat Pengujian Kandungan Zat Pewarna
Pengujian kandungan zat pewarna merah Rhodamin B
dan Ponceau 4R dalam sampel makanan saos dilaksanakan di
Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga.
3.1.2 Waktu dan Jadwal Pelaksanaan
Tanggal : 7 Maret 2012 – 20 Maret 2012
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan
Jenis
Kegiatan
Hari/
tanggalKegiatan Deskripsi teknis
Penanggung
jawab
12
Senin, 5
Maret 2012
Seminar
proposal
praktikum
- Melakukan presentasi
proposal praktikum
pada seminar
Finda
Anesia
Koordinas
i dengan
Laboran
Kimia
Analitik
FST Unair
Rabu, 7
Maret 2012
Melaksanakan
proses
perijinan
Laboratorium
FST Unair
- Menghubungi pihak
manajemen
laboratorium FST
Unair
- Mengkoordinasikan
prosedur pemeriksaan
laboratorium
Very
Darmawan
Alfreda
Finda
Anesia
Pengambil
an Sampel
Senin-
Rabu, 12-
14 Maret
2012
Pengambilan
Sampel di
Sekolah,
Terminal dan
Pasar
- Melakukan
pengambilan sampel
saos
- Menyimpan sampel
dalam wadah dan
pendingin
Chandra
Mutiara
Ayu
Faradisa
Debi Adi
Pelaksana
an
Pengujian
Kandunga
n Zat
Warna
Kamis –
Jumat, 22-
23 Maret
2012
Pemeriksaan
Kandungan
Zat Warna
Rhodamin B
- Mempersiapkan
sampel
- Mempersiapkan alat
dan bahan yang
dibutuhkan
- Melakukan uji
laboratorium
kuantitatif
- Mencatat hasil
pemeriksaan
laboratorium
Semua
anggota
kelompok
Analisis
Hasil
Pemeriksa
an
Laboratori
Sabtu –
Minggu, 24
- 25 Maret
2012
Melakukan
identifikasi
mengenai hasil
pemeriksaan
laboratorium
- Membuat lembar
identifikasi hasil
pemeriksaan
- Membangdingkan
hasil antara sekolah,
Finda
Anesia
Alfreda
13
um pasar dan terminal
Pelaporan
Hasil
Praktikum
Senin, 11
April 2012
Penyusunan
laporan
praktikum
Membuat laporan akhir
praktikum
Chandra
Cahya,
Mutiara
Ayu
Faradisa
Kamis, 12
April 2012
Demo dan
seminar hasil
Debi Adi
3.2 Metode praktikum pengujian zat pewarna
Uji zat pewarna Rhodamin B dilakukan melalui uji kualitatif saja. Uji
Kualitatif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis zat
pewarna sintetis yang terdapat dalam sampel melalui metode kromatografi.
Sedangkan uji kuantitatif tidak dilakukan karena Rhodamin B termasuk zaat
pewarna sintetis yang dilarang digunakan berapapun kadarnya. (Purba, 2009)
3.2.1 Uji Kualitatif (Kromatografi)
1. Alat
a. Gelas ukur 10 ml dan 25 ml 1 buah
b. Gelas kimia 100 ml 6 buah
c. Chamber 1 buah (5 tabung)
d. Batang pengaduk 1 buah
e. Pipa Kapiler 5 buah
f. Water bath (pemanas air)
2. Bahan
a. Sampel saos (Pasaar, Terminal dan SD)
b. Kertas kromatografi (Kertas Whatman)
c. Asam Asetat 6%
d. Amoniak Encer 13%
e. Larutan Standar Rhodamin B
f. Bulu Domba Bebas Lemak
14
g. Larutan pengelusi campuran etanol : asam asetat glacial : air = 4 : 2 :
2,4
3. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan larutan pengelusi (etanol, asam asetat glacial dan air)
lalu dijenuhkan
Gambar 1. Penyiapan Alat dan Bahan.
b. Menggunting kertas Whatman masing-masing potong berukuran 2,5
cm x 20 cm
Gambar 2. Penyiapan kertas Whatman
15
chamber
c. Menggambar garis lurus dengan pensil pada jarak 2 cm dari ujung
lebar kertas
Gambar 3. Penandaan tempat penetesan zat warna
d. Menyiapkan gelas kimia dan menimbang sampel masing-masing 5
gram
Gambar 4. Penimbangan Sampel
e. Menambahkan asam asetat 6% masing-masing sampel 30 ml
16
> t = 2 cm
Gambar 5. Penambahan asam asetat 6%
f. Memasukkan bulu domba yang telah dicelup ether sebelumnya
(untuk menghilangkan lemak) lalu mendididihkan sampai tertinggal
20 ml atau sampai zat warna terserap oleh bulu domba
Gambar 6. Ekstraksi Zat Warna Sampel
g. Bulu domba yang telah berwarna dipisahkan dari larutan dan
dipindah ke gelas kimia lain kemudian menambahkan amoniak encer
ke dalam setiap gelas kimia berisi bulu domba sampai 25 ml.
Gambar 7. Penambahan ammonia untuk peralutan zat warna
h. Mendidihkan larutan berikut bulu domba tersebut sampai volume
larutan berkurang setengahnya atau setelah zat warna di bulu domba
terlarut ke amoniak.
17
Gambar 8. Pendidihan benang wool berwarna dalam amoniak
i. Menyiapkan kertas Whatman sebanyak 4 buah.
j. Menyiapkan kapiler dan larutan standar Rhodamin B
Gambar 9. Larutan Standar Rhodamin B
k. Menotolkan setiap larutan sampel ke kertas Whatman tepat pada
garis. Mengulangi penotolan sampai zat warna terlihat jelas. Jadi
terdapat 4 kertas Whatman yaitu yang ditotol Rhodamin B, Zat
warna sampel saos terminal, pasar dan SD
18
Gambar 10. Penotolan zat warna sampel dan Standar Rhodamin B
pada kertas Whatman
l. Memasukkan kertas-kertas tersebut ke dalam chamber dan
menunggu sampai eluen tertarik mencapai batas yang diinginkan.
Gambar 11. Kertas-kertas Whatman yang telah ditotol di dalam
Chamber
m. Mengamati jarak perpindahan noda zat warna dan jarak eluen
kemudian hasilnya dihitung dengan rumus Rf.
Rf = Jarak Gerak NodaJarak Gerak Eluen
19
Terminal
Pasar
Sekolah
Ponceau 4R
Rhodamin B
Terminal
Pasar
Sekolah
Ponceau 4R
Rhodamin B
Gambar 12. Perpindahan noda zat warna
n. Membandingkan hasil perhitungan Rf antara Larutan Standar
Rhodamin B dengan ketiga sampel kemudian menginterpretasikan
apakah ada dari ketiga sampel yang memiliki nilai Rf yang sama
dengan Rf Rhodamin B (Rf zat sejenis akan memiliki Rf yang
sama).
3.3. Laporan Penggunaan Dana
Pengeluaran:
Kegiatan Kebutuhan Jumlah Harga Total
Pengambilan
Sampel
Sampel 3 Rp 5.000,00 Rp 15.000,00
Pengujian
Laboratoriu
m
Uji kualitatif - Rp 400.000,00 Rp 400.000,00
Total Rp 415.000,00
20
Terminal Pasar SekolahPonceau Rhodamin B
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan bahan pewarna dari beberapa sampel saos yang telah dilakukan pengujian kualitatif di laboratorium dengan zat pewarna standar atau pembanding Rhodamin B adalah:
A. Sampel Saos Terminal1. Saat sampel saos dilarutkan dengan asam glacial lalu dipanaskan, zat
warna terikat pada bulu domba. Adanya zat warna yang terserap bulu
domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat warna tersebut
adalah zat warna sintetis.
2. Perhitungan Rf dengan hasil sebagai berikut:
Rf = Jarak Gerak NodaJarak Gerak Eluen
Rf Rhodamin B = 3.43.4
=1
21
Rf Terminal = 1.64.1
=0.39
Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zat
warna Rhodamin B karena perhitungan Rf menunjukkan angka yang
jauh berbeda antara sampel saos terminal dengan standar Rhodamin B.
B. Sampel Saos Pasar1. Saat sampel saos dilarutkan dengan asam glacial lalu dipanaskan, zat
warna terikat pada bulu domba. Adanya zat warna yang terserap bulu
domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat warna tersebut
adalah zat warna sintetis.
2. Perhitungan Rf dengan hasil sebagai berikut:
Rf = Jarak Gerak NodaJarak Gerak Eluen
Rf Rhodamin B = 3.43.4
=1
Rf Pasar = 1.64.2
=0.38
Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zat
warna Rhodamin B karena perhitungan Rf menunjukkan angka yang
jauh berbeda antara sampel saos pasar dengan standar Rhodamin B.
C. Sampel Saos SD1. Saat sampel saos dilarutkan dengan asam glacial lalu dipanaskan, zat
warna terikat pada bulu domba. Adanya zat warna yang terserap bulu
domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat warna tersebut
adalah zat warna sintetis.
2. Perhitungan Rf dengan hasil sebagai berikut:
Rf = Jarak Gerak NodaJarak Gerak Eluen
Rf Rhodamin B = 3.43.4
=1
Rf SD = 1.84.9
=0.37
22
Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zat
warna Rhodamin B karena perhitungan Rf menunjukkan angka yang
jauh berbeda antara sampel saos SD dengan Standar Rhodamin B.
D. Karena terdapat satu chamber yang kosong, dengan hasil praktikum yang
menunjukkan bahwa zat warna tersebut bukan Rhodamin B, maka kami
menambahkan 1 larutan standar lain sebagai pembanding yaitu Ponceau.
Hasil menunjukkan Rf Ponceau adalah sebagai berikut:
Rf Ponceau = 1.23.4
=0.35
Hasil Rf Ponceau tersebut apabila dibandingkan dengan Rf ketiga
sampel tidak jauh berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa zat warna
yang digunakan tersebut diduga adalah Ponceau 4R. Namun karena zat
warna sintetis ini tidak dilarang maka dapat dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut mengenai kadar zat pewarna dengan pemeriksaan kuantitatif.
Tabel 7. Pengamatan Pengujian Zat Pewarna Rhodamin B Dalam Sampel Saos Di
Sekolah, Pasar, Dan Terminal
N
O
NAMA
SAMPEL
KANDUNGAN
RHODAMIN B
KETERANGAN
ADA TIDAK ADA
1 Sampel
saos A
(saos dari
sekolah)
a. Rf Rhodamin B = 3.43.4
=1
b. Rf SD = 1.84.9
=0.37
Rf Rhodamin B ≠ Rf saos dari
sekolah
2 Sampel
saos B
(saos dari
pasar)
a. Rf Rhodamin B = 3.43.4
=1
b. Rf Pasar = 1.64.2
=0.38
Rf Rhodamin B ≠ Rf saos dari pasar
3 Sampel a. Rf Rhodamin B = 3.43.4
=1
23
saos C
(saos dari
terminal)b. Rf Terminal =
1.64.1
=0.39
Rf Rhodamin B ≠ Rf saos dari
terminal
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
A. Adanya zat warna yang terserap bulu domba pada saat ekstraksi
menunjukkan bahwa zat warna dari ketiga sampel saos tersebut
adalah zat warna sintetis.
B. Karena perhitungan Rf dari ketiga sampel saos menunjukkan angka
yang jauh berbeda dengan Rf Rhodamin B, dapat disimpulkan bahwa
zat warna dari ketiga sampel tersebut bukanlah Rhodamin B.
C. Hasil Rf Ponceau tersebut apabila dibandingkan dengan Rf ketiga
sampel tidak jauh berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa zat
24
warna yang digunakan tersebut diduga adalah Ponceau 4R. Namun
karena zat warna sintetis ini tidak dilarang maka dibutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut mengenai kadar zat pewarna dengan
pemeriksaan kuantitatif.
5.2. Saran
A. Hasil pemeriksaan Rhodamin B yang negative pada ketiga sampel
saos dari sekolah, pasar dan terminal menunjukkan bahwa industri
kecil pembuatan saos sudah tidak mempergunakan zat warna
Rhodamin B yang dilarang. Maka dari itu perlu adanya monitoring
berkala untuk mempertahankan kondisi tersebut.
B. Perlu ada pemeriksaan lanjutan mengenai kadar Ponceau 4R yang
dipergunakan dalam saos tersebut apakah kadarnya melebihi batas
yang diperkenankan ataukah tidak.
25