7
Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) Sumardiyono 300 PENGARUH KURSI ERGONOMIS TERHADAP GANGGUAN MUSKULOSKLELETAL Sumardiyono Fakultas Kedokteran Univers itas Sebelas Maret [email protected]  Ab st rak Tujuan:  Untuk membantu pekerja mengatasi gangguan muskuloskleletal yang disebabkan karena sikap kerja yang tidak ergonomis khususnya pekerja wanita bagian pola di industri batik. Metode: Jenis penelitian eksperimental Quasi. Sampel yang digunakan 25 orang semuanya wanita diambil dari populasi sejumlah 40 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk menguji perbedaan gangguan muskuloskleletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis digunakan analisis statistik paired t-test . Hasil:  Diperoleh hasil yang signifikan (t = 16.74; p = 0.000), berarti ada perbedaan rata-rata skor keluhan muskuloskleletal sebelum dan sesudah tenaga kerja menggunakan kursi ergonomis. Simpulan: Kursi ergonomis bermanfaat untuk menurunkan gangguan muskuloskleletal pada pekerja industri batik, khususnya bagian pola. Kata Kunci : Kursi Ergonomis, Gangguan Muskuloskleletal  1. PENDAHULUAN Ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran sarana kerja dengan dimensi tubuh agar sesuai dengan ukuran tubuh pekerja. Selain itu, ergonomis dapat didefnisikan juga hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yaitu keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, organisasi atau metoda kerjanya, dan sekitar lingkungan kerjanya (Suyatno ,1985). Pada pekerja industri batik, khususnya bagian pola, maka pekerja yang bekerja menggunakan sarana kerja berupa “dingklik” dengan ukuran pendek, sehingga menyebabkan pekerja harus membungkuk selama bekerja. Helendar (1994), menyatakan bahwa pekerja yang bekerja dangan cara tradisional dengan sikap kerja duduk dengan posisi membungkuk dalam waktu lama akan menyebabkan keluhan pada joint angle . Pada survei awal sebelum dilakukannya penelitian menunjukkan bahwa pada pekerja bagian pola di industri batik “Dewi Ratih” Masaran Sragen, bekerja dengan sikap paksa yaitu dengan sikap duduk dan membungkukuk selama bekerja. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan meneliti pemakaian kursi ergonomis berdasarkan hasil rancangan (design) ilmu antropometri. Pulat (1992) menyatakan, antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Selanjutnya Annis & McConville (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannya dengan antropometri menjadi dua divisi utama, yaitu : a. Pertama, ergonomi berhadapan den gan tenaga kerja, mesin beserta sarana pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi dari divisi ini adalah untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja terus terpelihara serta efisiensi produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal. b. Kedua, ergonomi berahadapan dengan karakteristik produk pabrik yang berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk. Selanjutnya design hasil rancangan digunakan untuk evaluasi terhadap gangguan muskuloskleletal sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja wanita di industri batik “Dewi Ratih”, Masaran, Sragen. 2. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental quasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah intervensi preventif. Intervensi preventif adalah penelitian yang mencoba mempelajari hubungan faktor- faktor risiko dengan kejadian suatu penyakit, dengan memberikan perlakuan atau manipulasi

492-910-1-SM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 492-910-1-SM

8/16/2019 492-910-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/492-910-1-sm 1/7

Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 – Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) 

Sumardiyono 300 

PENGARUH KURSI ERGONOMIS TERHADAPGANGGUAN MUSKULOSKLELETAL

SumardiyonoFakultas Kedokteran Univers itas Sebelas Maret

[email protected] 

 AbstrakTujuan:  Untuk membantu pekerja mengatasi gangguan muskuloskleletal yang disebabkan karenasikap kerja yang tidak ergonomis khususnya pekerja wanita bagian pola di industri batik.

Metode: Jenis penelitian eksperimental Quasi. Sampel yang digunakan 25 orang semuanya wanitadiambil dari populasi sejumlah 40 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untukmenguji perbedaan gangguan muskuloskleletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomisdigunakan analisis statistik paired t-test.

Hasil: Diperoleh hasil yang signifikan (t = 16.74; p = 0.000), berarti ada perbedaan rata-rata skorkeluhan muskuloskleletal sebelum dan sesudah tenaga kerja menggunakan kursi ergonomis.

Simpulan: Kursi ergonomis bermanfaat untuk menurunkan gangguan muskuloskleletal pada pekerjaindustri batik, khususnya bagian pola. 

Kata Kunci : Kursi Ergonomis, Gangguan Muskuloskleletal 

1. PENDAHULUANErgonomi adalah penyesuaian tugaspekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialahuntuk menurunkan stress yang akan dihadapi.Upaya yang dilakukan antara lainmenyesuaikan ukuran sarana kerja dengandimensi tubuh agar sesuai dengan ukurantubuh pekerja. Selain itu, ergonomis dapatdidefnisikan juga hubungan antara manusia

dengan lingkungan kerjanya, yaitukeseluruhan alat perkakas dan bahan yangdihadapi, organisasi atau metoda kerjanya,dan sekitar lingkungan kerjanya (Suyatno,1985).

Pada pekerja industri batik, khususnyabagian pola, maka pekerja yang bekerjamenggunakan sarana kerja berupa “dingklik”dengan ukuran pendek, sehinggamenyebabkan pekerja harus membungkukselama bekerja. Helendar (1994), menyatakanbahwa pekerja yang bekerja dangan caratradisional dengan sikap kerja duduk denganposisi membungkuk dalam waktu lama akanmenyebabkan keluhan pada joint angle.

Pada survei awal sebelum dilakukannyapenelitian menunjukkan bahwa pada pekerjabagian pola di industri batik “Dewi Ratih”Masaran Sragen, bekerja dengan sikap paksayaitu dengan sikap duduk dan membungkukukselama bekerja. Sehubungan dengan haltersebut, peneliti akan meneliti pemakaiankursi ergonomis berdasarkan hasil rancangan(design) ilmu antropometri.

Pulat (1992) menyatakan, antropometriadalah pengukuran dimensi tubuh atau

karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevandengan desain tentang sesuatu yang dipakaiorang. Selanjutnya Annis & McConville (1996)membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannyadengan antropometri menjadi dua divisi utama,yaitu :

a. Pertama, ergonomi berhadapan dengantenaga kerja, mesin beserta saranapendukung lainnya dan lingkungan

kerja. Tujuan ergonomi dari divisi iniadalah untuk menciptakan kemungkinansituasi terbaik pada pekerjaan sehinggakesehatan fisik dan mental tenaga kerjaterus terpelihara serta efisiensiproduktivitas dan kualitas produk dapatdihasilkan dengan optimal.

b. Kedua, ergonomi berahadapan dengankarakteristik produk pabrik yangberhubungan dengan konsumen ataupemakai produk.

Selanjutnya design hasil rancangan digunakanuntuk evaluasi terhadap gangguanmuskuloskleletal sebelum dan sesudah bekerjapada pekerja wanita di industri batik “DewiRatih”, Masaran, Sragen.

2. BAHAN DAN CARA PENELITIANJenis penelitian yang digunakan adalaheksperimental quasi. Pendekatan yangdilakukan dalam penelitian adalah intervensipreventif. Intervensi preventif adalah penelitianyang mencoba mempelajari hubungan faktor-faktor risiko dengan kejadian suatu penyakit,dengan memberikan perlakuan atau manipulasi

Page 2: 492-910-1-SM

8/16/2019 492-910-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/492-910-1-sm 2/7

Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 – Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) 

Sumardiyono 301 

terhadap paparan faktor risiko tersebut padasubjek (Ahmad Watik Pratiknya, 2008).

Populasi penelitian ini adalah seluruhpekerja industri batik “Dewi Ratih”, Masaran,Sragen yang berjumlah 40 orang dengan jeniskelamin laki-laki dan Wanita, berusia antara 20 – 60 tahun. Teknik sampling menggunakanpurposive sampling dengan criteria inklusi jenis kelamin wanita, pekerjaan membatik,dengan posisi kerja duduk memakai “dingklik”berukuran tinggi di bawah tinggi lutut duduk.Subjek yang memenuhi kriteria, diambilsebagai sampel penelitian sebanyak 25 orang.

Desain penelitian ini menggunakanrancangan perlakuan ulang (one group preand posttest design), merupakan rancanganpenelitian yang hanya menggunakan satukelompok subjek serta melakukan pengukuransebelum dan sesudah pemberian perlakuanpada subjek. Perbedaan kedua hasil

pengukuran tersebut dianggap sebagai efekperlakuan. Skema rancangan penelitiansebagai berikut :

Keterangan :O1  : Kelompok sampel sebelum diberi

perlakuan( X ) : PerlakuanO2  : Kelompok sampel sesudah diberi

perlakuan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah lembar isian data, untuk mengetahuiidentitas sampel penelitian; kursi kerjaergonomis hasil rancangan, untuk memberikanperlakuan kepada subjek penelitian; danNordic Body Map, untuk mengetahui keluhanmuskloskleletal pada subjek penelitian. Untukmenentukan adanya pengaruh pemberiankursi kerja yang ergonomis terhadap keluhanmuskuloskleletal uji statistik paired t-test.

Nordic Body Map  merupakan salah satucara untuk menilai tingkat keparahan (severity) sistem muskuloskleletal. Nordic Body Map 

menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh(body map) dengan metode sangat sederhana,mudah dipahami, murah dan memerlukanwaktu yang sangat singkat (+ 5 manit) perindividu. Observer dapat langsungmewawancarai atau menanyakan kepadaresponden, pada otot-otot skleletal bagianmana saja yang mengalami gangguankenyerian atau sakit, atau dengan menunjuklangsung pada setiap otot skleletal sesuaiyang tercantum dalam lembar kerja kuesionerNordic Body Map.

Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-ototskleletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri,yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas,yaitu otot leher sampai dengan bagian palingbawah, yaitu otot kaki. Melalui kuesioner NordicBody Map akan dapat diketahui bagian-bagianotot mana saja yang mengalami gangguankenyerian atau keluhan dari tingkat rendah(tidak ada keluhan/cedera) sampai dengankeluhan tingkat tinggi (keluhan sangat sakit).Keluhan pada otot-otot skleletal, biasanyamerupakan keluhan yang bersifat kronis, artinyakeluhan ini sering dirasakan beberapa lamasetelah melakukan aktivitas dan seringmeninggalkan residu yang dirasakan pada hari-hari berikutnya. Untuk mengatasi kondisitersebut, maka desain pengukuran dilakukansebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja(pre and post test). Dari perbedaan skor hasilantara sebelum kerja dan sesudah kerja

merupakan skor gangguan otot skleletal yangsebenarnya.

Penilaian dengan menggunakan kuesionerNordic Body Map  menggunakan desainpenilaian dengan skoring (misalnya 4 skalaLikert). Apabila digunakan skoring dengan skalaLikert, maka setiap skor atau nilai haruslahmempunyai definisi operasional yang jelas danmudah dipahami oleh responden.

Menurut Tarwaka (2010), kriteria desainpenilaian keluhan muskuloskleletal dengan 4skala Likert sebagai berikut :

a. Skor 1 : Tidak adakeluhan/kenyerian atau

tidak ada rasa sakit samasekali yang dirasakan olehpekerja (tidak sakit).

b. Skor 2 : Dirasakan sedikit adanyakeluhan atau kenyerianpada otot skleletal (agaksakit).

c. Skor 3 : Responden merasakanadanya keluhan/kenyerianatau sakit pada ototskleletal (sakit).

d. Skor 4 : Responden merasakanadanya keluhan sangatsakit atau sangat nyeri

pada otot skleletal (sangatsakit).

Selanjutnya, setelah selesai melakukanwawancara dan pengisian kuesioner, makalangkah selanjutnya adalah menghitung totalskor individu dari seluruh otot skleletal (28bagian otot skleletal) yang diobservasi. Padadesain 4 skala Likert ini, akan diperoleh skorindividu terendah adalah 28 dan skor tertinggi112. Dalam banyak penelitian denganmenggunakan uji statistik tertentu untuk menilai

O1  ( X ) O2

Page 3: 492-910-1-SM

8/16/2019 492-910-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/492-910-1-sm 3/7

Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 – Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) 

Sumardiyono 302 

tingkat signifikansi hasil penelitian (seperti preand post test design  atau setelah diberikanintervensi), maka total skor individu tersebutdapat langsung digunakan dalam entri datastatistik.

Langkah terakhir metode Nordic BodyMap adalah melakukan upaya perbaikan padapekerjaan maupun posisi/sikap kerja, jikadiperoleh hasil yang menunjukkan tingkatkeparahan pada otot skleletal yang tinggi.Tindakan perbaikan yang harus dilakukantentunya sangat tergantung dari risiko ototskleletal mana saja yang mengalami adanyagangguan atau ketidaknyamanan. Hal inidapat dilakukan dengan beberapa cara,diantaranya dengan melihat presentase padasetiap bagian otot skleletal dan denganmenggunakan kategori tingkat risiko ototskleletal.

Tabel di bawah ini merupakan pedoman

sederhana yang dapat digunakan untukmenentukan kualifikasi subjektivitas tingkatrisiko otot skleletal.

Tabel 1. Klasifikasi Subjektivitas TingkatRisiko Otot Skleletal Bardasarkan Total SkorIndividu

Tingkat

 Aksi

TotalSkor

Individu

TingkatRisiko

Tindakan Perbaikan

1 28 – 49 Rendah Belum diperlukan adanyatindakan perbaikan

2 50 – 70 Sedang Mungkin diperlukantindakan perbaikan dikemudian hari

3 71 – 91 Tinggi Diperlukan tindakansegera

4 92 –112

SangatTinggi

Diperlukan tindakanmenyeluruh sesegeramungkin.

3. HASIL PENELITIANSesuai dengan teknik pengambilan sampelyang digunakan, penelitian ini menggunakansampel sebanyak 25 orang tenaga kerjawanita. Dari 25 orang sampel tersebut, diukurukuran antropometri tubuhnya yangberhubungan dengan perancangan kursi kerja,meliputi tinggi lutut duduk, jarak lekuk lututsampai garis punggung, lebar pinggul, dantinggi punggung. Semua sampel penelitiandiwawancarai keluhan muskuloskleletal yangdialami selama melakukan pekerjaan denganpanduan nordic body map. Wawancaradilakukan sebelum dan sesudahmenggunakan kursi hasil rancangan penelitianberdasarkan data ukuran antropometri tenagakerja, dengan dasar pengukuran tinggi lututduduk (persentil 5%), jarak lekuk lutut sampaigaris punggung (persentil 5%), lebar pinggul(persentil 95%), dan tinggi punggung (persentil5%), serta perhitungan mengenai kelonggaran.

Deskripsi ” Dingklik”“Dingklik” merupakan tempat duduk pekerjabatik tulis bagian pola. Dalam melaksanakanpekerjaannya, pembatik tulis melakukanpekerjaan dengan posisi kerja yang tidakergonomis dan monoton, yaitu bekerja denganposisi duduk menggunakan dingklik  sepertipada gambar berikut.

Gambar 1. “Dingklik”

Dimensi ukuran dingklik sebagai berikut :a) panjang dingklik rata-rata = 317.1 mmb) lebar dingklik rata-rata = 255.6 mmc) tinggi dingklik rata-rata = 142.3 mmd) Sandaran = tidak ada

Deskripsi Posisi Kerja Sebelum MemakaiKursi ErgonomisJarak antar pekerja kurang dari 2 meter, denganalasan menghemat biaya untuk penyediaankompor dan wajan. Satu kompor dan wajan digunakan oleh 3 - 4 tenaga kerja, sehinggamembatasi gerak tenaga kerja. Selain itu

pekerjaan membatik tulis menyebabkan tenagakerja melakukan gerakan yang monoton denganposisi kerja duduk yang tidak ergonomis dalambekerja selama 7 jam sehari dan keadaantersebut telah berlangsung bertahun-tahunsesuai dengan masa kerja masing-masingtenaga kerja. Posisi duduk tenaga kerja sepertipada gambar berikut ini.

Gambar 2. Posisi Duduk Tenaga Kerja Batik

Page 4: 492-910-1-SM

8/16/2019 492-910-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/492-910-1-sm 4/7

Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 – Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) 

Sumardiyono 303 

Kurs i Hasil RancanganUntuk merancang kursi ergonomis yang akandigunakan tenaga kerja bagian pembatik,diperlukan data ukuran antropometri tenagakerja yang meliputi tinggi lutut duduk, jaraklekuk lutut ke garis punggung, lebar pinggul,dan tinggi punggung. Deskripsi data statistikhasil pengukuran antropometri tersaji padatabel di bawah ini.Tabel 2. Data Ukuran Antropometri TenagaKerja

DeskripsiStatistik

TinggiLutut

Duduk(mm)

JarakLekuk-lutut -Garis

Punggung(mm)

LebarPingg

ul(mm)

TinggiPunggung (mm)

NilaiMinimal

335.0 306.0 291.0 301.0

NilaiMaksimal

397.0 455.0 384.0 446.0

Rata-rata 360.8 414.2 338.7 390.9

Persentil5%

338.4 379.4 299.2 353.4

Persentil95%

379.8 448.0 379.8 424.8

Dengan data tersebut, dirancang kursi kerjaergonomis dengan ukuran yang tersaji padatabel di bawah ini.Tabel 3. Dimensi Kursi Kerja Hasil Rancangan

No. UkuranKursi

Persentil

Ukuran(mm)

Kelonggaran

1. TinggiKursi

5% 338.4 Kebutuhanmeluruskan

kaki sebagaipenopangkain pola (-50.0 mm)

2. Panjangkursi

5% 379.4

3. LebarKursi

95% 379.8

4. TinggiSandaran

5% 353.4

Dari data tersebut diperoleh dimensi ukurandingklik sebagai berikut :a) Tinggi kursi kerja = (338.4 – 50.0) = 288.4 mmb) Panjang kursi kerja = 379.4 mm

c) Lebar kursi kerja = 379.8 mmd) Sandaran= 353.4 mm

Deskripsi Perbandingan Dingklik  denganKurs i Hasil RancanganPerbandingan ukuran dingklik dan kursi hasilrancangan tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Perbandingan ukuran dingklik  dankursi hasil rancangan

No. DimensiUkuran

Dingklik (mm)

KursiKerja

Selisih(mm)

(mm)

1 Tinggi 142.3 288.4 146.12 Panjang 317.1 379.4 62.33 Lebar 255.6 379.8 124.24 Sandaran Tidak

ada353.4 -

Deskripsi Perbandingan Posisi DudukSebelum dan Sesudah Memakai DesignKursi Ergonomis Hasil Rancangan

Posisi duduk pekerja sebelum dan sesudahmemakai design kursi hasil rancanganberdasarkan data antropometri tenaga kerjatersaji pada gambar di bawah ini.

Gambar a

Gambar b

Gambar 3. Posisi duduk pekerja sebelum dansesudah memakai design kursi hasil rancangan

Tabel 5. Posisi duduk pekerja sebelumdan sesudah memakai designkursi hasil rancangan

No. Gambar A Gambar B

1. Dingklik terlalupendek, kaki tidakbisa relaksasi

Tinggi kursi sesuaitinggi lekuk lutut,sehingga posisi kakilebih rileks.

2. Panjang dingklik terlalu pendek,sehingga tungkai atas(paha) tertekan,sehingga

Pangjang kursi sesuaipanjang tungkai atasdan alas dudukempuk, sehinggapaha tidak tertekan.

Page 5: 492-910-1-SM

8/16/2019 492-910-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/492-910-1-sm 5/7

Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 – Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) 

Sumardiyono 304 

menghambatperedaran darah

3. Lebar dingklik terlalusempit, sehinggapantat tidak bisaterkover di dingklik.

Lebar kursi sesuaidengan lebar pinggul,sehingga lebihnyaman.

4. Dingklik tanpa

sandaran, sehinggamelelahkan.

Kursi dengan

sandaran sehinggapungung bisaistirahat, makakelelahan terkurangi.

5. Alas duduk daribahan keras,menyebabkanpenekanan alirandarah pada paha.

 Alas duduk dilapisispons sehinggamengurangipenekanan alirandarah pada paha.

Deskripsi Keluhan MuskuloskleletalSebelum Memakai Design Kursi ErgonomisHasil Rancangan

Deskripsi total skor keluhan muskuloskleletalyang dirasakan tenaga kerja sebelum

memakai kursi ergonomis tersaji pada tabelberikut.

Tabel 6. Deskripsi Total Skor KeluhanMuskuloskleletal SebelumMenggunakan Kursi HasilRancangan

No. Deskripsi Statistik Nilai (mm)

1 Nilai terendah 522 Nilai tertinggi 733 Rentang nilai 214 Standar Deviasi 5.1525 Modus 626 Rata-rata 66.04

Deskripsi Keluhan MuskuloskleletalSesudah Memakai Design Kursi ErgonomisHasil Rancangan

Deskripsi total skor keluhan muskuloskleletalyang dirasakan tenaga kerja sesudahmemakai kursi ergonomis tersaji pada tabelberikut.

Tabel 7. Deskripsi Total Skor KeluhanMuskuloskleletal SesudahMenggunakan Kursi HasilRancangan

No. Deskripsi Statistik Nilai (mm)

1 Nilai terendah 402 Nilai tertinggi 663 Rentang nilai 264 Standar Deviasi 5.6945 Modus 446 Rata-rata 46.8

Hasil Uji Statistik Keluhan MuskuloskleletalSebelum dan Sesudah Memakai DesignKursi Ergonomis Hasil Rancangan

Uji statistik untuk mengetahui rerata perbedaan

skor keluhan muskuloskleletal sebelum dansesudah menggunakan kursi ergonomis hasilrancangan dilakukan dengan paired samples t-test. Deskripsi data hasil uji tersaji pada tabelberikut ini.

Tabel 8. Hasil Uji Statistik PerbedaanKeluhan MuskuloskleletalSebelum dan Sesudan MemakaiKursi Ergonomis

No. Variabel t p Hasil

1 Keluhanmuskuloskleletalsebelum

menggunakankursi ergonomis

2 Keluhanmuskuloskleletalsesudahmenggunakankursi ergonomis

16.740 0.000 Signifikan

Hasil uji tersebut menunjukkan nilai p < 0,05;maka dinyatakan signifikan; dengan demikianpemakaian kursi ergonomis dapat menurunkankeluhan muskuloskleletal pada pekerja batiktulis.

4. PEMBAHASANPenelitian ini menggunakan sampel sejumlah 25orang dari total populasi 40 orang. Semuasampel penelitian adalah tenaga kerja di bagianpembatikan yang duduk dengan menggunakandingklik. Seperti terlihat pada gambar 1 di atas,posisi pekerjasangat tidak nyaman. Ukurandingklik  sangat rendah, sehingga posisi kakiharus lurus ke depan, seharusnya secaraergonomis posisi kaki harus menyesuaikantempat duduk. Tinggi kursi harus sesuai denganpanjang lekuk lutut sampai alas kaki. Panjangdingklik juga terlalu pendek, seharusnyapanjang kursi harus menyesuaikan dengan

 jarak lekuk lutut sampai garis punggung. Lebardingklik  juga terlalu sempit, sehingga tenagakerja kurang mendapat kebebasan bergerakselama bekerja, seharusnya panjang dingklik menyesuaikan dengan lebar pinggul. Secarakeseluruhan desain dingklik  yang dipakaitenaga kerja saat ini tidak ergonomis.Ketidakergonomisan tempat duduk akanmenimbulkan keluhan muskuloskleletal berupanyeri punggung, nyeri leher, nyeri padapergelangan tangan, siku dan kaki.

Page 6: 492-910-1-SM

8/16/2019 492-910-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/492-910-1-sm 6/7

Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 – Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) 

Sumardiyono 305 

Gambaran keluhan muskuloskleletal tenagakerja sebelum menggunakan kursi ergonomismenunjukkan kategori risiko sedang sebanyak18 orang (72%), tindakan perbaikan yangdianjurkan adalah mungkin diperlukantindakan perbaikan di kemudian hari. Kategoririsiko tinggi sebanyak 7 orang (28%), tindakanperbaikan yang dianjurkan adalah diperlukantindakan segera. Gambaran tersebutmenunjukkan bahwa perbaikan kursi kerjaperlu mendapat perhatian khusus karenatingginya skor keluhan muskuloskleletal padatenaga kerja.

Gambaran keluhan muskuloskleletal tenagakerja sesudah memnggunakan kursiergonomis menunjukkan kategori risiko rendahsebanyak 21 orang (84%), tindakan perbaikanyang dianjurkan adalah belum diperlukanadanya tindakan perbaikan. Kategori risikosedang sebanyak 4 orang (16%), tindakan

perbaikan yang dianjurkan adalah mungkindiperlukan tindakan perbaikan di kemudianhari. Gambaran tersebut menunjukkan bahwaperbaikan kursi kerja perlu mendapatperhatian khusus karena tingginya skorkeluhan muskuloskleletal pada tenaga kerja.

Dari gambaran tersebut menunjukkanpenurunan gangguan muskuloskleletal padapekerja sebelum dan sesudah menggunakankursi ergonomis. Penurunan tingkat gangguanmuskuloskleletal terlihat rata-rata penurunanskor dari 66.04 menjadi 46.8 atau terjadipenurunan kira-kira 19 nilai skor. Dilihat darikategori risiko menunjukkan penurunan, dari

sebelum mengunakan kursi ergonomis,kategori tinggi 7 orang (28%) dan sedang 18orang (72%) menjadi kategori rendah 21 orang(84%) dan sedang 4 orang (16%). Darigambaran tersebut menunjukkan bahwa yangsemula sebelum menggunakan kursiergonomis mempunyai kategori tinggi,sesudah menggunakan kursi ergonomis sudahtidak ada lagi gangguan muskuloskleletalkategori tinggi. Kategori yang semula sedang,sebelum menggunakan kursi yang ergonomis,sebanyak 18 orang (72%) menjadi 4 orang(16%). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaiankursi kerja yang ergonomis dapat menurunkan

keluhan muskulosklelatal kategori sedangmenjadi rendah.

Pemberian perbaikan kursi kerja yangergonomis dan dilengkapi dengan busa padaalas kursinya mampu mengurangi risikopenekanan langsung pada jaringan otot yanglunak selain itu dengan menggunakan kursisesuai dengan anthropometri maka mampumemberikan sikap kerja yang alamiahsehingga keluhan otot skeletal dapat dikurangi.

Penelitian sejenis yang sesuai denganpenelitian ini dilakukan oleh Purwanti (2008),

yang meneliti Hubungan Ergonomi Kerjadengan Timbulnya Gangguan Kesehatan AkibatKerja Pada Pekerja di PG Kremboong Sidoarjo.Dengan menggunakan uji korelasi PearsonProduct Moment Pearson  diperoleh hasil yangsignifikan dengan nilai r sebesar 0,608.Disebutkan bahwa gangguan muskuloskleletalpada pekerja di PG Kremboong Sidoarjomeliputi nyeri pinggang dan nyeri lutut.

Penelitian sejenis lainnya dilakukan olehPratomo, 2006; meneliti Hubungan Antara KursiKerja dengan Timbulnya Keluhan NyeriPinggang Pada Pekerja Tenun Kain Sarung diJava ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) DesaKebunan Kecamatan Taman KabupatenPemalang. Hasil analisis uji statistikmenunjukkan nilai p = 0.02 artinya signifikan,berarti ada hubungan antara kursi kerja dengantimbulnya keluhan nyeri pinggang pada pekerjatenun kain sarung.

Hasil penelitian ini juga mendukungpenelitian sebelumnya yang dilakukan olehSubagyo, 2010 tentang Pengaruh ErgonomisStasiun kerja terhadap Keluhan otot-ototskeletal Pekerja laki-laki Kantor AdministrasiDokumen Building PT Krakatau Steel Cilegon;dengan hasil uji statistik nilai p = 0,000 (p <0,05), maka hasil uji dinyatakan signifikan.berarti ada beda rata-rata antara skor keluhanmuskuloskleletal sebelum bekerja dengansetelah bekerja. 

5. KESIMPULAN1. Kursi ergonomis hasil rancangan yang

digunakan oleh pembatik di industri BatikDewi Ratih Sragen berukuran tinggi288.4 mm, panjang 379.4 mm, lebar379.8 mm, dan tinggi sandaran 353.4mm.

2. Skor keluhan muskuloskleletal sebelummenggunakan kursi ergonomis lebihtinggi dibanding sesudah menggunakankursi ergonomis dengan selisih skor19.24 point.

3. Hasil Uji statistik perbedaan rata-rataskor keluhan muskuloskleletal sebelumdan sesudah menggunakan kursiergonomis diperoleh t = 16.74; p = 0.000

(p < 0.05). Terdapat perbedaanbermakna perbedaan rata-rata skorkeluhan muskuloskleletal. Dengandemikian penggunaan kursi ergonomisdapat menurunkan skor keluhanmuskuloskleletal.

6. SARAN1. Tenaga kerja sebaiknya memakai kursi

ergonomis hasil rancangan penelitian.

Page 7: 492-910-1-SM

8/16/2019 492-910-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/492-910-1-sm 7/7

Jurnal Speed 13 Vol 9 No 2 – Agustus 2012 ISSN : 1979-9330 (Print) - 2088-0154 (Online) - 2088-0162 (CDROM) 

Sumardiyono 306 

2. Penyuluhan pentingnya upayakesehatan kerja bagi pengusaha dantenaga kerja.

REFERENSIi. Ahmad Watik Pratiknya. 2004. Dasar-

dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan Kesehatan. Jakarta:Manajemen PT Raja GrafindoPersada.

ii. Annis, J.F. & McCoville, J.T., 1996. Anthropometry, dalam Battacharya, A.& McGlothlin, J.D. eds. OccupationalErgonomic. Marcel Dekker Inc. USA.Pp:1-46. 

iii. Dewi Ratih, 2011. Batik Tulis DewiRatih.http://batiktulisdewiratih.blogspot.com/2011_04_01_archive.html

iv. Grandjean, 1993. Fitting the Task to

the Man. 4th ed. Taylor & Francis Inc.London.

v. Helander, M. 1995.  A guide to theergonomics of manufacturing. London:Taylor and Francis Ltd.

vi. Lemasters GK, Atterbury MR, Booth-Jones AD, Bhattacharya A, Ollila-Glenn N, Forrester C, Forst L., 1996.Prevalence of work-relatedmusculoskeletal disorders in activeunion carpenters. Occup Environ Med55(6):421-427.

vii. Pemda Sragen, 2010. Batik SragenBerobsesi Tembus Pasar

Mancanegara. http://info-sragen.blogspot.com/2010/06/batik-sragen-berobsesi-tembus-pasar.html

viii. Pratomo,A.W. 2007. Hubungan antaraKursi Kerja dengan timbulnya KeluhanNyeri Pinggang Pada Pekerja TenunKain Sarung Di ATBM (Alat TenunBukan Mesin) Desa Beji KecamatanTaman Kabupaten Pemalang Tahun2006.  Semarang : Skripsi FakultasIlmu Keolahragaan UNNES.

ix. Pulat, BM. 1992. Fundamental ofIndustrial Ergonomic. Prectise HallEnglewood Cliffs New Jersey

x. Purwanti D, 2008. “Hubungan AntaraErgonomi Kerja Terhadap TimbulnyaGangguan Kesehatan Akibat Kerjapada Pekerja di PG KREMBOONGSidoarjo”. Thesis. Malang : UniversitasMuhamadiyah Malang.

xi. Subagyo, S. 2010. “PengaruhErgonomis Stasiun kerja terhadapKeluhan otot-otot skeletal Pekerja laki-laki Kantor Adminitrasi DokumenBuilding PT Krakatau Steel Cilegon”. 

Skripsi. Surakarta : Fakultas KedokteranUNS.

xii. Suma’mur, 2009. Higiene Perusahaandan Kesehatan Kerja (Hiperkes).Jakarta: Agung Seto.

xiii. Suyatno Sastrowinoto, 1985.Meningkatkan produktivitas denganergonomi, IPPM dan PT. Pertja,Jakarta.

xiv. Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri,Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomidan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta:Harapan Press Solo.