Upload
adhe-suhe-notsue
View
68
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
1
Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah
Sjaffriadi, Budi Nurachman, Nugroho Adi Sasongko, Imron Masfuri Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Jakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Kebijakan pemerintah untuk mengurangi konsumsi minyak tanah kemudian digantikan dengan bahan bakar
LPG, berdampak kepada sejumlah isu. Diantaranya adalah, masyarakat dibuat untuk tidak memiliki pilihan
bahan bakar alternatif untuk memasak, ketergantungan terhadap bahan bakar baru serta perubahan di dalam psikologi sosial. Secara umum, masyarakat yang terlibat langsung di dalam sektor riil seperti
pedagang kakilima masih mengharapkan hadirnya bahan bakar alternatif, konvensional dan sederhana yang
dapat membantu mereka di dalam aktivitas perdagangan sehari-hari serta aman dalam penggunaan.
Kompor Tekan Multifuel adalah kompor yang dapat digunakan untuk berbagai bahan bakar, baik bahan
bakar nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jelantah dan biosolar, maupun bahan
bakar fosil seprti minyak tanah, solar, dan oli bekas. Dimana pengoperasiannya dengan cara ditekan.
Kompor ini terdiri atas dua buah tabung bertekanan dan sebuah burner yang berfungsi sebagai konverter.
Prinsip kerja kompor ini adalah dengan mengubah fase bahan bakar cair menjadi gas yang siap untuk
terbakar secara spontan. Dalam penelitian ini, digunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar dimana merupakan sebuah solusi alternatif yang berdampak positif. Jika minyak jelantah dibuang begitu saja dapat
berpolusi atau mengotori lingkungan, sementara jika digunakan untuk memasak kembali, minyak jelantah
dapat menyebabkan kanker akibat kandungan yang tinggi dari senyawa polimer, aldehid, asam lemak serta
lakton. BPPT sebagai badan pengkajian dan penerapan teknologi berupaya memberikan solusi terhadap
masalah yang terjadi di masyarakat melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Keunggulan kompor tekan
multifuel yaitu: Pertama dalam hal teknis, kompor ini praktis digunakan karena dibuat secara sederhana
meliputi dua tangki dan burner sekaligus, temperatur nyala api cukup tinggi yaitu di atas 1200oC serta dapat
digunakan untuk beragam minyak nabati tanpa perlu modifikasi tambahan. Kedua dalam hal Ekonomi,
diperoleh alternatif pemanfaatan minyak jelantah, yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang memiliki nilai ekonomis dimana menghemat bahan bakar secara signifikan dengan harga minyak jelantah perliternya yang
cukup murah. Sementara itu kompor tekan multifuel didesain sesederhana mungkin agar harganya
terjangkau oleh masyarakat. Ketiga manfaatnya dalam Kesehatan, karena membantu mengubah pola
perilaku masyarakat dalam hal ini penjual gorengan, dimana sebelumnya memakai minyak goreng dalam
memasak secara berulang kali yang menurunkan kualitas dan higienis makanan, saat ini dengan
menggunakan kompor tekan multifuel mereka memiliki alternatif yang jauh lebih sehat. Potensi ketersediaan
minyak jelantah saat ini cukup melimpah jika dilakukan kerjasama dengan pengusaha makanan, juragan
penjual gorengan dan rumah makan cepat saji untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan bakar
pengganti LPG. Dengan demikian, keberadaan kompor tekan multifuel adalah jawaban untuk menuju
kemandirian energi, khususnya di sektor UKM dan Koperasi.
Kata Kunci: Kompor Tekan, Multifuel, Minyak Jelantah
Abstract
Government policy to reduce the consumption of kerosene was then replaced with LPG fuel, impact upon a
number of issues. Among them are, people are made not to have a choice of alternative fuel for cooking,
dependence on new fuels and changes in social psychology. In general, people who were directly involved in
the real sector as a cadger still expect the presence of alternative fuels, conventional and simple that can
help them in daily trading activity and safe in use. Multifuel pressure stove is a stove that can be used for a
variety of fuels, whether biofuels like coconut oil, palm oil, used cooking oil and biodiesel, as well as fossil
fuels like kerosene, diesel fuel and used lubricant, where operated by means of compression. This stove
consists of two pressurized tube and a burner that functions as a converter. The working principle of this stove is by changing the phase of a liquid to a gaseous fuel that is ready to ignite spontaneously. In this
study, used cooking oil as a fuel which is an alternative solution which had a positive impact. If cooking oil
dumped can pollute or contaminate the environment, meanwhile if it is used for cooking again, used cooking
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
2
oil can cause cancer due to the high content of polymer compounds, aldehydes, fatty acids and
lactones. BPPT as the Agency of assessment and application of technology seeks to provide solutions to
problems that occur in society through Appropriate Technology Innovation. The advantage of multifuel
pressure stove: First in technical terms, this stove is made of practical use because it simply involves two
tanks and burner as well, temperature is high at over 1200oC and can be used for a variety of vegetable oils
without the need for additional modifications. Second in terms of economy, obtained by the alternative use of
used cooking oil, as an alternative fuel that still has economic value which is significantly save fuel with used
cooking oil and per liter of fuel prices are quite cheap. Meanwhile, multifuel pressure stove is designed as
simple as possible so that the price is affordable to the community. In the third is health benefits, because it
helps possibility to change people's behavior patterns in this case the cadgers, which previously used cooking
oil in cooking are repeatedly that reduce the quality and hygienic food, this time with the multifuel pressure stoves they have a much healthier alternative. Potential availability of used cooking oil is currently quite
abundant if possible to establish cooperation with fast food restaurants to make use of used cooking oil as a
fuel substitute for LPG. Thus, the presence of multifuel stove is a solution toward energy independence,
especially in the SME sector and cooperatives.
Keywords: Pressure stove, multifuel, waste/ used cooking oil
1. Pendahuluan
Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak tanah
untuk memasak harus dibatasi karena sumberdaya
alamnya yang terbatas, harga yang mahal, ketidakpastian terhadap ketersediaan dan juga
kesulitan pendistribusian bahan bahan terutama untuk
lokasi terpencil. Pengenalan kompor yang efisien
terhadap bahan bakar dapat mengurangi konsumsi
bahan bakar fosil. Penggunaan minyak jelantah untuk
kompor tekan berbahan bakar nabati adalah sebuah
solusi alternatif yang menawarkan sejumlah
keuntungan, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, dan
ekologi. Minyak jelantah masih memiliki energi
thermal yang cukup tinggi jika dibakar. Untuk
sejumlah orang, setelah penggunaan beberapa kali minyak jelantah umumnya langsung dibuang.
Sementara untuk sebagian orang lainnya, minyak
bekas ini dapat digunakan bahkan untuk beberapa kali
lagi sampai warna minyak menjadi gelap. Dari sisi
kesehatan, makanan yang digoreng dengan minyak
jelantah adalah sangat berbahaya dimana
menyebabkan efek karsinogenik untuk tubuh manusia.
Selanjutnya dari sisi ekologi, minyak jelantah dalam
volume besar dapat menyebabkan polusi bagi
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Tujuan
dari penelitian ini adalah promosi dan pengenalan
kepada pasar, dalam hal ini adalah pedagang kakilima sebagai pengguna langsung di dalam masyarakat.
Target yang diharapkan akan tercapai adalah
pengenalan Kompor tekan Multifuel prototipe A
kepada pengguna akhir dan presentasi hasil percobaan
untuk kualitas, kehandalan, kelayakan teknis, dan
kenyamanan dalam penggunaan minyak jelantah. Dari
pengembangan penelitian, didapatkan model baru
yang dinamakan Kompor tekan Multifuel Protipe B
yang merupakan optimasi dari Prototipe A dan
memiliki kelayakan di dalam harga jual, sesuai dengan
kondisi sosial ekonomi dari masyarakat kelas menengah ke bawah.
2. Landasan Teori
Minyak tanah adalah bahan bakar cair yang digunakan
secara luas di negara-negara berkembang. Dalam struktur kimia, minyak tanah mengandung molekul
hidrokarbon dengan panjang rantai karbon mulai dari
C8 sampai dengan C10. Sementara itu, minyak nabati
adalah trigliserol atau asam lemak yang memiliki
panjang rantai karbon mulai dari C12 sampai dengan
C18. Secara umum, seluruh minyak nabati pada
temperatur normal dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar di dalam kompor untuk memasak. Minyak
nabati dipandang cukup baik untuk digunakan sebagai
subtitusi bahan bakar karena untuk nilai kalor per
volume hanya 5% di bawah dari minyak tanah atau bahan bakar diesel [1]. Karena perbedaan di dalam
sifat alami fisika dan kimia, bahan bakar cair fosil
seperti minyak tanah dan diesel membakar spirtus
secara berbeda, tidak seperti bahan bakar nabati. Titik
uap (titik flash) dari minyak nabati, sebagai contoh ,
berkisar antara 180oC sampai dengan 300oC, lebih
tinggi jika dibandingkan dengan titik flash dari uap
minyak tanah pada 55 - 80oC. Lebih lanjut, visikositas
dari minyak nabati kurang lebih 30 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak tanah. Oleh karena itu,
perlu dipikirkan cara atau metode yang baik di dalam
pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar di dalam kompor.
Tabel 1 Sifat- sifat Fisika dari Sejumlah Minyak
Nabati, Minyak Tanah dan Diesel [2]
Bahan Bakar Titik
Nyala
C
Viskositas
Kinematik
10-6 m/s
Nilai
Iodine
Nilai
Saponifikasi
Nilai Kalor
Bruto
MJ/kg
Minyak
Kacang-
kacangan
340 75,7 103,0 198,0 39,65
Minyak
Kelapa
270-
300 51,9 10,4 268,0 37,54
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
3
Minyak Sawit 314 88,6 54,2 199,1 39,54
Minyak
Rapeseed/
Canola
317 97,7 98,6 174,7 40,56
Minyak Bunga
Matahari 316 65,8 132,0 190,0 39,81
Minyak Tanah 50-55 2,2 - - 43,50
Minyak Diesel 55 2,8 - - 45,00
Bahan bakar cair dapat dibakar baik dengan
kompor bertekanan dan sumbu. Secara umum, biaya
produksi dan perawatan dari dari kompor bersumbu
adalah lebih rendah dibandingkan dengan kompor
bertekanan. Sementara itu kompor bertekanan
memiliki daya keluaran dan efisiensi yang lebih
tinggi. Secara umum, daya dari kompor bertekanan
berkisar di antara 0,8 sampai 3,5 kW dengan efisiensi
45-52%, sementara daya keluaran dari kompor
bersumbu berkisar di antara 0,8 sampai 2,2 kW
dengan efisiensi dari 38%-47%. Kualitas pembakaran di dalam kompor bertekanan adalah lebih tinggi
dengan emisi yang lebih kecil atau sedikit emisi.
Kompor bersumbu dimanfaatkan dengan
menggunakan efek kapilaritas dari fluida. Dalam
kondisi ini, minyak nabati tidak dapat digunakan
dengan kompor konvensional menggunakan sumbu
kapas atau kain. Karena viskositas yang tinggi,
kecepatan aliran dari minyak nabati di dalam sumbu
adalah sangat kecil. Sebagai konsekuensinya, sumbu
tidak dapat dipergunakan untuk menyuplai minyak
dan tempat terjadinya pembakaran atau penyalaan api. Oleh karena itu, investigasi dari pemanfaatan minyak
nabati sebagai sebagai minyak untuk memasak
difokuskan pada kompor bertekanan. Sejumlah studi
menunjukkan bahwa minyak nabati dapat
dipergunakan secara langsung di dalam kompor
minyak tanah bertekanan dengan sejumlah modifikasi
kecil. Kompor minyak tanah dikembangkan dengan
sejumlah modifikasi sehingga dapat dioperasikan
dengan minyak goreng. Vaporizer didesain untuk
meningkatkan waktu tinggal dari minyak goreng di
dalam nyala api. Dalam kondisi stabil, kompor
membakar minyak jelantah dengan nyala api biru. Emisi (asap) hanya terjadi ketika atau saat kompor
dinyalakan atau dimatikan.
3. Spesifikasi Teknis
Kompor tekan Multifuel dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan berbagai bahan bakar seperti minyak
nabati, bahan bakar fosil, dan minyak bekas dengan
menggunakan dua tangki yang terdiri dari tangki
diesel dan tangki minyak nabati. Sebagai tambahan, di
dalam kompor terdapat juga sebuah alat yang disebut
dengan konverter yang bekerja untuk mengubah sifat
fisik dari minyak yang memiliki visikositas yang
tinggi menjadi rendah sebagaimana bahan bakar gas,
agar minyak tersebut dapat dengan mudah dibakar
pada burner yang merupakan bagian dari konverter.
Kompor tekan Multifuel menggunakan minyak
nabati 90-100% (seperti minyak sawit, minyak jarak
dan minyak jelantah). Secara umum, minyak jelantah
dapat berasal dari minyak sawit atau kelapa, bunga
matahari, zaitun atau minyaj goreng lainnya. Dalam
penggunaan minyak jelantah, pengolahan awal perlu dilakukan, dinamakan proses screening, pemeriksaan
visikositas dan kualitas sebagai sebuah dasar
pertimbangan di dalam penentuan apakah dalam
penggunaan minyak jelantah akan dicampur atau tidak
(sebagai contoh 90-95% minyaj jelantah dengan 5-
10% minyak tanah atau diesel atau penggunaan 100%
langsung). Data yang ditunjukkan pada tabel 1, adalah
desain teknis dari kompor. Pada kompor, tekanan
dilakukan dengan menggunakan pompa tangan kecil.
Minyak cair akan terevaporasi atau menguap di dalam
vaporizer dan keluar melalui sebuah nozzel ke dalam kepala burner dimana aliran berkecepatan tinggi (jet)
bercampur dengan udara lingkungan. Ketika
meninggalkan kepala burner, campuran minyak nabati
dan udara akan terbakar di dalam nyala api.
Pengaturan besar kecilnya nyala api dilakukan melalui
sebuah valve dimana laju aliran bahan bakar dikontrol.
Tabel 2 Desain Teknis dari Kompor Tekan Multifuel
[4]
DESKRIPSI SPESIFIKASI
Dimensi kompor 30 X 30 X 60 cm
Rangka kompor Pipe Diameter 20 mm
Pemanas liquid fuel Pipa tembaga
Shield / perisai Stainless steel 304, tebal
1mm
Burner Plate SPCC, tebal 1.2
mm
Tangki Multifuel Kapasitas 5 Liter
Tangki Starter Fuel /
M.Tanah Kapasitas 2 Liter
Pompa Manual / Otomatis
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
4
Gambar 1 Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar
Minyak Jelantah
Kompor Tekan Multifuel yang dikembangkan di
PTPSE BPPT adalah sebuah kompor yang
menggunakan sebuah burner berperan sebagai sebuah
sumbu atau kombustor dari bahan bakar bertekanan.
Berdasarkan hasil percobaan, karakteristik dari
kompor ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Temperatur pembakaran antara 1000 1260oC, dengan warna nyala api biru
Efisiensi pembakaran antara 55-60%, dan tenaga keluaran antara 0,8 sampai dengan 3,54
Menggunakan bahan bakar 100% minyak jelantah atau campuran antara minyak jelantah dan minyak
tanah/diesel dengan rasio 9:1
Waktu yang dibutuhkan untuk memasak atau menggoreng relatif sama dengan kompor gas LPG
Perbandingan penggunaan bahan bakar: - Kompor tekan Multifuel menghabiskan
minyak nabati sekitar 0,80 liter/jam
- Kompor tekan konvensional yang terdapat dipasaran secara umum menghabiskan
minyak tanah sekitar 1,30 liter/jam
Menggunakan 100% produk komponen domestik serta ramah lingkungan
Kecilnya risiko terjadinya ledakan yang diakibatkan oleh proses pembakaran yang tidak
terkontrol
Kompor tekan Multifuel masih menggunakan campuran minyak tanah untuk pemanasan awal
kompor untuk mengurangi visikositas minyak nabati
dan mempermudah proses evaporasi. Sebaliknya, jika
tidak dilakukan pemanasan awal, minyak nabati akan
menggumpal atau menyumbat vaporizer dan dalam
beberapa saat kompor akan berhenti menyala.
4. Prosedur Pengoperasian
Gambar 2. Konfigurasi Kompor Tekan Multifuel
Prosedur pengoperasian di dalam penyalaan
kompor tekan Multifuel adalah sebagai berikut:
Setelah selesai memasak, valve minyak jelantah ditutup secara perlahan-lahan
Valve minyak tanah dibuka
Biarkan kompor menyala dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk tiga menit untuk
membakar sisa minyak jelantah yang tidak atau
belum terbakar. Perlakuan ini diperlukan untuk
mencegah kerak atau pemampatan saluran bahan
bakar serta untuk mempermudah kegiatan memasak diwaktu kemudian
Setelah seluruhnya selesai, valve minyak tanah kemudian ditutup
Gambar 3. Proses Menyalakan Kompor Tekan
Multifuel
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
5
Gambar 4. Proses Mematikan Kompor Tekan
Multifuel
5. Percobaan
a. Metode Percobaan Kompor tekan Multifuel digunakan untuk
memanaskan 2 kg air selama 30 menit. Di dalam setiap langkah percobaan, digunakan sejumlah jenis
minyak nabati. Di dalam inisiasi penyalaan, digunakan
minyak tanah untuk memanaskan burner dan Minyak
Nabati agar supaya kompor dapat dipergunakan
dengan mudah. Sejumlah parameter yang
diujicobakan di dalam percobaan ini adalah:
Pengukuran konsumsi bahan bakar dari kompor tekan Multifuel, untuk mendapatkan rasio
konsumsi dari sejumlah bahan bakar minyak
nabati
Pengujian kestabilan temperatur nyala api dari kompor
Tiga jenis Minyak Nabati dengan kemurnian 90%
seperti PPO (Pure Palm Oil), Minyak Jarak, dan
Minyak Jelantah dipergunakan di dalam percobaan ini.
b. Hasil Percobaan Gambar 5,6,7,8 dan 9 menunjukkan hasil-hasil percobaan. Di dalam gambar 5 menunjukkan rata-rata
konsumsi bahan bakar sekitar 0,30 0,45 liter untuk memanaskan 2 kg air untuk sekitar 30 menit. Di dalam
10 kali percobaan, rata-rata ini menunjukkan angka
yang kurang lebih sama dan stabil.
Gambar 5 Perbandingan Konsumsi Minyak Nabati
Nilai temperatur nyala api dari proses
pembakaran ditunjukkan pada gambar 6. Dari gambar
ini, sebagai dapat kita lihat bahwa rata-rata temperatur
nyala api adalah sekitar 1000oC 1200oC dalam sepuluh kali percobaan.
Gambar 6. Perbandingan dari Temperatur Nyala Api
Minyak Nabati
Gambar 7. Perbandingan Konsumsi Rata-rata Minyak
Nabati
Dari hasil percobaan diketahui perbedaan tidak terlalu
besar pada konsumsi rata-rata bahan bakar nabati. Di dalam sejumlah campuran dengan jenis minyak dan
perbandingan yang berbeda, konsumsi bahan bakar
memiliki rata-rata antara 0,25 sampai dengan 0,45 liter
untuk mendidihkan 2 kg air di dalam waktu sekitar 30
menit. Rata-rata yang rendah ini disebabkan oleh efek
dari campuran bahan bakar baik minyak fosil dan
nabati di dalam minyak jelantah. Hasil percobaan
ditunjukkan pada gambar 8.
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
6
Gambar 8. Perbandingan dari Konsumsi Rata-rata Minyak Jelantah pada Sejumlah Campuran yang
Berbeda
Gambar 9. Perbandingan Temperatur Nyala Api dari
Minyak Jelantah pada Sejumlah Komposisi Campuran
yang Berbeda
Berdasarkan hasil dari beberapa percobaan yang
telah dilakukan, sejumlah informasi yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut:
Nilai rata-rata dari konsumsi bahan bakar nabati dengan menggunakan PPO, minyak jelantah dan
minyak jarak adalah relatif sama
Di dalam pemanfaatan PPO dan minyak jelantah sebagai bahan bakar nabati tidak diperoleh hambatan atau masalah yang signifikan.
Sementara pada penggunaan minyak jarak, pada
setiap atau dalam sepuluh menit, terbentuk
gumpalan pada spuyer. Tetapi secara umum,
kondisi ini tidak mengganggu kinerja dari kompor
Di dalam pemanfaatan dari minyak jelantah sebagai bahan bakar, menunjukkan hasil yang
cukup baik, bahkan kehandalan dapat
diasumsikan sampai dengan 95%. Demikian pula
pada campuran PPO : Minyak Jelantah : Minyak
Tanah dengan rasio sekitar 6 : 3 : 1
Perbandingan ekonomis antara konsumsi LPG, minyak jelantah dan solar dapat diestimasikan dan
diperoleh sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3. Perbandingan Biaya di dalam Konsumsi
Harian dari Sejumlah Bahan Bakar [5]
Parameter Minyak
Jelantah
Minyak
Tanah LPG
Harga
satuan
Rp.3000/
liter
Rp.1100/
liter
Rp.15000/
3 kg
Konsumsi
Bahan
Bakar
0.75
liter/jam
(kompor
tekan
Multifuel)
1.2-1.3
liter/jam
(kompor
M.Tanah
tekanan
tinggi)
500 600
gr/jam
(kompor
LPG
tekanan
tinggi)
Biaya
Konsumsi
Perjam
Rp. 2,250 Rp.13,200 Rp. 2,500
3,000
Tinjauan Harga Kompor
Harga
Kompor
< Rp.
400.000
Rp.
150.000
Rp.
150.000
Harga
Tabung
- - Rp.
125.000
Harga
Asesoris
termasuk - Rp.
75.000
TOTAL Rp. 400.000
Rp.
150.000
Rp.
350.000
6. Difusi Teknologi Dari Pemanfaatan Kompor Tekan Multifuel
Pemanfaatan lebih lanjut dari produk hasil penelitian
BPPT dilakukan dengan cara mekanisme difusi
langsung ke masyarakat. Aktivitas difusi diharapkan:
Untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari sifat-sifat alamiah bahan bakar minyak nabati yang memiliki visikositas yang tinggi. Dalam
hasil penelitian ini, bahan bakar minyak nabati
berhasil dimanfaatkan secara optimal dengan cara
perekayasaan desain kompor
Mempermudah penetrasi produk ke pasar, karena penggunaan atau pengoperasian dari kompor
dikenal atau diketahui oleh masyarakat. Tidak ada
risiko ledakan, kemudahan dalam perawatan, dan
ramah lingkungan
Untuk memberikan nilai tambah ekonomi (pendapatan tambahan) dan meningkatkan kesejahteraan dari komunitas kelas menengah ke
bawah seperti pedagang kaki lima, restauran cepat
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
7
saji, restauran tradisional (Warung Tegal),
Industri makanan rumah tangga serta industri
kompor tradisional itu sendiri
Untuk mendukung penerapan program diversifikasi energi, dengan menggunakan
berbagai tipe atau jenis bahan bakar (seperti
minyak jelantah atau minyak pelumas bekas)
karena kompor di desain untuk dapat digunakan
pada berbagai jenis bahan bakar
Untuk mendukung pemerintah di dalam program energi nasional, dalam hal pemanfaatan
sumberdaya energi lokal
Untuk memenuhi ekspektasi dari aktivitas difusi
teknologi, sejumlah aksi telah dan sedang dilakukan di
dalam program ini adalah:
Menyiapkan dan memproduksi sejumlah paket kompor tekan bahan bakar nabati prototipe A.
Fabrikasi dan kontrol kualitas dilakukan oleh tim
BPPT bersama dengan industri kompor di
Bandung, Jawa Barat
Distribusi dari paket kompor gratis ke komunitas. Dalam hal ini adalah para pengguna langsung
seperti pedagang kaki lima (penjual gorengan)
dan restauran tradisional (Warung Tegal). Sekitar
dua puluh paket kompor telah didistribusikan di
daerah pemukiman kota Bekasi
Sekitar tiga kali perminggu (selama satu bulan) tim BPPT melakukan inspeksi dan evaluasi.
Sejumlah catatan berhasil dikumpulkan dan
dirangkum berkaitan dengan pengoperasian,
perawatan, kenyamanan, dan tingkat keamanan
Pengumpulan informasi mengenai pendapatan harian dari pedagang kaki lima dan restauran
tradisional serta analisa mengenai kemampuan
daya beli kompor
Melakukan evaluasi final dan mengusulkan sejumlah rekomendasi yang kemudian berhasil
dihasilkan kompor tekan Multifuel baru (prototipe
B)
Penyusunan studi kelayakan untuk pendistribusian secara luas kompor tekan
Multifuel kepada masyarakat di sejumlah tempat atau daerah
Gambar 10. Sosialisasi dan serah terima kompor
Tekan Multifuel di Kota Bekasi Selasa,21 Februari
2012
7. Kesimpulan Minyak nabati seperti PPO (Pure Palm Oil), minyak jelantah dan minyak jarak menunjukkan kemampuan
nyala dan pembakaran yang baik di dalam kompor
yang telah didesain, dengan kondisi operasi yang
cukup stabil serta temperatur nyala api yang tinggi
Pengembangan dari kompor tekan Multifuel
Prototipe A berhasil dilakukan termasuk kegiatan
kontrol kualitas dari material, kelayakan teknis,
keandalan, tingkat kenyamanan dan keselamatan
dalam penggunaan bahan bakar lokal (seperti minyak
jelantah dan solar atau minyak tanah)
Model baru (Prototipe B) berhasil diperoleh sebagai hasil dari pengembangan Prototipe A serta
diperoleh rentang kelayakan harga jualnya yang telah
disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi dari
kemampuan daya beli masyarakat kelas menengah ke
bawa atau pengguna langsung, seperti Penjual
Gorengan dan Restauran Tradisional (Warung Tegal).
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG, 25 APRIL 2012
8
Daftar Pustaka
[1] E. Stumpf and W. Mhlbauer, Plant Oil As Cooking Fuel Development of a Household Cooking Stove for Tropical and Subtropical
Countries. Germany, Hohenheim University,
Institute for Agricultural Engineering in the
Tropics and Subtropics, 2002.
[2] W. Mhlbauer, A. Esper, E. Stumpf and R. Baumann, Rural Energy, Equity and
Employment: Role of Jatropha Curcas,
Workshop. Hohenheim University, Stuttgart, Germany, 1998.
[3] Basics of burning Jatropha oil for lighting. http://www.jatropha.de/lamps/princ-burning.htm,
Oktober 2001.
[4] Sjaffriadi, Kompor Tekan Minyak Nabati TPSE TIEM BPPT, Program Insentif RISTEK 2009 2011.
[5] Sjaffriadi, Laporan Uji Coba Kompor Minyak Nabati TPSE TIEM BPPT, 2008.