Upload
reza-pangestu
View
575
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
1
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan
(Studi Pada Emiten Jakarta Islamic Indeks (Jii) Periode Tahun 2006-2010)
Pramadita Rizky
Deannes Isynuwardhana
Institut Manajemen Telkom
ABSTRACT
The objective of this study is to examine the influance of institutional ownership, capital structure, profitability, investment
opportunity set (IOS), and liquidity toward earnings quality and firm’s value, simultaneously as well as partially. This study also
examine the influance of earnings quality towards firm’s value. Samples of this study is 13 companies which consistently categorized
as Jakarta Islamic Index in period 2006-2010. The multiple linier and simple linier regression was used in this research as the
method of data analysis.
The result from this study shows that simultaneously the proportion of influance institutional ownership, capital structure,
profitability, investment opportunity set (IOS), and liquidity has insignificant influence towards earnings quality which is proxied by
discretionary accrual and firm’s value which is proxied by price book value. The variable which partially has significant influence
towards earnings quality is proportion of profitability, investment opportunity set (IOS), and liquidity. The variable which partially
has significant influence towards firm’s value is proportion of capital structure, profitability, investment opportunity set (IOS), and
liquidity. The result of this study also show that earnings quality doesn’t have significant influance towards firm’s value.
Key Words: institutional ownership, capital structure, profitability, investment opportunity set (IOS), liquidity, discretionary
accrual (earnings quality) and firm’s value.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang mempunyai peran penting bagi pengukuran dan penilaian
kinerja sebuah perusahaan. Dalam proses penyusunan laporan keuangan, informasi yang disajikan harus mencerminkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya agar dapat digunakan oleh para pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
kualitas laba menjadi pusat perhatian para pengguna laporan keuangan yaitu investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan
pemerintah. Laba dalam laporan keuangan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional
perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan.
Menurut Grahita (2001:1), laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit gangguan perseption di
dalamnya dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Semakin besar gangguan persepsian yang
tergantung dalam laba akuntansi, maka semakin rendah kualitas laba akuntansi tersebut.
Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap laba juga sering dilakukan oleh manajemen. Pemikiran bahwa pihak
manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang
menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self- interested behaviour. Keinginan, motivasi
dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan
pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi.
Penyusunan laba dilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi didalam perusahaan, kondisi tersebut dapat
menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan
dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Pemisahaan kepemilikan seperti ini akan dapat menimbulkan konflik dalam
pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan
para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan konflik keagenan, yaitu manajemen sebagai
pelaksana dan pemegang saham sebagai pemilik. Menurut pandangan teori keagenan, pihak manajemen yang mempunyai
kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan
prinsipal.
Konflik keagenan yang mengakibatkan peluang manajemen ini akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendah kualitas laba
ini akan membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pengguna informasi sehingga nilai perusahaan berkurang. Pandangan
teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat
mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Subramanyam (1996) dalam Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa salah satu
ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan.
Laba yang diukur atas dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja perusahan dibandingkan arus kas operasi
karena akrual mengurangi masalah waktu dan mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka pendek
(Boediono,2005). Dalam prosesnya, dasar akrual dapat memberikan kesempatan kepada manajer dalam melakukan manajemen laba
atau earnings management guna menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi. Widyaningdyah (2001)
menyatakan definisi kualitas laba adalah perilaku manajemen untuk bermain dengan komponen discretionary accrual yang
menentukan besarnya laba.
Laba yang tidak dilaporkan sesuai dengan fakta yang terjadi dapat diragukan kualitasnya. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi
apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, yaitu laba yang memiliki
karakteristik relevansi, reliabilitas dan komparabilitas atau konsistensi (Sutopo, 2009). Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat
kesalahan dalam pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang
(Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas salah satunya adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya (Martono dan Harjito,2005:2). Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan nilai perusahaan
2
akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen
dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Menurut Boediono (2005) jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk
membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan sebenarnya. Penelitian ini ingin
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan pada perusahaan yang termasuk dalam Jakarta Islamic
Index (JII). Kualitas laba diukur dengan discretionary accrual sedangkan nilai perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas labadan nilai perusahaan pada emiten yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) periode
2006-2010.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dibuat maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui -faktor yang
mempengaruhi kualitas labadan nilai perusahaan pada emiten yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII). Adapun manfaat yang
dharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu: (1) sebagai bahan kajian dalam penilitian sejenis di masa yang akan datang dan dapat
memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan, (2) sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi investor untuk
pengambilan keputusan investasi di pasar modal, dan (3) dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan sehingga dapat memberikan informasi terkait keputusan yang
akan diambil perusahaan
B. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam teori keagenan, hubungan keagenan muncul ketika pemegang saham atau pemilik membayar kompensasi kepada manajer
untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Inti dari hubungan keagenan menurut Sutedi (2011:14) adalah sebagai berikut:
“Hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer)”.
Kepemilikan diwakili oleh investor yang mendelegasikan kewenangan kepada manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor
mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan dengan
bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor. Pemilik (principal) menunjuk manajer (agent) untuk bertugas mengelola
perusahaan.
Sementara pemilik (principal) bertugas mengawasi jalannya perusahaan yang dikelola oleh agent untuk memastikan bahwa
mereka bekerja demi kepentingan perusahaan serta mengembangkan sistem kompensasi bagi agent. Sebagai agent, manajer secara
moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para principal dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi
sesuai kontrak. Dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan oleh agent, sering sekali para agent bertindak tidak
sesuai dengan keinginan principal sehingga terjadi konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini dapat terjadi akibat adanya
informasi asimetri antara pemilik dan manajer. Menurut Mishkin dan Frederic (2008 : 50) informasi asimetri mempunyai dua tipe,
salah satunya adalah moral hazard. Moral hazard adalah masalah yang diciptakan oleh informasi asimetris yang terjadi setelah
transaksi terjadi. Moral hazard terjadi ketika manajer melakukan tindakan tanpa sepengetahuan pemilik untuk keuntungan pribadinya
dan menurunkan kesejahteraan pemilik. Informasi asimetri dapat memberikan efek yang nyata pada keputusan keuangan perusahaan.
Kepemilikan Institusional, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Pada umumnya kepemilikan institusional merupakan pemegang saham yang cukup besar dan sekaligus memiliki pendanaan yang
besar. Ada pendapat yang beranggapan bahwa perusahaan yang memiliki pendanaan besar, maka kecil kemungkinan berisiko
mengalami kebangkrutan. Dengan demikian konsentrasi kepemilikan institusional akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap
perusahaan berupa meningkatnya volume perdagangan saham dan harga saham sehingga akan meningkatkan nilai pemegang saham.
Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan (Haruman, 2007 dalam Rezika,
2010). Investor institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku manajemen dalam melaksanakan kegiatan
operasional perusahaan secara efektif, sehingga dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak institusi diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dan juga nilai perusahaan.
Hasil penelitian Suranta dan Machfoedz (2003) dalam Adriani (2011) menyatakan bahwa nilai perusahaan (Tobin’s Q)
dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial, institusional dan ukuran dewan direksi dan hasil penelitian Yuli (2010) menyatakan bahwa
kualitas laba dipengaruhi oleh kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
Struktur modal, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Dalam teori struktur modal menjelaskan ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari
harga saham perusahaan. Semakin besar hutang perusahaan maka akan semakin tinggi nilai perusahaan dan dapat meningkatkan
discretionary accrual (kualitas laba). Sugiarto dan Siagian (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan
menyimpulkan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap kualitas laba, sedangkan Susanti (2010) yang meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan menyimpulkan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan
yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayarkan devidennya, dan hal ini berdampak pada kenaikan nilai
perusahaan serta meningkatkan kepercayaan para investor terhadap laba perusahaan. Susanti (2010) menyimpulkan bahwa faktor
profitabilitas berpengaruh signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan dan Yuli (2010) menyimpulkan bahwa variabel
profitabilitas mempengaruhi kualitas laba.
Investment Opportunity Set (IOS), Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Investment Opportunities Set (IOS) merupakan alternatif investasi di masa datang bagi perusahaan yang diharapkan akan
menghasilkan return yang besar. Menurut hasil penelitian Wah (2002) dalam Andriani (2011), perusahaan dengan investment
opportunity yang tinggi lebih mungkin untuk mempunyai discretionary accrual (akrual kelolaan) yang tinggi, tetapi jika mereka
mempunyai auditor dari Big 5 discretionary accrual akan menurun. Kecenderungan ini akan menurun jika perusahaan mereka
mempunyai pengawasan audit yang lebih baik. Investment opportunity set merupakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan
sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa mendatang. Andri dan Hanung (2007) yang meneliti faktor-faktor yang
3
mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan menyimpulkan bahwa IOS berpengaruh terhadap discretionary accrual dan nilai
perusahaan.
Likuiditas, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Menurut Fahmi (2011;174) likuiditas merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya secara lancar dan tepat waktu. Dengan kata lain, semakin tinggi likuiditas maka perusahaan dikatakan sehat dan dalam
keadaan baik, karena mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang bersifat jangka pendeknya. Hal ini memungkinkan perusahaan
meningkatkan discretionary accrual (kualitas laba) dan nilai perusahaan. Jang dan Sugiarto (2006) menyimpulkan bahwa likuiditas
mempengaruhi kualitas laba dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan Rahmawati
(2007) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai
perusahaan. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja menajemen dapat menyesatkan pihak
pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat
menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Hal ini didukung oleh Boediono (2005) yang menyatakan bahwa bagi investor,
laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten. Siallagan dan Machfoed (2006)
dalam Adriani (2011) yang menguji pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan menyimpulkan bahwa kualitas laba secara
positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Secara sistematis, kerangka pemikiran berdasarkan landasan teori di atas dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Ket : Parsial
Simultan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H1 :Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara kepemilikan institusional, struktur modal, profitabilitas, Investment
Opportunity Set (IOS), dan likuiditas terhadap kualitas laba.
H2 :Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara kepemilikan institusional, struktur modal, profitabilitas, Investment
Opportunity Set (IOS), dan likuiditas terhadap nilai perusahaan.
H3 :Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara kepemilikan institusional, struktur modal, profitabilitas, Investment
Opportunity Set (IOS), dan likuiditas terhadap kualitas laba.
H4 :Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara kepemilikan institusional, struktur modal, profitabilitas, Investment
Opportunity Set (IOS), dan likuiditas terhadap nilai perusahaan.
H5 : Kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Struktur Modal (X2)
Profitabilitas (X3)
Investment Opportunity Set (X4)
Nilai Perusahaan (Z)
Kualitas Laba (Y)
Likuiditas (X5)
Kepemilikan Institusional (X1)
Kepemilikan Institusional (X1)
Struktur Modal (X2)
Profitabilitas (X3)
Investment Opportunity Set (X4)
Likuiditas (X5)
4
C. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Jenis, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian deskriptif verifikatif bersifat kausalitas. Populasi penelitian ini adalah semua
emiten yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2006-2010. Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive
sampling. Kriteria emiten yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Kriteria Pengambilan Sampel
Populasi : Emiten yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) 30
Emiten yang terdaftar secara tidak konsisten dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2006-2010
(15)
Emiten yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit selama periode
pengamatan dari tahun 2006-2010.
(2)
Jumlah sampel yang dijadikan dalam objek penelitian 13
Sumber: Data Sekunder yang diolah, tahun 2011
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel yang digunakan sebagai objek peneltian ini sebanyak 13 emiten, yaitu :
Tabel 2
Daftar Nama Sampel
No Kode Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan
1. ANTM Aneka Tambang Tbk. 8. LSIP PP London Sumatra Tbk.
2. ASII Astra International Tbk. 9. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
3. ENRG Energi Mega Persada Tbk. 10. SMCB Holcim Indonesia Tbk.
4. INCO International Nickel Indonesia Tbk. 11. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.
5. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 12. UNTR United Tractors Tbk.
6. KLBF Kalbe Farma Tbk. 13. UNVR Unilever Indonesia Tbk.
7. LPKR Lippo Karawaci Tbk.
3.2 Variabel dan Pengukurannya
3.2.1 Variabel Dependen
A. Kualitas Laba (Y); Kualitas laba dapat diukur dengan discretionary accruals. Discretionary accruals adalah komponen akrual
yang berada dalam kebijakan manajemen. Dalam menghitung DACC, digunakan Modified Jones Model karena model ini
dianggap lebih baik diantara model lain untuk mengukur kualitas laba (Dechow et al, 1995 dalam Andri dan Hanung 2007).
Model perhitungannya sebagai berikut :
a. Total Accruals:
b. Non Discretionary Accruals
.
c. Discretionary Accruals:
B. Nilai Perusahaan (Z); adalah persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada
akhir tahun berjalan (Nurul, 2010). Nilai perusahaan dalam penelitian ini menggunakan Price to Book Value (PBV). PBV
dihitung dengan rumus:
3.2.2 Variabel Independen
A. Kepemilikan Institusional (X1); adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,
dana pensiun, atau perusahaan lain. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah besarnya
persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional.
B. Struktur Modal (X2); adalah komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti, laba ditahan, dan utang jangka
panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva (Fahmi, 2011). Struktur modal dalam penelitian ini
menggunakan debt to total equity, yaitu dengan membagi total kewajiban perusahaan dengan total ekuitas perusahaan.
C. Profitabilitas (X3); adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (Saidi, 2004). Profitabilitas dalam penelitian ini
menggunakan Net Profit Margin (NPM) dengan membagi laba bersih perusahaan dengan penjualan bersih.
D. Investment Opportunity Set (X4); adalah alternatif investasi di masa datang bagi perusahaan yang diharapkan akan menghasilkan
return yang besar. IOS dalam penelitian ini menggunakan market to book value of assets (MVBVA). MVBVA dihitung dengan
rumus:
TACCit = EBXTit - OCFit
NDACCit = α1 (1/ TAi,t-1) + α2 ((∆REVit - ∆RECit)/ TAi,t-1) + α3 (PPEit/ TAi,t-1)
TACCit/TAi,t-1 = α1 (1/ TAi,t-1) + α2 ((∆REVit -∆RECit)/ TAi,t-1) + α3 (PPEit/ TAi,t-1) + εit
DACCit = (TACCit/TAi,t-1) - NDACCit
Price Book Value (PBV) = 𝐶𝑙𝑜𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
5
E. Likuiditas (X5); merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar
dan tepat waktu (Fahmi, 2011). Likuiditas dalam penelitian ini menggunakan current ratio, yaitu dengan membagi aset lancar
dengan kewajiban lancar perusahaan.
Seluruh variabel pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran yang sama, yaitu skala rasio. Pengujian ini menggunakan
model regresi berganda dan model regresi sederhana. Persamaan analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
KL= α1 + β1INST + β2SM + β3PRO+ β4IOS + β5LIK + ε1 …………Persamaan Regresi 1
NP = α1 + β1INST + β2SM + β3PRO+ β4IOS + β5LIK + ε2 ………….Persamaan Regresi 2
Sedangkan persamaan analisis regresi linier sederhana dalam penelitian ini adalah :
NP= α1+ β1KL………….... Persamaan Regresi 3
Keterangan:
α1 = Konstanta SM = Struktur Modal
β = parameter dari masing-masing variabel PRO= Profitabilitas
KL = Kualitas Laba IOS = Investment Opportunity Set
NP = Nilai perusahaan LIK = Likuiditas
INST = Kepemilikan institusional ε = error term
Suatu model regresi linear yang digunakan untuk menguji hipotesis harus memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
bertujian untuk memeriksa ketepatan model agar tidak bias dan efisien dengan menggunakan empat buah alat uji asumsi klasik yaitu
uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis pada penelitian ini meliputi
pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F dan pengujian hipotesis secara parsial menggunakan uji t.
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Dari proses pengumpulan data dari 13 sampel, sehingga observasi yang diperoleh sebesar 65 observasi yang terdiri dari data tahun
2006 sampai dengan tahun 2010. Namun karena ada data yang ouliers, maka data yang digunakan adalah 45 observasi dalam model
regresi pertama, 47 observasi dalam model regresi kedua, dan 49 observasi dalam model regresi ketiga.
4.2 Statistik Deskriptif
Nilai minimum, maximum, rata-rata serta standar deviasi masing-masing variabel, yaitu kepemilikan institusional, struktur modal,
profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS), likuiditas, kualitas laba dan nilai perusahaan.
Tabel 3
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KL 65 -.07860 .32327 .1133471 .08342385
NP 65 .326 31.120 5.17694 5.584184
SM 65 .172 4.869 .97934 .822892
PRO 65 -1.197 .504 .14042 .198604
IOS 65 .802 15.004 3.24365 2.786935
LIK 65 .480 8.017 2.45654 1.860206
Valid N (listwise) 65
Sumber: Data Sekunder yang diolah, tahun 2011
4.3 Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh model regresi linear berganda dan regresi sederhana yang baik, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa model regresi memenuhi asumsi yang dipersyaratkan, yaitu:
a. Pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang digunakan untuk menguji normalitas variabel pengganggu atau
residual, menyimpulkan bahwa ketiga persamaan berdistribusi normal karena nilai signifikansi > 0,05.
b. Pengujian multikolinearitas dengan nilai tolerance dan VIF yang digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas, menggambarkan semua nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, sehingga tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen pada persamaan regresi kesatu dan kedua dalam penelitian ini.
c. Pengujian autokorelasi dengan Durbin-Watson test yang digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya),
menyimpulkan bahwa ketiga persamaan regresi tidak mengalami autokorelasi karena dU < dW <4-dU .
d. Pengujian Heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot yang digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual, menggambarkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun
di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga persamaan regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi linear berganda.
MVBVA =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 −𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 +(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝐶𝑙𝑜𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 )
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
6
4.4 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
4.4.1 Analisis Model Regresi Pertama
Tabel 4
Hasil Analisis Model Regresi Pertama
Variabel B (Koefisien) t F Sig Adjusted R2
Constanta .173 4.950 .000
INST .036 .973 .337
SM .015 1.103 .277
PRO .064 5.268 .000
IOS .022 2.272 .029
LIK .039 3.040 .004
Model 16.851 .000a .643
Sumber: Data Sekunder yang diolah, tahun 2011
Persamaan regresi:
KL = 0,173 + 0,036 INST + 0,015 SM + 0,064 PRO + 0,022 IOS + 0,039 LIK + e
Dari hasil persamaan regresi pertama didapat nilai adjust R square sebesar 0,643 dan nilai F sebesar 16,851 dengan signifikansi
sebesar 0,000. Berdasarkan hal ini maka hipotesis 1 diterima. Berdasarkan hasil regresi persamaan kesatu dapat disimpulkan bahwa
variabel yang berpengaruh terhadap KL hanya PRO, IOS dan LIK saja, sedangkan variabel lain tidak berpengaruh karena nilai
signifikansinya > 0,05. Berdasarkan hal ini maka hipotesis 3a dan 3b ditolak.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 3a menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap discretionary
accrual (kualitas laba). Penyebab tidak signifikannya hubungan ini diduga karena investor institusional dalam penelitian ini
merupakan investor institusional yang dianggap sebagai pemilik sementara yang lebih memfokuskan pada laba sekarang sehingga
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Jika perubahan laba dianggap tidak menguntungkan investor, maka investor dapat
melikuidasi saham yang dimilikinya. Oleh karena itu, manajemen dituntut untuk menghasilkan laba jangka pendek yang optimal agar
dapat memuaskan para investor institusional sehingga mereka tetap mau berinvestasi pada perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andri dan Hanung (2007).
Hasil pengujian terhadap hipotesis 3b menunjukkan struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil ini mendukung
penelitian Shanti dan Yudhanti (2003). Artinya semakin tinggi hutang tidak mencerminkan adanya discretionary accrual. Hal ini bisa
disebabkan perusahaan yang memiliki hutang tinggi belum tentu menggunakannya untuk memaksimalkan laba perusahaan.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 3c menunjukkan profitabilitas berpengaruh terhadap discretionary accrual (kualitas laba).
Penelitian ini mendukung dengan penelitian Yuli (2010) dan Solihadan Taswan (2002). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi perusahaan menghasilkan laba maka semakin tinggi discretionary accrual atau dengan kata lain bahwa laba yang
dihasilkan perusahaan belum tentu menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Keadaan ini menyebabkan kualitas laba
menurun sehingga investor memberikan respon negatif sebagai pengguna laporan keuangan .
Hasil pengujian terhadap hipotesis 3d menunjukkan investment opportunity set (IOS) berpengaruh terhadap kualitas laba.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Andri dan Hanung (2007). Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan
mempunyai investment opportunity yang tinggi cenderung untuk meningkatkan discretionary accrual sehingga kualitas laba
menurun. Hal ini didukung Wah (2002) dalam Adriani (2011) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan IOS yang tinggi lebih
mungkin untuk mempunyai discretionary accrual yang tinggi, kecuali mereka mempunyai auditor dari Big 5.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 3e menunjukkan likuiditas berpengaruh terhadap discretionary accrual (kualitas laba).
Penelitian ini mendukung hasil penelitian Sugiarto dan Siagian (2007). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
likuiditas menunjukkan semakin baik kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aktiva lancar.
Hal ini memungkinkan perusahaan meningkatkan discretionary accrual dan menyebabkan kualitas laba menurun karena tingkat
likuiditas yang tinggi akan memungkinkan perusahaan kemudahan dalam memperoleh hutang jangka pendek dari para kreditor.
4.4.2 Analisis Model Regresi Kedua
Tabel 5
Hasil Analisis Model Regresi Kedua
Variabel B (Koefisien) t F Sig Adjusted R2
Constanta .279 5.661 .000
INST -.018 -.358 .722
SM .208 12.318 .000
PRO -.038 -2.425 .020
IOS 1.139 87.356 .000
LIK -.036 -2.174 .036
Model 2522.131 .000a .996
Sumber: Data Sekunder yang diolah, tahun 2011
Persamaan regresi:
NP = 0,279 – 0,018 INST + 0,208 SM - 0,038 PRO + 1,139 IOS – 0,036 LIK + e
Dari hasil persamaan regresi kedua didapat nilai adjust R square sebesar 0,996 dan nilai F sebesar 2522,131 dengan signifikansi
sebesar 0,000. Berdasarkan hal ini maka hipotesis 2 diterima. Berdasarkan hasil regresi persamaan kedua dapat disimpulkan bahwa
variabel yang berpengaruh terhadap NP hanya SM, PRO, IOS dan LIK saja, sedangkan INST tidak berpengaruh karena nilai
signifikansinya > 0,05. Berdasarkan hal ini maka hipotesis 4a ditolak.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 4a menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Haruman (2007). Pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham
institusi tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Manajer terkadang melakukan tindakan yang luput dari pengawasan
pemegang saham institusi. Oleh karena itu, agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan tanpa mengabaikan tujuan perusahaan yaitu
mensejahterakan para pemegang saham, maka manajer harus merasakan bagaimana menjadi pemilik perusahaan yang membutuhkan
kesejahteraan tanpa mengabaikan kinerja perusahaan.
7
Hasil pengujian terhadap hipotesis 4b menunjukkan struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan Siallagan dan Machfoeds (2006) dan Susanti (2010). Artinya semakin tinggi struktur
modal maka semakin tinggi nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat hutang perusahaan mengakibatkan perusahaan semakin hati-hati
dalam pengelolaan hutang dan ekuitasnya, dikarenakan adanya pengawasan yang dilakukan dari pihak kreditor.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 4c menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini
senada dengan hasil penelitian Susanti (2010). Profit yang tinggi belum tentu memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik
sehingga tidak dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham dan hal ini dapat menurunkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang pergerakannya banyak dipengaruhi faktor lain dari internal atau eksternal
perusahaan (inflasi, suku bunga, dan lain-lain).
Hasil pengujian terhadap hipotesis 4d menunjukkan investment opportunity set (IOS) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Andri dan Hanung (2007). Investment opportunity set merupakan bentuk
investasi yang dilakukan perusahaan sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa mendatang. Semakin tinggi IOS maka
perusahaan akan memiliki nilai di masa mendatang dan akan dinilai tinggi oleh investor. Beragamnya ukuran IOS menunjukkan
bahwa IOS dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Kesempatan berinvestasi yang akan menimbulkan nilai di masa mendatang
akan sangat dipengaruhi oleh karena investasi yang dilakukan perusahaan.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 4e menunjukkan likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini senada
dengan dengan Rahmawati (2007). Artinya semakin tinggi likuiditas maka perusahaan dikatakan sehat dan dalam keadaan baik,
karena mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang bersifat jangka pendeknya, tetapi apabila likuiditas terlalu tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan tidak sehat karena aset lancar tidak berputar secara efektif sehingga akan
menurunkan nilai perusahaan di mata para investor.
4.4.3 Analisis Model Regresi Ketiga
Tabel 6
Hasil Analisis Model Regresi Ketiga
Variabel B (Koefisien) t Sig Adjusted R2
Constanta 1.414 14.861 .000
KL -.954 -1.352 .183
Model .017
Sumber: Data Sekunder yang diolah, tahun 2011
Persamaan regresi:
NP = 1,414 - 0,954 KL + e
Dari hasil persamaan regresi ketiga didapat nilai adjust R square sebesar 0,017. Hal ini berarti bahwa 1,7% variasi nilai
perusahaan dapat dijelaskan oleh kualitas laba sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independen tersebut.
Berdasarkan hasil regresi persamaan ketuga dapat disimpulkan bahwa variabel KL berpengaruh terhadap NP karena nilai
signifikansinya 0,05. Berdasarkan hal ini maka hipotesis 5 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan kesimpulan yang dihasilkan
dari penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007). Hal ini mengindikasikan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh variabel lain
dan para investor tidak hanya memperhatikan discretionary accrual (kualitas laba) sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusannya.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis menggunakan model regresi linear berganda dan model regresi sederhana, diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan kepemilikan institusional, struktur modal, profitabilitas, investment opportunity set dan likuiditas berpengaruh
signifikan terhadap discretionary accrual (kualitas laba) dan nilai perusahaan.
2. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual (kualitas laba) dan nilai perusahaan.
3. Struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual (kualitas laba) tetapi berpengaruh positif yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
4. Profitabilitas berpengaruh positif yang signifikan terhadap discretionary accrual (kualitas laba) dan berpengaruh negatif yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
5. Investment opportunity set berpengaruh positif yang signifikan terhadap discretionary accrual (kualitas laba) dan nilai
perusahaan.
6. Likuiditas berpengaruh positif yang signifikan terhadap discretionary accrual (kualitas laba) dan berpengaruh negatif yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
7. Kualitas laba tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba memberikan saran bagi praktisi dan pengguna lainnya, yaitu: (1) Penelitian ini
membantu para investor agar dapat mengetahui apakah perusahaan melakukan discretionary accrual yang tinggi sehingga kualitas
laba menurun. (2) Disarankan agar perusahaan lebih efektif, efisien dan ekonomis dalam menjalankan aktivitas bisnis sekaligus
dapat memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan agar perusahaan dapat memberikan kineja yang
maksimal untuk meningkatkan nilai perusahaan dan juga memberikan informasi terkait keputusan yang akan diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Irma (2011) Pengaruh Investment Opportunity Set Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas
Laba Dan Nilai Perusahaan, Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan
Agnes Utari Widyaningdyah (2001), Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan
Go Public di Indonesia, Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2.
Bambang, Sutopo (2009). Manajemen Laba dan Manfaat Kualitas Laba Dalam Keputusan Investasi. UNS, Tidak Dipublikasikan
Boediono, Gideon.S.B. (2005). Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Dampak
Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo
8
Chandrarin, Grahita (2001), Laba Rugi Selisis Kurs Sebagai Salah Satu Faktor Yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba
Akuntansi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Fahmi, Irham. (2011), Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama Bandung: Alfabeta
Lesia, Bambang, & Siagaan, (2007), Faktor – Faktor Yang Mempengaruh Kulitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di
BEJ, Jurnal Akuntansi maret 2007
Mishkin, Frederic, (2008). Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan. Edisi kedelapan, Jakarta:Salemba Empat.
Praditia, Okta Rezika (2010) Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Dan Nilai
Perusahaan, Undip Semarang
Rachmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung (2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai
Perusahaan, Simposium Nasional X Makasar 26-28 Juli
Shanti dan Yudhanti (2003), Pengaruh Set Kesempatan Investasi dan Leverage Finansial Terhadap Manajemen Laba, Jurnal
Akuntansi
Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, (2006). Mekanisme Cororate Governance, Kualitas Laba dan Nilai perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi IX.Padang.
Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate
Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005
Sutedi, adrian. (2011). Good Corporate Governance, ed 1 .Jakarta: Sinar Grafika.
Wahyudi, U., dan H. P. . Pawestri. (2006). Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan
Keuangan SebagaiVariabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. K-AKPM
Yuli, Kurniati (2010) Fator-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tidak
Dipublikasikan.