60
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Oseanografi Perairan Kepulauan Togean Pengukuran oseanografi pada masing-masing stasiun pengamatan untuk memperoleh informasi tentang suhu, salinitas, kecerahan, arus laut dan kelimpah- an fito-zooplankton. Disamping itu data tentang sebaran klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) di daerah penelitian (Kepulauan Togean) pada musim barat (penelitian dilakukan) dan timur di download dari citra satelit Aqua MODIS. Lokasi sampling oseanografi di perairan sekitar Kepulauan Togean ditunjukkan seperti pada Gambar 9. Sampling oseanografi yang terdiri dari 16 stasiun kemudian dibagi menjadi 4 zona. Zona 1 (stasiun 1-4), zona 2 (stasiun 5-8), zona 3 (stasiun 9-13) dan zona 4 (stasiun 14-16). Secara rinci hasil pengukuran dan pembahasan dapat dijelaskan sebagai berikut. 4.1.1 Suhu Umumnya suhu dipergunakan sebagai indikator untuk menentukan perubahan ekologi. Hal tersebut tidak saja menyangkut suhu dan daerah fluktuasinya, akan tetapi juga menyangkut gradien horizontal dan vertikalnya, variasi dari suatu tempat ke tempat lain dimana suhu tersebut dipakai sebagai indikator ekologi baik secara langsung maupun tidak langsung (Nontji 1984). Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik yang berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Pengaruh suhu tak langsung ialah karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan, yang mempengaruhi distribusi fitoplankton. Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam mengatur seluruh proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital (metabolisme) hanya berfungsi dalam kisaran suhu tertentu (biasanya 0 – 40 0 C). Aktivitas, metabolisme dan penyebaran ikan banyak dipengaruhi oleh suhu air laut tersebut. Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 0 C (Gunarso 1985).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Oseanografi Perairan Kepulauan Togean

Pengukuran oseanografi pada masing-masing stasiun pengamatan untuk

memperoleh informasi tentang suhu, salinitas, kecerahan, arus laut dan kelimpah-

an fito-zooplankton. Disamping itu data tentang sebaran klorofil-a dan suhu

permukaan laut (SPL) di daerah penelitian (Kepulauan Togean) pada musim barat

(penelitian dilakukan) dan timur di download dari citra satelit Aqua MODIS.

Lokasi sampling oseanografi di perairan sekitar Kepulauan Togean ditunjukkan

seperti pada Gambar 9. Sampling oseanografi yang terdiri dari 16 stasiun

kemudian dibagi menjadi 4 zona. Zona 1 (stasiun 1-4), zona 2 (stasiun 5-8), zona

3 (stasiun 9-13) dan zona 4 (stasiun 14-16). Secara rinci hasil pengukuran dan

pembahasan dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.1.1 Suhu

Umumnya suhu dipergunakan sebagai indikator untuk menentukan

perubahan ekologi. Hal tersebut tidak saja menyangkut suhu dan daerah

fluktuasinya, akan tetapi juga menyangkut gradien horizontal dan vertikalnya,

variasi dari suatu tempat ke tempat lain dimana suhu tersebut dipakai sebagai

indikator ekologi baik secara langsung maupun tidak langsung (Nontji 1984).

Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik yang berperan dalam proses

fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Pengaruh suhu tak langsung ialah karena

suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan, yang mempengaruhi

distribusi fitoplankton. Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam

mengatur seluruh proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan

yang vital (metabolisme) hanya berfungsi dalam kisaran suhu tertentu (biasanya 0

– 40 0C). Aktivitas, metabolisme dan penyebaran ikan banyak dipengaruhi oleh

suhu air laut tersebut. Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun

hanya sebesar 0,03 0C (Gunarso 1985).

Page 2: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

54

200200

121.8 122.0 122.2 122.4Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sel

atan

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

P.Teloga

P.WaleabahiP.Waleakodi

P.TaloehP.Melingi

P.Langkara

P.TongkabuP.Pangempan

Talatakoh

Batudaka

Benteng

TOGIAN

Palada

1

2

34 5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

SKALA 1 : 1 000 000

Stasiun Oseanografi 1 to 16

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

Gambar 9 Lokasi stasiun sampling oseanografi (Desember 2004)

Setiap perairan mempunyai standar suhu rata-rata untuk musim tertentu.

Jika suhu pada tempat tersebut lebih tinggi dari standar yang berlaku, atau malah

melebihi suhu optimum untuk dilakukan penangkapan sebaiknya untuk mencari

daerah penangkapan dengan suhu yang lebih sesuai untuk dilakukan

penangkapan. Suhu sangat berperan penting dalam pengkajian target strength di

laut. Suhu berubah dengan bertambahnya kedalaman, umumnya suhu akan

menurun bila kedalaman perairan tersebut semakin bertambah atau semakin dalam

(Laevastu dan Hayes 1981). Penurunan suhu ini diantaranya dapat disebabkan

oleh energi radiasi matahari yang secara langsung memanaskan lapisan

permukaan akan semakin berkurang intensitasnya seiring dengan bertambahnya

kedalaman.

Sebaran suhu di perairan sekitar Kepulauan Togean secara vertikal

mempunyai nilai yang berkisar antara 30,63 0C di permukaan sampai dengan

26,70 0C pada kedalaman 45 meter. Secara umum nilai suhu semakin menurun

dengan bertambahnya kedalaman, hal ini disebabkan oleh penetrasi cahaya

matahari yang juga semakin berkurang nilai intensitasnya. Hubungan suhu dan

kedalaman seperti yang diuraikan sebelumnya, ditunjukkan pada Gambar 10.

Page 3: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

55

0

10

20

30

40

50

26 28 30 32

Suhu (°C)

Keda

lam

an (m

)

St s. 1

St s. 2

St s. 3

St s. 4

St s. 5

St s. 6

St s. 7

St s. 8

St s. 9

St s. 10

St s. 11

St s. 12

St s. 13

St s. 14

St s. 15

St s. 16

Gambar 10 Hubungan suhu dan kedalaman perairan pada musim barat

Pengukuran suhu ini dilakukan pada musim barat (Desember 2004)

dengan menggunkan valeport current meter tipe 308 CTD. Musim barat terjadi

pada bulan Desember – Pebruari. Biasanya pada musim barat keadaan perairan di

sekitar Kepulauan Togean relatif tenang dari hempasan angin dan gelombang.

Hasil pengukuran suhu pada musim timur fluktuasinya tidak berbeda jauh

dengan pada saat musim barat yakni berkisar antara 270 0C – 30 C dengan suhu

rata-rata 28,50C. Pengukuran suhu yang dilakukan pada musim barat untuk setiap

stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 11.

26.527

27.528

28.529

29.530

30.531

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Stasiun

Suh

u (°

C)

0 m 10 m 20 m 30 m 40 m 45 m

Gambar 11 Keadaan suhu perairan untuk masing-masing stasiun oseanografi pada musim barat (Desember 2004)

Page 4: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

56

Gambar 11 menginformasikan bahwa suhu perairan tertinggi terdapat pada

stasiun 10 sebesar 30,63 0C dan suhu terendah juga terdapat pada stasiun 10

dengan nilai 26,70 0C. Apabila dilihat dari nilai perubahan suhu pada setiap

stasiun pengamatan per kedalaman perairan, maka dapat dikatakan bahwa di

perairan sekitar Kepulauan Togean tidak didapatkan daerah termoklin karena

pada daerah tidak terjadi perubahan suhu yang menyolok pada setiap stasiun

pengamatan. Dimana menurut Dahuri (2003) termoklin adalah suatu lapisan masa

air yang bersifat permanen yang terdapat di laut dan danau yang menunjukkan

penurunan suhu secara drastis dan memisahkan masa air yang lebih hangat

(epilimnion) dibagian atas dan lapisan masa air yang lebih dingin (hypolimnion) di

bagian bawah.

4.1.2 Salinitas

Satuan dari salinitas menurut Komisi Internasional dari PBB (UNESCO)

adalah psu (practical salinity unit) yang didasarkan atas perbandingan dari nilai

konduktivitas. Kondisi salinitas seluruh stasiun di perairan sekitar Kepulauan

Togean berdasarkan kedalaman disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Hubungan salinitas dan kedalaman perairan pada musim barat

0

10

20

30

40

50

34.1 34.4 34.7 35

Salinitas (psu)

Ked

alam

an (m

)

St. 1

St. 2

St. 3

St. 4

St. 5

St. 6

St. 7

St. 8

St. 9

St. 10

St. 11

St. 12

St. 13

St. 14

St. 15

St. 16

Page 5: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

57

Hubungan antara salinitas dan kedalaman sebagaimana ditunjukan pada

Gambar 12 di atas dapat dikatakan bahwa salinitas akan semakin tinggi dengan

bertambahnya kedalaman. Pengukuran ini dilakukan pada saat musim barat,

dimana pada musim barat tersebut curah hujan disekitar perairan Kepulauan

Togean cukup tinggi. Tingginya curah hujan, maka lapisan permukaan sering

mendapat pasokan air tawar sehingga nilai salinitas pada lapisan permukaan

relatif kecil. Untuk setiap stasiun pengamatan sebaran salinitas ditunjukkan pada

Gambar 13.

34.2

34.3

34.4

34.5

34.6

34.7

34.8

34.9

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Stasiun

Sal

inita

s (p

su)

0 m 10 m 20 m 30 m 40 m 45 m

Gambar 13 Sebaran salinitas pada setiap stasiun pengamatan pada musim barat

Pada setiap stasiun pengamatan, peningkatan salinitas cukup bervariasi

namun secara garis besar peningkatannya berkisar antara 34,3 psu sampai 34,95

psu. Salinitas memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan suhu. Salinitas

merupakan salah satu parameter oseanografi yang relatif konstan nilainya.

Gambaran salinitas di atas menginformasikan bahwa besar kecilnya

fluktuasi nilai salinitas diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya oleh

pola sirkulasi air, penguapan (evaporasi), curah hujan (presipitasi) dan adanya

aliran sungai (run off). Disamping itu, gambaran tersebut menunjukkan bahwa

salinitas pada perairan sisi kanan bawah sekitar Kepulauan Togean cenderung

sedikit lebih tinggi dibanding sisi atas Kepulauan Togean.

Page 6: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

58

4.1.3 Kecerahan air

Pengukuran kecerahan air dengan menurunkan secchi disk ke dalam

perairan sampai pada jarak yang tidak dapat terlihat oleh mata, kemudian menarik

secchi disk ke atas sampai terlihat kembali oleh mata. Kecerahan air dihitung

berdasarkan rata-rata jarak waktu secchi disk diturunkan sampai tidak terlihat dan

jarak pada saat secchi disk terlihat kembali pada waktu ditarik ke atas. Hasil

perhitungan tadi selanjutnya disajikan pada Gambar 14 berikut ini.

24

18

21

18

24

27 26

21

25 24

21

7

0

5

10

15

20

25

30

1 3 4 5 8 9 10 11 13 14 15 16

Stasiun

Ked

alam

an (m

)

Gambar 14 Kecerahan air untuk beberapa stasiun pengamatan

Secara umum dari Gambar 14 di atas tercatat bahwa tingkat kecerahan air

rata-rata di perairan sekitar Kepulauan Togean cukup tinggi (> 20 m). Tingginya

tingkat kecerahan air rata-rata ini menandakan bahwa penetrasi cahaya matahari

ke dalam perairan cukup baik, sehingga hal ini akan lebih mempersubur perairan

tersebut. Produsen primer (fitoplankton) berkembang dengan baik sehingga

mampu menyediakan makanan dalam sistem rantai makanan selanjutnya.

Page 7: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

59

4.1.4 Arus

Sebagai salah satu parameter penting dalam lingkungan laut, keberadaan

arus ini menentukan struktur kondisi fisik perairan yang akan berpengaruh pada

struktur komunitas hewan atau tumbuhan yang terdapat pada lokasi perairan

tersebut. Arus berperan dalam penyebaran parameter-parameter fisik dan kimia

perairan dan menjadi faktor penentu keberadaan dan distribusi organisme laut.

Disamping keberadaannya menyebarkan materi-materi penting yang menunjang

kelangsungan hidup organisme laut, arus juga membawa polutan-polutan yang

merugikan ekosistem arus laut sehingga menyebabkan suatu perairan tercemar.

Bertiupnya angin dapat mengakibatkan terjadinya arus laut, sehingga

akibat yang ditimbulkan angin tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi

organisme laut yang rentan terhadap arus. Hasil pengukuran arah dan kecepatan

angin sesaat di perairan sekitar Kepulauan Togean disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Arah dan kecepatan angin sesaat di perairan sekitar Kepulauan Togean pada musim barat (Desember 2004)

Stasiun Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS) Arah Kec. (m/det) 1 121087’ 0032’ -240 2 2 121098’ 0028’ -235 3.2 3 122010’ 0020’ -140 2.7 4 122022’ 0018’ -240 0.7 6 122037’ 0024’ -175 0.5 8 122039’ 0039’ -240 5.7 9 122032’ 0033’ -330 0.3

10 122027’ 0027’ -155 0.3 11 122023’ 0037’ -150 0.3 13 122017’ 0033’ -230 0.7 14 122018’ 0043’ -285 6.5 15 122007’ 0047’ -270 1.7 16 121092’ 0044’ -330 1.2

Sumber : Data primer hasil pengukuran, 2004 (diolah) Angin yang paling utama berhembus di perairan Indonesia menurut Nontji

(2002) adalah angin monsoon yang dalam setahun terjadi dua pembalikan arah

yang disebut angin musim barat dan angin musim timur. Data hasil pengukuran

pada Tabel 5 diplot dalam peta dalam Gambar 15.

Page 8: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

60

SKALA 1 : 1 000 000

200200

121.8 122.0 122.2 122.4Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sel

atan

Zona 1 Zona 2

Zona 3

Zona 4

2.0 m/det

3.2 m/det

2.7 m/det0.7 m/det

0.5 m/det

5.7 m/det

0.3 m/det

0.3 m/det

0.3 m/det

0.7 m/det

6.5 m/det

1.7 m/det

1.2 m/det

Gambar 15 Arah dan kecepatan angin sesaat di lokasi penelitian

Hasil pengukur arah dan kecepatan angin sesaat di lokasi penelitian

(Gambar 15) menginformasikan bahwa kecenderungan arah angin bergerak dari

barat ke timur dengan kecepatan angin sesaat tersebut bervariasi mulai dari

kecepatan 0,3 m/det sampai dengan 6,5 m/det. Kecepatan angin sesaat pada zona

1 berkisar antara 0,7 m/det. sampai 3,2 m/det.; zona 2, antara 0,5 m/det sampai

5,7m/det.; zona 3, antara 0,3 m/det. sampai 0,7 m/det.; dan zona 4, antara 1,2

m/det. sampai 6,5 m/det. Keadaan ini hanya terjadi pada musim barat (Desember

– Pebruari). Meskipun pada bulan-bulan selanjutnya tidak dilakukan pengukuran

kecepatan angin, namun informasi yang diperoleh dari nelayan Kepulauan Togean

bahwa kecepatan angin pada musim barat relatif stabil dibanding kecepatan angin

pada bulan Maret – Mei (musim peralihan I) dan pada bulan Juni – Agustus

(musim timur). Pada musim barat nelayan Kepulauan Togean lebih leluasa untuk

melakukan operasi penangkapan ikan oleh karena keadaan perairan relatif tenang

meskipun curah hujan cukup tinggi. Sebaliknya pada musim-musim selanjutnya

(peralihan I – timur) keadaan perairan agak bergelombang yang disertai dengan

angin yang cukup kuat sehingga nelayan agak sulit dalam mengoperasikan alat

tangkapnya. Sehingga kecenderungan nelayan yang menangkap ikan demersal

Page 9: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

61

pada musim peralihan I sampai musim timur (Maret – Agustus) melakukan

operasi penangkapan ikan pada bagian barat dan selatan dari Kepulauan Togean.

Hasil pengukuran arus yang dilakukan pada bulan Desember 2004 (musim

barat), arah dan kecepatan arus untuk masing-masing kedalaman (0 m, 10 m, 20m,

30 m, 40 m, dan 50 m) ditunjukkan berturut-turut pada Gambar 16.

Gambar 16 Kecepatan dan arah arus pada musim barat untuk masing-masing

kedalaman

Secara umum Gambar 16 di atas menunjukkan bahwa arus laut bergerak

menuju arah barat di sekitar Kepulauan Togean. Hal ini dimungkinkan karena,

arus yang masuk dari arah timur ke Teluk Tomini cukup kuat pada saat musim

barat. Meskipun demikian, kecepatan arus pada setiap kedalaman berbeda satu

SKALA 1 : 1 000 000

200200

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

121.8 122.0 122.2 122.4

Bujur Timur

0.6

0.4

Lint

ang

Sela

tan

0.2

0.17

0.22

0.150.11 0.07

0.09

0.07

0.30

0.09

0.07

0.05

0.02

0.13

0.22

0.19

0.13

Kedalaman 0 m

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

SKALA 1 : 1 000 000

200200

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

121.8 122.0 122.2 122.4

Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sel

atan

0.21 0.130.23

0.049

0.11

0.4

0.28 0.0920.13

0.15 0.13

0.22

0.23

0.32

0.33

Kedalaman 10 m

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 40.17

SKALA 1 : 1 000 000

200200

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

121.8 122.0 122.2 122.4

Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sela

tan

SKALA 1 : 1 000 000

200200

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

121.8 122.0 122.2 122.4

Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sel

atan 0.33m/det

0.24m/det

0.09m/det0.34m/det 0.51m/det

0.49m/det

0.26m/det

0.34m/det

0.04m/det

0.17m/det

0.34m/det

0.11m/det

0.22m/det

0.30m/det

Kedalaman 30 m

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

0.50m/det 0.13m/det0.13m/det

0.22m/det

0.09m/det0.21m/det 0.45m/det

0.46m/det0.30m/det

0.54m/det 0.53m/det

0.15m/det

0.11m/det

0.24m/det

0.21m/det

0.17m/det

Kedalaman 20 m

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

SKALA 1 : 1 000 000

200200

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

121.8 122.0 122.2 122.4

Bujur Timur

0.6

0.4

SKALA 1 : 1 000 000

200200

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

121.8 122.0 122.2 122.4

Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sel

atan

0.38m/det

0.11m/det

0.07m/det

0.17m/det

0.02m/det

0.11m/det

0.28m/det

0.20m/det

Kedalaman 50 m

Zona 1Zona 2

Zona 3

Zona 4

0.2

Lint

ang

Sel

atan

0.58m/det 0.15m/det

0.24m/det

0.04m/det0.21m/det

0.12m/det

0.07m/det 0.29m/det

0.52m/det

0.53m/det

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

0.30m/det

Kedalaman 40 m

Page 10: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

62

sama lainnya. Hasil pengukuran kecepatan arus berdasarkan kedalaman perairan

pada musim barat disajikan pada Gambar 17.

0

10

20

30

40

50

0 0.2 0.4 0.6

Kec. Arus (m/det)

Keda

lam

an (m

)

Gambar 17 Pola kecepatan arus berdasarkan kedalaman

Berdasarkan Gambar 17 dapat diinformasikan bahwa variasi nilai

minimum dan maximum kecepatan arus cukup besar pada masing-masing

kedalaman. Meskipun variasi nilai minimum dan maximum cukup besar namun

kecepatan arus rata-rata masih tergolong arus dengan kekuatan lemah (< 0,35

m/det).

4.1.5 Kelimpahan plankton

Istilah plankton berasal dari kata Yunani yang berarti pengembara.

Organisme ini biasanya relatif kecil atau mikroskopis. Hidup mereka selalu

terapung atau melayang dan daya geraknya tergantung pada arus atau pergerakan

air. Namun demikian ada juga plankton yang mempunyai daya renang cukup

kuat, sehingga dapat melakukan migrasi harian (Arinardi 1995). Nilai

produktivitas plankton secara langsung banyak dipengaruhi oleh komposisi jenis

fitoplankton, yang selanjutnya dapat menentukan besar/kecilnya daya dukung

perairan terhadap kehidupan biota di dalamnya (Wiadnyana 1999).

Page 11: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

63

Gambar 18 Keadaan fitoplankton dan zooplankton pada setiap stasiun pengamatan Berdasarkan Gambar 18, pada zona 1, untuk stasiun pengamatan 1,3 dan 4

memiliki rasio jumlah fitoplankton lebih besar zooplankton, sebaliknya pada

stasiun 2 zooplankton lebih dominan. Zona 2, zooplakton lebih dominan dari

fitoplankton (stasiun pengamatan 5,7 dan 8) sedangkan pada stasiun 6

fitoplankton lebih dominan. Hampir seluruh stasiun pada zona 3 didominasi oleh

zooplankton, hanya pada stasiun 10 saja fitoplankton lebih dominan dari

zooplankton. Pada zona 4, fitoplankton lebih dominan dari zooplankton. Lebih

rinci perbandingan antara fitoplankton dan zooplankton pada masing-masing

stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19 Kelimpahan plankton (zoo dan phyto) pada tiap stasiun pengamatan

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Stasiun

sel/l

iter

fitozoo

200200

121.8 122.0 122.2 122.4Bujur Timu

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sela

tan

4 53

6

102 12

7

r

1

8

913

11

14

15

16

: Fitoplankton

: Zooplankton

SKALA 1 : 1 000 000

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

Page 12: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

65

Gambar 19 menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton mendominasi

keberadaan zooplankton pada semua stasiun pengamatan. Wiadnyana (1999)

melaporkan bahwa nilai produktivitas plankton secara langsung banyak

dipengaruhi oleh komposisi jenis fitoplankton, yang selanjutnya dapat

menentukan besar/kecilnya daya dukung perairan terhadap kehidupan biota di

dalamnya. Dalam sistem kehidupan akuatik, zooplankton merupakan konsumer

pertama yang memanfaatkan produksi primer yang dihasilkan oleh organisme

fitoplanktonik. Karena fitoplankton merupakan produsen tingkat pertama dalam

sistem rantai makanan, maka kondisi ini mengindikasikan bahwa perairan di

sekitar Kepulauan Togean tergolong perairan yang cukup subur. Hal ini erat

kaitannya dengan kelimpahan fitoplanlton, dimana fitoplankton yang merupakan

produsen primer akan dimakan oleh zooplankton, dan zooplankton juga akan

dimakan oleh hewan yang berada pada tropik level yang lebih tinggi.

Keberadaan zooplankton di perairan banyak terkait dengan fitoplankton.

Fitoplankton yang mengandung klorofil-a merupakan pigmen penting dalam

proses fotosintesis. Kandungan klorofil-a ini dapat dideteksi dari sensor satelit

yang bekerja pada panjang gelombang sinar tampak. Pola distribusi konsentrasi

klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) dapat digunakan untuk melihat

fenomena oseanografi seperti upwelling, front dan pola arus permukaan. Daerah

dimana terjadinya fenomena-fenomena tersebut umumnya merupakan perairan

yang subur.

Page 13: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

66

4.1.3 Pembahasan

Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dengan adanya berbagai

kondisi lingkungan perairan dan fluktuasi keadaan lingkungan tersebut. Interaksi

antara berbagai faktor lingkungan tersebut terhadap ikan senantiasa berubah.

Faktor-faktor ini meliputi faktor fisik, kimia dan biologi lingkungan. Faktor fisik

yang paling berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya ikan adalah suhu dan

salinitas. Kedua faktor ini menarik untuk diamati karena berperan dalam

kelangsungan hidup ikan. Adanya perubahan baik suhu maupun salinitas akan

mempengaruhi keadaan organisme di suatu perairan (Laevastu and Hayes, 1982).

Suhu air merupakan faktor lingkungan yang paling mudah diselidiki. Oleh

karena itu, banyak peneliti yang berusaha menghubungkan antara sifat ikan

dengan suhu air laut dan turun naiknya suhu perairan. Perubahan-perubahan

seperti itu di lingkungan laut seringkali hanya merupakan perubahan yang terkait

dengan faktor lain seprti arus, dimana pengaruhnya secara langsung perlu

dipertimbangkan, sedangkan pengaruh nyata dari suhu mungkin terbatas.

Meskipun demikian, sebagian besar kasus suhu merupakan indikator yang penting

untuk menunjukkan perubahan kondisi ekologi. Lebih-lebih fluktuasi suhu baik

secara vertikal maupun horizontal yang berubah dari suatu tempat ke tempat lain

yang harus dipertimbangkan pada saat menggunakan suhu sebagai indikator

ekologi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pola sebaran suhu secara vertikal lebih berpengaruh terhadap kelimpahan

dan pola penyebaran ikan dibanding dengan pola sebaran suhu secara horizontal

karena nilai fluktuasi suhu secara vertikal relatif lebih tinggi. Sebaran suhu di

perairan sekitar Kepulauan Togean secara vertikal mempunyai nilai yang berkisar

antara 30,63 0C dipermukaan sampai dengan 26,70 0C pada kedalaman 50 meter.

Jadi, terdapat stratifikasi suhu yang secara umum nilai suhu semakin menurun

dengan bertambahnya kedalaman, hal ini disebabkan oleh penetrasi cahaya

matahari yang juga semakin berkurang nilai intensitasnya.

Sulvian (1954) menyatakan bahwa ikan-ikan memilih suhu tertentu karena

pengaruh gerak/aktivitas yang sama, dan disimpulkan bahwa perubahan suhu

mungkin menyebabkan aksi pada ikan : (1) sebagai dorongan saraf; (2) sebagai

perubahan proses metabolisme dan atau (3) sebagai perubahan aktivitas tubuhnya.

Page 14: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

67

Bentuk pengaruh suhu terhadap ikan diwujudkan dalam berbagai macam cara,

seperti suhu mempengaruhi aktivitas dan pergerakan tubuh. Suhu rendah

mungkin menyebabkan lolosnya ikan dari alat tangkap, dan juga kemampuan ikan

untuk menangkap makanan yang bergerak. Suhu juga menyebabkan distribusi

regional ikan muda dan dewasa karena mereka memiliki toleransi dan preferensi

suhu yang berbeda (Alverson, Pruter and Ronhoft 1964). Pergerakan onshore

dan offshore ikan demersal mungkin juga dipicu oleh suhu (King 1995 dan Hall

2000). Suhu perairan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan, aktivitas dan

mobilitas gerakan, ruaya penyebaran dan kelimpahan serta pemijahan. Perubahan

suhu perairan di bawah suhu normal/suhu optimal menyebabkan penurunan

aktivitas gerakan dan aktivitas makan serta menghambat berlangsungnya proses

pemijahan. Pada umumnya semakin bertambah besar ukuran dan semakin tua

umur ikan, ada kecenderungan menyukai dan mencari perairan dengan suhu lebih

rendah di perairan yang lebih dalam. Suhu merupakan controling factor (faktor

pengendali) bagi proses respirasi dan metabolisme biota akuatik yang berlanjut

terhadap pertumbuhan dan proses fisiologi serta siklus reproduksinya (Hutabarat

dan Evans, 1984). Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam

mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme di laut. Suhu terkadang

menjadi koordinat yang baik dari koordinat geografik dalam melokalisasi (tempat)

ikan, karena sebaran suhu secara harizontal dapat menjadi informasi yang sangat

berguna bagi bidang perikanan khususnya pada bidang perikanan tangkap.

Disamping itu, Gunarso (1985) mencatat bahwa suhu perairan berpengaruh pada

cara dan kebiasaan makan dari ikan, pemijahan, kelimpahan, ruaya dan

pengelompokan ikan. Hasil pengukuran suhu yang diperoleh berdasarkan

informasi di atas menunjukkan bahwa lapisan suhu homogen terjadi sampai pada

kedalaman sekitar 50 meter, sedangkan perbedaan suhu antar stasiun pada

kedalaman 20 dan 30 meter lebih bervariasi dibanding pada kedalaman lainnya.

Hubungan suhu terhadap distribusi biomassa ikan demersal diperairan

sekitar Kepulauan Togean ditunjukkan pada Gambar 20.

Page 15: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

68

Gambar 20 Hubungan suhu dan distribusi biomassa ikan demersal

Gambar 20, di atas menunjukkan bahwa distribusi biomassa ikan demersal

di perairan sekitar Kepulauan Togean pada zona 1 berada pada suhu sekitar 29,00

– 29,75 0C dengan densitas antara 0,06-0,16 ton; zona 2 dengan kisaran suhu

antara 28,50 – 28,75 0C memiliki densitas antara 0,16-0,25 ton; zona 3 dengan

kisaran suhu antara 28,50-29,00 0C merupakan zona yang distribusi biomassa

paling tinggi dari keempat zona dengan densitas antara 0,25-1,34 ton dan zona 4

dengan kisaran suhu antara 28,75-29,75 memiliki densitas antara 0,06-0,16 ton.

Tergambar pula bahwa semakin tinggi suhu maka distribusi densitas ikan

demersal makin menurun. Biomassa ikan demersal pada kisaran suhu tersebut

dapat dikatakan densitasnya cukup tinggi (0,25-1,33 ton). Wootton (1992)

menyatakan bahwa distribusi densitas ikan demersal berkurang dengan

meningkatnya temperatur perairan karena ikan demersal lebih menyukai perairan

yang bersuhu rendah.

Salinitas merupakan salah satu faktor oseanografi yang dapat

mempengaruhi sebaran organisme di laut. Salinitas dapat mempengaruhi tekanan

osmotik tubuh organisme laut termasuk ikan. Ikan akan cenderung untuk memilih

medium dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik mereka

masing-masing. Beberapa organisme yang dapat bertahan dengan perubahan

200200

121.8 122.0 122.2 122.4Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sela

tan

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

P.Teloga

P.WaleabahiP.Waleakodi

P.TaloehP.Melingi

P.Langkara

P.TongkabuP.Pangempan

Talatakoh

Batudaka

Benteng

TOGIAN

Palada28.50

28.75

29.00

29.25

29.50

29.75

Suhu (°C)

SKALA 1 : 1 000 000Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4Biomassa (ton)

0.004 to 0.016 0.016 to 0.061 0.061 to 0.157 0.157 to 0.253 0.253 to 1.336

Page 16: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

69

salinitas yang besar (euryhaline) dan ada pula yang hidup pada perubahan

salinitas yang sempit (stenohaline).

Demikian pula hal sebaliknya terjadi pada salinitas terhadap distribusi

biomassa ikan demersal. Dampak yang ditimbulkan akibat perbedaan salinitas ini

sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 21. Secara umum salinitas di

perairan sekitar Kepulauan Togean memperlihatkan adanya peningkatan seiring

dengan bertambahnya kedalaman. Pada setiap zona, peningkatan salinitas cukup

bervariasi namun secara garis besar peningkatannya berkisar antara 34,30 psu

sampai dengan 34,95 psu. Semakin bertambahnya kedalaman perairan maka nilai

salinitas semakin tinggi dengan nilai perubahan yang relatif kecil. Salinitas di

samping mempengaruhi ruaya dan kelimpahan juga berpengaruh terhadap

perkembangan dan keberhasilan penetasan telur ikan. Hubungan salinitas dan

distribusi densitas ikan demersal disajikan pada Gambar 21.

200200

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sel

atan

121.8 122.0 122.2 122.4Bujur Timur

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

P.Teloga

P.WaleabahiP.Waleakodi

P.TaloehP.Melingi

P.Langkara

P.TongkabuP.Pangempan

Talatakoh

Batudaka

Benteng

TOGIAN

Palada

SKALA 1 : 1 000 000

34.44

34.52

34.61

34.70

34.78

Salinitas (psu)

Biomassa (ton) 0.0 to 0.0 0.0 to 0.1 0.1 to 0.2 0.2 to 0.3 0.3 to 1.3

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

Gambar 21 Hubungan salinitas dan distribusi biomassa ikan demersal Gambar 21 menginformasikan bahwa hubungan antara salinitas dan

distribusi biomassa ikan demersal di perairan sekitar Kepulauan Togean

berdasarkan empat zona yang ditentukan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kisaran salinitas pada zona 1 antara 34,44-34,61 psu dengan distribusi biomassa

antara 0,06-0,25 ton, zona 2 dengan kisaran salinitas antara 34,70-34,78 memiliki

distribusi biomassa antara 0,16-0,25 ton. Zona 3 merupakan zona yang meliliki

Page 17: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

70

densitas distribusi biomassa ikan demersal tertinggi dari semua zona. Salinitas

pada zona ini berkisar antara 34,61-34,70 psu dengan distribusi biomassa pada

kisaran salinitas ini berkisar antara 0,16-1,34 ton, hal ini menunjukkan bahwa

wilayah di sekitar Kepulauan Togean dengan kisaran salinitas tersebut distribusi

biomassanya cukup baik. Sama seperti pada zona 1, kisaran salinitas pada zona 4

antara 34,44-34,61 psu dengan distribusi biomassa antara 0,06-0,25 ton.

Kecerahan merupakan gambaran penetrasi cahaya matahari yang masuk ke

dalam perairan, sehingga kecerahan dapat digunakan untuk menggambarkan

partikel tersuspensi suatu perairan. Suatu perairan dikatakan keruh jika memiliki

nilai kecerahan rendah dan sebaliknya perairan dikatakan jernih jika nilai

kecerahan tinggi. Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel lumpur tidak

dikehendaki karena dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam

perairan dan juga dapat mengganggu organisme yang hidup di dalamnya. Makin

cerah suatu perairan maka semakin jauh penetrasi cahaya matahari ke dalam

perairan tersebut sehingga mempengaruhi kehidupan organisme laut (contoh :

terumbu karang dan padang lamun). Organisme karang untuk pertumbuhannya

(proses fotosintesis) menjadi lebih baik jika nilai kecerahan perairan tinggi.

Demikian pula halnya dengan padang lamun membutuhkan cahaya matahari

untuk perkembangannya. Apabila organisme karang dan padang lamun

berkembang dengan baik karena kecerahan air, maka hal ini secara langsung

maupun tidak langsung akan memberikan dampak yang positif pada keberadaan

ikan demersal yang dalam siklus hidupnya tergantung pada karang dan padang

lamun.

Arus merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkan

oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, dan pasang surut (Nontji 2002).

Gerakan arus laut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja serta

pengaruh dari beberapa faktor. Gross (1990) menyatakan ada dua jenis gaya yang

bekerja atau berpengaruh sehingga terjadinya arus yaitu gaya eksternal dan

internal. Gaya eksternal antara lain angin, perbedaan tekanan udara, gaya

gravitasi, gaya tektonik serta gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh

tekanan dasar laut. Gaya internal antara lain perbedaan densitas air laut, gradien

tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Arus mempengaruhi penyebaran

Page 18: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

71

organisme laut seperti plankton yang hidup melayang di bawah permukaan air dan

mempunyai kemampuan gerak terbatas, sehingga selalu terbawa oleh arus

(Nybakken 1992). Meskipun secara umum arah arus di Kepulaun Togean menuju

ke arah barat, namun kecepatan arus tersebut berbeda untuk masing-masing

kedalaman. Pada kedalaman 0 m, untuk zona 1 kecepatan arus berkisar antara

0,11 m/det sampai 0,22 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,16 m/det; zona 2

kecepatan arus berkisar antara 0,07 m/det sampai 0,30 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,18 m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar antara 0,02 m/det sampai 0,13

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,07 m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar

antara 0,13 m/det sampai 0,22 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,17 m/det.

Kedalaman 10 m untuk zona 1 kecepatan arus berkisar antara 0,21 m/det sampai

0,4 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,31 m/det; zona 2 kecepatan arus berkisar

antara 0,05 m/det sampai 0,23 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,14 m/det; zona

3 kecepatan arus berkisar antara 0,09 m/det sampai 0,22 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,15 m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar antara 0,17 m/det sampai 0,33

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,25 m/det. Kedalaman 20 m, untuk zona 1

kecepatan arus berkisar antara 0,13 m/det sampai 0,50 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,31 m/det; zona 2 kecepatan arus berkisar antara 0,11 m/det sampai 0,46

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,28 m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar

antara 0,09 m/det sampai 0,54 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,31 m/det; zona

4 kecepatan arus berkisar antara 0,17 m/det sampai 0,24 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,20 m/det. Kedalaman 30 m, untuk zona 1 kecepatan arus berkisar

antara 0,09 m/det sampai 0,34 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,21 m/det; zona

2 kecepatan arus berkisar antara 0,26 m/det sampai 0,51 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,38 m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar antara 0,04 m/det sampai 0,34

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,19 m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar

antara 0,22 m/det sampai 0,30 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,26 m/det

Kedalaman 40 m, untuk zona 1 karena kedalaman perairan kurang dari 40 meter

maka pengukuran kecepatan untuk zona ini tidak dilakukan; zona 2 kecepatan

arus berkisar antara 0,12 m/det sampai 0,58 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,35

m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar antara 0,04 m/det sampai 0,52 m/det dengan

kecepatan rata-rata 0,29 m/det; zona 5 kecepatan arus berkisar antara 0,30 m/det

Page 19: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

72

sampai 0,53 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,41 m/det. Kedalaman 50 m,

untuk zona 1 dan 2 karena kedalaman perairan kurang dari 50 m, pengukuran

kecepatan arus untuk kedua zona ini tidak dilakukan; zona 3 kecepatan arus

berkisar antara 0,02 m/det sampai 0,17 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,09

m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar antara 0,20 m/det sampai 0,28 m/det dengan

kecepatan rata-rata 0,24 m/det. Kecepatan arus mempunyai peran penting dalam

pengoperasian suatu alat tangkap ikan baik pada saat penawuran (setting), posisi

alat tangkap dalam perairan dan pada saat penarikan (hauling). Pada saat setting,

apabila kecepatan arus terlalu besar maka akan menyebabkan alat tangkap tidak

tepat pada posisi yang diinginkan. Selanjutnya, posisi alat tangkap dalam perairan

akan tidak stabil apabila kecepatan arus terlalu besar, misalnya posisi jaring

insang dasar tidak akan berdiri tegak seperti yang diharapkan. Demikian pula

pada saat hauling, alat tangkap akan terpuntal atau kusut. Berdasarkan hasil

pengukuran kecepatan arus pada dasar perairan di Kepulauan Togean diperoleh

kecepatan arus rata-rata 0,2 m/det. Nilai tersebut tergolong dalam kecepatan arus

lemah, sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan arus pada musim itu baik

untuk kegiatan operasi penangkapan ikan demersal.

Kelimpahan plankton dalam suatu perairan merupakan indikator bahwa

perairan tersebut subur. Namun sebaliknya apabila kelimpahan plankton ini di

suatu perairan berlebihan, maka perairan tersebut menjadi tidak subur lagi

(Romimohtarto dan Juwana 1999). Karena plankton yang secara tiba-tiba

melimpah (blooming) akan menjadi racun untuk organisme lain (ikan).

Kelimpahan plankton yang diperoleh di Kepulauan Togean secara umum dapat

dikatakan bahwa perairan tersebut subur. Dinamika perubahan jumlah kelimpahan

plankton (zoo dan phyto) untuk setiap stasiun sangat bervariasi, pada stasiun 3, 4

dan 16 jumlah fitoplankton jauh lebih besar (7586-10264 sel/liter) dibanding

dengan zooplankton pada stasiun-stasiun tersebut yang hanya berkisar antara 626-

2615 sel/liter, sedangkan untuk stasiun pengamatan lainnya dinamika perubahan

kelimpahan jumlah fitoplankton dan zooplankton cukup seimbang.

Salah satu sumberdaya hayati yang mempunyai peran dalam ekosistem

laut adalah plankton. Keberadaan plankton sangat mempengaruhi kehidupan

diperairan karena memegang peran penting sebagai makanan bagi berbagai

Page 20: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

73

organisme laut. diantara tumbuhan bahari, fitoplankton yang mengikat bagian

terbesar dari energi walaupun fitoplankton hanya menghuni suatu lapisan

permukaan yang tipis dimana terdapat cukup cahaya matahari.

Target ikan demersal yang terdeteksi dalam penelitian ini tidak terlalu

dipengaruhi oleh fluktuasi suhu maupun salinitas. Ikan-ikan demersal tidak akan

melakukan ruaya hanya karena perubahan fluktuasi suhu dan salinitas karena ikan

demersal lebih dipengaruhi oleh kondisi substrat yang mempengaruhi

ketersediaan makanan. Jenis substrat dasar perairan juga mempengaruhi jenis

hewan laut yang dapat hidup pada atau di dalam dasar laut ini. Bermacam-macam

dasar perairan yang umum kita jumpai adalah lumpur, pasir, batu atau cadas dan

tumpukan benda buatan manusia (Pujiati 2008).

Lingkungan yang terdiri dari lumpur ini menimbulkan masalah bagi

hewan-hewan yang hidup di sini, karena partikel-partikel lumpur dapat menembus

sistem pernafasan hewan-hewan tersebut dan menyebabkan penyumbatan.

Kandungan oksigen di lingkungan ini rendah, karena partikel-partikel lumpur ini

padat dan tidak meninggalkan rongga-rongga untuk oksigen berada di lumpur

sehingga tidak ada pertukaran oksigen dengan udara. Zat-zat organik yang

membusuk, yang terdapat disana juga menghabiskan oksigen (Romimohtarto dan

Juwana 1999). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pasir mempunyai ukuran partikel

yang lebih besar daripada partikel lumpur. Dasar pasir ini memungkinkan air

mengalir di antara partikel-partikel pasir sehingga ada pertukaran oksigen sampai

lapisan bawah dasar pasir. Gelombang memindahkan pasir saat menuju pantai.

Oleh sebab itu hewan yang hidup dilingkungan ini harus dilengkapi dengan

kemampuan yang mampu bergerak bersama butiran pasir ataupun merendam

dalam di bawah permukaan pasir.

Pantai bercadas atau berbatu merupakan lingkungan yang mudah bagi

banyak biota laut untuk menyesuaikan diri. Banyaknya kehidupan di lingkungan

ini menakjubkan. Ini disebabkan karena banyaknya lingkungan mikro (micro

environment), seperti lingkungan-lingkungan yang terdapat pada celah-celah

cadas, lubang-lubang, permukaan cadas, kubangan pasut dan sebagainya. Daerah

cadas ini memperoleh oksigenasi yang bagus, banyak makanan dan tempat

berlindung yang bagus.

Page 21: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

74

Data dari satelit selama satu tahun di download dari citra satelit Aqua

MODIS yang bersih dari tutupan awan. Setelah data dipesan melalui NASA

Goddard Space Flight Center dengan pilihan media FTP (File Transfer Protocol)

Pull. Selanjutnya, data MODIS yang sudah diterima dari NASA diolah dengan

menggunakan perangkat lunak SeaDAS (SeaWiFS Data Analysis System) 4.7

under Linux. Proses pengolahan data Aqua MODIS dilakukan melalui beberapa

tahapan utama yaitu : (1) proses pengolahan level 1 ke level 2; (2) proses koreksi

geometrik; dan (3) proses pemotongan citra (cropping). Hasil sebaran klorofil-a

dan suhu permukaan laut (SPL) citra Aqua MODIS pada musim barat disajikan

pada Lampiran 1 dan 2.

Dari hasil analisis digital-visual terhadap citra komposit klorofil-a secara

delapan harian hasil pengolahan citra Aqua MODIS diketahui sebaran konsentrasi

klorofil-a di Teluk Tomini bervariasi menurut musim dan lokasi. Secara umum

konsentrasi klorofil-a selama satu tahun berkisar antara 0,1113 mg/m3 sampai

dengan 0,3496 mg/m3. Nilai konsentrasi klorofil-a hasil pengolahan citra Aqua

MODIS menurut musim dan lokasi secara lengkap disajikan pada Gambar 22.

Pada musim barat (bulan Desember) dan peralihan 2 (Oktober – Nopember)

konsentrasi klorofil-a di dalam Teluk Tomini lebih besar dibanding dengan di luar

teluk. Konsentrasi klorofil-a mencapai puncak pada musim timur (Juli – Agustus)

sedang terendah pada ditemukan pada musim barat (Nopember – Desember).

Lokasi perairan Teluk Tomini bagian luar terlihat memiliki konsentrasi klorofil-a

yang lebih tinggi (antara 0,1284 sampai dengan 0,3496 mg/m3) dibanding dengan

perairan di dalam Teluk Tomini (antara 0,1113 sampai dengan 0,1866 mg/m3).

Nilai SPL perairan Teluk Tomini berdasarkan citra komposit delapan

harian Aqua MODIS selama setahun berkisar antara 27,1 – 30,3 0C. SPL paling

rendah (27,1 0C) terjadi pada bulan Agustus di perairan bagian luar Teluk Tomini,

sedangkan SPL tertinggi (30,3 0C) ditemukan pada bulan Maret di perairan bagian

dalam Teluk Tomini. Hasil analisis digital visual terhadap citra satelit terlihat

bahwa sepanjang tahun SPL pada bagian dalam teluk lebih hangat dibanding

dengan pada bagian luar teluk. Berdasarkan Gambar 22, terlihat bahwa SPL

berfluktuasi secara delapan harian dan juga bervariasi menurut region (dalam dan

luar teluk). SPL di dalam teluk lebih hangat dibanding dengan di luar teluk.

Page 22: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

75

Gambar 22 Grafik fluktuasi konsentrasi rata-rata 8 harian klorofil-a dan SPL

Keadaan ini diduga karena perairan di dalam teluk lebih sedikit mendapat

pengaruh dari massa air dari luar teluk. Hasil kajian dengan menggunakan citra

satelit Aqua MODIS di perairan Kepulauan Togean terhadap suhu permukaan laut

dan sebaran klorofil-a yang dilakukan oleh CII (2007) tercatat bahwa distribusi

spasial suhu permukaan laut di perairan sebelah utara lebih rendah dari bagian

selatan.

Page 23: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

65

Gambar 19 menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton mendominasi

keberadaan zooplankton pada semua stasiun pengamatan. Wiadnyana (1999)

melaporkan bahwa nilai produktivitas plankton secara langsung banyak

dipengaruhi oleh komposisi jenis fitoplankton, yang selanjutnya dapat

menentukan besar/kecilnya daya dukung perairan terhadap kehidupan biota di

dalamnya. Dalam sistem kehidupan akuatik, zooplankton merupakan konsumer

pertama yang memanfaatkan produksi primer yang dihasilkan oleh organisme

fitoplanktonik. Karena fitoplankton merupakan produsen tingkat pertama dalam

sistem rantai makanan, maka kondisi ini mengindikasikan bahwa perairan di

sekitar Kepulauan Togean tergolong perairan yang cukup subur. Hal ini erat

kaitannya dengan kelimpahan fitoplanlton, dimana fitoplankton yang merupakan

produsen primer akan dimakan oleh zooplankton, dan zooplankton juga akan

dimakan oleh hewan yang berada pada tropik level yang lebih tinggi.

Keberadaan zooplankton di perairan banyak terkait dengan fitoplankton.

Fitoplankton yang mengandung klorofil-a merupakan pigmen penting dalam

proses fotosintesis. Kandungan klorofil-a ini dapat dideteksi dari sensor satelit

yang bekerja pada panjang gelombang sinar tampak. Pola distribusi konsentrasi

klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) dapat digunakan untuk melihat

fenomena oseanografi seperti upwelling, front dan pola arus permukaan. Daerah

dimana terjadinya fenomena-fenomena tersebut umumnya merupakan perairan

yang subur.

Page 24: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

66

4.1.3 Pembahasan

Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dengan adanya berbagai

kondisi lingkungan perairan dan fluktuasi keadaan lingkungan tersebut. Interaksi

antara berbagai faktor lingkungan tersebut terhadap ikan senantiasa berubah.

Faktor-faktor ini meliputi faktor fisik, kimia dan biologi lingkungan. Faktor fisik

yang paling berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya ikan adalah suhu dan

salinitas. Kedua faktor ini menarik untuk diamati karena berperan dalam

kelangsungan hidup ikan. Adanya perubahan baik suhu maupun salinitas akan

mempengaruhi keadaan organisme di suatu perairan (Laevastu and Hayes, 1982).

Suhu air merupakan faktor lingkungan yang paling mudah diselidiki. Oleh

karena itu, banyak peneliti yang berusaha menghubungkan antara sifat ikan

dengan suhu air laut dan turun naiknya suhu perairan. Perubahan-perubahan

seperti itu di lingkungan laut seringkali hanya merupakan perubahan yang terkait

dengan faktor lain seprti arus, dimana pengaruhnya secara langsung perlu

dipertimbangkan, sedangkan pengaruh nyata dari suhu mungkin terbatas.

Meskipun demikian, sebagian besar kasus suhu merupakan indikator yang penting

untuk menunjukkan perubahan kondisi ekologi. Lebih-lebih fluktuasi suhu baik

secara vertikal maupun horizontal yang berubah dari suatu tempat ke tempat lain

yang harus dipertimbangkan pada saat menggunakan suhu sebagai indikator

ekologi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pola sebaran suhu secara vertikal lebih berpengaruh terhadap kelimpahan

dan pola penyebaran ikan dibanding dengan pola sebaran suhu secara horizontal

karena nilai fluktuasi suhu secara vertikal relatif lebih tinggi. Sebaran suhu di

perairan sekitar Kepulauan Togean secara vertikal mempunyai nilai yang berkisar

antara 30,63 0C dipermukaan sampai dengan 26,70 0C pada kedalaman 50 meter.

Jadi, terdapat stratifikasi suhu yang secara umum nilai suhu semakin menurun

dengan bertambahnya kedalaman, hal ini disebabkan oleh penetrasi cahaya

matahari yang juga semakin berkurang nilai intensitasnya.

Sulvian (1954) menyatakan bahwa ikan-ikan memilih suhu tertentu karena

pengaruh gerak/aktivitas yang sama, dan disimpulkan bahwa perubahan suhu

mungkin menyebabkan aksi pada ikan : (1) sebagai dorongan saraf; (2) sebagai

perubahan proses metabolisme dan atau (3) sebagai perubahan aktivitas tubuhnya.

Page 25: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

67

Bentuk pengaruh suhu terhadap ikan diwujudkan dalam berbagai macam cara,

seperti suhu mempengaruhi aktivitas dan pergerakan tubuh. Suhu rendah

mungkin menyebabkan lolosnya ikan dari alat tangkap, dan juga kemampuan ikan

untuk menangkap makanan yang bergerak. Suhu juga menyebabkan distribusi

regional ikan muda dan dewasa karena mereka memiliki toleransi dan preferensi

suhu yang berbeda (Alverson, Pruter and Ronhoft 1964). Pergerakan onshore

dan offshore ikan demersal mungkin juga dipicu oleh suhu (King 1995 dan Hall

2000). Suhu perairan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan, aktivitas dan

mobilitas gerakan, ruaya penyebaran dan kelimpahan serta pemijahan. Perubahan

suhu perairan di bawah suhu normal/suhu optimal menyebabkan penurunan

aktivitas gerakan dan aktivitas makan serta menghambat berlangsungnya proses

pemijahan. Pada umumnya semakin bertambah besar ukuran dan semakin tua

umur ikan, ada kecenderungan menyukai dan mencari perairan dengan suhu lebih

rendah di perairan yang lebih dalam. Suhu merupakan controling factor (faktor

pengendali) bagi proses respirasi dan metabolisme biota akuatik yang berlanjut

terhadap pertumbuhan dan proses fisiologi serta siklus reproduksinya (Hutabarat

dan Evans, 1984). Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam

mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme di laut. Suhu terkadang

menjadi koordinat yang baik dari koordinat geografik dalam melokalisasi (tempat)

ikan, karena sebaran suhu secara harizontal dapat menjadi informasi yang sangat

berguna bagi bidang perikanan khususnya pada bidang perikanan tangkap.

Disamping itu, Gunarso (1985) mencatat bahwa suhu perairan berpengaruh pada

cara dan kebiasaan makan dari ikan, pemijahan, kelimpahan, ruaya dan

pengelompokan ikan. Hasil pengukuran suhu yang diperoleh berdasarkan

informasi di atas menunjukkan bahwa lapisan suhu homogen terjadi sampai pada

kedalaman sekitar 50 meter, sedangkan perbedaan suhu antar stasiun pada

kedalaman 20 dan 30 meter lebih bervariasi dibanding pada kedalaman lainnya.

Hubungan suhu terhadap distribusi biomassa ikan demersal diperairan

sekitar Kepulauan Togean ditunjukkan pada Gambar 20.

Page 26: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

68

Gambar 20 Hubungan suhu dan distribusi biomassa ikan demersal

Gambar 20, di atas menunjukkan bahwa distribusi biomassa ikan demersal

di perairan sekitar Kepulauan Togean pada zona 1 berada pada suhu sekitar 29,00

– 29,75 0C dengan densitas antara 0,06-0,16 ton; zona 2 dengan kisaran suhu

antara 28,50 – 28,75 0C memiliki densitas antara 0,16-0,25 ton; zona 3 dengan

kisaran suhu antara 28,50-29,00 0C merupakan zona yang distribusi biomassa

paling tinggi dari keempat zona dengan densitas antara 0,25-1,34 ton dan zona 4

dengan kisaran suhu antara 28,75-29,75 memiliki densitas antara 0,06-0,16 ton.

Tergambar pula bahwa semakin tinggi suhu maka distribusi densitas ikan

demersal makin menurun. Biomassa ikan demersal pada kisaran suhu tersebut

dapat dikatakan densitasnya cukup tinggi (0,25-1,33 ton). Wootton (1992)

menyatakan bahwa distribusi densitas ikan demersal berkurang dengan

meningkatnya temperatur perairan karena ikan demersal lebih menyukai perairan

yang bersuhu rendah.

Salinitas merupakan salah satu faktor oseanografi yang dapat

mempengaruhi sebaran organisme di laut. Salinitas dapat mempengaruhi tekanan

osmotik tubuh organisme laut termasuk ikan. Ikan akan cenderung untuk memilih

medium dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik mereka

masing-masing. Beberapa organisme yang dapat bertahan dengan perubahan

200200

121.8 122.0 122.2 122.4Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sela

tan

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

P.Teloga

P.WaleabahiP.Waleakodi

P.TaloehP.Melingi

P.Langkara

P.TongkabuP.Pangempan

Talatakoh

Batudaka

Benteng

TOGIAN

Palada28.50

28.75

29.00

29.25

29.50

29.75

Suhu (°C)

SKALA 1 : 1 000 000Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4Biomassa (ton)

0.004 to 0.016 0.016 to 0.061 0.061 to 0.157 0.157 to 0.253 0.253 to 1.336

Page 27: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

69

salinitas yang besar (euryhaline) dan ada pula yang hidup pada perubahan

salinitas yang sempit (stenohaline).

Demikian pula hal sebaliknya terjadi pada salinitas terhadap distribusi

biomassa ikan demersal. Dampak yang ditimbulkan akibat perbedaan salinitas ini

sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 21. Secara umum salinitas di

perairan sekitar Kepulauan Togean memperlihatkan adanya peningkatan seiring

dengan bertambahnya kedalaman. Pada setiap zona, peningkatan salinitas cukup

bervariasi namun secara garis besar peningkatannya berkisar antara 34,30 psu

sampai dengan 34,95 psu. Semakin bertambahnya kedalaman perairan maka nilai

salinitas semakin tinggi dengan nilai perubahan yang relatif kecil. Salinitas di

samping mempengaruhi ruaya dan kelimpahan juga berpengaruh terhadap

perkembangan dan keberhasilan penetasan telur ikan. Hubungan salinitas dan

distribusi densitas ikan demersal disajikan pada Gambar 21.

200200

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sel

atan

121.8 122.0 122.2 122.4Bujur Timur

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

P.Teloga

P.WaleabahiP.Waleakodi

P.TaloehP.Melingi

P.Langkara

P.TongkabuP.Pangempan

Talatakoh

Batudaka

Benteng

TOGIAN

Palada

SKALA 1 : 1 000 000

34.44

34.52

34.61

34.70

34.78

Salinitas (psu)

Biomassa (ton) 0.0 to 0.0 0.0 to 0.1 0.1 to 0.2 0.2 to 0.3 0.3 to 1.3

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

Gambar 21 Hubungan salinitas dan distribusi biomassa ikan demersal Gambar 21 menginformasikan bahwa hubungan antara salinitas dan

distribusi biomassa ikan demersal di perairan sekitar Kepulauan Togean

berdasarkan empat zona yang ditentukan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kisaran salinitas pada zona 1 antara 34,44-34,61 psu dengan distribusi biomassa

antara 0,06-0,25 ton, zona 2 dengan kisaran salinitas antara 34,70-34,78 memiliki

distribusi biomassa antara 0,16-0,25 ton. Zona 3 merupakan zona yang meliliki

Page 28: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

70

densitas distribusi biomassa ikan demersal tertinggi dari semua zona. Salinitas

pada zona ini berkisar antara 34,61-34,70 psu dengan distribusi biomassa pada

kisaran salinitas ini berkisar antara 0,16-1,34 ton, hal ini menunjukkan bahwa

wilayah di sekitar Kepulauan Togean dengan kisaran salinitas tersebut distribusi

biomassanya cukup baik. Sama seperti pada zona 1, kisaran salinitas pada zona 4

antara 34,44-34,61 psu dengan distribusi biomassa antara 0,06-0,25 ton.

Kecerahan merupakan gambaran penetrasi cahaya matahari yang masuk ke

dalam perairan, sehingga kecerahan dapat digunakan untuk menggambarkan

partikel tersuspensi suatu perairan. Suatu perairan dikatakan keruh jika memiliki

nilai kecerahan rendah dan sebaliknya perairan dikatakan jernih jika nilai

kecerahan tinggi. Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel lumpur tidak

dikehendaki karena dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam

perairan dan juga dapat mengganggu organisme yang hidup di dalamnya. Makin

cerah suatu perairan maka semakin jauh penetrasi cahaya matahari ke dalam

perairan tersebut sehingga mempengaruhi kehidupan organisme laut (contoh :

terumbu karang dan padang lamun). Organisme karang untuk pertumbuhannya

(proses fotosintesis) menjadi lebih baik jika nilai kecerahan perairan tinggi.

Demikian pula halnya dengan padang lamun membutuhkan cahaya matahari

untuk perkembangannya. Apabila organisme karang dan padang lamun

berkembang dengan baik karena kecerahan air, maka hal ini secara langsung

maupun tidak langsung akan memberikan dampak yang positif pada keberadaan

ikan demersal yang dalam siklus hidupnya tergantung pada karang dan padang

lamun.

Arus merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkan

oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, dan pasang surut (Nontji 2002).

Gerakan arus laut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja serta

pengaruh dari beberapa faktor. Gross (1990) menyatakan ada dua jenis gaya yang

bekerja atau berpengaruh sehingga terjadinya arus yaitu gaya eksternal dan

internal. Gaya eksternal antara lain angin, perbedaan tekanan udara, gaya

gravitasi, gaya tektonik serta gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh

tekanan dasar laut. Gaya internal antara lain perbedaan densitas air laut, gradien

tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Arus mempengaruhi penyebaran

Page 29: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

71

organisme laut seperti plankton yang hidup melayang di bawah permukaan air dan

mempunyai kemampuan gerak terbatas, sehingga selalu terbawa oleh arus

(Nybakken 1992). Meskipun secara umum arah arus di Kepulaun Togean menuju

ke arah barat, namun kecepatan arus tersebut berbeda untuk masing-masing

kedalaman. Pada kedalaman 0 m, untuk zona 1 kecepatan arus berkisar antara

0,11 m/det sampai 0,22 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,16 m/det; zona 2

kecepatan arus berkisar antara 0,07 m/det sampai 0,30 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,18 m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar antara 0,02 m/det sampai 0,13

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,07 m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar

antara 0,13 m/det sampai 0,22 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,17 m/det.

Kedalaman 10 m untuk zona 1 kecepatan arus berkisar antara 0,21 m/det sampai

0,4 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,31 m/det; zona 2 kecepatan arus berkisar

antara 0,05 m/det sampai 0,23 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,14 m/det; zona

3 kecepatan arus berkisar antara 0,09 m/det sampai 0,22 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,15 m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar antara 0,17 m/det sampai 0,33

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,25 m/det. Kedalaman 20 m, untuk zona 1

kecepatan arus berkisar antara 0,13 m/det sampai 0,50 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,31 m/det; zona 2 kecepatan arus berkisar antara 0,11 m/det sampai 0,46

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,28 m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar

antara 0,09 m/det sampai 0,54 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,31 m/det; zona

4 kecepatan arus berkisar antara 0,17 m/det sampai 0,24 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,20 m/det. Kedalaman 30 m, untuk zona 1 kecepatan arus berkisar

antara 0,09 m/det sampai 0,34 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,21 m/det; zona

2 kecepatan arus berkisar antara 0,26 m/det sampai 0,51 m/det dengan kecepatan

rata-rata 0,38 m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar antara 0,04 m/det sampai 0,34

m/det dengan kecepatan rata-rata 0,19 m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar

antara 0,22 m/det sampai 0,30 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,26 m/det

Kedalaman 40 m, untuk zona 1 karena kedalaman perairan kurang dari 40 meter

maka pengukuran kecepatan untuk zona ini tidak dilakukan; zona 2 kecepatan

arus berkisar antara 0,12 m/det sampai 0,58 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,35

m/det; zona 3 kecepatan arus berkisar antara 0,04 m/det sampai 0,52 m/det dengan

kecepatan rata-rata 0,29 m/det; zona 5 kecepatan arus berkisar antara 0,30 m/det

Page 30: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

72

sampai 0,53 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,41 m/det. Kedalaman 50 m,

untuk zona 1 dan 2 karena kedalaman perairan kurang dari 50 m, pengukuran

kecepatan arus untuk kedua zona ini tidak dilakukan; zona 3 kecepatan arus

berkisar antara 0,02 m/det sampai 0,17 m/det dengan kecepatan rata-rata 0,09

m/det; zona 4 kecepatan arus berkisar antara 0,20 m/det sampai 0,28 m/det dengan

kecepatan rata-rata 0,24 m/det. Kecepatan arus mempunyai peran penting dalam

pengoperasian suatu alat tangkap ikan baik pada saat penawuran (setting), posisi

alat tangkap dalam perairan dan pada saat penarikan (hauling). Pada saat setting,

apabila kecepatan arus terlalu besar maka akan menyebabkan alat tangkap tidak

tepat pada posisi yang diinginkan. Selanjutnya, posisi alat tangkap dalam perairan

akan tidak stabil apabila kecepatan arus terlalu besar, misalnya posisi jaring

insang dasar tidak akan berdiri tegak seperti yang diharapkan. Demikian pula

pada saat hauling, alat tangkap akan terpuntal atau kusut. Berdasarkan hasil

pengukuran kecepatan arus pada dasar perairan di Kepulauan Togean diperoleh

kecepatan arus rata-rata 0,2 m/det. Nilai tersebut tergolong dalam kecepatan arus

lemah, sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan arus pada musim itu baik

untuk kegiatan operasi penangkapan ikan demersal.

Kelimpahan plankton dalam suatu perairan merupakan indikator bahwa

perairan tersebut subur. Namun sebaliknya apabila kelimpahan plankton ini di

suatu perairan berlebihan, maka perairan tersebut menjadi tidak subur lagi

(Romimohtarto dan Juwana 1999). Karena plankton yang secara tiba-tiba

melimpah (blooming) akan menjadi racun untuk organisme lain (ikan).

Kelimpahan plankton yang diperoleh di Kepulauan Togean secara umum dapat

dikatakan bahwa perairan tersebut subur. Dinamika perubahan jumlah kelimpahan

plankton (zoo dan phyto) untuk setiap stasiun sangat bervariasi, pada stasiun 3, 4

dan 16 jumlah fitoplankton jauh lebih besar (7586-10264 sel/liter) dibanding

dengan zooplankton pada stasiun-stasiun tersebut yang hanya berkisar antara 626-

2615 sel/liter, sedangkan untuk stasiun pengamatan lainnya dinamika perubahan

kelimpahan jumlah fitoplankton dan zooplankton cukup seimbang.

Salah satu sumberdaya hayati yang mempunyai peran dalam ekosistem

laut adalah plankton. Keberadaan plankton sangat mempengaruhi kehidupan

diperairan karena memegang peran penting sebagai makanan bagi berbagai

Page 31: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

73

organisme laut. diantara tumbuhan bahari, fitoplankton yang mengikat bagian

terbesar dari energi walaupun fitoplankton hanya menghuni suatu lapisan

permukaan yang tipis dimana terdapat cukup cahaya matahari.

Target ikan demersal yang terdeteksi dalam penelitian ini tidak terlalu

dipengaruhi oleh fluktuasi suhu maupun salinitas. Ikan-ikan demersal tidak akan

melakukan ruaya hanya karena perubahan fluktuasi suhu dan salinitas karena ikan

demersal lebih dipengaruhi oleh kondisi substrat yang mempengaruhi

ketersediaan makanan. Jenis substrat dasar perairan juga mempengaruhi jenis

hewan laut yang dapat hidup pada atau di dalam dasar laut ini. Bermacam-macam

dasar perairan yang umum kita jumpai adalah lumpur, pasir, batu atau cadas dan

tumpukan benda buatan manusia (Pujiati 2008).

Lingkungan yang terdiri dari lumpur ini menimbulkan masalah bagi

hewan-hewan yang hidup di sini, karena partikel-partikel lumpur dapat menembus

sistem pernafasan hewan-hewan tersebut dan menyebabkan penyumbatan.

Kandungan oksigen di lingkungan ini rendah, karena partikel-partikel lumpur ini

padat dan tidak meninggalkan rongga-rongga untuk oksigen berada di lumpur

sehingga tidak ada pertukaran oksigen dengan udara. Zat-zat organik yang

membusuk, yang terdapat disana juga menghabiskan oksigen (Romimohtarto dan

Juwana 1999). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pasir mempunyai ukuran partikel

yang lebih besar daripada partikel lumpur. Dasar pasir ini memungkinkan air

mengalir di antara partikel-partikel pasir sehingga ada pertukaran oksigen sampai

lapisan bawah dasar pasir. Gelombang memindahkan pasir saat menuju pantai.

Oleh sebab itu hewan yang hidup dilingkungan ini harus dilengkapi dengan

kemampuan yang mampu bergerak bersama butiran pasir ataupun merendam

dalam di bawah permukaan pasir.

Pantai bercadas atau berbatu merupakan lingkungan yang mudah bagi

banyak biota laut untuk menyesuaikan diri. Banyaknya kehidupan di lingkungan

ini menakjubkan. Ini disebabkan karena banyaknya lingkungan mikro (micro

environment), seperti lingkungan-lingkungan yang terdapat pada celah-celah

cadas, lubang-lubang, permukaan cadas, kubangan pasut dan sebagainya. Daerah

cadas ini memperoleh oksigenasi yang bagus, banyak makanan dan tempat

berlindung yang bagus.

Page 32: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

74

Data dari satelit selama satu tahun di download dari citra satelit Aqua

MODIS yang bersih dari tutupan awan. Setelah data dipesan melalui NASA

Goddard Space Flight Center dengan pilihan media FTP (File Transfer Protocol)

Pull. Selanjutnya, data MODIS yang sudah diterima dari NASA diolah dengan

menggunakan perangkat lunak SeaDAS (SeaWiFS Data Analysis System) 4.7

under Linux. Proses pengolahan data Aqua MODIS dilakukan melalui beberapa

tahapan utama yaitu : (1) proses pengolahan level 1 ke level 2; (2) proses koreksi

geometrik; dan (3) proses pemotongan citra (cropping). Hasil sebaran klorofil-a

dan suhu permukaan laut (SPL) citra Aqua MODIS pada musim barat disajikan

pada Lampiran 1 dan 2.

Dari hasil analisis digital-visual terhadap citra komposit klorofil-a secara

delapan harian hasil pengolahan citra Aqua MODIS diketahui sebaran konsentrasi

klorofil-a di Teluk Tomini bervariasi menurut musim dan lokasi. Secara umum

konsentrasi klorofil-a selama satu tahun berkisar antara 0,1113 mg/m3 sampai

dengan 0,3496 mg/m3. Nilai konsentrasi klorofil-a hasil pengolahan citra Aqua

MODIS menurut musim dan lokasi secara lengkap disajikan pada Gambar 22.

Pada musim barat (bulan Desember) dan peralihan 2 (Oktober – Nopember)

konsentrasi klorofil-a di dalam Teluk Tomini lebih besar dibanding dengan di luar

teluk. Konsentrasi klorofil-a mencapai puncak pada musim timur (Juli – Agustus)

sedang terendah pada ditemukan pada musim barat (Nopember – Desember).

Lokasi perairan Teluk Tomini bagian luar terlihat memiliki konsentrasi klorofil-a

yang lebih tinggi (antara 0,1284 sampai dengan 0,3496 mg/m3) dibanding dengan

perairan di dalam Teluk Tomini (antara 0,1113 sampai dengan 0,1866 mg/m3).

Nilai SPL perairan Teluk Tomini berdasarkan citra komposit delapan

harian Aqua MODIS selama setahun berkisar antara 27,1 – 30,3 0C. SPL paling

rendah (27,1 0C) terjadi pada bulan Agustus di perairan bagian luar Teluk Tomini,

sedangkan SPL tertinggi (30,3 0C) ditemukan pada bulan Maret di perairan bagian

dalam Teluk Tomini. Hasil analisis digital visual terhadap citra satelit terlihat

bahwa sepanjang tahun SPL pada bagian dalam teluk lebih hangat dibanding

dengan pada bagian luar teluk. Berdasarkan Gambar 22, terlihat bahwa SPL

berfluktuasi secara delapan harian dan juga bervariasi menurut region (dalam dan

luar teluk). SPL di dalam teluk lebih hangat dibanding dengan di luar teluk.

Page 33: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

75

Gambar 22 Grafik fluktuasi konsentrasi rata-rata 8 harian klorofil-a dan SPL

Keadaan ini diduga karena perairan di dalam teluk lebih sedikit mendapat

pengaruh dari massa air dari luar teluk. Hasil kajian dengan menggunakan citra

satelit Aqua MODIS di perairan Kepulauan Togean terhadap suhu permukaan laut

dan sebaran klorofil-a yang dilakukan oleh CII (2007) tercatat bahwa distribusi

spasial suhu permukaan laut di perairan sebelah utara lebih rendah dari bagian

selatan.

Page 34: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

75

4.2 Sebaran dan Stok Ikan Demersal

4.2.1 Target strength ikan tunggal

Data target strength ikan tunggal yang diperoleh melalui portable

SIMRAD EY 500 dengan echosunder model split beam system pada pelayaran di

perairan sekitar Kepulauan Togean terintegrasi dari kedalaman 5-100 meter pada

7 leg. Variasi nilai target strength (TS) ikan tunggal mulai dari -60dB sampai

dengan -30 dB. Nilai ini diperoleh dari analyse bottom layers setinggi 10 meter

dari dasar perairan, dengan anggapan bahwa ikan demersal dalam distribusi

vertikalnya dapat mencapai 10 meter dari dasar perairan. Total target strength

ikan tunggal sebanyak 8375 ekor ikan demersal dan didominasi oleh ukuran (-

60∼-57 dB) dan (-57~-54) sejumlah masing-masing 2291 dan 2047 ekor dari total

ikan yang terdeteksi. Ukuran ini dapat dikatakan sebagai anak ikan karena

ukurannya yang relatif kecil (< 5 cm), sehingga dalam perhitungan selanjutnya

ukuran ini tidak diikutsertakan. Ukuran yang dianalisis dalam tulisan ini adalah

ikan demersal dengan nilai target strength – 51 dB sampai dengan – 33 dB

sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 6 berikut. Secara keseluruhan jumlah

ikan tunggal yang terdeteksi pada selang ini adalah sebesar 2650 ekor.

Tabel 6 Jumlah ikan tunggal (ekor) pada setiap trip serta persentasi komposisinya Nilai target strength dan rata-rata nilai konversi (cm) Leg -51

(6,68) -48

(9,44) -45

(13,34) -42

(18,84) -39

(26.61) -36

(37,58) -33

(53,09)

Total

1 46 (43,81) 33 (31,43) 12 (11,43) 8 (7,62) 5 (4,76) 1 (0,95) 0 (0) 105 (100)

2 128 (44,29) 88 (30,45) 36 (12,46) 27 (9,34) 7 (2,42) 2 (0,69) 1 (0,35) 289 (100)

3 96 (41,03) 66 (28,21) 38 (16,24) 26 (11,11) 4 (1,71) 3 (1,28) 1 (0,43) 234 (100)

4 255 (44,66) 137 (23,99) 96 (16,81) 53 (9,29) 23 (4,03) 6 (1,05) 1 (0,18) 571 (100)

5 254 (43,87) 164 (28,32) 111 (19,17) 29 (5,01) 16 (2,76) 3 (0,25) 2 (0,35) 579 (100)

6 195 (35,33) 152 (27,54) 119 (21,56) 49 (8,88) 25 (4,53) 11 (1,99) 1 (0,18) 552 (100)

7 166 (51,88) 81 (25,31) 46 (14,38) 23 (7,19) 1 (0,31) 3 (0,94) 0 (0) 320 (100)

Total 1140 721 458 215 81 29 6 2650

Berdasarkan nilai selang target strength masing-masing leg pada Tabel 6,

tergambar bahwa pada leg 4,5,dan 6 merupakan leg yang tinggi jumlah ikan

tunggal (>500 ekor), sedangkan pada trip 1 merupakan leg yang rendah jumlah

ikan tunggalnya (< 110 ekor). Komposisi ikan demersal terbanyak pada nilai TS

antara -51 dB dan -48 dB atau didominasi oleh ukuran ikan yang panjangnya < 10

Page 35: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

76

cm dan komposisi tersebut berkurang dengan bertambah besarnya ukuran ikan.

Hal ini sesuai dengan fenomena piramida makanan dimana ikan demersal kecil

sebagai mangsa (prey) memiliki ketersediaan lebih banyak dibanding dengan ikan

demersal yang lebih besar sebagai pemangsa (predator).

Proses konversi panjang ikan dugaan dari nilai TS dilakukan dengan

menggunakan persamaan 15 dengan nilai konstanta –67,5 dB. Besaran nilai

konstanta untuk ikan-ikan dengan gelembung renang tertutup (physoclist)

berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan oleh Foote (1987), dengan asumsi

bahwa ikan-ikan dengan gelembung renang tertutup di perairan sekitar Kepulauan

Togean mengikuti persamaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya untuk ikan-ikan dengan gelembung renang tertutup.

Persamaan panjang berat yang dipakai dalam proses konversi panjang

berat ikan demersal dari panjang ikan dugaan adalah ikan demersal yang dominan

tertangkap di perairan sekitar Kepulauan Togean yaitu kakap merah (Lutjanus

sanguineus). Persamaan pada Gambar 23 menginformasikan bahwa pertumbuhan

dari ikan tersebut dinamakan pertumbuhan allometrik (Effendie 2002).

Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila nilai b > 3 menunjukkan bahwa ikan itu

montok.

W = 0.01 L3.02

R2 = 0.96

0100200300400500600700800900

1000

9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45

L (cm)

W (g

r)

Gambar 23 Hubungan panjang berat ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus)

Hubungan panjang berat yang ditunjukkan pada Gambar 23 ikan kakap

merah memiliki persamaan W = 0,01L3,02 dengan konversi adalah cm menjadi

Page 36: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

77

gram, persamaan inilah yang dipakai dalam proses perhitungan biomassa total

ikan demersal di Kepulauan Togean. Biomassa total ikan demersal dimaksud

adalah jumlah biomassa (ton) ikan demersal pada setiap leg.

4.2.2 Densitas kelompok ikan

Sebaran dan kelimpahan ikan demersal di perairan sekitar Kepulauan

Togean yang diamati pada cruise track sepanjang 145,1002 mil laut (nm) dengan

luas area sekitar 301,5 nm2 terbagi dalam 7 leg. Data yang terkumpul dari hasil

akuisisi dianalisis menggunakan software EP500 dengan EDSU (elementary

distance sampling unit) sepanjang 0,5 nm. Untuk mendapatkan rata-rata sebaran

densitas kelompok ikan demersal, maka pada analyse bottom layers ditetapkan 10

meter dari dasar perairan. Hal ini karena ikan demersal dalam distribusi

vertikalnya dapat mencapai 10 meter dari dasar perairan. Leg, jumlah ESDU, dan

densitas rata-rata yang diperoleh untuk setiap leg ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Leg, jumlah ESDU dan densitas ikan demersal (ikan/m3) pada setiap leg

Leg Jumlah Volume densitas (ikan/m3) Rata-rata ESDU Minimum Maximum (ikan/m3)

1 26 0,06 1,59 0,54 2 41 0,13 1,98 0,65 3 31 0,05 1,41 0,54 4 51 0,12 1,72 0,71 5 27 0,10 2,03 0,69 6 46 0,02 1,73 0,81 7 38 0,04 1,98 0,76

Total 260 0,07 1,18 0,67

Rata-rata densitas ikan demersal yang ditunjukkan pada Tabel 7 jika

dibandingkan dengan hasil kajian dari FKPPS (Forum Koordinasi Pengelolaan

dan Penangkapan Sumberdaya) Direktorat Jenderal Perikanan yang dilaporkan

oleh Boer et al. (2001) untuk WPP 716 (Laut Maluku, Teluk Tomini dan Laut

Seram) yang mempunyai luas sebaran 81.000 km2 adalah sebesar 2,07 ton/km2,

sedangkan untuk hasil kajian ini dugaan densitas ikan demersal adalah sebesar

0,18 ton/km2 dari luasan sebesar 1034 km2, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa densitas ikan demersal di Kepulauan Togean jauh lebih kecil.

Page 37: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

78

4.2.3 Dugaan biomassa ikan demersal

Satuan yang digunakan untuk dugaan stok ikan secara keseluruhan yang

diperoleh dari hasil perhitungan metode akustik adalah ton. Nilai biomassa ini

merupakan nilai biomassa yang mewakili area 301,5 nm2. Dari hasil tersebut

didapatkan biomassa total ikan demersal yang terdeteksi di perairan sekitar

Kepulauan Togean adalah 30,04 ton seperti ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Panjang leg, biomassa ikan demersal dan persentasenya pada tiap leg

Leg Panjang leg (nm) Biomassa (ton) Persentase 1 14,02 3,43 11,43 2 22,62 3,56 11,83 3 17,43 2,05 6,84 4 27,95 5,38 17,91 5 17,56 4,60 15,30 6 24,53 7,97 26,53 7 20,98 3,05 10,16

Total 145,10 30,04 100,00

Nilai biomassa yang ditunjukkan pada Tabel 8 hampir merata pada setiap

panjang leg yang berbeda meskipun pada leg tiga merupakan biomassa yang

paling kecil yakni 2,05 ton pada panjang leg 17,43 nm atau 6,84 % dari total

biomassa. Leg empat, lima dan enam merupakan biomassa yang paling besar

dengan nilai biomassa masing-masing 5,38 ton, 4,60 ton dan 7,79 ton atau 17,91

%, 15,30 % dan 26,53 % dari total biomassa ikan demersal yang ada di Kepulauan

Togean. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa panjang leg tidak dibarengi dengan

besarnya nilai biomassa ikan demersal di Kepulauan Togean. Leg satu memiliki

panjang leg yang paling rendah (14,02 nm) dan leg ke empat merupakan panjang

leg tertinggi (27,95) dari ke tujuh leg yang ada namun keduanya bukan

merupakan biomassa terendah dan tertinggi.

Page 38: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

79

4.2.4 Pembahasan

Persentase jumlah ikan tunggal berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa

populasi ikan tunggal dengan ukuran panjang dibawah 10 cm (kisaran ukuran 6,68

– 9,44 cm) sebesar 70,23 % dan sisanya ikan dengan ukuran di atas 10 cm hingga

53,09 cm sebesar 29,77 % dari jumlah total ikan tunggal yang terekam selama

penelitian. Kordi (2005) melaporkan bahwa ukuran ikan yang siap diperdagang-

kan (ukuran konsumsi) adalah 300-500 gram per ekor atau identik dengan ukuran

panjang ikan sekitar 13 cm (untuk yang 250-300 gram). Apabila ukuran ini

dikaitkan ke nilai konversi pada Tabel 6 maka ukuran panjang ikan komersial

adalah 13,34 cm yang sama dengan nilai TS ikan demersal yakni – 45 dB.

Meskipun persentasi ikan demersal ukuran kecil (<10 cm) lebih dominan dari

ukuran konsumsi namun tidak menutup kemungkinan untuk pemanfaatan ikan

demersal tetap dilakukan diperairan tersebut. Hanya saja, perlu penerapan prinsip

kehati-hatian dalam pengelolaan sumber daya demersal di Kepulauan Togean

perlu dilakukan. Adanya komposisi ukuran juvenil yang dominan dan ukuran

konsumsi yang relatif sedikit mengindikasikan bahwa fenomena ini diduga terkait

dengan dugaan musim pemijahan yang berlangsung pada saat itu. Oleh

karenanya, pada musim pemijahan sebaiknya tidak dilakukan operasi

penangkapan ikan, ataupn kalau dilakukan penangkapan ikan sebaiknya perlu

memperhatikan tingkat selektivitas alat tangkap yang digunakan. Misalnya mata

jaring dan ukuran mata kail yang lebih diperbesar sehingga ikan-ikan yang

tertangkap adalah ikan-ikan ukuran konsumsi.

Adanya perbedaan hasil kajian ini dengan yang dilakukan oleh Boer et al.

(2001), karena kajian ini disamping mencakup luasan perairan yang berbeda juga

sumber data yang diolah berbeda. Penelitian ini menggunakan data akustik yang

langsung diukur pada saat itu dengan cakupan luasan terbatas (sekitar Kepulauan

Togean), sedangkan kajian yang dilakukan oleh Boer et al. (2001) menggunakan

data time series yang dikeluarkan oleh DKP dengan cakupan luasan yang lebih

besar meliputi seluruh WPP 716 yang meliputi Laut Maluku, Teluk Tomini dan

Laut Seram.

Page 39: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

80

Dugaan biomassa ikan demersal di Kepulauan Togean dengan

`menggunakan metode hidro akustik seperti ditunjukkan pada Tabel 8 yang

kemudian dengan menggunakan perangkat lunak surfer versi 8 di plot dalam peta

sebaran biomassa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 24.

20200

121.8 122.0 122.2 122.4

Bujur Timur

0.6

0.4

0.2

Lint

ang

Sela

tan

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

P.Teloga

P.WaleabahiP.Waleakodi

P.TaloehP.Melingi

P.Langkara

P.TongkabuP.Pangempan

Talatakoh

Batudaka

Benteng

TOGIAN

Palada

SKALA 1 : 1 000 000

Biomassa (ton) 0.004 to 0.270 0.270 to 0.536 0.536 to 0.803 0.803 to 1.069 1.069 to 1.336

Zona 1

Zona 2

Zona 3

Zona 4

Gambar 24 Peta distribusi biomassa ikan demersal di Kepulauan Togean

Distribusi biomassa ikan demersal di Kepulauan Togean pada Gambar 24

memperlihatkan cukup merata, pada zona 1 bagian utara pulau Togean distribusi

biomassa ikan demersal cukup bervariasi antara 0,27 sampai 1,07 ton dengan rata-

rata distribusi biomassa ikan demersal 0,67 ton dan lebih terkonsentrasi antara

pulau Tongkabu dan pulau Langkara dimana daerah ini merupakan daerah

penangkapan untuk alat tangkap pancing dasar dan bubu. Pada bagian timur pulau

Waleabahi (zona 2) distribusi biomassa ikan demersal tergolong rendah antara

0,004 sampai 0,54 ton dengan rata-rata distribusi biomassa ikan demersal 0,29 ton

dimana wilayah ini hanya dapat dilakukan penangkapan dengan alat tangkap

pancing dasar. Distribusi biomassa ikan demersal pada zona 3 tergolong paling

tinggi dari keempat zona dan distribusi biomassa ikan demersal pada zona ini

berkisar antara 0,54-1,34 ton dengan rata-rata distribusi biomassa ikan demersal

0,94 ton. Zona 3 yang terletak antara tiga pulau yaitu Waleabahi, Waleakodi dan

Talatakoh merupakan daerah penangkapan yang sesuai untuk semua alat tangkap

ikan demersal yang ada di Kepulauan Togean karena wilayah ini cukup terlindung

Page 40: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

81

dari hempasan angin dan gelombang disamping itu zona ini memiliki kedalaman

perairan cukup dalam dan merupakan perairan yang menjorok kedalam diantara

tiga pulau tersebut sehingga membentuk teluk yang cukup luas.

Sama seperti pada zona 2, zona 4 yang terletak pada bagian selatan antara

pulau Talatakoh dan Togean memiliki distribusi biomassa ikan demersal yang

tergolong rendah yaitu berkisar antara 0,27 ton sampai dengan 0,54 ton dengan

rata-rata distribusi biomassa ikan demersal 0,40 ton. Alat tangkap yang beroperasi

pada zona 4 ini adalah pancing dan jaring insang dasar.

Berdasarkan informasi yang ada (dari nelayan penangkap ikan demersal)

maka dapat diprediksi daerah penangkapan ikan lokal seperti ditunjukkan pada

Gambar 25. Sebagai alat tangkap yang dominan, pancing dasar tersebar pada

masing-masing zona.

26

62

45

1162

43

5171

81

53

41

80

51

59

1140

79

80

1785

200200

P.Teloga

P.WaleabahiP.Waleakodi

P.TaloehP.Melingi

P.Langkara

P.TongkabuP.Pangempan

Talatakoh

Batudaka

Benteng

TOGIAN

Palada

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

1516

121.80 122.00 122.20 122.40

Bujur Timur

0.56

0.36

0.16

Lint

ang

Sel

atan

SKALA 1 : 1 000 000

Zona 1 Zona 2

Zona 3

Zona 4

Pc

Bubu

Bubu

Pc JID

JID

Pc

Pc

Gambar 25 Peta prediksi daerah penangkapan ikan lokal

Informasi dari Gambar 25 apabila dikaitkan dengan distribusi biomassa

ikan demersal hasil kajian akustik terlihat bahwa daerah penangkapan ikan lokal

sangat cocok dimana zona 3 merupakan daerah penangkapan yang baik karena

disamping distribusi biomassa ikan demersal yang tinggi juga daerah tersebut

cukup terlindung sehungga nelayan lebih leluasa dalam mengoperasikan alat

tangkap.

Page 41: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

82

4.3 Analisis Fishing Capacity

4.3.1 Armada penangkapan

Kepulauan Togean yang terletak di kawasan Teluk Tomini memiliki

sumber daya perikanan yang cukup melimpah. Meskipun letaknya agak terisolir

dari ibu kota kabupaten Tojo Una-una (Ampana) provinsi Sulawesi Tengah,

namun aktivitas di Kepulauan Togean akhir-akhir ini cukup ramai. Ramainya

aktivitas di Kepulauan ini ditandai dengan banyaknya kapal/perahu yang lalu

lalang dari dan menuju Kepulauan Togean. Angkutan laut yang berasal dari

Ampana, Pagimana dan Gorontalo cukup lancar. Sehingga terlihat banyak

wisatawan domestik maupun mancanegara yang bepergian ke Kepulauan Togean

untuk melihat keindahan alam laut (terumbu karang) di sana yang tergolong masih

baik meskipun pada beberapa tempat mengalami kerusakan yang cukup serius

akibat penangkapan ilegal yang menggunakan bom dan racun.

Seperti halnya masyarakat yang bermukim di pulau-pulau kecil,

masyarakat Kepulauan Togean sebagian besar bermata pencaharian sebagai

nelayan. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa karakteristik armada

penangkap maupun alat tangkap yang digunakan masih tergolong sederhana. Hal

ini ditandai dengan ukuran perahu dan alat tangkap yang relatif kecil dan daya

jangkau yang terbatas. Meskipun demikian untuk perikanan pelagis kecil (soma

pajeko) dan pelagis besar (pancing tuna) perkembangannya cukup signifikan.

Berdasarkan data statistik perikanan tangkap provinsi Sulawesi Tengah,

perkembangan jumlah nelayan, armada penangkap dan jumlah hari melaut (trip)

di kawasan Kepulauan Togean dalam 5 (lima) tahun terakhir mengalami

peningkatan masing-masing sebesar 2486 orang, 2668 unit dan 143,275 trip pada

tahun 2001 menjadi 2714 orang, 2871 unit dan 225,875 pada tahun 2005. Hal ini

mengindikasikan bahwa penambahan jumlah nelayan, armada penangkap dan

jumlah hari melaut (trip) tidak terkontrol sehingga kemungkinan akan

berpengaruh pada keberadaan stok ikan yang laju perkembang-biakannya tidak

sebanding dengan laju tingkat eksploitasi terhadap sumber daya tersebut.

Perkembangan jumlah nelayan, armada penangkap dan trip penangkapan

ditunjukkan pada Tabel 9

Page 42: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

83

Tabel 9 Perkembangan jumlah nelayan, armada penangkap dan trip periode 2001 -2005 di Kepulauan Togean

Tahun Nelayan (orang) Armada (unit) Hari melaut (trip)

2001 2486 2668 143,275

2002 2593 2721 155,361

2003 2669 2795 195,850

2004 2681 2822 197,600

2005 2714 2871 225,875

Fluktuasi (%) 1,77 1,48 9,53

Sumber : DKP Sulawesi Tengah (2006) (diolah)

Meskipun fluktuasi perkembangan jumlah armada rendah (1,48 %) namun

jumlah nelayan dan hari melaut (trip) fluktuasi perkembangannya meningkat

secara signifikan. Ini menginformasikan bahwa pada kurun waktu lima tahun

terakhir pertambahan nelayan, armada dan trip penangkapan yang begitu pesat di

Kepulauan Togean akan berdampak pada keberadaan sumber daya demersal yang

ada disana. Oleh karenanya, pengelolaan sejak awal mutlak dilakukan di wilayah

ini. Secara jelasnya perkembangan jumlah armada penangkap di Kepulauan

Togean di sajikan pada tabel berikut

Tabel 10 Perkembangan armada penangkapan di Kepulauan Togean selang tahun 1998 -2005.

Satuan : unit Tahun Tanpa motor Motor tempel Kapal motor Jumlah 1998 1242 547 3 1792 1999 1349 653 6 2008 2000 1493 812 8 2313 2001 1638 1018 5 2661 2002 1627 1085 9 2721 2003 1702 1067 8 2777 2004 1744 1050 9 2803 2005 1791 1071 6 2868

Fluktuasi (%) 4,68 8,76 9,05 6,05 Sumber : DKP Sulawesi Tengah (2006) (diolah)

Fluktuasi masing-masing armada penangkap selang tahun 1998-2005

mengalami perubahan yakni perahu tanpa motor terjadi peningkatan sebesar 4,68

%, perahu motor tempel 8,76 % dan kapal motor 9,05 %. Secara keseluruhan

Page 43: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

84

perkembangan dari armada penangkap yang ada di Kepulauan Togean

mengalami peningkatan sebesar 5,93 %.

Dimensi utama dari sebuah perahu/kapal penangkap yang umum

digunakan adalah panjang (L, length), lebar (B, breadth) dan dalam (D, depth).

Dimensi utama inilah yang nantinya dapat digunakan dalam menentukan tonase

dari perahu/kapal tersebut. Hasil pengukuran dimensi utama perahu/kapal

penangkap ikan demersal di Kepulauan Togean disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Dimensi utama dari perahu/kapal penangkap ikan demersal

Dimensi utama perahu/ kapal penangkap (m) No. L B D

Alat tangkap yang digunakan

Tenaga pendorong

Jumlah seukuran

1 12,86 1,50 0,94 Jaring dan pancing Mtr tempel (2 buah) 4 2 11,90 1,25 0,85 Jaring dan pancing Mtr tempel (2 buah) 6 3 10,52 1,00 0,82 Jaring Katinting (2 buah) 5 4 9,78 1,00 0,80 Jaring dan Bubu Katinting (2 buah) 4 5 8,67 1,00 0,79 Pancing dan Bubu Katinting (1 buah) 4 6 7,53 0,96 0,77 Pancing dan Jaring Katinting (1 buah) 5 7 6,89 0,89 0,73 Pancing dan Jaring Katinting (1 buah) 3 8 6,20 0,84 0,70 Jaring dan Pancing Katinting (1 buah) 3 9 5,57 0,81 0,66 Jaring Katinting (1 buah) 5

10 5,11 0,78 0,64 Pancing Katinting (1 buah) 6 11 4,59 0,75 0,60 Pancing Dayung 4 12 3,97 0,67 0,57 Pancing Dayung 4

Sumber : Data hasil survei

Ukuran perahu/kapal penangkap ikan demersal di sekitar Kepulauan

Togean seperti pata Tabel 11 di atas terlihat cukup bervariasi mulai dari 4 m

sampai dengan 13 m panjangnya dan sebagian besar telah dilengkapi dengan

mesin pendorong. Mesin pendororng motor tempel (25 PK), motor ”katinting”

umumnya berkekuatan 5,5 PK. Secara rata-rata ukuran perahu/kapal yang

beroperasi di perairan sekitar Kepulauan Togean adalah 8,50 m (L) dan 1,00 m

(B) serta 0,75 m (D).

Alat penangkapan ikan demersal di daerah ini terdiri dari 6 jenis yaitu :

pukat pantai, jaring insang dasar, rawai dasar, pancing ikan dasar, bubu dan sero

namun pada beberapa tahun terakhir ini beberapa alat tangkap tidak lagi

beroperasi di Kepulauan Togean seperti pukat pantai dan sero. Alat tangkap rawai

dasar biasanya dioperasikan di luar perairan Kepulauan Togean karena bobot

kapal yang digunakan tergolong cukup besar (30 GT) dan hasil tangkapannya

tidak tercatat di Kepulauan Togean. Oleh karena itu pembahasan selanjutnya

Page 44: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

85

tentang alat tangkap ikan demersal hanya difokuskan pada jaring insang dasar

(bottom gillnet), pancing ikan dasar (vertical bottom handline) dan bubu (trap).

4.3.2 Alat tangkap

Alat tangkap yang umum digunakan untuk menangkap ikan demersal di

Kepulauan Togean cukup bervariasi yang terdiri dari pukat pantai, jaring insang

dasar, pancing dasar, rawai, sero dan bubu. Meskipun pada beberapa tahun-tahun

terakhir beberapa alat tangkap sudah tidak beroperasi lagi. Secara rinci

perkembangan alat tangkap di Kepulauan Togean ditunjukkan pata Tabel 12 .

Tabel 12 Perkembangan jumlah unit penangkapan ikan demersal di Kepulauan Togean

Tahun PP JID PcD RwT Bb Sr 1998 13 84 755 11 7 2 1999 12 85 804 10 12 2 2000 10 92 717 11 18 2 2001 6 98 644 12 13 1 2002 5 93 625 11 6 1 2003 1 49 633 9 7 2 2004 2 97 947 4 14 2 2005 1 102 1120 8 8 1

Fluktuasi - 27,43 2,46 5,05 -3,90 1,68 -8,30 Keterangan :

PP = pukat pantai JID = jaring insang dasar PcD = pancing dasar RwT = rawai tetap Bb = bubu Sr = sero

Berdasarkan informasi pada Tabel 12 menunjukkan bahwa dari keenam

alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kepulauan Togean selama tahun

1998 – 2005 terdapat 3 alat tangkap yang mengalami penurunan yaitu pukat

pantai, rawai tetap dan sero masing-masing sebesar 27,43 %, 3,90 % dan 8,30 %.

Yang mengalami peningkatan yaitu jaring insang dasar sebesar 2,46 %, pancing

dasar sebesar 5,05 % dan bubu sebesar 1,68 %.

Analisis dan pemahaman tentang fishing capacity di perairan sekitar

Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah lebih rinci digambarkan dengan teknik DEA

(data envelopment analysis). Analisis yang dilakukan berdasarkan periode tahun

1998 hingga 2005 untuk perbandingan efisiensi antar jenis alat tangkap dengan

pendekatan input yang bersifat constant return to scale (CRS) dan analisis

Page 45: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

86

efisiensi jenis alat tangkap yang sama dengan pendekatan output yang bersifat

variable return to scale (VRS).

4.3.3 Penilaian efisiensi jangka panjang (antar waktu)

Pengukuran fishing capacity dapat dilakukan dalam jangka panjang dan

jangka pendek. Pengolahan DEA yang bersifat jangka panjang digunakan data

time series dan sebagai decision making unit (DMU) adalah tahun. Variabel

output yang dipakai terdiri dari produksi aktual hasil tangkapan, sedangkan

variabel input yang digunakan meliputi effort (trip) rata-rata per tahun. Hasil

pengolahan data ini akan memberikan informasi mengenai status input yang

digunakan untuk mencapai efisiensi mutlak.

Aktivitas penangkapan ikan demersal di sekitar Kepulauan Togean dalam

8 tahun terakhir berfluktuasi dalam hal tingkat efisiensinya. Sejak tahun 1998-

2002 terjadi kecenderungan penurunan tingkat efisiensi dan pada tahun-tahun

berikutnya (2003-2005) menunjukkan pola peningkatan tingkat efisiensi

penangkapan. Pada tahun 1999 aktivitas penangkapan memiliki nilai skor

efisiensi sama dengan 1 artinya effort yang dikeluarkan sesuai dengan hasil

tangkapan yang diperoleh. Fluktuasi tingkat efisiensi tahunan ikan demersal di

perairan sekitar Kepulauan Togean disajikan pada Gambar 26.

00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Efis

iens

i

Gambar 26 Nilai efisiensi perikanan demersal di Kepulauan Togean

Gambar 26 menjelaskan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun terakhir terjadi

tren nilai efisiensi ikan demersal dari tahun ke tahun cenderung menurun. Tingkat

Page 46: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

87

efisiensi yang terbaik (mempunyai nilai sama dengan 1) terjadi pada tahun 1999,

ini menunjukkan bahwa pada tahun 1999 jumlah upaya yang dilakukan sebanding

dengan hasil tangkapan yang diperoleh.

Hasil perhitungan efisiensi relatif perikanan demersal dapat digunakan

untuk mengetahui kondisi pemanfaatan ikan demersal di perairan Kepulauan

Togean dengan cara mengalikan effort aktual yang digunakan dengan efisiensi

relatif sehingga diperoleh kapasitas target. Perbandingan effort aktual dan effort

target perikanan demersal disajikan pada Tabel 13 dan dipresentasikan pada

Gambar 26.

Tabel 13 Skor efisiensi, effort aktual, effort target dan excess capacity perikanan demersal di Kepulauan Togean

Tahun Skor Effort Effort Excess Capacity

Efisiensi Aktual Target Trip % 1998 0,98 825,20 815,39 -9,61 0,59 1999 1,00 835,00 835,00 0 0,00 2000 0,94 886,00 867,90 - 18,10 1,10 2001 0,86 912,00 743,52 - 168,48 10,26 2002 0,67 1011,00 611,36 - 399,64 24,34 2003 0,65 997,00 595,32 - 401,68 24,47 2004 0,68 974,00 640,29 - 333,71 20,33 2005 0,78 979,00 668,65 - 310,35 18,91

Secara umum Tabel 13 menunjukkan bahwa sejak tahun 1998 – 2005 telah

terjadi excess capacity perikanan demersal di Kepulauan Togean (kecuali pada

tahun 1999) tercatat jumlah effort aktual berada di atas effort target. Selang enam

tahun terakhir (2000-2005) terjadi peningkatan jumlah effort yang cukup besar

sehingga kapasitas meningkat cukup signifikan. Kelebihan input berupa upaya

tangkap terbesar terjadi pada tahun 2003 yang mencapai 24,47 %. Lebih jelasnya

kelebihan effort aktual terhadap effort target disajikan pada Gambar 27.

Page 47: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

88

Gambar 27 Perbandingan effort aktual dan effort target ikan demersal

0

200

400

600

800

1000

1200

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Effo

rt (t

rip)

Effort Aktual Effort Target

di Kepulauan Togean

Terlihat pada Gambar 27 bahwa selisih antara effort aktual dan effort target

sejak tahun 2001 hingga 2005 makin besar, yang mengindikasikan bahwa sejak tahun

tersebut telah terjadi excess capacity perikanan demersal di Kepulauan Togean. Hal

ini dapat pula dilihat pada selisih antara effort target dan effort aktual yang bernilai

negatif. Kelebihan jumlah trip tersebut dapat menyebabkan tekanan yang besar

terhadap sumber daya sehingga dapat mengganggu proses rekruitmen. Jika jumlah

effort aktual sama dengan effort target maka akan terjadi efisiensi 100 %. Tahun

1998 merupakan tahun dimana jumlah effort aktual sama dengan effort target atau

nilai efisiensinya sama dengan 1, sehingga jumlah trip pada tahu tersebut dapat

digunakan sebagai acuan dalam penetapan kebijakan untuk tahun-tahun selanjutnya.

Enam jenis alat tangkap ikan demersal yang diuji tingkat efisiensinya yaitu

pukat pantai, jaring insang dasar, rawai dasar tetap, pancing ikan dasar, sero dan

bubu. Pukat pantai dan jaring insang dasar dikelompokkan pada alat tangkap yang

menggunakan jaring, rawai dasar tetap dan pancing ikan dasar untuk alat tangkap

yang menggunakan pancing selanjutnya yang dikelompokkan pada alat tangkap

perangkap yaitu sero dan bubu dengan asumsi masing-masing kelompok alat tangkap

mempunyai kemampuan tangkap yang sama. Hasil uji tingkat efisiensi masing-

masing kelompok alat tangkap tersebut kemudian di sajikan pada Gambar 28.

Page 48: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

89

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

PP JID RwT PC Sero Bubu

Alat tangkap

Skor

efis

iens

i

Gambar 28 Efisiensi alat tangkap ikan demersal di Kepulauan Togean (PP, pukat pantai ; JID, jaring insang dasar ; RwT, rawai tetap;

PC, pancing dasar)

Gambar 28 memperlihatkan bahwa jaring insang dasar, pancing ikan dasar

dan bubu merupakan alat tangkap yang efisien karena memiliki skor efisiensi sama

dengan 1. Efisiensi terendah dimiliki oleh pukat pantai, rawai tetap dan sero yang

memiliki skor efisiensi masing-masing 22 %, 9 % dan 32 %.

4.3.2 Penilaian efisiensi jangka pendek (antar armada)

Analisis efisiensi DEA selain bersifat jangka panjang dengan variabel tahun

sebagai DMU, kajian ini juga mengukur efisiensi yang sifatnya jangka pendek.

Dalam menganalisis efisiensi jangka pendek, dilakukan dengan membandingkan

efisiensi antar kapal. Pada analisis ini yang menjadi DMU-nya adalah kapal jaring

insang dasar, rawai tetap, pancing dasar, sero dan bubu. Variabel input adalah lama

waktu penangkapan, jumlah trip/bulan, penggunaan BBM per trip dan panjang jaring

(untuk jaring insang dasar), jumlah mata pancing (untuk rawai dan pancing ikan

dasar), volume (untuk bubu), sedangkan variabel output yang digunakan adalah hasil

tangkapan masing-masing alat tangkap.

Page 49: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

90

(1) Kapal jaring insang dasar

Input yang digunakan dalam analisis efisiensi mengunakan metode DEA

adalah lama opersi penangkapan (jam), effort (trip/bulan), penggunaan BBM per trip

(liter) dan panjang jaring (meter). Output yang digunakan adalah hasil tangkapan

yang diperoleh (kg) dan harga penjualan ikan hasil tangkapan (Rp). Apabila dari hasil

analisis DEA nilainya sama dengan 1, maka dapat disimpulkan bahwa input yang

digunakan telah efisien untuk memperoleh output yang diharapkan. Hasil analisis dari

30 unit kapal jaring dasar yang beroperasi di perairan Kepulauan Togean, sebanyak

33,30 % atau 10 unit mempunyai skor efisiensi sama dengan 1. Efisiensi diantara

0,70–0,79 sebanyak 3,30 % (1 kapal), efisiensi 0,80 – 0,89 sebanyak 60 % (18 kapal),

skor efisiensi 0,90 – 0,99 sebanyak 3,3 % (1 kapal). Lebih jelasnya disajikan pada

Gambar 29.

10

1

18

1000002

46

8

1012

1416

1820

0.30-0.39 0.40-0.49 0.50-0.59 0.60-0.69 0.70-0.79 0.80-0.89 0.90-0.99 efisien

Skor efis iensi

Jum

lah

kapa

l

Gambar 29 Distribusi skor efisiensi kapal jaring insang dasar di Kepulauan Togean

Rata-rata kapal jaring insang dasar memiliki nilai efisiensi cukup tinggi yakni

mencapai 33 % dari total jaring insang dasar yang dianalisis (Gambar 29). Kapal

jaring insang dasar dapat ditingkatkan efisiensinya dengan melakukan perubahan

terhadap input yang digunakan. Proyeksi perbaikan input masing-masing kapal jaring

insang dasar di Kepulauan Togean disajikan pada Lampiran 5. Persentase perbaikan

input kapal jaring insang ditunjukkan pada Gambar 30.

Page 50: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

91

Lama panangkapan

Jumlah trip/bulan

BBM per trip

Panjang jaring

Lama panangkapan -69,19 %

Jumlah trip/bulan -11,09 %

BBM per trip -14,10 %

Panjang jaring -5,62 %

Gambar 30 Potensi perbaikan efisiensi kapal jaring insang dasar

Usaha perbaikan efisiensi kapal jaring insang dasar pada Gambar 30 dapat

dilakukan dengan mempersingkat waktu penangkapan 69,19 %, mengurangi jumlah

trip/bulan 11,09 % dan memangkas penggunaan BBM per trip 14,10 % dan

mengurangi panjang jaring sebesar 2,62 %.

Proyeksi perbaikan efisiensi untuk kapal jaring insang dasar dapat dilakukan

dengan merubah nilai input. Misalnya kapal jaring insang 2 (Lampiran 5) yang

memiliki efisiensi 89 % dapat ditingkatkan efisiensinya dengan mengurangi lama

waktu penangkapan sebesar 14,80 %, menguragi jumlah trip/bulan sebesar 3,00 %,

menekan penggunaan BBM sebesar 02,00 %, dan mengurangi panjang jaring sebesar

4,82 % seperti yang dicontohkan pada Tabel 14.

Tabel 14 Proyeksi perbaikan kapal jaring insang dasar di Kepulauan Togean Nama Kapal Skor Parameter Data Aktual Target Selisih PersentasiKapal JID 2 0, 89 Lama panangkapan (jam) 5 4.26 -0.74 -14.80Jumlah trip/bulan 25 24.25 -0.75 -3.00BBM per trip (liter) 15 14.97 -0.03 -0.20Panjang jaring (meter) 40.02 38.09 -1.93 -4.82Biaya operasional (Rp) 185000 185000 0.00 0.00Keuntungan (Rp) 900000 900000 0.00 0.00

Page 51: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

92

(2) Kapal rawai tetap

Dari 8 kapal rawai tetap yang berpangkalan di Kepulauan Togean hanya 3

kapal (37,5 %) yang memiliki skor efisiensi kurang dari 1, sehingga secara

keseluruhan alat tangkap ini dapat dikategorikan alat tangkap ikan demersal yang

baik. Sayangnya, pada beberapa tahun terakhir alat tangkap ini banyak beroperasi di

luar Kepulauan Togean. Keberadaanya di Kepulauan Togean hanya sebagai tempat

berlabuh. Distribusi skor efisiensi kapal rawai tetap di Kepulauan Togean disajikan

pada Gambar 31.

5

10

11

0000

1

2

3

4

5

6

0.30-0.39 0.40-0.49 0.50-0.59 0.60-0.69 0.70-0.79 0.80-0.89 0.90-0.99 efisien

Skor efisiensi

Jum

lah

kapa

l

Gambar 31 Distribusi skor efisiensi kapal rawai dasar tetap di Kepulauan Togean

Walaupun distribusi skor efisiensi yang ditunjukkan pada Gambar 30

tergolong baik dimana lima dari delapan kapal memiliki skor efisiensi 1, namun perlu

perbaikan input tertentu untuk menperoleh output (hasil tangkapan) yang maksimal.

Persentasi perbaikan input kapal rawai tetap di Kepulauan Togean ditujukkan pada

Gambar 32.

Page 52: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

93

Gambar 32 Potensi perbaikan efisiensi kapal rawai tetap Berdasarkan Gambar 32 dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan efisiensi

kapal rawai tetap dapat dilakukan dengan mengurangi lama penangkapan 16,55 %,

jumlah trip/bulan 10,11 % dan mengurangi penggunaan BBM sebesar 43,43 %,

pengurangan jumlah mata pancing sebesar 29,91 %. Proyeksi perbaikan input

masing-masing kapal rawai dasar tetap di Kepulauan Togean disajikan pada

Lampiran 6.

Proyeksi perbaikan efisiensi untuk kapal rawai dasar tetap dapat dilakukan

dengan merubah nilai input. Misalnya kapal Batudaka (Lampiran 6) yang memiliki

efisiensi 67 % dapat ditingkatkan efisiensinya dengan mengurangi lama waktu

penangkapan sebesar 30,89 %, menguragi jumlah trip/bulan sebesar 18,72 %,

menekan penggunaan BBM sebesar 53,56 %, dan mengurangi jumlah mata pancing

sebesar 23,92 % seperti yang dicontohkan pada Tabel 15.

Tabel 15 Proyeksi perbaikan kapal rawai dasar tetap di Kepulauan Togean Nama Kapal Parameter

Skor Data Aktual

Target

Selisih

Persentasi

Batudaka 0,67 Lama panangkapan (jam) 9 6.22 -2.78 -30.89Jumlah trip/bulan 25 20.32 -4.68 -18.72BBM per trip (liter) 110 51.08 -58.92 -53.56Jumlah mata pancing (buah) 100 76.08 -23.92 -23.92Biaya operasional (Rp) 333000 333000 0.00 0.00Keuntungan (Rp) 1362500 1362500 0.00 0.00

BBM per trip

Jumlah trip /bulan

Lamapanangkapan

Jumlah mata pancing

Lama panangkapan -16,55 %

Jumlah trip /bulan -10,11 %

BBM per trip -43,43 %

Jumlah mata pancing -29,91 %

Page 53: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

94

(3) Kapal bubu

Kapal/perahu yang biasa digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap bubu

di Kepulauan Togean sebanyak 8 unit. Enam dari kapal yang ada memiliki tingkat

efisiensi yang baik (skor = 1). Ini mengindikasikan bahwa kapal yang digunakan

untuk melakukan operasi penangkapan ikan demersal dengan alat tangkap bubu dapat

di perairan Kepulauan Togean memiliki tingkat efisiensi yang baik. Dua kapal

lainnya memiliki skor efisiensi antara 0,80-0,89 dan 0,90-0,99 masing-masing

sebanyak 1 kapal. Distribusi skor efisiensi kapal bubu disajikan pada Gambar 33.

Gambar 33 Distribusi skor efisiensi kapal bubu di Kepulauan Togean

0000

6

1 100.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

0.30-0.39 0.40-0.49 0.50-0.59 0.60-0.69 0.70-0.79 0.80-0.89 0.90-0.99 efisien

kor efisiensi

Jum

lah

kapa

l

S

Gambar 33 menunjukkan distribusi skor efisiensi kapal bubu yang tergolong

memiliki tingkat efisiensi yang baik dimana enam dari delapan kapal memiliki skor

efisiensi = 1, namun beberapa input yang digunakan masih memerlukan perbaikan.

Proyeksi perbaikan input dari kapal bubu disajikan pada Lampiran 7. Sedangkan

persentase perbaikan yang dimaksud ditunjukkan pada Gambar 34.

Page 54: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

95

Gambar 34 Potensi perbaikan efisiensi kapal bubu di Kepulauan Togean

Jumlah trip/bulan BBM per trip

Lama panangkapan Volume bubu

Lama panangkapan -29,19 %

Jumlah trip/bulan -17,09 %

BBM per trip -22,78 %

Volume bubu -30,94 %

Gambar 34 dapat diinformasikan bahwa untuk meningkatkan efisiensi kapal

bubu dapat dilakukan dengan mengurangi lama penangkapan 29,19 %, jumlah

trip/bulan 17,09 % dan penggunaan BBM sebesar 22,78 % serta memperkecil volume

bubu sebesar 30,94 %.

Proyeksi perbaikan efisiensi untuk kapal bubu dapat dilakukan dengan

merubah nilai input. Misalnya kapal bubu 3 (Lampiran 7) yang memiliki efisiensi 86

% dapat ditingkatkan efisiensinya dengan mengurangi lama waktu penangkapan

sebesar 11,50 %, menguragi jumlah trip/bulan sebesar 6,44 %, menekan penggunaan

BBM sebesar 17,92 %, dan mengurangi volume bubu sebesar 8,00 % seperti yang

dicontohkan pada Tabel 16.

Tabel 16 Proyeksi perbaikan kapal bubu di Kepulauan Togean Nama Kapal Skor Parameter Data Aktual Target Selisih Persentasi Kapal bubu 3 0,86 Lama panangkapan (jam) 4 3.54 -0.46 -11.50Jumlah trip/bulan 25 23.39 -1.61 -6.44BBM per trip (liter) 12 9.85 -2.15 -17.92Volume bubu (m3) 1 0.92 -0.08 -8.00Biaya operasional (Rp) 190000 190000 0 0.00Keuntungan (Rp) 329000 329000 0 0.00

Page 55: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

96

(4) Kapal pancing dasar

Alat tangkap pancing paling dominan dan sangat beragam di Kepulauan

Togean sehingga kapal/perahu yang digunakan juga beragam dari ukurannya.

Meskipun armada pancing ikan dasar paling dominan dari semua alat tangkap ikan

demersal yang ada di Kepulauan Togean, namun dari hasil analisis tingkat efisiensi

dari alat tangkap ini masih sangat rendah (76 persen) dari total armada penangkap

yang dianalisis sebesar 55 unit (Lampiran 8). Jumlah kapal dan skor efisiensi dari

kapal pancing dasar ditunjukkan pada Gambar 35.

3

11

15

910

5

200

2

4

6

8

10

12

14

16

0.30-0.39 0.40-0.49 0.50-0.59 0.60-0.69 0.70-0.79 0.80-0.89 0.90-0.99 efisiensi

Skor efisiensi

Jum

lah

kapa

l

Gambar 35 Distribusi skor efisiensi kapal pancing dasar di Kepulauan Togean Dari 55 unit kapal pancing dasar yang dianalisis diperoleh hanya 23,64 % (13

unit) yang mempunyai skor efisien 1, efisiensi 0.90-0.99 sebanyak 10,91 % (6

kapal), efisiensi 0.80-0.89 sebanyak 30,91 % (17 unit), efisiensi 0.70-0.79 sebanyak

12,73 % (7 unit), 0.60-0.69 sebnyak 10,91 % (6 unit) dan efisiensi dibawah 0.59

sebanyak 10,91 % (6 unit). Meskipun alat tangkap pancing dapat digolongkan

sebagai alat tangkap yang mempunyai tingkat selektivitas tinggi, namun masih perlu

perbaikan terhadap input yang digunakan. Persentase perbaikan input kapal pancing

dasar disajikan pada Gambar 36.

Page 56: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

97

Gambar 36 Potensi perbaikan efisiensi kapal pancing dasar di kepulauan Togean Potensi perbaikan efisiensi bagi kapal pancing dasar yang beroperasi di

perairan Kepulauan Togean yang ditunjukkan pada Gambar 35 dapat ditingkatkan

dengan cara mengurangi lama waktu penangkapan ikan sebesar 27,47 %, mengurangi

jumlah trip per bulan sebesar 9,65 % dan pengurangan penggunaan BBM sebesar

41,20 %, serta pengurangan jumlah mata pancing sebesar 21,68 %.

Proyeksi perbaikan efisiensi untuk tiap kapal dapat dilakukan dengan

merubah nilai input. Misalnya kapal pancing dasar 2 yang memiliki skor efisiensi 57

% dapat ditingkatkan efisiensinya mengurangi lama waktu penangkapan sebesar

40,00 %, menguragi jumlah trip/bulan sebesar 10,00 %, menekan penggunaan BBM

sebesar 33,33 % dan mengurangi jumlah mata pancing 20, 00 % seperti yang

dicontohkan pada Tabel 17.

Tabel 17 Proyeksi perbaikan kapal pancing dasar di Kepulauan Togean

Nama Kapal Parameter

Skor Data Aktual

Target

Selisih

Persentasi

Kapal pancing dasar 2 0,57 Lama panangkapan (jam) 5 3 -2.00 -40.00Jumlah trip/bulan 20 18 -2.00 -10.00BBM per trip (liter) 12 8 -4.00 -33.33Jumlah mata pancing (buah) 5 4 -1.00 -20.00Biaya operasional (Rp) 210000 210000 0.00 0.00Keuntungan (Rp) 540000 540000 0.00 0.00

BBM per trip Jumlah trip/bulan

Lama panangkapan

Jumlah mata pancing

Lama panangkapan -27,47 %

Jumlah trip/bulan -9,65 %

BBM per trip -41,20 %

Jumlah mata pancing -21,68 %

Page 57: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

98

4.3.5 Pembahasan

Secara umum armada penangkapan (perahu/kapal) yang ada di Kepulauan

Togean dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok yakni : tanpa motor, motor

tempel dan kapal motor. Sebagaimana umumnya perikanan rakyat, maka armada

penangkapan yang mendominasi di Kepulauan Togean adalah perahu tanpa motor.

Perahu tanpa motor tertinggi pada tahun 2005 yaitu 1791 unit dan terendah pada

tahun 1998 yaitu 1242 unit, perahu motor tempel tertinggi pada tahun 2002 yaitu

sebesar 1085 unit dan terendah pada tahun 1998 yaitu sebesar 547 unit. Kapal motor

terbilang minim sekali di daerah ini.

Pemahaman yang paling sederhana tentang fishing capacity yaitu kemampuan

suatu kapal atau armada dalam melakukan penangkapan ikan. Hal ini didasarkan

pada jumlah nelayan dalam suatu armada, ukuran kapal, peralatan teknis yang

tersedia, kemampuan dan pengetahuan nelayan serta waktu yang dibutuhkan dalam

usaha penangkapan. Masing-masing komponen ini memberi kontribusi yang dalam

usaha penangkapan.

Tingkat efisiensi produksi merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan

antara produksi perikanan dengan upaya yang dilakukan pada tahun tertentu. Nilai

efisiensi berkisar antara 0,1 – 1,0 artinya efisiensi produksi maksimum yang dapat

dicapai adalah 100 %. Apabila pencapaian tingkat efisiensi produksi berada di bawah

1,0 artinya masih terdapat peluang untuk meningkatkannya melalui berbagai upaya.

Upaya tersebut dapat berupa pengurangan atau penambahan input dan output

produksi.

Untuk mengetahui tingkat efisiensi tahunan kegiatan perikanan di Kepulauan

Togean, maka dilakukan analisis DEA menggunakan effort sebagai faktor input dan

produksi sebagai output dengan DMUnya adalah tahun periodik. Hasil analisis

menunjukkan bahwa dalam delapan tahun terakhir tingkat efisiensi kegiatan

perikanan demersal di Kepulauan Togean cenderung menurun, hal ini dimungkinkan

karena jumlah armada (effort) yang beroperasi di perairan Kepualuan Togean

cenderung meningkat dari tahun ke katahun. Oleh karena itu, pengelolaan ikan

Page 58: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

99

demersal di lokasi ini perlu mendapat perhatian yang serius agar sumber daya

tersebut dapat berkesinambungan.

Usaha kegiatan perikanan demersal di Kepulauan Togean yang didominasi

oleh nelayan yang menggunakan pancing dasar, jaring insang dasar serta bubu

memiliki tingkat efisiensi antara 0,34 – 1,00. Tahun 1999 tingkat efisiensi perikanan

demersal di perairan ini mencapai 100 % sedangkan pada tahun sebelum dan

sesudahnya tingkat efisiensi mencapai nilai dibawah 1. Oleh karena itu, data

produksi dan effort pada tahun tersebut (1999) dapat dijadikan acuan kebijakan

pengelolaan perikanan demersal di Kepulauan Togean kedepan sehingga fenomena

excess capacity tidak berlangsung secara terus menerus. Fenomena excess capacity

(kapasitas berlebih) merupakan suatu kondisi dimana terjadi kelebihan input dalam

menghasilkan output yang diinginkan. Fenomena excess capacity ini jelas terlihat

pada enam tahun terakhir dimana selisih effort target dan effort aktual bernilai negatif.

Excess capacity terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebanyak 401,68 trip dan

kemudian tahun 2002 sebanyak 399,64 trip. Hal ini berarti bahwa dalam melakukan

aktifitas penangkapan ikan demersal, input (jumlah trip) yang dilakukan nelayan

terlalu tinggi sehingga perlu dilakukan pengurangan untuk mencapai efisiensi penuh

dimana jumlah input yang digunakan sebanding dengan output berupa hasil

tangkapan yang diperoleh. Untuk dapat meningkatkan nilai efisiensi perikanan

demersal di perairan Kepulauan Togean maka dapat dilakukan pengurangan jumlah

upaya yang telah melampaui upaya optimal, sehingga dengan upaya yang lebih kecil

mampu menghasilkan produksi yang optimal

Jumlah trip penangkapan ikan demersal di perairan Kepulauan Togean saat ini

telah melampaui jumlah trip optimum sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan

ancaman bagi kelestarian sumber daya ikan demersal di perairan tersebut. Olehnya,

jumlah trip penangkapan hendaklah segera dicariakn alternatif kebijakan sehingga

prinsip pemanfaatan sumber daya ikan yang bertanggung jawab dapat diterapkan.

Dari ke enam alat tangkap ikan demersal yang ada di kepulauan Togean, alat

tangkap jaring insang dasar, pancing dasar dan bubu merupakan alat tangkap yang

efisien dibanding dengan kedua alat tangkap lainnya yakni rawai dan sero yang

Page 59: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

100

masing masing hanya memiliki nilai efisiensi 22 %, 9 % dan 32 %. Dengan kondisi

tersebut maka alat tangkap pukat pantai, rawai dasar dan sero memerlukan perbaikan

yang sangat besar untuk mencapai efisiensi yang optimal. Nilai efisiensi yang rendah

menggambarkan bahwa jumlah effort yang dilakukan oleh nelayan terlalu tinggi dan

tidak sebanding dengan produksi yang diperoleh.

Meskipun ketiga alat tangkap tersebut (jaring insang dasar, pancing dasar dan

bubu) dapat dikatakan alat tangkap yang efisien, namun perlu perbaikan input untuk

meningkatkan nilai efisiensinya. Untuk jaring insang dasar, salah satu langkah yang

dapat dilakukan adalah mengurangi lama penangkapan dan penggunaan BBM. Pada

alat tangkap rawai dasar penekanan penggunaan BBM dan pengurangan jumlah mata

pancing. Pada bubu langkah yang perlu dilakukan adalah disamping penekanan

penggunaan BBM juga pengurangan lama penangkapan dan volume bubu itu sendiri,

sedangkan pada alat tangkap pancing dasar perlu dikurangi penggunaan BBM dan

lama waktu penangkapan serta pengurangan jumlah mata pancing.

Hasil analisis jangka pendek terhadap 30 kapal jaring insang dasar di

Kepulauan Togean menunjukkan bahwa jumlah kapal yang benar-benar efisien hanya

33,30 %. Sisanya memiliki nilai efisien antara 70 – 99 %. Jumlah kapal yang belum

efisien tersebut sebanyak 20 kapal. Ke dua puluh kapal tersebut, kapal yang memiliki

nilai efisiensi paling rendah dapat dipertimbangkan lagi untuk dilakukan perbaikan

terhadap faktor input seperti lama penangkapan, jumlah trip/bulan dan penggunaan

BBM. Upaya perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik kapal adalah dengan

mengurangi lama penangkapan sebesar 69,19 %, mengurangi jumlah trip/bulan 11,09

% dari trip yang ada saat ini dan menekan penggunaan BBM 14,10 % dan panjang

jaring 2,62 %.

Kapal rawai tetap yang beropersi di Kepulauan Togean berjumlah 8 kapal

dimana 5 kapal ( 62,5 %) diantaranya sudah efisien. Sisanya sebanyak 3 kapal (37,5

%) meliliki tingkat efisien 0,60 – 0,99. Nilai ini menunjukkan bahwa kapal rawai

dasar yang belum efisien memerlukan perbaikan. Potensi perbaikan kapal rawai

dasar dapat dilakukan dengan mengurangi lama operasi penangkapan ikan 16,55 %,

mengurangi jumlah trip/bulan 10,11 %, mengurangi penggunaan BBM sebesar 43,43

Page 60: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 . 0. C (Gunarso 1985). 54. 2. ang Sela. 200. 200 ... air

101

% dan pengurangan jumlah mata pancing sebesar 29,91 %. Penggunaan BBM yang

berlebihan pada kapal rawai dasar dikarenakan daerah operasi sebagaimana telah

disebutkan dalam uraian sebelumnya bahwa daerah operasinya di luar perairan

Kepulauan Togean.

Untuk kapal bubu yang tersisa saat ini di Kepulauan Togean berjumlah 8

kapal. Dari ke 8 kapal yang ada hanya dua kapal bubu (25,0 %) yang belum efisien

sedangkan 6 kapal lainnya (75,0 %) sudah efisien. Potensi perbaikan efisiensi kapal

bubu dapat dilakukan dengan mengurangi lama waktu penangkapan ikan sebesar

29,19 %, jumlah trip/bulan sebesar 17,09 %, menekan penggunaan BBM sebesar

22,78 % dan memperkecil volume bubu sebesar 30,94 %.

Sebanyak 55 kapal pancing dasar yang beroperasi di Kepulauan Togean 23,64

% (13 unit) diantaranya efisien. Sebanyak 30 unit memiliki efisiensi berkisar 70-99

% dan sisanya yaitu 22 unit memiliki efisiensi dibawah 70 %. Melihat dari kenyataan

yang ada maka kebijakan yang diambil yakni melakukan perbaikan dengan

mengurangi effort yang berlebihan tersebut. Disamping itu, potensi perbaikan bagi

kapal pancing dasar yang belum efisien dapat dilakukan dengan cara mengurangi

lama waktu penangkapan ikan sebesar 27,47 %, mengurangi jumlah trip/bulan

sebesar 9,65 %, menekan penggunaan BBM sebesar 41,20 % dan mengurangi jumlah

mata pancing sebanyak 21,68 %.