Upload
truongmien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Beberapa ahli pendidikan telah mengemukakan pendapat tentang
pengertian belajar. Berikut beberapa pengertian belajar menurut para ahli.
Menurut Sudjana (2000: 28):
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individunya.
Bahri Djamarah (2002: 13) berpendapat bahwa: “Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor“.
Menurut Gage yang dikutip oleh Wilis Dahar, R (1996: 11): “Belajar
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman“.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, pengertian belajar yang paling
lengkap adalah yang dikemukakan oleh Sudjana, N. Pengertian belajar dalam
penelitian ini adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan bagi individu
yang melaksanakannya, perubahan tersebut berupa bertambahnya pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya
13
reaksinya, daya penerimaan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu
tersebut.
2.1.2 Ciri-ciri Belajar
Beberapa ahli pendidikan telah mengemukakan pendapat tentang ciri-ciri
belajar. Berikut beberapa ciri-ciri belajar menurut para ahli.
Menurut Sagala (2003:53), setiap perilaku selalu ditandai oleh ciri-ciri
perubahan yang spesifik sebagai berikut :
a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai
melalui proses belajar. d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan
keseluruhan tingkah laku secara integral. e. Belajar adalah proses interaksi. f. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks.
Sedangkan menurut pendapat Tabrani et al. (1989: 13-14), ciri-ciri
perubahan yang merupakan perilaku belajar ialah :
1) Bahwa perubahan itu intensional dalam arti pengalaman atau praktek atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan secara kebetulan.
2) Bahwa perubahan itu positif dalam arti sesuai dengan yang diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan, baik dipandang dari segi peserta didik (tingkat abilitas dan bakat khususnya tugas perkembangannya, dsb), maupun dari segi guru (tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tingkatan standar kulturalnya).
3) Bahwa perubahan itu efektif dalam arti mempunyai pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar yang bersangkutan, serta fungsional dalam arti perubahan hasil pelajar itu relatif tetap setiap saat diperlukan dapat direproduksikan seperti pemecahan masalah, baik dalam ujian, ulangan, dsb, maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-sehari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup.
14
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa ciri-ciri belajar efektif pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian peserta didik yang
bersifat menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral.
2. Mempunyai pengaruh dan makna bagi peserta didik yang bersangkutan.
3. Perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan/ harapan atau kriteria
keberhasilan baik dari segi peserta didik maupun dari segi guru.
4. Perubahan yang terjadi bersifat relatif tetap dan dapat memecahkan
masalah baik dalam ujian, ulangan maupun penyesuaian diri dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Perubahan yang terjadi didapat melalui proses yang disengaja atau disadari
yang merupakan pengalaman yang bersifat individual.
2.1.3 Cara-cara Belajar Efektif.
Menurut Nasution (1986:54-60) petunjuk cara belajar yang efektif sebagai
berikut :
(1) Keadaan jasmani. Untuk mencapai hasil yang baik diperlukan badan yang sehat.
(2) Keadaan emosional dan sosial. Anak yang merasa jiwanya tertekan, yang selalu dalam keadaan takut akan kegagalan yang mengalami kegoncangan karena emosi-emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif.
(3) Keadaan lingkungan. Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari sekitar. Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran.
(4) Memulai pelajaran. Pada permulaan pelajaran sering dirasakan kelambanan, keengganan bekerja.
(5) Membagi pekerjaan. Sebelum memulai pelajaran kita lebih dahulu menentukan apa yang dapat dan harus kita selesaikan dalam waktu tertentu.
(6) Adakan kontrol. Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah dikuasai.
15
(7) Pupuk sikap yang optimis. (8) Waktu bekerja. Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk memerintah diri
kita. Menyeleweng dari waktu itu berarti kegagalan atau kekalahan. (9) Buatlah suatu rencana kerja. (10) Menggunakan waktu. Artinya jangan lakukan lebih dari satu tugas
serempak, tetapi selesaikan tugas itu sekarang juga dan jangan undur-undurkan sampai besok.
(11) Belajar keras tidak merusak. Belajar dengan penuh konsentrasi tidak merusak. Yang merusak ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar.
(12) Cara mempelajari buku. Sebelum kita mulai membaca buku lebih dahulu kita coba memperoleh gambaran tentang buku dalam garus besarnya.
(13) Memmpertinggi kecepatan membaca. (14) Jangan membaca belaka. Membaca bukanlah sekedar mengetahui kata-
katanya akan tetapi mengikuti jalan pikiran si pengarang. (15) Cegah “cramming“. Jangan menumpuk pelajaran sampai saat terakhir
yakni saat ulangan atau ujian mendekat sehingga mereka diburu-buru waktu.
(16) Membuat catatan. Catatan itu harus merupakan outline atau rangkuman yang memeri gambaran tentang garis-garis besar daripada pelajaran itu.
Penulis sependapat dengan pendapat Nasution bahwa cara belajar efektif
dintaranya adalah diperlukan badan yang sehat, emosional dan sosial anak tidak
tertekan, lingkungan yang mendukung untuk belajar, memulai pelajaran, membagi
pekerjaan, ada kontrol sampai dimana penguasaan bahan pelajaran, ada sikap
optimis pada anak, mengatur waktu belajar dan lainnya dalam sebuah rencana
kerja, mengerjakan tugas satu per satu, membaca buku, membuat catatan atau
rangkuman pada setiap pelajaran.
2.2 Pembelajaran
2.2.1 Metode Pembelajaran
Beberapa ahli pendidikan telah mengemukakan pendapat tentang
pengertian metode pembelajaran, menurut Syaodih Sukmadinata (2004:267):
16
“Metode pembelajaran berfokus pada proses belajar-mengajar untuk bahan
ajaran dan tujuan tertentu yang lebih terbatas”. Sedangkan menurut Sudjana, D.
(2001:2)
“Metode pembelajaran adalah kegiatan atau cara umum penggolongan peserta
didik”.
Hatimah (2003:10) berpendapat bahwa “ Metode pembelajaran dapat
diartikan setiap upaya yang sistematik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-
kondisi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien“.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli pendidikan di atas, pengertian metode
pembelajaran yang paling lengkap adalah yang dikemukakan oleh Ihat Hatimah.
Pengertian metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu cara atau
kegiatan yang dilakukan secara sistematik dan disengaja agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2.2.2 Metode Pembelajaran Teori
Menurut Syaodih Sukmadinata (2004:269):
Pembelajaran teori dibedakan antara pembelajaran ekspositori, seperti: ceramah, tanya jawab,dan demonstrasi; pembelajaran kegiatan kelompok, seperti diskusi, diskusi panel, kerja kelompok, simulasi, bermain peran dan seminar; pembelajaran berbuat seperti eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana dan pemecahan masalah.
Pada penelitian ini, metode pembelajaran teori yang digunakan oleh guru
bidang studi pada Sub Kompetensi Mengenal Komponen Elektronika adalah
metode ceramah dan tanya jawab.
17
2.2.3 Kemampuan Praktikum
Kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2002 :
708) mengandung pengertian “kesanggupan, kecakapan, kekuatan”. Sedangkan,
praktikum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “ bagian dari
pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan dari keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori.” Sehingga
kemampuan praktikum dapat disimpulkan sebagai kesanggupan atau kecakapan
siswa dalam pelaksanaan praktikum Memperbaiki/ reparasi Radio.
Proses pembelajaran pada sekolah kejuruan membutuhkan pengalaman
kongkrit yang dapat kita peroleh melalui kegiatan praktikum. Menurut Soekarno
dkk (1990 : 14) “metode praktikum adalah suatu cara mengajar yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau
ingin diketahuinya”.
Kegiatan praktikum pada dasarnya dapat digunakan untuk :
1. Mendapatkan atau menemukan suatu konsep, mencapai suatu definisi
sampai mendapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum melalui percobaan yang
dilakukannya.
2. Membuktikan atau menguji kebenaran secara nyata tentang suatu konsep
yang telah dipelajari.
Dengan pembuktian tersebut maka siswa akan lebih yakin dan lebih
memahami tentang konsep tersebut. Agar praktikum dapat difungsikan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, maka kegiatan praktikum dilaksanakan
18
setelah materi tentang konsep itu diberikan kepada siswa. Praktikum harus benar-
benar terarah dan berstuktur agar dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan
suatu fakta. Arahan tersebut bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang menjurus
pada suatu kesimpulan yang benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode
praktikum adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan sendiri suatu fakta yang diperlukan atau ingin
diketahuinya. Dalam metode ini siswa harus mengalami sendiri, bukan hanya
percaya atau mengandalkan keterangan atau penjelasan dari buku. Menurut Jusuf
Djajadisastra (1982 :10) :
Prinsip yang mendukung metode praktikum adalah pendapat bahwa murid harus dapat mencapai suatu definisi, mengetahui suatu proses, memahami cara bekerjanya sesuatu, mengetahui dan memahami dalil-dalil atau hukum melalui praktikum yang dilakukan dan bukan hanya menghapalkan dari buku atau catatan dari guru.
Kebaikan atau keuntungan metode praktikum menurut Jusuf Djajadisastra (1982 :16-17) yaitu : 1. Meniadakan terjadinya verbalisme 2. Mengalami atau mengamati sendiri suatu proses 3. Karena mengalami sendiri suatu proses atau kegiatan, maka benar-benar syakin akan hasil atau akibat suatu proses. 4. Menjadi lebih bersikap hati-hati, teliti, mampu berfikir analisis dan tidak begitu saja percaya pada kata-kata orang. 5. Sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang selalu tertuju pada suatu realita atau objek-objek yang nyata dari alam sekitarnya. 6. Sesuai dengan jiwa anak yang selalu mengadakan eksplorasi atau penjelajahan untuk menemukan hal yang baru baginya. 7. Sesuai dengan prinsip didaktif modern yaitu mengembangkan sikap inovatif. 8. Memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah, yaitu suatu sikap hidup untuk memahami suatu data yang dapat dikumpulkan, melakukan praktikum dan menarik kesimpulan melalui metode induktif. 9. Mengembangkan hasrat ingin tahu. 10. Memperkaya pengalaman dan meningkatkan keterampilan. Sedangkan kelemahan metode praktikum yaitu : 1. Tidak semua pelajaran dapat diajukan dengan metode ini. 2. Hanyalah hal yang kongkrit yang dapat dilakukan dengan metode ini.
19
3. Suatu kegiatan praktikum tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan. 4. Mahalnya alat-alat praktikum sering menghambat untuk melakukan praktikum di sekolah.
Kemampuan praktikum menyangkut keterampilan dalam mempraktikkan
sejumlah job sheet yang dimilikinya. Dengan demikian, untuk mengukur
kemampuan praktikum peserta didik dalam mengoperasikan radio penerima dan
pemancar dapat dilihat dari domain psikomotorik.
2.3 Kompetensi
2.3.1 Konsep Kompetensi
Kompetensi menurut: Syaodih Sukmadinata (2004: 29):
Kecakapan-kecakapan, ketrampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga dan mengembangkan diri. Kecakapan dan ketrampilan-ketrampilan tersebut, tidak sekedar berkenaan aspek fisik-biologis, tetapi juga aspek-aspek intelektual, sosial, dan afektif (perasaan sikap, nilai).
Pada Erizal. (2009). Definisi Kompetensi. [online].
Tersedia: http://www.wartawarga.gunadarma.ac.id//2009/12/definisi-kompetensi/
[29 Desember 2009] dijelaskan definisi kompetensi dari beberapa ahli
diantaranya :
a. Ruky (Hay & Mac Ber, 2003:104) mengemukakan bahwa kompetensi adalah “an underlying characteristic of an individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or superior performance in a job or situation” (Karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, mem-buat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia).
b. Drs. Budiman Sanusi Mpsi, berpendapat bahwa kompetensi adalah “ keseluruhan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap yang ditampilkan oleh orang-orang yang sukses/berhasil dalam mengerjakan suatu tugas dengan prestasi kerja yang optimal”.
20
Berdasarkan pendapat ketiga pendapat diatas, saya sependapat dengan
Syaodih Sukmadinata. Pengertian kompetensi dalam penelitian ini adalah
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seseorang berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan sesuai dengan standar tertentu,
sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, dan efisien.
Kompetensi mengenal komponen elektronika merupakan salah satu sub
kompetensi dari kompetensi Menguasai Teori Dasar Elektronika sesuai kurikulum
2004 Buku II (2004) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kompetesi menguasai teori dasar elektronika sub
kompetensi mengenal komponen elektronika SMK N 1 Sukabumi.
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pembelajaran
Mengenal
komponen
Elektronika
- Pengenalan jenis-jenis resistor dan
bahan penyusunannya.
- Perhitungan nilai resistor
menggunakan kode warna.
- Pengenalan jenis-jenis kapasitor dan
bahan penyusunannya.
- Pengenalan fungsi kapasitor.
- Penghitungan nilai kapasitansi
kapasitor.
- Identifikasi jenis-jenis induktor
- Identifikasi jenis-jenis transformator.
- Identifikasi jenis-jenis transistor
- Menghitung nilai resistansi
berbagai jenis resistor.
- Menghitung nilai
kapasistansi berbagai jenis
kapasitor.
- Menguji komponen Pasif.
- Menguji komponen aktif.
- Memanfaatkan komponen
Pasif.
- Memanfaatkan komponen
Pasif
21
2.3.2 Model - Model Kompetensi
Menurut Syaodih Sukmadinata, N (2004:44) model-model kompetensi
yaitu: “secara garis besar kompetensi dapat dibedakan menjadi dua model
kompetensi, yaitu model masukan atau “input model”, dan model hasil “output
model”.
1. Model input adalah suatu model kompetensi yang di miliki oleh individu
peserta didik diantaranya pengetahuan, keterampilan dan sikap.
2. Model output adalah suatu model kompetensi yang merumuskan
kompetensi berdasarkan aspek-aspek peranan.
Perbedaan antara model input dan model output yaitu model input melihat
performansi dalam unsur-unsur yang terpisah atau terlepas (keterampilan, tugas,
dll), dan mengarah kepada isi performansi, sedangkan model output
menggambarkan keseluruhan peran dalam pekerjaan, keseluruhan unsur-unsur
peran atau mengarah kepada hasil performansi secara standar.
Kompetensi dapat juga diklasifikasikan menjadi karakteristik dasar yang
terdiri dari keterampilan, pengetahuan serta atribut personal lainnya yang mampu
membedakan seseorang itu perform dan tidak perform; hubungan sebab-akibat,
dan acuan kriteria.
a. Karakteristik dasar, yakni kompetensi sebagai bagian dari kepribadian
individu dan dapat memprediksi perilaku dalam situasi dan tugas, yaitu:
1). Motif sebagai dorongan dari diri seseorang secara konsisten untuk
melakukan tindakan.
2). Sifat/ watak, yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap
situasi atau informasi tertentu.
22
3). Konsep diri, yaitu nilai-nilai sikap atau citra diri yang dimiliki individu.
4). Pengetahuan, yakni informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu.
5). Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melaksanakan tugas secara fisik
atau mental.
b. Hubungan sebab-akibat, adalah kompetensi yang menyebabkan dan
memprediksi perilaku dan kinerja. Kompetensi motif, sifat/ watak dan konsep
diri dapat meprediksi tindakan perilaku yang pada akhirnya dapat
memprediksi hasil kinerja.
c. Acuan kriteria, adalah kompetensi paling kritis yang dapat membedakan
kompetensi dengan kinerja tinggi atau rata-rata.
Dengan demikian, untuk menjadi kompeten, seseorang harus disiapkan
secara matang baik pengetahuan dan keterampilan (IQ) yang terlihat lebih nyata
maupun konsep diri, sifat/ watak, dan motif lebih tersembunyi yang berada pada
pusat kepribadian individu (EQ).
2.3.3 Standar Kompetensi
Berdasarkan Standar Kompetensi Keahlian Elektonika M & R yang
diterbitkan oleh Depdiknas (2003: 2) dijelaskan bahwa:
Standar kompetensi merupakan kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan pada suatu bidang pekerjaan oleh seluruh “stakeholder” di bidangnya. Dengan pernyataan lain yang dimaksud dengan standar kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
23
Pengembangan kurikulum 2004, yang ciri paradigmanya adalah berbasis
kompetensi, akan mencakup pengembangan silabus dan sistem penilaiannya.
Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program
pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup jenis tagihan, bentuk
instrumen, dan pelaksanaannya. jenis tagihan adalah berbagai tagihan, seperti
ulangan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Bentuk
instrumen terkait dengan jawaban yang harus dilakukan oleh siswa, seperti bentuk
pilihan ganda atau soal uraian.
2.4 Evaluasi Pembelajaran
Menurut Ngalim Purwanto (1991 : 3) : “Evaluasi adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa”.
Evaluasi merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana tujuan pengajaran tercapai. Evaluasi merupakan suatu
kegiatan yang direncanakan untuk memperoleh informasi berupa data yang
kemudian dapat diambil sebuah kesimpulan dari data tersebut. Hasil evaluasi akan
memberikan gambaran lengkap dan menyeluruh tentang aspek-aspek yang dinilai,
baik pencapaian secara perseorangan maupun kelompok.
Proses belajar mengajar, tujuan pengajaran dan prosedur evaluasi saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Ngalim
Purwanto (1991 : 4) mengemukakan secara bagan di halaman berikut ini:
24
Tujuan Pengajaran
Proses Belajar Mengajar Prosedur Evaluasi
Gambar 2.1 Hubungan Proses Belajar Mengajar
• Bahan atau materi pengajaran apa yang akan diajarkan dan metode apa
yang akan digunakan sangat bergantung pada tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Demikian pula bagaimana prosedur evaluasi harus dilakukan
serta bentuk-bentuk tes atau alat evaluasi mana yang akan dipakai untuk
menilai hasil pengajaran tersebut harus dikaitkan dan mengacu pada bahan
dan metode yang digunakan pada tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.
• Tingkat penguasaan siswa mengenai dasar-dasar elektronika yang
dimaksud lebih ditekankan pada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi
dasar-dasar elektronika yang terdapat dalam aspek kognitif.
Menurut struktur kognitif yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom
yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1991 : 44) terbagi menjadi beberapa bagian
diantaranya :
1. Pengetahuan (C1)
Yaitu tingkat kemampuan yang hanya meminta responden atau peserta
didik untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah
tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya. Kata kerja
operasional yang biasa dipakai dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus
(TIK) untuk jenjang ingatan, antara lain: menyebutkan, menunjukkan, mengenal,
25
mengingat kembali, dan mendefinisikan. Contoh : Tuliskan rumus reaktansi
kapasitif ?
2. Pemahaman (C2)
Yaitu tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu
memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Kata kerja
operasional yang biasa dipakai dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus
(TIK) untuk jenjang pemahaman, diantaranya: membedakan, mengubah,
mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan
mengambil keputusan. Contoh : Jika diketahui harga sebuah kapasitor sebesar 1
mF dan frekuensi 50 Hz. Berapakah nilai reaktansi kapasitornya (Xc) ?
3. Penerapan/Aplikasi (C3)
Peserta didik dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau
menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya.
Kata kerja operasional yang biasa dipakai dalam rumusan Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) untuk jenjang aplikasi, antara lain: menggunakan, menerapkan,
menggeneralisasikan, menghubungkan, memilih, mengembangkan,
mengorganisasi, menyusun, mengklasifikasikan, menggambarkan dan mengubah
struktur. Contoh : Perhatikan gambar rangkaian di halaman berikut ini !
C2
R1C1
D1
26
Setelah sinyal melewati C2, maka bentuk gambar output yang dihasilkan yaitu …..
4. Analisis (C4)
Yaitu tingkat kemampuan peserta didik untuk menganalisis atau
menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu ke dalam komponen-komponen
atau unsur-unsur pembentuknya. Kata kerja operasional yang biasa dipakai dalam
rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) untuk jenjang analisis, antara lain:
membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, mengategorikan, menganalisis,
membandingkan, membuat diagram dan mengadakan pemisahan.
Contoh :
Berdasarkan gambar di samping,
berapakah besarnya harga rata-rata arus
bolak-balik untuk satu periode ?
5. Sintesis (C5)
Yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk
yang menyeluruh. Kata kerja operasional yang biasa dipakai dalam rumusan
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) untuk jenjang sintesis, antara lain:
menyintesis, menghubungkan, mengklasifikasikan, menghasilkan, mengkhusus
kan, menggabungkan, mengembangkan dan mengorganisasi.
Pada gambar rangkaian penguat di dibawah ini, komponen apakah yang
harus dipasang pada bagian yang diberi tanda tanya ?
0
100A
-100A π 2π
27
? ?
??
+ 3 0
6. Evaluasi (C6)
Dengan kemampuan evaluasi, peserta didik diminta untuk membuat
penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan
kriteria tertentu. Kata kerja operasional yang biasa dipakai dalam rumusan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) untuk jenjang evaluasi, antara lain: menafsirkan,
menilai, menentukan, mempertimbangkan, melakukan, membandingkan,
memutuskan, mengargumentasikan dan menaksir.
Contoh :
Dari gambar di samping ini, Resistor mana
yang akan lebih cepat rusak ?
Bloom (Moch. Ali, 2001 : 32-33) mengemukakan indikator-indikator penguasaan kognitif diantaranya: 1. Memiliki ingatan terhadap bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. 2. Mampu untuk memahami (mengerti) arti dari suatu bahan pelajaran yang dipelajari. 3. Mampu menggunakan suatu bahan yang telah dipelajarinya ke dalam situasi yang baru atau situasi yang konkrit. 4. Mampu menguraikan suatu materi atau suatu bahan dalam bagian-bagiannya sehingga susunannya dapat dimengerti.
_
+
12
1kΩ/5w
R1
1kΩ/1w
R2
28
5. Mampu menggabungkan bagian-bagian untuk membentuk suatu keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan. 6. Mampu membuat penilaian terhadap suatu bahan atau materi berdasarkan pada maksud dan kriteria tertentu.
Praktikum adalah proses pembelajaran yang membekali siswa dengan
bentuk kemampuan psikomotorik. Kemampuan tersebut menyangkut
keterampilan dalam mempraktikkan sejumlah job sheet yang dimilikinya. Dengan
demikian untuk mengukur kemampuan praktikum siswa dalam rangkaian
penerima radio dapat dilihat dari domain psikomotoriknya saja.
Domain psikomotorik menitikberatkan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa pola gerakan atau keterampilan fisik. Elizabeth Simpson membagi aspek psikomotorik dalam tujuh jenjang (Oemar Hamalik, 2001 : 82) sebagai berikut: 1. Persepsi (perception).
Penggunaan lima organ indra untuk memperoleh kesadaran tentang tujuan dan untuk menterjemahkannya menjadi tindakan (action). Contoh : siswa menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum.
2. Kesiapan (set). Kesiapan untuk merespon secara mental, fisik dan emosional. Contoh: siswa mempersiapkan materi rangkaian penerima radio sebelum dipraktikan.
3. Respon terbimbing (guided response). Bantuan yang diberikan kepada siswa melalui pertunjukkan peran model, misalnya setelah guru mendemonstrasikan suatu bentuk tingkah laku, lalu siswa menerapkannya sendiri. Contoh : siswa mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh instruktur .
4. Mekanisme. Respon fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan, misalnya menunjukkan keterampilan kerja setelah mengalami pelajaran sebelumnya. Contoh : siswa mempertunjukkan kemampuannya pada saat praktikum rangkaian penerima radio .
5. Respon yang unik (complex overt response). Suatu tindakan motorik yang rumit dipertunjukkan dengan terampil dan efisien. Contoh : siswa melakukan pengetesan, pengukuran serta troubleshooting pada rangkaian penerima radio.
6. Adaptasi. Mengubah respon-respon dalam situasi-situasi yang baru. Contoh : siswa melakukan penganalisaan pada saat rangkaian penerima radio terdapat kesalahan (tidak jalan).
29
7. Organisasi. Menciptakan tindakan-tindakan baru. Contoh : siswa mencari alternatif lain pada saat mengatasi kesalahan yang terjadi.
Dari uraian di atas, dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan tentang
kemampuan praktikum Kompetensi Memperbaiki/ reparasi Radio, maka dapat
disusun indikator-indikator yang akan diobservasi untuk mengungkap
kemampuan keterampilan siswa dalam praktikum. Indikator tersebut yaitu:
1. Menilai penempatan peralatan
Siswa mempersiapkan peralatan secara umum, menempatkan/ menyusun alat-
alat ukur dalam posisi mudah dibaca, aman dan benar, kemudian
menempatkan papan percobaan dalam posisi mudah mengadakan pengaturan-
pengaturan
2. Menilai memilih peralatan
Memilih alat ukur dalam jumlah yang sesuai dengan batas ukur yang cocok
untuk kebutuhan pekerjaan dan memilih papan kerja yang sesuai dengan
lembar kerja
3. Menilai ketelitian /kehati-hatian menggunakan alat
Teliti dan hati-hati menggunakan alat ukur dan membuat sambungan-
sambungan rangkaian, menyambung alat ukur dan memperhitungkan batas
ukur dari alat ukur yang akan digunakan.
4. Menilai ketepatan pembacaan/ pengukuran
Kebenaran dari hasil pengukuran, ketelitian pembacaan, mengikuti langkah-
langkah kerja dan menyusun hasil pengukuran dengan baik
30
5. Menilai kebaikan grafik dan gambar
Keterampilan, kebersihan, kebaikan, kebenaran, memenuhi ukuran gambar
Sesuai dengan gambar/ grafik yang ditugaskan
6. Menilai jawaban pertanyaan
Dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik, singkat dan jelas dalam
bentuk lisan maupun tulisan dan dapat memberikan alasan-alasan dengan tepat
berdasarkan teori dan kesimpulan dari hasil pengukuran serta dapat
menjelaskan hal-hal yang terjadi pada waktu melaksanakan pekerjaan, bila
perlu untuk perkembangan pekerjaan.
7. Menilai kerapihan laporan
Dapat menyusun laporan berdasarkan hasil-hasil pengukuran/ pengamatan dari
pekerjaan dengan baik, menyusun kalimat-kalimat dengan singkat dan jelas
menurut urutan sesuai dengan langkah kerja dan dapat membuat kesimpulan
dari kesukaran-kesukaran percobaan dan cara-cara penanggulangannya
8. Menilai bahasa laporan yang baik
Menggunakan ejaan yang benar, susunan kalimat yang lengkap dan tanda-
tanda bacanya serta menggunakan istilah-istilah teknik bahasa Indonesia dan
berusaha mempergunakan bahasa asing seminim mungkin dalam istilah-istilah
teknik terutama istilah elektronika. Susunan yang sistematis sesuai dengan
urutan dari sifat-sifat pekerjaan yang dilaporkan
9. Menilai waktu
Dapat menyelesaikan pekerjaan/ percobaan dengan baik dan dalam waktu
yang sesuai dengan rencana, dapat menyelesaikan pekerjaan/percobaan
31
dengan baik dan dalam waktu yang lebih lama, dapat menyelesaikan,
pekerjaan/ percobaan kurang baik dan dalam waktu yang sesuai rencana,
dapat menyelesaikan pekerjaan/ percobaan kurang baik dan dalam waktu
yang lebih lama.
2.5 Keterkaitan Antar Kompetensi Mengenal Komponen Elektronika
Dengan Kemampuan Praktik Memperbaiki/ Reparasi Radio
Tabel 2.2 Hubungan variabel X dan variabel Y
Mengenal Komponen Elektronika
Memperbaiki/ Reparasi Radio
1.Resistor 2.Kapasitor 3.Induktor 4.Dioda 5.Transistor
Resistor dalam program diklat Teknik Komunikasi Radio digunakan untuk memberikan bias pada transistor. Selain itu resistor juga digunakan sebagai pembagi tegangan. Kapasitor digunakan untuk kopling pada penguat. Kapasitor berfungsi sebagai bypass yaitu membuang frekuensi tinggi (frekuensi radio) dan melalukan frekuensi rendah (frekuensi audio). Kapasitor juga berfungsi sebagai resonator. Induktor digunakan untuk kopling pada penguat dan RFC. Dioda digunakan sebagai detektor Modulasi Amplitudo (AM). Transistor digunakan sebagai penguat frekuensi radio (RF), penguat frekuensi menengah (IF) dan penguat audio (penguat tegangan dan penguat akhir).
32
Pemahaman materi komponen aktif dan pasif meliputi resistor, kapasitor,
induktor, dioda, transistor diantaranya meliputi bahan pembuatnya, nilai
hambatan, toleransi, kemampuan daya, derau, dan sifatnya pada frekuensi tinggi
merupakan pengetahuan yang harus diberikan kepada peserta didik sebagai
kompetensi/sub-kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik dari
kompetensi teori dasar elektronika. Adapun materi yang dipraktekkan terdiri
rangkaian audio amplifier.
Pada rangkaian audio amplifier yang terdiri atas empat buah transistor
yang berfungsi memperkuat sinyal informasi hasil dari rangkaian detektor.
Kekerasan suara dapat diatur dengan mengubah kedudukan variabel resistor yang
berfungsi sebagai volume control. Transistor C1684 berfungsi sebagai penguat
pertama audio amplifier dengan konfigurasi emiter terbumi (common emitter) dan
melalui resistor 33k mendapat umpan balik negatif dari output power amplifier.
Oleh karena itu dengan diberikannya pengetahuan mengenai komponen-
komponen aktif dan pasif diharapkan dapat menunjang kemampuan siswa dalam
menerapkannya di dalam praktikum memperbaiki/ reparasi radio.
Dengan demikian keterkaitan antara kompetensi menguasai teori dasar
elektronika dengan kemampuan praktikum memperbaiki/ reparasi radio
merupakan hubungan (korelasi) yang bersifat kausalitas. Dimana tingkat
kemampuan praktikum atau keterampilan merupakan pengejawantahan dari
proses pembelajaran kognitif.
Sebagaimana dikemukakan oleh Gagne (Dahar, R.W: 1996:140) bahwa: “
keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan
33
fisik, melainkan kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan
intelektual”.
Dengan tingginya tingkat kompetensi peserta didk mengenai materi
komponen aktif dan pasif diharapkan juga seiring dengan meningkatnya
kemampuan peserta didik dalam menerapkannya di dalam praktikum
memperbaiki/ reparasi radio.