10
 Naskah Publikasi Tu gas Akhir Tekn ik Geologi FT UGM PEMANFAATAN ENHANCED GAMMA-RAY INPEFA DALAM INTERPRETASI LOG DAN MEKANISME SEDIMENTASI FORMASI LAMA, BLOK A, LAUT NATUNA, CEKUNGAN NATUNA BARAT, KEPULAUAN RIAU (Utilization of Enhanced Gamma-Ray INPEF A for Log Interpr etation and Sedimentatio n Mechanism of Lama Formation, Block A, Natuna Sea, W est Natuna Basin, Riau Archipelago) Jarot Setyowiyoto 1 ([email protected]) Bambang Pujasmadi 2 Zilman Syarif 1 1 Jurusan T eknik Geologi, Fakultas T eknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta-INDONESIA 2 Premier Oil Indonesia, Indonesia Stock Exchange Building, Tower 1, 10 th floor, Sudirman Central Business District, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta-INDONESIA ABSTRACT  Lama Formation is t he oldest formation which is located in W est Natuna Basin. This formation was deposited above basement during syn-rift process in Eocene. When grabben happened at the first time, local sediment deposits around the grabben were transported quickly because of high energy from  fluvial system and then fulfilled the grabben. The lithology of Lama Formation dominantly composed by sand stone a nd inse rted s iltsto ne which is not that thick and this fo rmati on is pote ntial for bein g a  good rese rvoir rock. In this case, INPEF A (  Integral Prediction Error Filter Analysis ) is trying to analyze the gamma-ray log of Lama Formation and give the r esults of pattern that indicate the boundary sequence. Ther e are 4 wells available that reach La ma Formation for this research, they are AW-5X, A-1X, PCG-1X and KR-2X. Lama Formation in research region was categ orize d into 3 faci ese s, th ey are br ai ded channe l faci es, sheet flo od f an deposit s, and lacustrine deposit facies which d eveloped in the middle of basin, especially at A-1X well.. Wher eas all lacust rine deposits faciese s develop ed v ery well d uring Benua Forma tion deposition, which has yo unger age than L ama Formation. Depositional pr ocess of sediments of Lama Formation primarily occurred in alluvial and fluvial setting and then after several times developed as lacustrine deposits, which is a characteristic of Benua Formation. Most of  sediment supplies come from northwest to southeast (depositional direction). Sedimentation  process probab ly occurred on medium/high topography relief where climate change took a  part and contr olled the sediment supplies and subsiden ce rate.

32-114-1-PBggggggggg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ggggg

Citation preview

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    1/10

    Naskah Publikasi Tugas Akhir Teknik Geologi FT UGM

    PEMANFAATANENHANCED GAMMA-RAY

    INPEFA DALAM INTERPRETASILOG DAN MEKANISME SEDIMENTASI FORMASI LAMA, BLOK A, LAUT

    NATUNA, CEKUNGAN NATUNA BARAT,

    KEPULAUAN RIAU

    (Utilization of Enhanced Gamma-Ray INPEFA for Log Interpretation and

    Sedimentation Mechanism of Lama Formation, Block A, Natuna Sea, West Natuna

    Basin, Riau Archipelago)

    Jarot Setyowiyoto 1

    ([email protected])

    Bambang Pujasmadi 2

    Zilman Syarif1

    1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta-INDONESIA

    2

    Premier Oil Indonesia, Indonesia Stock Exchange Building, Tower 1, 10

    th

    floor, Sudirman CentralBusiness District, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta-INDONESIA

    ABSTRACT

    Lama Formation is the oldest formation which is located in West Natuna Basin. This formation wasdeposited above basement during syn-rift process in Eocene. When grabben happened at the first time,local sediment deposits around the grabben were transported quickly because of high energy fromfluvial system and then fulfilled the grabben. The lithology of Lama Formation dominantly composedby sandstone and inserted siltstone which is not that thick and this formation is potential for being a

    good reservoir rock. In this case, INPEFA (Integral Prediction Error Filter Analysis) is trying to

    analyze the gamma-ray log of Lama Formation and give the results of pattern that indicate theboundary sequence. There are 4 wells available that reach Lama Formation for this research,

    they are AW-5X, A-1X, PCG-1X and KR-2X. Lama Formation in research region was

    categorized into 3 facieses, they are braided channel facies, sheet flood fan deposits, and

    lacustrine deposit facies which developed in the middle of basin, especially at A-1X well..

    Whereas all lacustrine deposits facieses developed very well during Benua Formation

    deposition, which has younger age than Lama Formation. Depositional process of sediments

    of Lama Formation primarily occurred in alluvial and fluvial setting and then after several

    times developed as lacustrine deposits, which is a characteristic of Benua Formation. Most of

    sediment supplies come from northwest to southeast (depositional direction). Sedimentation

    process probably occurred on medium/high topography relief where climate change took a

    part and controlled the sediment supplies and subsidence rate.

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    2/10

    PENDAHULUAN

    Dalam melakukan analisis bawah

    permukaan,penerapan konsep stratigrafi serta

    penggabungan data rekaman log dan corenantinya akan sangat membantu dalam

    menganalisis mekanisme pengendapan dari

    suatu formasi dalam suatu basin. Ketika data ini

    didukung dengan interpretasi seismik, maka

    akan diperoleh suatu kerangka kerja yang

    paling baik dalam analisis batuan induk, batuan

    penutup, dan penyebaran batuan reservoir, baik

    dalam skala lokal maupun skala regional. Pada

    bawah permukaan, wireline logs merupakan

    sumber data yang sempurna untuk analisis

    matematis, dan kita dapat menggunakan

    hasilnya untuk interpretasi stratigrafi. Untuk

    tujuan ini, ENRES telah mengembangkan suatu

    alat khusus untuk menganalisis variasi vertikal

    di dalam data log sumur yang berupa bentu

    perubahan log INPEFA.

    Maksud dari penelitian ini adalah

    untuk melakukan studi stratigrafi Formasi

    Lama pada Blok Anoa dan Kakap Cekungan

    Natuna Barat, dengan menggunakan data

    rekaman log,seismic, dan INPEFA. Sedangkan

    untuk tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

    mengetahui mekanisme sedimentasi Formasi

    Lama berdasarkan interpretasi dan analisis

    lanjutan dari data loggamma-ray, yaitu dengan

    analisis INPEFA dari perengkat lunak

    Cyclolog.

    GEOLOGI REGIONAL

    Cekungan Natuna Barat berada pada

    lempeng benua Paparan Sunda. Lempeng ini

    tersusun atas litologi berupa batuan beku dan

    t f b C t A l

    pada Cekungan Natuna Barat berlangsung pada

    Eosen Akhir hingga Oligosen, yang merupakan

    akibat terjadinya patahan Paparan Sunda yang

    dikarenakan adanya tumbukan antara sub-benua India dengan Asia (Ginger dkk., 1993).

    Proses extension yang terjadi di

    Cekungan Natuna Barat menghasilkan dua pola

    rifting yang berbeda. Pola yang pertama

    berarah barat laut-tenggara, dan pola kedua

    berarah timur laut-barat daya. Adapun pola

    yang pertama ini sejajar dengan pola utama

    yang terdapat pada Cekungan Malaysia dan

    terus berkembang hingga South Kakap Graben.

    Sedangkan pola yang kedua merupakan pola

    yang umum terdapat di Cekungan Natuna

    Barat, terutama pada Anambas Graben dan

    terus meluas hingga Vietnam Basin.

    Graben yang dihasilkan oleh proses

    rifting ini kemudian terisi oleh endapan

    sedimen yang berumur Eosen sampai Oligosen

    sebagai hasil erosi pada high paleotopography

    yang terdapat di sekeliling graben. Graben ini

    nantinya terus meluas dan bergabung selama

    fasepost-rift subsidence (Gunarto dkk., 2000).

    Pada cekungan Natuna Barat, Formasi

    Lama merupakan formasi yang tertua. Formasi

    Lama ini dapat dibagi menjadi beberapa siklus

    pengendapan, yang masing-masing dibatasi

    oleh serpih lakustrin (lacustrine shale). Dalam

    satu siklus pengendapan Formasi Lama ini

    dapat terendapkan fluvial channel deposit,

    crevasse splay deposit, dan delta

    front/mouthbar deposit. Umur formasi ini

    adalah Eosen dan dengan lingkungan

    pengendapan berupa lingkungan fluvial sampai

    lakustrin

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    3/10

    metamorf yang berumur Cretaceous Awal lakustrin.

    Pada awal terjadinyagraben, material-

    material sedimen lokal yang berada di sekitar

    graben terangkut dengan cepat karena adanya

    energi yang tinggi yang berasal dari sistemfluvial sehingga mengisi graben tersebut.

    Graben yang berada di dekat basin menerima

    material sedimen yang melimpah dengan

    komposisi butir yang tersortasi dengan buruk.

    Lebih ke tengah graben, maka jumlah sedimen

    yang diterima akan semakin berkurang dan

    terisi oleh air. Peristiwa regresi ditunjukkan

    dengan adanya endapan klastik kasar di dalam

    graben (Base Upper Lama SB).

    PRINSIP KERJA INPEFA

    INPEFA adalah singkatan dariIntegral

    Prediction Error Filter, yang merupakan

    bagian dari perangkat lunak Cyclolog yang

    dikembangkan oleh ENRES International yang

    terdiri dari analisis statistik matematis dari data

    log numerik. Analisis pada INPEFA ini

    didasarkan pada pangenalan struktur spektral

    dalam data log. Dengan cara ini maka informasi

    yang biasanya tidak terlihat pada data log

    sumur akan dapat diekstraksi dan

    memungkinkan untuk membuat kerangka

    korelasi pada sumur. Pada bawah permukaan

    (subsurface), wireline logs merupakan sumber

    data yang sangat sempurna untuk analisis

    matematis, dan hasilnya dapat digunakan untuk

    interpretasi stratigrafi. Unutk ini ENRES telah

    mengembangkan sebuah alat yang unik untuk

    menganalisis variasi vertikal di dalam data log

    sumur Transformasi Log INPEFA.

    Pola perubahan pada INPEFA

    mengidentifikasi ketidakmenerusan, arah

    d d l t t t ti fi

    ditampilkan pada grafik INPEFA menunjukkan

    perubahan yang disebabkan adanya perubahan

    iklim, dan dengan itu menjadikan pola INPEFA

    dapat memprediksinya, bukan hanya secaradeskriptif. Hasilnya dapat membantu geologist

    dalam pendekatan korelasi stratigrafi bawah

    pemukaan dan membuat interpretasi

    geologinya. Pola yang ditampilkan pada

    INPEFA bersifat objektif, karena langsung

    berdasarkan data yang dioperasikan dengan

    perangkat lunak Cyclolog. Dalam

    pengoperasian INPEFA, data log yang dipakai

    adalah data log gamma ray (GR). Kurva

    menunjukkan perubahan uphole pada bentuk

    gelombang yang tersembunyi dari data log

    numerik dan menampilkan permukaan yang

    tidak menerus beserta pola-pola tertentu.

    Dalam analisa stratigrafi, INPEFA

    menunjukkan pola dan interval dengan arah

    pengendapan yang berbeda yang dipisahkan

    dengan adanya perubahan pola

    ketidakmenerusan di permukaan.

    Titik balik INPEFA atau permukaan

    tidak menerus

    o Titik balik negatif (negative

    turning point) merupakan titik

    dimana arah pengendapan (ke

    arah atas) berubah dari positif

    menjadi negatif (berlawanan

    arah jarum jam)

    o Titik balik positif (positive

    turning point) merupakan titik

    dimana arah pengendapan (ke

    arah atas) berubah dari

    negative menjadi positif

    (searah jarum jam)

    A h d INPEFA

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    4/10

    pengendapan dan pola tatanan stratigrafi Arah pengendapan INPEFA

    o Arah pengendapan antara

    permukaan batas negatif

    (Negative Bounding

    Surface/NBS) dan permukaanbatas positif (Positive

    Bounding Surface/PBS)

    menunjukkan suatu arah

    berlawanan jarum jam ke arah

    atas dan kemudian dinamakan

    arah negatif atau N-Trend.

    o Arah pengendapan antara PBS

    dan NBS menunjukkan searah

    jarum jam ke arah atas dan

    disebut arah positif atau P-

    Trend

    Interval stratigrafi INPEFA

    Interval antara dua NBS utama

    disebut sebagai paket stratigrafi INPEFA

    (INPEFAstratigraphic package) atau StratPac.

    Idealnya paket stratigrafi INPEFA ini memiliki

    bentuk huruf C (lihat Gambar.)

    INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA

    Data Log Sumur

    Dalam melakukan proses dan tahap

    korelasi ini, data yang digunakan yaitu data log

    sumur yang berupa log gamma ray dan data

    INPEFA yang berupa short term INPEFA.

    Untuk menentukan fasies dan posisi marker

    kronostratigrafi di dalam data log tiap sumur

    mengacu kepada data deskripsi litologi oleh

    petugas lapangan dengan data log sumur.

    Dalam tahap korelasi ini diawali dengan

    menentukan jalur korelasi seluruh sumur yang

    relatif berarah barat-timur-tenggara. Dalam

    l k k k l i h dit t k

    arah arus sedimentasi yang mengontrol

    stratigrafi. Hal ini dilakukan supaya

    penampang korelasi yang dihasilkan mampu

    untuk menampilkan geometri yang sebenarnya.Jika ditinjau dari hasil peneliti terdahulu, maka

    arah arus sedimentasi berasal dari arah barat

    laut menuju tenggara yang materialnya berasal

    dari pengangkatan Khorat Swell di Thailand

    dan dari barat menuju timur yang materialnya

    bersumber dari paleohigh yang membatasi

    antara West Natuna Basin dengan Penyu Basin

    di Malaysia.

    Dalam penentuan marker

    kronostratigrafi juga berdasarkan data INPEFA

    yang berupa short term INPEFA yang sangat

    sensitif terhadap perubahan pola log gamma

    ray. Dalam penelitian ini marker

    kronostratigrafi yang digunakan dalam korelasi

    adalah maximum flooding surface (MFS) dan

    batas sikuen (sequence boundary) yang pada

    INPEFA menunjukkan titik (point) maksimum.

    Marker MFS ditunjukkan dengan litologi

    serpih yang tebal, dan padashort term INPEFA

    ditunjukkan dengan adanya defleksipattern ke

    arah kanan yang tebal dan membatasi antara

    NBS dan PBS.

    Datum yang dipakai dalam korelasi

    ini adalah batas sikuen (sequence boundary)

    Formasi Benua, yaitu Top Benua. Dari

    kesemua sumur, Top Benua memiliki

    karakteristik dari Formasi Benua itu sendiri

    yang berupa serpih yang tebal yang diatasnya

    diendapkan Formasi Lower Gabus.

    Jika dilihat Formasi Lama pada sumur

    AW-5X dan A-1X, maka secara umum

    memiliki susunan dan pola yang relatif sama

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    5/10

    melakukan korelasi arah yang ditentukan memiliki susunan dan pola yang relatif sama.

    yang sangat tebal menandakan bahwa ruang

    akomodasi (accommodation space) yang

    terdapat pada lokasi tersebut memiliki ruang

    yang besar jika dibandingkan dengan endapansedimen pada sumur AW-5X di sebelah barat

    laut. Disini sangat penting untuk diperhatikan

    bahwasanya Formasi Lama dalam proses

    sedimentasinya belum terpengaruh dan

    dipengaruhi oleh arus laut, karena proses

    pengendapan terjadi pada daerah fluvial dan

    alluvial fan.

    Tebalnya sedimen pada sumur A-1X

    dapat disebabkan karena daerah ini merupakan

    lokasi tempat pengendapan sedimen. Hal ini

    dikarenakan proses sedimentasi yang

    berlangsung dari tinggian yang berada

    disebelah utara yang berupa Belumut high.

    Posisi selatan yang berupa cekungan

    menyebabkan proses sedimentasi berlangsung

    juga dari arah utara menuju selatan yang

    merupakan cekungan sebagai lokasi sedimen

    terendapkan.

    Dari data loggamma ray menunjukkan

    bahwa Formasi Lama memiliki dominasi pola-

    pola yang bentuknya relatif seragam

    (cylindrical) yang mencirikan proses

    pengendapan yang dikontrol oleh energy yang

    relatif konstan. Selain pola cylindrical, juga

    terdapat pola-pola yang menghalus keatas

    (fining upward) yang pada log gamma ray

    ditunjukkan dalam bentukbell.

    Untuk fasies braided channel dan

    alluvial fan memiliki pelamparan yang relatif

    cukup luas pada Formasi Lama dari bagianbarat-timur. Luasnya penyebaran sedimen

    fasies tersebut diendapkan, yaitu pada

    lingkungan braided channeldan alluvial fan.

    Data INPEFA SumurBerdasarkan analisis INPEFA

    Formasi Lama, maka dapat diperhatikan bahwa

    pola INPEFA pada sumur AW-5X dan A-1X

    memiliki pola yang sama, begitu juga antara

    sumur PCG-1X dan KR-2X.

    Pada kesemua sumur diakukan

    korelasi INPEFA sehingga dalam hal ini dapat

    membantu dalam melakukan korelasi

    stratigrafi. Dalam hal paleoiklim itu sendiri

    sangat bergantung pada proses insolasi (jumlah

    radiasi sinar matahari yang diterima oleh bumi)

    yang sangat erat hubungannya dengan jarak

    bumi terhadap matahari seperti yang telah

    dijelaskan sebelumnya. Pada saat N-Trend

    maka menandakan climate stratigraphy yang

    berlangsung adalah proses pendinginan dan

    pada saat P-Trend maka climate stratigraphy

    yang berlangsung adalah proses warming.

    Dan perlu diperhatikan bahwa faktor tektonik

    berpengaruh terhadap mekanisme sedimentasi

    dalam kurun waktu 500.000 tahun bahkan lebih

    lama dibandingkan dengan siklus iklim yang

    dapat mengalami perubahan dalam kurun

    waktu 10.000 tahun (Nio, et al., 2006).

    Mekanisme Sedimentasi

    Berdasarkan data log, seismik, dan

    INPEFA yang dilanjutkan dengan pengolahan

    data berupa interpretasi dan analisis, maka

    dapat ditinjau kemungkinan dalam mekanisme

    sedimentasi dan lingkungan pengendapan yang

    terbentuk pada saat itu. Dari peta struktur

    k d l dih ilk t k i j

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    6/10

    kedalaman yang dihasilkan untuk meninjau

    bahwasanya terdapat 2 sub-cekungan yang

    berbeda dalam pengendapan sedimen di

    wilayah penelitian. Adapun pemisah diantara

    kedua sub-cekungan tersebut yaitu denganadanya paleohigh. Sebelah utara dari

    subcekungan sumur AW-5X dan A-1X terdapat

    paleohigh berupa Belumut High. Pada bagian

    selatannya terdapat Northern Central High

    yang juga merupakan suatu paleohigh dan

    sekaligus yang memisahkan diantara kedua

    sub-cekungan yang terdapat pada lokasi

    penelitian.

    Untuk sub-cekungan sumur PCG-1X

    dan KR-2X, pada bagian utara berupa

    paleohigh Northern Central High dan pada

    bagian selatannya terdapat Cumi-cumi High

    yang juga merupakanpaleohigh.

    Dari kesemua data yang didapat,

    maka dapat juga meneliti tentang arah

    mekanisme pengendapan sedimen pada tiap-

    tiap sub-cekungan di lokasi penelitian. Untuk

    sub-cekungan utara, maka mekanisme

    pengendapannya berarah utara-selatan dimana

    Belumut High merupakan pemasok utama

    material sedimen kearah selatan. Selain itu

    pasokan sedimen juga berasal dari arah barat ke

    timur yang bersumber dari paleohigh yang

    membatasi dengan Penyu Basin di Malaysia.

    Dari pemodelan paleogeografi pada

    sub-cekungan utara, maka lokasi sumur AW-

    5X merupakan sheetflood fan deposits,

    sedangkan pada sumur A-1X merupakan

    endapan dari braided fluvial channel dan

    braided fan delta. Pada gambar tampak

    bahwasanya Formasi Lama pada sub-cekungan

    utara ini terbentuk pada saat fase syn-rift yang

    cekungan ini berlangsung ketika proses rifting

    sehingga mengakibatkan pelamparannya hanya

    pada bagian-bagian tertentu saja pada

    Cekungan Natuna Barat. Dari hasil pemodelahpaleogeografi Formasi Lama pada sub-

    cekungan selatan seperti gambar diatas, maka

    sumur PCG-1X merupakan sheetflood fan

    deposits dengan kedalaman yang relatif

    dangkal pada tepi sisi punggungan lembah. Hal

    inilah yang menyebabkan pada rekaman data

    log, sumur PCG-1X mencapai permukaan

    basement. Pada sumur KR-2X terlihat bahwa

    lingkungan pengendapannya terkontrol oleh

    adanya aktivitas fluvial dan juga alluvial fan.

    Hal ini yang menyebabkan karakteristik

    rekaman log sumur KR-2X yang butiran

    sedimennya tidak begitu halus dan mengalami

    sortasi yang buruk.

    KESIMPULAN

    Formasi Lama diendapkan secara lokal

    dengan pelamparan yang tidak menyeluruh di

    Cekungan Natuna Barat selama fase rifting

    (syn-rift). Diketahui adanya dua sub-cekungan

    syn-rift dalam pengendapan Formasi Lama

    pada Cekungan Natuna Barat, yaitu: sub-

    cekungan utara dimana sumur AW-5X dan A-

    1X berada dan sub-cekungan selatan dimana

    sumur PCG-1X dan KR-2X berada.

    Formasi Lama pada lokasi penelitian

    dikelompokkan menjadi 3 fasies, yaitu fasies

    fasies braided channel, fasies sheetflood fan

    deposits, dan fasies lacustrine deposit yang

    hanya berkembang pada tengah cekungan,

    khsusnya pada sumur A-1X. Sedangkan fasies

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    7/10

    utara ini terbentuk pada saat fase syn-rift yang y p g

    Formasi Benua yang usianya lebih muda

    daripada Formasi Lama yang berada

    dibawahnya. Proses deposisi material sedimen

    Formasi Lama pada Cekungan Natuna Barat,utamanya berlangsung pada setting alluvial dan

    fluvial yang kemudian setelah beberapa selang

    waktu berkembang menjadi endapan lakustrin

    yang merupakan ciri dari Formasi Benua.

    Sebagian besar suplai sedimen datang dari arah

    barat laut-tenggara (depositional direction).

    Proses sedimentasi kemungkinan terjadi pada

    wilayah relief topografi sedang hingga tinggi

    dimana perubahan iklim mempengaruhi dan

    mengontrol suplai air tawar, dan kemudian

    proses struktural juga mempengaruhi suplai

    sedimen dan laju subsiden.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ginger, D.C., Ardjakusumah, W.O., Hedley,

    R.J. & Pothecary, J., 1993, Inversion

    History of the West Natuna Basin:

    Examples from the Cumi-Cumi PSC,

    Proc., 22ndAnn. Conv., Ind. Pet. Assoc.,

    p.635-658.

    Nio, Djin, et al., 2006. The INPEFA Log

    Transform and Stratigraphic

    Interpretation Models, Open File

    Report. ENRES International:

    Netherland.

    Posamentier, H. W., and Allen G. P., 1999.

    Silisiclastic Sequence Stratigraphy

    Concept and Aplication, Society for

    Sedimentary Geology: Tulsa,

    Oklahoma.

    Sturrock, Simon, et al., 2001. West Natuna Sea

    Block A, Regional Prospectivity

    Review, Final Report. Premier Oil:

    Jakarta

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    8/10

    Gambar 1- Peta lokasi daerah penelitian (Premier Oil 2012)

    Gambar 2- Bagan alir yang menunjukkan mekanisme pola INPEFA (ENRES International, 2011)

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    9/10

    Gambar 3 - Korelasi fasies daerah penelitian

    Gambar 4 - Deliniasisub-basinpada peta penampang struktur kedalaman Top Formasi Lama

  • 5/25/2018 32-114-1-PBggggggggg

    10/10

    Gambar 5 Analisis korelasi INPEFA Formasi Lama pada tiap sumur

    Gambar 6 - Paleogeografi Formasi Lama pada sub-cekungan selatan (Sturrock, Simon, et al., 2001

    dengan modifikasi)