164
1 SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN GERBANG DAN KANTOR GERBANG

3. Spesifikasi Teknik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

3. Spesifikasi Teknik

Citation preview

  • 1

    SPESIFIKASI TEKNIS

    PEKERJAAN STRUKTUR

    BANGUNAN GERBANG DAN KANTOR GERBANG

  • 2

    D A F T A R I S I

    BAB I

    PERSYARATAN TEKNIS UMUM

    1. PENDAHULUAN

    2. LINGKUP PEKERJAAN

    3. REFERENSI

    4. PEMAKAIAN UKURAN

    5. PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN

    6. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

    7. TANGGUNG JAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT

    8. WEWENANG PEMBERI TUGAS UNTUK MEMASUKI

    TEMPAT PEKERJAAN

    9. FASILITAS LAPANGAN

    10. PERLENGKAPAN KERJA / ALAT

    11. PENGATURAN LOKASI KERJA

    12. PENGAWASAN DAN JAM KERJA

    13. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

    14. KETENTUAN-KETENTUAN DARI PEMBERI KERJA

    15. KEWAJIBAN PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG

    16. TUGAS PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG

    DALAM PELAKSANAAN

    17. SUB PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG

    18. KOORDINASI PELAKSANAAN DI LAPANGAN

    19. INSTRUKSI KONSULTAN PENGAWAS

    20. BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RENCANA PEKERJAAN..

    21. LAPORAN LAPORAN

    22. PERUBAHAN RENCANA

    23. PENYERAHAN PEKERJAAN

    24. PENYELESAIAN DAN MASA PEMELIHARAAN

    25. PERATURAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN

    BAB II PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN

    A. PEKERJAAN PERSIAPAN

    A.1. SURVAI LAPANGAN

  • 3

    A.2. PENGUKURAN TAPAK

    A.3. KANTOR PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG

    DAN LOS KERJA

    A.4. DIREKSI KEET

    A.5. PENYEDIAAN AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA

    A.6. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PERATAAN TAPAK

    A.7. PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL

    A.8. KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

    A.9. FASILITAS FASILITAS LAPANGAN

    A.10 BARANG CONTOH ( SAMPLE )

    A.11. PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

    A.12. GAMBAR GAMBAR AS BUILT DRAWING

    A.13. SHOP DRAWING

    A.14. FOTO FOTO DOKUMENTASI PROYEK

    B. PEKERJAAN GALIAN ( EKSKAVASI)

    B.1. PEMBERSIHAN LAPANGAN (CLEARING)

    B.2. PEKERJAAN GALIAN ( EKSKAVASI )

    B.3. PEKERJAAN URUGAN (FILL)

    C. PEKERJAAN PONDASI DANGKAL

    D. PEKERJAAN BETON BERTULANG BIASA

    D.1 LINGKUP PEKERJAAN

    D.2. PEDOMAN PELAKSANAAN

    D.3. BAHAN DAN CARA PELAKSANAAN

    a. PORTLAND CEMENT

    b. AGGREGATES

    c. BESI BETON

    d. ADMIXTURE ( ADDITIVE )

    e. PENYIMPANAN BAHAN

    f. BEKISTING

    g. PERANCAH

    h. PEMASANGAN PIPA PIPA

    i. KUALITAS BETON

    j. PENGECORAN

    k. SIAR SIAR KONSTRUKSI DAN PEMBONGKARAN

    BEKISTING

    l. PENGGANTIAN BESI

    m. TOLERANSI BESI

    n. PERAWATAN BETON

  • 4

    o. PENYAMBUNGAN BESI

    p. TANGGUNG JAWAB PEMBORONG

    E. PEKERJAAN BAJA STRUKTURIL

    E.1. LINGKUP PEKERJAAN

    E.2. BAHAN BAHAN

    E.3. PEKERJAAN LAS

    E.4. NOTASI DAN TOLERANSI

    E.5. GAMBAR PABRIK ( SHOP DRAWING )

    E.6. ERECTION

    E.7. TOLERANSI DIMENSI PROFIL

    E.8. GROUTING

    E.9. PENGECATAN

    F. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

    G. PEKERJAAN WATER PROOFING

    G.1. SCOPE PEKERJAAN

    G.2. TENAGA PEMASANGAN

    G.3. GUARANTEE

    G.4. MATERIAL

    G.5. PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

    G.6. PERSIAPAN PEMASANGAN

    G.7. MASA PEMELIHARAAN

  • 5

    BAB I

    PERSYARATAN TEKNIS UMUM

    1. PENDAHULAN

    Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara

    umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa

    diterapkan. Bagian pekerjaan yang diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen

    berikut dibawah ini.

    Gambar-gambar pelelangan / pelaksanaan.

    Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan.

    Perincian volume.

    Berita acara rapat penjelasan.

    Dalam hal dimana ada bagian dari persyaratan teknis umum ini tidak mencakup salah

    satu bagian yang disebutkan di atas bisa diterapkan, maka bagian dari persyaratan

    teknis umum tersebut dianggap tidak berlaku.

    2. LINGKUP PEKERJAAN

    Dengan tidak mengurangi lingkup pekerjaan yang diberikan pada persyaratan teknis

    khusus atau bagian penjelasan lainnya (rapat penjelasan, surat-menyurat dan lain

    sebagainya) dibawah ini diperjelas bahwa dalam lingkup pekerjaan termasuk :

    a. Pekerjaan persiapan meliputi :

    Pengukuran ( uitzet)

    Penerangan lokasi kerja

    Pemasangan jarring Pengaman

    Pemasangan dinding pembatas area kerja

    Pembongkaran Finishing atap existing

    Pembongkaran lantai existing

    Pembuatan bedeng / los-los kerja Pelaksana Pekejaan / Pemborong

    Mobilisasi peralatan

    Pengurusan izin-izin dari instansi yang berwenang untuk prasarana milik

    Pemda setempat, dan izin-izin yang berkaitan dengan pelaksanaan

    pekerjaan

    Pembuatan foto-foto dan laporan pelaksanaan

    Pembuatan As-build-drawing

    Menjaga kebersihan dan keselamatan kerja

    b. Pekerjaan Pondasi

    Pembuatan pondasi dangkal

  • 6

    c. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan meliputi :

    Penggalian tanah sampai dengan kedalaman sesuai gambar.

    Pembuangan tanah bekas galian keluar site.

    Pengurugan kembali dengan material urugan sesuai dengan Rencana

    Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS).

    d. Pekerjaan Struktur atas meliputi:

    Pembuatan pile caps, kolom beton, kolom baja.

    e. Pekerjaan baja meliputi rangka atap

    3. REFERENSI

    Atas seluruh bagian pekerjaan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat

    pelaksanaan (RKS) ini, kecuali jika secara khusus disyaratkan lain dalam satu atau

    lebih dokumen pelelangan / pelaksanaan, juga berlaku :

    Undang-Undang R.I.

    Peraturan / Surat Keputusan dari instansi yang berwewenang.

    Peraturan Pemerintah.

    Peraturan Pemerintah Daerah.

    Standard / Normalisasi / Pedoman di Indonesia.

    Dalam hal ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak termasuk dalam

    persyaratan teknis umum / khusus. Maka atas bagian pekerjaan tersebut Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan

    berikut ini guna di sepakati oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana untuk

    disepakati sebagai pedoman persyaratan teknis :

    1. Standard / Normalisasi / Kode / Pedoman yang dapat diterapkan pada bagian

    pekerjaan bersangkutan, yang dikeluarkan oleh instansi / Institusi / Asosiasi

    Profesi / Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian Nasional dari negara lain,

    sejauh hal tersebut diperoleh kesepakatan dengan Konsultan Pengawas.

    2. Brosur teknis dari produsen yang di dukung sertifikat dari lembaga pengujian

    yang diakui Badan Nasional / Internasional.

    4. PEMAKAIAN UKURAN

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati

    semua ketentuan yang tercantum dalam Spesifikasi teknis dan gambar-

    gambar pelaksanaan.

    b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengadakan pemeriksaan

    menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada (Arsitektur, Struktur

    dan M & E) & kondisi lapangan serta kebenaran dari ukuran ukuran

  • 7

    keseluruhan maupun bagian bagiannya dan segera memberitahukan

    Konsultan Pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukan didalam

    pelaksanaan. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong baru diizinkan membetulkan

    kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari

    Konsultan Pengawas.

    c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal

    apapun menjadi tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    5. PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN

    a. Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan

    ketentuan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS). Untuk

    jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan, dan atau surat

    pernyataan sertifikat / klasifikasi) dari instansi yang ditunjuk oleh Konsultan

    Pengawas untuk kebutuhan tersebut. Konsultan Pengawas berhak

    menginstruksikan kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk segera

    mengeluarkan material-material yang ternyata tidak memenuhi spesifikasi

    keluar dari site, dalam waktu 24 jam. Semua biaya yang diperlukan baik untuk

    field-test ataupun "Lab-test" menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong.

    b. Konsultan Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang oleh Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong setiap waktu. Meskipun pekerjaan telah diperiksa oleh

    Konsultan Pengawas, tanggung-jawab atas hasil pekerjaan tetap menjadi

    tanggungan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung jawab dan harus memperbaiki

    dan apabila perlu, membongkar pekerjaan-pekerjan yang telah dilaksanakan

    yang tidak sesuai dengan ketentuan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat

    pelaksanaan (RKS) ini.

    d. Biaya-biaya yang diperlukan untuk pengetesan bahan, pengeluaran bahan-

    bahan yang tidak memenuhi syarat keluar lapangan dan perbaikan atau

    pembongkaran pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat merupakan

    tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    6. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menempatkan seorang

    penanggungjawab pelaksanaan seorang sarjana Sipil yang ahli dan

    berpengalaman minimal selama 5 th dan sebagai pelaksana pekerjaan

    bangunan rangka baja. Penanggungjawab pelaksanaan harus selalu berada di

    lapangan yang bertindak sebagai wakil Pelaksana Pekerjaan / Pemborong di

    lapangan dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan-

  • 8

    keputusan teknis dengan tanggungjawab penuh di lapangan untuk menerima

    segala instruksi dari Konsultan Pengawas. Semua langkah dan tindakannya

    oleh Konsultan Pengawas dianggap sebagai langkah dan tindakan

    Pelaksanaan Pekerjaan / Pemborong.

    b. Penanggungjawab harus terus menerus berada di tempat pekerjaan selama

    jam-jam kerja dan saat diperlukan dalam pelaksanaan atau pada setiap saat

    yang dikehendaki Konsultan Pengawas.

    c. Petunjuk dan perintah Konsultan Pengawas didalam pelaksanaan disampaikan

    langsung kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong melalui penangungjawab

    tersebut sebagai penanggungjawab di lapangan.

    d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan pada setiap saat menjalankan

    disiplin dan tata tertib yang ketat terhadap semua buruh, pegawai, termasuk

    pengurus bahan-bahan yang berada dibawahnya. Siapapun diantara mereka

    tidak boleh melanggar terhadap peraturan umum, mengganggu ataupun

    merusak ketertiban, berlaku tidak senonoh melakukan perbuatan yang

    merugikan pelaksanaan, harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas

    perintah Konsultan Pengawas.

    7. TANGGUNGJAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT

    a. Semua cacat-cacat akibat penyusutan atau kesalahan-kesalahan lain yang

    timbul selama jangka waktu tanggungjawab dari Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai

    atau cara pengerjaannya yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang

    ditentukan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini,

    menjadi tanggungjawab penuh dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk

    mengadakan perbaikan sampai dianggap cukup oleh Konsultan Pengawas atas

    biaya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    b. Konsultan Pengawas juga berhak untuk setiap saat minta kepada Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong atas semua pekerjaan yang cacat yang

    timbul selama masa pemeliharaan.

    8. WEWENANG PEMBERI TUGAS UNTUK MEMASUKI TEMPAT PEKERJAAN

    Pemberi Tugas dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki tempat

    pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lainnya dimana Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong melaksanakan pekerjaan, dan bilamana pekerjaan harus

    dilaksanakan di bengkel kerja atau tempat-tempat lain kepunyaan Sub-Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong menurut

    ketentuan-ketentuan dalam Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong itu harus bisa

  • 9

    mendapatkan jaminan agar Pemberi Tugas dan para wakilnya mempunyai

    wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat lain kepunyaan Sub-

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    9. FASILITAS LAPANGAN

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyediakan atas biaya sendiri

    fasilitas-fasilitas penunjang yang dibutuhkan didalam pelaksanaan dan

    menyelesaikan pekerjaan, antara lain:

    Kantor Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    Kamar mandi dan WC lengkap dengan septic-tank untuk kebutuhan para

    pekerja Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    Ruangan-ruangan lainnya seperti gudang bahan-bahan, tempat-tempat

    kerja, pos keamanan dll.

    Bangunan-bangunan yang disediakan harus kuat, cukup luas sesuai dengan

    kebutuhannya dan dilaksanakan sesuai dengan gambar bestek, bersih, dan

    lengkap dengan peralatannya dan harus dengan persetujuan Konsultan

    Pegawas. Semua biaya untuk keperluan tersebut harus sudah termasuk dalam

    harga penawaran. Setelah diselesaikannya pekerjaan, bahan-bahan bekas

    fasilitas penunjang tersebut tetap merupakan milik Pemberi Tugas.

    b. Pelaksana Pekejaan / Pemborong harus menyediakan atas biayanya sendiri

    fasilitas -fasilitas pembantu untuk melaksanakan pekerjaan, seperti :

    Listrik :

    Untuk melaksanakan pekerjaan, keamanan dan penerangan didalam

    bangunan-bangunan sementara, halaman-halaman dan tempat-tempat

    pekerjaan yang dianggap perlu.

    Air bersih :

    Yang sesuai untuk kebutuhan, baik untuk pelaksanaan pekerjaan, air

    minum, kebersihan, air hydrant dll.

    Alat-alat Pemadam Kebakaran :

    Diletakkan ditempat yang strategis dilokasi pekerjaan dan dilengkapi

    dilengkapi dengan sirine / alarm untuk keadaan darurat (emergency).

    Alat-alat PPPK :

    Harus Lengkap guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan dan

    harus selalu berada ditempat pekerjaan.

    Alat-alat Komunikasi Proyek :

    Telepon, handy talki dll.

  • 10

    10. PER

    a.

    LENGKAPAN KERJA / ALAT

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib menyediakan atas biayanya sendiri

    untuk melaksanakan tugasnya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong seluruh

    kebutuhan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai kebutuhan untuk

    menunjang pelaksanaan fisik di lapangan antara lain : gen-set cadangan, jala

    pengaman (safety screen) dan lain sebagainya. Demikian pula alat-alat ukur

    penyipat datar (water-pass), theodolite, yang harus selalu tersedia di proyek.

    b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib merawat / memelihara seluruh

    peralatan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipergunakan pada saat

    diperlukan.

    c. Konsultan Pengawas berhak memberikan instruksi kepada Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong untuk melengkapi / menambah jumlah peralatan bila

    menurut perhitungan peralatan yang tersedia kurang memadai dalam usaha

    mencapai target prestasi. Apabila Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak

    mengindahkan instruksi serupa, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    dapat dikenakan denda / tindakan administratif.

    11. PENGATURAN LOKASI KERJA

    a. Pengaturan dan penggunaan halaman kerja harus mendapat persetujuan

    Konsultan Pengawas. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus membuat

    rencana detail penempatan los-los kerja, tempat penimbunan bahan dll, baik

    untuk keperluan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong Specialis dan para Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong sesuai

    dengan pengaturan yang diberikan Konsultan Pengawas.

    b. Selama berlangsungnya pembangunan kebersihan halaman, kantor, gudang

    dan los-los kerja dan bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap

    bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan bekas, tumpukan tanah dan lain-lain.

    c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dalam menempatkan barang-barang dan

    material-material kebutuhan pelaksanaan, baik di dalam gudang-gudang

    ataupun dihalaman terbuka, harus mengatur sedemikian rupa sehingga :

    Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum.

    Tidak menyumbat saluran air.

    Terjamin keamanannya.

    Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Konsultan

    Pengawas.

    d. Cara penempatan bahan dan peralatannya harus disesuaikan dengan kondisi

    yang disyaratkan oleh produsen, untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan

    yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.

  • 11

    e. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan

    langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk

    disimpan didalam site.

    f. Tidak diperkenankan :

    Buruh menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan izin Konsultan

    Pengawas. Bila izin khusus tersebut diberikan, maka Pelaksana Pekerjaan

    / Pemborong tetap bertanggung-jawab atas kemungkinan kerugian-

    kerugian apapun yang disebabkan oleh buruh yang menginap tersebut.

    Memasak di tempat pekerjaan kecuali atas izin Konsultan Pengawas.

    Memberikan izin masuk kepada penjual-penjual makanan, buah-buahan,

    minuman, rokok dsb.

    Tanpa seizin petugas keamanan proyek, kepada siapapun terkecuali

    petugas dari Konsultan Pengawas, tidak dibenarkan untuk keluar masuk

    secara bebas ke lapangan.

    (Catatan: semua tamu proyek yang mendapat izin dari Konsultan

    Pengawas harus diberi tanda pengenal yang disediakan oleh Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong).

    Melanggar peraturan lain mengenai penertiban yang akan dikeluarkan oleh

    Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan.

    Pekerja-pekerja diwajibkan memakai tanda pengenal. Pembuatan tanda

    pengenal atas beban Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    g. Pengaturan mengenai penertiban dan pengamanan site harus dikoordinasikan

    dengan Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan akan dimulai.

    12. PENGAWASAN DAN JAM KERJA

    a. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Konsultan

    Pengawas.

    b. Konsultan Pengawas berhak pada setiap waktu yang dianggap perlu tanpa

    memberitahukan sebelumnya, untuk mengadakan inspeksi / pemeriksaan :

    terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan didalam atau diluar site

    terhadap gudang penyimpanan bahan-bahan

    terhadap pengolahan material maupun sumber sumbernya.

    c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan

    Konsultan Pengawas tetap menjadi tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong pekerjaan. Jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau

    seluruhnya untuk kepentingan pemeriksaan.

    d. Jam kerja normal yang berlaku diproyek ini adalah pukul 07.00 sampai pukul

    18.00. Dalam hal Pelaksana Pekerjaan / Pemborong memerlukan waktu lebih

  • 12

    dari yang ditetapkan diatas, maka harus dimintakan izin tertulis dari Konsultan

    Pengawas biaya pengawasan akibat lembur diluar jam kerja diatas menjadi

    tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    13. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

    a. Selama pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib

    mengadakan segala yang diperlukan untuk menjamin keamanan, keselamatan

    kerja.

    b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong juga wajib memenuhi segala peraturan tata-

    tertib, ordonansi pemerintah ataupun pemerintah setempat.

    c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung-jawab atas biaya, kerugian

    atau tuntutan ganti rugi yang diakibatkan adanya kecelakaan selama

    pelaksanaan pekerjaan.

    d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengkoordinir keamanan dan

    keselamatan kerja proyek sampai dengan Serah Terima kedua pekerjaan.

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus membuat laporan tentang keamanan,

    keselamatan kerja dan tidak adanya bahaya lain yang mungkin timbul. Laporan

    harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas setiap hari pada akhir kegiatan

    proyek.

    e. Semua pekerja yang bekerja didaerah berbahaya harus memakai perlengkapan

    pengamanan kerja seperti Safety belt, Helm.

    f. Semua orang yang berada didalam areal proyek dilarang merokok

    14. KETENTUAN-KETENTUAN DARI PEMBERI TUGAS

    a. Kelalaian-kelalaian yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong seperti

    :

    Tanpa ada alasan ternyata meninggalkan pekerjaan sebelum pekerjaan

    seluruhnya selesai atau apabila tidak mengindahkan segala instruksi yang

    diberikan oleh Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.

    apabila tidak dapat melanjutkan pekerjaannya secara teratur dan baik,

    atau dalam hal telah menyerahkan bagian yang menjadi tanggung-

    jawabnya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan

    Pengawas.

    tidak menghadiri rapat-rapat teknis.

    b. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah menerima instruksi tertulis dari

    Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas masih belum ada tanda adanya

    perubahan yang berarti atau belum dilaksanakan instruksi termaksud, maka

    Konsultan Pengawas akan mengeluarkan peringatan tertulis. Apabila dalam 7

    (tujuh) hari setelah dikeluarkannya peringatan tertulis, masih belum ada

  • 13

    perubahan yang berarti maka Konsultan Pengawas dapat mengambil tindakan

    dengan tidak mempertimbangkan alasan-alasan apapun yang terjadi

    sebelumnya. Tindakan tersebut dapat berupa dialihkannya tugas termaksud

    kepada pihak lain dengan biaya dibebankan kepada Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong.

    c. Apabila ternyata Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tersebut mengalami

    kebangkrutan (bankrupt) atau telah terjadi pengambil-alihan oleh pihak lain atas

    perusahaannya secara hukum atau tindakan-tindakan lain yang senada dengan

    tindakan tersebut diatas, maka pekerjaan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    dibawah kontrak ini akan diadakan tindakan lebih lanjut. Pekerjaan tersebut

    dapat dilanjutkan sesuai dengan kontrak tersendiri, hanya apabila telah

    terdapat persetujuan antara Pemberi Tugas dengan pihak lain yang telah

    mengambil-alih semua kegiatan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tersebut.

    d. Apabila dengan tindakan seperti tercantum diatas ternyata pekerjaan tidak

    dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka :

    1. Pemberi Tugas akan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan

    memberikan kepada pihak lain, dengan menggunakan semua fasiltas dan

    peralatan yang telah berada di lapangan seperti bangunan-bangunan

    darurat, gudang, peralatan-peralatan kerja, barang-barang, material,

    termasuk barang-barang yang telah dibeli (tetapi belum sampai ditempat)

    yang akan digunakan untuk mnyelesaikan pekerjaan di lapangan.

    2. Bila dipandang perlu oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas maka

    dalam waktu 10 (sepuluh) hari sesudah dikenakannya suatu tindakan,

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus tetap menyerahkan barang-

    barang dan material yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan di

    lapangan sesuai dengan isi kontrak ini, melalui supplier atau Sub-

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang menyerahkan barang-barang dan

    material sesuai dengan kontrak ini, yang mana ternyata sebegitu jauh

    belum dibayar oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yaitu dengan

    memotong bagian yang harus dibayarkan kepada Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong sesuai penilaian prestasi.

    3. Apabila dianggap perlu oleh Pemberi Tugas maka semua barang yang

    masih tinggal di lapangan seperti peralatan-peralatan kerja, barang-barang

    material dan barang-barang yang disewanya, harus segera dikeluarkan

    dari lapangan dan semua biaya untuk hal tersebut menjadi beban

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari

    ternyata hal tersebut diatas tidak dilaksanakan, maka akan diselesaikan

    menurut kebijaksanaan Pemberi Tugas, dengan tidak bertanggung-jawab

    atas kerusakan atau hilangnya barang-barang tersebut. Ketentuan

  • 14

    tersebut juga berlaku bagi Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang karena

    satu dan lain hal ternyata dihentikan kontrak kerjanya oleh Pemberi Tugas.

    15. KEWAJIBAN PELAKSANA PEKERJAAN/PEMBORONG

    1. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyelesaikan pekerjaan

    secara lengkap seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan didalam

    kontrak.

    2. Selekas mungkin sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK) atau

    selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya masa belaku

    Jaminan Penawaran, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus

    menyediakan Jaminan Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank atau

    Badan Keuangan lain yang disetujui oleh Pemberi Tugas. Apabila Jaminan

    Pelaksanaan belum diserahkan kepada Pemberi Tugas didalam jangka

    waktu tersebut, maka hal ini berarti Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    mengundurkan diri dari pelaksanaan pekerjaan kontrak ini. Demikian pula,

    apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Surat Perintah

    Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan / Pemborong belum mulai

    melaksanakan pekerjaan di lapangan dan / atau belum membayar dan /

    atau belum menyerahkan Jaminan Pelaksanaan, maka hal ini berarti

    Pelaksana Pekarjaan / Pemborong menolak melaksanakan pekerjaan dan

    mengundurkan diri dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.

    3. Apabila ternyata dalam gambar-gambar kontrak terdapat perbedaan-

    perbedaan atau penyimpangan-penyimpangan dengan apa yang telah

    tercantum didalam kontrak sehingga menimbulkan keragu-raguan dalam

    pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus segera

    memberitahukan hal ini kepada Konsultan Pengawas untuk diadakan

    penyelesaian.

    4. Apabila terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar

    dengan ketentuan-ketentuan dalam uraian Rencana Kerja dan

    Syarat-syarat pelaksanaan (RKS), maka ketentuan yang paling

    lengkaplah yang mengikat.

    5. Yang dimaksud dengan gambar adalah gambar pelaksanaan,

    gambar kerja, gambar-gambar detail dan gambar-gambar lainnya

    yang dibuat untuk pekerjaan ini sebelum atau pada saat pelaksanaan

    pekerjaan. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar

    tersebut, maka gambar yang berskala lebih besarlah yang mengikat.

    6. Apabila pada waktu pelaksanaan, oleh Konsultan Perencana

    diadakan perubahan-perubahan dalam penggunaan bahan dan

    ukuran-ukuran, maka pada saat penyerahan pertama Pelaksana

  • 15

    Pekerjaan / Pemborong diwajibkan menyerahkan tiga set gambar

    perubahan yang dikerjakan diatas gambar cetakan asli dengan tinta

    berwarna.

    7. Atas perintah Konsultan Pengawas kepada Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong dapat dimintakan gambar-gambar penjelasan dan rincian

    atas bagian-bagian pekerjaan khusus. Gambar-gambar tersebut yang

    telah dibubuhi tanda persetujuan dari Konsultan Pengawas

    selanjutnya dianggap sebagai gambar pelengkap dari Perencana.

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan untuk menyerahkan

    tiga set cetakannya kepada Konsultan Pengawas.

    8. Biaya pembuatan semua keperluan gambar-gambar yang

    dibutuhkan selama masa kontrak, baik gambar asli dan atau gambar

    perubahan yang diperlukan dalam pelaksanaan untuk kepentingan

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong maupun gambar-gambar yang

    memerlukan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Konsultan

    Perencana yang harus dibuat diatas kertas kalkir, dan biaya

    pencetakan gambar-gambar tersebut menjadi tanggung jawab

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    9. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikelurkannya Surat

    Perintah Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus telah

    mulai dengan pekerjaan pembangunan fisik dalam arti kata yang

    nyata. Untuk itu syarat-syarat yang diwajibkan agar dapat dimulainya

    pekerjaan harus dipenuhi terlebih dahulu.

    10. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib mempelajari dan

    memahami semua Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

    Persyaratan Umum maupun suplementnya, Persyaratan Standard

    Internasional dan persyaratan yang dikeluarkan produsen serta tidak

    menyimpang dari ketentuan didalam dokumen pelelangan serta

    segala petunjuk-petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.

    11. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diharuskan menyediakan

    sedikitnya satu set gambar-gambar pelaksanaan dan RKS ditempat

    pekerjaan dalam keadaan yang tetap rapih dan bersih yang dapat

    dilihat setiap saat oleh Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas ataupun

    petugas-petugas lainnya.

    12. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong berhak meminta penjelasan

    kepada Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak lain

    yang ditunjuk Pemberi Tugas bilamana menurut pendapatnya ada

    bagian-bagian dari dokumen kontrak, gambar atau hal-hal lainnya

    yang kurang jelas.

  • 16

    16. TU

    a.

    GAS PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG DALAM PELAKSANAAN

    Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK)

    b.

    c.

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong telah mulai dengan pekerjaan

    pembangunan fisik dalam arti kata yang nyata. Untuk itu syarat-syarat yang

    diwajibkan agar dapat dimulainya pekerjaan, harus segera dipenuhi,

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mempunyai dan menyediakan atas

    biayanya sendiri semua tenaga dan peralatan yang dibutuhkan untuk

    terlaksananya pekerjaan sesuai dengan kontrak.

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyerahkan :

    d.

    e.

    f.

    g.

    h.

    Daftar / susunan Staf Pelaksana yang ditempatkan dilapangan.

    Daftar dan schedule peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan.

    Detail rencana waktu penyelesaian pekerjaan (Time Schedule)

    Schedule pengadaan meterial.

    Dan lain-lain yang diperlukan.

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi segala peraturan dan

    ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, serta instruksi-instruksi tertulis yang

    dikeluarkan oleh Pemerintah / Penguasa setempat sehubungan dengan

    pekerjaan yang akan dilaksanakan.

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib berkoordinasi dengan pihak lainnya

    dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek terutama berkoordinasi

    dengan pihak Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong langsung dari Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong.

    Sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus melaksanakan pekerjaannya

    diselaraskan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong, yang telah disetujui Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.

    Dalam hal Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak mengindahkan teguran

    tertulis dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dalam hal penyelarasan jadwal

    dengan pelaksanaan pekerjaan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dapat

    dikenakan sanksi denda / teguran.

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi segala peraturan dan

    ketentuan-ketentuan yang berlaku serta instruksi-instruksi tertulis yang

    dikeluarkan oleh Pemerintah / Penguasa setempat sehubungan dengan

    pekerjaan yang dilaksanakan.

    Didalam melaksanakan pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus

    :

    1. Memperhatikan, melaksanakan dan mengikuti semua ketentuan yang

    dikeluarkan oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Utama sehubungan

  • 17

    dengan fungsinya sebagai koordinator pelaksanaan pekerjaan sepanjang

    ketentuan tersebut berhubungan dengan pelaksanaan kontrak ini.

    2. Bekerja sama dan saling tidak mengganggu dengan pihak lainnya

    (Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Utama, Sub-Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong lainnya dan pihak-pihak lain yang disetujui oleh Pemberi

    Tugas untuk melaksanakan pekerjaan tertentu) didalam melaksanakan

    pekerjaan yang merupakan bagian dari pembangunan proyek ini.

    3. Menjamin pihak-pihak lainnya sebagaimana tersebut diatas dari segala

    macam kerugian yang diderita oleh pihak lain tersebut didalam

    melaksanakan pekerjaannya yang disebabkan oleh kelalaian dan

    kesalahan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    17. SUB PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG

    a. Penunjukkan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong oleh pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong hanyalah dapat dilakukan dengan sepengetahuan dan

    seizin tertulis dari Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

    b. Apabila hasil kerja Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak memenuhi

    semua persyaratan Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini

    ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap

    pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak dibenarkan untuk

    meninggalkan atau menyerahkan kontrak ini sebagian atau seluruhnya yang

    menjadi kewajibannya kepada yang ahli (Sub-Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong) tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada Pemberi Tugas

    c. Apabila tidak disebutkan didalam kontrak, maka Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong tidak dibenarkan untuk mensubkan sebagian dari pekerjaan yang

    menjadi kewajibannya tanpa persetujuan Pemberi Tugas / Konsultan

    Pengawas. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Pemberi Tugas /

    Konsultan Pengawas, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Utama tetap

    bertanggung jawab penuh atas hasil pekerjaan dan segala kelalaian serta

    kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Subnya.

    d. Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong adalah pihak yang mempunyai kontrak

    langsung dengan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, yaitu dalam menyediakan

    dan mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus sesuai keahliannya.

    e. Khusus untuk pekerjaan dewatering, pekerjaan harus dilaksanakan oleh Sub-

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong spesialis dewatering yang berpengalaman.

    Didalam penawaran, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus melampirkan

    surat pernyataan kerja sama dengan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    spesialis dewatering, brosur alat pengukur settlement

  • 18

    18. KOORDINASI PELAKSANAAN DI LAPANGAN

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib melakukan koordinasi dengan semua

    pihak yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan yang tercakup dalam proyek

    ini.

    b. Tugas koordinasi tersebut meliputi :

    i. Memberi petunjuk dan pengarahan kepada Sub-Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong mengenai saat dimulai dan diselesaikannya suatu bagian /

    keseluruhan pekerjaan dengan berpedoman kepada Master Schedule

    dan keadaan kondisi lapangan.

    ii. Mengatur dan memberi keleluasaan kerja kepada para Sub-Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong dan memperhatikan urutan-urutan pekerjaan

    suatu Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dengan yang lainnya yang

    saling berkaitan agar keseluruhan pekerjaan dapat dilaksanakan sebaik-

    baiknya.

    iii. Memberi data-data tentang suatu bagian pekerjaan dimana Sub-

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong akan melakukan kegiatan mengenai

    pengukuran, Gambar detail dsb, sehingga Sub-Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong dapat mempersiapkan serta membuat rencana kerja

    terperinci yang tepat.

    iv. Mengadakan rapat koordinasi antara semua Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong yang terlibat didalam proyek ini guna mencapai kesepakatan

    dan konsensus dalam rencana kerja dan / atau dalam mambahas suatu

    masalah yang timbul sebelum diajukan kedalam rapat lapangan.

    c. Sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung-jawab untuk mengganti

    kerugian yang diderita oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan / atau Sub-

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong lainnya tersebut mengalami gangguan dan /

    atau kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian Sub-Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong.

    19. INSTRUKSI KONSULTAN PENGAWAS

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi dan melaksanakan semua

    instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas. Apabila dalam

    waktu 2 (dua) hari sesudah menerima instruksi tersebut, ternyata masih belum

    ada realisasinya maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong akan diberi

    peringatan tertulis dari Konsultan Pengawas. Apabila dalam waktu 2 (dua) hari

    setelah peringatan tertulis dikeluarkan ternyata masih belum ada realisasi dari

    pelaksana instruksi tertulis tersebut, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

  • 19

    dapat dikenakan tindakan administratip seperti yang disebut dalam dokumen

    kontrak.

    b. Semua instruksi dari Konsultan Pengawas harus dikeluarkan secara tertulis

    (Instruksi tertulis). Suatu instruksi lisan bukan mutlak merupakan pekerjaan

    yang harus segera dilaksanakan. Oleh karena itu apabila dalam waktu 2 (dua)

    hari tidak dikeluarkan instruksi tertulis, hal tersebut tidak perlu ditanggapi

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong. Tetapi sebaliknya Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong bertanggung-jawab penuh atas biayanya sendiri untuk segala

    pekerjaan yang telah dilaksanakannya tanpa adanya instruksi tertulis dari

    Konsultan Pengawas.

    c. Instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas tersebut dapat berupa :

    Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga

    membahayakan bagi keteguhan konstruksi, atau pekerjaan finishing yang

    kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari persyaratan-peryaratan

    teknis dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) dan

    gambar pelaksanaan.

    Instruksi untuk menyingkirkan material / bahan yang tidak memenuhi syarat

    dan harus diangkut keluar areal proyek.

    Instruksi untuk mengganti Pelaksana (foreman) dari Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong yang dianggap kurang mampu (un-skilled).

    Instruksi untuk suatu pekerjaan perubahan (pengurangan dan

    penambahan pekerjaan) yang sudah waktunya dilaksanakan dengan

    segera.

    Instruksi untuk mengganti Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang

    dianggap kurang mampu, baik dari segi mutu kerja maupun kecepatan

    kerja.

    Instruksi untuk mempercepat pelaksanaan suatu bagian pekerjaan.

    Dan instruksi-instruksi lainnya yang termasuk dalam lingkup tugas

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    d. Bilamana ada instruksi lisan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong berhak untuk

    melaksanakan pekerjaan tersebut, atau mengadakan konfirmasi kepada

    Konsultan Pengawas. Tetapi sebaliknya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    bertanggung-jawab penuh atas segala pekerjaan yang telah dilaksanakan

    tanpa adanya instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas.

    20. BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RENCANA KERJA

    a. Satu minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong harus telah siap dengan schema Bagan Kemajauan

    Pekerajaan (Progress Schedule) sesuai dengan batas waktu maksimal yang

  • 20

    telah ditetapkan dalam master schedule yang telah diajukan dalam penawaran.

    Progress schedule tersebut harus disesuaikan dengan bagan yang disusun dan

    dilengkapi :

    1. Barchart

    2. Network Planning

    3. Volume masing-masing pekerjaan

    4. Mandays (tenaga harian) yang diperlukan

    5. Peralatan yang diperlukan

    6. S-Curve

    7. Gambaran mengenai bobot dan harga setiap tahapan pekerjaan sesuai

    dengan schedule yang dibuat Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    b. Bagan Kemajuan Pekerjaan ini dicantumkan besarnya (volume) dan waktu

    penyelesaian setiap item pekerjaan, sedangkan didalam rencana kerja

    dicantumkan secara terperinci program setiap tahapan tentang kapasitas kerja,

    peralatan, tenaga kerja dan target setiap harinya.

    c. Dalam progress schedule, harus juga dibuat S-Curve, gambaran mengenai nilai

    / harga pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan schedule yang dibuat Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong.

    d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus secara terpisah menyusun "Bagan

    Pengerahan Tenaga" dan "Bagan Penyediaan Bahan" yang diperlukan.

    e. Bagan-bagan tersebut harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk

    mendapatkan persetujuan.

    f. Kelalaian dalam memasukkan bagan-bagan yang dimaksud dapat

    menyebabkan ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat penundaan ini

    sepenuhnya menjadi tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    g. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib melaksanakan pekerjaan tersebut

    sesuai dengan patokan waktu yang telah disetujui bersama didalam menyusun

    Bagan Kemajuan Pekerjaan. Demikian juga dengan pengerahan tenaga,

    peralatan dan bahan.

    h. Bagan Kemajuan Pekerjaan dan S-curve sebagaimana tersebut diatas yang

    merupakan target prestasi akan merupakan pedoman untuk mengadakan

    penilaian progress kerja Pelaksana Pekerjaan / Pemborong atas suatu tahap

    maupun keseluruhan pekarjaan. Hasil dari penilaian progress kerja ini akan

    dikaitkan dengan pembayaran kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    21. LAPORAN-LAPORAN

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan membuat :

    a. Laporan harian yang berisi :

    Tahap berlangsungnya pekerjaan.

  • 21

    Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub-Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong (jika diizinkan).

    Catatan dan instruksi Konsultan Pengawas yang disampaikan tertulis

    maupun lisan.

    Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk dan yang ditolak).

    Keadaan cuaca.

    Jumlah tenaga kerja dan alat.

    Masalah yang terjadi.

    Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui

    oleh Konsultan Pengawas.

    b. Laporan Mingguan

    Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan harian dan disampaikan

    langsung kepada Konsultan Pengawas. Penugasan-penugasan dan instruksi

    dari Konsultan Pengawas baru dianggap berlaku dan mengikat apabila telah

    dimuat dalam laporan harian dan telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan

    Pengawas.

    c. Foto-foto kegiatan proyek dalam bagian atau tahapan kegiatan penting

    sebanyak 3 (tiga) set berikut album yang diserahkan kepada Konsultan

    Pengawas untuk setiap tahapan pelaksanaan.

    d. Laporan bulanan yang dibuat berdasarkan laporan mingguan.

    22. PERUBAHAN RENCANA

    a. Atas instruksi dan persetujuan KMK, Konsultan Perencana berhak mengadakan

    suatu perubahan atas rencana yang telah ada dengan memberi instruksi tertulis

    kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk dilaksanakan. Dalam hal ini

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus bertanggung-jawab atas pekerjaan

    yang tidak sesuai dengan instruksi tersebut.

    b. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan (alternatif atau

    modifikasi) dari pada design, kwalitas maupun kwantitas dari pekerjaan seperti

    yang tercantum didalam gambar-gambar kerja (kontrak). Perubahan tersebut

    termasuk penambahan, pembatalan atau penggantian dari suatu pekerjaan,

    perubahan dari jenis atau standard dari suatu bahan, peralatan atau mesin

    yang dipergunakan didalam pekerjaan.

    c. Kuantitas dan nilai dari semua perubahan akan dihitung oleh Konsultan

    Pengawas menurut ketentuan yang berlaku didalam kontrak ini dan apabila

    diperlukan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diberi kesempatan untuk

    mengikuti perhitungan yang dibuat. Untuk perhitungan nilai dan perubahan,

    metode atau cara berikut ini harus dipakai :

  • 22

    1. Harga-harga yang tertera didalam kontrak dipakai untuk menghitung nilai

    dari item pekerjaan yang bersifat sama.

    2. Untuk item pekerjaan dimana sifatnya berbeda maka harga-harga yang

    tertera didalam Penawaran merupakan dasar perhitungan dari nilai suatu

    perubahan, sepanjang nilai yang didapat adalah wajar dan hanya untuk

    sifat yang berbeda saja yang dinilai perubahannya.

    23. PENYERAHAN PEKERJAAN

    a. Penyerahan pertama dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal yang

    telah ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan, sesuai dengan

    penjelasan tentang waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam aanwijzing.

    b. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan-alasan

    tersebut sesuai dengan alasan-alasan yang diperkenankan dan tertulis dalam

    Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS).

    c. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada Konsultan

    Pengawas, selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum tanggal yang

    dimaksud, dimana Konsultan Pengawas akan mengadakan pemeriksaan

    seksama atas hasil keseluruhan. Hasil pemeriksaan ini akan disampaikan

    kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong. Sebelum penyerahan pertama,

    pemeriksaan dapat diadakan lebih dari satu kali. Pada saat-saat pemeriksaan

    maupun penyerahan dibuatkan Berita Acara.

    d. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan dalam mengajukan

    permohonan perpanjangan waktu penyelesaian atau pengunduran waktu

    penyerahan adalah keadaan-keadaan force majeure.

    e. Keadaan force majeure yang dimaksud adalah :

    hujan terus menerus dari hari kehari

    demonstrasi dan pemogokan yang langsung mempengaruhi jalannya

    pekerjaan

    dan lain-lain menurut pertimbangan Konsultan Pengawas dapat diterima.

    24. PENYELESAIAN DAN MASA PEMELIHARAAN

    a. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100%, maka pihak Konsultan

    Pengawas dan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong akan serah terima.

    b. Masa pemeliharaan adalah 365 hari kalender, terhitung sejak tanggal

    dilakukannnya penyerahan pertama pekerjaan dari Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong kepada Pemberi Tugas.

    c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung jawab untuk mengganti atau

    memperbaiki cacat-cacat maupun kekurangan-kekurangan yang timbul dalam

  • 23

    masa pemeliharaan yang disebabkan oleh pemakaian bahan-bahan maupun

    kwalitas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan didalam kontrak.

    Penggantian ataupun perbaikan harus dilaksanakan secepat setelah

    ditemukannya cacat-cacat atau kekurangan-kekurangan tersebut. Apabila hal

    ini tidak segera dilakukan Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk pihak

    lain untuk melaksanakan perbaikan tersebut dan biaya untuk itu merupakan

    beban Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    d. Jika Pemberi Tugas menganggap perlu ia boleh mengeluarkan instruksi agar

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong memperbaiki segala cacat, susut dan

    kesalahan lainnya yang disebabkan oleh bahan-bahan dan cara-cara

    pelaksanaan yang tidak sesuai dengan kontrak.

    e. Setelah semua instruksi perbaikan selesai dilaksanakan, maka dibuatkan Berita

    Acara.

    f. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-

    perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Pengawas akan mengeluarkan

    Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan Perbaikan (SP3) yang berarti penyerahan

    kedua dari pihak Pelaksana Pekerjaan / Pemborong kepada Pemilik,

    merupakan berakhirnya masa pemeliharaan.

    25. PERATURAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN

    Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan :

    AV. (Algemen Voor Waarden Voor De Uitvoering Bijaaneming Van Openbare

    Werken In Indonesia, tgl. 28 Mei 1941 No. 9 dan tambahan Lembaran Negara

    No. 14571).

    Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI.- 2 / 1971 dan Tata Cara Penghitungan

    Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK-SNI T-15-1991-03.

    Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI. 3 / 1956.

    Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI.- 5.

    Peraturan Umum Listrik (AVE) NI. - 6.

    Peraturan Umum Air Minum (AVWI-drink water).

    Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 / 1972.

    Peraturan Pengecatan NI. - 12.

    Peraturan Muatan Indonesia NI.-18.

    Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

    Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan

    Normalisasi di Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat

    persetujuan Pengawas.

  • 24

    Standard / Normalisasi / Kode / Pedoman yang dapat diterapkan pada bagian

    pekerjaan bersangkutan, yang dikeluarkan oleh Instansi / Institusi / Asosiasi

    Profesi / Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian Nasional ataupun dari Negara

    lain, sejauh mana bahwa atas hal tersebut dianggap relevan.

  • 25

    BAB II

    PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN

    A. PEKERJAAN PERSIAPAN

    A.1. SURVAI LAPANGAN

    a. Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan

    melakukan survai lapangan untuk mengetahui dan mengamankan sistem

    jaringan air bersih, saluran air kotor / hujan, listrik, telepon, septic tank dan

    instalasi lainnya pada tapak baik diatas tanah/ bangunan maupun didalam

    tanah.

    b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus sudah memperhitungkan adanya

    penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap jaringan / saluran / instalasi pada

    tapak yang harus tetap berfungsi.

    c. Pemutusan atau penyesuaian jaringan / saluran / instalasi pada tapak dapat

    dilakukan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong setelah ada izin dari Pemilik.

    A.2. PENGUKURAN TAPAK

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan mengukur kembali tapak tempat

    pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat yang akan ditera.

    b. Hasil pengukuran kembali tersebut dituangkan dalam bentuk gambar yang

    memperlihatkan secara jelas :

    batas-batas tapak.

    bangunan-bangunan yang ada pada tapak, dilengkapi keterangan

    mengenai letak bangunan disekitarnya;

    instalasi-instalasi yang sudah ada, yang perlu diberi tanda yang jelas dan

    dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul akibat

    pelaksanaan pekerjaan ini.

    A.3. KANTOR PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG DAN LOS KERJA

    Kantor Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, los kerja, gudang, serta tempat

    penimbunan material, pembuatannya disesuaikan dengan kebutuhan Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong, tanpa mengabaikan keamanan dan kebersihan. Lokasi

    kantor Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, los kerja, gudang, serta tempat

    penimbunan material pada tapak proyek harus diajukan terlebih dahulu oleh

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

  • 26

    A.4. DIREKSI KEET

    Kantor Manajemen Konstruksi dan Pengelola proyek harus disiapkan dengan

    specifikasi sebagai berikut:

    a. Luas dereksi keet 40 m2 dilengakapi dengan Ruang Rapat, ruang kerja dan

    KM/WC dengan closet jongkok keramik .

    b. Pondasi batu kali

    c. Dinding multiplek dengan rangka kayu dicat

    d. Plafond triplex dengan rangka kayu di cat.

    e. Jendela Nako

    f. Pintu multi plex lengkap dengan kuncinya

    g. Atap asbes gelombang

    h. Lantai beton tumbuk dilapisi dengan karpet plastik

    i. AC 1 PK 1 unit

    j. Fasilitas yang perlu disediakan:

    - Meja rapat kapastas 12 orang legkap dengan kursinya

    - Meja kerja 4 set

    - Meja/ kursi 1 set

    - White Board uk 120x240 cm

    - Helm 12 bh

    - Sepatu lapangan 12 bh

    - Alat pemadan kebakaran uk 4 lt

    - Filing cabinet 1 set

    - Computer Pentium 4 1 set

    - Printer HP A3

    - 1 satuan sambungan telepon

    - 1 set mesin faximili

    Semua fasilitas /peralatan dengan status sewa dan pada akhir proyek harus

    dibongkar

    A.5. PENYEDIAAN AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA

    a. Air dan listrik kerja untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan harus disediakan

    sendiri oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

    b. Penggunaan diesel untuk pengadaan daya listrik harus seizin Konsultan

    Pengawas.

    c. Rencana pemasangan intalasi listrik dan air kerja selambat-lambatnya 2 (dua)

    minggu sebelum pelaksanaan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas

    untuk mendapat persetujuan.

  • 27

    A.6. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PERATAAN TAPAK

    a. Sebelum pekerjaan diserahkan kepada Pemilik, Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong harus membersihkan tapak sehingga bebas dari sampah, barang-

    barang / bahan-bahan bekas bongkaran, sisa-sisa beton, peralatan-peralatan.

    Selain itu, tapak harus dalam keadaan telah diratakan oleh Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong. Semua pekerjaan pembersihan selambat-lambatnya

    harus sudah selesai pada saat serah terima I.

    b. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah kewajiban Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong untuk membongkar, kantor Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, los

    kerja, gudang.

    c. Kebersihan lapangan / pembuangan sampah dilakuakan oleh Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong struktur sampai dengan serah terima-I pekerjaan

    struktur.

    A.7. PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material-

    material kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka) ataupun didalam gudang-

    gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut, dan

    atas persetujuan Konsultan Pengawas sehingga akan menjamin keamanannya

    dan terhindar dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara

    penyimpanan yang salah.

    b. Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk

    kebutuhan langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan

    untuk disimpan didalam site.

    A.8. KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan

    barang-barang dan material sedemikian rupa sehingga :

    memudahkan pekerjaan

    menjaga kebersihan dari sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-

    puing, air yang menggenang)

    tidak menyumbat saluran-saluran air.

    A.9. FASILITAS - FASILITAS LAPANGAN

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    diwajibkan menyediakan sendiri :

  • 28

    Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan dan keamanan.

    Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan

    pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada diproyek.

    Alat-alat pemadam kebakaran.

    Alat-alat PPPK.

    Kamar mandi dan WC untuk para pekerja lapangan.

    A.10. BARANG CONTOH (SAMPLE)

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari material yang

    akan dipakai / dipasang, untuk mendapat persetujuan dari Konsultan

    Pengawas.

    b. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti /

    sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang / material tersebut.

    c. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui

    pemesanan), maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong diwajibkan menyerahkan :

    Brosur

    Katalogue

    Gambar kerja atau shop drawing

    Mockup dan sample

    Dll.yang dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas dan harus mendapat

    persetujuan Konsultan Pengawas,

    A.11. PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong

    diwajibkan mengadakan pengujian atas mutu pekerjaan yang telah diselesaikan

    sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

    b. Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas, ditanggung oleh

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong yang bersangkutan.

    A.12. GAMBAR-GAMBAR AS BUILT DRAWING

    a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong atau Sub-sub Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong diwajibkan untuk membuat gambar-gambar "As Built Drawing"

    sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan di lapangan secara

    kenyataannya, untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian

    hari. Gambar-gambar tersebut diserahkan kepada Pemberi Tugas, setelah

  • 29

    disetujui oleh Konsultan Pengawas (dibuat rangkap-3 (tiga)), dan Pemberi

    Tugas.

    b. Pada akhir pekerjaan pelaksanaan yang telah disetujui dan diterima oleh pihak

    Konsultan Pengawas, maka Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan

    membuat "As Built Drawing" yang setelah diteliti dan disetujui oleh pihak

    Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana diserahkan kepada Pemberi

    Tugas dalam rangkap-3 (tiga) set, lengkap dibukukan.

    A.13. SHOP DRAWING

    Dalam hal-hal tertentu maka kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan suatu

    pekerjaan yang membutuhkan penjelasan-penjelasan, dimana hal-hal tersebut tidak

    terdapat dalam gambar-gambar kerja, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dan

    Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan membuat gambar-gambar shop

    drawing untuk kebutuhan tersebut dan mendapat persetujuan dari Konsultan

    Pengawas, dibuat rangkap-3 (tiga).

    A.14. FOTO - FOTO DOKUMENTASI PROYEK

    i. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan membuat foto foto dokumentasi

    proyek meliputi :

    Foto-foto kegiatan pekerjaan proyek, antara lain kegiatan dalam uitzet,

    penempatan peralatan-peralatan lapangan (beton-batcher), penempatan

    material, pengerasan jalan dll.

    Foto-foto tahapan pekerjaan yang penting antara lain pembesian, bekisting,

    pekerjaan beton sebelum dan sesudah pengecoran.

    Dan lain-lain kegiatan yang diangggap perlu oleh Konsultan Pengawas.

    ii. Kondisi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0%, 10%, 20%, 30%, 40%

    dan seterusnya sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 10%) dan

    kondisi pada waktu selesainya masa pemeliharaan.

    iii. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna) masing-masing 2

    (dua) eksemplar untuk Pemberi Tugas dan 1 (satu) eksemplar untuk Konsultan

    Pengawas, klise diserahkan kepada Pemberi Tugas.

    v. Tiap stage / tahap disyaratkan min. 36 (tiga puluh enam) foto.

    B. PEKERJAAN GALIAN (EKSKAVASI)

    B1.PEMBERSIHAN LAPANGAN (CLEARING)

    a. Kecuali ditetapkan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan

    Perencana maka seluruh pohon-pohon termasuk akarnya, semak-semak dan

    akar-akar pohon dalam daerah batas pekerjaan harus dibersihkan dan

    ditebang.

  • 30

    b. Bila Konsultan Manajemen Konstruksi / Konsultan Perencana memerintahkan

    bahwa pohon-pohon rindang dan pohon-pohon serta tanaman ornamen tertentu

    dipertahankan, maka pohon-pohon / tanaman-tanaman termaksud harus dijaga

    terhadap kerusakaan. Pohon-pohon yang harus disingkirkan harus ditebang

    sedemikian rupa sehingga tidak merusak pohon-pohon lain serta tanaman yang

    harus dipertahankan.

    c. Pada pelaksanaan pembersihan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus

    berhati hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa

    atau instalasi lainnya .

    B.2 PEKERJAAN GALIAN (EKSKAVASI)

    a. Sebelum pelaksanaan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus membuat

    rencana detail dari sistem ekskavasi berikut analisa kestabilan galian

    berdasarkan rencana yang telah digariskan pada dokumen tender.

    Rencana detail harus memuat :

    Urutan pelaksanaan.

    Pengaturan lahan kerja.

    Gambar detail dari prasarana penunjang (acces road, penempatan

    peralatan ekskavasi).

    Rencana tenaga dan peralatan (Man-power dan equipment schedule).

    Sirkulasi alat angkut dalam site.

    Rencana kapasitas galian / hari.

    Penggalian tanah tidak boleh menggangu stabilitas lereng galian,

    Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus melakukan tindakan

    pengamanan untuk menjaga stabilitas lereng galian. Jika pada

    pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong memandang perlu

    diadakan perubahan tahapan ekskavasi sesuai dengan methode kerja dan

    peralatan yang dimiliki, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dapat

    mengusulkan rencana perubahan tahapan dan methode ekskavasi kepada

    Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana untuk

    mendapatkan persetujuan, dengan catatan usulan tidak boleh

    menyebabkan bertambahnya waktu pelaksanaan dan tambahan biaya dari

    Pemberi Tugas.

    b. Kedalaman penggalian harus sesuai dengan peil rencana yang tertera pada

    gambar rencana dan dilakukan berdasarkan peil dari Bench Mark yang telah

    dibuat.

    c. Patok-patok referensi harus dijaga supaya tetap berdiri sampai pekerjaan

    selesai.

  • 31

    d. Tanah hasil galian harus ditumpuk pada penimbunan sementara pada area

    penimbunan sementara yang dinstruksikan oleh Konsultan Manajemen

    Konstruksi, untuk selanjutnya diangkut keluar proyek. Pembuangan bekas

    galian tidak boleh mengotori jalan yang dilalui.

    e. Lokasi pembuangan tanah bekas galian harus dicari sendiri oleh Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong.

    f. Untuk menjaga kebersihan jalan dilingkungan proyek, pemborong harus

    membuat Cleaning pit untuk membersihkan roda kendaraan yang akan keluar

    proyek. Cleaning pit harus dilengkapi dengan air bertekanan tinggi untuk

    memudahkan dan mempercepat pembersihan roda truk .

    B.3. PEKERJAAN URUGAN (FILL)

    a. Pekerjaan urugan dilakukan pada daerah urugan (fill) sebagai yang tercantum

    dalam gambar rencana dan daerah-daerah yang peil permukaan akhir (final

    grade).

    b. Tanah untuk urugan digunakan tanah merah dan disetujui Konsultan

    Manajemen Konstruksi.

    c. Tanah yang dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering dinyatakan

    dapat dipakai, harus dikeringkan lebih dulu sebelum digunakan untuk timbunan.

    d. Pada daerah-daerah basah / tergenang air / rawa, Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong harus membuat saluran-saluran pembuangan sementara atau

    memompa air untuk mengeringkan daerah tersebut. Lapisan lumpur yang ada,

    harus dibuang ke tempat yang akan ditunjuk oleh Konsultan Manajemen

    Konstruksi sebelum pengurugan dilakukan.

    e. Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, pada daerah yang telah selesai

    dibabat dan dibersihkan, Pelaksana Pekerjaan / harus mengerjakan pengisian

    lubang-lubang yang disebabkan karena pencabutan akar-akar pohon, bekas-

    bekas sumur, saluran dan sebagainya dengan menggunakan material yang

    baik sesuai dengan petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi dan harus

    segera dilakukan perataan dan pemadatan pada permukaan tanah tersebut.

    f. Penghamparan material urugan dapat dimulai setelah ada persetujuan

    Konsultan Manajemen Konstruksi.

    g. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis harus dipadatkan

    sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maximum menurut AASHTO.

    99-70 atau CBR = 6. Lapisan dari material lepas selain dari material batu-

    batuan, tebal tiap lapisannya tidak boleh lebih dari 30 cm, dan harus dipadatkan

    dengan alat mekanis (compaction equipment). Kadar air pada tanah urugan

    harus diatur agar dapat dicapai kepadatan yang maximum.

  • 32

    h. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, Pelaksana

    Pekerjaan / Pemborong harus melakukan percobaan pemadatan atas petunjuk

    Konsultan Manajemen Konstruksi, pada jalur dengan panjang dan lebar

    tertentu, dengan alat-alat dan material seperti yang sama, yang akan digunakan

    pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari percobaan ini

    adalah untuk menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan hubungan

    antara air optimum yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan

    dan kepadatan yang dapat dicapai untuk rencana material urugan tertentu.

    Seluruh pembiayaan untuk percobaan ini sudah termasuk dalam harga

    penawaran.

    i. Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk dapat

    mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat

    penyemprot (sprinkler) dan dicampur / aduk sampai merata (homogen).

    Material urugan yang mempunyai kadar air lebih tinggi dari seharusnya tidak

    boleh dipadatkan sebelum dikeringkan dan disetujui oleh Konsultan Manajemen

    Konstruksi. Pekerjaan pemadatan tanah urugan tadi harus dilaksanakan pada

    kadar air optimum sesuai dengan sifat alat-alat pemadatan yang tersedia. Pada

    pelaksanaan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengambil langkah-

    langkah yang perlu agar pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir

    dengan lancar.

    j. Kontraktor wajib membuktikan hasil pemadatan lapis perlapis dengan test

    langsung di lapangan dan di laboratorium atas biaya Pelaksana Pekerjaan /

    Pemborong. Jumlah test yang diperlukan untuk mengetahui kepadatan

    ditentukanminimal 1(satu) titik tiap 100 m2 urugan. Bila tebal urugan lebih dari

    1.00 m maka jumlah test minimal 1 (satu) test untuk 75 m2.

    k. Laboratorium yang dipakai adalah laboratorium Mekanika Tanah yang

    mempunyai izin usaha dan izin operasi resmi pada bidangnya.

    l. Semua hasil pekerjaan akan dicheck kembali terhadap patok-patok referensi.

    m. Pekerjaan pengurugan dianggap selesai setelah mendapat persetujuan dari

    Konsultan Manajemen Konstruksi.

    C. PEKERJAAN PONDASI DANGKAL

    a. Sebelum memulai pekerjaan kontraktor harus mengajukan Shop drawing untuk

    mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

    b. Sebelum penggalian harus dipasang patok patok pengukuran

    c. Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana.

    d. Dasar galian harus dipadatkan dengan stamper

  • 33

    e. Adanya kemunngkinan longsor harus sudah diantisipasi dari awal sehingga

    tanah bekas galian tidak masuk kembali kedalam galian,

    f. Setelah dasar galian dipadatkan dilakukan penghamparan lapis pasir dengan

    ketebalan 10 cm sesuai gambar rencana kemudian dipadatkan.

    g. Pemasangan lantai kerja tebal 5 cm

    h. Selanjutnya untuk pekerjaan beton lihat specifikasi pekerjaan beton bertulang.

    D. PEKERJAAN BETON BERTULANG BIASA.

    D.1. LINGKUP PEKERJAAN

    Melengkapi semua tenaga, equipment dan bahan untuk menyelesaikan semua

    pekerjaan beton sesuai dengan Dokumen tender.

    D.2. PEDOMAN PELAKSANAAN

    Kecuali ditentukan lain dalam ketentuan ketentuan berikut ini, maka sebagai

    dasar code P.B.I.1971 dan PB 88 tetap digunakan.

    D.3. BAHAN BAHAN

    a. PORTLAND CEMENT

    Digunakan portland cement jenis II menurut N.I.8 type I menurut A.S.T.M.

    memenuhi S 400 menurut standar Cement Portland yang digariskan oleh

    Assosiasi Cement Indonesia. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam

    pelaksanaan kecuali dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas /

    Perencana. Pertimbangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan :

    1. Tidak adanya stock dipasaran dari brand yang tersebut diatas.

    2. Pemborong memberikan jaminan data-data teknis bahwa mutu cement

    penggantiannya adalah dengan kualitas yang setaraf dengan mutu cement

    yang tersebut diatas.

    Batas-Batas pembetonan dari penggunaan cement berlainan merk harus

    disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    b. AGGREGATES.

    1. Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat P.B.I. 1971 dan PB.88.

    Aggregates kasar berupa koral atau crushed stones yang mempunyai

    susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak

    porous). Kadar lumpur dari pasir beton (Aggregates halus) tidak boleh

    melebihi dari 4% berat.

    2. Dimensi maximum dari aggregates kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan tidak

    lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi

    yang bersangkutan. Khusus untuk pile caps, diluar lapis pembesian yang

    berat, batas maximum tersebut 0,3 cm dengan gradasi baik.

  • 34

    3. Untuk bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet) dapat

    digunakan koral gundu.

    c. BESI BETON

    Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi beton ulir dari jenis

    BJTD 40 untuk D10, D13, D16, D19 dst keatas dan untuk diameter 8 digunakan

    besi polos dari BJTD - 24.Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas besi yang

    diminta, maka disamping adanya certificate dari pabrik (melalui suppliers), juga

    harus ada / dimintakan certificate dari laboratorium baik pada saat pemesanan

    maupun secara periodik minimum 2 contoh percobaan (stress-strain) dan

    pelengkungan untuk setiap 20 ton besi.

    d. ADMIXTURE (BAHAN-BAHAN TAMBAHAN) DALAM ADUKAN BETON

    1. Untuk pembetonan pada harus digunakan Plastisizer yang bersifat

    mereduksi pemakaian air, meningkatkan slump tanpa penambahan air,

    memperlambat setting time, memperkecil peningkatan temperatur dan

    meningkatkan kekuatan akhir beton. Additive tidak boleh mengandung

    Cloride dan bahan lain yang menghasilkan lapisan film additive yang bisa

    digunakan antara lain Rheobuild 716 (dosis:0,80 liter per 100 kg cement) ,

    tricosal VZ 020 ( dosis : 0.3 % berat cement)

    2. Cara penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari

    produsen bahan-bahan tersebut.

    3. Penyimpangan dari ketentuan diatas harus dengan persetujuan Konsultan

    Perencana.

    e. PENYIMPANAN.

    1. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai

    dengan waktu dan urutan pelaksanaan.

    2. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh), tidak

    terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak,

    segera setelah diturunkan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung

    dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari

    tanah. Semen harus masih dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).

    Jika ada bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus

    dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, dan jumlahnya tidak boleh

    melebihi 5% berat, dan kepada campuran tersebut diberi tambahan cement

    baik dalam jumlah yang sama. Semuanya dengan catatan, kualitas beton

    sesuai dengan yang diminta perencana.

  • 35

    3. Penyimpanan besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan

    bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya

    (misal: minyak dan lain-lain).

    4. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang terpisah satu dan lain

    gradasinya dan diatas lantai kerja ringan untuk meghindari tercampurnya

    dengan tanah.

    f. BEKISTING

    1. Type bekisting.

    Bekisting yang digunakan dalam bentuk beton, baja, pasang batu kali

    diplester atau kayu. Khusus untuk bagian-bagian yang terlihat harus

    digunakan type bekisting yang menghasilkan permukaan yang rata ( fair

    finish)

    2. Perencanaan.

    2.1. Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada

    perubahan bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung beban-

    beban sementara sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan.

    Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga

    bergeraknya bekisting selama pelaksanaan dapat ditiadakan, juga

    harus cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan.

    Susunan bekisting dan penunjangnya harus teratur, sehingga

    memudahkan pemeriksaan.

    2.2. Pada bagian terendah (dari setiap phase pegecoran) dari bekisting

    kolom atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk

    inspeksi dan pembersihan.

    2.3. Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi minyak bekisting terlebih

    dahulu sebelum pengecoran. Adakan tindakan untuk meghindarkan

    megumpulnya air pada sisi bawah.

    2.4. Pembongkaran bekisting.

    Bekisting /cetakan beton harus dipertahankan hingga beton berumur

    14 hari dan mencapai kuat tekan karakteristik minimal 225 kg/cm2.

    g. PERANCAH

    1. Perancah harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan

    pemeriksaan.

    2. Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar dari

    bahaya penggerusan dan penurunan.

    3. Konstruksinya harus kokoh terhadap pembebanan yang akan

    dipikulnya.

  • 36

    4. Pemborong harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah

    persiapan yang perlu, sehubungan dengan pelendutan perancah.

    5. Permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil)

    dan bentuk yang seharusnya (menurut gambar rencana).

    6. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu. Pemakaian bambu untuk hal

    ini tidak diperbolehkan.

    7. Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton

    berlangsung menunjukan tanda-tanda adanya penurunan sehingga

    menurut pendapat Konsultan Pengawas hal itu akan menyebabkan

    kedudukan (peil) akhir tidak akan dapat dicapai sesuai dengan gambar

    rencana atau penurunan tersebut akan sangat membahayakan dari segi

    konstruksi, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk

    membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan

    mengharuskan Pemborong untuk memperkuat perancah tersebut

    sehingga dianggap cukup kuat. Akibat dari semua ini menjadi tanggung

    jawab Pemborong.

    8. Gambar rencana perancah dan sistim pondasinya, secara detail harus

    diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui.

    9. Pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar

    rencana tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat dan

    kokoh untuk dapat dipergunakan.

    10. Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai dan mendapat

    persetujuan dari Konsultan Pengawas) perancah harus dibongkar .

    11. Kegagalan pelaksanaan kostruksi perancah, seluruhnya tanggung jawab

    Pemborong.

    h. PEMASANGAN PIPA-PIPA.

    Pemasangan pipa dalam beton tidak boleh sampai merugikan kekuatan

    konstruksi, untuk itu lihat pasal 5.7. ayat 1 dari .B.I.1971.

    i. KUALITAS BETON.

    1. Seluruh struktur beton bertulang biasa menggunakan kuat tekan beton

    minimal K 350 (kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari untuk kubus

    15 x 15 x 15 adalah 350kg/cm2, dengan derajat konvidensi 0,95).

    Evaluasi penentuan karakteristik ini didalam ketentuan-ketentuan yang

    terdapat dalam P.B.I. 1971.

    2. Pelaksana harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat

    kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain

    tempat atau dengan mengadakan trial-mixes. Dalam hal digunakan beton

  • 37

    ready mix, maka Pemborong harus mengajukan kepada Konsultan

    Pengawas komposisi campuran beton yang akan digunakanselambat

    lambatnya dua minggu sebelum pekerjaan beton dimulai. Dalam kaitan

    ini jumlah semen minimum menurut ketentuan pasal D.8.6 tetap tidak

    boleh dikurangi

    3. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-

    ketentuan yang disebut dalam pasal 4.7 dan 4.9 dari PBI. 1971,

    mengingat bahwa W/C faktor yang sesuai disini adalah sekitar 0,50 - 0,55

    maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan menurut

    pasal 4,55 ayat 3 PBI. 971 tanpa menggunakan penggetar. Pada masa-

    masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 1

    1/2 M3 beton hingga dengan cepat diperoleh 20 benda uji yang pertama.

    Untuk selanjutnya diambil satu sample untuk setiap truck mixer.

    4. Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton

    yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas. Laporan

    tersebut harus dilengkapidengan harga karakteristiknya.

    5. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 14 Cm,

    maximum 16 cm. Dalam hal digunakan Concrete Pump besarnya slump

    boleh dinaikkan sampai dengan 16 cm, dengan catatan dari segi kwalitas

    beton tidak boleh berkurang. Cara pengujian slump adalah sebagai

    berikut Contoh Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan

    beton (bekisting), cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas

    kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih 1/3

    nya.Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi 16 mm

    panjang 30 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru). Pengisian

    dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapis

    ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapis

    yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat

    perlahan-lahan, dan diukur penurunannya (slumpnya).

    6. Jumlah semen minimum 360 kg per m3 beton, dalam kaitan ini baik

    jumlah semen minimum maupun kwalitas beton adalah mengikat.

    7. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang

    disetujui oleh Konsultan Pengawas.

    8. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak

    tergenang air, selama 7 hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.

    9. Jika perlu maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk

    umur 7 hari dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang 65% kekuatan

    yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak

    memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan

  • 38

    pengujian beton ditempat dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam

    P.B.I. 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi pemilik bangunan

    (beban pemborong).

    10. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung

    setelah seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer

    j. PENGECORAN

    1. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus

    dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya segragasi

    komponen-komponen beton. Khusus untuk pengecoran kolom dan

    dinding jika diperlukan mempergunakan tremi.

    2. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton. Ukuran dan jumlah

    vibrator harus disesuaikan dengan kondisi bagian yang dicor dan

    kecepatan pembetonan.

    3. Untuk pengecoran pelat lantai perlu dipersiapkan tenda atau terpal jika

    pada saat pengecoran turun hujan

    k. SIAR-SIAR KONSTRUKSI DAN PEMBONGKARAN BEKISTING.

    Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang

    tidak ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti pasal 5.8 dan 6.5. dari

    code P.B.I. 1971. Siar-Siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air

    cement tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut

    harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.Khusus untuk pekerjaan basement,

    pada bagian bagian yang dipersyaratkan kedap air, pemberhentian

    pengecoran harus diakhiri dengan pemasangan water stop dari jenis PVC

    atau jenis bentonite yang disetujui oleh konsultan pengawas.

    l. PENGGANTIAN BESI

    1. Pemborong harus mengusahakan agar besi yang dipasang adalah sesuai

    dengan apa yang tertera pada gambar

    2. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai

    dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran

    diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :

    - Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas

    - Jumlah besi per-satuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak

    boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang

    dimaksudkan adalah jumlah luas)

  • 39

    - Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian

    ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan

    pembetonan atau penyampaian penggetar.

    m. TOLERANSI BESI

    Diameter, Variasi Toleransi

    berat diameter

    Dibawah 10 mm max. 7% max. 0,4 mm

    10 mm - 16 mm max. 5% max. 0,4 mm

    16 mm - 28 mm max. 5% max. 0,5 mm

    28 mm - 32 mm max. 4% max. 0,5 mm

    n. PERAWATAN BETON

    Beton harus dilindungi dari pengaruh panas matahari,sehingga tidak terjadi

    penguapan yang cepat. Untuk itu beton harus dibasahi terus menerus paling

    sedikit 10 hari setelah pengecoran. Persiapan perlindungan atas

    kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan. Siapkan tenda-tenda

    untuk keperluan tersebut.

    o. PENYAMBUNGAN BESI.

    Kecuali ditentukan dalam gambar, maka penyambungan besi harus

    mengikuti ketentuan dari PBI 1971 dan PB 88 Khusus untuk besi kolom yang

    menggunakan diameter 32 mm atau lebih, harus digunakan sambungan

    mekanis dengan persyaratan sbb:

    - Kuat tarik dari besi sambungan harus lebih besar dari besi yang

    disambung.

    - Penyambungan tidak boleh dilakukan disatu tempat.

    - Pemborong harus mengajukan contoh dari besi sambungan berikut

    specifikasi teknis dari bahan tersebut kepada perencana

    untuk mendapatkan persetujuan.

    p. TANGGUNG JAWAB PEMBORONG.

    Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai

    dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam specikasi ini dan sesuai

    dengan gambar- gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau kehadiran

    Konsultan Pengawas selaku wakil pemberi tugas atau perencana yang

    sejauh mungkin melihat/mengawasi, menegur atau memberi nasihat tidaklah

    mengurangi tanggung jawab penuh tersebut diatas.

  • 40

    E. PEKERJAAN BAJA STRUKTURIL

    E.1.LINGKUP PEKERJAAN

    Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja, bahan instalasi

    konstruksi dan perlengkapan untuk pembuatan ( dengan mesin )

    pembangunan dan pengecatan semua pekerjaan baja strukturil, termasuk

    pemasangan alat-alat fixing dan benda-benda yang terlekat sesuai dengan

    dokumen tender. Semua pekerja yang diterima untuk melakukan pekerjaan

    harus ahli ( tukang-tukang) yang berpengalaman dan mengerti benar

    pekerjaannya. Welder yang mengerjakan pekerjaan pengelasan harus

    mempunyai welder qualification G2 yang dikeluarkan oleh

    badan resmi. Segala hasil pekerjaan mutunya sebanding dengan standard

    hasil pekerjaan ahli / pertukangan internasional yang baik.

    E.2.BAHAN-BAHAN

    1. Baja yang dipakai harus sesuai dengan standart internasional yang

    disetujui.Untuk seluruh sturuktur baja baja dengan tegangan

    putus minimal 3700 kg/cm2. Untuk mendapatkan jaminan kwalitas

    baja yang digunakan Pemborong harus mengajukan certifikat yang

    dikeluarkan oleh pabrik baja yang bersangkutan. Setiap perubahan

    pemakaian kwalitas baja harus dengan persetujuan Konsultan

    Perencana.

    2. Digunakan baut dari jenis baut HTB yang memenuhi standard ASTM-

    A325, tidak berkarat dan dilindungi terhadap karat baik sebelum maupun

    setelah terpasang. Hanya digunakan baut dari satu product dengan tanda

    dan kode yang jelas terdapat pada bout. Semua bout harus dilengkapi

    dengan ring yang sesuai.

    E.3.PEKERJAAN LAS

    1. Elektroda-elektroda harus dari standart internasional (AWS E 6013, JIS

    D4313) yang disetujui dan sesuai dengan kwalitas baja yang digunakan

    dan ketebalan las yang ditentukan. Elektroda haru disimpan ditempat

    yang menjamin komposisi dan sifat-sifat dari elektroda selama masa

    penyimpanan. Penggunaan arus listrik untuk pengelasan harus

    disesuaikan dengan anjuran yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat

    elektroda yang bersangkutan.

    2. Pekerjaan las sebanyak mungkin dilaksanakan dibengkelpekerjaan las

    dilapangan harus baik dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan basah,

    hujan, angin kencang. standar prosedur pengelasan mengikuti standard

  • 41

    A.W.S (American welding society ). tebal las minimum 0,7 kali tebal

    pelat/profil yang disambung dan harus penuh, kecuali bila ditentukan

    lain dalam gambar.

    3. Las Perapat / Pengendap

    Dalam setiap posisi dimana 2 (dua) bagian dari satu benda saling

    berdekatan harus dibuat suatu las perapat / pengendap guna mencegah

    masuknya lengas, terlepas apakah itu diberikan detailnya atau tidak.

    4. Perbaikan Las

    Bila las-lasan apapun memerlukan pembetulan maka hal ini harus

    dilakukan sebagaimana diperintahkan oleh konsultan tanpa diberi biaya

    tambahan.

    5. Penyambungan dan pengelasan berlapis.

    Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak

    dapat dihindarkan, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

    - Hanya diperkenankan ada satu sambungan.

    - Semua penyambungan profil harus dilaksanakan dengan las tumpul / Full

    Penetration Butt Weld.

    - Harus diajukan bersamaan dengan pengajuan Shop Drawing.

    Pada pekerjaan dimana akan terjadi lebih dari satu lapisan las, maka

    lapisan terdahulu harus dibersihkan dari kerak-kerak las, percikan

    percikan logam sebelum memulai lapisan yang baru.

    6. Pengujian Las.

    Pengujian atas kwalitas pengelasan dilakukan dengan methode Non

    destructive test yaitu dengan Ultrasonic test. Jumlah tempat pengujian

    ditetapkan 1% dari total panjang las. Tempat tempat pengujian ditentukan

    oleh Konsultan Pengawas setelah pengelasan selesai.

    7. Semua pekerja