24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi kecemasan Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Individu yang mengalami mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi apapun, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan (Videbeck, 2008).Kecemasan adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas, berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati & Hartono, 2011).Kecemasan merupakan perasaan tidak tenang yang samar- samar karena adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu)(Sutejo, 2017). Kecemasan merupakan suatu respons terhadap keadaan stres, seperti putusnya suatu hubungan yang penting atau mengalami peristiwa yang mengguncang jiwa, bencana yang mengancam jiwa, dan sebagainya (Junaidi, 2012).Menurut penelitan Kaplan dan Shadock (2010) wanita memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan oleh wanita lebih peka dengan emosinya, sehingga mempengaruhi perasaan cemas. Menurut Asmadi (2008) ada beberapa teori yang menjelaskan asal dari kecemasan, teori tersebut antara lain: a. Teori psikoanalisis Dalam sudut pandang psikoanalisis, ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu ide dan superego. 6

3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Definisi kecemasan

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi. Individu yang mengalami mengalami gangguan kecemasan dapat

memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut

yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi apapun, melakukan tindakan

berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang

traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan

(Videbeck, 2008).Kecemasan adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif

dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat

seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas,

berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati &

Hartono, 2011).Kecemasan merupakan perasaan tidak tenang yang samar-

samar karena adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu)(Sutejo,

2017).

Kecemasan merupakan suatu respons terhadap keadaan stres, seperti

putusnya suatu hubungan yang penting atau mengalami peristiwa yang

mengguncang jiwa, bencana yang mengancam jiwa, dan sebagainya (Junaidi,

2012).Menurut penelitan Kaplan dan Shadock (2010) wanita memiliki tingkat

kecemasan yang tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan oleh wanita lebih

peka dengan emosinya, sehingga mempengaruhi perasaan cemas. Menurut

Asmadi (2008) ada beberapa teori yang menjelaskan asal dari kecemasan, teori

tersebut antara lain:

a. Teori psikoanalisis

Dalam sudut pandang psikoanalisis, ansietas merupakan konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu ide dan superego.

6

Page 2: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

7

Ide merupakan dorongan insting dan implus primitif seseorang, sedangkan

superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan dengan norma – norma

budaya.

b. Teori interpersonal

Dalam pandangan interpesonal, ansietas timbul dari perasaan takut

terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Ansietas ini

disebabkan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, dan

perpisahan dengan orang yang dicintai.

c. Teori prilaku

Menurut pandangan prilaku, ansietas berasal dari ketidakmampuan atau

kegagalan dalam mencapai suatu tujuan sehingga menimbulkan frustasi atau

keputusasaan. Keputusasaan inilah yang menyebabkan orang menjadi

ansietas.

2. Tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan ada 4 menurut Donsu (2017):

a. Kecemasan ringan (Mild Anxiety)

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebabnya, seseorang menjadi lebih waspada, sehingga persepsinya

meluas dan memiliki indra yang tajam. Kecemasan ringan masih mampu

memotivasi individu untuk belajar dan memecahkan masalah sevara efektif

dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang (Moderate Anxiety)

Memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Perhatian seseorang menjadi selektif, namun

dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah lewat arahan dari orang lain.

c. Kecemasan berat (Savere Anxiety)

Kecemasan berat ditandai lewat sempitnya persepsi seseorang. Selain

itu, memiliki perhatian yang terpusat padahal yang spesifik dan tidak dapat

berfikir tentang hal-hal lain, dimana semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan.

Page 3: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

8

d. Panik

Setiap orang memiliki kepanikan yang berbeda. Hanya saja, kesadaran

dan kepanikan itu memiliki kadarnya masing-masing. Kepanikan muncul

disebabkan karena kehilangan kendali diri dan detail perhatian kurang.

Ketidakmampuan melakukan apapun meskipun dengan perintah menambah

tingkat kepanikan seseorang.

Pada ansietas ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi,

belajar, dan menyelesaikan masalah. Pada kenyataannya, tingkat ansietas ini

memotivasi pembelajaran dan perubahan perilaku. Ketika individu

mengalami ansietas berat dan panik, ketrampilan bertahan yang lebih

sederhana mengambil alih, proses defensif terjadi, dan ketrampilan kognitif

menurun secara signifikan. Individu yang mengalami ansietas berat akan

sulit berfikir dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang,

tanda-tanda vital meningkat, dan memperlihatkan kegelisahan, kemarahan

dan iritabilitas(Videbeck, 2008).

3. Rentang respon kecemasan

Sumber : (Stuart & Sandra J. Sundeen, 2005)

Menurut Maryunani (2014) respon perilaku terhadap kecemasan atau stres

dapat dibagi menjadi respon prilaku adatif dan maladatif berikut ini :

a. Prilaku adatif merupakan hal yang baik dan sesuai.

Gambar 2.1 rentang respon kecemasan

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Page 4: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

9

b. Perilaku maladatif diakibatkan dari ketidakmampuan untuk beradaptasi

atau menyesuaikan terhadap situasi yang menimbulkan stres.

4. Kecemasan praoperasi

Kecemasan praoperasi disebabkan oleh ketidaktahuan pada konsekuensi

pembedahan dan rasa takut terhadap prosedur pembedahan itu sendiri.

Berbagai dampak psikologis yang muncul akibat kecemasan praoperasi

seperti marah, menolak, atau apatis terhadap kegiatan keperawatan.

Kecemasan juga dapat menimbulkan perubahan secara fisik maupun

psikologis yang akhirnya mengaktifkan saraf otomom simpatis sehingga

meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan

frekuensi napas, dan secara umum dapatmengurangi energi pada pasien.

Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan stresor

yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh (Muttaqin & Sari, 2009).

Kecemasan praoperasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap

suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman

terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya

itu sendiri (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Roswati, 2015). Sumber kecemasan

praoperatif anak ialah rasa takut terhadap operasi itu sendiri, sedangkan pada

anak yang lebih tua merasa takut mengenai kesadaran selama operasi dan

kemungkinan untuk tidak sembuh dari anastesi (Lee, et al, 2013 dalam

Roswati, 2015).

Menurut Maryunani (2014) ada beberapa hal yang meningkatkan

kecemasan pada masa pre-operatif :

a. Ambigiutas terjadi akibat dari adanya ketidakpastian atau hal-hal yang

tidak jelas mengenai lingkungan rumah sakit, prosedur praoperatif, intra-

operatif, dan pasca-operatif.

b. Persepsi yang menimbulkan konflik misalnya pengalaman operasi yang

dilaluinya berbeda dengan apa yang difikirkannya.

Page 5: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

10

c. Kesalahpahaman timbul bila diberikan informasi yang tidak akurat,

istilah-istilah yang digunakan tidak dimengerti, dan prosedur tidak

diinformasikan dengan jelas.

5. Kecemasan pada anak usia 4-6 tahun

Menurut Ahmed (2011) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor risiko kecemasan praoperatif pada anak dan

manajemen non-farmakologi menunjukkan hasil bahwa anak-anak dengan

usia 1 - 6 tahun menjadi golongan usia anak yang paling rentan mengalami

kecemasan praoperatif.Kecemasan pada anak akan menimbulkan perasaan

takut yang biasanya disebabkan oleh tidak mempunyai pengalaman dirawat

atau ketidaktahuan tantang prosedur tindakan, dan bila anak tidak mempunyai

koping yang efektif, hal tersebut akan menimbulkan stress (Susilaningrum et

al,2013).

Kecemasan yang terjadi pada anak tidak dapat dibiarkan, karena hal ini

dapat berdampak buruk pada proses pemulihaan kesehatan anak. Dalam

mengatasi kecemasan pada anak yang dapat dilakukan ialah melalui terapi

bermain sesuai dengan tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008 dalam

Fradianto et al, 2014).Anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh

pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi.

Pembedahan yang ditunggu pelaksanaanya oleh klien akan menyebabkan

rasa takut dan ansietas (Potter & Perry, 2005).

6. Penyebab kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit

Menurut Nursalam et al,(2008) penyebab kecemasan anak di rumah sakit

yaitu:

a. Cemas karena perpisahan

Pada usia pertengahan sampai dengan periode anak prasekolah,

khususnya anak berumur 6-30 bulan adalah cemas karena perpisahan.

Page 6: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

11

Hubungan anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibat perpisahan dengan ibu

akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi

dirinya dan akan lingkungan yang dikenal olehnya, sehingga pada akhirnya

akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.

b. Kehilangan kendali

Balita berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya.

Akibat anak sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan kehilangan

kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini

akan menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari

peran sakit dan anak akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan

negativistis seperti anak menjadi cepat marah dan bersikap agresif.

c. Luka pada tubuh dan rasa sakit (rasa nyeri)

Berdasarkan hasil pengamatan, bila dilakukan pemeriksaan telinga,

mulut, dan suhu pada anus akan membuat anak menjadi cemas. Selain itu

juga anak akan merasa cemas saat menjalani proses perawatan di ruangan

sebelum operasi. Reaksi balita terhadap rasa nyeri dengan menyeringai wajah,

menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar,

atau melakukan tindakan agresif seperti mengigit, memukul, menendang, atau

berlari keluar.

Menurut Potter & Perry, 2005 ada beberapa faktor yang berhubungan

dengan kecemasan pada anak yaitu:

a. Jenis kelamin

Kecemasanlebihseringterjadi pada anakperempuandibandingkanlaki-laki.Hal

inikarenalaki-lakilebihaktif dan eksploratifsedangkanperempuanlebihsensitif

dan banyakmenggunakanperasaan. Selainitu,

perempuanlebihmudahdipengaruhi oleh tekanan-tekananlingkungandaripada

laki-laki, kurangsabar dan menggunakan air mata.

b. Umur

Page 7: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

12

Semakinbertambahnyaumurseseorangsemakinbaikseseorangdalammengendal

ikanemosi.

c. Lama hari rawat

Lama harirawatdapatmempengaruhisesesorang yang sedangdirawat.

Kecemasananak yang sedangdirawatbiasaberkurangkarenaadanyadukungan

orang tua yang selalumenemanianakselamadirawat, teman-temananak yang

datangberkunjungkerumahsakitatauanaksudahmembinahubunganbaikdenganp

etugaskesehatansehinggadapatmenurunkantingkatkecemasan.

d. Lingkungan rumah sakit

Lingkunganrumahsakitmerupakanhalbarubagianak,

sehinggaanakseringmerasatakut dan terancamtersakiti oleh tindakan yang

akandilakukankepadadirinya.

7. Penatalaksanaan kecemasan pada anak

Menurut Potter & Perry (2005) anak yang menjalani perawatan di rumah

sakit harus memperhatikan kebutuhan perkembangannya yang meliputi :

a. Meminimalkan rasa cemas karena perpisahan.

b. Mempertahankan kepercayaan.

c. Mengurangi rasa takut.

d. Meminimalkan rasa tidak nyaman pada fisik.

e. Membantu pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

f. Menggabungkan bermain dan kegiatan pengalihan ke dalam perawatan

sehari-hari.

Menurut Wong (2003)penatalaksanaan kecemasan pada anak ada tiga

yaitu:

a. Orang tua

Melibatkan orang tua anak dalam perawatan anak dengan cara

membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam. Jika tidak

memungkinkan, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat

dengan maksud untuk mempertahankan kontak antara mereka.

b. Modifikasi lingkungan

Page 8: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

13

Memodifikasi lingkungan rumah sakit agar anak tetap merasa nyaman

dan tidak asing dengan lingkungan baru.

c. Peran dari petugas kesehatan

Perawat diharapkan menjadi petugas kesehatan yang harus menghargai

sikap anak karena selain orang tua perawat adalah orang yang paling dekat

dengan anak selama perawatan di rumah sakit. Sekalipun anak menolak

perawat yang di anggap sebagai orang asing, namun perawat harus tetaap

memberikan dukungan dengan meluangkan waktu secara fisik dengan dengan

anak dan mengajak bermain sesuai tahap perkembangan anak.

8. Alat ukur kecemasan pada anak

a. Modified yale preoperative anxiety scale(MYPAS)

Skala Kecemasan Preoperatif Yale yang dimodifikasi (mYPAS) adalah

alat untuk menilai kecemasan anak selama induksi anestesi dan telah

digunakan dalam> 100 studi. Skala Kegelisahan Preoperatif Yale yang

dimodifikasi mYPAS terdiri dari 5 item (Kegiatan, pernyataan, luapan emosi,

keadaan ingin tahu, dan peranan orang tua). MYPAS menghasilkan skor 1 –

6, Setiap skor dihitung dengan membagi setiap peringkat item dengan

peringkat setinggi mungkin (yaitu, 6 untuk item "pernyataan" dan 4 untuk

semua item lainnya), menambahkan semua nilai yang dihasilkan,

membaginya dengan 5, dan mengalikannya dengan 100. Perhitungan ini

menghasilkan skor berkisar antara 23,33 hingga 100, dengan nilai yang lebih

tinggi menunjukkan kecemasan yang lebih tinggi(Jenkins et al., 2014). Skor

kecemasan di bagi menjadi 2 yaitu jika x ≤ 30 : tidak cemas dan x > 30 :

cemas(Kim et al., 2015).

B. Tumbuh Kembang Anak Usia 4-6 Tahun

Tumbuh kembang anak mencakup dua peristiwa yang berbeda tetapi saling

berkaitan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dapat diartikan

sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif dan mengandung arti adanya

perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut

Page 9: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

14

perubahan fisik. Sedangkan perkembangan merupakan suatu perubahan

fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental

sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan (Soetjiningsih, 2017).

Pertumbuhan merupakan peningkatan ukuran fisik, sedangkan perkembangan

berkaitan dengan rangkaian proses ketika bayi dan anak. Usia prasekolah

merupakan masa kanak-kanak awal, yaitu berada pada usia 3-6 tahun (Kyle &

Susan Carman, 2014).Tumbuh kembang anak menurut Dr. Soetjiningsih

mencakup dua peristiwa yang berbeda tetapi saling berkaitan yaitu pertumbuhan

dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,

sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu

(Ngastiyah, 2005).

Menurut Soetjiningsih (2017) karakteristik umum atau sifat-sifat anak usia

dini, sebagai berikut:

1. Unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.

2. Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu

dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.

3. Aktif dan Energik, artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.

4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

5. Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu

yang kuat, anak lazimnya menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal

baru.

6. Spontan, artinya perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan

tidak tertutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan

pikirannya.

7. Senang dan kaya dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang

imajinatif.

8. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.

9. Daya perhatian yang pendek.

10. Bergairah untuk belajar.

11. Semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Page 10: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

15

Menurut Soetjiningsih & Ranuh (2013) menyatakan tumbuh kembang

utama pada anak usia prasekolah meliputi:

1. Bermain, kreativitas, dan imajinasi menjadi lebih berkembang

2. Keluarga masih merupakan fokus dalam hidupnya, walaupun anak lain

menjadi lebih penting

3. Ketrampilan motorik kasar dan halus serta kekuatan meningkat

4. Kemandirian, kemampuan mengontrol diri dan merawat diri meningkat

5. Imaturitas kognitif mengakibatkan pandangan yang tidak logis terhadap

dunia sekitarnya

6. Perilaku pada umumnya masih egosentris, tetapi pengertian terhadap

pandangan orang lain mulai tumbuh.

Berikut ini perkembangan kognitif dan perkembangan sosial pada anak usia

prasekolah:

1. Perkembangan kognitif

Ada empat tahap perkembangan kognitif dalam teori Piaget antara lain:

tahap sensorimotor (0-24 bulan), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap

operasional konkret (7-11 tahun), tahap operasional formal (mulai umur 11

tahun). Perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah pada tahap

praoperasinal, pada tahap ini anak mulai memiliki kecakapan motorik, proses

berpikir anak-anak juga berkembang meskipun mereka masih dianggap “jauh”

dari logis (Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Anak usia pra sekolah dapat berfikir

secara lebih kompleks dengan mengkatagorikan objek berdasarkan ukuran,

warna, atau dengan pertanyaan. Mereka juga mengalami pengingkatan intraksi

sosial, misalnya pada seorang anak berusia 5 tahun memberikan perban kepada

temannya yang sedang luka (Potter & Perry, 2009).

2. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial pada anak merupakan perkembangan kemampuan

anak untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Mula-mula

anak hanya mengenal orang-orang yang paling dekat dengan dirinya, yaitu ibu

Page 11: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

16

dan orang yang tinggal serumah dengannya. Tetapi dengan bertambahnya usia

anak perlu dikembangkan melalui pergaulan yang lebih luas. Anak perlu

memiliki kawan dan perlu diajarkan aturan-aturan, disiplin, sopan santun, dan

lain-lain. Pada umumnya anak-anak akan lebih mudah berinteraksi sosial dengan

teman sebaya atau seumuran. Pada anak usia 3-4 tahun terdapat interaksi dengan

cara berbicara, bermain, atau menangis. Sedangkan pada anak usia 4-6 tahun

anak mempunyai pergaulan sosial dan mulai berkelompok dengan jenis kelamin

yang sama (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).

C. Terapi Bermain

1. Bermain

Bermain adalah salah satu cara untuk menstimulasi perkembangan pada

anak secara optimal. Stimulasi adalah bentuk rangsangan yang datang di luar

lingkungan individu anak tersebut. Dengan bermain anak akan memperoleh

stimulasi mental yang merupakan cikal bakal dalam proses belajar untuk

perkembangan kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama,

kepribadian, moral, etika, dan sebagainya. Selain itu fungsi bermain pada anak

juga dapat mengeskpresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan

lainnya(Susilaningrum et al., 2013).

Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar

terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang, dengan

tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud bisa berarti

menghilangkan, mengurangi, mengingkatkan atau memodifikasi suatu kondisi

atau tingkah laku pada anak. Secara umum terapi dibagi menjadi dua macam.

Pertama, terapi jangka pendek untuk masalah ringan, yang dapat diselesaikan

dengan memberikan dukungan, memberi ide, menghibur, atau membujuk anak.

Kedua, terapi jangka panjang untuk masalah yang memerlukan keteraturan dan

kontinuitas demi perubahan tingkah laku anak (Dian Adriana, 2011).

Terapi bermain merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah laku

bermasalah dengan menempatkan anak dalam situasi bermain. Dunia anak

memang tidak bisa dipisahkan dengan dunia bermain, dan diharapkan anak

Page 12: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

17

mendapatkan stimulasi yang cukup agar dapat berkembang secara

optimal(Susilaningrum et al., 2013).

2. Fungsi bermain

Dunia anak tidak dapat dipisahkan dengan dunia bermain. Diharapkan

dengan bermain, anak mendapatkan stimulasi yang cukup agar dapat

berkembang secara optimal (Susilaningrum et al., 2013). Berkaitan dengan hal

tersebut, Wonget al.,(2008)menjelaskan bahwa bermain pada anak hendaknya

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Perkembangan sensorimotor

Perkembangan sensorimotor adalah komponen utama bermain pada semua

usia dan merupakan bentuk dominan permainan pada masa bayi. Permainan

aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepas

kelebihan pada anak.

b. Perkembangan intelektual

Anak belajar mengenal warna, bentuk/ukuran, tekstur dari berbagai macam

fungsi objek-objek. Mereka mempelajari fungsi angka-angka dan cara

menggunakannya, mereka belajar menghubungkan kata dengan benda dan

mengembangkan pemahaman tentang konsep yang abstak. Kegiatan seperti

puzzel dan permainan membantu mereka mengembangkan kemampuan

menyelesaikan masalah.

c. Sosialisasi

Hubungan sosial pertamanya adalah dengan pribadi ibu, tetapi melalui

bermain dengan anak lain akan membentuk hubungan sosial dan

menyelesaikan masalah yang terikat dengan hubungan ini. Mereka akan belajar

untuk saling memberi dan menerima, meraka juga banyak belajar dari kritikan

teman sebayanya dibandingan dari orang dewasa.

d. Kreativitas

Anak anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain

melalui setiap media yang mereka miliki, termasuk bahan-bahan mentah,

fantasi, dan eksplorasi. Kreativitas terutama merupakan hasil dari aktivitas

Page 13: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

18

tunggal, meskipun berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok

ketika mendengar ide orang lain yang merangsang eksplorasi lanjutan dari

idenya sendiri.

e. Kesadaran diri

Bermula dari eksplorasi aktif tubuh anak dan kesadaran diri bahwa mereka

terpisah dari ibunya, proses identifikasi diri difasilitasi melalui kegiatan

bermain. Anak-anak belajar mengenali siapa diri mereka dan di mana posisi

mereka.

f. Manfaat terapeutik

Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan

sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan stres yang dihadapi di

lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan

melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima

masyarakat.

g. Nilai moral

Walaupun anak belajar perilaku yang benar dan salah dari lingkungan

rumah dan sekolah. Interaksi dengan teman sebaya didalam kelompok memberi

makna untuk latihan moral meraka. Bila mereka ingin diterima sebagai anggota

kelompok, anak harus menaatin aturan perilaku yang diterima budaya

(misalnya: adil, jujur, kontrol diri, dan mempertimbangkan orang lain).

3. Kategori bermain

Kategori bermain menurut Dian Adriana (2011):

a. Bermain bebas

Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa

mempertahankan niatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.

b. Bermain terstruktur

Bermain terstruktur adalah bermain yang direncanakan dan dipandu oleh

orang dewasa. Cara bermain ini membatasi dan meminimalkan daya cipta

anak.

Page 14: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

19

4. Tipe bermain

Tipe bermain berdasarkan karakteristik sosial menurut Rekawati

Susilaningrum et al (2013):

a. Onlooker play

Permainan dengan mengamati teman-temannya bermain.

b. Solitary play

Permainan dengan bermain sendiri.

c. Parallel play

Permainan bersama teman tanpa interaksi.

d. Associative play

Permainan dengan bermain bersama tanpa tujuan kelompok.

e. Cooperative play

Permainan dengan bermain bersama yang diorganisir.

5. Keuntungan bermain

Adapun beberapa keuntungan bermain menurut Dian Adriana (2011):

a. Membuang energi ekstra pada anak-anak.

b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang, otot,

dan organ-organ.

c. Aktivitas bermain yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan.

d. Anak dapat belajar mengontrol diri.

e. Berkembangnya berbagai ketrampilan

f. Meningkatkan daya kreativitas anak.

g. Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda yang

ada di sekitar anak.

h. Dapat mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan kedukaan.

i. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya.

j. Kesempatan untuk merasakan kalah maupun menang dalam sebuah

permainan.

Page 15: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

20

k. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.

l. Dapat mengembangkan kemampuan intelektual.

6. Hal -hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat bermain menurut Dian Adriana

(2011) yaitu:

a. Energi ekstra/tambahan

Bermain memerlukan energi tambahan, anak yang sedang sakit akan

kecil keinginannya untuk bermain. Apabila ia mulai lelah atau bosan, maka

akan menghentikan permainan.

b. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu dalam bermain.

c. Alur permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan

taraf perkembangannya.

d. Ruangan untuk bermain

Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga dapat bermain di halaman

atau di tempat tidur.

e. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-

temannya, atau diberitahu caranya.

f. Teman bermain

Anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Anak akan

kehilangan kesempatan belajar dengan teman-temannya jika ia bermain

sendiri.

Page 16: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

21

g. Reward

Memberikan semangat dan pujian pada anak bila berhasil melakukan

sebuah permainan.

Page 17: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

6

7. Pedoman Bermain

Tabel 2.1 pedoman bermain No. Usia Karakter

bermain

Isi bermain Tipe bermain Karakteristik

aktivitas spontan

Tujuan bermain

dramatik

Perkembangan rasa etik

1 Bayi Soliter (sendiri) Afektif-sosial Sensorimotor Kesenangan Identitas diri -

2 Todler Pararel Imitatif Gerakan tubuh Penilaian intuitif Memperlajari peran jender Memulai nilai-nilai moral

3 Prasekolah Asosiatif Imajinatif Fantasi permainan

informal

Pembentukam konsep

Ide konstan yang beralasan

Meniru kehidupan sosial

Mempelajari peran sosial

Mengembangkan perhatian pada

teman-teman

Belajar untuk berbagi dan bekerja

sama

4 Usia

sekolah

Kooperatif Permainan kompetitif &kontes

Fantasi

Aktivitas fisik

Aktivitas kelompok

Permainan formal

Bermain peran

Menguji situasi konkret dan

pemecahan masalah

Menambang informasi baru

Penguasaan pengalaman

orang lain

Loyalitas sebaya

Bermain dengan aturan

Kepahlawanan

5 Remaja Kerja sama Permainan kompetitif & kontes

Mimpi siang hari

Interaksi sosial Pemecahan masalah abstrak Menunjukan ide-ide Penyebab dan proyek

Sumber : Wong (2003)

21

Page 18: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

22

8. Stimulasi dan aktivitas bermain pada anak usia 4-6 tahun

Sebagai mana telah dijelaskan bahwa agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal perlu ada stimulasi, salah satunya dengan aktivitas

bermain. Aktivitas bermain terutama yang dapat menstimulasi perkembangan

anak prasekolah.Pada anak usia 4 tahun, anak akan bermain dalam kelompok

yang berisikan dua atau tiga orang anak, dan pada usia 5 tahun kelompok

tersebut memiliki pemimpin sementara kegiatan (Potter & Perry, 2009).

Menurut Donna L. Wong (2004) kecenderungan bermain pada anak pra

sekolah adalah bermain dengan isi permainan imajinatif dan berdasarkan

karakteristik sosial bermain yaituasosiatif.

Adapun tujuan bermain pada masa prasekolah menurut Rekawati

Susilaningrum et al (2013), yaitu:

a. Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung, menyamakan, dan

membedakan.

b. Merangsang daya imajinasi.

c. Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan percaya diri.

d. Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, kompetisi.

e. Mengembangkan kordinasi motorik, sosialisasi, kemampuan mengontrol

emosi.

9. Terapi bermain imajinatif asosiatif

Dalam berimajinasi tentu dekat dengan sebuah permainan. Anak sering

berimajinasi melalui permainan. Seorang anak yang kreatif akan mempunyai

imajinasi yang tinggi. Suatu permainan akan memberikan anak menjadi kreatif

berpikir, bertindak, dan mempunyai imajinasi dan khayalan yang akan

membantu proses kreativitas anak. Adanya latihan berimajinasi akan

memberikan kepekaan kreativitas (Sari, Antara, & Ujianti, 2017).

Permainan imajinatif adalah permainan yang melibatkan fantasi atau

imajinasi dan menunjukkan keinginan dari diri anak untuk mengkolaborasinya

(Ariel, 2002 dalam Astikasari et al., 2015). Mainan pengalih memungkinkan

anak berfokus pada perhatian mereka pada pengalaman yang menyenangkan

Page 19: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

23

dan untuk memainkan situasi yang terjadi pada saat anak meggabungkan antara

kenyataan dan imajinasi (Potter & Perry, 2005).

Sedangkan asosiatif merupakan permainan dengan bermain bersama tanpa

tujuan kelompok (Susilaningrum et al., 2013). Permainan asosiatif adalah

bermain dalam kelompok dan memiliki aktivitas yang sama tetapi belum

terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai keinginan

(Ridha, 2017). Permainan asosiatif, anak bermain bersama dalam mengerjakan

aktivitas yang sama tetapi tidak ada organisasi yang mengatur pembagian

kerja, penetapan kepemimpinan, atau tujuan bersama. Anak meminjam dan

meminjami material permainan, saling mengikuti dan terkadang berupaya

mengontrol siapa yang boleh dan tidak boleh bermain dalam kelompok

tersebut(Wong et al., 2008). Bentuk permainan imajinatif asosiatif pada usia 4-

6 tahun menurut Dian Adriana (2011) antara lain, bermain menyambung

kepala binatang, bola keranjang, doker-dokteran (drama), sebut nama buah dan

binatang.

a. Menyambung kepala binatang

Merupakan salah satu permainan yang dapat melatih imajinasi pada anak,

dan juga dapat dimainkan dalam bentuk kelompok atau lebih dari 1 orang.

b. Persiapan

Seperangkat gambar binatang yang digunting dari majalah/karton dan

dipotong bagian lehernya sehingga kepalanya terpisah dari tubuhnya.

c. Cara bermain

a) Pisahkan potongan gambar kepala hewan dan potongan tubuh hewan.

b) Jelaskan pada anak bahwa cara mainnya menyambung potongan gambar

kepala dan tubuh hewan yang sesuai.

c) Berikan pujian jika anak berhasil.

d. Manfaat

a) Mengenalkan anak pada anggota tubuh binatang

b) Meningkatan kecerdasan

c) Meningkatkan daya imajinasi

d) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak lain

Page 20: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

24

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Lilin terhadap Penurunan

Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami

Hospitalisasi Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak” oleh Fradianto et al (2014).

Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi bermain

lilin terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah di

Ruang Anak RSUD dr. Soedarso Pontianak. Hasil uji T berpasangan

menunjukan nilai p = 0,000 dimana nilai p < 0,05.

2. Penelitian berjudul “Perbedaan Terapi Bermain Puzzle dan Bercerita

terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Selama

Hospitalisasi di Ruang Anak RS TK. III. R. W. Mongisidi Manado” oleh

Kaluas et al., (2015). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan terapi bermain puzzle dan bercerita terhadap kecemasan anak

usia prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III

R.W.Mongisidi Manado. Hasil uji statistik paired sample t-Test menunjukan

nilai p value = 0,000 < α = 0,05 (Ho ditolak).

3. Penelitian berjudul “Efektifitas Terapi Mendongeng terhadap Kecemasan

Anak Usia Toddler dan Prasekolah Saat Tindakan KeperawatanDirawat Di

Ruang Anak Rs X” oleh Adiilah & Somantri (2016).Dari penelitian tersebut

disimpulkan terdapat perbedaan skor kecemasan pada usia toddler dan

prasekolah setelah pemberian terapi mendongeng. Hasil uji T tidak

berpasangan menunjukan mean skor kecemasan toddler 4.40, sedangkan

prasekolah 1.80, artinya skor kecemasan prasekolah lebih rendah

dibandingkan toddler setelah terapi mendongeng.

4. Penelitian berjudul “Is Therapeutic Play Effective at Reducing Preoperative

Anxiety In Children Age 4 Through 12” oleh Mclaughlin (2016). Dari

penelitian tersebut disimpulkan penurunan tingkat kecemasan pada anak-

anak usia 4 sampai 12 tahun setelah di berikan terapi bermain. Hasil uji-

statistik yang dilaporkan p-valeu = 0,002 menunjukkan signifikansi statistik.

Page 21: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

25

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 kerangka konsep

Perlakuan terapi bermain

imajinatif asosiatif

Skorkecemasananak 4-6 tahunpraoperasisetelahperlakuan.

SkorKecemasananak 4-6 tahunpraoperasi sebelumperlakuan.

Page 22: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

26

F. Kerangka Teori

Gambar 2.3 kerangka teori

Wong et al., (2008), Kozier (2010)

Faktor penyebab kecemasan pada anak 4-6 tahun:

1. Perpisahan karena hospitalisasi

2. Kehilangan kendali

3. Luka pada tubuh(prosedur pembedahan) dan rasa sakit (Rasa nyeri)

Tingkat kecemasan:

1. Tidak cemas

2. Cemas

Pembedahan pada anak

Praoperatif Intra-operatif Pasca-operatif

Kecemasan

Terapibermainimajnatif asosiatif

PenatalaksanaanKecemasan pada anak 4-6 tahun:

1. Melibatkan orang tua dalam perawatan

2. Memodifikasi lingkungan rumah sakit

3. Peran dari petugas kesehatan dokter/perawat dalam terapi bermain

Page 23: 3. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/454/3/2.pdf · dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

27

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua

variabel. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya

hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo,

2010).

Hipotesis nol (Ho): tidak ada pengaruh terapi bermain imajinatif asosiatif

pada anak usia 4-6 tahun terhadap kecemasan pra operasi di Ruang Bedah

Anak RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019.

Hipotesis alternatif (��): Ada pengaruh terapi bermain imajinatif asosiatif

pada anak usia 4-6 tahun terhadap kecemasan pra operasi di Ruang Bedah

Anak RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019.