Upload
nazmi-zahrani
View
10
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
28 La Ode Halidin
Citation preview
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MELALUI PEMBINAAN PROFESIONAL DENGAN
PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SEMESTER I SD NEGERI 1 NAPABALANO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh : La Ode Halidin, S.Pd
ABSTRAK
Penelitian tentang meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan silabus dan RPP melalui pembinaan professional dengan pendekatan kooperatif di SD Negeri 1 Napabalano Kabupaten Muna pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 adalah penelitian tindakan (action research) yang bersifatsiklik. Permasalahan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah bagaimana pembinaan professional dengan pendekaatan kooperaratif dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di SD Negeri 1 Napabalano Kabupaten Muna? Tujuan dari penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan oleh Kepala sekolah kepada guru yaitu untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan untuk mengetahui sejauhmana pembinaan professional dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatka kompetensi guru. Kemampuan yang akan ditingkatkan adalah kemampuan guru dalam mengembangkan silabus dan RPP. Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus yang mengcu pada permasalahan dan tujuan penelitian. Subjek penelitian adalah guru kelas I-VI SD Negeri 1 Napabalano Kabupaten Muna pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016.Objek penelitian tindakan sekolah adalah silabus dan RPP .Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah (1) meningkatnya aktivitas peserta dalam pembinaan, (2) efektivitas pembinaan dengan pendekatan kooperatif, (3) meningkatnya kemampuan dan penguasaan guru/peserta dalam mengembangkankan silabus dan RPP yaitu nilai rata-rata yang diperoleh di atas 70. Hasil penelitiannya adalah (1) untuk siklus I, nilai rata-rata masih rendah yakni 65,31 dan meningkat pada siklus 2.
Kata Kunci : Pembinaan Profesional Dengan Pendekatan Kooperatif, Meningkatkan Kompetensi Guru
1
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional yang selama ini Pendidikan merupakan salah satu
prioritas program pembangunan di Indonesia, karena isu mengenai mutu
pendidikan sampai saat ini masih bergulir. Upaya meningkatkan mutu pendidikan
menjadi priotitas utama, disamping pemerataan, relevansi, efesiensi, dan
efektivitas.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru,
antara lain melalui pelatihan, workshop, bimbingan teknik, dan uji sertifikasi.
Namun demikian berbagai indikator peningkatan kompetensi guru belum
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Yuwono (2001) menyatakan bahwa
usaha-usaha perbaikan pembelajaran sudah dilakukan namun belum
menampakkan hasil yang memuaskan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Theofilus (2006) yang mengatakan bahwa
guru selama ini lemah dalam menyusun silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang menjadi pedoman pada saat pembelajaran di kelas.
Bahkan ada yang tidak menyusunnya sama sekali, padahal kualitas rencana
pelaksanaan pembelajaran sangat menentukan hasil kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu upaya peningkatan kompetensi terus dilakukan. Upaya ini
diantaranya dengan mengadakan pembinaan profesional dengan memadukan
berbagai pendekatan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka dapat ditarik suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Pembinaan Profesional dengan Pendekaatan Kooperatif Dapat
Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Mengembangkan Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Di SD Negeri 1 Napabalano Kabupaten Muna?
2. Rencana Pemecahan Masalah
Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di sekolah yang pada
hakikatnya digunakan dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang timbul
2
2
dalam tugas dan fungsi Kepala Sekolah . Rencana pemecahan masalah dilakukan
melalui tindakan yang diperkirakan sebanyak 2 siklus.
Dalam penelitian tindakan sekolah ini, peneliti mempunyai tujuan :
1. Untukmeningkatkankompetensi guru dalam mengembangkan silabus
melalui pembinaan profesional dengan pendekatan kooperartif.
2. Untukmeningkatkankompetensi guru dalam mengembangkan RPP melalui
pembinaan profesional dengan pendekatan kooperatif.
3. Untukmengetahuisejauhmana pembinaan profesional dengan pendekatan
kooperatif dapat meningkatkan kompetensi guru
dalammengembangkansilabusdan RPP.
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan, yang hasilnya diharapkan
bermanfaat untuk :
1. Guru
a. Guru memiliki kemampuan dalam menjabarkan standar isi menjadi silabus.
b. Guru lebih mampu dalam mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
c. Guru memiliki keterampilan dalam membuat perangkat pembelajaran.
2. Kepala Sekolah sekolah
a. Memiliki keterampilan dalam pembinaan profesionak kepada guru.
b. Memiliki inovasi dalam melaksanaan pembinaan profesional terhadap guru.
c. Sebagai masukan kepada Kepala Sekolah sekolah dalam melaksanakan
pembinaan profesional dengan pendekataan kooperatif
3. Dinas Pendidikan
Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam mengembangkan silabus dan RPP melalui pembinaan
profesional dengan pendekatan kooperartif.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian Tindakan Sekolah
3
3
Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di sekolah
yang pada hakikatnya digunakan dalan rangka memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam tugas dan fungsi Kepala Sekolah. Pelaksanaan penelitian
tindakan sekolah bersifat partisipatif karena melibatkan peneliti sebagai pelaksana
penelitian.dan settingnya adalah kegiatan pembinaan profesional guru yang
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kelompok guru (KKG) dengan materi
pembinaan tentang pengembangan dan penyusunan silabus serta rencana
pelaksanaan pembelajaran kelas (RPP) kelas I-VI.
Subjek dan Objek Penelitian Tindakan Sekolah
Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah 6 guru kelas I-VI yang
berada di SD negeri 1 Napabalano.
Objek penelitian tidakan sekolah ialah silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) kelas I-VI sekolah dasar.
Prosedur Penelitian Tindakan
1. Perencanan
a. Skenario Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang
bersifat siklik. Sedangkan kemampuan yang ditingkatkan adalah kemampuan guru
kelas I-VI dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Tindakan diperkirakan sebanyak dua siklus, setiap siklus menggacu paa tujuan
dan permasalahan penelitian. Tindakan pada siklus ke dua tergantung dari refleksi
pelaksanaan siklus sebelumnya dan seterusnya hingga tercapai tujuan yang ingin
diharapkan.
b. Perkiraan Jumlah Siklus
Untuk mencapai tujuan peninggkatan kompetensi guru dalam pengembangan
silabus dan RPP melalui pendekatan kooperatif dilakukan tindakan yang
diperkirakan dua siklus. Siklus 1 dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi
waktu 3x 60 menit, pertemuan pertama alokasi waktu 1 x 60 menit kemudian pada
4
4
pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 60 menit. Pada siklus 2 dilaksanakan
dengan mnggunakan satu pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 60 menit.
Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan berupa:
1. Instrumen input berupa lembar intrumen pretes penugasan kemampuan awal
yang dimiliki oleh guru dalam mengembangkan silabus dan RPP
2. Instrumen proses, berupa:
a. Instrumen pengamatan pengawas, yaitu berupa lembar observasi pada saat
pelaksanaan pembinaan profesional dengan pendekatan kooperatif yang dilakukan
oleh teman pengawas.
b. Instrumen pengamatan terhadap kelas yang berupa lembar observasi tentang
keaktifan peserta dan kelompok pada waktu mengikuti kegiatan pembinaan
profesional dengan pendekatan kooperatif.
3. Instrumen Output
Instrumen ini berbentuk tes penguasaan kemampuan guru dalam mengembangkan
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai hasil dari pembinaan
profesional.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.
Menurut Sugiyono (2006) statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang belaku secara umum atau
generalisasi. Sehingga dalam penelitian tindakan dengan menggunakan statistik
deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak
bermaksud membuat generalisasi.
Indikator Keberhasilan
Untuk menentukan berhasil dan tidaknya dalam penelitian tindakan sekolah.
Peneliti merumuskan indikator keberhasilan sebagai berikut :
5
5
a. Meningkatnyaaktivitaspesertapembinaan yang ditandai dengan kehadiran
peserta, keberanian peserta dalam mengemukakan pendapat, dan kerja sama
dalam kelompok .
b. Efektifitaspenerapanpendekatankooperatif dalam pembinaan profesional
kepada guru ditandai dengan aktifnya semua kelompok
c. Adanyapeningkatannilai rata-rata tes akhir yang dicapai oleh peserta dalam
penguasaan tentang silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, ditandai
dengan nilai ketuntasan lebih dari 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Siklus 1
Perencanaan
Untuk melaksanakan siklus 1 didahului dengan menyusun materi tentang silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Selanjutnya materi pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) meliputi pengertian rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), komponen RPP, prinsip-prinsip penyusunan
RPP, dan langkah-langkah penyusunan RPP, kemudian membentuk kelompok
menjadi 2dengan anggota setiap kelompok 3 orang.
b. Tindakan
Hasil dari pre test terhadap peserta pembinaan sebesar 59,3. Pada akhir kegiatan
tindakan, peneliti mengadakan post test terhadap peserta. Adapun hasilnya dapat
diperoleh sebesar 65,31
c. Pengamatan
1. Hasil pengamatan penelitian dari teman sejawat kepada pembina pada siklus 1
ditemukan hal-hal sebagai berikut : (a) pembentukan kelompok tidak terencana
dengan baik karena hanya berdasarkan pangkat dan golongan ruang. (b) peneliti
kurang dalam menjelaskan cara-cara bekerja dalam kelompok. (c) peneliti dalam
memberikan dampingan selama melakukan pembinaan kurang merata. (d) peneliti
kurang memberikan motivasi pada peserta untuk dapat aktif dalam kegiatan
pembinaan. Prosentase hasil pengamatan setelah direkapitulasi didapat hasil
6
6
perolehan dalam prosentase : 60%. Prosentase tersebut di atas diperoleh dari
perbandingan antara harapan dengan rekapitulasi hasil pengamatan.
2. Hasil pengamatan terhadap perserta ada beberapa hal yang ditemukan
diantaranya : (a) masih ada peserta yang tidak memperhatikan pada saat pembina
memberikan informasi, (b) masih ada peserta yang tidak dapat bekerja sama
dengan kelompoknya, (c) masih terdapat egoisme peserta dengan tidak mau
membagi pengetahuan pada anggota kelompok yang lain, (d) masih banyak
peserta yang belum memahami dalam mengembangkan silabus dan RPP..
Prosentase hasil pengamatan setelah direkapitulasi didapat hasil perolehan dalam
prosentase : 72%. Prosentase tersebut di atas diperoleh dari perbandingan antara
harapan dengan rekapitulasi hasil pengamatan.
3. Hasil pengamatan terhadap kelompok , diperoleh temuan sebagai berikut : (a)
masih ditemukan peserta kurang berpartisipasi pada kegiatan kelompoknya. (b)
tugas kelompok masih didominasi oleh satu peserta atau dua peserta saja, (c)
komunikasi baru satu arah. (d) masih terdapat peserta yang tidak mau
mengerjakan tugas dalam kelompok. Prosentase hasil pengamatan setelah
direkapitulasi didapat hasil perolehan dalam prosentase : 66%. Prosentase tersebut
di atas diperoleh dari perbandingan antara harapan dengan rekapitulasi hasil
pengamatan.
d. Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus 1 maka diadakan refleksi. Hasil proses
refleksi adalah sebagai berikut: (1) presensi dilakukan pada akhir pertemuan dan
terkesan kelupaan. (2) persepsi kurang, tidak menyampaikan materi prasyarat
sehingga peserta kurang siap mempelajari materi yang diajarkan. (3) pembentukan
kelompok tidak terencana dengan baik, karena hanya didasarkan pangkat dan
golongan ruang, . (4) peneliti kurang dalam menjelaskan cara-cara kerja
kelompok,. (5) peneliti dalam memberikan bimbingan kurang merata, sehingga
ada kelompok yang bingung tidak mendapat bagian. (6) masih banyak ditemukan
peserta tidak berpartisipasi pada kegiatan kelompoknya, bahkan mengobrol
dengan sesamanya. (7) masih banyak ditemukan tugas kelompok didominasi oleh
satu atau dua peserta saja. (8) pada saat pelaksanaan post test peneliti tidak
7
7
mencermati tempat duduk pesert. (9) masih banyak ditemukan kelompok yang
salah dalam menyusun silabus dan RPP. (10) ketidakaktifan kerja sama kelompok
juga terlihat dari hasil pos test .
Hasil Penelitian Siklus 2
Perencaaan
Untuk melaksanakan siklus 2 didahului dengan menyusun materi tentang silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemudian membentuk kelompok
menjadi 4 dengan anggota setiap kelompok 4 orang sedangkan kriteria yang
digunakan dalam pembentukan kelompok berdasarkan pangkat dan golongan
ruang peserta pembinaan, dan menyusun lembar observasi, menyusun soal pre
test, dan post test.
b. Tindakan
Hasil test kemampuan peserta terhadap penguasaan materi silabus dan RPP pada
siklus 2 sebesar 78,75
c. Pengamatan
1.Hasil pengamatan penelitian dari teman sejawat kepada pembina pada siklus 2
ditemukan hal-hal sebagai berikut : (a) pembentukan kelompok terencana dengan
baik berdasarkan pangkat, golongan ruang dan kesetaraan jender (b) peneliti
menjelaskan dengan baik cara-cara bekerja dalam kelompok. (c) peneliti dalam
memberikan dampingan selama melakukan pembinaan merata. (d) peneliti
memberikan motivasi pada peserta untuk dapat aktif dalam kegiatan pembinaan.
Prosentase hasil pengamatan setelah direkapitulasi didapat hasil perolehan dalam
prosentase : 86%. Prosentase tersebut di atas diperoleh dari perbandingan antara
harapan dengan rekapitulasi hasil pengamatan.
2. Hasil pengamatan terhadap perserta ada beberapa hal yang ditemukan
diantaranya : (a) semua peserta sangat baik dalam memperhatikan materi
pembinaan, (b) peserta sudah dapat bekerja sama dengan kelompoknya, (c) tidak
ada egoisme peserta,, (d) peserta sudah memahami dan mengusai materi
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Prosentase hasil
pengamatan setelah direkapitulasi didapat hasil perolehan dalam prosentase :
8
8
88%. Prosentase tersebut di atas diperoleh dari perbandingan antara harapan
dengan rekapitulasi hasil pengamatan.
3.Hasil pengamatan terhadap kelompok , diperoleh temuan sebagai berikut : (a)
peserta berpartisipasi aktif pada kegiatan kelompoknya. (b) semua peserta sudah
mengerjakan tugas dalam kelompoknya, (c) komunikasi multi arah. (d) peserta
aktif mengerjakan tugas dalam kelompok. Hal ini dapat dilihat dari skor perolehan
dari hasil pengamatan pembina terhadap kelompok sebesar 40 sehingga dapat
diperoleh kualifikasi sering (baik) maksudnya kelompok sering mengajukan
pertanyaan dan sering menyampaikan saran dan pendapat. Prosentase hasil
pengamatan setelah direkapitulasi didapat hasil perolehan dalam prosentase :
80%. Prosentase tersebut di atas diperoleh dari perbandingan antara harapan
dengan rekapitulasi hasil pengamatan.
d. Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus 2 maka diadakan refleksi pada semua
kegiatan yang telah dilakukan. Hasil proses refleksi adalah sebagai berikut (1)
presensi dilakukan pada awal sebelum kegiatan dimulai. (2) apersepsi sudah baik
dengan menyampaikan materi prasyarat sehingga peserta sudah siap mempelajari
materi yang akan diberikan oleh pembina (3) pembentukan kelompok sudah
terencana dengan baik, karena menggunakan kriteria pangkat dan golongan tanpa
memandang jenis kelamin dan latar belakang pendidikan,(4)peneliti merencankan
kegiatan pembinaan dengan baik dengan menggunakan media LCD sehingga
mempermudah peserta untuk memahami informasi yang diberikan. (5) peneliti
sangat jelas dalam menjelaskan cara-cara bekerja kelompok yaitu yang mampu
membantu yang kurang mampu. (6) peneliti dalam memberikan bimbingan sudah
merata, sehingga semua kelompok mendapatkan dampingan yang sama. (7) semua
peserta pembinaan sudah berpartisipasi pada kegiatan kelompoknya dalam bentuk
diskusi. (8) tugas kelompok tidak didominasi oleh satu atau dua anak saja sebab
semua sudah aktif memberikan masukkan dalam berdiskusi kelompok. (9) pada
saat pelaksanaan tes akhir peneliti mencermati tempat duduk peserta sehingga
tidak ada peserta dalam satu kelompok duduk berdampingan. (10) peserta sudah
baik dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh penelit, ini menunjukkan
9
9
peneliti sudah memberi penekanan pada bagian yang penting dan harus dicermati
peserta. (11) semua peserta aktif dalam kerja sama kelompok.
Pembahasan
Dengan melihat hasil penelitian di atas dan dipadukan dengan hasil tes pada
masing-masing siklus maka dapat dijelaskan bahwa:
1. Siklus I
Dari hasil pengamatan teman sejawat yang menjadi pengamat, aktivitas pembina
pada siklus I ini masih ada yang harus diperbaiki, yaitu pada pemberian bantuan
kepada peserta masih belum merata sehingga terkesan kurang adil.. Kelemahan
pembina pada siklus I ini juga nampak pada kurangnya memberi penghargaan
terhadap upaya peserta secara individu maupun kelompok.
Aktivitas kelompok pada siklus I ini masih kurang, hal ini nampak dari hasil
pengamatan masih terlihat partisipasi anggota kelompok kurang baik, tugas
kelompok masih didominasi oeh satu atau dua siswa saja. Sedangkan dari hasil
pengamatan aktivitas peserta pada siklus I ini juga masih banyak kelemahan, hal
ini nampak dari masih adanya peserta yang pasif dan nampak bingung tidak tahu
apa yang harus dilakukan, bahkan masih ada yang nampak canggung untuk
mendekat temannya dan belum ada keberanian untuk bertanya dan
mengungkapkan pendapatnya.
Dengan melihat hasil di atas, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan antara
lain pembina supaya lebih pandai memberi penghargaan pada usaha peserta baik
secara individu maupun secara kelompok. Agar kegiatan pembinaan dapat
berhasil, peserta diberi penjelasan lagi bagaimana cara bekerja dalam kelompok,
peserta disadarkan lagi bahwa keberhasilan pada kegiatan pembinaan ini tidak
dapat ditentukan oleh orang per orang melainkan oleh tim. Artinya penghargaan
tidak diberikan kepada perorangan melainkan diberikan kepada tim dengan
kinerja baik.
Kesimpulan pada siklus I ini kegiatan pembinaan belum berhasil karena banyak
tolok ukur yang belum tercapai seperti masih ditemukan anggota kelompok yang
tidak bekerja, masih ada peserta yang salah dalam mengerjakan tuga, peserta yang
10
10
bertanya dan mengungkapkan pendapat baru sedikit, dan kerja sama antar peserta
masih kurang.
Dengan demikian perlu dilakukan tindak lanjut untuk memperbaiki kegiatan
pembinaan dengan melaksanakan siklus II.
2. Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II, pembagian anggota kelompok diulang dengan
berdasarkan kesepakatan bersama supaya peserta yang mampu tidak
mengelompok. Peserta perempuan dibagi merata pada tiap kelompok . Ternyata
dari perubahan kelompok ini, komposisi anggota kelopok lebih baik, dan juga
kesadaran tiap peserta tentang arti bekerja sama semakin baik.
Hal ini nampak dari hasil pengamatan aktivitas kelompok maupun aktivitas
peserta menunjukkan perbaikan. Semua indikator yang diamati semua berhasil
baik, aktivitas pembina berjalan baik, aktivitas kelompok berjalan baik tidak lagi
didominasi oleh satu atau dua peserta, tetapi seluruh anggota kelompok berperan
sesuai kemampuan mereka masing-masing yang kemampuan diatas teman-teman
peserta membantu yang kemampuannya kurang dan sebaliknya yang merasa
kemampuannya kurang ada keinginan untuk terus berusaha. Hasil pengamatan
terhadap pembina (pengawas) oleh teman sejawat ada peningkatan dari 60%
menjadi 86% berarti ada peningkatan sebesar 26%, pengamatan terhadap peserta
juga peningkatan dari perolehan 72% menjadi 88% sehingga ada peningkatan
sebesar 16%, kemudian hasil pengamat terhadap kelompok dari 66% menjadi
80% meningkat sebesar 14%. menunjukkan semua peserta mampu menyusun
silabus dan RPP. Selanjutnya hasil tes kemampuan penguasaan tentang silabus
dan RPP ada peningkat nilai rata-rata yaitu dari nilai 65,31 pada siklus 1 menjadi
78,75 pada siklus 2 sehingga nilai rata-rata meningkat 13,44.
Simpulan pada siklus II, terjadi peningkatan kompetens guru dalam
mengembangkan silabus serta RPP dengan pendekatan kooperatif. Hal ini
disebabkan karena peserta semakin aktif dalam mengikuti proses pembinaan.
11
11
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil analisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap
pembina/peneliti, pengamatan peserta pembinaan dan kelompok telah
menunjukkan bahwa kualifikasi pelaksanaan pembinaan profesional dengan
pendekatan kooperatif terhadap guru kelas I-VI di SDNegeri 1 Napabalanodalam
menyusun silabus dan RPP kategori baik. Peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut
1. Kemampuan guru/pesertadalammemahami tentang silabus dan perencanaan
pelaksanaan pembelajaran pada semester I tahun pelajaran 2015/2016
meningkat yakni rata-rata dari 65,31 menjadi 78,75.
2. Aktifitaspesertadalampembinaan profesional guru kelas I-VI SD Negeri 1
NapabalanoKabupatenMuna tahun pelajaran 2015/2016 meningkat dari 46%
menjadi 88%, ditandai dengan.
a. Keberanianpesertamengajukanpertanyaan dan mengemukakan permasalahan
yang ada di sekolah dalam diskusi dari siklus I, dan siklus II terus meningkat.
b. Kerjasamaantarpeserta pembinaan dari siklus I dan II semakin baik.
3. Aktifitaskelompokdalampembinaan profesional guru kelas I-VI SD Negeri 1
NapabalanoKabupatnMuna tahun pelajaran 2015/2016 meningkat dari 48%
menjadi 90%, ditandai dengan:
a. Keberaniankelompokseringmengajukan pertanyaan dan penyampaian
pendapat dan saran dalam diskusi.
b. Kerjasamaantarpeserta dalam kelompok meningkat.
Saran
1. Pembinaanprofesional yang dilakukan oleh pengawas kepada guru sekolah
dengan pendekatan kooperatif sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan kompetensi guru, sehingga dapat dipakaiolehteman-
temanKepalaSekolahdasardalammelakukan pembinaan di daerah binaannya.
12
12
2. KepalaSekolahsupayaselalumengembangkan diri dan dapat menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan karakteristik daerah binaannya dan
menerapkan guru sebagai subjek dalam kegiatan pembinaan sehingga akan
mengahasilkan guru yang profesional .
3. KepalaSekolahharusmemotifasi guru untuk menacapai yang terbaik dan
mampu mengharagai setiap peserta yang positif.
1. Dan sebagai penutup, penulis berharap semoga hasil penelitian tindakan
sekolah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta memotifasi pada
semua pengawas untuk lebih kreatif dalam melaksanakan pembinaan
sehingga menciptakan guru yang mampu melaksanakan pembelajaran yang
aktif, kreaktif dan menyenangkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Petunjuk TeknisPenelitian Tindakan Sekolah, Dirjen PMTK: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD, BNSP: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Model Silabus di Sekolah Dasar, BNSP: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar, BNSP: Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1995. Pedoman Pembinaan Profesional Sekolah Dasar , Dikdasmen: Jakarta
Muslich, Mansur ((2007) ,Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual, Bumi Aksara: Jakarta.
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York: Gleoncoe Maemillan Mc Graw Hill.
Salma, Dewi, 2008. Prinsip Disain Pembelajaran (Instructional Design rinciples). Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Suparman, M. Atwi. 1997. Disain Instruksional. Jakarta: PAU PPAI Universitas Terbuka.
13
13
Reigeluth, Charles M. 1983. Instructional Design: Theories and Models. New York: Lawrence Erlbaum Associates, publ.
14
14