Upload
raniaadrieza
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 1/18
PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF DALAM SEDIAAN TABLET
ASETOSAL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI (KCKT)
Rania Adrieza
Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran, Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia
Abstrak
Asetosal merupakan senyawa yang memiliki sifat analgesik, antipiretik,
dan antiinflamasi ketika digunakan dalam dosis yang tinggi (500-1000 mg/hari).
Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar asetosal dalam tablet asetosal
untuk memastikan mutu dari setiap sediaan yang dihasilkan. Tablet asetosal
dianalisis dengan menggunakan instrumen KCKT, yang mana prinsip kerja
KCKT berdasarkan dengan kepolaran pada fase diam dan fase gerak, dimana
senyawa akan terpisah sesuai dengan tingkat kepolarannya. Dari hasil optimasi
metode, fase gerak yang digunakan yaitu metanol : air ( 30:70 ) pH 2.98 dan fase
diamnya yaitu kolom C18. Kecepatan laju alir 0.75 mL/menit dengan volume
injeksi ±10µL dan dianalisis pada panjang gelombang 275 nm dengan detektor
UV-Vis. Instrumen KCKT divalidasi dengan menghitung jumlah plat teoritis,
tinggi plat, LOQ, LOD, resolusi, standar deviasi AUC dan waktu retensi. Kadar
asetosal yang didapatkan yaitu sebesar 161,9%, dimana kadar ini tidak sesuaidengan persyaratan kadar dari Farmakope Indonesia.
Kata Kunci: asetosal, KCKT, fase gerak, kadar, tablet
Abstract
Acetosal is a compound that has analgesic, antipyretic and anti inflammation properties
when used in a high dose (500-1000 mg/day). The purpose of this research is to
determine acetocal level in acetosal tablet to ensure the quality of each tablets
produced. Acetocal tablets were analyzed using HPLC, which principle is based on the
polarity of the stationary phase and a mobile phase, where the compound will be
separated in accordance with the level of polarity. From the result of method which is
optimized, mobile phase used is methanol: water ( 30: 70 ) pH 2.98 and stationary phase
is column C18. Speed flow rate of 0.75 mL / min, with ± 10μL injection volume and
analyzed at a wavelength of 275 nm with UV-Vis detector. The HPLC been validated by
counting the number of theoretical plate , high plate ,LOQ , LOD, resolution , deviation
standart and retention time. Asetosal levels obtained is 161,9%.
Keywords: acetocal, HPLC, mobile phase, level, tablets
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 2/18
Pendahuluan
Asam asetilsalisilat adalah
obat yang berguna untuk analgesik,
antipiretik dan antiinflamasi (Kousar
et al., 2004). Sediaan asam
asetilsalisilat yang umumnya berupa
sediaan tablet telah banyak
digunakan oleh para produsen obat
dengan beberapa jenis sediaan,
bahkan dapat digunakan sebagai anti
platelet dengan mekanisme
penghambatan terhadap agregrasi
platelet (Pulcinelli et al., 2004).
High performance liquid
chromatography ( HPLC ) atau yang
sering disebut kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) adalah jenis
kromatografi yang penggunaannya
paling luas. Kegunaan umum HPLC
adalah untuk pemisahan dan
pemurnian senyawa obat serta untuk
analisis kuantitatif senyawa obat
dalam sediaan farmasetika.
Disamping itu, HPLC juga
digunakan untuk identifikasi
kualitatif senyawa obat berdasarkan
pada parameter waktu retensi
senyawa obat standar serta senyawa
obat dalam sampel (Gandjar dan
Rohman, 2012).
HPLC yang modern telah
mucul akibat pertemuan dari
kebutuhan, keinginan manusia untuk
meminimalis pekerjaan, kemampuan
teknologi, dan teori untuk memandu
pengembangan pada jalur yang
rasional. Jelas sebelum era peralatan
yang modern bahwa LC ( Liquid
Chromatography) memiliki kekuatan
pemisahan yang sangat ampuh,
bahkan untuk komponen-komponen
yang berhubungan sangat erat. LC
harus ditingkatkan kecepatannya,
diotomasasi, dan harus disesuaikan
dengan sampel-sampel yang lebih
kecil, waktu elusi yang beberapa jam
(Day & Underwood, 2002)
Dengan beberapa
karakteristik yang dimiliki asetosal
maka perlu adanya suatu
pengawasan mutu, seperti penetapan
kadar tablet asetosal menggunakan
salah satu metode yang umum yaitu
dengan instrumen KCKT. Penetapan
kadar ini dimaksudkan agar
ketepatan dosis pada tablet asetosal
tetap terjaga.
Metode
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 3/18
Alat-alat yang digunakan
dalam percobaan ini antara lain
batang pengaduk, beaker glass, gelas
ukur, injektor, kromatografi cair
kinerja tinggi, labu ukur, milipore,
mikro-pipet, neraca analitik,
perkamen, pipet volume dan bulb,
pipet tetes, spatel, sentrifuger, vial.
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah akuades, asam
asetat glasial, asetosal baku, asetosal
sampel, dan metanol.
Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan
adalah metanol dan aquabidest yangmengandung 1 % asam asetat dengan
perbandingan 30:70. Pembuatan
aquabidest yang mengandung 1 %
asam asetat yaitu sebanyak 10 mL
asam asetat glasial dimasukkan
kedalam labu ukur 1000 mL
kemudian ditambahkan aquabidest
hingga tanda batas. Larutan tersebut
kemudian disaring menggunakan
milipor e 0.45 µm, dengan bantuan
vakum. Selanjutnya disonikasi
dengan ultrasonic bath selama 15-20
menit.
Pembuatan Larutan Pengencer
Dibuat campuran methanol-
air = 50:50.
Pembuatan Larutan Baku
Asetosal baku pertama-tama
ditimbang sebanyak 5 mg. Kemudian
asetosal dilarutkan dalam 10 mL
larutan pengecer sehingga
didapatkan konsentrasi 500 ppm
yang dapat digunakan dengan
diencerkan kembali menjadi 10 ppm
untuk laju alir 1 mL/menit dan 20
ppm untuk laju alir 0.75 mL/menit.
Optimasi KCKT
Larutan baku dengan
konsentrasi 10 ppm (laju alir 1
mL/menit) dan 20 ppm (laju alir 0.75
mL/menit) diinjeksikan kedalam
KCKT dengan perbandingan fase
gerak yang telah ditentukan.
Parameter kondisi dihitung meliputi:
jumlah plat teoritis, tinggi plat,
resolusi, dan standar deviasi AUC
dan waktu retensi.
Pembuatan Kurva Baku
Larutan baku dibuat dengan
cara mengencerkan larutan baku 100
ppm ke dalam 6 variasi konsentrasi,
yaitu pada 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm,
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 4/18
30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm.
Kemudian masing-masing
konsentrasi baku diinjeksikan ke
dalam kromatografi cair kinerja
tinggi dengan perbandingan fase
gerak metanol : air ; 30 : 70 , dengan
pH 2,98, dan laju alir 0,75 mL/menit.
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali
kemudian dibuat ke dalam
persamaan garis terhadap konsentrasi
AUC
Penetapan Kadar LOD dan LOQ
Dihitung dengan
menggunakan persamaan:
LOQ = 10
LOD = 3
Pembuatan Larutan Uji
Diambil 20 tablet asetosal
yang akan diuji kadarnya, kemudiang
ditimbang dan digerus dengan mortir
dan stamper hingga menjadi serbuk
halus. Setelah itu, timbang saksama
sejumlah serbuk setara dengan ±100
mg asetosal dan masukkan ke dalam
wadah yang sesuai. Setelah itu
ditambahkan dengan 20 mL larutan
pengencer dan dikocok kuat dengan
sonikasi selama kurang dari 10
menit. Larutan yang dihasilkan
disentifugasi dan filtrat diencerkan
kembali dalam 9 volume larutan
pengencer menjadi konsentrasi 40
ppm. Larutan disaring dengan
menggunakan milipore.
Penetapan Kadar Asetosal
Disuntikkan secara terpisah
masing-masing ±10µL larutan baku
dan larutan uji ke dalam
kromatografi, kemudian ukur respon
dari puncak utama yang dihasilkan
pada kromatogram. Masukkan nilai
AUC yang didapat dalam persamaan
kurva baku dan hitung konsentrasi
yang didapatkan.
Hasil
Dari metode penentuan kadar asetosal dengan metode KCKT didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Optimasi Fase Gerak
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 5/18
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 6/18
Tabel 3. Berat 20 Tablet Asetosal
No Berat No Berat No Berat No Berat
1 0,2756 6 0,2666 11 0,2809 16 0,2866
2 0,2759 7 0,2518 12 0,2619 17 0,2615
3 0,2738 8 0,2693 13 0,2721 18 0,2763
4 0,2722 9 0,2809 14 0,2612 19 0,2874
5 0,2888 10 0,2617 15 0,2802 20 0,2615
Data Sampel
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kadar
Injeksi ke- AUC Retensi Kadar (ppm)
1 2,3451 10,0170 46,7736
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 7/18
2 3,7023 10,0800 70,584
Rata-Rata 3,0237 10,0485 58,6788
% Rata-rata kadar asetosal = 161,9%
Pembahasan
Tujuan percobaan kali ini
yaitu menentukan kadar sampel
dengan menggunakan instrumen
KCKT. Sampel yang digunakan
yaitu tablet asetosal. Asetosal
merupakan senyawa obat yang
memiliki sifat analgesik, antipiretik,
dan antiinflamasi, dimana telah
digunakan secara luas di masyarakat.Dengan itu, perlu dilakukan
penetapan kadar dari sampel tablet
asetosal itu sendiri.
Sebelum dilakukan penetapan
kadar, dilakukan optimasi fase gerak
(methanol:air) dengan 10 kondisi
(Metanol:air (30:70) dengan laju alir
1 mL / menit; Metanol:air (30:70)
dengan laju alir 0.75 mL / menit;
Metanol:air (25:75) dengan laju alir
1 mL / menit; Metanol:air (25:75)
dengan laju alir 0.75 mL / menit;
Metanol:air (38:62) dengan laju alir
1 mL / menit; Metanol:air (38:62)
dengan laju alir 0.75 mL / menit;
Metanol:air (33:67) dengan laju alir
1mL / menit; Metanol:air (33:67)
dengan laju alir 0.75 mL / menit;
Metanol:air (35:65) dengan laju alir
1 mL / menit; dan metanol:air
(35:65) dengan laju alir 0.75 mL /
menit) dan validasi terhadap
instrumen KCKT terlebih dahulu.
Fase gerak merupakan campuran
pelarut yang dapat bercampur
keseluruhan berperan dalam daya
elusi dan resolusi. Daya elusi dan
resolusi ini ditentukan oleh polaritas
keseluruhan pelarut, pelarut fase
diam, dan sifat komponen-komponen
sampel. Optimasi metode KCKT
diawali dengan pemililhan fase diam,
dimana fase diam yang dipilih
merupakan kolom C18 karena
sampel yang dan fase gerak yang
sifatnya polar sehingga dipilihlah
kolom yang bersifat non-polar.
Selanjutnya, dilakukan optimasi
terhadap fase gerak berdasarkan
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 8/18
kesesuaiannya terhadap parameter-
parameter yang ada. Parameter
kondisi yang dihitung meliputi
jumlah plat teoritis (N), tinggi plat
(H), LOQ, LOD, nilai resolusi,
%SRD dan waktu retensi (Rt).
Fase gerak yang umumnya
digunakan yaitu asetonitril dan dapar
fosfat, namun penggantian fase gerak
menjadi methanol dan air pada
percobaan ini didasarkan karena
beberapa hal. Dapar fosfat tidak
dipilih karena memberikan hasil
yang tidak stabil, dimana dapar
fosfat cenderung menyebabkan
pengkristalan di sekitar pompaKCKT sehingga tekanan alat
cenderung meningkat dan
menghasilkan hasil kromatogram
yang kurang baik. Metanol dipilih
menggantikan asetonitril karena
memiliki kepolaran yang hampir
sama.
Setelah dioptimasi, fase gerak
yang dipilih yaitu dengan kondisi
perbandingan metanol:air (30:70)
dan laju air 0,75 ml/menit. Fase
gerak dengan kondisi ini yang paling
mendekati dengan parameter-
parameter yang telah disebutkan di
atas. Dimana N > 2500; Tf = 1; k’ =
1-10; Rt = yang paling singkat;
%RSD < 2% (Meyer 2004; Gandjar
dan Rohman, 2007). Pertama, nilai
resolusi sebesar 1,007 yang mana
merupakan nilai resolusi tertinggi
dari semua kondisi yang
diujicobakan, nilai ini juga paling
mendekati parameter yaitu Rs≥1,5
sehingga hasil ini menjadi
pertimbangan utama untuk pemilihan
fase gerak tersebut. Kedua, %SDRT
yang cukup rendah yaitu sebesar
0,431%. Hasil ini sesuai dengan
parameter yaitu <2%. Namun untuk
jumlah plat teoritis tidak sesuai
dengan parameter yaitu 1238,99
sedangkan seharusnya N > 2500.
Selanjutnya, dilakukan
pengujian validasi metode analisis
KCKT yang meliputi linearitas, batas
deteksi (LOD) dan batas kuantitasi
(LOQ). Linieritas merupakan
kemampuan suatu metode analisa
untuk menunjukkan hubungan secara
langsung atau proporsional antara
respon detektor dengan perubahan
konsentrasi analit. Linieritas ini
ditentukan dari hasil kurva baku,
dimana percobaan ini menggunakan
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 9/18
larutan baku dengan variasi
konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm,
40 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm.
Didapatkan persamaan kurva baku
garis y = 0,057x-0,321. Selanjutnya
LOD & LOQ masing-masing sebesar
0,1158 ppm dan 0,386 ppm. LOD
sendiri merupakan jumlah analit
terkecil yang masih bisa dideteksi
namun tidak perlu dapat terukur dan
LOQ merupakan jumlah analit
terkecil yang yang masih bisa diukur
dengan akurat (tepat) dan presisi
(teliti)/reprodusible. Hasil optimasi
dan validasi tersebut sudah
memenuhi persyaratan yang ada.
Selanjutnya penetapan kadar
asetosal dengan instrumen KCKT.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menginjeksikan
larutan sampel ke dalam KCKT
antara lain setiap larutan yang akan
diinjeksikan haruslah bersih dari
pengotor dengan cara disaring
dengan micropore, karena adanya
pengotor dapat merusak kolom yang
ukurannya sangat kecil serta dapat
menyebabkan kromatogram yang
tidak bagus.
Gambar 2. Hasil kromatogram
penetapan kadar asetosal
Hasil kromatogram diatas
menunjukkan hasil yang tidak terlalu
bagus. Hal itu dapat dilihat dari 2
peak yang tida terpisah secara
keseluruhan sehingga seperti
berhimpitan. Hasil ini dapat
disebabkan karena beberapa hal,
selain mungkin adanya pengotor,dapat pula karena kemiripan
kepolaran antar senyawa yang
dipisahkan, ataupun karena larutan
asetosal telah terhidrolisis karena
terlalu lama dalam penggunaannya.
Perhitungan kadar tablet
asetosal yang didapat yaitu sebesar
161,9%, hasil ini tidak sesuai dengan
persyaratan yang tercantum pada
Farmakope Indonesia IV bahwa
tablet asetosal seharusnya
mengandung asam asetilsalisilat
sebesar 95%-105%. Artinya, kadar
yang didapat pada percobaan ini
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 10/18
melebihi kadar yang seharusnya.
Kesalahan ini terjadi karena
beberapa hal yang juga
menyebabkan tidak bagusnya hasil
kromatogram.
Simpulan
Kadar asetosal yang didapatkan
adalah sebesar 161,9% yang
didapatkan dengan hasil optimasi
metode KCKT fase gerak berupa
metanol : air (30:70) dengan laju alir
0,75 mL/menit. Hasil kadar asetosal
dalam tablet yang didapatkan tidak
sesuai dengan persyaratan
Farmakope Indonesia, dimana
rentang kadar yang diperbolehkan
adalah 95%-105%.
Daftar Pustaka
Day, R.A & A.L.Underwood. 2002.
Analisis kimia Kuantitatif.
Jakarta: Erlangga.
Depkes RI. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Depkes RI.
Gandjar, I. G. & Rohman, A. 2012.
Analisis Obat secara
Spektroskopi dan
Kromatografi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Meyer, V. R. 2004. Practical High-
Performance Liquid
Chromatography 5th Edition.
Wiley: Chinchester.
Pulcinelli F M et al.2004. Inhibition
of Platelet Aggregation by
Aspirin Progressivel
Dyecreaseisn Long-Term
Treated Patients. J. Am Coll
Cardiol. 004(43):979-84.
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 11/18
Lampiran
Optimasi Sistem
Perhitungan Optimasi untuk Metanol : Air (30 : 70) dengan laju alir 0,75 mL/menit
Perhitungan pengenceran dari 100 ppm menjadi 20 ppm
1 ml dari yang 100 ml + 4 ml pengencer
Larutan Rt AUC
Baku 1.1 9.627 0.8369
Baku 2.1 9.613 0.8393
Baku 3.1 9.680 0.8153
Rata-rata 9.64 0.8305
Larutan Rt AUC
Baku 1.2 10.887 0.8265
Baku 2.2 10.873 0.8641
Baku 3.2 10.973 0.8538
Rata-rata 10.911 0.8481
Perhitungan Standar Deviasi
SD1 - Rt
(x - xi) (x – xi)2
(9.64 - 9.627) = 0.013 0.000168
(9.64 –
9.613) = 0.027 0.000729(9.64 – 9.680) = -0.04 0.0016
Jumlah 0.002497
√ ( )( )
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 12/18
√
SD2 - Rt
(x - xi) (x – xi)
(10.911 - 10.887) = 0.024 0.000576
(10.911 – 10.873) = 0.038 0.001444
(10.911 – 10.973) = -0.062 0.003844
Jumlah 0.005864
√ ( )( )
√
Perhitungan Nilai AUC
AUC1
(x - xi) (x – xi)
(0.8305 – 0.8369) = 0.0064 0.00004096
(0.8305 – 0.8393) = -0.0088 0.00007744
(0.8305 –
0.8153) = 0.0152 0.00023104Jumlah 0.00034944
√ ( )( )
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 13/18
√
AUC2
(x - xi) (x – xi)
(0.848 – 0.8263) = 0.0215 0.00046225
(0.848 – 0.8641) = -0.0161 0.00025921
(0.848 – 0.8538) = -0.0058 0.00003364
Jumlah 0.0007551
√ ( )( )
√
Perhitungan Plat Teoritis
Plat Teoritis = ( )
Puncak 1 Injek 1 Puncak 2 Injek 1
(
)
582.527
( )
Puncak 1 Injek II
() 511.629
Puncak 2 Injek II
( )
Puncak 1 Injek III Puncak 2 Injek III
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 14/18
() 455.253 (
)
Perhitungan Tinggi Plat
HETP =
Puncak 1 Injek 1 Puncak 2 Injek 1
Puncak 1 Injek II
Puncak 2 Injek II
Puncak 1 Injek III Puncak 2 Injek III
Perhitungan Lebar Kromatogram
Lebar Puncak 1 Injeksi 1 Lebar Puncak 2 Injeksi 1
0.8369 = 0.864
0.8265 = 0.5525
Lebar Puncak 1 Injeksi 2 Lebar Puncak 2 Injeksi 2
0.8393 = 0.848
0.8641 = 0.5605
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 15/18
Lebar Puncak 1 Injeksi 3 Lebar Puncak 2 Injeksi 3
0.8153 = 0.8025
0.8538 = 0.5435
Perhitungan Nilai Resolusi
Injeksi I
() ()
Injeksi II
() ()
Injeksi III
() ()
Perhitungan Nilai LOD&LOQ
Perhitungan bobot asetosal dalam tablet
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 16/18
Perhitungan Kadar Asetosal
Kadar Asetosal
Kadar I
Kadar II
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 17/18
Rata-rata Kadar
% Kadar
8/16/2019 260110140121_RANIA ADRIEZA_3
http://slidepdf.com/reader/full/260110140121rania-adrieza3 18/18