Upload
ayu-rahmatullah
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Amenore.
Amenore merupakan perubahan yang terjadi pada beberapa titik dalam
sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu, tidak
adanya menstruasi dapat beraitan denga kejadian hidup yang normal, seperti
kehamilan, menopause, atau penggunaan metode pengendalian kehamilan. Selain itu,
terdapat beberapa keadaaan atau kondisi yang berhubungan dengan amenore yang
abnormal, dan tantangan bagi para pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk
membedakan antara amenore yang normal dan yang abnormal, serta menemukan
penyebab amenore abnormal.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Istilah amenore secra tradisional ditetapkan pada salah satu dari tiga klinis
dibawah ini :
1. Masa remaja awal (usia 14 tahun atau lebih muda), yang belum pernah
mengalami mens, dan belum menampakkan adanya tanda – tanda karakteristik
seksual sekunder.
2. Masa remaja (usia 16 tahun atau lebih muda), yang belum pernah mengalami
mens, atau yang belum menampakkan tanda – tanda fisik adanya karakteristik
seksual sekunder.
3. Wanita yang sudah pernah menstruasi, namun tidak mengalami menstruasi
dalam waktu yang berkisar antara 3 sampai 6 bulan.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Sementara terdapat sejumlah pendekatan yang berbedadalam memagenetahami,
mendiagnosa, dan mengatasi amenore, satu yang telah terbukti membantu para dokter
adalah untuk memperkirakan penyebab yang terjadi pada salah satu dari empat area
anatomis :
1. Saluran kelenjar genetal (uterus dan vagina).
2. Ovarium.
3. Kelenjar hipofisis.
4. System saraf pusat (SSP).
Secara umum, masalah yang berkaitan dengan aliran darah merupakan masalah
sumbatan, sementara masalah ovarium, hipofisis, SSP dikaitkan dengan adanya
gangguan dalam aksis menstruasi. Sumbatan secara umum dapat ditemukan melalui
pengkajian fisik, semenara penyebab lain biasanya disingkirkan melaui analis
laboratorium dan pengunaan terapi hormon.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Langkah pertama mendiagnosis amenore adalah pertama dengan menyingkirkan
kehamilan. Sementara kondisi kehamilan dapat sangat nyata, dari riwayat seksualitas
dan sosial pasien, juga asumsi dokter sebelum ada bukti, dapat k menenangkan praktisi
untuk berpikir bahwa kehamilan bukan merupakan kemungkinan besar bukan sebagai
penentu dari kondisi amenore (mis, remaja yang menyatakan bahwa ia tidak aktif
secara seksual tetapi hidup dalam lingkungan yang penuh dengan penganiayaan
seksual). Penyingkiran kemungkinan kehamilan dapat mengarah ke studi diagnostik
intensif amenore yang mahal dan menimbulkan ansietas yang dapat dihindari dengan
pengkajian riwayat yang jelas dan menyeluruh, diikuti pengujian HCG urine sederhana.
Hal – hal seperti pengalaman tentang penganiayaan dan percobaan seksual,
memerlukan pembahasan sebelum memutuskan kemungkinan bukan kehamilan.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Penting juga untuk diingat bahwa episode amenore selama masa perimanopause
merupakan bagian dari perkembangan normal. Sering kali, wanita mulai mersakan
mens yang lebih banyak dan lebih sering selama masa perimenopause, tetapi pada
akhirnya wanita tersebut akan mengalami masa menstruasi yang lebih sedikit dan lebih
jarang saat mendekati masa menopause. Periode amenore ini merupakan keadaan yang
normal dan biasanya tidak memerlukan intervensi apapun selain pengkajian riwayat
yang menyeluruh dan pembahasan dengan klien tentang hal – hal seperti pengendalian
kelahiran dan perubahan fisiologi yang terjadi bersamaan dan berkaitan dengan
menopause.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Selain pengkajian untuk kehamilan dan perimenopause, para dokter harus
menanyakan mengenai kesehatan klien secara menyeluruh, status nutrisi dan olahraga,
perubahan berat badan yang terjadi baru – baru inin, penggunaan obat – obatan dan
atau ramuan, serta status emosional. Semua hasil subjektif ini sebaiknya diperkuat
dengan pemeriksaan fisik (PF). Penyakit kronis, anoreksia nervosa, bulimia, diet ketat,
dan kegemukan, semuanya terbukti telah menimbulkan amenore, sebagaimana halnya
olahraga yang melelahkan, aktivitas yang membutuhkan kemampuan fisik, penggunaan
preparat obat dan atau ramuan tertentu, dan semua stress emosional. Diagnosis seperti
anoreksia, bulimia atau disstres emosional dapat dihasilkan dari kunjungan klian
dengan keluhan utama tidak mens atau mens tidak teratur. Semua kemungkinan
penyebab amenore tersebut meliputi jenis gangguan yang berbeda sepanjang aksis HPO
(Hipothalamus, Pituitary, Ovarium), dan resolusi yang biasanya terjadi adalah dengan
memecahkan atau menyingkirkan masalah yang mendasari kesehatan, nutrisi, fisik,
obat – obatan atau herbal, atau emosional. Namun demikian, hal ini tidak selalu
merupakan tugas yang sederhana. Sebagai contoh, dalam diagnose anoreksia atau
disstres emosional, bidan akan mengatakan manfaat dari konsultasi dengan atau
merujuk ke dokter yang ahli dalam bidang ini. Jelasnya, lokasi spesifik gangguan aksis
HPO dapat ditelaah, tetapi biasanya amenore akan mereda saat pasien mulai sembuh
dari penyakit yang mendasarinya atau dengan menyingkirkan factor kausatif.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Apabila kehamilan, menyusui, perubahn perimenopause, penggunaan
kontrasepsi hormon, kesehatan umum yang buruk, atau masalah nutrisi, fisik, obat –
obatan atau herbal, dan masalah emosinal yang telah disingkirkan, maka langkah
berikutnya adalah mengukur kadar thyroid – simulating hormone (TSH) dan prolaktin.
Peningkatan TSH, sering kali disertai peningkatan kadar prolaktin, merupakan indikasi
penyakit hipotiroidisme, yang dapat diatasi denga terapi sulih hormon tiroid.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Apabila kelenjar tiroid dan kelenjar hipofisis telah berfungsi secara normal,
langkah selanjutnya dalam menentukan diagnosis mengatasi amenore adalah dengan
memulai tindakan yang telah dikenal sebgai progesteron challenge. Tujuan dari
pengobatan mencakup dua hal; a. Untuk mengkaji adanya estrogen endogen, yang
diperlukan untuk perkembangan jaringan endometrium yang sehat. b. untuk mengkaji
kepatenan saluran keluar genetlial (uteus dan vagina). Medroksiprogesteron Asetat
(Provera) (5 – 10 mg untuk 5 – 10 hari), dapat diberikan secara IM (200 mg) atau per
oral dalam bentuk kapsul (Prometrium) unutk penggunaan dosis harian tunggal 400 mg
pagi hari selama 10 hari. Segera setelah 2 hari terapi selesai, biasanya selama seminggu,
dapat terjadi perdarahan, yang kemudian akan mengakibatakan timbulnya estrogen
endogen dan kepatenan saluran keluar. Focus dari studi diagnostic intensif amenore
kemudian beralih ke anovulasi yang memerlukan eva;uasi fungsi ovarium, kelenjar
hipofisis atau SSP.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Apalagi progesterone challenge menimbulakan berkurangnya aliran yang
berlanjut, bidan perlu memulai pengkajian untuk tidak adanya estrogen atau sumbatan
saluran keluar. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian estrogen dan progesterone
selama 21 hari (estradiol, mis; Estrace) 2,5 mg, per oral selama 21 hari penuh, dengan
medroksiprogesteron asetat (mis; Provera) 10 mg per oral ditambahkan selama 5 hari
terakhir. Jika aliran menstruasi tidak terjadi, dugaan selanjutnya terjadi sumbatan
saluran keluar, dan secepatnya dirujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai. Akan
tetapi, perlu diingat bahwa sumbatan ini jarnag terjadi, namun jika terjadi, sering kali
ditemukan pada PF. Namun tentunya, remaja menstruasi, atau wanita yang pernah
mengalami menstruasi sebelmunya memiliki riwayat adanya prsedur intrauteri (mis;
prosedur dilatasi dan kuret (D & C))atau riwayat infeksi, harus mempertimbangkan
adanya sumbatan. Secara umum, amenore akan ditemukan berkaitan denga penyebab
amenore dengan satu dari empat area anatomis, gangguan produksi estrogen diketahui
selanjutnya adalah menentukan kadar untuk menentukan apakah kurangnya estrogen
berasal dari folikel ovarium atau terjadi pada aksis kelenjar hipofisis.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Kelainan yang berkaitan dengan Amenore.
Saluran Keluar
Genetal
(Uterus dan vagina )
Ovarium Kelenjar Hipofisis Hipotalamus (SSP)
Sindrom Asherman. Disgenesis Gonad. Adenoma Hipofisis. Stress.
Kelainan saluran
Mullerian.
Ovarium Polikistik. Sindrom Sella Kosong. Penurunan berat
badan.
Sindrom tak –
sensitif androgen.
(Feminisasi Testikel)
Sindrom Turner.
Mosaisisme.
Penutupan ovarium
premature.
Efek samping radiasi
atau kemoterapi.
Olahraga berlebihan.
Pasca penggunaan
hormon untuk
pengendalian
kelahiran.
(Helen Varney, Jan M. kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007)
Bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore, di luar amenore
fisiologik. Penyebab dapt berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folike)
uterus (endometrium), dan vagina. Kasus – kasus yang harus dikirim ke dokter ahli
adalah adanya tanda – tanda kelaki – lakian (maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat
bawaan, uji estrogen dan progesteron yang negatif, adanya penyakit lain (seperti
tuberculosis, penyakit hati, diabetes mellitus, kanker), infertilisasi atau stress berat.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Anamnesis yang perlu dicari adalah usia menars, pertumbuhan badan, adanya
stress berat, penyakit berat, pengunaan obat penenang, peningkatan berat badan atau
penurunan berat badan yang mencolok. Pemeriksaan ginekologi yang dilakukan adalah
pemeriksaan genetalia interna atau eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa uji
kehamilan dan uji progesterone.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Diagnosa Keperawatan.