Upload
agus-tedy
View
280
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 1/35
LANDASAN-LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
MAKALAHUntuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Bapak Sutriono Hariadi
Oleh
Denik Hardika Sari 109 111 422389
Ratna Dwi Lestari 209 111 421 324
Subekti Wahyu Tiara 209 111 421 327
Titik Kurniawati 209 111 421 326
Vita Riana 109 111 422 147
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 2/35
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOLOGI
November 2009
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 3/35
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ........................................................................................................ i
A. Pendahuluan .............................................................................................. 1
B. Landasan Historis Bimbingan dan Konseling ........................................... 2
C. Landasan Filosofis Bimbingan dan Konseling .......................................... 4
D. Landasan Sosial dan Budaya Bimbingan dan Konseling .......................... 10
E. Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling ....................................... 14
F. Landasan Religius Bimbingan dan Konseling .......................................... 25
G. Hubungan Antarlandasan Bimbingan dan Konseling .............................. 28
H. Saran ......................................................................................................... 29
Daftar Rujukan ............................................................................................... 29
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 4/35
Landasan-Landasan Bimbingan dan Konseling
A. Pendahuluan
Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka
peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih
baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus
berpikir dan meningkatkan kemampuan. Adapun dampak negatif dari globalisasi
yaitu, 1) keresahan hidup di kalangan masyarakat karena terjadi berbagai konflik,
2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi, dan korupsi, makin sulit
diterapkannya ukuran baik-jahat dan benar-salah secara tegas, 3) adanya ambisi
kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis tapi juga
fisik, dan 4) pelarian dari masalah melalui jalan pintas, yang bersifat sementara
dan adiktif seperti penggunaan obat-obatan terlarang.
Untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut perlu dipersiapkan
sumber daya manusia Indonesia yang bermutu. Menurut Prayitno dan Erman
Amti, manusia Indonesia yang bermutu yaitu manusia yang sehat jasmani dan
rohani, bermoral, berilmu pengetahuan, dan kreatif sesuai dengan visi dan misi
pendidikan nasional. Kemampuan yang seperti itu tidak hanya menyangkut aspek
akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial,
kematangan intelektual, dan sistem nilai.
Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang
seimbang, tidak hanya mampu menghantarkan peserta didik pada pencapaian
standar kemampuan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri
yang sehat dan produktif. Pencapaian standar kemampuan akademis dan tugas-
tugas perkembangan peserta didik, memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola atau manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan sebab
ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Prayitno mengungkapkan, bimbingan dan konseling adalah serangkaian
tahapan bantuan yang sistematis antara dua orang yaitu konseli dan konselor
dalam rangka pengembangan diri, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan oleh konseli. Pada praktiknya di lapangan, proses bimbingan dan
konseling sering ditafsirkan dengan makna yang berbeda; 1) bimbingan identik
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 5/35
dengan pendidikan, 2) bimbingan hanya untuk siswa yang salah suai, 3)
bimbingan berarti bimbingan jabatan/pekerjaan, 4) bimbingan diperuntukkan bagi
murid sekolah lanjutan, 5) bimbingan hanya usaha pemberian nasihat, 6)
bimbingan menghendaki kepatuhan dalam tingkah laku.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk membahas landasan-landasan
bimbingan dan konseling, agar konselor memahami prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling yang kokoh secara profesional agar dapat menepis segala persepsi
keliru tentang bimbingan dan konseling.
B. Landasan Historis Bimbingan dan Konseling
1. Pendahuluan
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal
sebagian orang melalui sejarah. Ini terlihat dari sejarah Yunani kuno tentang
“Developing One’s Potensial “ yang artinya pengembangan potensi individu.
Dalam hal ini mereka menekankan tentang upaya-upaya untuk mengembangkan
dan memperkuat individu melalui pendidikan, sehingga mereka nanti mampu
mengisi peranannya di masyarakat. Terkait dengan perhatian yang diberikan
kepada masyarakat Yunani, Plato dapat dipandang sebagai “konselor “ Yunani
kuno pada masa itu. Karena dia telah menaruh perhatian begitu besar terhadap
pemahaman psikologis individu, seperti aspek isu-isu moral pendidikan,
hubungan dalam masyarakat, dan teologis.
Namun tidak cuma itu yang dilakukan oleh Plato (dalam Syamsu dan
Juntika, 2008:85), dia juga memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yaitu
bagaimana membangun pribadi manusia yang baik melalui asuhan atau
pendidikan formal, bagaimana caranya supaya anak dapat berpikir lebih efektif,dan teknik apa yang telah berhasil memengaruhi manusia dalam kemampuannya
mengambil keputusan dan mengembangkan keyakinannya.
Masalah “Developing One’s Potential “ atau lebih dikenal dengan
pengembangan potensi individu yang dikemukakan Plato diatas juga terjadi pada
abad 18. Pendapat ini dikemukakan oleh Jeans Jecques Rousseau (dalam Syamsu
dan Juntika, 2008:87) mengemukakan bahwa perkembangan individu dapat
berlangsung dengan baik, apabila dia bebas untuk mengembangkan belajar dan
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 6/35
belajar melalui berbuat (bekerja). Itulah sekilas perkembangan historis bimbingan
dan konseling dari zaman yunani kuno sampai abad 18.
2. Tonggak-Tonggak Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di
Amerika dan Indonesia
a) Perkembangan layanan bimbingan yang terjadi di Amerika
Menurut Prayitno dan Erman Amti pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor
masih ditangani oleh para guru karena belum ada konselor disekolah. Mereka
memberi layanan informasi, layanan bimbingan pribadi, sosial, karir, dan
akademik. Pada tahun 1898, Jesse B.Davis seorang konselor sekolah di Detroit
memulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.
Kemudian pada tahun 1907, dia diangkat menjadi kepala SMA di Grand Rapids
Michigan. Tujuan dari program bimbingan di sekolah tersebut di Amerika adalah
untuk membantu siswa agar mampu mengembangkan beberapa hal berikut ini :
1. Mengembangkan karakernya yang baik memiliki nilai moral,ambisi, bekerja
keras, dan kejujuran sebagai aset yang sangat penting bagi setiap siswa.
2. Mencegah dirinya dari perilaku yang bermasalah, dan
3. Menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum (mata pelajaran ).
b) Perkembangan layanan bimbingan yang terjadi di Indonesia.
Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia berbeda dengan di
Amerika. Layanan bimbingan dan konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan
secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem
pendidikan di SMA, yaitu terjadinya perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru,
dan berubahnya waktu penjurusan, yang awalnya di kelas 1 menjadi di kelas 2.
Program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para
siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Dalam rencana
pelajaran yang ada di SMA Gaya Baru, ditegaskan sebagai berikut :
1. Di kelas 1 setiap pelajar diberi kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan
minatnya dengan bimbingan penyuluhan yang di teliti dari para guru maupun
orang tua.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 7/35
2. Dengan mempergunakan peraturan kenaikan kelas dan bahan-bahan catatan
dalam kartu pribadi setiap murid, para pelajar disalurkan ke kelas 2 pada
kelompok khusus.
3. Untuk kepentingan tersebut, maka pengisian kartu pribadi murid harus
dilaksanakan seteliti mungkin.
Dengan diperkenalkannya gagasan sekolah pembangunan pada tahun
1970-1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Perkembangan
bimbingan dan konseling di Indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya
perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi
Asosiasi BK Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini
dilandasi oleh pikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai
profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik. Berdasarkan
penelahan yang cukup kritis terhadap perjalanan historis gerakan BK di Indonesia,
hal ini dikemukakan oleh Prayitno bahwa periodesasi perkembangan gerakan
bimbingan dan penyuluhan di Indonesia melalui lima periode yaitu periode
prawacana, pengenalan, pemasyarakatan, konsolidasi, dan tinggal landas. Hal
inilah yang menunjang pengembangan layanan bimbingan di Indonesia.
C. Landasan Filosofis Bimbingan dan Konseling
1. Makna, Fungsi dan Prinsip-prinsip Filosofis
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno philos dan sophia. Philos
berarti cinta dan sophia berarti kebijakan, kebaikan atau kebenaran, atau bisa juga
diartikan cinta atau hikmah (Arifin, 1993:1 dalam Jalllaludin dan Abdullah,
2007:9). Hasan Shadily (dalam Jalllaludin dan Abdullah, 2007:9) mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan
demikian dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu
pengatahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang
yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengatahuan,
ahli hikmah dan bijaksana.
Dalam pengertian yang lebih luas, Harold Titus (dalam Jallaludin dan
Abdullah, 2007:11) mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 8/35
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
b. Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat kita junjung tinggi.
c. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
d. Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti
konsep.
e. Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat
perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat (Jalaluddin
dan Said, 1994:9 dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:14).
Lebih luas, kamus Webster New Universal memberikan pengertian bahwa
filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses berpikir
dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum dasar yang
mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan kenyataan,
termasuk ke dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain, filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-
dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, selengkap-lengkapnya, serta
setuntas-tuntasnya tentang sesuatu. Tidak ada lagi pemikiran yang lebih dalam,
lebih luas, lebih lengkap ataupun lebih tuntas daripada pemikiran filosofis.
Pemikiran yang paling dalam, paling luas, paling tiggi, dan paling tuntas
itu mengarah kepada pemahaman tentang sesuatu. Sesuatu yang dipikirkan itu
dikupas, diteliti, dikaji dan direnungkan segala seginya melalui proses pemikiran
yang selurus-lurusnya dan setajam-tajamnya sehingga diperoleh pemahaman
menyeluruh tentang hakikat keberadaan dan keadaan sesuatu itu. Hasil pemikiran
yang menyeluh itu selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk bertindak bertindak berkenaan dengan sesuatu yang dimaksudkan itu. Hasil pemikiran yang
menyeluruh itu selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk bertindak berkenaan
dengan sesuatu yang dimaksudkan itu. Karena tindakan yang dilakukan itu
didasarkan atas pemahaman yang sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-
tingginya, selengkap-lengkapnya, serta setuntas-tuntasnya itu maka tindakan itu
tidak gegabah atau bersifat acak yang tidak tentu ujung pangkalnya, melainkan
merupakan tindakan yang terarah, terpilih, terkendali, teratur, dan dapat
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 9/35
dipertanggungjawabkan. Tindakan seperti itu teguh dan penuh dengan kehati-
hatian. Lebih jauh, oleh karena pemahaman berdasarkan pemikiran filosofis itu
akan dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan etis, serta dapat memenuhi
tuntutan estetika. Tindakan seperti itu tidak lain adalah tindakan bijaksana. Dalam
kaitan itu, tidaklah meleset apabila dikatakan bahwa istilah filosofi atau filsafat itu
mempunyai makna cinta bijaksana, karena orang-orang yang tindakannya
didasarkan atas hasil pemikiran filsafat adalah orang-orang yang bijaksana.
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau
tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk
itu diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut paut
dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran bimbingan dan konseling
pada umumnya yaitu membantu konselor dalam menghadapi situasi konseling
dalam membuat situasi yang tepat. Di samping itu pemikiran dan pemahaman
filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap,
lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya
(Belkin, 1975 dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:138). Dalam hal ini konselor
harus merasa puas dalam membantu klien mengatasi masalahnya. Konselor
menggunakan keterampilannya untuk membantu klien dalam upaya
mengembangkan keterampilan klien dalam mengatasi masalah dan keterampilan
hidupnya.
John J. Pietrofesa et. al. (dalam Syamsu dan Juntika, 2007:107)
selanjutnya mengemukakan pendapat James Cribbin tentang prinsip-prinsip
filosofis dalam bimbingan sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan kemuliaan dan harga
diri individu (konseli) dan atas hak-haknya mendapatkan bantuan. b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya
bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan
dan pelayanan.
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental.
Bimbingan dilaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja
berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 10/35
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi
dirinya.
f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi,
personalisasi, dan sosialisasi.
2. Hakikat Manusia
Pertanyaan filosofis yang setiap kali muncul seperti; “Apakah manusia
itu?” Menurut teori evolusi yang berdasarkan perkembangan biologis Charles
Darwin, seorang ilmuwan Bangsa Inggris, memberikan pada pemikiran dan
pemahaman manusia adalah hasil evolusi binatang yang lebih rendah. Semua
cikal bakal manusia tidak seperti keadaannya sekarang melainkan lebih
menyerupai kera. Nenek moyang manusia yang seperti kera itu berevolusi atau
mengalami perubahan secara perlahan-lahan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan selama berjuta-berjuta tahun, dan ahkirnya terwujudlah
manusia dalam bentuknya sekarang. Jika pola pemahaman Charles Darwin itu
dilanjutkan, maka manusia seperti manusia adanya sekarang terus berevolusi dan
pada sekian juta tahun yang akan datang bentuk manusia akan berubah, entah
seperti apa. Mungkin seperti yang digambarkan oleh pengarang cerita fiktif
tentang makhluk dari planet lain.
Berbeda dari pola pemikiran Charles Darwin tentang evolusi
perkembangan manusia, tokoh-tokoh abad ke-19 seperti Mill, Hegel, Wundt, dan
James meninjau keberadaan manusia dari segi psikologi (Robinson dalam
Prayitno dan Erman Amti, 2004:139), sumbangan pemikiran tokoh-tokoh tersebut
dianggap sebagai langkah yang alamiah menuju ke pemahaman tentang hakikat
manusia. Para tokoh tersebut mengupas dari sudut pandang psikologis,
perikehidupan manusia yang meliputi pola berpikir, persepsi, kesadarankepribadian, moral, kemauan, kepercayaan, dan sebagainya. Mereka sepertinya
telah menyusun sistem psikologi tertentu yang amat besar pengaruhnya, bahkan
mendasari perkembangan psikologis dewasa ini.
Meskipun uraian para tokoh abad ke-19 itu telah mengungkapkan secara
mendalam tentang manusia, bahkan oleh Robinson dianggap sebagai pemahaman
tentang hakikat manusia, namun itu semua belumlah lengkap sebagai pemahaman
filosofis tentang manusia. Penelaahan psikologis tentang manusia amatlah
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 11/35
penting, tetapi manusia jauh lebih luas, lebih dalam dan lebih tinggi daripada segi
psikologisnya semata. Pemahaman hakikat manusia yang utuh tidak boleh
dipecah-pecah dan dilihat dari satu seginya tersendiri, segi biologisnya saja, segi
psikologisnya saja, dan sebagainya.
Para penulis di Eropa dan Amerika telah banyak mencoba untuk
memberikan deskripsi tentang hakikat manusia (dalam Prayitno dan Erman Amti,
2004:140):
a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya khususnya apabila ia berusaha memanfaatkan
kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dirinya dengan
pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi lebih baik dan
buruk.
Sedangkan menurut Sigmund Freud (dalam Syamsu dan Juntika, 2008:
109) hakikat dari manusia:
a. Manusia pada dasarnya bersifat pesimistik, deterministik, mekainistik,
reduksionistik.
b. Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi
tak sadar, dorongan-dorongan biologis, dan pengalaman masa kecil.
c. Dinamika kepribadian berlangsung melalui pembagian energi psikis kepada id,
ego dan superego yang bersifat saling mendominasi.
d. Manusia memiliki naluri-naluri seksual (libido seksual) dan agresif; nalurikehidupan (eros) dan kematian (tonatos).
e. Manusia bertingkah laku dideterminasi oleh hasrat memperoleh kesenangan
dan mneghindari rasa sakit ( pleasure principle).
Menurut Virginia Satir (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:140)
memandang bahwa manusia pada hakikatnya positif. Setelah mempelajari ribuan
keluarga secara mendalam, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat, dalam
suasana apapun juga, manusia berada dalam keadaan yang terbaik untuk menjadi
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 12/35
sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Diyakini juga bahasa
manusia pada dasarnya bersifat rasional dan memiliki kebebasan serta
kemampuan untuk membuat keputusan dalam hidupnya.
Deskripsi di atas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang
manusia. Gambaran itu akan lebih lengkap jika ditambahkan hal-hal berikut:
a. Manusia adalah makhluk. Dari tinjauan agama, pengertian makhluk ini
memberikan pemahaman bahwa ia terikat kepada Tuhan, yaitu keterikatan
sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu sendiri. Untuk apa
manusia diciptakan? Yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan demi
kebahagiaannya.
b. Manusia adalah makhluk yang memiliki derajat tertinggi karena dianugerahi
akal serta dijadikan pemimpin bagi makhluk-makhluk lain diatas bumi.
c.Keberadaan manusia dilengkapi dengan empat dimensi kemanusiaan yaitu
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan. Keempat
dimensi tersebut dikembangkan secara menyeluruh, terpadu, selaras, serasi,
dan seimbang demi terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang seutuhnya.
Hakikat manusia sebagaimana tergambar di atas akan terwujud selama
manusia itu ada.. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan itu,
upaya-upaya pembudayaan, pendidikan dan konseling perlu didasarkan pada
pemahaman tentang hakikat manusia itu agar upaya-upaya tersebut lebih efektif
dan tidak menyimpang dari hakikat manusia itu sendiri.
3. Tujuan dan Tugas Kehidupan
Adler (1945) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari kehidupan psikis
adalah “menjamin” terus berlangsungnya eksistensi kehidupan kemanusiaan di
bumi. Sedangkan Jung (1985) melihat bahwa kehidupan psikis manusia mencariketerpaduan dan di dalamnya terdapat dorongan instinktual ke arah keutuhan dan
hidup sehat (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:142). Lebih jauh, sebagai
kesimpulan dari hasil studinya tentang ciri-ciri manusia yang hidup sehat, Maslow
(dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:144) mengajukan suatu model tentang
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan
mempertahankannya sepanjang hayat. Kedua pemikir tersebut mengemukakan
ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat dalam lima kategori tugas kehidupan:
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 13/35
a. Spiritualitas
Dalam kategori ini terdapat agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat.
Agama sebagai sumber moral, etika dan aturan-aturan formal berfungsi utnuk
melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup manusia. Karakter
dan gaya hidup perorangan dikembangkan dengan memperhatikan keharmonisan
dengan Sang Mahakuasa.
b. Pengaturan Diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat sejumlah
ciri, termasuk rasa diri berguna, penegndalian diri, pandangan realistik spontanitas
dan kepekaan emosional, kemampuan rekayasa intelektual, pemecahan masalah,
dan kreativitas, kemampuan berhumor, dan lain-lain.
c. Bekerja
Dengan bekerja, seseorang mendapatkan keuntungan ekonomis,
psikologis, dan sosial.
d. Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan sosial baik antarindividu maupun
dalam masyarakat secara lebih luas, yang tidak melibatkan unsur-unsur
perkawinan dan keterikatan ekonomis. Hubungan sosial ini didasarkan pada apa
yang disebut Adler (1954) sebagai “ social interest ”atau “ social feeling ” dari hasil
risetnya.
e. Cinta
Dengan cinta, hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi
sangat intim, saling mempercayai, saling terbuka, saling bekerjasama, dan saling
memberikan komitmen yang kuat.
D. Landasan Sosial dan Budaya Bimbingan dan Konseling
1. Faktor-faktor Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan
Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang
dihadap oleh inividu yang terlibat dala kehidupan masyarakat. Smakn rumit
struktur masyarakat dan keadannya, semakin banyak dan rumit pulalah maslah
yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyrakat itu.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 14/35
Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yang
menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor
itu diantaranya adalah sebagai berikut. (John J. Pietrfesa dkk., 1980; M. Surya &
Rochman N., 1986; dalam Syamsu dan Juntika, 2008:119).
a. Perubahan Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup
berarti, seperti; melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutan
kesamaan hak dan kewajiban kaum perempuan, dan meretaknya kedekatan
hubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahan
lain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai tahun
1980, dan kecenderungan orangtua tunggal dalam keluarga.
Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupan
moralitas anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti di
atas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar
atau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera
mendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah.
Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang
dihadapinya adalah layanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantu
untuk memelihara kebutuhan atau keharmonisan keluarga.
b. Perkembangan Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam
bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberian
kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pndidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan yang
terbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalanganyang berbeda-beda latar belakangnya antara lain: agama, etnis, keadaan sosial,
adat istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalah
yang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Pemecahan
ini dapat diperoleh dengan melakasanakan bimbingan bagi anggota kelompok
yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah.
c. Dunia Kerja
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 15/35
Berbagai perubahan dalam dunia kerja menuntut keahlian khusus dari para
pekerja. Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga yang terampil dan memiliki
sikap mental yang tangguh dalam bekerja. Bimbingan dan konseling diperlukan
untuk membantu menyiapkan mental para pekerja yang tangguh itu.
d. Perkembangan Kota Metropolitan
Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota di abad ke-21 akan
mendorong semakin meledaknya arus urbanisasi. Kondisi ini akan menimbulkan
dampak sosial yang buruk bagi kehidupan masyarakat di perkotaan. Kondisi
kehidupan di atas dapat menjadi sumber pemicu malapetaka kehdupan terutama
menyangkut masalah-masalah psikologis seperti gejala ”maladjustment” dan
”Pathologic” (gangguan sakit jiwa dan sakit jiwa. Bimbingan dan konseling
dibutuhkan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah psikologis
sehingga meraka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
e. Perkembangan Komunikasi
Dampak media massa (terutama televisi) terhadap kehidupan manusia
sangatlah besar. Pengaruhnya seperti virus influensa yang mudah menyebar ke
tubuh manusia. Dewasa ini anak-anak dan para remaja rata-rata menghabiskan
waktu setiap harinya 6 jam untuk menonton televisi. Propaganda atau iklan yang
ditayangkan televisi telah mengembangkan sikap konsumerisme di kalangan
masyarakat.
Di samping itu, program-program yang ditayangkan tidak sedikit yang
telah merusak nilai-nilai pendidikan, karena banyak sekali adegan kekersan,
mistik dan amoral yang disuguhkan. Sehubungan dengan hal tersebut, sangatlah
penting bagi orangtua untuk membimbing anak dalam rangka mengembangkan
kemampuannya untuk menilai setiap tayangan yang ditontonnya secara kritis.Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan
ana dalam mengambil keputusan (decision-making skil ) merupakan pendekatan
yang angat tepat.
f. Seksisme dan Rasisme
Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin
dari jenis kelamin lainnya. Sementara rasisme adalah paham yang mengunggulkan
ras yang satu dengan ras yang lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut, program
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 16/35
bimbingan mempunyai peranan penting dalam upaya memberikan pemahaman
bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama dalam
melakukan segala hal tanpa ada batasan-batasan gender dan memberikan
pemahaman bahwa perlakuan diskriminatif terhadap ras-ras yang berbeda
bukanlah suatu pemecahan masalah yang baik. Semuanya hanya akan
menimbulkan permusuhan satu sama lain.
g. Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental di beberapa tempat di dunia ini semakin marak
saja, seperti orang-orang yang mengalami gangguan jiwa (neurotik), sakit jiwa
(psikosis), kepribadian anti sosial, gangguan emosional, orang dewasa atau remaja
yang melakukan tindak kejahatan yang serius, orang-orang yang kecanduan
minuman keras, menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan lain-lain. Terkait
dengan masalah ini, maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga perusahaan
dituntut untuk menyelnggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam
upaya mengembangkan mental yang sehat dan mencegah serta menyembuhkan
mental yang tidak sehat.
h. Perkembangan Teknologi
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting
yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat yaitu, (1)
penggantian skonan besar tenaga kerja manusia dengan mesin menyebabkan
jumlah pengangguran semakin meningkat, (2) bertambahnya jenis-jenis pekerjaan
dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan
khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya. Kedua masalah utama
ini menyebabkan orang-orang yang bersangkutan meminta bantuan kepada orang
lain atau badan yang berwenang untuk memecahkannya.Di sinilah kebutuhanakan bimbingan dan konseling terasa sangat dibutuhkan.
i. Kondisi Moral dan Keagamaan
Kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-
masing individu menyebabkan seorang individu berpikir dan menilai setiap agama
yang dianutnya. Kadang-kadang menilainya berdasarkan nilai moral umum yang
dianggapnya paling baik, kadang-kadang didasarkan pada kesenangan pribadi
yang nyata yang akan membawa pada perasaan tertekan oleh norma-norma agama
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 17/35
ataupun keraguan akan kepercayaan yang telah diwarisinya dari orangtua mereka.
Ini merupakan pilihan yang tidak mudah untuk ditentukan segera karena
menyangkut hal yang sangat mendasar dan peka. Oleh karena itu makin, terasalah
kebutuhan akan bimbingan yang baik untuk menanggulanginya.
j. Kondisi Sosial Ekonomi
Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi di antara anggota
kelompok campuran, menimbulkan masalah yang berat. Masalah ini terutama
sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan ekonomi lemah, tidak
mampu, atau golongan ”rendahan”. Di kalangan mereka, terutama anak-anak dari
sosial ekonomi lemah, tidak mustahil timbul kecmburuan sosial perasaan rendah
diri atau perasaan tidak nyaman untuk bergaul dengan anak-anak dari kelompok
orang-orang kaya. Untuk menanggulangi masalah ini dengan sendirinya
memerlukan adanya bimbingan, baik terhadap mereka yang datang dari golongan
yang kurang mampu atau pun mereka dari golongan sebaliknya
E. Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
1. Motif
a) Pengertian Motif
Abin Syamsudin Makmun (dalam Syamsu dan Juntika, 2008: 159)
mengartikan motif sebagai “suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan
kesiapsediaan ( preparatory set ) dalam diri individu (organism) untuk bergerak (to
move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak
disadari”. Dari pengertian tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa setiapkegiatan (aktivitas individu selalu ada kekuatan yang mendorongnya dan selalu
mengarah kepada suatu tujuan. Kekuatan yang mendorong dan mengarahkan
perilaku itu disebut motif. Sebenarnya ada istilah lain yang mempunyai pengertian
yang hampir bersamaan dengan motif itu yaitu drive dan needs.
Untuk melihat perbedaan antara ketiga istilah tersebut Moh.Surya (dalam
Syamsu dan Juntika, 2008: 159) dan Nana Syaodih Sukmadinata memberikan
penjelasan sebagai berikut:
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 18/35
Drive terutama digunakan untuk dorongan-dorongan dasar atau kebutuhan dasar
seperti: makan,minum, perlindungan, seks, dan lain-lain. Needs digunakan dalam
pengertian bila pada individu adanya satu kekurangan.sedangkan motive (motif)
dipergunakan untuk dorongan-dorongan selain yang termasuk drives dan needs.
a) Pengelompokan Motif
Ada beberapa macam pengelompokan yang dikemukakan oleh beberapa
ahli. Meskipun penamaannya nampak berbeda, namun isinya mempunyai banyak
kesamaan antara satu sama yang lainnya. Pengelompokan itu di antaranya sebagai
berikut.
Pertama, pengelompokan motif primer dan sekunder.
1) Motif Primer
Motif primer disebut juga motif dasar (basic motif) atau biological drives (karena
berasal dari kebutuhan-kebutuhan biologis). Motif ini menunukan kepada motif
yang tidak dipelajari (unlearned motive). Dengan kata lain motif ini bersifat
naluriah (instinktif). Motif primer meliputi:
a). Dorongan fisiologis ( physiological drive), motif inibersumber pada kebutuhan
organis (organic needs) yang meliputi:
(1) Dorongan untuk makan,minum dan bernapas;
(2) Dorongan untuk mengembanganketurunan ( sex drives);
(3) Dorongan untukberistirahat dan bergerak, dan sebaganya.
b). Dorongan umum dan motif darurat.
Walaupun pada dasarnya motif ini telah ada sejak lahir, namun bentuk-bentuknya
yang sesuai dengan perangsang tertentu berkembang karena dipelajari. Yang
termasuk motif ini diantaranya meliputi:
a) Perasaan takut
b) Dorongan kasih sayang
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 19/35
c) Dorongan ingin tahu
d) Dorongan untuk melarikan diri (escapemotive)
e) Dorongan untuk menyerang (combat motive)
f) Dorongan untuk berusaha (effort motive)
g) Dorongan untuk mengejar ( pursuit motive)
2) Motif Sekunder
Motif ini sering kali disebut juga motif yang disyaratkan secara sosial,
karena manusia hidup dalam lingkungan sosial. Motif sekunder (sosial) ini
merupakan motif yang dipelajari (learned motive), dalam arti motif ini
berkembang karena pengalaman.
Dalam perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban,
adat istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu
berada. Ke dalam golongan ini termasuk antara lain:
a. Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
b. Dorongan untuk mengejar suatu kedudukan (status)
c. Dorongan berprestasi (achievement motive)
d. Motif-motif objektif (eksplorasi, manipulasi dan menaruh minat)
e. Dorongan ingin menerima, dihargai, persetujuan, merasa aman
f. Dorongan untuk dikenal, dan sebagainya
Kedua, pengelompokan motif menurut Woodwort dan marquis (dalam
Syamsu dan Juntika, 2008:161). Motif ini dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu sebagai berikut.
a. Motif atau kebutuhan organis, seperti: kebutuhan untuk makan, minum,
bernapas, seksual, beristirahat dan bergerak.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 20/35
b. Motif darurat, seperti: motif untuk menyelamatkan diri, membalas,
memburu (mengejar), berusaha, dan menyerang.
c. Motif obyektif yaitu sebagai berikut:
1) Motif untuk melakukan eksplorasi atau motif untuk menyelidiki. Tujuan motif
ini adalah untuk memperoleh sesuatu kebenaran yang lebih obyektif.
2) Motif manipulasi, yaitu dorongan untuk menggunakan sesuatu dari
lingkungan, sehingga dapat berguna bagi dirinya dalam memelihara kelangsungan
hidupnya.
3) Motif interest (minat) yaitu dorongan untuk memusatkan kegiatan dan
perhatian terhadap suatu objek yang banyak bersangkutan dengan diri individu.
Ketiga, pengelompokan berdasarkan atas jalarannnya. Pengelompokan ini
dapat dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Motif intrinsik , yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena
memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
2. Motif ekstrinsik , yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan
dari luar.
Keempat, pengelompokan motif berdarkan isi atau persangkutpautannya,
yaitu sebagai berikut.
1) Motif jasmaniah, seperti reflek,instink, dan sebagainya.
2) Motif rohaniah, yaitu kemauan.
Kelima, menurut Abraham H. Maslow (dalam Syamsu dan Juntika,
2008:163) motif-motif itu mempunyai saling hubungan berjenjang, artinya suatu
motif timbul kalau motif yang mempunyai jenjang yang paling rendah telah
terpenuhi. Pengelompokan motif dari jenjang yang paling rendah ke jenjang
paling tinggi adalah sebagai berikut.
1) Kebutuhan biologis
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 21/35
2) Kebutuhan rasa aman
3) Kebutuhan sosial/afiliasi
4) Kebutuhan akan pemuasan akan harga diri
5) Kebutuhan aktualisasi diri
c. Pengukuran Motif
Motif bukan merupakan benda yang secara langsung dapat diamati, tetapi
merupakan suatu kekuatan dalam diri individu yang besifat abstrak. Oleh karena
itu, dalam mengukurnya yang dapat dilakukan adalh dengan mengidentifikasi
beberapa indikator, yaitu sebagai berikut.
1) Durasi kegiatannya (berapa lama kemampuan menggunakan waktunya untuk
melakukan kegiatan).
2) Frekuensi kegiatannya (sering tidaknya kegiatan itu dilakukan dalam periode
waktu tertentu).
3) Persistensinya (ketepatan atau kelekatannya) pada tujuan kegiatan yangdilakukan.
4) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan
jiwanya) untuk mencapai tujuan.
5) Ketabahan, keuletan dan kemauannya dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan.
6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-citanya) yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan.
7) Tingkat kualifikasi dari prestasi, produk atau output yang dicapai dari
kegiatannya (berapabanyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatannya (positif atau negatif).
d. Beberapa Usaha Untuk Membangkitkan atau Memperkuat Motif
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 22/35
1) Menciptakan situasi kompetisi yang sehat.
2) Adakan pacemaking , yaitu usaha untuk merinci tujuan jangka panjang
menjadi beberapa tujuan jangka pendek.
3) Menginformasikan tujuan yang jelas.
4) Memberikan ganjaran/hadiah.
5) Memberikan kesempatan untuk sukses. Keberhasilan suatu kegiatan (sukses)
dapat menimbulkan rasa puas, senang dan percaya diri.
Pemahaman konselor tentang motif, jenis motif, dan upaya untuk
mengembangkan motif merupakan salah satu dasar bagi konselor untuk
mengidentifikasi brbagai motif yang menasari perilaku siswa. Dengan
dipahaminya berbagai motif yang mendasari perilaku siswa, konselor akan
terbantu dalam mengidentifikasi berbagai alternative bantuan yang relevan dengan
motif siswa tersebut.
2. Konflik dan Frustasi
a) Konflik
Dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang individu menghadapi
beberapa macam motif yang saling bertentangan. Dengan demikian individu
berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu
kebimbangan, suatu keragu-raguan, motif mana yang akan diambil. Motif-motif
yang dihadapi individu itu, mungkin semuanya posiif atau mungkin negatif, dan
mungkin juga campuran antara motif positif dan negatif. Sehubungan dengan haltersebut maka konflik itu dapat dibedakan tiga jenis:
1) Konflik mendekat- mendekat,yaitu kondisi psikis yang dialami individu,
karena menghadapi dua motif positif yang sangat kuat (motif yang disenangi atau
diinginkan individu)
2) Konflik menjauh- menjauh, yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena
menghadapi dua motif negatif yang kuat (motif yang tidak disenangi individu)
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 23/35
3) Konflik mendekat- menjauh, yaitu kondisi yang dialami individu karena
menghadapi satu situasi mengandung motif positif dan negatif yang sama kuat
b) Frustasi
Frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang
disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah
rasa kecewa yang mendalam karena tujuan yang dikehendaki tak kunjung
terlaksana.
1) Frustasi lingkungan, yaitu frustasi yang disebabkan oleh rintangan yang
terdapat dalam lingkungan.
2) Frustasi pribadi, yaitu frustasi yang timbul dari ketidakmampuan orang itu
mencapai tujuan. Dengan kata lain frustasi timbul karena adanya perbedaan antara
keinginan dan tingkat kemampuannya. Atau ada perbedaan antara ideal self
dengan real self.
3) Frustasi konflik, yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai
motif dalam diri seseorang. Dengan adanya motif-motif yang saling bertentangan,
maka pemuasan diri salah satunya akan menyebabkan frustasi bagi yang lain.
Reaksi individu terhadap frustasi yang dialaminya berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan pada struktur maupun fisik, sertaa perbedaan sosial
kultural dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Adapun wujud dari cara-cara
individu dalam mereaksi frustasi itu, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Agresi marah
Akibat tujuan yang akan dicapainya mengalami kegagalan. Individu menjadi
agresif, marah-marah, dan merusak, baik terhadap dirinya maupun terhadap
sesuatu di luar dirinya.
2) Bertindak secara eksplosif
Yaitu dengan jalan melakukan perbuatan yang eksplosif, baik dengan perbuatan
jasmaniah maupun dengan ucapan-ucapan.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 24/35
3) Dengan cara introversi
Yaitu dengan jalan menarik diri dari dunia nyata, dan masuk ke dunia khayal.
Dalam dunia khayal itu dia membayangkan seolah-olah sudah mencapaitujuannya. Istilah lain reaksi ini adalah melamun (day dreaming ).
4) Perasaan tak berdaya
Reaksi ini menunjukan sikap tak berdaya, patah hati, pasif, dan mungkin juga
menderita sakit.
5) Kemunduran
Reaksi frustasi yang menunjukkan kemunduran dalam tingkah laku, yaitu tingkah
laku yang kekanak-kanakan, seperti ngompol, dan mengisap ibu jari.
6) Fiksasi
Yaitu mengulang kembali sesuatu yang menyenangkan. Dapat juga diartikan
sebagai kemandegan dalam perkembangan berikutnya.
7) Penekanan
Yaitu reaksi frustasi dengan cara menekan pengalaman traumatis, keinginan,
kekesalan, atau ketidaksenangan ke alam tidak sadar. Reaksi ini dilakukan,karena
apabila hal itu dibiarkan berada di alam sadar, individu akan mengalami perasaan
cemas, atau perasaan menyakitkan.
8) Rasionalisasi
Yaitu usaha-usaha mencari-cari dalih pada orang lain untuk mentupi kesalahan
(kegagalan diri sendiri).
9) Proyeksi
Dalam reaksi ini individu melemparkan sebab kegagalannya kepada orang lain
atau sesuatu di luar dirinya.
10) Kompensasi
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 25/35
Dalam melakkan kompensasi, individu berusaha untuk menutupi kekurangan atau
kegagalannya dengan cara-cara lain yang dianggapnya memadai.
11) Sublimasi
Mengalihakan tujuan pada tujuan lain yang mempunyai nilai sosial atau etika
yang lebih tinggi.
3. Sikap
Konselor harus memahami tetang konsep sikap, karena sikap sangat
mewarnai perilaku individu (klien) atau dapat dikatakan bahwa perilaku individu
merupakan perwujudan dari sikapnya. Oleh karena itu untuk mengubah tingkah
laku individu terlebih dahulu harus diubah sikapnya. Dalam hal ini,konselor perlu
menyadari bahwa perubahan sikap (dari negatif menjadi positif) merupakan salah
satu tujuan dari bimbingan dan konseling. Agar konselor memiliki pemahaman
tentang konsep sikap ini, maka dalam uraian berikut dipaparkan tentang
pengertian, unsur, ciri-ciri, perubahan, dan pembentukan sikap.
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah kondisi mental yang relatif menetap untuk merespon suatu
objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral
atau negatif, menyyangkut aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk
bertindak.
b. Unsur (Komponen) Sikap
1. Unsur Kognisi
Unsur ini terdiri atas keyakinan atau pemahaman individu terhadap objek-objek
tertentu. Misalnya, sikap kita terhadap perjudian, minuman keras, dan sebagainya.
2. Unsur Afeksi
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 26/35
Unsur ini menunjukkan perasaan yang menyertai sikap individu terhadap suatu
objek. Unsur ini bisa bersifat positif (menyenangi, menyetujui, bersahabat),
negatif (tidak menyenangi, tidak mnyetujui, sikap bermusuhan).
3. Unsur Kecendrungan Bertindak
Unsur ini meliputi seluruh kesediaan individu untuk bertindak/mereaksi terhadap
objek tertentu. Bentuk dari kecenderungan bertindak ini sangat dipengaruhi oleh
unsu-unsur sebelumnya.
c. Ciri-ciri Sikap
Untuk membedakan sikap dengan aspek-aspek psikis lain, seperti motif,
kebiasaan, pengetahuan. Sarlito (dalam Syamsu dan Juntika:170-171)
mengungkapkan ciri-cirinya sebagai berikut. Dalam sikap selalu terdapat
hubungan antara subjek-subjek. Tidak ada sikap yang tanpa objek. Objek sikap itu
bisa berupa benda, orang, nilai-nilai, pandangan hidup, agama, hukum, lembaga
masyarakat, dan sebagainya.
Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman. Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah
sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada
saat-saat yang berbeda. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan.
Inilah yang membedakannya dengan pengetahuan. Sikap tidak menghilang
walaupun kebutuhan sudah dipenuhi. Jadi, berbeda dengan refleks atau dorongan.
d. Pembentukan Sikap
Menurut Sartain, dkk., (dalam Syamsu dan Juntika, 2008:171) ada empat
faktor yang memengaruhi terbentuknya sikap:
1. Faktor Pengalaman Khusus
Hal ini berarti, bahwa sikap terhadap suatu objek itu terbentuk melalui
pengalaman khusus.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 27/35
2. Faktor Komunikasi dengan Orang Lain
Banyak sikap individu yang terbentuk disebabkan oleh adanya komunikasi
dengan orang lain.
3. Faktor Model
Banyak sikap terbentk terhadap sesuatu dengan melalui jalan mengimitasi
(meniru) suatu tingkah laku yang memadai model dirinya, seperti perilaku orang
tua, guru, pemimpin, bintang film, biduan, dan sebagainya.
e. Perubahan Sikap
Karena sikap merupakan aspek psikis yang dipelajari, maka sikap itu dapa
berubah. Perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi dipengaruhi oleh
faktor-faktor tertentu. McGuire (dalam Syamsu dan Juntika, 2008:172)
mengemukakan tentang teorinya mengenai perubahan sikap itu sbagai berikut.
1) Pendekatan teori belajar
Pendekatan ini beranggapan bahwa sikap itu berubah disebabkan oleh proses
belajar atau materi yang dipelajari.
2) Pendekatan teori persepsi
Pendekatan teori ini beranggapan bahwa sikap seseorang itu berubah bila
persepsinya tentang objek itu berubah.
3) Pendekatan teori konsistensi
Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah bahwa setiap orang akan berusaha
untuk memelihara harmoni intensional, yaitu keserasian atau keseimbangan
kenyamanan) dalam dirinya.
4) Pendekatan teori fungsi
Menurut pendekatan teori ini, bahwa sikap seseorang itu akan berubah atau tidak,
sangat bergantung pada fungsi hubungan fungsional (kemanfaaatan) objek itu
bagi dirinya atau pemenuhan kebutuhan akan dirinya.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 28/35
4. Faktor yang memengaruhi individu
Setiap individu dilahirkan ke dunia ini membawa hereditas tertentu. Ini
berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orangtuanya. Karaktristik tersebut menyangkut fisik (sepeti struktur tubuh, warna
kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental seperti emosi,
kecerdasan dan bakat).
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan
dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu
itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bernaung pada kualitas
hereditas dan lingkungan yang memengaruhinya. Lingkungan merupakan faktor
penting di samping hereditas yang menentukan perkembanan individu.
Lingkungan itu meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius.
a. Hereditas (keturunan)
Merupakan faktor pertama yang memengaruhi perkembangan individu.
Dalam hal ini herditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh sperma)
sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.”
Hal yang diturunkan orangtua kepada anak adalah sifat strukturnya, bukan
tingkah laku yang diperoleh ( hasil belaja atau pengalaman). Penurunan sifat-sifat
dari satu generasi ke generai berikutnya adalah melalui prinsip-prinsip berikut.
1. Reproduksi, yaitu penurunan sifat itu hanya berlangsung dengan melalui sel benih.
2. Konformitas, yaitu proses penurunan sifat itu mengikuti pola dari jenis
(spesies) geneasi sebelumnya,misalnya manusia menurunkan sifat-sifat manusia
pada anaknya.
3. Variasi, yaitu proses penurunan sifat-sifat itu akan teradi beranka-aneka
(variasi).
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 29/35
4. Regresi filial, yaitu penurunan sifat atau ciri-ciri itu cenderung ke arah rata-
rata.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang memengaruhi individu, sehingga
individu itu terlibat/terpengaruhi karenanya. Semenjak masa konsepsi dan masa-
masa selanjutnya, perkembangan individu dipengaruhi oleh mutu makanan yang
diterimanya, temperatur udara sekitarnya, suasana dalam keluarga, sikap-sikap
orang sekitar, hubungan dengan sekitarnya, suasana pendidikan (informal, formal,
nonformal). Dengan kata lain, individu akan menerima pengaruh dari lingkungan,
memberi respon kepada lingkungan, mencontoh atau belajar tentang berbagai hal
dari lingkungan.
Konsep lama tentang lingkungan perkembangan itu, memahaminya
sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, karena manusia
dipandang seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau dibentuk. Sekarang
dipahami bahwa manusia di samping dipengaruhi, juga memengaruhi lingkungan
fisik dan sosialnya. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa hubungan antara
manusia dengan lingkungan iu bersifat saling memengaruhi.
Selanjutnya Urie Bronfrenbrenner (dalam Syamsu dan Juntika, 2008:176)
mengemukakan tentang lapisan lingkungan, yaitu sebagai berikut.
a. Microsystem, merupakan lingkungan yang paling dekat kepada individu,
sperti keluarga, sekolah, dan kelompok teman sebaya.
b. Mesosystem, merujuk kepada hubungan antar-microsystem, sepertihubungan orang tua dengan guru, dan hubungan saudara anak dengan teman
tetangga.
c. Exosystem, sepeti tempat kerja orang tua, dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 30/35
d. Macrosystem, yaitu lingkungan dalam konteks kebudayaan yang lebih
luas, seperti menyangkut keyakinan atau sistem kepercayan, sikap-sikap, dan
tradisi.
1) Lingkungan keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangakan
pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang, dan pendidikan
tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan
menjadi angota masyarakat yang sehat.
Mengkaji lebih jauh tentang fungsi keluarga ini, dapat dikemukakan
bahwa secara sosiopsikologis, keluarga berfungsi sebagai: (1) pemberi rasa aman
bagi anak dan anggota keluarga lainnya, (2) sumber pemenuhan kebutuhan, baik
fisik maupun psikis, (3) sumber kasih sayang dan penerimaan, (4) model pola
perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang
baik, (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial
dianggap tepat, (6) pembantu anak dalam memecahkan masalah yang dihaapinya
dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan, (7) pemberi bimbingan
alam belajar keterampilan, motor, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk
penyesuaian diri, (8) stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk
mencapai prestasi, baik di ekolah maupun di masyarakat, (9) pembimbing dalam
mengembangakan aspirasi, dan (10) sumber persahabatan (teman bermain) anak,
sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah,atau apabiala
persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam membantu
siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek
moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
3) Kelompok Teman Sebaya
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 31/35
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial remaja (siswa)
mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya.
Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu (1) perubahan
struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil, (2) kesenjangan antara
generasi muda, (3) ekspansi jaringan komunkasi di antara kawula muda, dan (4)
panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.
c. Kematangan
Faktor ketiga yang dipandang memengaruhi perkembangan individu
adalah kematangan. Yang dimaksud dengan kematangan ini adalah “siapnya suatu
fungsi kehidupan, baik fisik maupun psikis untuk berkembang dan melakukan
tugasnya”.
F. Landasan Religius
Landasan religius bimbingan dan konseling ingin menetapkan klien
sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaanya menjadi fokus sentral upaya
bimbingan dan konseling. Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi
di dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh masyarakat Amerika
dewasa ini didasarkan oleh hasil polling Gallup (dalam Syamsu dan Juntika,
2008:133) pada tahun 1992 yang menunjukan:
1. Sebanyak 66 persen masyarakat menyenangi konselor yang professional,
yang memiliki nilai-nilai keyakinan dan spiritual.
2. Sebanyak 88 persen masyarakat menyenangi proses konseling yang
memperhatikan nilai-nilai keyakinan.
Terkait dengan berkembangnya konseling yang berbasis spiritual M. Surya
(dalam Syamsu dan Nurihsan, 2008:134) mengusulkan agar spiritualitas ini
dijadikan sebagai angkatan ke lima dalam konsseling dan psikoterapi. Selanjutnya
dijelaskan bahwa “ spirituality includes conceps such as transcendence, self
actualization, purpose and meaning wholeness, balabce, sacredness, universality,
and a sense of high power."
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 32/35
Terkait dengan maksud tersebut, maka konselor dituntut memiliki
pemahaman tentang hakikat manusia menurut agama, peranan agama dalam
kehidupan umat manusia dan persyaratan konselor.
A. Hakikat Manusia Menurut Agama
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk
yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran
yang bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu
sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Dahlil yang menunjukan bahwa manusia
mempunyai fitrah beragama adalah Qs. Al’Araf: 172 (dalam Juntika dan
Nurihsan, 2008:135), yang berbunyi “ Alastu birobbikum, qaaluu balaa
syahidinaa, yang artinya bukankah aku ini Tuhanmu? Meraka menjawab, ya kami
bersaksi bahwa enkau Tuhan kami.”
Sebagai hamba dan khalifah Allah, manusia mempunyai tugas suci yaitu
ibadah atau mengabdi kepada-Nya. Bentuk pengabdian itu bersifat ritual-personal
(shalat, shaum, dan berdoa) maupun ibadah sosial, yaitu menjalin silaturahim dan
menciptakan lingkungan yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
B. Peranan Agama
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia yang telah memberikan
petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan dan
pengembangan mental (rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia
dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut.
1. Memelihara fitrah
2. Memelihara jiwa
3. Memihara akal
4. memelihara keturunanMenurut Zakiah Darajat (dalam Syamsu dan Juntika, 2008:139) salah satu
peranan agam adalah sebagai terapi bagi gangguan kejiwaan. Semakin dekat
seseorang kepada Tuhan maka semakin banyak ibadahnya, maka akan tentramlah
jiwanya serta semakin mampu menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
Demikian pula sebaliknya, semakin jauh orang itu dari agama akan semakin
susahlah mencari ketentraman batin.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 33/35
Terkait dengan dampak ditinggalkannya agama dalam kehidupan manusia,
Tarmizi Taher dalam ceramahnya yang berjudul “Peace, Prosperity, and Religious
Harmony in The 21 Century: Indonesian Muslim Perspectives” di Georgtown AS,
mengemukakan bahwa akibat disingkirkannya nilai-nilai agama dalam kehidupan
modern, kita menyaksikan semakin meluasnya kepincangan sosial, seperti;
1. Merebaknya kemiskinan
2. Gelandangan di kota-kota besar
3. Mewabahnya pornografi
4. HIV dan AIDS
5. Narkoba
6. Kejahatan
7. Kelaparan
Pemberian layanan bimbingan semakin diyakini kepentingannya bagi anak
atau siswa, mengingat dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung
lebih kompleks, terjadi perbenturan antara berbagai kepentingan yang bersifat
kompetitif, baik menyangkut aspek politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
tetknologi, maupun aspek-aspek yang lebih khusus tentang pembenturan ideologi,
antara yang benar dan salah.
C. Persyaratan Konselor
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling mengimplikasikan
bahwa konselor sebagai helper , pemberian bantuan dituntut untuk memiliki
pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususya dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada klien atua perserta didik kaitannyadengan hal tersebut, Prayitno dan Erman Amti mengemukakan persyaratan bagi
konselor:
1. Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik
keimanan dan ketakwaan sesuai dengan agamg yang dianutnya.
2. Konselor sedapat-dapatnya mampu menstranfer kaidah-kidah agama
secara garis besa yang relevan dengan masalah klien.
3. Konselor harus memperhatikan dan menghormati agama klien.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 34/35
G. Hubungan Antarlandasan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah landasan
sebagai dasar yang kokoh dalam penyelenggaraannya. Landasan-landasan itu
saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain. Landasan historis adalah
landasan yang mengawali penyebaran kegiatan bimbingan dan konseling di
dunia, sebagai suatu langkah sadar dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Landasan filosofis memberikan sumbangan yang sangat berati dalam
pelayanan bimbingan dan konseling agar konselor dapat memahami hakikat,
tujuan dan tugas hidup manusia, Landasan sosial budaya adalah landasan yang
memengaruhi proses bimbingan konseling dalam ruang lingkup sosial budaya,
sebagai salah satu instrumen penting dalam pembentukan perilaku individu.
Landasan psikologis meninjau dasar keperluan bimbingan dan konseling dengan
konsep psikologis, yang menjelaskan tentang kepribadian manusia. Landasan
religius adalah landasan yang mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses
bimbingan dan konseling.
Landasan-landasan tersebut memberikan pondasi yang kokoh terhadap
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam rangka peningkatan suber daya
manusia untuk mencapai hidup yang lebih sejahtera.
H. Saran
Sebagai tenaga profesional dalam layanan bimbingan dan konseling
konselor harus memahami landasan-landasan bimbingan dan konseling, agar
proses bimbingan dan konseling dapat berlangsung sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam peningkatan sumber daya manusia atau tidak keluar dari jalur.Selain itu konselor dapat menepis persepsi-persepsi yang salah tentang bimbingan
dan konseling, agar masyarakat pada umumnya memahami arti bimbingan dan
konseling secara baik hingga terwujudlah dukungan dan respon yang positif dari
masyarakat demi pengembangan diri seorang konseli yang mengemban tugas
menciptakan kehidupan selanjutnya menjadi lebih sejahtera.
5/13/2018 24800435-Landasan-BK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/24800435-landasan-bk 35/35
DAFTAR RUJUKAN
Jalaluddin dan Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Group.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-DasarBimbingan dan Konseling . Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan
Konseling . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.