Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN i
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN ii
Daftar Isi
Cover i
Daftar Isi ....................................................................................................................................... ii
Penyusun ...................................................................................................................................... iii
Glosarium ..................................................................................................................................... iv
Peta Konsep ................................................................................................................................. v
I. Pendahuluan ...................................................................................................................... 1
A. KD dan IPK ................................................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat Materi ......................................................................................... 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................. 2
D. Materi Pembelajaran ................................................................................................ 2
II. Kegiatan Pembelajaran 1: Membandingkan nilai-nilai dalam cerita
rakyat hikayat dan cerita pendek ..............................................................................
3
A. Tujuan ............................................................................................................................ 3
B. Uraian Materi .............................................................................................................. 3
C. Rangkuman .................................................................................................................. 13
D. Latihan ........................................................................................................................... 13
E. Penilaian Diri ............................................................................................................... 18
III. Kegiatan Pembelajaran 2: Mengembangkan cerpen berdasarkan hikayat
yang dibaca dengan memerhatikan unsur kebahasaaan .................................
19
A. Tujuan ............................................................................................................................ 19
B. Uraian Materi .............................................................................................................. 19
C. Rangkuman .................................................................................................................. 22
D. Latihan ........................................................................................................................... 23
E. Penilaian Diri ............................................................................................................... 23
IV. Tes Akhir Modul ............................................................................................................... 24
A. Soal Pengetahuan ...................................................................................................... 24
B. Kunci Jawaban ............................................................................................................ 30
Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 31
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN iii
PENYUSUN
Dr. Uswatun Hasanah, S.Pd, M.Pd.
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN iv
GLOSARIUM
alur : rangkaian atau jalan cerita
amanat : pesan yang dapat diambil dari sebuah karya sastra
anatomasia : jenis gaya bahasa yang majas yang menyebut seseorang
berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.
arkais : kata-kata dalam bahasa Melayu yang sudah jarang
digunakan atau bahkan sudah asing didengar
cerpen : cerita pendek yang mengisahkan sebuah konflik paing
menarik dalam kehidupan tokohnya.
folklore : cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun
hikayat : salah satu jenis cerita rakyat yang berkisah tentang
putra putri raja dan dewa-dewi dengan beragam
kesaktian yang dimilikinya dan banyak ditulis dalam
bahasa Melayu klasik
konjungsi : kata penghubung
majas : gaya bahasa
setting : tempat terjadinya peristiwa dalam cerita
simile : jenis gaya bahasa yang membandingkan suatu hal
dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung
atau kata pembanding
unsur intrinsik : unsur pembangun dalam karya sastra
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN v
PETA KONSEP
•Membandingkan
nilai-nilai dalam
hikayat dan cerita
pendek
NILAI
•Membandingkan
unsur kebahasaan
dalam hikayat dan
cerita pendek
KEBAHASAN
•Mengembangkan
cerita pendek
berdasarkan
hikayat yang dibaca
MENULIS
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 1
PENDAHULUAN
A. Kompetensi Dasar (KD dan IPK)
Kompetensi Dasar
(KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.8 Membandingkan nilai-
nilai dan kebahasaan
cerita rakyat dan cerpen
3.8.1 Membandingkan nilai-nilai cerita
rakyat (hikayat) dan cerpen
3.8.2 Membandingkan kebahasaan cerita
rakyat (hikayat) dan cerpen
4.8 Mengembangkan cerita
rakyat (hikayat) ke
dalam bentuk cerpen
dengan memerhatikan
isi dan nilai-nilai
4.8.1 Menyusun ide cerita pendek
berdasarkan hikayat yang dibaca
dengan memerhatikan nilai-nilainya
4.8.2 Mengembangkan kerangka cerita
pendek menjadi cerita yang utuh
dengan memerhatikan nilai-nilai
B. Deskripsi Singkat Materi
Dalam modul ini kalian akan mempelajari tentang persamaan dan perbedaan
cerita rakyat hikayat dan cerita pendek. Hikayat merupakan salah satu jenis cerita
rakyat (folklore) yang berkembang pada masa sastra lama Indonesia (sebelum tahun
1920) dan sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu. Sedangkan cerita pendek
atau cerpen berkembang pada masa sastra modern (setelah tahun 1920) dan
dipengaruhi oleh kebudayaan Barat. Meskipun sama-sama karya sastra yang
berbentuk prosa, hikayat dan cerpen memiliki karakteristik dan bahasa yang
berbeda, meskipun keduanya sama-sama memiliki nilai yang hendak disampaikan
kepada pembacanya. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat kita lihat
dari tingkah laku tokoh, peristiwa yang dialami tokoh, atau pun secara langsung
disampaikan pengarang pada bagian koda. Pada bagian awal kalian akan diajak
untuk membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dan cerita pendek.
Selanjutnya, kalian akan belajar mengembangkan sebuah cerita pendek dengan
memerhatikan kebahasaannya.
BAGIAN
1
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 2
C. Petunjuk Penggunaan
1. Bacalah rumusan kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, dan
materi pokok yang terdapat dalam modul ini dengan saksama.
2. Pelajari dengan seksama materi pembelajarannya, kemudian kerjakan sendiri
tugas-tugas atau pelatihan-pelatihan yang ada di dalamnya.
3. Jika mengalami kesulitan, konsultansikan kepada guru/fasilitator.
4. Kerjakan tugas-tugas/evaluasi pada pembelajaran setiap subkompetensi
dengan sejujurnya.
5. Cocokkan hasil pekerjaan Anda dan nilailah kompetensi Anda bersama
guru/fasilitator.
6. Diskusikan dengan guru/fasilitator tentang hasil belajar Anda.
7. Jika Anda direkomendasikan untuk mengulang, mengulanglah dengan lapang
dada, dan jika direkomendasikan untuk melanjutkan, silakan melanjutkan ke
kompetensi berikutnya.
D. Materi Pembelajaran
Modul ini terbagi menjadi 2 pertemuan, di dalam modul ini terdapat uraian
materi, soal latihan dan soal evaluasi. Kegiatan pemebelajaran pertama, kita akan
memelajari nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dan cerita pendek. Sedangkan
pada pembelajaran kedua kita akan belajar mengembangkan sebuah cerpen
berdasarkan hikayat yang kita baca dengan memerhatikan unsur kebahasaannya.
Modul ini sangat bermanfaat bagi kalian. Dengan membaca dan mempelajari
karya sastra prosa (hikayat dan cerpen) kalian dapat lebih peka memahami keadaan
sekeliling kalian. Kepekaan kalian itu akan dapat digunakan untuk menumbuhkan
rasa empati dan kepedulian kepada sesama. Jika ada kata-kata yang tidak dipahami,
kalian dapat mencermati glosarium sebagai gambaran makna katanya. Kalian pasti
bisa.
Sumber gambar:
https:www.dongenganakdunia.com
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 3
Kegiatan Pembelajaran 1:
Membandingkan Nilai-nilai dalam Cerita
Rakyat (Hikayat) dan Cerita Pendek
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran ini, kalian diharapkan mampu untuk:
1. Membandingkan nilai-nilai cerita rakyat (hikayat) dan cerpen;
2. Menyusun ide cerita pendek berdasarkan hikayat yang dibaca dengan
memerhatikan nilai-nilainya.
B. Uraian Materi
Hikayat dan cerpen merupakan karya sastra yang berbentuk prosa atau cerita.
Meskipun keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, keduanya memiliki
persamaan dalam hal unsur pembangun atau unsur intrinsiknya. Seperti yang kita
ketahui sebuah cerita dibangun oleh unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh, alur,
setting, dan amanat, begitu pun dengan hikayat dan cerpen. Kedua jenis prosa ini
ditulis oleh pengaranggnya untuk memberikan pelajaran pada orang-orang yang
membacanya.
Pelajaran atau amanat dapat kita lihat dari nilai-nilai kehidupan yang
digambarkan oleh pengarang dalam ceritanya. Nilai-nilai ini meliputi nilai moral,
nilai sosial, nilai kepercayaan, dan nilai budaya. Nilai moral berkaitan dengan
kepribadian atau sifat-sifat manusia yang sifatnya baik dan buruk. Sedangkan, nilai
sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan sikap peduli terhadap orang
orang sekitar kita. Selanjutnya, nilai kepercayaan yaitu nilai religi atau kepercayaan
terhadap Tuhan YME. Terakhir, nilai budaya yang berkaitan dengan adat dan
kebiasaan masyarakat yang sudah menjadi ciri suatu daerah atau tempat.
Bacalah contoh hikayat berikut ini!
Teks 1
Hikayat Bayan Budiman
Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu
amat kaya, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa
BAGIAN
2
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 4
kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak
laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka di serahkan oleh
bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun
lima belas tahun. Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok
parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri
itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga
membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan ditaruhnya hampir
sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta
izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu,
jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-
hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada
senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu
melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk
bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi
Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka
bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka
marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan
dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura
tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi
Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab
seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu,
maka ujarnya,
“Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan anak
raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan,
Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi,
karena sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala manusia di dunia ini
selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini adalah
seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang
istri saudagar.”
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita
tersebut. Maka Bayan pun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia
dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 5
ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka
diberilah ia cerita-cerita hingga sampai dua puluh empat kisah dan dua puluh
empat malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf
terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari
rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan
rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi
Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam
ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga
Khoja Maimun pulang dari pelayarannya. Bayan yang bijak bukan sahaja dapat
menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya daripada
menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta
menyelamatkan rumah tangga tuannya.
Perhatikan contoh analisis nilai yang terdapat dalam Hikayat Bayan Budiman
berikut ini!
Nilai Konsep Nilai Kutipan Teks
Moral Berpamitan sebelum
pergi meninggalkan
rumah
Pada suatu hari Khojan Maimun
tertarik akan perniagaan di laut, lalu
minta izinlah dia kepada istrinya.
Sosial Membalas budi kepada
orang yang berbuat baik
kepada kita
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat
menyelamatkan nyawanya tetapi juga
dapat menyekat isteri tuannya
daripada menjadi isteri yang curang.
Dia juga dapat menjaga nama baik
tuannya serta menyelamatkan rumah
tangga tuannya.
Budaya Mendidik anak untuk
belajar sedari kecil
dengan berguru kepada
orang yang ahli pada
bidangnya
Setelah umurnya Khojan Maimun lima
tahun, maka di serahkan oleh
bapaknya mengaji kepada banyak guru
sehingga sampai umur Khojan Maimun
lima belas tahun.
Kepercayaan Memohon kepada Tuhan
dengan berdoa agar
dimudahkan urusannya
Sebermula ada saudagar di negara
Ajam. Khojan Mubarok namanya,
terlalu amat kaya, akan tetapi ia tiada
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 6
beranak. Tak seberapa lama setelah ia
berdoa kepada Tuhan, maka saudagar
Mubarok pun beranaklah istrinya
seorang anak laki-laki yang diberi
nama Khojan Maimun.
Berikutnya bacalah contoh cerpen berikut ini!
Teks 2
Nasihat Terakhir Bapak
Aida Ramli
Sebelum dibawa ke pemakaman, ku perhatikan tubuh Bapak dibungkus kain
kafan. Wajahnya terlihat pucat pasi. Aku hampir melupakan umur Bapak sudah
enam puluh tahun lebih. Meski begitu, Bapak masih kuat mengaduk semen dan
memasang genteng rumah-rumah tetangga. Bapak selalu bersemangat bekerja
demi membiayai kuliahku menjadi guru Agama, seperti cita-citanya.
Satu hari sebelum Bapak meninggal. Kami Beradu argumen di teras rumah.
Bapak menasihaitiku, perihal keakrabanku dengan Basir, teman sejawatku yang
telah menikah muda.
“Kamu inikan anak perawan. Jangan terlalu akrab dengan Basir. Diakan
sudah beristeri. Tidak baik nduk. Apa kata tetangga nanti.”
“Bapak ini gimana to, Basir kan teman sekampus Yulia. Lagian kita ketemu
bukan untuk macam-macam kok Pak!
“Tetap saja nduk, mana tahu orang kampung tentang itu. Mereka pasti
mengira kamu dan Basir berbuat macam-macam. Apalagi isterinya tahu nanti.”
“Terserah Bapak saja mau percaya atau nda sama Yul.” Dengan wajah kecut,
aku memandang laki-laki paruh baya itu.
“Bapak tegaskan lagi! Demi kebaikanmu. Jangan main-main dengan punya
orang.” Suara Bapak meninggi. Seutas kalimat terakhir, yang sedikit membuatku
terganggu. Setelahnya, Bapak masuk menemui Ibu dengan wajah kecut.
Bapak meninggal karena serangan jantung usai khutbah Jum’at di Mesjid di
samping pendopo Bupati. Ketika itu, terhembus kabar Basir dan isterinya akan
bercerai karena aku. Kini tak ada lagi suara Bapak. Rumah pasti akan sangat sepi.
Hanya aku dan Ibu di rumah tua ini. Hatiku seakan dihantam baja. Selama Bapak
hidup, nasihat Bapak tak banyak aku turuti. Aku menangis dipangkuan Ibu, tak
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 7
kuasa menahan rasa bersalah.
***
Sebulan setelah kepergian Bapak. Aku tidak pernah lagi berjumpa Basir. Aku
memutuskan berhenti kuliah. Ibu menyesalkan keputusanku.
“Bagaimanapun kamu harus tetap kuliah nduk. Jangan kamu langgar pesan
Bapakmu. Kamu jangan mengkhawatirkan Ibu. Ibu masih mampu membiayai
kuliahmu.” Tukas Ibu lirih.
“Maafkan Yulia Bu. Keputusan Yulia sudah bulat.” Ibu terdiam. Sungguh, aku
tak berniat menolak keinginan tulusnya. Di lubuk hati paling dalam. Sebenarnya,
aku masih ingin kuliah. Menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana. Keadaan
memaksaku untuk berhenti.
Aku tak tega melihat Ibu mendorong gerobak sayur. Menjajakannya ke
setiap kampung-kampung. Kalau tak laku, sore harinya, Ibu kembali berjualan
dipasar. Sedangkan aku hanya duduk belajar, menerima materi dosen serta pulang
dengan tangan hampa.
“Yulia akan bekerja menggantikan Ibu. Yulia akan melanjutkan kuliah lagi
nanti. Yulia akan menabung sedikit demi sedikit.”
“Ya sudah, terserah kamu ndo. Ibu nda bisa berbuat apa-apa lagi.” Ku peluk
tubuh mungil itu.
Tidak membutuhkan waktu lama, aku diterima bekerja di pabrik gula milik
Pak Wahyudi, kerabat jauh Bapak. Sehabis bekerja di sana. Aku tak lekas pulang ke
rumah. Para tetangga memintaku mengajar anak-anak mereka. Terkadang, aku
membantu Mbok Tijah, tetanggaku membungkus kerupuk kulit untuk dijual ke
pasar. Kupikir dengan cara seperti itu, aku bisa memenuhi kebutuhan kami dan
menabung sedikit demi sedikit.
Beberapa bulan berjalan, ternyata semua diluar harapan. Gaji yang kuterima
di pabrik gula tak cukup untuk kebutuhan makan aku dan Ibu sehari-hari. Upah
yang kuterima membungkus kerupuk dan mengajar ngaji hanya cukup untuk
membayar tagihan listrik dan ledeng.
“Bagaimana ini Bu? Sepertinya Yulia harus ke kota besar.” Aku menatap Ibu
penuh harapan.
“Tidak nduk, Ibu tidak mengijinkan. Seumur-umur kamu ndak pernah
meninggalkan rumah. Ibu takut terjadi apa-apa dengan mu nduk. Cukup Bapakmu
saja yang meninggalkan Ibu. Kehidupan di kota besar itu keras.” Celoteh Ibu, aku
memaklumi kekhawatirannya.
***
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 8
Tengah malam, aku sulit untuk memejamkan mata. Aku teringat tentang
mengadu nasib di kota. “Nduk, Ibu sudah memikirkannya. Kamu boleh bekerja di
Semarang.” Kehadiran Ibu mengagetkanku. “Tetapi kamu harus tinggal bersama
Bulek Hindun di sana. Katanya dia punya usaha toko kue. Mereka perlu pegawai.”
Lanjutnya sumringah.
“Beneran Bu?” tanyaku seolah tak percaya.
“Tadi pagi bulek mu nelpon. Ibu lupa ngasih tahu. Kamu mau?”
“Yulia mau Bu,” Ibu tersenyum, ada perasaan berekecamuk di hatiku.
Entahlah yang jelas aku ingin sekali bekerja ke kota.
Keesokan harinya, aku diantar Ibu ke stasiun kereta. Kulihat wajah Ibu tak
seceria biasanya. Aku menjadi serba salah, tetap pergi atau menemani Ibu disini.
“Apa Ibu akan baik-baik saja selama aku di Semarang?” tanyaku cemas.
“Ibu nggak sendiri kok nduk, ada tetangga yang akan menemani Ibu disini.
Justru Ibu yang mengkhawatirkan kamu.” Tangan Ibu memegang erat lengaku.
“Kamu harus ingat Yul, jaga diri baik-baik. Jangan lupa sholat. Kalau kamu ada
masalah segera pulang. Jangan berlama-lama memendam masalah sendiri.”
Aku mengangguk. “Ibu jangan khawatir. Yulia akan baik-baik saja disana.”
Tiba-tiba kereta yang akan mengantarkanku ketempat tujuan memberi isyarat
akan segera berangkat. Aku memasuki gerbong kereta dengan cekatan.
Penumpang yang lain tak kalah sigapnya denganku. Kami saling berdesak-
desakkan. Ku lirik wajah Ibu dari kejauhan. Terlihat semburan kesedihan di
wajahnya. Apakah keputusanku merantau ke kota adalah pilihan tepat? Aku hanya
berdoa dan berharap semua akan baik-baik saja. Seperti kata Ibu.
***
Beberapa bulan di Semarang, aku mengalami ketidakberuntungan. Bulek
Hindun yang ku pikir berhati malaikat, ternyata berwujud serigala bererkor tiga.
Dia tak pernah bosan memarahiku di depan pembeli. Gaji selama menjadi
pegawainya hanya cukup untuk makan. Sisanya hanya cukup untuk membeli
kebutuhan hidup. Aku terkadang ingin pulang dan menangis dipangkuan Ibu. Ingin
sekali aku mengatakan bahwa keadaanku tidak begitu baik di Semarang.
Mengingat raut wajah sendu Ibu, kuurungkan niat untuk kembali. Aku
teringat tentang tawaran pekerjaan oleh seorang langganan toko kue bulek
Hindun, Bu Sarah namanya. Beliau menggambarkan pekerjaannya tidak terlalu
rumit. Aku hanya perlu duduk manis mempresentasikan produk internet melalui
telepon genggam. Siang itu, aku mengantar pesanan Bu Sarah kerumahnya. Tiba di
sana, aku terperangah. Rumahnya sangat besar dan terlihat masih baru. Terletak
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 9
di daerah kawasan elite Bukit Sari Semarang. Ku pandangi satu persatu tanaman
hias di sana. Ada angsoka, bunga kamboja, pohon kaktus dan cemara tinggi
menjulang di sekitar rumah. Suasana rumah nampak asri, persis seperti suasana di
kampungku.
Ku tekan bel yang ada di depan pagar. “Permisi, Bu Sarah” panggilku lembut.
Dengan cekatan seorang perempuan memakai sanggul membukakan pintu pagar.
“Siapa ya Mbak?” tanyanya sopan.
“Saya Yulia, mau nganterin pesanan Bu Sarah.” Sahutku. Perempuan itu
mempersilahkanku masuk.
Aku sudah mendengar profil Ibu Sarah dari Mbok Mariati. Pembantu di
rumah Bulek Hindun. Bu Sarah adalah teman baik Bulek Hindun. Suaminya
seorang pejabat. Dia dewan direksi di perusahaan Telkom di Semarang. "Sudah
lama nunggu?” Bu Sarah sudah berada di sampingku.
“Tidak juga Bu.” Jawabku seadanya.
“Bagaimana tawaran Ibu Yul? Mau nggak kerja di perusahaan suami Ibu?”
tanyanya tanpa basa-basi.
“Mau sekali Bu.” Bu Sarah tersenyum hangat.
“Kalo begitu, nanti saya akan bicara sama Hindun. Besok kamu datang aja ke
kantor.” Dia menyerahkan kartu nama suaminya.
“Baik Bu, oh ya, Ini pesanan kue Ibu.”
“Terima kasih ya sudah mengantarkan. Saya senang, kamu terlihat pekerja
keras dan tekun. Oh ya, kamu pernah kuliah?” pertanyaan Bu Sarah kali ini sedikit
membuatku kesulitan menjawab.
“Pernah Bu, tapi saya berhenti setelah Bapak saya meninggal.” Aku
menunduk.
“Oh ya, kuliah dimana?” tanyanya penasaran.
“STAI bu,” jawabku lesu.
“Maaf ya Yul, Ibu buat kamu sedih ya?” Bu Sarah menepuk pundakku. Dari
tutur kata dan perilakunya. Dia terlihat sangat hangat dan lembut. Berbeda jauh
dengan Bulek Hindun. Tidak pernah menghargai hasil kerjaku selama ini.
***
Bulan pertama bekerja, aku sudah bisa membantu keuangan Ibu. Hasil
pensiunku dari di toko kue Bulek Hindun. Ku pergunakan untuk membeli make-
up, jilbab baru dan beberapa stel pakaian. “Pak Roy datang!” teriak Winda,
karyawati bertubuh gempal. Buru-buru mereka merapikan bedak, menyisir
rambut atau sekedar bercermin. Aku hanya diam melongo memperhatikan tingkah
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 10
mereka. Kebetulan di bagian pemasaran, semuanya adalah perempuan.
Roy Ramantho Sarwono adalah suami Bu Sarah. Postur tubuhnya tinggi.
Berkacamata, memiliki suara yang khas. Pak Roy sungguh berkhariasmatik. Kira-
kira usianya 35 tahun, masih terbilang muda memang. Pak Roy banyak di kagumi
karyawati di bagian pemasaran. Karena wajahnya yang rupawan.Seminggu sekali
apabila tidak ada kesibukan, Pak Roy mengevaluasi kami. Itu yang membuat
perusahaannya terbilang maju.
Pada suatu kesempatan, aku berada di satu lift bersama Pak Roy. Entah
darimana awalnya, dia bercerita banyak mengenai perjuangannya hingga berhasil
sampai sekarang. Dia mengutarakan kecintaannya pada seni kaligrafi. Sejak saat
itu, aku mengagumi Pak Roy secara diam-diam. Dia mengingatkanku pada sosok
Bapak.
Pertemanan kami berlanjut, kadang Pak Roy mengajakku makan siang
bersama di luar tanpa sepengetahuan Bu Sarah. Dia berdalih sangat menyukai
keluwesanku dalam bertutur kata. Aku tak menampik bahagia mendengar itu.
Terlebih, Pak Roy memperlakukan ku sangat baik. “Mulai sekarang jangan panggil
aku Pak ya! Panggil saja Mas Roy. Terkesan tua kalo Yulia panggil Bapak” Jelasnya.
Aku membatin.
Siang itu, kami kembali bertemu. Pak Roy seperti biasa mengajakku makan
siang. Dia kembalibercerita mengenai kehidupan rumah tangganya bersama Bu
Sarah. “Aku dan Sarah hidup bersama 12 tahun lebih dan kami masih belum
dikaruniai anak.” Sesekali dia meneguk teh hijau di depannya. “Mas ingin sekali
punya anak Yul.” Lanjutnya. Aku hanya diam sampai ia menghabiskan cerita. “Aku
merasa tak ada gunanya mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Kehadiran
seorang anaklah yang aku butuhkan sekarang.” Dia mendekati wajahku, seketika
itu jantungku naik turun.
“Bisakah kau memberikannya Yul?” tanyanya. Aku masih diam. “Kalo kamu
mau, aku akan memnyekolahkanmu lagi, memberimu kendaraan, deposito, rumah
dan apapun yang kamu mau.” percakapan kami terhenti setelah sekretaris Pak Roy
menghampiri.
***
Sejak Pak Roy mengutarakan keinginannya memiliki anak dariku. Aku tak
pernah melihatnya lagi. Aku rindu aroma tubuhnya, suaranya dan kerlingan
matanya setiap kali berkeluh kesah tentang kehidupannya yang kering kerontang.
Aku telah bermain api dengan Pak Roy dan melupakan statusnya sebagai suami
orang.
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 11
Teringat, akan nasihat terakhir Bapak. Aku menjadi merasa bersalah dengan
Bu Sarah. Bagaimanapun ia yang telah mengeluarkanku dari pekerjaan sebagai
babu di toko kue Buleku sendiri. Pagi itu, Ibu menelpon suaranya payau.
“Malam tadi Ibu mimpi. Kamu menikah dengan Basir. Ibu melihat Bapakmu
menangis.” Suara Ibu semakin berat. “Ibu ingin kamu pulang nduk. Ibu takut mimpi
itu kejadian.” Aku tak mengerti dengan maksud Ibu. Dengan tenang aku
memberitahu Ibu. Bahwa tak akan terjadi apa-apa denganku. Lalu aku menutup
telepon dari Ibu dengan setumpuk pertanyaan.
Di bulan kelima. Wajah serius yang ku rindukan kini berada di ruang lobi
bersamaan dengan Bu Sarah. Mereka tampak bahagia. Dengan sebundel undangan
masing-masing di tangan mereka. “Selamat ya Pak, Bu!” seru rekan-rekan
seprofesiku.
Bu Sarah mendekatiku. “Sudah lama nggak melihat kamu. Kamu berubah ya
sekarang? Kamu tambah lebih segar.” Aku agak kikuk dibuatnya. “Ini undangan
empat bulanan kandungan Ibu. Datang ya!” dia tersenyum hangat. Seketika itu,
dadaku terasa sesak.
Ku pandangi tubuh Bu Sarah, dia terlihat lebih gemuk. Aura wajahnya tidak
seperti biasanya. Bu Sarah hamil. Setelah 12 tahun menanti seorang kehadiran
anak. Dari kejauhan Pak Roy menatapku. Kami saling berpandangan. Dia
tersenyum hambar, aku tak membalasnya.
Tanpa berpikir panjang, aku keluar dari kerumunan karyawan yang
menyalami Pak Roy dan Bu Sarah satu persatu. Sulit untuk percaya, aku
mengalami shok berat. Dalam diam, aku menguatkan tekad untuk memenuhi
permintaan Ibu. Kembali ke rumah. Tak kuasa aku menahan ini semua sendiri. Di
lain pihak, aku bersyukur. Rindu terlarang yang aku rasakan tidak berakhir di
pelaminan. Setidaknya, aku masih menuruti pesan terakhir Bapak kali ini.
-----
Bila kita cermati isi cerita dari Hikayat Bayan Budiman dan cerpen Nasihat
Terakhir Bapak memiliki persamaan. Keduanya mengisahkan mengenai orang
ketiga dalam hubungan rumah tangga dan insyafnya tokoh karena nasihat dari
tokoh lain. Pada cerita Hikayat Bayan Budiman terdapat tokoh Bibi Zainab yang
terpikat Anak Raja Ajam namun akhirnya sadar dengan kesalahannya setelah
mendapat nasihat melalui cerita-cerita dari Bayan Budiman. Sedangkan pada
cerpen Nasihat Terakhir Bapak, terdapat tokoh Yulia yang hampir saja setuju
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 12
menikahi Pak Roy, suami Bu Sarah namun akhirnya sadar karena selalu teringat
pesan Bapaknya sebelum meninggal.
Alur cerita Hikayat Bayan Budiman dan cerpen Nasihat Terakhir Bapak
No Bagian Alur cerita
Bayan Budiman Nasihat Terakhir Bapak
1. Pengenalan
situasi
Diperkenalkan tokoh Khoja
Mubarok, Khoja Maimun, dan
Bibi Zainab
Diperkenalkan tokoh Yulia,
Bapak, Ibu, dan Basir
2 Pengenalan
masalah
Khoja Maimun pergi
berdagang meninggalkan
istrinya untuk beberapa
lama.
Ayah Yulia meninggal dengan
meninggalkan pesan kepada
Yulia
3 Masalah
memuncak
Bibi Zainab terpikat Anak
Raja Ajam
Basir dan istrinya mau
bercerai karena hubungan
Basir dengan Yulia. Yulia
kemudian berhenti kuliah
dan membantu ibunya
bekerja, Yulia mulai
mengenal Pak Roy
4 Puncak
ketegangan
Bibi Zainab membunuh
Tiung karena merasa terhina
oleh ucapannya
Pak Roy ingin menikahi Yulia
dengan alasan Bu sarah tidak
bisa memberinya keturunan
5 Penurunan
masalah
Bayan Budiman
menceritakan berbagai kisah
untuk menasihati Bibi Zainab
Pak Roy jarang menemui
Yulia, Ibu Yulia mengingatkan
nasihat Bapaknya sebelum
meninggal.
6 Penyelesaian Khoja Maimun pulang dari
perniagaannya dan Bibi
Zainab menyadari
kesalahannya.
Bu Sarah hamil, Yulia
menyadari kesalahannya dan
memutuskan untuk menemui
ibunya di kampung
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 13
C. Rangkuman
1. Nilai moral berkaitan dengan kepribadian atau sifat-sifat manusia yang sifatnya
baik dan buruk.
2. Nilai sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan sikap peduli terhadap
orang orang sekitar kita.
3. Nilai kepercayaan yaitu nilai religi atau kepercayaan terhadap Tuhan YME.
4. Nilai budaya yang berkaitan dengan adat dan kebiasaan masyarakat yang
sudah menjadi ciri suatu daerah atau tempat.
5. Tahapan alur meliputi pengenalan situasi, pengenalan masalah, masalah
memuncak, puncak ketegangan, penurunan masalah, dan penyelesaian.
D. Latihan
1. Bacalah kembali cerpen Nasihat Terakhir Bapak kemudian analisislah nilai-
nilai yang terdapat pada cerpen tersebut menggunakan format berikut ini!
Nilai Konsep Nilai Kutipan Teks
Moral
Sosial
Kepercayaan
Budaya
2. Bacalah kutipan hikayat berikut ini kemudian susunlah sebuah kerangka (alur)
cerita pendek sesuai isi hikayat tersebut!
Hikayat Patani
Hatta antara berapa tahun lamanya baginda di atas takhta kerajaan itu,
maka baginda pun berputera tiga orang, dan yang tua laki-laki bernama Kerub
Picai Paina dan yang tengah perempuan bernama Tunku Mahajai dan bungsu
laki-laki bernama Mahacai Pailang.
Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit merkah segala
tubuhnya bagai ditusuk tusuk jarum disekujur tubuh, dan beberapa segala
hora dan tabib mengobati tiada juga sembuh. Maka baginda pun memberi
titah kepada bendahara suruh memalu canang pada segala daerah negeri:
barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau sembuh, raja ambilkan
menantu.
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 14
Arkian maka baginda pun sangat kesakitan duduk tiada ikrar. Maka
bendahara pun segera bermohon keluar duduk di balairung menyuruhkan
temenggung memalu canang, ikut seperti titah baginda itu. Arkian maka
temenggung pun segera bermohon keluar menyuruhkan orangnya memalu
canang. Hatta maka canang itu pun dipalu oranglah pada segerap daerah
negeri itu, tujuh hari lamanya, maka seorang pun tiada bercakap.
Maka orang yang memalu canang itu pun berjalan lalu di luar kampung
orang Pasai yang duduk di biara Kampung Pasai itu. Syahdan antara itu ada
seorang Pasai bernama Syaikh Sa'id. Setelah didengarnya oleh Syaikh Sa'id
seru orang yang memalu canang itu, maka Syaikh Sa'id pun keluar berdiri di
pintu kampungnya. Maka orang yang memalu canang itu pun lalulah hampir
pintu Syaikh Sa'id itu.
Maka kata Syaikh Sa'id: "Apa kerja tuan-tuan memalu canang ini?"
Maka kata penghulu canang itu: "Tiadakan tuan hamba tahu akan raja
di dalam negeri ini sakit merkah segala tubuhnya? Berapa segala hora dan
tabib mengobati dia tiada juga mau sembuh; jangankan sembuh, makin sangat
pula sakitnya. Dari karena itulah maka titah raja menyuruh memalu canang
ini, maka barang siapa bercakap mengobati raja itu, jikalau sembuh
penyakitnya, diambil raja akan menantu."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi
menantu raja itu hamba tiada mau, dan jikalau mau raja masuk agama Islam,
hambalah cakap mengobat penyakit raja itu."
Setelah didengar oleh penghulu canang itu, maka ia pun segera kembali
bersembahkan kepada temenggung seperti kata Syaikh Sa'id itu. Arkian maka
temenggung pun dengan segeranya Pergi maklumkan kepada bendahara
seperti kata penghulu canang itu. Setelah bendahara menengar kata
temenggung itu, maka bendahara pun masuk menghadap baginda
menyembahkan seperti kata tememggung itu. Maka titah baginda: "Jikalau
demikian, segeralah bendahara suruh panggil orang Pasai itu."
Arkian maka Syaikh Sa'id pun dipanggil oranglah Hatta maka Syaikh
Sa'id pun datanglah menghadap raja. Maka titah raja pada Syaikh Sa'id:
"Sungguhkah tuan hamba bercakap mengobati penyakit hamba ini?"
Maka sembah Syaikh Sa'id: "Jikalau Tuanku masuk agama Islam,
hambalah mengobat penyakit Duli Syah 'Alam itu."
Maka titah raja: "Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang kata tuan
hamba itu hamba turutlah." Setelah sudah Syaikh Sa'id berjanji dengan raja
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 15
itu, maka Syaikh Sa'id pun duduklah mengobat raja itu. Ada tujuh hari
lamanya, maka raja pun dapatlah keluar dihadap oleh menteri hulubalang
sekalian. Arkian maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah kepada baginda, lalu
kembali ke rumahya. Antara berapa hari lamanya maka penyakit raja itu pun
sembuhlah. Maka raja pun mungkirlah ia akan janjinya dengan Syaikh Sa'id
itu.
Hatta ada dua tahun selamanya, maka raja pun sakit pula, seperti
dahulu itu juga penyakitnya. Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil pula oleh
raja. Telah Syaikh Sa'id datang, maka titah baginda: "Tuan obatlah penyakit
hamba ini. Jikalau sembuh penyakit hamba sekali ini, bahwa barang kata tuan
hamba itu tiadalah hamba lalui lagi."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Sungguh-sungguh janji Tuanku dengan patik,
maka patik mau mengobati Duli Tuanku. Jikalau tiada sungguh seperti titah
Duli Tuanku ini, tiadalah patik mau mengobat dia".
Setelah didengar raja sembah Syaikh Sa'id itu demikian, maka raja pun
berteguh-teguhan janjilah dengan Syaikh Sa'id. Arkian maka Syaikh Sa'id pun
duduklah mengobat raja itu. Ada lima hari maka Syaikh Sa'id pun
bermohonlah pada raja kembali kerumahnya. Hatta antara tengah bulan
lamanya, maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Syahdan raja pula mungkir
akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.
Hatta antara setahun lamanya maka raja itu pun sakit pula, terlebih dari
pada sakit yang dahulu itu, dan duduk pun tiada dapat karar barang seketika.
Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil oleh raja pula. Maka kata Syaikh Sa'id
pada hamba raja itu: "Tuan hamba pergilah sembahkan ke bawah Duli Raja,
tiada hamba mau mengobati raja itu lagi, karena janji raja dengan hamba tiada
sungguh."
Hatta maka (hamba) raja itu pun kembalilah, maka segala kata Syaikh
Sa'id itu semuanya dipersembahkannya kepada raja. Maka titah raja kepada
bentara: "Pergilah engkau panggil orang Pasai itu, engkau katakana padanya
jikalau sembuh penyakitku sekali ini, tiadalah kuubahkan janjiku dengan dia
itu. Demi berhala yang ku sembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini,
janganlah sembuh penyakitku ini selama-lamanya."
Arkian maka bentara pun pergilah menjunjungkan segala titah raja itu
kepada Syaikh Sa'id. Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah berhala tuan raja itulah
akan syaksinya hamba: jikalau lain kalanya tiadalah hamba mau mengobat
raja itu." Hatta maka Syaikh Sa'id pun pergilah mengadap raja. Setelah Syaikh
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 16
Sa'id datang, maka titah raja: "Tuan obatilah penyakit hamba sekali ini. Jikalau
sembuh penyakit hamba ini, barang yang tuan kata itu bahwa sesungguhnya
tiadalah hamba lalui lagi."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah, biarlah patik obat penyakit Duli
Tuanku. Jikalau sudah sembuh Duli Tuanku tiada masuk agama Islam sekali
ini juga, jika datang penyakit Tuanku kemudian harinya, jika Duli Tuanku
bunuh patik sekalipun, ridhalah patik; akan mengobat penyakit Tuanku itu,
patik mohonlah." Maka titah raja: "Baiklah, mana kata tuan itu, hamba
turutlah." Setelah itu maka raja pun diobat pula oleh Syaikh Sa'id itu. Hatta
antara tiga hari lamanya maka Syaikh Sa'id pun bermohon pada raja, kembali
ke rumahnya. Hatta antara dua puluh hari lamanya maka penyakit raja itu pun
sembuhlah. Sebermula ada sebulan selangnya, maka pada suatu hari raja
semayam di balairung diadap oleh segala menteri hulubalang dan rakyat
sekalian. Maka titah baginda: "Hai segala menteri hulubalangku, apa bicara
kamu sekalian, karena aku hendak mengikut agama Islam?"
Maka sembah sekalian mereka itu: "Daulat Tuanku, mana titah patik
sekalian junjung, karena patik sekalian ini hamba pada ke bawah Duli Yang
Mahamulia."
Hatta setelah raja mendengar sembah segala menteri hulubalangnya
itu, maka baginda pun terlalulah sukacita, lalu berangkat masuk ke istana.
Setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun menitahkan
bentara kanan pergi memanggil Syaikh Sa'id, serta bertitah pada bendahara
suruh menghimpunkan segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka
baginda pun semayam dibalairung diadap oleh rakyat sekalian. Pada tatkala
itu Syaikh Sa'id pun datanglah menghadap raja diiringkan oleh bentara.
Setelah Syaikh Sa'id itu datang maka raja pun sangatlah memuliakan Syaikh
Sa'id itu.
Maka titah baginda: "Adapun hamba memanggil tuan hamba ini, karena
janji hamba dengan tuan hamba ini hendak masuk agama Islam itulah."
Setelah Syaikh Sa'id mendengar titah raja demikian itu, maka Syaikh
Sa'id pun segera mengucup tangan raja itu, lalu dijunjungnya. Sudah itu maka
diajarkanlah kalimat syahadat oleh syaikh, demikian bunyinya: "Asyhadu an
la ilâha illa l-Lâh wa asyhaduanna Muhammadan rasulu lLâh."
Maka raja pun kararlah membawa agama Islam. Setelah sudah raja
mengucap kalimat syahadat itu, maka Syaikh Sa'id pun mengajarkan kalimat
syahadat kepada segala menteri hulubalang dan rakyat yang ada hadir itu
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 17
pula.Telah selesailah Syaikh Sa'id dari pada mengajarkan kalimat syahadat
pada segala mereka itu, maka sembah Syaikh Sa'id: "Ya Tuanku Syah 'Alam,
baiklah Tuanku bernama mengikut nama Islam, karena Tuanku sudah
membawa agama Islam, supaya bertambah berkat Duli Tuanku beroleh
syafa'at dari Muhammad rasul Allah, salla lLâhu alaihi wa sallama diakirat
jemah."
Maka titah baginda: "Jikalau demikian, tuan hambalah memberi nama
akan hamba."
Arkian maka raja itu pun diberi nama oleh Syaikh Sa'id, Sultan Isma'il
Syah Zillullâh Fi l'Alam. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan raja
itu, maka titah baginda: "Anak hamba ketiga itu baiklah tuanhamba beri nama
sekali, supaya sempurnalah hamba membawa agama Islam."
Maka kembali Syaikh Sa'id: "Barang bertambah kiranya daulat sa'adat
Duli Yang Mahamulia, hingga datang kepada kesudahan zaman paduka
anakanda dan cucunda Duli Yang Mahamulia karar sentosa diatas takhta
kerajaan di negeri Patani Dasussalam."
Arkian maka Syaikh Sa'id pun memberi nama akan paduka anakanda
baginda yang tua itu Sultan Mudhaffar Syah dan yang tengah perempuan itu
dinamainya Sitti 'A'isyah dan yang bungsu laki-laki dinamainya Sultan Manzur
Syah. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan anakanda baginda itu,
maka baginda pun mengaruniai akan Syaikh Sa'id itu terlalu banyak dari pada
emas perak dan kain yang indah-indah. Hatta maka Syaikh Sa'id pun
bermohonlah pada raja, lalu kembali ke rumahnya di biara Kampung Pasai.
Syahdan pada zaman itu segala rakyat yang di dalam negeri juga yang
membawa agama Islam, dan segala rakyat yang di luar daerah negeri seorang
pun tiada masuk Islam. Adapun raja itu sungguhpun ia membawa agama
Islam, yang menyembah berhala dan makan babi itu juga yang ditinggalkan;
lain dari pada itu segala pekerjaan kafir itu suatu pun tiada diubahnya.
Kerangka (Alur) Cerpen berdasarkan No Bagian
Hikayat Patani
a. Pengenalan situasi ....
b. Pengenalan masalah ....
c. Masalah memuncak ....
d. Puncak ketegangan ....
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 18
e. Penurunan masalah ....
f. Penyelesaian ....
E. Penilaian Diri
Kalian telah belajar mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dan
cerpen. Berilah tanda silang (X) pada kolom penilaian diri berikut ini dengan jujur!
No. Indikator yang ingin dicapai Ketercapaian
Sudah Belum
1. mampu menemukan nilai moral dalam
hkayat/cerpen yang dibaca
2. mampu menemukan nilai sosial dalam
hkayat/cerpen yang dibaca
3. mampu menemukan nilai kepercayaan
dalam hkayat/cerpen yang dibaca
4. mampu menemukan nilai budaya dalam
hkayat/cerpen yang dibaca
5. mampu menyusun kerangka (alur) cerita
cerpen berdasarkan hikayat yang dibaca
dengan memerhatikan nilai yang ingin
disampaikan
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 19
Kegiatan Pembelajaran 2:
Mengembangkan Cerpen berdasarkan Hikayat yang
Dibaca dengan Memerhatikan Unsur Kebahasaaan
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran ini, kalian diharapkan mampu untuk:
1. Membandingkan kebahasaan cerita rakyat (hikayat) dan cerpen;
2. Mengembangkan kerangka cerita pendek menjadi cerita yang utuh dengan
memerhatikan nilai-nilai.
B. Uraian Materi
Mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen berarti menuliskan atau
menceritakan kembali isi hikayat dengan bahasa yang berlaku saat ini. teks hikayat
ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu sehingga banyak digunakan kata-kata
arkais. Selain itu mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen juga harus
menyesuaikan isi ceritanya dengan realitas kehidupan saat ini dan memerhatikan
amanat atau nilai-nilai yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut. Sebagai
contoh bisa kalian buka kembali Hikayat Bayan Budiman dan cerpen Nasihat
Terakhir Bapak pada kegiatan pembelajaran sebelumnya.
Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri
bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak menggunakan konjungi hampir
pada setiap awal kalimat.
Perhatikan contoh kutipan hikayat berikut ini.
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut.
Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat
memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin
mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah
ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita,
hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu
suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Dalam kutipan tersebut konjungsi maka digunakan hingga tiga kali. Selain banyak
menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat
merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan
usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia
BAGIAN
3
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 20
(berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam
bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan
sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.
Sekarang kamu akan mempelajari perbandingan bahasa dalam cerpen dan
hikayat. Meskipun hikayat dan cerpen disajikan dalam bahasa yang berbeda namun
keduanya memeiliki persamaan dalam hal penggunaan gaya bahasa (majas) dan
penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian.
1. Penggunaan Majas
Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat
cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna
lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat.
Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah
majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.
Mekipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang
digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam
cerpen.
Perhatikan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan hikayat berikut ini.
Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu
berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri antah berantah di bawah
pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan
diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan
sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan
menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu
malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.
Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas
antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau
sifatnya yang menonjol.
Bandingkan dengan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan
novel Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel Garcia Marquez berikut ini.
“Pilih mana,” katanya, “tiga, empat, atau tujuh?”
“Empat.”
Ia tersenyum penuh kemenangan.
“Selama lima belas tahun saya bekerja di sini,” katanya, “Anda orang
pertama yang tidak memilih tujuh.”
Ia menulis nomor kursi di boarding passku dan mengembalikannya
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 21
bersama dokumen-dokumenku, lalu memandangku untuk kali pertama dengan
matanya yang berwarna anggur, sebuah hiburan sampai aku bisa melihat Si
Cantik lagi. Kemudian ia memberi tahu bahwa bandara baru saja ditutup dan
semua penerbangan ditunda.
Dikutip dari: http://icanjambi.blogspot.co.id
Majas simile juga banyak digunakan dalam hikayat maupun cerpen. Majas
simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya
menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau
kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan
bagaikan
Perhatikan contoh berikut ini.
Maka Si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh
orang banyak, Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing
rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu
dan batu.
Hikayat Si Miskin
Peristiwa itu terjadi berpuluh tahun silam, pada Oktober 1965 yang begitu
merah. Seperti warna bendera bergambar senjata yang merebak dan dikibarkan
sembunyi-sembunyi. Ketika itu, aku masih sepuluh tahun. Ayah meminta ibu dan
aku untuk tetap tenang di kamar belakang. Ibu terus mendekapku ketika itu.
Kabut Ibu karya Masdar Zaenal, Kompas Minggu 8 Juli 2012
2. Penggunaan Konjungsi
Baik cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak
menceritakan urutan peristiwa atau kejadian. Untuk menceritakan urutan
peristiwa atau alur tersebut keduanya menggunakan konjungsi yang
menyatakan urutan waktu dan kejadian.
Perhatikan contoh penggunaan konjungsi pada penggalan hikayat berikut ini.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu
minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada
istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor
unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi
tajam dari pada senjata. Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak
Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok.
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 22
Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka
pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak
menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang
melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan
disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura
tidur.
Hikayat Bayan Budiman
Konjungsi “sebelum” yang bergaris bawah dalam penggalan hikayat di atas
menunjukkan urutan waktu sedang konjungsi “lalu” menyatakan urutan
kejadian. Penggunaan konjungsi yang tepat sangat penting untuk
mengembangkan alur cerita.
Bandingkan dengan penggunaan konjungsi dalam penggalan cerpen berikut ini.
Ketika Leyla memutuskan untuk mengungsi, meninggalkan kampong
halamannya, perih yang melilit perutnya kian menjadi-jadi. Terlampau
perihnya, hingga seluruh pandangannya terasa buram. Leyla seperti melihat
ribuan kunang-kunang berlesatan mengitari kepalanya. Selanjutnya, ia
menyebut kunang-kunang itu sebagai sang maut. Sang maut yang selalu
menguntitnya dan sewaktu-waktu siap mengantarnya menyusul almarhum
suaminya.
Menjemput Maut di Mogadishu karya Masdar Zaenal
Konjungsi “ketika” dalam kutipan di atas menyatakan hubungan waktu,
sedangkan konjungsi “selanjutnya” menyatakan urutan peristiwa.
C. Rangkuman
1. Mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen harus menyesuaikan isi
cerita dengan realitas kehidupan saat ini dan memerhatikan amanat atau nilai-
nilai yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut.
2. Hikayat ditulis dalam bahasa Melayu sehingga banyak ditemukan kata-kata
arkais, yaitu kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing
didengar.
3. Hikayat dan cerpen memiliki persamaan dalam hal penggunaan gaya bahasa
(majas) dan penggunaan konjungsi dalam penulisannya.
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 23
D. Latihan
1. Bacalah kembali Hikayat Patani dan cerpen Nasihat Terakhir Bapak kemudian
analisislah unsur kebahasaannya dalam format berikut ini.
No Aspek kebahasan Kutipan
Hikayat
Kutipan
Cerpen
a. Penggunaan konjungsi di awal kalimat ...
b. Penggunaan kata arkais dan artinya ...
c. Penggunaan majas ... ...
d. Penggunaan konjungsi yang
menyatakan hubungan waktu
... ...
e. Penggunaan konjungsu yang
menyatakan urutan peristiwa
... ...
2. Kembangkanlah kerangka (alur) yang telah kalian buat pada pembelajaran
sebelumnya menjadi sebuah cerpen yang utuh dengan memerhatikan nilai-
nilai yang hendak disampaikan!
E. Penilaian Diri
Kalian telah belajar mengenai unsur kebahasaan yang terdapat dalam hikayat
dan cerpen. Berilah tanda silang (X) pada kolom penilaian diri berikut ini dengan
jujur!
No. Indikator yang ingin dicapai Ketercapaian
Sudah Belum
1. mampu menemukan kata arkais dalam
hkayat yang dibaca
2. mampu menemukan gaya bahasa (majas)
dalam hkayat/cerpen yang dibaca
3. mampu menemukan konjungsi yang
menyatakan urutan waktu dalam
hkayat/cerpen yang dibaca
4. mampu menemukan konjungsi yang
menyatakan urutan peristiwa dalam
hkayat/cerpen yang dibaca
5. mampu mengembangkan sebuah hkayat
cerpen ke dalam bentuk cerpen dengan
memerhatikan nilai yang ingin disampaikan
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 24
TES AKHIR MODUL
A. Soal Pengetahuan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan cara memilih pilihan jawaban
A, B, C, D, atau E yang memuat jawaban yang paling benar!
Bacalah teks berikut ini!
Kata Bayan, “Adalah konon seorang perempuan terlalu baik parasnya.
Maka ia nikah dengan seorang laki-laki terlalu amat cemburuan. Selama ia duduk
dengan istrinya itu, jangankan ia pergi berniaga, berjalan jauh pun ia tidak
pernah. Hatta, beberapa lamanya maka segala harta yang dibawanya pun
habislah”. Maka kata perempuan itu, “Hai Tuan hamba! Betapa hal kita ini? Tiada
lagi yang dimakan, baiklah Tuan pergi berlayar mencari makanan! Apakah
kesudahannya demikian ini?” Maka sahut suaminya, “Tiada mau aku bercerai
dengan Tuan dan tiada aku percaya akan dikau kalau-kalau peninggalanku ini
dikau berbuat jahat.”
1. Isi kutipan hikayat tersebut adalah ....
A. Suami yang sangat malas mencari nafkah untuk kehidupan rumah
tangganya sehingga dia mencari akal dengan berpura-pura cemburu dan
enggan meninggalkan istrinya.
B. Seorang suami yang sangat cemburu kepada istrinya yang berparas cantik
sehingga khawatir berjauhan sampai-sampai tidak mau pergi mencari
nafkah.
C. Kehidupan suami istri yang selalu diwarnai rasa cemburu, baik suami
maupun istri secara berlebihan sehingga sering terjadi ketidakpercayaan
kedua belah pihak.
D. Seorang suami yang sangat menyesal karena telah memiliki seorang istri
yang berparas sangat cantik sehingga ia selalu diliputi rasa cemburu yang
berlebihan.
E. Istri yang selalu setia mendampingi suaminya sehingga selalu berdekatan,
saling menyayangi, dan rela hidup dalam kesederhanaan.
BAGIAN
4
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 25
Bacalah teks berikut ini!
Setelah Raja Habsyi mendengar kata utusan itu maka baginda itu pun
sangat marahnya bagai api bernyala-nyala dan seperti ular berbelit-belit seraya
memandang kiri dan kanan maka baginda pun menganbil prajuritnya yang
kembar itu seraya katanya, “Hai Wira Maya dan Wira Santika, pergilah engkau
segera-segeralah ke negeri Mesir, ambil olehmu Putri Siti Bagdad.”
Setelah itu maka Wira Maya dan Wira Santika pun menyembah lalu
berjalan ke luar kota maka lalu terbang ke udara menuju negeri Mesir. Maka
tiadalah tersebut lagi di jalan maka segeralah ia sampai. Maka Wira Maya dan
Wira Santika pun masuk ke dalam puri pada ketika tengah malam ia membaca aji
halimunan dan sirap. Maka orang dalam puri pun tidurlah seperti akan mati,
tiadalah khabarkan lagi daripada sebab kena sirap Wira Maya dan Wira Santika
itu. Maka Tuan Putri pun sangatlah tidur. Maka Wira Maya dan Wira Santika pun
segeralah ia mengambil Tuan putri itu serta dimasukkannya ke dalam peti maka
lalu dibawanya terbang ke udara pulang ke negeri Habsyi.
2. Nilai moral yang terdapat dalam kutipan hikayat tersebut adalah ....
A. Berdoa sebelum mengerjakan sebuah tugas.
B. Mengkhianati kepercayaan yang diberikan seseorang.
C. Kebaikan seseorang dibalas dengan kejahatan.
D. Melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kebaikan.
E. Patuh terhadap perintah pimpinannya.
Bacalah kutipan cerpen berikut!
(1) “Bung, tolong matikan rokoknya, bus ini akan tambah pengap dengan asap
rokok Bung!”
(2) “Iya tolong matikan rokoknya,” kata penumpang lain.
(3) Akan tetapi, pemuda itu tenang-tenang saja.
(4) “Bung, tidak dengar, ya?”
(5) Pemuda itu menatap tajam.
(6) “Peduli apa, Pak. Tak ada larangan merokok dalam bus ini. Apa harus minta
permisi dulu untuk merokok,” katanya ketus.
(Asap-Asap Rokok, Hidayat M.)
3. Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah ....
A. Tidak peduli dengan kepentingan orang lain
B. Tetap merokok di dalam bus
C. Marah kepada pemuda perokok
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 26
D. Merasa tidak bersalah
E. Menjawab pertanyaan dengan ketus
Bacalah penggalan Cerpen berikut ini!
(1) “Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial.
Akan saya arikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
(2) “Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
(3) “Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham
kau?”
(4) “Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti
sawah tak berpematang, tak ada yang bisa diandalkan.” (5) Tetapi, tidak patut
rasanya, Mangkudun memandang Azrial dengan sebelah mata. (6) Maka, dengan
berat hati Azrial melupakan Renggogeni. (7) Ia hengkang dari kampung, pergi
membawa luka hati.
4. Nilai budaya yang terdapat pada kutipan tersebut adalah ....
A. Orang tua mencarikan jodoh untuk pasangan anaknya yang sesuai.
B. Seorang kekasih meninggalkan pasangannya karena miskin.
C. Keturunan harus dipertimbangkan untuk mencari pasangan agar
sepadan.
D. Laki-laki harus berhasil dalam hidupnya sebelum mencari pasangan.
E. Orang tua berhak menolak jodoh yang dipilih anaknya.
Bacalah teks berikut ini!
Ibu singa pun teramat bersedihlah melihat keadaan Raja Singa teramat
pilu karena kehilangan sahabat baiknya yang ia bunuh sendiri. Maka ia pun
menceritakan semua yang dikatakan harimau kepadanya semalam mengenai
siasat Dimnah mengadu Raja Singa dengan Sjatrabah. Maka Sang Raja Singa pun
marahlah lalu dipanggilnya semua pembesar kerajaan. Maka Dimnah pun
datanglah menghadap raja dan sekumpulan pembesar itu menanyakan sebab-
musababnya ia dipanggil. Ibu singa teramat dengki hatinya melihat Dimnah yang
serasa tanpa dosa. Maka Ibu singa pun meyuruh hakim memeriksa semua
perkara ini dan daripadanya Dimnah harus dipenjara.
Adapun ketika larut malam, Kalilah diam-diam menemui sahabatnya itu
lalu dikatakannya bahwasanya ia sangat sedih hatinya menyesalkan daripada
perbuatan Dimnah yang hanya didasari nafsunya sehingga mengalahkan akalnya.
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 27
Maka setelah lama bercakap-cakap akhirnya pulanglah Kalilah ke rumahnya.
Arkian keesokan harinya segala pembesar dan rakyat kerajaan pun
dikumpulkanlah untuk mengadili Dimnah dipimpin oleh seorang hakim. Maka
Hakimpun meminta seorang saksi untuk berbicara dalam pengadilan itu
mengenai keterangan perkara Dimnah. Maka tak ada seorang pun yang berkata–
kata, dengan angkuhnya Dimnahlah yang banyak berkata-kata mengenai
kebaikan. Maka Penghulu babi pun memberikan ciri seorang bedebah seperti
Dimnah. Maka Dimnah pun teramat begitu malu hatinya mendengar semua
pernyataan babi.
5. Relevansi isi kutipan teks hikayat tersebut dengan keadaan saat ini adalah ....
A. Seseorang yang sedih karena telah membunuh sahabatnya.
B. Anak yang tidak peduli dengan nasihat ibunya.
C. Mengunjungi saudara yang sedang mengalami kesusahan.
D. Hakim yang memberikan hukuman setelah proses pengadilan.
E. Merasa malu untuk berbicara di depan orang banyak.
Bacalah kutipan teks berikut untuk soal nomor dan 7!
(1) Ia naik ke atas mahligai itu melihat sebuah gendang tergantung.
Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. (2) Tiba-tiba ia terdengar orang yang
melarangnya memukul gendang itu. (3) Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya
gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. (4) Puteri
Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. (5) ia
ditaruh orang tuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. (6) Di dalam
cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. (8) Dengan segera Syah
Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. (9) Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu
dibunuhnya.
6. Makna kata arkais yang bergaris bawah dalam kutipan teks hikayat tersebut
adalah ....
A. tanaman berumpun
B. tempat kediaman raja
C. tempat tembakau yang terbuat dari logam
D. benda berongga yang dapat diisi dengan cairan atau bubuk
E. peti tempat menyimpan harta
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 28
7. Konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa pada kutipan hikayat tersebut
terdapat dalam kalimat nomor ....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
Bacalah kutipan cerpen berikut 8 dan 9!
Bus yang aku tumpangi masuk terminal Cirebon ketika matahari hampir
mencapai pucuk langit. Terik matahari ditambah dengan panasnya mesin disel tua
memanggang bus itu bersama isinya. Untung bus tak begitu penuh sehingga
sesama penumpang tak perlu bersinggungan badan. Namun, dari sebelah kiriku
bertiup bau keringat melalui udara yang dialirkan dengan kipas koran. Dari
belakang terus-menerus mengepul asap rokok dari mulut seorang lelaki
setengah mengantuk.
8. Gaya bahasa atau permajasan yang digunakan dalam kalimat yang tercetak
miring pada penggalan cerpen di atas adalah ....
A. simile
B. antonomasia
C. personifikasi
D. hiperbola
E. metafora
9. Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu pada kutipan cerpen tersebut
adalah ....
A. ketika
B. dengan
C. sehingga
D. namun
E. dari
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 29
Bacalah kutipan teks berikut!
Teks 1
Adapun akan Si Miskin itu apabila malam iapun tidurlah di dalam hutan
itu. Setelah siang hari maka iapun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari
riskinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang. Apabila orang
yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka
Si Miskin itupun larilah. Ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu
Si Miskin datang, maka masing-masing pun datang ada yang melontari dengan
batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka Si Miskin itupun larilah tunggang
langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-
seru sepanjang jalan itu dengan tersengat lapar dahaganya seperti akan matilah
rasanya.
Teks 2
Kondektur kehabisan kata-kata. Dipandangnya Si Pengemis itu seperti ia
hendak menelannya bulat-bulat. Yang dipandang pasrah. Dia tampaknya rela
diperlakukan sebagai apa saja asal tidak didorong keluar dari bus yang melaju
makin cepat. Kondektur berlalu sambil bersungut. Si Pengemis yang merasa
sedikit lega, bergerak memperbaiki posisinya di dekat pintu belakang. Mulutnya
kembali bergumam: "... shalatullah, salamullah, ‘ala thaha rasulillah...."
10. Persamaan antara kutipan hikayat dan kutipan cerpen tersebut adalah ....
A. Penggambaran watak kedua tokoh dalam teks dilakukan secara analitik
B. Penggunaan majas anatomasia dalam kedua teks
C. Penggambaran latar berupa pasar dalam kedua teks
D. Penggunaan kalimat retoris dalam kedua teks
E. Penyampaian nilai religius dalam kedua teks secara tersirat
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 30
B. Kunci Jawaban
1. B 6. B
2. E 7. C
3. A 8. D
4. A 9. A
5. C 10. B
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 31
DAFTAR PUSTAKA
Eneste, Pamusuk. 1988. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Soebandi. 2016. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri – Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas
X. Jakarta: Erlangga
Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.
Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
www.kompasiana.com/cerpennasihatterakhirbapakaidaramli.