36
@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN i

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN i

Page 2: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN ii

Daftar Isi

Cover i

Daftar Isi ....................................................................................................................................... ii

Penyusun ...................................................................................................................................... iii

Glosarium ..................................................................................................................................... iv

Peta Konsep ................................................................................................................................. v

I. Pendahuluan ...................................................................................................................... 1

A. KD dan IPK ................................................................................................................... 1

B. Deskripsi Singkat Materi ......................................................................................... 1

C. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................. 2

D. Materi Pembelajaran ................................................................................................ 2

II. Kegiatan Pembelajaran 1: Membandingkan nilai-nilai dalam cerita

rakyat hikayat dan cerita pendek ..............................................................................

3

A. Tujuan ............................................................................................................................ 3

B. Uraian Materi .............................................................................................................. 3

C. Rangkuman .................................................................................................................. 13

D. Latihan ........................................................................................................................... 13

E. Penilaian Diri ............................................................................................................... 18

III. Kegiatan Pembelajaran 2: Mengembangkan cerpen berdasarkan hikayat

yang dibaca dengan memerhatikan unsur kebahasaaan .................................

19

A. Tujuan ............................................................................................................................ 19

B. Uraian Materi .............................................................................................................. 19

C. Rangkuman .................................................................................................................. 22

D. Latihan ........................................................................................................................... 23

E. Penilaian Diri ............................................................................................................... 23

IV. Tes Akhir Modul ............................................................................................................... 24

A. Soal Pengetahuan ...................................................................................................... 24

B. Kunci Jawaban ............................................................................................................ 30

Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 31

Page 3: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN iii

PENYUSUN

Dr. Uswatun Hasanah, S.Pd, M.Pd.

Page 4: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN iv

GLOSARIUM

alur : rangkaian atau jalan cerita

amanat : pesan yang dapat diambil dari sebuah karya sastra

anatomasia : jenis gaya bahasa yang majas yang menyebut seseorang

berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.

arkais : kata-kata dalam bahasa Melayu yang sudah jarang

digunakan atau bahkan sudah asing didengar

cerpen : cerita pendek yang mengisahkan sebuah konflik paing

menarik dalam kehidupan tokohnya.

folklore : cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun

hikayat : salah satu jenis cerita rakyat yang berkisah tentang

putra putri raja dan dewa-dewi dengan beragam

kesaktian yang dimilikinya dan banyak ditulis dalam

bahasa Melayu klasik

konjungsi : kata penghubung

majas : gaya bahasa

setting : tempat terjadinya peristiwa dalam cerita

simile : jenis gaya bahasa yang membandingkan suatu hal

dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung

atau kata pembanding

unsur intrinsik : unsur pembangun dalam karya sastra

Page 5: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN v

PETA KONSEP

•Membandingkan

nilai-nilai dalam

hikayat dan cerita

pendek

NILAI

•Membandingkan

unsur kebahasaan

dalam hikayat dan

cerita pendek

KEBAHASAN

•Mengembangkan

cerita pendek

berdasarkan

hikayat yang dibaca

MENULIS

Page 6: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 1

PENDAHULUAN

A. Kompetensi Dasar (KD dan IPK)

Kompetensi Dasar

(KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.8 Membandingkan nilai-

nilai dan kebahasaan

cerita rakyat dan cerpen

3.8.1 Membandingkan nilai-nilai cerita

rakyat (hikayat) dan cerpen

3.8.2 Membandingkan kebahasaan cerita

rakyat (hikayat) dan cerpen

4.8 Mengembangkan cerita

rakyat (hikayat) ke

dalam bentuk cerpen

dengan memerhatikan

isi dan nilai-nilai

4.8.1 Menyusun ide cerita pendek

berdasarkan hikayat yang dibaca

dengan memerhatikan nilai-nilainya

4.8.2 Mengembangkan kerangka cerita

pendek menjadi cerita yang utuh

dengan memerhatikan nilai-nilai

B. Deskripsi Singkat Materi

Dalam modul ini kalian akan mempelajari tentang persamaan dan perbedaan

cerita rakyat hikayat dan cerita pendek. Hikayat merupakan salah satu jenis cerita

rakyat (folklore) yang berkembang pada masa sastra lama Indonesia (sebelum tahun

1920) dan sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu. Sedangkan cerita pendek

atau cerpen berkembang pada masa sastra modern (setelah tahun 1920) dan

dipengaruhi oleh kebudayaan Barat. Meskipun sama-sama karya sastra yang

berbentuk prosa, hikayat dan cerpen memiliki karakteristik dan bahasa yang

berbeda, meskipun keduanya sama-sama memiliki nilai yang hendak disampaikan

kepada pembacanya. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat kita lihat

dari tingkah laku tokoh, peristiwa yang dialami tokoh, atau pun secara langsung

disampaikan pengarang pada bagian koda. Pada bagian awal kalian akan diajak

untuk membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dan cerita pendek.

Selanjutnya, kalian akan belajar mengembangkan sebuah cerita pendek dengan

memerhatikan kebahasaannya.

BAGIAN

1

Page 7: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 2

C. Petunjuk Penggunaan

1. Bacalah rumusan kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, dan

materi pokok yang terdapat dalam modul ini dengan saksama.

2. Pelajari dengan seksama materi pembelajarannya, kemudian kerjakan sendiri

tugas-tugas atau pelatihan-pelatihan yang ada di dalamnya.

3. Jika mengalami kesulitan, konsultansikan kepada guru/fasilitator.

4. Kerjakan tugas-tugas/evaluasi pada pembelajaran setiap subkompetensi

dengan sejujurnya.

5. Cocokkan hasil pekerjaan Anda dan nilailah kompetensi Anda bersama

guru/fasilitator.

6. Diskusikan dengan guru/fasilitator tentang hasil belajar Anda.

7. Jika Anda direkomendasikan untuk mengulang, mengulanglah dengan lapang

dada, dan jika direkomendasikan untuk melanjutkan, silakan melanjutkan ke

kompetensi berikutnya.

D. Materi Pembelajaran

Modul ini terbagi menjadi 2 pertemuan, di dalam modul ini terdapat uraian

materi, soal latihan dan soal evaluasi. Kegiatan pemebelajaran pertama, kita akan

memelajari nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dan cerita pendek. Sedangkan

pada pembelajaran kedua kita akan belajar mengembangkan sebuah cerpen

berdasarkan hikayat yang kita baca dengan memerhatikan unsur kebahasaannya.

Modul ini sangat bermanfaat bagi kalian. Dengan membaca dan mempelajari

karya sastra prosa (hikayat dan cerpen) kalian dapat lebih peka memahami keadaan

sekeliling kalian. Kepekaan kalian itu akan dapat digunakan untuk menumbuhkan

rasa empati dan kepedulian kepada sesama. Jika ada kata-kata yang tidak dipahami,

kalian dapat mencermati glosarium sebagai gambaran makna katanya. Kalian pasti

bisa.

Sumber gambar:

https:www.dongenganakdunia.com

Page 8: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 3

Kegiatan Pembelajaran 1:

Membandingkan Nilai-nilai dalam Cerita

Rakyat (Hikayat) dan Cerita Pendek

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran ini, kalian diharapkan mampu untuk:

1. Membandingkan nilai-nilai cerita rakyat (hikayat) dan cerpen;

2. Menyusun ide cerita pendek berdasarkan hikayat yang dibaca dengan

memerhatikan nilai-nilainya.

B. Uraian Materi

Hikayat dan cerpen merupakan karya sastra yang berbentuk prosa atau cerita.

Meskipun keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, keduanya memiliki

persamaan dalam hal unsur pembangun atau unsur intrinsiknya. Seperti yang kita

ketahui sebuah cerita dibangun oleh unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh, alur,

setting, dan amanat, begitu pun dengan hikayat dan cerpen. Kedua jenis prosa ini

ditulis oleh pengaranggnya untuk memberikan pelajaran pada orang-orang yang

membacanya.

Pelajaran atau amanat dapat kita lihat dari nilai-nilai kehidupan yang

digambarkan oleh pengarang dalam ceritanya. Nilai-nilai ini meliputi nilai moral,

nilai sosial, nilai kepercayaan, dan nilai budaya. Nilai moral berkaitan dengan

kepribadian atau sifat-sifat manusia yang sifatnya baik dan buruk. Sedangkan, nilai

sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan sikap peduli terhadap orang

orang sekitar kita. Selanjutnya, nilai kepercayaan yaitu nilai religi atau kepercayaan

terhadap Tuhan YME. Terakhir, nilai budaya yang berkaitan dengan adat dan

kebiasaan masyarakat yang sudah menjadi ciri suatu daerah atau tempat.

Bacalah contoh hikayat berikut ini!

Teks 1

Hikayat Bayan Budiman

Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu

amat kaya, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa

BAGIAN

2

Page 9: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 4

kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak

laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun.

Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka di serahkan oleh

bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun

lima belas tahun. Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok

parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri

itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga

membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan ditaruhnya hampir

sangkaran bayan juga.

Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta

izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu,

jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-

hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada

senjata.

Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu

melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk

bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi

Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka

bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka

marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan

dihempaskannya sampai mati.

Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura

tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi

Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab

seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu,

maka ujarnya,

“Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan anak

raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan,

Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi,

karena sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala manusia di dunia ini

selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini adalah

seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang

istri saudagar.”

Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita

tersebut. Maka Bayan pun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia

dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu

Page 10: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 5

ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka

diberilah ia cerita-cerita hingga sampai dua puluh empat kisah dan dua puluh

empat malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf

terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari

rantauannya.

Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan

rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi

Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam

ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga

Khoja Maimun pulang dari pelayarannya. Bayan yang bijak bukan sahaja dapat

menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya daripada

menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta

menyelamatkan rumah tangga tuannya.

Perhatikan contoh analisis nilai yang terdapat dalam Hikayat Bayan Budiman

berikut ini!

Nilai Konsep Nilai Kutipan Teks

Moral Berpamitan sebelum

pergi meninggalkan

rumah

Pada suatu hari Khojan Maimun

tertarik akan perniagaan di laut, lalu

minta izinlah dia kepada istrinya.

Sosial Membalas budi kepada

orang yang berbuat baik

kepada kita

Bayan yang bijak bukan sahaja dapat

menyelamatkan nyawanya tetapi juga

dapat menyekat isteri tuannya

daripada menjadi isteri yang curang.

Dia juga dapat menjaga nama baik

tuannya serta menyelamatkan rumah

tangga tuannya.

Budaya Mendidik anak untuk

belajar sedari kecil

dengan berguru kepada

orang yang ahli pada

bidangnya

Setelah umurnya Khojan Maimun lima

tahun, maka di serahkan oleh

bapaknya mengaji kepada banyak guru

sehingga sampai umur Khojan Maimun

lima belas tahun.

Kepercayaan Memohon kepada Tuhan

dengan berdoa agar

dimudahkan urusannya

Sebermula ada saudagar di negara

Ajam. Khojan Mubarok namanya,

terlalu amat kaya, akan tetapi ia tiada

Page 11: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 6

beranak. Tak seberapa lama setelah ia

berdoa kepada Tuhan, maka saudagar

Mubarok pun beranaklah istrinya

seorang anak laki-laki yang diberi

nama Khojan Maimun.

Berikutnya bacalah contoh cerpen berikut ini!

Teks 2

Nasihat Terakhir Bapak

Aida Ramli

Sebelum dibawa ke pemakaman, ku perhatikan tubuh Bapak dibungkus kain

kafan. Wajahnya terlihat pucat pasi. Aku hampir melupakan umur Bapak sudah

enam puluh tahun lebih. Meski begitu, Bapak masih kuat mengaduk semen dan

memasang genteng rumah-rumah tetangga. Bapak selalu bersemangat bekerja

demi membiayai kuliahku menjadi guru Agama, seperti cita-citanya.

Satu hari sebelum Bapak meninggal. Kami Beradu argumen di teras rumah.

Bapak menasihaitiku, perihal keakrabanku dengan Basir, teman sejawatku yang

telah menikah muda.

“Kamu inikan anak perawan. Jangan terlalu akrab dengan Basir. Diakan

sudah beristeri. Tidak baik nduk. Apa kata tetangga nanti.”

“Bapak ini gimana to, Basir kan teman sekampus Yulia. Lagian kita ketemu

bukan untuk macam-macam kok Pak!

“Tetap saja nduk, mana tahu orang kampung tentang itu. Mereka pasti

mengira kamu dan Basir berbuat macam-macam. Apalagi isterinya tahu nanti.”

“Terserah Bapak saja mau percaya atau nda sama Yul.” Dengan wajah kecut,

aku memandang laki-laki paruh baya itu.

“Bapak tegaskan lagi! Demi kebaikanmu. Jangan main-main dengan punya

orang.” Suara Bapak meninggi. Seutas kalimat terakhir, yang sedikit membuatku

terganggu. Setelahnya, Bapak masuk menemui Ibu dengan wajah kecut.

Bapak meninggal karena serangan jantung usai khutbah Jum’at di Mesjid di

samping pendopo Bupati. Ketika itu, terhembus kabar Basir dan isterinya akan

bercerai karena aku. Kini tak ada lagi suara Bapak. Rumah pasti akan sangat sepi.

Hanya aku dan Ibu di rumah tua ini. Hatiku seakan dihantam baja. Selama Bapak

hidup, nasihat Bapak tak banyak aku turuti. Aku menangis dipangkuan Ibu, tak

Page 12: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 7

kuasa menahan rasa bersalah.

***

Sebulan setelah kepergian Bapak. Aku tidak pernah lagi berjumpa Basir. Aku

memutuskan berhenti kuliah. Ibu menyesalkan keputusanku.

“Bagaimanapun kamu harus tetap kuliah nduk. Jangan kamu langgar pesan

Bapakmu. Kamu jangan mengkhawatirkan Ibu. Ibu masih mampu membiayai

kuliahmu.” Tukas Ibu lirih.

“Maafkan Yulia Bu. Keputusan Yulia sudah bulat.” Ibu terdiam. Sungguh, aku

tak berniat menolak keinginan tulusnya. Di lubuk hati paling dalam. Sebenarnya,

aku masih ingin kuliah. Menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana. Keadaan

memaksaku untuk berhenti.

Aku tak tega melihat Ibu mendorong gerobak sayur. Menjajakannya ke

setiap kampung-kampung. Kalau tak laku, sore harinya, Ibu kembali berjualan

dipasar. Sedangkan aku hanya duduk belajar, menerima materi dosen serta pulang

dengan tangan hampa.

“Yulia akan bekerja menggantikan Ibu. Yulia akan melanjutkan kuliah lagi

nanti. Yulia akan menabung sedikit demi sedikit.”

“Ya sudah, terserah kamu ndo. Ibu nda bisa berbuat apa-apa lagi.” Ku peluk

tubuh mungil itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, aku diterima bekerja di pabrik gula milik

Pak Wahyudi, kerabat jauh Bapak. Sehabis bekerja di sana. Aku tak lekas pulang ke

rumah. Para tetangga memintaku mengajar anak-anak mereka. Terkadang, aku

membantu Mbok Tijah, tetanggaku membungkus kerupuk kulit untuk dijual ke

pasar. Kupikir dengan cara seperti itu, aku bisa memenuhi kebutuhan kami dan

menabung sedikit demi sedikit.

Beberapa bulan berjalan, ternyata semua diluar harapan. Gaji yang kuterima

di pabrik gula tak cukup untuk kebutuhan makan aku dan Ibu sehari-hari. Upah

yang kuterima membungkus kerupuk dan mengajar ngaji hanya cukup untuk

membayar tagihan listrik dan ledeng.

“Bagaimana ini Bu? Sepertinya Yulia harus ke kota besar.” Aku menatap Ibu

penuh harapan.

“Tidak nduk, Ibu tidak mengijinkan. Seumur-umur kamu ndak pernah

meninggalkan rumah. Ibu takut terjadi apa-apa dengan mu nduk. Cukup Bapakmu

saja yang meninggalkan Ibu. Kehidupan di kota besar itu keras.” Celoteh Ibu, aku

memaklumi kekhawatirannya.

***

Page 13: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 8

Tengah malam, aku sulit untuk memejamkan mata. Aku teringat tentang

mengadu nasib di kota. “Nduk, Ibu sudah memikirkannya. Kamu boleh bekerja di

Semarang.” Kehadiran Ibu mengagetkanku. “Tetapi kamu harus tinggal bersama

Bulek Hindun di sana. Katanya dia punya usaha toko kue. Mereka perlu pegawai.”

Lanjutnya sumringah.

“Beneran Bu?” tanyaku seolah tak percaya.

“Tadi pagi bulek mu nelpon. Ibu lupa ngasih tahu. Kamu mau?”

“Yulia mau Bu,” Ibu tersenyum, ada perasaan berekecamuk di hatiku.

Entahlah yang jelas aku ingin sekali bekerja ke kota.

Keesokan harinya, aku diantar Ibu ke stasiun kereta. Kulihat wajah Ibu tak

seceria biasanya. Aku menjadi serba salah, tetap pergi atau menemani Ibu disini.

“Apa Ibu akan baik-baik saja selama aku di Semarang?” tanyaku cemas.

“Ibu nggak sendiri kok nduk, ada tetangga yang akan menemani Ibu disini.

Justru Ibu yang mengkhawatirkan kamu.” Tangan Ibu memegang erat lengaku.

“Kamu harus ingat Yul, jaga diri baik-baik. Jangan lupa sholat. Kalau kamu ada

masalah segera pulang. Jangan berlama-lama memendam masalah sendiri.”

Aku mengangguk. “Ibu jangan khawatir. Yulia akan baik-baik saja disana.”

Tiba-tiba kereta yang akan mengantarkanku ketempat tujuan memberi isyarat

akan segera berangkat. Aku memasuki gerbong kereta dengan cekatan.

Penumpang yang lain tak kalah sigapnya denganku. Kami saling berdesak-

desakkan. Ku lirik wajah Ibu dari kejauhan. Terlihat semburan kesedihan di

wajahnya. Apakah keputusanku merantau ke kota adalah pilihan tepat? Aku hanya

berdoa dan berharap semua akan baik-baik saja. Seperti kata Ibu.

***

Beberapa bulan di Semarang, aku mengalami ketidakberuntungan. Bulek

Hindun yang ku pikir berhati malaikat, ternyata berwujud serigala bererkor tiga.

Dia tak pernah bosan memarahiku di depan pembeli. Gaji selama menjadi

pegawainya hanya cukup untuk makan. Sisanya hanya cukup untuk membeli

kebutuhan hidup. Aku terkadang ingin pulang dan menangis dipangkuan Ibu. Ingin

sekali aku mengatakan bahwa keadaanku tidak begitu baik di Semarang.

Mengingat raut wajah sendu Ibu, kuurungkan niat untuk kembali. Aku

teringat tentang tawaran pekerjaan oleh seorang langganan toko kue bulek

Hindun, Bu Sarah namanya. Beliau menggambarkan pekerjaannya tidak terlalu

rumit. Aku hanya perlu duduk manis mempresentasikan produk internet melalui

telepon genggam. Siang itu, aku mengantar pesanan Bu Sarah kerumahnya. Tiba di

sana, aku terperangah. Rumahnya sangat besar dan terlihat masih baru. Terletak

Page 14: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 9

di daerah kawasan elite Bukit Sari Semarang. Ku pandangi satu persatu tanaman

hias di sana. Ada angsoka, bunga kamboja, pohon kaktus dan cemara tinggi

menjulang di sekitar rumah. Suasana rumah nampak asri, persis seperti suasana di

kampungku.

Ku tekan bel yang ada di depan pagar. “Permisi, Bu Sarah” panggilku lembut.

Dengan cekatan seorang perempuan memakai sanggul membukakan pintu pagar.

“Siapa ya Mbak?” tanyanya sopan.

“Saya Yulia, mau nganterin pesanan Bu Sarah.” Sahutku. Perempuan itu

mempersilahkanku masuk.

Aku sudah mendengar profil Ibu Sarah dari Mbok Mariati. Pembantu di

rumah Bulek Hindun. Bu Sarah adalah teman baik Bulek Hindun. Suaminya

seorang pejabat. Dia dewan direksi di perusahaan Telkom di Semarang. "Sudah

lama nunggu?” Bu Sarah sudah berada di sampingku.

“Tidak juga Bu.” Jawabku seadanya.

“Bagaimana tawaran Ibu Yul? Mau nggak kerja di perusahaan suami Ibu?”

tanyanya tanpa basa-basi.

“Mau sekali Bu.” Bu Sarah tersenyum hangat.

“Kalo begitu, nanti saya akan bicara sama Hindun. Besok kamu datang aja ke

kantor.” Dia menyerahkan kartu nama suaminya.

“Baik Bu, oh ya, Ini pesanan kue Ibu.”

“Terima kasih ya sudah mengantarkan. Saya senang, kamu terlihat pekerja

keras dan tekun. Oh ya, kamu pernah kuliah?” pertanyaan Bu Sarah kali ini sedikit

membuatku kesulitan menjawab.

“Pernah Bu, tapi saya berhenti setelah Bapak saya meninggal.” Aku

menunduk.

“Oh ya, kuliah dimana?” tanyanya penasaran.

“STAI bu,” jawabku lesu.

“Maaf ya Yul, Ibu buat kamu sedih ya?” Bu Sarah menepuk pundakku. Dari

tutur kata dan perilakunya. Dia terlihat sangat hangat dan lembut. Berbeda jauh

dengan Bulek Hindun. Tidak pernah menghargai hasil kerjaku selama ini.

***

Bulan pertama bekerja, aku sudah bisa membantu keuangan Ibu. Hasil

pensiunku dari di toko kue Bulek Hindun. Ku pergunakan untuk membeli make-

up, jilbab baru dan beberapa stel pakaian. “Pak Roy datang!” teriak Winda,

karyawati bertubuh gempal. Buru-buru mereka merapikan bedak, menyisir

rambut atau sekedar bercermin. Aku hanya diam melongo memperhatikan tingkah

Page 15: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 10

mereka. Kebetulan di bagian pemasaran, semuanya adalah perempuan.

Roy Ramantho Sarwono adalah suami Bu Sarah. Postur tubuhnya tinggi.

Berkacamata, memiliki suara yang khas. Pak Roy sungguh berkhariasmatik. Kira-

kira usianya 35 tahun, masih terbilang muda memang. Pak Roy banyak di kagumi

karyawati di bagian pemasaran. Karena wajahnya yang rupawan.Seminggu sekali

apabila tidak ada kesibukan, Pak Roy mengevaluasi kami. Itu yang membuat

perusahaannya terbilang maju.

Pada suatu kesempatan, aku berada di satu lift bersama Pak Roy. Entah

darimana awalnya, dia bercerita banyak mengenai perjuangannya hingga berhasil

sampai sekarang. Dia mengutarakan kecintaannya pada seni kaligrafi. Sejak saat

itu, aku mengagumi Pak Roy secara diam-diam. Dia mengingatkanku pada sosok

Bapak.

Pertemanan kami berlanjut, kadang Pak Roy mengajakku makan siang

bersama di luar tanpa sepengetahuan Bu Sarah. Dia berdalih sangat menyukai

keluwesanku dalam bertutur kata. Aku tak menampik bahagia mendengar itu.

Terlebih, Pak Roy memperlakukan ku sangat baik. “Mulai sekarang jangan panggil

aku Pak ya! Panggil saja Mas Roy. Terkesan tua kalo Yulia panggil Bapak” Jelasnya.

Aku membatin.

Siang itu, kami kembali bertemu. Pak Roy seperti biasa mengajakku makan

siang. Dia kembalibercerita mengenai kehidupan rumah tangganya bersama Bu

Sarah. “Aku dan Sarah hidup bersama 12 tahun lebih dan kami masih belum

dikaruniai anak.” Sesekali dia meneguk teh hijau di depannya. “Mas ingin sekali

punya anak Yul.” Lanjutnya. Aku hanya diam sampai ia menghabiskan cerita. “Aku

merasa tak ada gunanya mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Kehadiran

seorang anaklah yang aku butuhkan sekarang.” Dia mendekati wajahku, seketika

itu jantungku naik turun.

“Bisakah kau memberikannya Yul?” tanyanya. Aku masih diam. “Kalo kamu

mau, aku akan memnyekolahkanmu lagi, memberimu kendaraan, deposito, rumah

dan apapun yang kamu mau.” percakapan kami terhenti setelah sekretaris Pak Roy

menghampiri.

***

Sejak Pak Roy mengutarakan keinginannya memiliki anak dariku. Aku tak

pernah melihatnya lagi. Aku rindu aroma tubuhnya, suaranya dan kerlingan

matanya setiap kali berkeluh kesah tentang kehidupannya yang kering kerontang.

Aku telah bermain api dengan Pak Roy dan melupakan statusnya sebagai suami

orang.

Page 16: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 11

Teringat, akan nasihat terakhir Bapak. Aku menjadi merasa bersalah dengan

Bu Sarah. Bagaimanapun ia yang telah mengeluarkanku dari pekerjaan sebagai

babu di toko kue Buleku sendiri. Pagi itu, Ibu menelpon suaranya payau.

“Malam tadi Ibu mimpi. Kamu menikah dengan Basir. Ibu melihat Bapakmu

menangis.” Suara Ibu semakin berat. “Ibu ingin kamu pulang nduk. Ibu takut mimpi

itu kejadian.” Aku tak mengerti dengan maksud Ibu. Dengan tenang aku

memberitahu Ibu. Bahwa tak akan terjadi apa-apa denganku. Lalu aku menutup

telepon dari Ibu dengan setumpuk pertanyaan.

Di bulan kelima. Wajah serius yang ku rindukan kini berada di ruang lobi

bersamaan dengan Bu Sarah. Mereka tampak bahagia. Dengan sebundel undangan

masing-masing di tangan mereka. “Selamat ya Pak, Bu!” seru rekan-rekan

seprofesiku.

Bu Sarah mendekatiku. “Sudah lama nggak melihat kamu. Kamu berubah ya

sekarang? Kamu tambah lebih segar.” Aku agak kikuk dibuatnya. “Ini undangan

empat bulanan kandungan Ibu. Datang ya!” dia tersenyum hangat. Seketika itu,

dadaku terasa sesak.

Ku pandangi tubuh Bu Sarah, dia terlihat lebih gemuk. Aura wajahnya tidak

seperti biasanya. Bu Sarah hamil. Setelah 12 tahun menanti seorang kehadiran

anak. Dari kejauhan Pak Roy menatapku. Kami saling berpandangan. Dia

tersenyum hambar, aku tak membalasnya.

Tanpa berpikir panjang, aku keluar dari kerumunan karyawan yang

menyalami Pak Roy dan Bu Sarah satu persatu. Sulit untuk percaya, aku

mengalami shok berat. Dalam diam, aku menguatkan tekad untuk memenuhi

permintaan Ibu. Kembali ke rumah. Tak kuasa aku menahan ini semua sendiri. Di

lain pihak, aku bersyukur. Rindu terlarang yang aku rasakan tidak berakhir di

pelaminan. Setidaknya, aku masih menuruti pesan terakhir Bapak kali ini.

-----

Bila kita cermati isi cerita dari Hikayat Bayan Budiman dan cerpen Nasihat

Terakhir Bapak memiliki persamaan. Keduanya mengisahkan mengenai orang

ketiga dalam hubungan rumah tangga dan insyafnya tokoh karena nasihat dari

tokoh lain. Pada cerita Hikayat Bayan Budiman terdapat tokoh Bibi Zainab yang

terpikat Anak Raja Ajam namun akhirnya sadar dengan kesalahannya setelah

mendapat nasihat melalui cerita-cerita dari Bayan Budiman. Sedangkan pada

cerpen Nasihat Terakhir Bapak, terdapat tokoh Yulia yang hampir saja setuju

Page 17: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 12

menikahi Pak Roy, suami Bu Sarah namun akhirnya sadar karena selalu teringat

pesan Bapaknya sebelum meninggal.

Alur cerita Hikayat Bayan Budiman dan cerpen Nasihat Terakhir Bapak

No Bagian Alur cerita

Bayan Budiman Nasihat Terakhir Bapak

1. Pengenalan

situasi

Diperkenalkan tokoh Khoja

Mubarok, Khoja Maimun, dan

Bibi Zainab

Diperkenalkan tokoh Yulia,

Bapak, Ibu, dan Basir

2 Pengenalan

masalah

Khoja Maimun pergi

berdagang meninggalkan

istrinya untuk beberapa

lama.

Ayah Yulia meninggal dengan

meninggalkan pesan kepada

Yulia

3 Masalah

memuncak

Bibi Zainab terpikat Anak

Raja Ajam

Basir dan istrinya mau

bercerai karena hubungan

Basir dengan Yulia. Yulia

kemudian berhenti kuliah

dan membantu ibunya

bekerja, Yulia mulai

mengenal Pak Roy

4 Puncak

ketegangan

Bibi Zainab membunuh

Tiung karena merasa terhina

oleh ucapannya

Pak Roy ingin menikahi Yulia

dengan alasan Bu sarah tidak

bisa memberinya keturunan

5 Penurunan

masalah

Bayan Budiman

menceritakan berbagai kisah

untuk menasihati Bibi Zainab

Pak Roy jarang menemui

Yulia, Ibu Yulia mengingatkan

nasihat Bapaknya sebelum

meninggal.

6 Penyelesaian Khoja Maimun pulang dari

perniagaannya dan Bibi

Zainab menyadari

kesalahannya.

Bu Sarah hamil, Yulia

menyadari kesalahannya dan

memutuskan untuk menemui

ibunya di kampung

Page 18: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 13

C. Rangkuman

1. Nilai moral berkaitan dengan kepribadian atau sifat-sifat manusia yang sifatnya

baik dan buruk.

2. Nilai sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan sikap peduli terhadap

orang orang sekitar kita.

3. Nilai kepercayaan yaitu nilai religi atau kepercayaan terhadap Tuhan YME.

4. Nilai budaya yang berkaitan dengan adat dan kebiasaan masyarakat yang

sudah menjadi ciri suatu daerah atau tempat.

5. Tahapan alur meliputi pengenalan situasi, pengenalan masalah, masalah

memuncak, puncak ketegangan, penurunan masalah, dan penyelesaian.

D. Latihan

1. Bacalah kembali cerpen Nasihat Terakhir Bapak kemudian analisislah nilai-

nilai yang terdapat pada cerpen tersebut menggunakan format berikut ini!

Nilai Konsep Nilai Kutipan Teks

Moral

Sosial

Kepercayaan

Budaya

2. Bacalah kutipan hikayat berikut ini kemudian susunlah sebuah kerangka (alur)

cerita pendek sesuai isi hikayat tersebut!

Hikayat Patani

Hatta antara berapa tahun lamanya baginda di atas takhta kerajaan itu,

maka baginda pun berputera tiga orang, dan yang tua laki-laki bernama Kerub

Picai Paina dan yang tengah perempuan bernama Tunku Mahajai dan bungsu

laki-laki bernama Mahacai Pailang.

Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit merkah segala

tubuhnya bagai ditusuk tusuk jarum disekujur tubuh, dan beberapa segala

hora dan tabib mengobati tiada juga sembuh. Maka baginda pun memberi

titah kepada bendahara suruh memalu canang pada segala daerah negeri:

barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau sembuh, raja ambilkan

menantu.

Page 19: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 14

Arkian maka baginda pun sangat kesakitan duduk tiada ikrar. Maka

bendahara pun segera bermohon keluar duduk di balairung menyuruhkan

temenggung memalu canang, ikut seperti titah baginda itu. Arkian maka

temenggung pun segera bermohon keluar menyuruhkan orangnya memalu

canang. Hatta maka canang itu pun dipalu oranglah pada segerap daerah

negeri itu, tujuh hari lamanya, maka seorang pun tiada bercakap.

Maka orang yang memalu canang itu pun berjalan lalu di luar kampung

orang Pasai yang duduk di biara Kampung Pasai itu. Syahdan antara itu ada

seorang Pasai bernama Syaikh Sa'id. Setelah didengarnya oleh Syaikh Sa'id

seru orang yang memalu canang itu, maka Syaikh Sa'id pun keluar berdiri di

pintu kampungnya. Maka orang yang memalu canang itu pun lalulah hampir

pintu Syaikh Sa'id itu.

Maka kata Syaikh Sa'id: "Apa kerja tuan-tuan memalu canang ini?"

Maka kata penghulu canang itu: "Tiadakan tuan hamba tahu akan raja

di dalam negeri ini sakit merkah segala tubuhnya? Berapa segala hora dan

tabib mengobati dia tiada juga mau sembuh; jangankan sembuh, makin sangat

pula sakitnya. Dari karena itulah maka titah raja menyuruh memalu canang

ini, maka barang siapa bercakap mengobati raja itu, jikalau sembuh

penyakitnya, diambil raja akan menantu."

Maka kata Syaikh Sa'id: "Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi

menantu raja itu hamba tiada mau, dan jikalau mau raja masuk agama Islam,

hambalah cakap mengobat penyakit raja itu."

Setelah didengar oleh penghulu canang itu, maka ia pun segera kembali

bersembahkan kepada temenggung seperti kata Syaikh Sa'id itu. Arkian maka

temenggung pun dengan segeranya Pergi maklumkan kepada bendahara

seperti kata penghulu canang itu. Setelah bendahara menengar kata

temenggung itu, maka bendahara pun masuk menghadap baginda

menyembahkan seperti kata tememggung itu. Maka titah baginda: "Jikalau

demikian, segeralah bendahara suruh panggil orang Pasai itu."

Arkian maka Syaikh Sa'id pun dipanggil oranglah Hatta maka Syaikh

Sa'id pun datanglah menghadap raja. Maka titah raja pada Syaikh Sa'id:

"Sungguhkah tuan hamba bercakap mengobati penyakit hamba ini?"

Maka sembah Syaikh Sa'id: "Jikalau Tuanku masuk agama Islam,

hambalah mengobat penyakit Duli Syah 'Alam itu."

Maka titah raja: "Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang kata tuan

hamba itu hamba turutlah." Setelah sudah Syaikh Sa'id berjanji dengan raja

Page 20: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 15

itu, maka Syaikh Sa'id pun duduklah mengobat raja itu. Ada tujuh hari

lamanya, maka raja pun dapatlah keluar dihadap oleh menteri hulubalang

sekalian. Arkian maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah kepada baginda, lalu

kembali ke rumahya. Antara berapa hari lamanya maka penyakit raja itu pun

sembuhlah. Maka raja pun mungkirlah ia akan janjinya dengan Syaikh Sa'id

itu.

Hatta ada dua tahun selamanya, maka raja pun sakit pula, seperti

dahulu itu juga penyakitnya. Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil pula oleh

raja. Telah Syaikh Sa'id datang, maka titah baginda: "Tuan obatlah penyakit

hamba ini. Jikalau sembuh penyakit hamba sekali ini, bahwa barang kata tuan

hamba itu tiadalah hamba lalui lagi."

Maka kata Syaikh Sa'id: "Sungguh-sungguh janji Tuanku dengan patik,

maka patik mau mengobati Duli Tuanku. Jikalau tiada sungguh seperti titah

Duli Tuanku ini, tiadalah patik mau mengobat dia".

Setelah didengar raja sembah Syaikh Sa'id itu demikian, maka raja pun

berteguh-teguhan janjilah dengan Syaikh Sa'id. Arkian maka Syaikh Sa'id pun

duduklah mengobat raja itu. Ada lima hari maka Syaikh Sa'id pun

bermohonlah pada raja kembali kerumahnya. Hatta antara tengah bulan

lamanya, maka penyakit raja itu pun sembuhlah. Syahdan raja pula mungkir

akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.

Hatta antara setahun lamanya maka raja itu pun sakit pula, terlebih dari

pada sakit yang dahulu itu, dan duduk pun tiada dapat karar barang seketika.

Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil oleh raja pula. Maka kata Syaikh Sa'id

pada hamba raja itu: "Tuan hamba pergilah sembahkan ke bawah Duli Raja,

tiada hamba mau mengobati raja itu lagi, karena janji raja dengan hamba tiada

sungguh."

Hatta maka (hamba) raja itu pun kembalilah, maka segala kata Syaikh

Sa'id itu semuanya dipersembahkannya kepada raja. Maka titah raja kepada

bentara: "Pergilah engkau panggil orang Pasai itu, engkau katakana padanya

jikalau sembuh penyakitku sekali ini, tiadalah kuubahkan janjiku dengan dia

itu. Demi berhala yang ku sembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini,

janganlah sembuh penyakitku ini selama-lamanya."

Arkian maka bentara pun pergilah menjunjungkan segala titah raja itu

kepada Syaikh Sa'id. Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah berhala tuan raja itulah

akan syaksinya hamba: jikalau lain kalanya tiadalah hamba mau mengobat

raja itu." Hatta maka Syaikh Sa'id pun pergilah mengadap raja. Setelah Syaikh

Page 21: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 16

Sa'id datang, maka titah raja: "Tuan obatilah penyakit hamba sekali ini. Jikalau

sembuh penyakit hamba ini, barang yang tuan kata itu bahwa sesungguhnya

tiadalah hamba lalui lagi."

Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah, biarlah patik obat penyakit Duli

Tuanku. Jikalau sudah sembuh Duli Tuanku tiada masuk agama Islam sekali

ini juga, jika datang penyakit Tuanku kemudian harinya, jika Duli Tuanku

bunuh patik sekalipun, ridhalah patik; akan mengobat penyakit Tuanku itu,

patik mohonlah." Maka titah raja: "Baiklah, mana kata tuan itu, hamba

turutlah." Setelah itu maka raja pun diobat pula oleh Syaikh Sa'id itu. Hatta

antara tiga hari lamanya maka Syaikh Sa'id pun bermohon pada raja, kembali

ke rumahnya. Hatta antara dua puluh hari lamanya maka penyakit raja itu pun

sembuhlah. Sebermula ada sebulan selangnya, maka pada suatu hari raja

semayam di balairung diadap oleh segala menteri hulubalang dan rakyat

sekalian. Maka titah baginda: "Hai segala menteri hulubalangku, apa bicara

kamu sekalian, karena aku hendak mengikut agama Islam?"

Maka sembah sekalian mereka itu: "Daulat Tuanku, mana titah patik

sekalian junjung, karena patik sekalian ini hamba pada ke bawah Duli Yang

Mahamulia."

Hatta setelah raja mendengar sembah segala menteri hulubalangnya

itu, maka baginda pun terlalulah sukacita, lalu berangkat masuk ke istana.

Setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun menitahkan

bentara kanan pergi memanggil Syaikh Sa'id, serta bertitah pada bendahara

suruh menghimpunkan segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka

baginda pun semayam dibalairung diadap oleh rakyat sekalian. Pada tatkala

itu Syaikh Sa'id pun datanglah menghadap raja diiringkan oleh bentara.

Setelah Syaikh Sa'id itu datang maka raja pun sangatlah memuliakan Syaikh

Sa'id itu.

Maka titah baginda: "Adapun hamba memanggil tuan hamba ini, karena

janji hamba dengan tuan hamba ini hendak masuk agama Islam itulah."

Setelah Syaikh Sa'id mendengar titah raja demikian itu, maka Syaikh

Sa'id pun segera mengucup tangan raja itu, lalu dijunjungnya. Sudah itu maka

diajarkanlah kalimat syahadat oleh syaikh, demikian bunyinya: "Asyhadu an

la ilâha illa l-Lâh wa asyhaduanna Muhammadan rasulu lLâh."

Maka raja pun kararlah membawa agama Islam. Setelah sudah raja

mengucap kalimat syahadat itu, maka Syaikh Sa'id pun mengajarkan kalimat

syahadat kepada segala menteri hulubalang dan rakyat yang ada hadir itu

Page 22: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 17

pula.Telah selesailah Syaikh Sa'id dari pada mengajarkan kalimat syahadat

pada segala mereka itu, maka sembah Syaikh Sa'id: "Ya Tuanku Syah 'Alam,

baiklah Tuanku bernama mengikut nama Islam, karena Tuanku sudah

membawa agama Islam, supaya bertambah berkat Duli Tuanku beroleh

syafa'at dari Muhammad rasul Allah, salla lLâhu alaihi wa sallama diakirat

jemah."

Maka titah baginda: "Jikalau demikian, tuan hambalah memberi nama

akan hamba."

Arkian maka raja itu pun diberi nama oleh Syaikh Sa'id, Sultan Isma'il

Syah Zillullâh Fi l'Alam. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan raja

itu, maka titah baginda: "Anak hamba ketiga itu baiklah tuanhamba beri nama

sekali, supaya sempurnalah hamba membawa agama Islam."

Maka kembali Syaikh Sa'id: "Barang bertambah kiranya daulat sa'adat

Duli Yang Mahamulia, hingga datang kepada kesudahan zaman paduka

anakanda dan cucunda Duli Yang Mahamulia karar sentosa diatas takhta

kerajaan di negeri Patani Dasussalam."

Arkian maka Syaikh Sa'id pun memberi nama akan paduka anakanda

baginda yang tua itu Sultan Mudhaffar Syah dan yang tengah perempuan itu

dinamainya Sitti 'A'isyah dan yang bungsu laki-laki dinamainya Sultan Manzur

Syah. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan anakanda baginda itu,

maka baginda pun mengaruniai akan Syaikh Sa'id itu terlalu banyak dari pada

emas perak dan kain yang indah-indah. Hatta maka Syaikh Sa'id pun

bermohonlah pada raja, lalu kembali ke rumahnya di biara Kampung Pasai.

Syahdan pada zaman itu segala rakyat yang di dalam negeri juga yang

membawa agama Islam, dan segala rakyat yang di luar daerah negeri seorang

pun tiada masuk Islam. Adapun raja itu sungguhpun ia membawa agama

Islam, yang menyembah berhala dan makan babi itu juga yang ditinggalkan;

lain dari pada itu segala pekerjaan kafir itu suatu pun tiada diubahnya.

Kerangka (Alur) Cerpen berdasarkan No Bagian

Hikayat Patani

a. Pengenalan situasi ....

b. Pengenalan masalah ....

c. Masalah memuncak ....

d. Puncak ketegangan ....

Page 23: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 18

e. Penurunan masalah ....

f. Penyelesaian ....

E. Penilaian Diri

Kalian telah belajar mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dan

cerpen. Berilah tanda silang (X) pada kolom penilaian diri berikut ini dengan jujur!

No. Indikator yang ingin dicapai Ketercapaian

Sudah Belum

1. mampu menemukan nilai moral dalam

hkayat/cerpen yang dibaca

2. mampu menemukan nilai sosial dalam

hkayat/cerpen yang dibaca

3. mampu menemukan nilai kepercayaan

dalam hkayat/cerpen yang dibaca

4. mampu menemukan nilai budaya dalam

hkayat/cerpen yang dibaca

5. mampu menyusun kerangka (alur) cerita

cerpen berdasarkan hikayat yang dibaca

dengan memerhatikan nilai yang ingin

disampaikan

Page 24: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 19

Kegiatan Pembelajaran 2:

Mengembangkan Cerpen berdasarkan Hikayat yang

Dibaca dengan Memerhatikan Unsur Kebahasaaan

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran ini, kalian diharapkan mampu untuk:

1. Membandingkan kebahasaan cerita rakyat (hikayat) dan cerpen;

2. Mengembangkan kerangka cerita pendek menjadi cerita yang utuh dengan

memerhatikan nilai-nilai.

B. Uraian Materi

Mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen berarti menuliskan atau

menceritakan kembali isi hikayat dengan bahasa yang berlaku saat ini. teks hikayat

ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu sehingga banyak digunakan kata-kata

arkais. Selain itu mengubah hikayat ke dalam bentuk cerpen juga harus

menyesuaikan isi ceritanya dengan realitas kehidupan saat ini dan memerhatikan

amanat atau nilai-nilai yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut. Sebagai

contoh bisa kalian buka kembali Hikayat Bayan Budiman dan cerpen Nasihat

Terakhir Bapak pada kegiatan pembelajaran sebelumnya.

Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri

bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak menggunakan konjungi hampir

pada setiap awal kalimat.

Perhatikan contoh kutipan hikayat berikut ini.

Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut.

Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat

memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin

mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah

ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita,

hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu

suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.

Dalam kutipan tersebut konjungsi maka digunakan hingga tiga kali. Selain banyak

menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat

merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan

usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia

BAGIAN

3

Page 25: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 20

(berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam

bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan

sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.

Sekarang kamu akan mempelajari perbandingan bahasa dalam cerpen dan

hikayat. Meskipun hikayat dan cerpen disajikan dalam bahasa yang berbeda namun

keduanya memeiliki persamaan dalam hal penggunaan gaya bahasa (majas) dan

penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian.

1. Penggunaan Majas

Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat

cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna

lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat.

Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah

majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.

Mekipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang

digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam

cerpen.

Perhatikan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan hikayat berikut ini.

Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu

berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri antah berantah di bawah

pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan

diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan

sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan

menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu

malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.

Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas

antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau

sifatnya yang menonjol.

Bandingkan dengan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan

novel Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel Garcia Marquez berikut ini.

“Pilih mana,” katanya, “tiga, empat, atau tujuh?”

“Empat.”

Ia tersenyum penuh kemenangan.

“Selama lima belas tahun saya bekerja di sini,” katanya, “Anda orang

pertama yang tidak memilih tujuh.”

Ia menulis nomor kursi di boarding passku dan mengembalikannya

Page 26: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 21

bersama dokumen-dokumenku, lalu memandangku untuk kali pertama dengan

matanya yang berwarna anggur, sebuah hiburan sampai aku bisa melihat Si

Cantik lagi. Kemudian ia memberi tahu bahwa bandara baru saja ditutup dan

semua penerbangan ditunda.

Dikutip dari: http://icanjambi.blogspot.co.id

Majas simile juga banyak digunakan dalam hikayat maupun cerpen. Majas

simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya

menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau

kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan

bagaikan

Perhatikan contoh berikut ini.

Maka Si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh

orang banyak, Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing

rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu

dan batu.

Hikayat Si Miskin

Peristiwa itu terjadi berpuluh tahun silam, pada Oktober 1965 yang begitu

merah. Seperti warna bendera bergambar senjata yang merebak dan dikibarkan

sembunyi-sembunyi. Ketika itu, aku masih sepuluh tahun. Ayah meminta ibu dan

aku untuk tetap tenang di kamar belakang. Ibu terus mendekapku ketika itu.

Kabut Ibu karya Masdar Zaenal, Kompas Minggu 8 Juli 2012

2. Penggunaan Konjungsi

Baik cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak

menceritakan urutan peristiwa atau kejadian. Untuk menceritakan urutan

peristiwa atau alur tersebut keduanya menggunakan konjungsi yang

menyatakan urutan waktu dan kejadian.

Perhatikan contoh penggunaan konjungsi pada penggalan hikayat berikut ini.

Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu

minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada

istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor

unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi

tajam dari pada senjata. Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak

Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok.

Page 27: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 22

Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka

pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak

menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang

melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan

disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.

Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura

tidur.

Hikayat Bayan Budiman

Konjungsi “sebelum” yang bergaris bawah dalam penggalan hikayat di atas

menunjukkan urutan waktu sedang konjungsi “lalu” menyatakan urutan

kejadian. Penggunaan konjungsi yang tepat sangat penting untuk

mengembangkan alur cerita.

Bandingkan dengan penggunaan konjungsi dalam penggalan cerpen berikut ini.

Ketika Leyla memutuskan untuk mengungsi, meninggalkan kampong

halamannya, perih yang melilit perutnya kian menjadi-jadi. Terlampau

perihnya, hingga seluruh pandangannya terasa buram. Leyla seperti melihat

ribuan kunang-kunang berlesatan mengitari kepalanya. Selanjutnya, ia

menyebut kunang-kunang itu sebagai sang maut. Sang maut yang selalu

menguntitnya dan sewaktu-waktu siap mengantarnya menyusul almarhum

suaminya.

Menjemput Maut di Mogadishu karya Masdar Zaenal

Konjungsi “ketika” dalam kutipan di atas menyatakan hubungan waktu,

sedangkan konjungsi “selanjutnya” menyatakan urutan peristiwa.

C. Rangkuman

1. Mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen harus menyesuaikan isi

cerita dengan realitas kehidupan saat ini dan memerhatikan amanat atau nilai-

nilai yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut.

2. Hikayat ditulis dalam bahasa Melayu sehingga banyak ditemukan kata-kata

arkais, yaitu kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing

didengar.

3. Hikayat dan cerpen memiliki persamaan dalam hal penggunaan gaya bahasa

(majas) dan penggunaan konjungsi dalam penulisannya.

Page 28: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 23

D. Latihan

1. Bacalah kembali Hikayat Patani dan cerpen Nasihat Terakhir Bapak kemudian

analisislah unsur kebahasaannya dalam format berikut ini.

No Aspek kebahasan Kutipan

Hikayat

Kutipan

Cerpen

a. Penggunaan konjungsi di awal kalimat ...

b. Penggunaan kata arkais dan artinya ...

c. Penggunaan majas ... ...

d. Penggunaan konjungsi yang

menyatakan hubungan waktu

... ...

e. Penggunaan konjungsu yang

menyatakan urutan peristiwa

... ...

2. Kembangkanlah kerangka (alur) yang telah kalian buat pada pembelajaran

sebelumnya menjadi sebuah cerpen yang utuh dengan memerhatikan nilai-

nilai yang hendak disampaikan!

E. Penilaian Diri

Kalian telah belajar mengenai unsur kebahasaan yang terdapat dalam hikayat

dan cerpen. Berilah tanda silang (X) pada kolom penilaian diri berikut ini dengan

jujur!

No. Indikator yang ingin dicapai Ketercapaian

Sudah Belum

1. mampu menemukan kata arkais dalam

hkayat yang dibaca

2. mampu menemukan gaya bahasa (majas)

dalam hkayat/cerpen yang dibaca

3. mampu menemukan konjungsi yang

menyatakan urutan waktu dalam

hkayat/cerpen yang dibaca

4. mampu menemukan konjungsi yang

menyatakan urutan peristiwa dalam

hkayat/cerpen yang dibaca

5. mampu mengembangkan sebuah hkayat

cerpen ke dalam bentuk cerpen dengan

memerhatikan nilai yang ingin disampaikan

Page 29: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 24

TES AKHIR MODUL

A. Soal Pengetahuan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan cara memilih pilihan jawaban

A, B, C, D, atau E yang memuat jawaban yang paling benar!

Bacalah teks berikut ini!

Kata Bayan, “Adalah konon seorang perempuan terlalu baik parasnya.

Maka ia nikah dengan seorang laki-laki terlalu amat cemburuan. Selama ia duduk

dengan istrinya itu, jangankan ia pergi berniaga, berjalan jauh pun ia tidak

pernah. Hatta, beberapa lamanya maka segala harta yang dibawanya pun

habislah”. Maka kata perempuan itu, “Hai Tuan hamba! Betapa hal kita ini? Tiada

lagi yang dimakan, baiklah Tuan pergi berlayar mencari makanan! Apakah

kesudahannya demikian ini?” Maka sahut suaminya, “Tiada mau aku bercerai

dengan Tuan dan tiada aku percaya akan dikau kalau-kalau peninggalanku ini

dikau berbuat jahat.”

1. Isi kutipan hikayat tersebut adalah ....

A. Suami yang sangat malas mencari nafkah untuk kehidupan rumah

tangganya sehingga dia mencari akal dengan berpura-pura cemburu dan

enggan meninggalkan istrinya.

B. Seorang suami yang sangat cemburu kepada istrinya yang berparas cantik

sehingga khawatir berjauhan sampai-sampai tidak mau pergi mencari

nafkah.

C. Kehidupan suami istri yang selalu diwarnai rasa cemburu, baik suami

maupun istri secara berlebihan sehingga sering terjadi ketidakpercayaan

kedua belah pihak.

D. Seorang suami yang sangat menyesal karena telah memiliki seorang istri

yang berparas sangat cantik sehingga ia selalu diliputi rasa cemburu yang

berlebihan.

E. Istri yang selalu setia mendampingi suaminya sehingga selalu berdekatan,

saling menyayangi, dan rela hidup dalam kesederhanaan.

BAGIAN

4

Page 30: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 25

Bacalah teks berikut ini!

Setelah Raja Habsyi mendengar kata utusan itu maka baginda itu pun

sangat marahnya bagai api bernyala-nyala dan seperti ular berbelit-belit seraya

memandang kiri dan kanan maka baginda pun menganbil prajuritnya yang

kembar itu seraya katanya, “Hai Wira Maya dan Wira Santika, pergilah engkau

segera-segeralah ke negeri Mesir, ambil olehmu Putri Siti Bagdad.”

Setelah itu maka Wira Maya dan Wira Santika pun menyembah lalu

berjalan ke luar kota maka lalu terbang ke udara menuju negeri Mesir. Maka

tiadalah tersebut lagi di jalan maka segeralah ia sampai. Maka Wira Maya dan

Wira Santika pun masuk ke dalam puri pada ketika tengah malam ia membaca aji

halimunan dan sirap. Maka orang dalam puri pun tidurlah seperti akan mati,

tiadalah khabarkan lagi daripada sebab kena sirap Wira Maya dan Wira Santika

itu. Maka Tuan Putri pun sangatlah tidur. Maka Wira Maya dan Wira Santika pun

segeralah ia mengambil Tuan putri itu serta dimasukkannya ke dalam peti maka

lalu dibawanya terbang ke udara pulang ke negeri Habsyi.

2. Nilai moral yang terdapat dalam kutipan hikayat tersebut adalah ....

A. Berdoa sebelum mengerjakan sebuah tugas.

B. Mengkhianati kepercayaan yang diberikan seseorang.

C. Kebaikan seseorang dibalas dengan kejahatan.

D. Melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kebaikan.

E. Patuh terhadap perintah pimpinannya.

Bacalah kutipan cerpen berikut!

(1) “Bung, tolong matikan rokoknya, bus ini akan tambah pengap dengan asap

rokok Bung!”

(2) “Iya tolong matikan rokoknya,” kata penumpang lain.

(3) Akan tetapi, pemuda itu tenang-tenang saja.

(4) “Bung, tidak dengar, ya?”

(5) Pemuda itu menatap tajam.

(6) “Peduli apa, Pak. Tak ada larangan merokok dalam bus ini. Apa harus minta

permisi dulu untuk merokok,” katanya ketus.

(Asap-Asap Rokok, Hidayat M.)

3. Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah ....

A. Tidak peduli dengan kepentingan orang lain

B. Tetap merokok di dalam bus

C. Marah kepada pemuda perokok

Page 31: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 26

D. Merasa tidak bersalah

E. Menjawab pertanyaan dengan ketus

Bacalah penggalan Cerpen berikut ini!

(1) “Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial.

Akan saya arikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”

(2) “Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”

(3) “Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham

kau?”

(4) “Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti

sawah tak berpematang, tak ada yang bisa diandalkan.” (5) Tetapi, tidak patut

rasanya, Mangkudun memandang Azrial dengan sebelah mata. (6) Maka, dengan

berat hati Azrial melupakan Renggogeni. (7) Ia hengkang dari kampung, pergi

membawa luka hati.

4. Nilai budaya yang terdapat pada kutipan tersebut adalah ....

A. Orang tua mencarikan jodoh untuk pasangan anaknya yang sesuai.

B. Seorang kekasih meninggalkan pasangannya karena miskin.

C. Keturunan harus dipertimbangkan untuk mencari pasangan agar

sepadan.

D. Laki-laki harus berhasil dalam hidupnya sebelum mencari pasangan.

E. Orang tua berhak menolak jodoh yang dipilih anaknya.

Bacalah teks berikut ini!

Ibu singa pun teramat bersedihlah melihat keadaan Raja Singa teramat

pilu karena kehilangan sahabat baiknya yang ia bunuh sendiri. Maka ia pun

menceritakan semua yang dikatakan harimau kepadanya semalam mengenai

siasat Dimnah mengadu Raja Singa dengan Sjatrabah. Maka Sang Raja Singa pun

marahlah lalu dipanggilnya semua pembesar kerajaan. Maka Dimnah pun

datanglah menghadap raja dan sekumpulan pembesar itu menanyakan sebab-

musababnya ia dipanggil. Ibu singa teramat dengki hatinya melihat Dimnah yang

serasa tanpa dosa. Maka Ibu singa pun meyuruh hakim memeriksa semua

perkara ini dan daripadanya Dimnah harus dipenjara.

Adapun ketika larut malam, Kalilah diam-diam menemui sahabatnya itu

lalu dikatakannya bahwasanya ia sangat sedih hatinya menyesalkan daripada

perbuatan Dimnah yang hanya didasari nafsunya sehingga mengalahkan akalnya.

Page 32: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 27

Maka setelah lama bercakap-cakap akhirnya pulanglah Kalilah ke rumahnya.

Arkian keesokan harinya segala pembesar dan rakyat kerajaan pun

dikumpulkanlah untuk mengadili Dimnah dipimpin oleh seorang hakim. Maka

Hakimpun meminta seorang saksi untuk berbicara dalam pengadilan itu

mengenai keterangan perkara Dimnah. Maka tak ada seorang pun yang berkata–

kata, dengan angkuhnya Dimnahlah yang banyak berkata-kata mengenai

kebaikan. Maka Penghulu babi pun memberikan ciri seorang bedebah seperti

Dimnah. Maka Dimnah pun teramat begitu malu hatinya mendengar semua

pernyataan babi.

5. Relevansi isi kutipan teks hikayat tersebut dengan keadaan saat ini adalah ....

A. Seseorang yang sedih karena telah membunuh sahabatnya.

B. Anak yang tidak peduli dengan nasihat ibunya.

C. Mengunjungi saudara yang sedang mengalami kesusahan.

D. Hakim yang memberikan hukuman setelah proses pengadilan.

E. Merasa malu untuk berbicara di depan orang banyak.

Bacalah kutipan teks berikut untuk soal nomor dan 7!

(1) Ia naik ke atas mahligai itu melihat sebuah gendang tergantung.

Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. (2) Tiba-tiba ia terdengar orang yang

melarangnya memukul gendang itu. (3) Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya

gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. (4) Puteri

Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. (5) ia

ditaruh orang tuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. (6) Di dalam

cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. (8) Dengan segera Syah

Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. (9) Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu

dibunuhnya.

6. Makna kata arkais yang bergaris bawah dalam kutipan teks hikayat tersebut

adalah ....

A. tanaman berumpun

B. tempat kediaman raja

C. tempat tembakau yang terbuat dari logam

D. benda berongga yang dapat diisi dengan cairan atau bubuk

E. peti tempat menyimpan harta

Page 33: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 28

7. Konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa pada kutipan hikayat tersebut

terdapat dalam kalimat nomor ....

A. (1)

B. (2)

C. (3)

D. (4)

E. (5)

Bacalah kutipan cerpen berikut 8 dan 9!

Bus yang aku tumpangi masuk terminal Cirebon ketika matahari hampir

mencapai pucuk langit. Terik matahari ditambah dengan panasnya mesin disel tua

memanggang bus itu bersama isinya. Untung bus tak begitu penuh sehingga

sesama penumpang tak perlu bersinggungan badan. Namun, dari sebelah kiriku

bertiup bau keringat melalui udara yang dialirkan dengan kipas koran. Dari

belakang terus-menerus mengepul asap rokok dari mulut seorang lelaki

setengah mengantuk.

8. Gaya bahasa atau permajasan yang digunakan dalam kalimat yang tercetak

miring pada penggalan cerpen di atas adalah ....

A. simile

B. antonomasia

C. personifikasi

D. hiperbola

E. metafora

9. Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu pada kutipan cerpen tersebut

adalah ....

A. ketika

B. dengan

C. sehingga

D. namun

E. dari

Page 34: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 29

Bacalah kutipan teks berikut!

Teks 1

Adapun akan Si Miskin itu apabila malam iapun tidurlah di dalam hutan

itu. Setelah siang hari maka iapun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari

riskinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang. Apabila orang

yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka

Si Miskin itupun larilah. Ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu

Si Miskin datang, maka masing-masing pun datang ada yang melontari dengan

batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka Si Miskin itupun larilah tunggang

langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-

seru sepanjang jalan itu dengan tersengat lapar dahaganya seperti akan matilah

rasanya.

Teks 2

Kondektur kehabisan kata-kata. Dipandangnya Si Pengemis itu seperti ia

hendak menelannya bulat-bulat. Yang dipandang pasrah. Dia tampaknya rela

diperlakukan sebagai apa saja asal tidak didorong keluar dari bus yang melaju

makin cepat. Kondektur berlalu sambil bersungut. Si Pengemis yang merasa

sedikit lega, bergerak memperbaiki posisinya di dekat pintu belakang. Mulutnya

kembali bergumam: "... shalatullah, salamullah, ‘ala thaha rasulillah...."

10. Persamaan antara kutipan hikayat dan kutipan cerpen tersebut adalah ....

A. Penggambaran watak kedua tokoh dalam teks dilakukan secara analitik

B. Penggunaan majas anatomasia dalam kedua teks

C. Penggambaran latar berupa pasar dalam kedua teks

D. Penggunaan kalimat retoris dalam kedua teks

E. Penyampaian nilai religius dalam kedua teks secara tersirat

Page 35: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 30

B. Kunci Jawaban

1. B 6. B

2. E 7. C

3. A 8. D

4. A 9. A

5. C 10. B

Page 36: @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jendral PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 31

DAFTAR PUSTAKA

Eneste, Pamusuk. 1988. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Penerbit

Djambatan.

Soebandi. 2016. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri – Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas

X. Jakarta: Erlangga

Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

www.kompasiana.com/cerpennasihatterakhirbapakaidaramli.