Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Buku Integrasi Nilai Karakter dalam Kegiatan Awal
Pembelajaran di Sekolah Dasar dihasilkan untuk
membangun karakter positif siswa yang positif di sekolah
dasar untuk membangun peradaban bangsa yang cerdas
dan berbudi luhur dalam rangka menjawab tantangan
revolusi industri 4.0. Buku Integrasi Nilai Karakter dalam
Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah Dasar ini penting
untuk dibuat dalam rangka membentuk siswa sekolah dasar
yang berbudi luhur.
B. Tujuan Tujuan pembuatan buku Integrasi Nilai Karakter
dalam Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah Dasar adalah
untuk melakukan standardisasi pengelolaan Integrasi Nilai
Karakter dalam Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah
Dasar untuk menghasilkan siswa sekolah dasar yang
berbudi luhur.
C. Ruang Lingkup Bab I di dalam buku ini membahas mengenai latar
belakang perlunya buku Integrasi Nilai Karakter dalam
Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah Dasar dibuat, ruang
2
lingkup dari materi yang akan dibahas di dalam buku,
manfaat yang diperoleh pembaca setelah membaca buku ini,
dan petunjuk bagi pembaca mengenai cara menggunakan
buku.
Bab II membahas tentang Integrasi Nilai Karakter
dalam Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah Dasar yang
meliputi hakikat Integrasi Nilai Karakter dalam Kegiatan Awal
Pembelajaran di Sekolah Dasar, dan jenis-jenis penerapan
Integrasi Nilai Karakter dalam Kegiatan Awal Pembelajaran
di Sekolah Dasar, tugas, latihan soal, glosarium, dan daftar
pustaka.
Bab III membahas tentang Integrasi Nilai Karakter
dalam Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran yang meliputi
hakikat Integrasi Nilai Karakter dalam Penciptaan Kondisi
Awal Pembelajaran, dan penerapan Integrasi Nilai Karakter
dalam Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran, rangkuman,
tugas, latihan soal, glosarium, dan daftar pustaka.
Bab IV membahas tentang Integrasi Nilai Karakter
dalam Pelaksanaan Kegiatan Apersepsi yang meliputi
hakikat Integrasi Nilai Karakter dalam Pelaksanaan Kegiatan
Apersepsi, penerapan Integrasi Nilai Karakter dalam
Pelaksanaan Kegiatan Apersepsi, rangkuman, tugas, latihan
soal, glosarium, dan daftar pustaka.
C. Manfat Manfaat buku Integrasi Nilai Karakter dalam
Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah Dasar bagi para
3
pembaca diharapkan setelah membaca buku ini dan
menguasainya secara dalam, maka mereka dapat
mengimplementasikannya dengan langkah-langkah yang
sesuai dan efektif.
D. Petunjuk Penggunaan Buku
Petunjuk penggunaan buku ini adalah pertama kali
membaca Bab I sehingga pembaca dapat memahami
mengenai esensi materi yang terdapat di dalam buku ini
secara keseluruhan. Setelah selesai membaca Bab I,
pembaca dapat melanjutkan untuk membaca Bab II yang
membahas mengenai Integrasi Nilai Karakter dalam
Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kemudian
pembaca dapat melanjutkan untuk membaca Bab III yang
menguraikan mengenai Integrasi Nilai Karakter dalam
Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran agar dapat
memahami mengenai permasalahan dan cara menerapkan
Integrasi Nilai Karakter dalam Penciptaan Kondisi Awal
Pembelajaran. Pada Bab IV, pembaca dapat menguasai
Integrasi Nilai Karakter dalam Pelaksanaan Kegiatan
Apersepsi sehingga dapat mengenal permasalahan dan
langkah-langkah untuk menerapkan Integrasi Nilai Karakter
dalam Pelaksanaan Kegiatan Apersepsi.
4
BAB II INTEGRASI NILAI KARAKTER DALAM KEGIATAN AWAL
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR A. Hakikat Integrasi Nilai Karakter dalam Kegiatan Awal
Pembelajaran di Sekolah Dasar Integrasi nilai karakter dalam kegiatan awal
pembelajaran di sekolah dasar adalah penanaman nilai-nilai
karakter di dalam kegiatan awal pembelajaran dari proses
belajar mengajar yang dilakukan di kelas pada siswa
sekolah dasar. Penanaman nilai-nilai karakter di dalam
kegiatan awal pembelajaran perlu dilakukan oleh guru-guru
sekolah dasar dalam rangka menanamkan nilai-nilai karakter
yang positif pada siswa.
Nilai karakter dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan
intrakurikuler melalui pemuatan nilai karakter dalam materi
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Tujuan
semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar
adalah membentuk karakter yang baik untuk peserta didik.
Pengintegrasian nilai-nilai karakter di dalam kegiatan belajar
mengajar ini dilakukan sejak dari tahapan perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
5
Gambar 2.1. Pendidikan karakter melalui kegiatan belajar
mengajar
6
Pendidikan karakter memberikan kesempatan dan
bimbingan untuk membantu peserta didik membuat
keputusan yang bijaksana pada saat menghadapi dilema
moral. Contohnya, banyak peserta didik di sekolah harus
memutuskan antara jujur kepada gurunya dan setia kepada
teman pada saat mereka telah melakukan sesuatu yang
salah. Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja
dan sadar untuk membantu peserta didik ini untuk membuat
pilihan yang bijak pada saat dilema terjadi. Pada saat
peserta didik mengembangkan kebijakan praktis, maka
mereka akan membuat keputusan yang bijak.
Pendidikan karakter yang diberikan di sekolah
diantaranya adalah sebagai berikut (Gambar 2.2):
1) Perilaku di ruang kelas
Perilaku yang dikembangkan di ruang kelas
adalah perilaku menolong, kerjasama, afeksi,
memberikan semangat satu sama lain dalam kelas,
siswa menaruh rasa hormat kepada gurunya, bekerja
sama dengan siswa yang lain dan tidak mendominasi di
dalam diskusi kelompok, dan sebagainya.
2) Perilaku bermain
Peserta didik menunjukkan kepedulian
terhadap yang lain dalam kegiatan bermain, bersikap
tenggang rasa terhadap siswa yang lain, tidak
membeda-bedakan teman, tidak bermain curang,
bersikap sportif, dan sebagainya.
7
Gambar 2.2. Pendidikan karakter yang diberikan di sekolah
8
3) Keterampilan pemecahan masalah sosial
Di dalam menyelesaikan konflik hipotetis,
peserta didik memberikan lebih banyak perhatian pada
kebutuhan semua pihak, melakukan komunikasi dua
arah dengan siswa yang lain serta dengan guru, tidak
mengutamakan kepentingan sendiri tetapi
mengutamakan kepentingan orang banyak, dan
sebagainya.
4) Komitmen terhadap nilai-nilai demokratis
Peserta didik lebih komitmen terhadap nilai-
nilai demokratis seperti keyakinan bahwa semua
anggota kelompok memiliki hak untuk berpartisipasi
terhadap keputusan dan aktivitas kelompok.
Cara peserta didik berkembang secara moral melalui
6 tahapan. Tahapan-tahapan ini dikelompokkan kedalam 3
fase yaitu (Gambar 2.3):
1. Fase 1
Level 1 dan 2 ditunjukkan pada peserta didik
pra-sekolah dimana perilaku ditentukan oleh
konsekuensi tindakan. Peserta didik pada tahapan 1
dan 2 (pra-konvensional) akan dipertimbangkan
dengan penghindaran hukuman dan kepatuhan, serta
pemerolehan rewards.
9
Gambar 2.3. Tahapan perkembangan moral peserta didik
10
2. Fase 2
Dalam tahap 3 dan 4 (konvensional) terdapat
kebutuhan untuk menyenangkan orang lain dan
pemahaman tentang hukum dan perintah.
3. Fase 3
Dalam tahap 5 dan 6 (post-konvensional) adalah
kepentingan kontrak sosial dan akhirnya prinsip etik
universal dimana orang-orang menjawab terhadap
kesadaran dari dalam.
Sebagian besar peserta didik sekolah dasar berada
pada tahapan 1 atau 2.
Guru-guru sebaiknya memfokuskan pada
pembangunan perilaku karakter (moral, kewarganegaraan,
performans, dan intelektual) pada siswanya untuk
mengembangkan pengetahuan pada subyek tertentu.
Guru-guru sebaiknya membantu siswa-siswanya
mengembangkan kebijaksanaan praktis yaitu kemampuan
untuk mengenal sesuatu yang benar untuk dilakukan pada
saat yang tepat. Kebijaksanaan praktis dapat ditingkatkan
oleh guru-guru untuk memfasilitasi kesempatan hidup nyata
bagi siswa-siswanya untuk menguji karakter mereka dan
menciptakan kesempatan terstruktur bagi mereka untuk
merefleksikan karakter dan perilakunya.
Komunitas sekolah harus bersama-sama
mengidentifikasikan nilai-nilai inti di sekolah dan bagaimana
nilai-nilai ini menginformasikan misi dan etos sekolah,
memilih perilaku untuk memfokuskan pada yang dirasakan
11
tentang kebutuhan utama siswa-siswanya, mengembangkan
pendekatan pengajaran tentang pendidikan karakter yang
sesuai dengan konteks dan kendala dari sekolah tertentu.
Kebudayaan dan etos komunitas sekolah
merupakan hal yang esensial untuk pendidikan karakter.
Kualitas hubungan guru dan siswa memiliki implikasi untuk
pelatihan guru dan kepemimpinan serta manajemen
sekolah.
Karakter dapat diajarkan kepada siswa. Pengajaran
karakter kepada siswa dapat mengembangkan karakter
mereka. Pengajaran karakter ini juga dapat memberikan
waktu untuk siswa mengembangkan rasional mereka
mengapa karakter itu penting. Pengajaran karakter
memberikan fokus dan meningkatkan profile karakter
tersebut. Pendidikan karakter dapat diajarkan sebagai
subyek diskrit melalui kurikulum formal dan kurang formal.
B. Penerapan Integrasi Nilai Karakter dalam Kegiatan Awal Pembelajaran di Sekolah Dasar
Penerapan pendidikan karakter melalui pengajaran
novel di dalam kelas Bahasa Inggris dapat berlangsung
dalam bentuk diskusi dan debat yang hidup mengenai
berbagai sumber naratif yang menginformasikan
pemahaman kolektif tentang kebahagiaan, moralitas, dan
hidup dengan baik atau buruk. Pengajaran novel ini
membantu guru Bahasa Inggris untuk memberikan kepada
siswa-siswanya selera, semangat, alasan, dan
12
mempertahankan minat mereka dalam keinginan dan ambisi
protagonis. Melalui penilaian motivasi karakter, guru-guru
dapat juga membantu siswanya untuk mendapatkan
pandangan dari contoh yang buruk dan baik.
Guru-guru menggunakan berbagai strategi efektif di
dalam pendidikan karakter. Peserta didik mempelajari
pendidikan karakter melalui contoh. Oleh karena itu
merupakan hal yang penting untuk memberikan contoh yang
baik dan memperlakukan peserta didik dengan cara yang
diinginkan. Aturan kelas seringkali ditulis sebagai input
peserta didik. Hal ini memberikan kesempatan untuk diskusi
dan aplikasi sifat-sifat karakter seperti kepedulian, keadilan,
dan rasa hormat.
Pengintegrasian nilai karakter dalam kegiatan awal
pembelajaran di sekolah dasar dilaksanakan pada tahapan
penciptaan kondisi awal pembelajaran dan pada tahapan
pelaksanaan kegiatan apersepsi.
C. Rangkuman
Integrasi nilai karakter dalam kegiatan awal
pembelajaran di sekolah dasar adalah penanaman nilai-nilai
karakter di dalam kegiatan awal pembelajaran dari proses
belajar mengajar yang dilakukan di kelas pada siswa sekolah
dasar. Nilai karakter dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan
intrakurikuler melalui pemuatan nilai karakter dalam materi
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan
karakter memberikan kesempatan dan bimbingan untuk
13
membantu peserta didik membuat keputusan yang bijaksana
pada saat menghadapi dilema moral. Pendidikan karakter
yang diberikan di sekolah diantaranya adalah perilaku
menolong, kerjasama, afeksi, dan memberikan semangat
satu sama lain dalam kelas, kepedulian terhadap yang lain
dalam kegiatan bermain, memberikan lebih banyak perhatian
pada kebutuhan semua pihak, dan lebih komitmen terhadap
nilai-nilai demokratis. Guru-guru sebaiknya memfokuskan
pada pembangunan perilaku karakter (moral,
kewarganegaraan, performans, dan intelektual) pada
siswanya untuk mengembangkan pengetahuan pada subyek
tertentu. Guru-guru sebaiknya membantu siswa-siswanya
mengembangkan kebijaksanaan praktis yaitu kemampuan
untuk mengenal sesuatu yang benar untuk dilakukan pada
saat yang tepat. Komunitas sekolah harus bersama-sama
mengidentifikasikan nilai-nilai inti di sekolah dan bagaimana
nilai-nilai ini menginformasikan misi dan etos sekolah,
memilih perilaku untuk memfokuskan pada yang dirasakan
tentang kebutuhan utama siswa-siswanya, mengembangkan
pendekatan pengajaran tentang pendidikan karakter yang
sesuai dengan konteks dan kendala dari sekolah tertentu.
Kebudayaan dan etos komunitas sekolah merupakan hal
yang esensial untuk pendidikan karakter. Guru-guru
menggunakan berbagai strategi efektif di dalam pendidikan
karakter. Peserta didik mempelajari pendidikan karakter
melalui contoh. Oleh karena itu merupakan hal yang penting
14
untuk memberikan contoh yang baik dan memperlakukan
peserta didik dengan cara yang diinginkan.
Pengintegrasian nilai-nilai karakter di dalam kegiatan
awal pembelajaran adalah dalam menciptakan kondisi awal
pembelajaran dan dalam melaksanakan kegiatan apersepsi.
D. Tugas 1. Buatlah rangkuman tentang hakikat Integrasi Nilai
Karakter dalam Kegiatan Awal Pembelajaran di
Sekolah Dasar.
2. Buatlah rangkuman tentang penerapan Integrasi Nilai
Karakter dalam Kegiatan Awal Pembelajaran di
Sekolah Dasar
E. Latihan Soal Pilihlah jawaban yang paling benar.
1. Integrasi nilai karakter dalam kegiatan awal
pembelajaran di sekolah dasar adalah …
a. penanaman nilai-nilai karakter di dalam kegiatan
inti pembelajaran dari proses belajar mengajar
yang dilakukan di kelas pada siswa sekolah dasar
b. penanaman nilai-nilai karakter di dalam kegiatan
penutup pembelajaran dari proses belajar
mengajar yang dilakukan di kelas pada siswa
sekolah dasar
15
c. penanaman nilai-nilai karakter di dalam kegiatan
awal pembelajaran dari proses belajar mengajar
yang dilakukan di kelas pada siswa sekolah dasar
d. penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler pada siswa sekolah dasar
e. penanaman nilai-nilai karakter melalui budaya
sekolah pada siswa sekolah dasar
2. Nilai karakter dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan
intrakurikuler melalui …
a. penanaman budaya disiplin
b. budaya sekolah
c. peran serta masyarakat
d. kegiatan ekstrakurikuler
e. pemuatan nilai karakter dalam materi mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar
3. Pendidikan karakter peserta didik merupakan tanggung
jawab…
a. guru-guru dan kepala sekolah
b. keluarga dan masyarakat
c. pemerintah dan masyarakat
d. guru-guru, kepala sekolah, keluarga, masyarakat
e. masyarakat, pemerintah, media
4. Pengintegrasian nilai-nilai karakter di dalam kegiatan
belajar mengajar ini dilakukan pada tahapan…
16
a. perencanaan dan evaluasi pembelajaran
b. pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
c. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
d. perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi
pembelajaran
e. perencanaan dan persiapan pembelajaran
5. Guru-guru sebaiknya membantu siswa-siswanya
mengembangkan kebijaksanaan praktis yaitu …
a. kemampuan untuk mengenal sesuatu yang benar
untuk dilakukan pada saat yang tepat
b. kemampuan untuk mengenal sesuatu yang
memiliki keuntungan terbesar untuk dilakukan
pada saat yang tepat
c. kemampuan untuk mengenal sesuatu yang
memiliki kerugian terkecil untuk dilakukan pada
saat yang tepat
d. kemampuan untuk mengenal sesuatu yang
memiliki peluang besar untuk dilakukan pada saat
yang tepat
e. kemampuan untuk mengenal sesuatu yang
memiliki ancaman terkecil untuk dilakukan pada
saat yang tepat
F. Glosarium Integrasi nilai karakter dalam kegiatan awal pembelajaran di
sekolah dasar adalah penanaman nilai-nilai karakter di
17
dalam kegiatan awal pembelajaran dari proses belajar
mengajar yang dilakukan di kelas pada siswa sekolah dasar.
Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja dan sadar
untuk membantu peserta didik ini untuk membuat pilihan
yang bijak pada saat dilema terjadi.
Perilaku yang dikembangkan di ruang kelas adalah perilaku
menolong, kerjasama, afeksi, dan memberikan semangat
satu sama lain dalam kelas.
Nilai-nilai demokratis adalah nilai-nilai dimana semua
anggota kelompok memiliki hak untuk berpartisipasi terhadap
keputusan dan aktivitas kelompok.
G. Daftar Pustaka Arthur, James. (2003). Education with Character: The moral
economy of schooling. New York: Routledge
Falmer.
Benninga, Jacques S.; Berkowitz, Marvin W.; & Smith, Karen
(2006). Character and Academics: What Good
Schools Do. The Phi Delta Kappan, Vol. 87, No. 6,
pp.448-452
Berkowitz, Marvin W & Bier, Melinda C. (2004). Research-
Based Character Education. The Annals of the
American Academy of Political and Social Science,
591, 72-85.
Bohlin, Karen E. (2005). Teaching Character Education
Through Literature: Awakening the Moral
Imagination in Secondary Classrooms. London dan
18
New York: RoutledgeFalmer Taylor & Francis
Group.
Carter, Samuel Casey. (2011). On Purpose: How Great
School Cultures Form Strong Character. USA:
Corwin.
Damon, William. (2002). Bringing in a New Era in Character
Education. USA: Hoover Institution Press.
Elbot, Charles F. (2008). Building an Intentional School
Culture: Excellence in Academics and Character.
United Kingdom: Corwin Press.
Glover, Donald R. & Anderson, Leigh Ann (2003). Character
Education: 43 Fitness Activities for Community
Building. USA: Human Kinetics.
Harrison, T; Morris, I; & Ryan, J. (2016). Teaching Character
in the Primary Classroom.
Hiatt, Diana B. & Michael. (2008). Teaching, Curriculum, and
Community Involvement. USA: Information Age
Publishing.
Lee, W.O. & Fouts, J. T. (2005). Education for Social
Citizenship: Perceptions of Teachers in the USA,
Australia, England, Russia and China. Hong Kong
University Press.
Levitt, Marc. (2017). A Holistic Approach for Cultural
Change: Character Education. USA: Rowman &
Littlefield.
19
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our
Schools Can Teach Respect and Responsibility.
USA: Bantam Books.
Marini, Arita. (2015). Penelitian Mandiri: Pengelolaan
Sekolah Dasar di Kecamatan Setiabudi.
Marini, Arita. (2017). Integration of Character Values in
School Culture at Elementary Schools in Jakarta,
Indonesia. Journal of Arts & Humanities, 6(5), 21-32.
Marini, Arita. (2017). Character Building Through Teaching
Learning Process: Lesson in Indonesia. Ponte
Journal, 73(5), 177-182.
Marini, Arita. (2017). Building Students’ Characters Through
Extracurricular Acitivities. Proceedings of the 1st
Yogyakarta International Conference on Educational
Management/ Administration and Pedagogy
(YICEMAP 2017). Part of Series: Advances in Social
Science, Education and Humanities Research.
doi:10.2991/yicemap-17.2017.45
Marini, Arita. (2015). Penelitian PMK-RI: Kajian kompetensi
guru SD dalam memberikan pendidikan karakter
berdasarkan kurikulum 2013 di Indonesia.
Milson, Andrew J. & Mehlig, Lisa M. (2002). Elementary
School Teachers’ Sense of Efficacy for Character
Education. The Journal of Educational Research,
96(1), 47-53.
Mirascieva, Snezana; Petrovski, Vlado; Gjorgjeva, Emilija
Petrova. (2011). Teaching in the religious education
20
in the Republic of Macedonia today. Procedia Social
and Behavioral Sciences , Vol. 15, pp.1404-1409.
Mustoip, Sofyan; Japar, Muhammad; MS, Zulela. (2018).
Surabaya: Jakad Publishing Book & Journal.
Nealey, Constance B. (2010). The teaching/ Learning
Process: Undergirded by Biblical Teachings. USA:
Xlibris Corporation.
Nucci, Larry; Narvaez, Darcia; and Krettenauer, Tobias.
(2014). Handbook of Moral and Character
Education. New York: Taylor & Francis.
Petersen, Katia S. (2012). Activities for Building Character
and Social-Emotional Learning. USA: Spirit
Publishing Inc.
Russell III, William Benedict & Waters, Stewart. (2010). Reel
Character Education: A Cinematic Approach to
Character Development. USA: Information Age
Publishing Inc.
Sanderse, Wouter. (2012). Character Education: A Neo-
Aristotelian Approach to the Philosophy, Psychology
and Education of Virtue. Eburon Academic
Publishers. The Netherlands.
Scanio, Donna Jean. (2005). Character Education in the
Classroom: Teacher Edition.
Sarros, James C & Cooper, Brian K. (2006). Building
Character: A Leadership Essential. Journal of
Business and Psychology, 21(1), 1-22, doi:
10.1007/sl0869-005-9020-3
21
Smagorinsky, Peter & Taxel, Joel. (2005). The Discourse of
Character Education: Culture Wars in the
Classroom. New York: Taylor & Francis.
Sarros, James C & Cooper, Brian K. (2006). Building
Character: A Leadership Essential. Journal of
Business and Psychology, 21(1), 1-22, doi:
10.1007/sl0869-005-9020-3
Zappulla, Catherine. (2007). Personal Character of the
Leader and School Culture. Counterpoints, Suffering
in Silence: Teacher with AIDS and The Moral School
Communitry, Vol 42, pp.265-280.
22
BAB III
INTEGRASI NILAI KARAKTER DALAM PENCIPTAAN KONDISI AWAL PEMBELAJARAN
A. Hakikat Integrasi Nilai Karakter dalam Penciptaan
Kondisi Awal Pembelajaran
Hakikat integrasi nilai karakter dalam penciptaan
kondisi awal pembelajaran adalah penanaman nilai-nilai
karakter di dalam tahapan penciptaan kondisi awal
pembelajaran. Penciptaan kondisi awal pembelajaran
sangat penting dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai
karakter karakter kepada siswa dalam rangka menciptakan
sikap dan suasana kelas yang menarik tetapi tetap dengan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang relevan sehingga
siswa akan dapat melaksanakan aktivitas belajar dengan
bekal karakter yang positif pada siswa.
B. Penerapan Integrasi Nilai Karakter dalam Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Penerapan integrasi nilai karakter dalam penciptaan
kondisi awal pembelajaran adalah sebagai berikut (lihat
Gambar 3.1):
23
Gambar 3.1. Penerapan integrasi nilai karakter dalam penciptaan
kondisi awal pembelajaran
24
1. Kehadiran guru tepat waktu
Guru yang hadir tepat waktu memberikan
keteladanan pada siswanya sehingga dapat menjadi
model yang akan dicontoh oleh siswanya sehingga
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Beberapa
sekolah dasar menerapkan guru menyambut siswa di
gerbang sekolah setiap pagi. Hal ini dapat memberikan
manfaat untuk komunikasi yang baik antara guru dan
murid dengan menanyakan kabar dan menyapa siswa
ketika menyambut siswa sehingga terbangun
komunikasi yang akrab antara guru dan siswa. Keadaan
ini juga dapat membantu guru untuk lebih memahami
siswanya. Kehadiran guru tepat waktu juga dapat
memberikan keteladanan pada siswa sehingga siswa
juga akan mencontoh gurunya untuk hadir tepat waktu.
Disiplin waktu ini merupakan bentuk tanggung jawab
guru dan siswa.
2. Guru berpakaian rapi dan sopan
Pakaian guru yang rapi dan sopan akan
menanamkan nilai estetika (keindahan) penampilan
yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Guru berpakaian rapi dan sopan merupakan hal yang
penting karena sikap guru akan dicontoh oleh siswanya
sehingga diharapkan siswanya juga akan melakukan hal
yang sama yaitu berpakaian rapi dan sopan. Kerapihan
dan kesopanan di dalam berpakaian merupakan
kepatuhan dan kesesuaian terhadap tata tertib yang
25
berlaku serta merupakan hal yang penting di dalam
pendidikan. Hal ini disebabkan pendidikan tidak hanya
menghasilkan siswa yang berprestasi di dalam bidang
akademik tetapi juga dapat meningkatkan potensi dan
kepribadian siswa. Kerapihan dan kesopanan di dalam
berpakaian dapat meningkatkan kenyamanan siswa di
dalam belajar.
3. Guru memeriksa kerapihan siswa
Guru perlu memeriksa kerapihan siswa yaitu
berpakaian seragam yang sesuai dengan menggunakan
atribut yang lengkap. Hal ini merupakan hal yang
penting dalam menciptakan kondisi awal pembelajaran
sehingga menanamkan nilai-nilai karakter kerapihan dan
kedisiplinan untuk taat pada peraturan pada siswa.
4. Guru membimbing siswa untuk membaca do’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing
Dalam menciptakan kondisi awal pembelajaran,
guru perlu membimbing siswa untuk membaca do’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing dalam
rangka menanamkan nilai karakter religius pada siswa.
5. Guru memeriksa kehadiran siswa
Guru perlu memeriksa jumlah siswa yang hadir dan
jumlah siswa yang tidak hadir dalam pembelajaran serta
mempertanyakan alasan bagi siswa yang tidak hadir di
kelas. Hal ini penting untuk dilakukan guru dalam
menciptakan kondisi awal pembelajaran untuk
menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada siswa.
26
6. Guru dan siswa saling mengucapkan salam
Di dalam menciptakan kondisi awal pembelajaran,
guru membimbing siswa untuk saling mengucapkan
salam dalam rangka menanamkan nilai-nilai silaturahmi
dan saling menghormati satu sama lain.
C. Rangkuman 1. Hakikat integrasi nilai karakter dalam penciptaan kondisi
awal pembelajaran adalah penanaman nilai-nilai
karakter di dalam tahapan penciptaan kondisi awal
pembelajaran. Penerapan integrasi nilai karakter dalam
penciptaan kondisi awal pembelajaran dapat dilakukan
melalui: (1) Kehadiran guru tepat waktu; (2) Guru
berpakaian rapi dan sopan; (3) Guru memeriksa
kerapihan siswa; (4) Guru membimbing siswa untuk
membaca do’a menurut agama dan keyakinan masing-
masing; (5) Guru memeriksa kehadiran siswa; dan (6)
Guru dan siswa saling mengucapkan salam.
D. Tugas 1. Buatlah rangkuman tentang hakikat integrasi nilai
karakter dalam penciptaan kondisi awal pembelajaran
di sekolah dasar.
2. Buatlah rangkuman tentang penerapan integrasi nilai
karakter dalam penciptaan kondisi awal pembelajaran
di sekolah dasar.
27
E. Latihan Soal Pilihlah jawaban yang paling benar.
1. Hakikat integrasi nilai karakter dalam penciptaan
kondisi awal pembelajaran adalah …
a. penanaman nilai-nilai karakter di dalam tahapan
kegiatan apersepsi
b. penanaman nilai-nilai karakter di dalam tahapan
penciptaan kondisi awal pembelajaran
c. penanaman nilai-nilai karakter di dalam tahapan
kegiatan refleksi
d. penanaman nilai-nilai karakter di dalam tahapan
tindak lanjut
e. penanaman nilai-nilai karakter di dalam tahapan
perencanaan
2. Penerapan integrasi nilai karakter dalam penciptaan
kondisi awal pembelajaran adalah …
a. melakukan penilaian proses
b. menggunakan penilaian autentik
c. pendekatan student centered
d. penggunaan metode pembelajaran yang sesuai
e. kehadiran guru tepat waktu
3. Guru perlu memeriksa pakaian seragam siswa dengan
menggunakan atribut yang lengkap. Kegiatan ini
dalam rangka menanamkan nilai-nilai karakter …
a. tanggung jawab
28
b. kreatifitas
c. kedisiplinan
d. religius
e. kejujuran
4. Dalam menciptakan kondisi awal pembelajaran, guru
perlu membimbing siswa untuk membaca do’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing dalam rangka
menanamkan nilai karakter …
a. tanggung jawab
b. kreatifitas
c. kedisiplinan
d. religius
e. kejujuran
5. Di dalam menciptakan kondisi awal pembelajaran, guru
membimbing siswa untuk saling mengucapkan salam
dalam rangka menanamkan nilai-nilai …
a. tanggung jawab
b. kreatifitas
c. saling menghormati satu sama lain
d. religius
e. kejujuran
29
F. Glosarium Hakikat integrasi nilai karakter dalam penciptaan kondisi
awal pembelajaran adalah penanaman nilai-nilai karakter di
dalam tahapan penciptaan kondisi awal pembelajaran.
Kedisiplinan adalah kepatuhan terhadap peraturan yang
sudah ditetapkan.
Silaturahmi adalah menjaga hubungan kekeluargaan
dengan kasih sayang.
G. Daftar Pustaka
Arthur, James. (2003). Education with Character: The moral
economy of schooling. New York: Routledge
Falmer.
Benninga, Jacques S.; Berkowitz, Marvin W.; & Smith, Karen
(2006). Character and Academics: What Good
Schools Do. The Phi Delta Kappan, Vol. 87, No. 6,
pp.448-452
Berkowitz, Marvin W & Bier, Melinda C. (2004). Research-
Based Character Education. The Annals of the
American Academy of Political and Social Science,
591, 72-85.
Bohlin, Karen E. (2005). Teaching Character Education
Through Literature: Awakening the Moral
Imagination in Secondary Classrooms. London dan
New York: RoutledgeFalmer Taylor & Francis
Group.
30
Carter, Samuel Casey. (2011). On Purpose: How Great
School Cultures Form Strong Character. USA:
Corwin.
Damon, William. (2002). Bringing in a New Era in Character
Education. USA: Hoover Institution Press.
Elbot, Charles F. (2008). Building an Intentional School
Culture: Excellence in Academics and Character.
United Kingdom: Corwin Press.
Glover, Donald R. & Anderson, Leigh Ann (2003). Character
Education: 43 Fitness Activities for Community
Building. USA: Human Kinetics.
Harrison, T; Morris, I; & Ryan, J. (2016). Teaching Character
in the Primary Classroom.
Hiatt, Diana B. & Michael. (2008). Teaching, Curriculum, and
Community Involvement. USA: Information Age
Publishing.
Lee, W.O. & Fouts, J. T. (2005). Education for Social
Citizenship: Perceptions of Teachers in the USA,
Australia, England, Russia and China. Hong Kong
University Press.
Levitt, Marc. (2017). A Holistic Approach for Cultural
Change: Character Education. USA: Rowman &
Littlefield.
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our
Schools Can Teach Respect and Responsibility.
USA: Bantam Books.
31
Marini, Arita. (2015). Penelitian Mandiri: Pengelolaan
Sekolah Dasar di Kecamatan Setiabudi.
Marini, Arita. (2017). Integration of Character Values in
School Culture at Elementary Schools in Jakarta,
Indonesia. Journal of Arts & Humanities, 6(5), 21-32.
Marini, Arita. (2017). Character Building Through Teaching
Learning Process: Lesson in Indonesia. Ponte
Journal, 73(5), 177-182.
Marini, Arita. (2017). Building Students’ Characters Through
Extracurricular Acitivities. Proceedings of the 1st
Yogyakarta International Conference on Educational
Management/ Administration and Pedagogy
(YICEMAP 2017). Part of Series: Advances in Social
Science, Education and Humanities Research.
doi:10.2991/yicemap-17.2017.45
Marini, Arita. (2015). Penelitian PMK-RI: Kajian kompetensi
guru SD dalam memberikan pendidikan karakter
berdasarkan kurikulum 2013 di Indonesia.
Milson, Andrew J. & Mehlig, Lisa M. (2002). Elementary
School Teachers’ Sense of Efficacy for Character
Education. The Journal of Educational Research,
96(1), 47-53.
Mirascieva, Snezana; Petrovski, Vlado; Gjorgjeva, Emilija
Petrova. (2011). Teaching in the religious education
in the Republic of Macedonia today. Procedia Social
and Behavioral Sciences , Vol. 15, pp.1404-1409.
32
Mustoip, Sofyan; Japar, Muhammad; MS, Zulela. (2018).
Surabaya: Jakad Publishing Book & Journal.
Nealey, Constance B. (2010). The teaching/ Learning
Process: Undergirded by Biblical Teachings. USA:
Xlibris Corporation.
Nucci, Larry; Narvaez, Darcia; and Krettenauer, Tobias.
(2014). Handbook of Moral and Character
Education. New York: Taylor & Francis.
Petersen, Katia S. (2012). Activities for Building Character
and Social-Emotional Learning. USA: Spirit
Publishing Inc.
Russell III, William Benedict & Waters, Stewart. (2010). Reel
Character Education: A Cinematic Approach to
Character Development. USA: Information Age
Publishing Inc.
Sanderse, Wouter. (2012). Character Education: A Neo-
Aristotelian Approach to the Philosophy, Psychology
and Education of Virtue. Eburon Academic
Publishers. The Netherlands.
Scanio, Donna Jean. (2005). Character Education in the
Classroom: Teacher Edition.
Sarros, James C & Cooper, Brian K. (2006). Building
Character: A Leadership Essential. Journal of
Business and Psychology, 21(1), 1-22, doi:
10.1007/sl0869-005-9020-3
33
Smagorinsky, Peter & Taxel, Joel. (2005). The Discourse of
Character Education: Culture Wars in the
Classroom. New York: Taylor & Francis.
Sarros, James C & Cooper, Brian K. (2006). Building
Character: A Leadership Essential. Journal of
Business and Psychology, 21(1), 1-22, doi:
10.1007/sl0869-005-9020-3
Zappulla, Catherine. (2007). Personal Character of the
Leader and School Culture. Counterpoints, Suffering
in Silence: Teacher with AIDS and The Moral School
Communitry, Vol 42, pp.265-280
34
BAB IV INTEGRASI NILAI KARAKTER DALAM PELAKSANAAN
KEGIATAN APERSEPSI A. Hakikat Integrasi Nilai Karakter dalam Pelaksanaan
Kegiatan Apersepsi Hakikat integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan
kegiatan apersepsi adalah penanaman nilai-nilai karakter di
dalam menggabungkan semua pengalaman belajar yang
sudah dimiliki siswa (lama) dengan pengalaman belajar
yang baru. Pengalaman masa lalu dan pengertian konsep
yang telah dimiliki oleh siswa sangat berperan di dalam
proses belajar dan penguasaan konsep baru yang akan
ditanamkan kepada siswa. Penanaman konsep baru
kepada siswa diharapkan tidak hanya dari aspek kognitif
tetapi juga aspek afektif. Pemahaman dan penguasaan
konsep yang lama akan menjadi dasar bagi siswa untuk
menerima pengalaman-pengalaman belajar dan
pemahaman konsep yang baru termasuk penanaman nilai-
nilai karakter terkait dengan konsep tersebut.
35
B. Penerapan Integrasi Nilai Karakter dalam Pelaksanaan Kegiatan Apersepsi
Penerapan integrasi nilai karakter dalam
pelaksanaan kegiatan apersepsi adalah sebagai berikut
(lihat Gambar 4.1):
36
Gambar 4.1. Penerapan integrasi nilai karakter dalam
pelaksanaan kegiatan apersepsi
37
1. Guru membimbing siswa untuk menyanyikan sebuah
lagu bersama-sama
Dalam kegiatan apersepsi, guru membimbing
siswa untuk menyanyikan sebuah lagu yang sudah
dikenal siswa baik lagu wajib atau lagu daerah yang
berkaitan dengan materi baru yang akan diajarkan.
Dalam hal ini, guru mengarahkan siswa untuk
mengenal konsep baru melalui konsep lama yang
sudah dimiliki oleh siswa dengan menanamkan nilai
karakter nasionalisme pada siswa.
2. Guru menanyakan tentang keseimbangan gizi dari
menu sarapan siswa
Guru dapat menghubungkan konsep baru yang
akan ditanamkan kepada siswa dengan menanyakan
tentang keseimbangan gizi dari menu sarapan siswa.
Siswa akan lebih mudah memahami konsep baru
dengan menghubungkannya melalui sarapan yang
biasa dilakukan siswa sekaligus menanamkan nilai-
nilai karakter hidup sehat pada siswa.
3. Guru memberikan semangat kepada siswa
Guru memberikan semangat kepada siswa
melalui penggalian bakat dan minat siswa yang
dihubungkan dengan materi baru yang akan diajarkan
dengan menanamkan nilai karakter etos kerja kepada
siswa.
4. Guru memotivasi siswa untuk belajar dengan giat
38
Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
belajar dengan giat untuk meningkatkan kepercayaan
diri siswa bahwa siswa memiliki kemampuan untuk
menyerap materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini
guru menciptakan atmosfir akademik yang kondusif
bagi siswa untuk membentuk suasana psikologi yang
baik pada siswa.
5. Guru mempersiapkan berbagai macam media
pembelajaran
Guru mempersiapkan dan meletakkan berbagai
macam media pembelajaran yang sudah dikenal siswa
atau dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa untuk
meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam
mempelajari materi yang akan diajarkan. Guru harus
pandai-pandai menyatukan materi-materi tertentu yang
ada relevansinya dengan materi sebelumnya dengan
menanamkan nilai karakter kreativitas.
C. Rangkuman Hakikat integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan
kegiatan apersepsi adalah penanaman nilai-nilai karakter di
dalam menggabungkan semua pengalaman belajar yang
sudah dimiliki siswa (lama) dengan pengalaman belajar yang
baru. Penerapan integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan
kegiatan apersepsi adalah melalui: (1) Guru membimbing
siswa untuk menyanyikan sebuah lagu bersama-sama; (2)
Guru menanyakan tentang keseimbangan gizi dari menu
39
sarapan siswa; (3) Guru memberikan semangat kepada
siswa; (4) Guru memotivasi siswa untuk belajar dengan giat;
dan (5) Guru mempersiapkan berbagai macam media
pembelajaran.
D. Tugas 1. Buatlah rangkuman tentang integrasi nilai karakter
dalam pelaksanaan kegiatan apersepsi.
2. Buatlah rangkuman tentang penerapan integrasi nilai
karakter dalam pelaksanaan kegiatan apersepsi.
E. Latihan Soal Pilihlah jawaban yang paling benar.
1. Hakikat integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan
kegiatan apersepsi adalah …
a. penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan
belajar mengajar
b. penanaman nilai-nilai karakter melalui budaya
sekolah
c. penanaman nilai-nilai karakter di dalam
menggabungkan semua pengalaman belajar yang
sudah dimiliki siswa (lama) dengan pengalaman
belajar yang baru
d. penanaman nilai-nilai karakter di dalam
menciptakan kondisi awal pembelajaran
e. penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler
40
2. Penanaman konsep baru kepada siswa meliputi
aspek…
a. kognitif dan keterampilan
b. kognitif, afektif, dan keterampilan
c. afektif dan keterampilan
d. kognitif saja
e. keterampilan saja
3. Penerapan integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan
kegiatan apersepsi adalah sebagai berikut …
a. Guru memberikan tindak lanjut
b. Guru memberikan studi kasus yang harus
dipecahkan siswa secara berkelompok
c. Guru mengelompokkan siswa
d. Guru membimbing siswa untuk menyanyikan
sebuah lagu bersama-sama dengan
menanamkan nilai karakter nasionalisme pada
siswa
e. Guru menggunakan metode pembelajaran yang
mengaktifkan siswa
4. Guru menanyakan tentang keseimbangan gizi dari
menu sarapan siswa menunjukkan…
a. penanaman nilai karakter kedisiplinan pada siswa
b. penanaman nilai karakter tanggung jawab pada
siswa
41
c. penanaman nilai karakter hidup sehat pada siswa
d. penanaman nilai karakter kerja sama pada siswa
e. penanaman nilai karakter nasionalisme pada
siswa
5. Guru memberikan semangat kepada siswa melalui
penggalian bakat dan minat siswa yang dihubungkan
dengan materi baru yang akan diajarkan dengan
menanamkan nilai karakter …
a. sopan santun
b. etos kerja
c. jujur
d. hidup sehat
e. disiplin
F. Glosarium Hakikat integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan kegiatan
apersepsi adalah penanaman nilai-nilai karakter di dalam
menggabungkan semua pengalaman belajar yang sudah
dimiliki siswa (lama) dengan pengalaman belajar yang baru.
Apersepsi adalah menyatupadukan pengalaman lama yang
sudah dimiliki siswa dengan pengalaman baru.
Etos kerja adalah sikap seseorang yang berorientasi nilai
budaya terhadap kerja.
42
G. Daftar Pustaka Arthur, James. (2003). Education with Character: The moral
economy of schooling. New York: Routledge
Falmer.
Benninga, Jacques S.; Berkowitz, Marvin W.; & Smith, Karen
(2006). Character and Academics: What Good
Schools Do. The Phi Delta Kappan, Vol. 87, No. 6,
pp.448-452
Berkowitz, Marvin W & Bier, Melinda C. (2004). Research-
Based Character Education. The Annals of the
American Academy of Political and Social Science,
591, 72-85.
Bohlin, Karen E. (2005). Teaching Character Education
Through Literature: Awakening the Moral
Imagination in Secondary Classrooms. London dan
New York: RoutledgeFalmer Taylor & Francis
Group.
Carter, Samuel Casey. (2011). On Purpose: How Great
School Cultures Form Strong Character. USA:
Corwin.
Damon, William. (2002). Bringing in a New Era in Character
Education. USA: Hoover Institution Press.
Elbot, Charles F. (2008). Building an Intentional School
Culture: Excellence in Academics and Character.
United Kingdom: Corwin Press.
43
Glover, Donald R. & Anderson, Leigh Ann (2003). Character
Education: 43 Fitness Activities for Community
Building. USA: Human Kinetics.
Harrison, T; Morris, I; & Ryan, J. (2016). Teaching Character
in the Primary Classroom.
Hiatt, Diana B. & Michael. (2008). Teaching, Curriculum, and
Community Involvement. USA: Information Age
Publishing.
Lee, W.O. & Fouts, J. T. (2005). Education for Social
Citizenship: Perceptions of Teachers in the USA,
Australia, England, Russia and China. Hong Kong
University Press.
Levitt, Marc. (2017). A Holistic Approach for Cultural
Change: Character Education. USA: Rowman &
Littlefield.
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our
Schools Can Teach Respect and Responsibility.
USA: Bantam Books.
Marini, Arita. (2015). Penelitian Mandiri: Pengelolaan
Sekolah Dasar di Kecamatan Setiabudi.
Marini, Arita. (2017). Integration of Character Values in
School Culture at Elementary Schools in Jakarta,
Indonesia. Journal of Arts & Humanities, 6(5), 21-32.
Marini, Arita. (2017). Character Building Through Teaching
Learning Process: Lesson in Indonesia. Ponte
Journal, 73(5), 177-182.
44
Marini, Arita. (2017). Building Students’ Characters Through
Extracurricular Acitivities. Proceedings of the 1st
Yogyakarta International Conference on Educational
Management/ Administration and Pedagogy
(YICEMAP 2017). Part of Series: Advances in Social
Science, Education and Humanities Research.
doi:10.2991/yicemap-17.2017.45
Marini, Arita. (2015). Penelitian PMK-RI: Kajian kompetensi
guru SD dalam memberikan pendidikan karakter
berdasarkan kurikulum 2013 di Indonesia.
Milson, Andrew J. & Mehlig, Lisa M. (2002). Elementary
School Teachers’ Sense of Efficacy for Character
Education. The Journal of Educational Research,
96(1), 47-53.
Mirascieva, Snezana; Petrovski, Vlado; Gjorgjeva, Emilija
Petrova. (2011). Teaching in the religious education
in the Republic of Macedonia today. Procedia Social
and Behavioral Sciences , Vol. 15, pp.1404-1409.
Mustoip, Sofyan; Japar, Muhammad; MS, Zulela. (2018).
Surabaya: Jakad Publishing Book & Journal.
Nealey, Constance B. (2010). The teaching/ Learning
Process: Undergirded by Biblical Teachings. USA:
Xlibris Corporation.
Nucci, Larry; Narvaez, Darcia; and Krettenauer, Tobias.
(2014). Handbook of Moral and Character
Education. New York: Taylor & Francis.
45
Petersen, Katia S. (2012). Activities for Building Character
and Social-Emotional Learning. USA: Spirit
Publishing Inc.
Russell III, William Benedict & Waters, Stewart. (2010). Reel
Character Education: A Cinematic Approach to
Character Development. USA: Information Age
Publishing Inc.
Sanderse, Wouter. (2012). Character Education: A Neo-
Aristotelian Approach to the Philosophy, Psychology
and Education of Virtue. Eburon Academic
Publishers. The Netherlands.
Scanio, Donna Jean. (2005). Character Education in the
Classroom: Teacher Edition.
Sarros, James C & Cooper, Brian K. (2006). Building
Character: A Leadership Essential. Journal of
Business and Psychology, 21(1), 1-22, doi:
10.1007/sl0869-005-9020-3
Smagorinsky, Peter & Taxel, Joel. (2005). The Discourse of
Character Education: Culture Wars in the
Classroom. New York: Taylor & Francis.
Sarros, James C & Cooper, Brian K. (2006). Building
Character: A Leadership Essential. Journal of
Business and Psychology, 21(1), 1-22, doi:
10.1007/sl0869-005-9020-3
Zappulla, Catherine. (2007). Personal Character of the
Leader and School Culture. Counterpoints, Suffering
46
in Silence: Teacher with AIDS and The Moral School
Communitry, Vol 42, pp.265-280
47
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Prof. Dr. Ir. Arita Marini, ME menyelesaikan studi S1 di Institut Pertanian Bogor Program Studi Sosial Ekonomi pada Tahun 1991, studi S2 di Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Manajemen pada Tahun 1997, dan studi S3 di Universitas Negeri Jakarta Program Studi Manajemen Pendidikan pada Tahun 2010. Bekerja sebagai dosen Pegawai Negeri Sipil di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta sejak Tahun 1992.
Aktif melakukan penelitian tentang pendidikan karakter untuk siswa sekolah dasar yang didanai baik oleh Universitas Negeri Jakarta maupun Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia. Aktif melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat tentang pelatihan pendidikan karakter untuk kepala sekolah, guru-guru, dan tenaga kependidikan di sekolah dasar. Aktif mengikuti workshop, pelatihan, dan diseminasi penelitian yaitu mengikuti short course Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading yang didanai World Bank di University of Sydney, Australia pada Bulan Oktober 2008 hingga Januari 2009; mengikuti Doctoral Sandwich Program di Ohio State University, United States of America pada Bulan October 2009 hingga Januari 2010; pemakalah internasional pada The International Development Seminar Series yang diselenggarakan oleh Ohio State University, United States of America pada Tanggal 16 September 2010; pemakalah internasional pada International Education: Focus on The Learner yang diselenggarakan oleh Centre For Research In International Education di Auckland New Zealand pada Tanggal 30 Juni hingga 2 Juli 2011; pemakalah internasional pada International Development Seminar yang diselenggarakan oleh University of Illinois at Urbana Champaign, United States of America pada 4 Oktober 2011; mengikuti Program Academic Recharging di Ohio State University, United States of America pada
48
Bulan Oktober 2011 hingga Januari 2012; pemakalah internasional pada 21st Annual International Conference on Advances in Management yang diselenggarakan oleh Center for Advance Studies in Management di Los Angeles, United States of America pada Tanggal 16 hingga 19 Juli 2014; pemakalah internasional pada International Conference on Creative Education yang diselenggarakan oleh Advances in Education Sciences London, United Kingdom pada 27 hingga 28 Juni 2015; pemakalah internasional pada International Conference of Elementary School Teacher Education di Universitas Negeri Jakarta pada Tanggal 12 hingga 13 October 2015; pemakalah internasional pada Educational Technology World Conference 2016 di Bali, Indonesia pada 31 Juli hingga 3 Agustus 2017; pemakalah internasional pada 1st Yogyakarta International Conference on Educational Management/Administration and Pedagogy Yicemap 2017 di Yogyakarta, 13 Mei 2017; dan pemakalah internasional pada International Conference on University and Intellectual Culture di Universitas Negeri Jakarta pada 27 hingga 28 Juli 2018.