15
Bab 2 TEORI MODERNISASI KLASIK Teori modernisasi klasik mulai berkembang sekitar tahun 1950-an. Teori ini tumbuh subur sampai dengan tahun 1960-an dan memfokuskan serta mengkaji pembangunan di negara Dunia ketiga dari mulai permasalahannya sampai dengan cara bagaimana mengatasinya. Pada waktu itu, teori ini lebih berkembang karena banyaknya peneliti yang benar-benar memberikan hasil kajian baik berupa laporan hasil penelitian maupun seminar-seminar yang diselenggarakan oleh Dewan Peneliti Ilmu-ilmu sosial dan Komite Kajian Perbandingan Politik. Namun titik tolak lahirnya teori modernisasi klasik seiring dengan tiga peristiwa sejarah penting yaitu: a. Munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia, pasca perang dunia ke II. b. Adanya perluasan gerakan komunis sedunia yang disponsori oleh Uni Soviet. c. Lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Seiring dengan ketiga peristiwa penting di atas, negara dunia ketiga menjadi pusat perhatian untuk kajian pembangunan oleh negara yang relatif lebih maju terutama oleh negara Amerika Serikat. Pada saat itu pula banyak para pemikir yang mencoba mengemukakan argumen untuk membantu persoalan pembangunan di negara dunia ketiga. Para pemikir diantaranya seperti Smelser, Rostow dan Coleman yang melahirkan teori-teori modernisasi pembangunan di dunia ketiga. Teori-teori yang mereka kemukakan tidak terlepas dari teori evolusi dan teori fungsionalisme dari Talcot Parson. Kedua teori ini cukup mempengaruhi dan mengilhami para pemikir dalam teori yang dikemukakannya. Mengapa para pemikir berpijak kepada teori evolusi dan fungsionalisme? Karena kedua teori tersebut sebagai dasar pemikiran dan mempunyai alasan kuat yang dianggap cocok dan memiliki asumsi yang relevan untuk pembangunan bagi negara dunia ketiga. Asumsi atau pokok pikiran dari teori evolusi adalah sebagai berikut: a. Teori ini menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah seprti garis lurus. b. Membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. c. Perubahan sosial merupakan perubahan yang mengalami berbagai

2. Teori Modern Klasik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. Teori Modern Klasik

Bab 2TEORI MODERNISASI KLASIK

Teori modernisasi klasik mulai berkembang sekitar tahun 1950-an. Teori ini tumbuh subur sampai dengan tahun 1960-an dan memfokuskan serta mengkaji pembangunan di negara Dunia ketiga dari mulai permasalahannya sampai dengan cara bagaimana mengatasinya.Pada waktu itu, teori ini lebih berkembang karena banyaknya peneliti yang benar-benar memberikan hasil kajian baik berupa laporan hasil penelitian maupun seminar-seminar yang diselenggarakan oleh Dewan Peneliti Ilmu-ilmu sosial dan Komite Kajian Perbandingan Politik.Namun titik tolak lahirnya teori modernisasi klasik seiring dengan tiga peristiwa sejarah penting yaitu:a. Munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia, pasca perang dunia ke II.b. Adanya perluasan gerakan komunis sedunia yang disponsori oleh Uni Soviet.c. Lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika dan Amerika Latin.Seiring dengan ketiga peristiwa penting di atas, negara dunia ketiga menjadi pusat perhatian untuk kajian pembangunan oleh negara yang relatif lebih maju terutama oleh negara Amerika Serikat.Pada saat itu pula banyak para pemikir yang mencoba mengemukakan argumen untuk membantu persoalan pembangunan di negara dunia ketiga. Para pemikir diantaranya seperti Smelser, Rostow dan Coleman yang melahirkan teori-teori modernisasi pembangunan di dunia ketiga.Teori-teori yang mereka kemukakan tidak terlepas dari teori evolusi dan teori fungsionalisme dari Talcot Parson. Kedua teori ini cukup mempengaruhi dan mengilhami para pemikir dalam teori yang dikemukakannya.Mengapa para pemikir berpijak kepada teori evolusi dan fungsionalisme? Karena kedua teori tersebut sebagai dasar pemikiran dan mempunyai alasan kuat yang dianggap cocok dan memiliki asumsi yang relevan untuk pembangunan bagi negara dunia ketiga. Asumsi atau pokok pikiran dari teori evolusi adalah sebagai berikut:a. Teori ini menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah seprti garis lurus.b. Membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial.c. Perubahan sosial merupakan perubahan yang mengalami berbagai tahapan.d. Adanya perubahan masyarakat yaitu dari masyarakat sederhana (primitif) ke masyarakat kompleks (modern).Sementara itu esensi dari teori fungsionalisme adalah sebagai berikut:a. Adanya suatu system, dimana system tersebut merupakan kelembagaan yang ada di masyarakat saling berkoordinasi dan ketergantungan.b. Dalam system memiliki komponen yang mempunyai tugas khas dan jelas. Tugas khas dan jelas Parson mengatakan sebagai “fungsi pokok” (fungtional imperative) yang terkenal dengan singkatan AGIL.c. Adanya konsep “keseimbangan dinamis stasioner” (homestatic equilibrium).d. Adanya factor kebakuan (pattern variables)e. Terdapatnya hubungan kecintaan dan kenetralan.Berlandaskan kepada asumsi teori evolusi dan fungsionalisme, para pemikir memberikan teori dan pandangannya dari sudut yang berbeda. Teori yang dikemukakannya sesuai dengan latar belakang yang mereka miliki dan kuasai.Semelser melahirkan teori yang menitikberatkan kepada Differensiasi Struktural. Teori Rostow berupa Taahapan Pertumbuhan Ekonomi dengan penekanan bahwa pentingnya investasi prosuktif.

Page 2: 2. Teori Modern Klasik

Dan Coleman memberikan teorinya tentang Pembangunan yang Berkeadilan dengan titik beratnya kepada penguatan kapasitas system politik. Untuk lebih jelasnya ketiga teori tersebut yang akan diuraikan di bawah ini.

TEORI SMELSER: DIFERENSIASI STRUKTURALTeori ini pendekatannya lebih mengarah kepada ilmu sosiologi. Smelser sangat kental dipengaruhi oleh pemikiran Teori Fungsionalisme. Masyarakat menjadi focus yang utama dalam kajian Smelser. Dan Smelser melihat bagaimana modernisasi terjadi di masyarakat dengan perbedaan struktur masyarakat. Oleh karena itu, diferensiasi structural tidak lain adalah perbedaan struktur di masyarakat yang mempunyai fungsi untuk menjalankan berbagai tugas masing-masing secara khusus. Jadi modernisasi ini menurut Smelser salah satu indikasinya dapat dilihat dari masyarakat yang telah menjalankan tugas secara khusus, teratur, sederhana, efisien dan mempunyai peran masing-masing dalam lembaganya sesuai dengan fungsinya. Dengan kata lain apabila lembaga-lembaga sudah mampu menjalankan tugas, fungsi dan peran yang sudah relevan maka hal ini sudah dapat diikatkan sebagai suatu modernisasi.Namun demikian Smelser melihat dan menyadari bahwa modernisasi yang ada di masyarakat tidak akan selalu berjalan mulus. Menurutnya masalah integrasi juga merupakan masalah yang dilematis karena memadukan dari lembaga masing-masing dinilai cukup sulit tanpa adanya koordinasi yang baik. Konflik kepentingan banyak timbul. Boleh jadi menurut lembaga tertentu sudah sesuai dengan tatanan atau nilai, akan tetapi belum tentu pada lembaga lain.

TEORI ROSTOW: TAHAPAN PERTUMBUHAN EKONOMIRostow memandang bahwa pembangunan pada negara dunia ketiga untuk mencapai modernisasi pendekatannya lebih mengarah kepada teori ekonomi pembangunan. Dasar pemikiran Rostow, pembangunan dunia ketiga memerlukan tahapan yang cukup panjang. Rostow membagi menjadi lima tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:a. Masyarakat TradisionalTahapan pembangunan pada masyarakat tradisional ditandai oleh pembangunan dan perubahan sosial berjalan cukup lambat.b. Pra kondisi tinggal landasPada pra kondisi tinggal landas ciri-cirinya adalah sudah mulai banyak pengusaha, perluasan pasar dan terjadi pembangunan pada sektor industri.c. Tinggal landasCiri-cirinya adalah angka kematian relatif rendah, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi mulai tampak.d. Kematangan pertumbuhane. Konsumsi masa yang tinggiRostow mengenukakan pendapatnya untuk mengatasi permasalahan pembangunan ekonomi kearah yang lebih baik dan maju adalah:a. Revolusi di bidang sosial, politik dan inovasi teknologi.b. Pengerahan sumber daya alam yang mampu mencapai tingkat investasi produktif 10% dari pendapatan nasionalnya.Selain itu Rostow berpendapat bahwa investasi produkrit/tif dapat dilakukan dengan cara:

Page 3: 2. Teori Modern Klasik

a. Pemindahan sumber dana, misalnya dengan Pajak.b. Menggali yang berasal dari lembaga-lembaga keuangan.c. Melakukan perdagangan internasional.d. Investor asing yang menanam modal pada sector tertentu.

TEORI COLEMAN: PEMBANGUNAN POLITIK YANG BERKEADILANPemikiran Coleman tidak berbeda jauh dengan pemikiran Smelser dimana keduanya melakukan pendekatan dengan Diferensiasi. Coleman diferensiasinya di bidang politik sedangkan Smelser kajian sosiologis. Diferensiasi politik dari Coleman dimaksudkan bahwa:Diferensiasi politik lebih menuju kepada system politik modern yang didalamnya memiliki lembaga-lembaga politik yang satu sama lainnya akan saling terkait.a. Diferensiasi politik akan menuju kepada prinsip kesamaan dan keadilan yang merupakan etos kerja masyarakat modern.b. Dari diferensiasi politik yang berkeadilan akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap perkembangan kemampuan system politik.Dari diferensiasi politik Coleman pun mengakui bahwa ada efek sampingan yaitu:a. Adanya ketegangan dan perpecahan dalam sistem politik.b. Terdapat krisis identitas nasional pada masa peralihan dari masyarakat primordial ke modern.c. Krisis legitimasi pemerintahan baru.d. Ketidakmampuan pemerintah pusat melaksanakan secara efisien apa yang telah menjadi keputusan politiknya keseluruh pelosok tanah airnya.e. Rendahnya partisipasi politik karena tidak tersedianya lembaga penghubung dan penyalur tuntutan politik masyarakat ke negara.f. Krisis integrasi dan koordinasi berbagai kelompok politik dominan.g. Krisis distribusi ketika negara tidak mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasilnya sesuai dengan harapan masyarakat.

Asumsi Teoritis ModernisasiAsumsi yang digunakan dari teori Modernisasi Klasik tentang modernisasi adalah sebagai berikut:a. Merupakan proses bertahap. Artinya untuk menuju negara modern memerlukan beberapa tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat.b. Proses Homogenisasi, modernisasi akan terbentuk berbagai masyarakat dengan suatu kecenderungan yang serupa.c. Terkadang merupakan proses dari Eopanisasi atau Amerikanisasi. Hal ini didasarkan bahwa negara tersebut seakan-akan sebagai pelopor negara modern, sehingga dijadikan standar atau panutan oleh negara-negara dunia ketiga.d. Proses yang maju. Modernisasi tidak bisa dihentikan pada saat suatu negara mulai berjalan dengan pembangunannya. Modernisasi juga merupakan proses yang immanent oleh karena modernisasi bersifat sistemik, transformatif, serta melibatkan perubahan sosial yang terus menerus.e. Perubahan progresif, yaitu adanya perubahan kemajuan dalam masyarakat, namun membawa implikasi kepada efek yang kurang menguntungkan dalam kehidupan.f. Memerlukan waktu yang relatif panjang.g. Proses sistemik, artinya modernisasi melibatkan berbagai perubahan di berbagai aspek seperti tingkah laku sosial, industrialisasi, urbanisasi, sekularisasi, sentralisasi, dan sebagainya.h. Proses Transformasi yaitu perubahan dari nilai-nilai yang dianggap primitif ke arah nilai-nilai

Page 4: 2. Teori Modern Klasik

modern.

METODOLOGITeori Modernisasi Klasik dalam metodologinya adalah :a. Mengkaji kecenderungan persoalan negara dunia ketiga secara abstrak dan pengambilan kesimpulan-kesimpulan secara umum untuk dijadikan pola (model) yang dibakukan.b. Menggunakan batasan wilayah negara sebagai unit analisisnya.

IMPLIKASI KEBIJAKAN DALAM PEMBANGUNANTeori ini menerapkan kebijakan dalam pembangunannya adalah sebagai berikut :a. Dapat membantu memberikan secara implisit pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dengan masyarakat modern.b. Adanya penilaian bahwa ideologi komunis merupakan ancaman terhadap pembangunan di negara dunia ketiga.c. Adanya kecenderungan legitimasi bahwa perlunya bantuan asing dari negara maju ke negara dunia ketiga.

BAB 3HASIL KAJIAN TEORI MODERN KLASIK

A. Kajian Teori Modernisasi KlasikAda lima kajian yang dibahas dalam bab ini, yaitu: McClelland yang meneliti tentang motivasi berprestasi. Inkles yang membahas tentang cirri-ciri manusia modern. Sumawinata yang membahas tentang kesiapan Indonesia dalam memasuki tahap lepas landas. Bellah yang mengkaji tentang agama Tokugawa di Jepang dan Lipset tentang keterkaitan antara pembangunan ekonomi dengan pengembangan demokrasi politik.

1. McClellandPertanyaan pokok yang diajukan McClelland adalah kelompok masyarakat mana yang menentukan proses modernisasi. Ia berpendapat bahwa kelompok wiraswastawan memiliki peran penting dalam proses modernisasi di Dunia Ketiga. Kelompok ini memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang yang dilakukannya melalui penampilan kerja yang baik, dengan selalu berpikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya. Lebih

Page 5: 2. Teori Modern Klasik

jauh McClelland mengemukakan bahwa negara yang memiliki derajat motivasi berprestasi tinggi, juga memiliki derajat pembangunan ekonomi yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan motivasi berprestasi ini, ia mengatakan bahwa keluarga memiliki peran yang sangat penting, yaitu melalui pendidikan sejak usia dini. Dalam hal ini keluarga harus menetapkan standar berprestasi yang tinggi kepada anak, dan orang tua tidak otoriter.

2. InkelesPenelitian Inkeles berangkat dari pertanyaan apa akibat yang ditimbulkan dari modernisasi terhadap nilai, sikap danpandangan hidup seseorang, dan apakah Dunia Ketiga akan memiliki sikap hidup yang lebih modern daripada masa sebelumnya. Menurut Inkeles manusia modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Terbuka terhadap pengalaman barub. Independent terhadap otoritas tradisionalc. Percaya terhadap ilmu pengetahuand. Memilki mobilitas dan ambisi hidup yang tinggie. Memiliki rencana jangka panjangf. Aktif terlibat dalam percaturan politiFaktor-faktor yang menyebabkan Masyarakat Dunia Ketiga mampu menyerap nilai modernitas adalah pendidikan , terutama melalui kurikulum informal, dan pekerjaan pabrik.

3. SumawinataRostow mengatakan bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi Dunia Ketiga untuk memasuki tahap tinggal landas. Ketiga syarat tersebut adalah investasi minimum !0% dari GNP, adanya industri sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dan pranata sosial politik yang mampu dinamika masyarakat. Berangkat dari pemikiran tersebut Sumawinata mencoba mengkritisi pembangunan ekonomi Indonesia. Ia mengemukakan Indonesia terlalau besar menempatkan syarat yanag pertama, sementara syarat kedua dan ketiga kurang mendapat perhatian secara memadai. Lebih jauh ia berpendapat bahwa untuk memasuki tahap landas Indonesia harus menginvestigasikan 15% dari GNP, sebab syarat investasi minimal 10% dari GNP adalah terlalu lunak. Disamping itu, dengan belajar dari pengalaman negara Asia Timur maka perlu percepatan proses industrialisasi. Dan tidak kalah pentingnya adalah perlu membangun pranata sosial politik secara lebih memadai untuk menyerap dinamika masyarakat.

4.BellahDengan menggunakan analogi teori Weber tentang hubungan fungsional antara Protestan Bellah ingin mengkaji apakah ada peran agama Jepang terhadap berkembangnya masyarakat industri di Jepang. Dalam penelitiannya ia membuat dua klasifikasi, yaitu tidak membuat pemilihan agama yang ada di Jepang (Konfusionisme, Budhisme, Shinto), dan peran agama dalam membentuk nilai-nilai dasar masyarakat Jepang. Atas dasar klasifikasi tersebut ia melihat bahwa ada tiga kemungkinan keterkaitan antara agama dengan pembangunan ekonomi, yaitu: Pengaruh langsung, pengaruh melalui pranata politik, dan pengaruh melalui lembaga keluarga.a. Pengaruh langsungPada awalnya agama Budha yang dianut menekankan pentingnya keselamatan. Dalam

Page 6: 2. Teori Modern Klasik

perkembangannya hal tersebut dipandang tidak mencukupi maka diperlukan etika sebagai satu persyaratan dasar keselamatan dalam hidup. Ada tiga pokok ajaran etika ini, yaitu: 1) Bekerja tekun dan sungguh-sungguh atas pekerjaan yang dipilihnya; 2) Hemat dan tidak konsumtif; 3) Menghargai kerja keras untuk mengumpulkan kekayaan yang sebanyak-banyaknya melalui usaha yang halal.b. Pengaruh melalui pranata politikBerbeda dengan di Cina yang menekankan pentingnya integrasi, efisiensi dan harmoni, Konfusionisme di Jepang lebih menekankan pada loyalitas tanpa batas dan tanpa pamrih untuk kepentingan kolektif. Nilai yang semula hanya dimiliki kaum Samurai ini kemudian pada masa Tokugawa menyebar dan dimiliki oleh masyarakat umum. Masyarakat loyal dan kerja tanpa pamrih pada raja untuk kepentingan negara. Masyarakat berupaya mengumpulkan kekayaan untuk kepentingan kejayaan negara, bukan untuk kepentingan pribadi.c. Pengaruh melalui lembaga keluargaNilai-nilai loyalitas, mengabdi tanpa pamrih dan batas ini tidak saja ada dalam tataran kenegaraan, tetapi juga hidup dalam lembaga keluarga mewujud dalam bentuk loyalitas pada keluarga, menjunjung tinggi nama keluarga. Seluruh anggota keluarga berkewajiban untuk menjaga nama baik nenek moyang dan keluarga. Untuk mewujudkan hal tersebut maka keluarga mendorong tumbuhnya sikap kejujuran, kualitas, dan nama baik. Nilai-nilai ini menurut Billa ternyata mendukung lahirnya lahirnya cikal bakal ekonomi rasional Jepang.

5. LipsePenelitian Lipse memfokuskan pada hubungan antara demokrasi politik dengan perkembangan ekonomi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa negara yang memiliki demokrasi politik memiliki derajat pembangunan ekonomi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara diktator. Lebih lanjut Lipse menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi, meningkatnya pendapatan, meratanya pendidikan akan berpengaruh terhadap perjuangan masyarakat, yang didalamnyaterkandung landasan kehidupan demokrasi. Hal ini dapat dilihat dari tiga hal, yaitu: a) Pembangunan ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperkecil kesenjangan sosial, akan mampu mendorong berkembangnya wawasan ke depan, reformis dan memperkecil berkembangnya kaum ekstremis lapisan masyarakat bawah; b) Melajirkan kelas menengah secara lebih besar. Kelompok ini akan mampu meningkatkan partisipasi politik masyarakat melalui pendidikan politik, mempengaruhi kebijakan politik, menjembatani konflik antar kelompok, menciptakan opini publik melalui media massa; c) Melahirkan lapisan masyarakat atas yang cenderung memiliki kesadaran tinggi di bidang pemerataan ekonomi dan akan berbagi hak-hak politik dengan lapisan masyarakat bawah.

B. Kritikan terhadap Teori Modernisasi KlasikTeori Modernisasi Klasik ini mendapat kritikan dari berbagai kalangan, baik dari para akademisi maupun pemerhati neo Marxisme. Kritikan tersebut meliputi beberapa hal:1. Gerak pembangunan.Para pengkritik tidak setuju dengan pendapat teori ini yang mengatakan bahwa perkembangan masyarakat akan berlangsung secara linier dan sebagaimana yang terjadi di negara Barat. Mereka mengatakan bahwa teori yang dikembangkan lebih menempatkan nilai-nilai Barat sebagai nilai yang terbaik dan oleh karena itu pembangunan Dunia Ketiga harus diarahkan menuju ke sana. Sebagai konsekuensinya maka pembangunan Dunia Ketiga harus berjalan searah dengan apa yang telah dilakukan oleh negara Barat, dan tidak ada arah alternatif lainnya. Lebih jauh dari itu teori tersebut terlalu yakin akan kemampuan Dunia Ketiga dalam mencapai masyarakat modern.

Page 7: 2. Teori Modern Klasik

2. Nilai tradisionalPara kritikus tidak setuju dengan teori modernisasi klasik yang mempertentangkan nilai tradisional dengan modern dan melihat nilai tradisional Dunia Ketiga homogen. Mereka mengatakan bahwa nilai tradisional dan modern bukanlah sesuatu yang bertolak belakang satu dengan lainnya, akan tetapi hidup berdampingan. Di samping itu nilai tradisional tidak selalu menjadi penghambat proses pembangunan di Dunia Ketiga. Mereka juga mengatakan bahwa Dunia Ketiga memiliki nilai tradisional yang sangat heterogen dan sarat dengan konflik.3. Metode kajian Para pengkritik mengatakan bahwa metode yang digunakan teori Modernisasi Klasik adalah abstrak dan terlalu makro. Dalam kajiannya tidak didukung dengan analisis empirik dengan mempertimbangkan cakupan wilayah dan waktu.4. IdeologiKritikan yang paling keras dilontarkan oleh kaum neo Marxisme yang mengatakan bahwa teori ini adalah alat propaganda Barat untuk menanamkan pengaruhnya di Dunia Ketiga dengan baju ilmiah.5. Dominasi asingPara penganut neo Marxisme mengatakan bahwa teori ini telah mengabaikan pengaruh dominasi asing atas model pembangunan yang dikembangkan, seperti peran investasi, perusahaan multinasional, kolonialisme. Teori ini lebih mengedepankan factor internal seperti budaya dan nilai tradisional.

BAB 4Hasil Kajian Baru Teori Modernisasi

Seperti halnya dengan teori modernisasi klasik, kajian baru ini juga memiliki pokok perhatian pada persoalan pembangunan negara Dunia Ketiga. Pengkajian bertitik tolak pada faktor internal, seperti nilai-nilai tradisional dan berbagai pranata sosial. Asumsi pokoknya masih sama dengan teori modernisasi klasik yaitu bahwa negara Dunia Ketiga pada umumnya akan tetap memperoleh keuntungan melalui proses modernisasi dan hubungan lebih mesra dan intensif dengan Barat.

Page 8: 2. Teori Modern Klasik

Perbedaan Teori Modernisasi Klasik dan Baru

Perbedaan Teori Modernisasi Klasik Teori Modernisasi baruTradisi Sebagai penghalang pembangunan Faktor positif pembangunanMetode Kajian Abstrak dan konstruksi tipologi Studi kasus dan analisa sejarahArah Pembangunan Garis lurus dan menggunakan USA sebagai model Berarah dan bermodel banyak

Faktor Ekstern dan Konflik Tidak memperhatikan Lebih memperhatikan

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam kajian baru nilai tradisional secara bersungguh-sungguh, berusaha menunjukkan bahwa nilai tradisional memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan yang mendorong diadakannya penelitian baru yang mengkaji nilai-nilai tradisional seperti familisme, agama rakyat, budaya lokal dan lain sebagainya.Dalam kajian baru secara metodelogis lebih memperhatikan pada kasus-kasus nyata dan tidak lagi melupakan unsur keunikan sejarah. Sejarah dianggap faktor yang paling signifikan dalam menjelaskan pola perkembangan dari suatu negara. Sebagai akibat dari perhatian terhadap sejarah perhatian arah pembangunan dalam kajian baru tidak lagi memiliki anggapan gerak satu arah pembangunan dan menjadikan Barat sebagai satu-satunya model sehingga mereka menerima kenyataan bahwa negara Dunia Ketiga dapat memiliki kesempatan untuk menempuh arah dan menentukan model pembangunan sendiri.Perbedaan terakhir adalah kajian baru lebih memperhatikan pada factor eksternal (lingkungan internasional) dalam mempengaruhi pembangunan. Di samping itu hasil kajian baru juga menaruh perhatian pada factor konflik. Dimana dalam analisanya sering mengintegrasikan dengan baik factor konflik, kelas, dominasi ideologi dan peranan agama.Dengan adanya revisi dari asumsi dasar tersebut di atas kajian baru teori modernisasi ini menemukan berbagai arena penelitian dalam berbagai kajian sebagai berikut :

Wong : Familiisme dan KewiraswastaanPenelitian Wong mengkaji mengenai pengaruh familiisme terhadap sikap dan berkembangnya wiraswasta di Hongkong. Dimana disebutkan bahwa adanya manajemen paternalistik dalam lingkungan usaha di Hongkong telah membantu usahawan untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang ada dalam industri yang fluktuatif. Kedua nepotisme yang timbul di lingkungan usaha memberikan andil terhadap kemajuan usaha karena mereka membantu memperkuat posisi bersaing perusahaan.Oleh karena itu Wong tidak melihat pranata keluarga sebagai penghambat pembangunan nasional justru dianggap sebagai “etos usaha keluarga”. Yang didalamnya memiliki tiga karakteristik yaitu konsentrasi yang tinggi dalam proses pengambilan keputusan. Kedua otonomi sangat dihargai dan bekerja mandiri lebih disukai, dan ketiga usaha keluarga jarang berjangka panjang dan selalu secara stabil berada dalam posisi tidak stabil.

Dove : Budaya Lokal dan Pembangunan di IndonesiaDalam kajian Dove menyatakan bahwa budaya tradisional sangat dan selalu berkait dengan proses pembangunan ekonomi, sosial dan politik dimana budaya tradisional tersebut melekat. Dalam penelitiannya Dove mengkategorikan dalam empat kelompok yaitu agama tradisional (ideologi), ekonomi, lingkungan hidup, dan perubahan sosial.

Page 9: 2. Teori Modern Klasik

Keempat aspek tersebut memberikan manfaat fungsional bagi masyarakat yang menganut system tradisional tersebut sehingga terkadang peraturan dan perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap masyarakat penganut sistem tradisional tersebut sehingga terkadang peraturan dan perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap masyarakat penganut sistem tersebut menjadi tidak tepat dan mengganggu kestabilan dan kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Secara ringkas penelitian Dove menunjukkan bahwa budaya tradisional tidak harus selalu ditafsirkan sebagai faktor penghambat pembangunan.

Davis : Revisi Kajian Agama Jepang dan Teori BarikadePendapat yang dikemukakan oleh Davis akan kajian agama di Jepang merupakan revisi dari teori yang dikemukakan oleh Weber. Menurut Davis masyarakat membutuhkan berbagai macam spirit untuk lahir dan berkembangnya kapitalisme, sehingga hal tersebut apabila dalam masyarakat modern timbul berbagai macam spirit yang berbeda, beberapa spirit tidak mengalami sekularisme. Revisi yang ketiga adalah mengenai keunikan budaya Jepang dalam keberhasilan pembangunan ekonomi tidak terlepas dari peranan pemerintah, system perbankkan, peranan insustri dan pranata sosial lainnya. Dimana loyalitas dalam budaya Jepang hanya akan terwujud dalam suatu jaringan yang insentif dan ganjaran sosial serta dalam jaringan batasan dan kekerasan sosial.

Huntington : Demokrasi di Negara Dunia KetigaHuntington mempertanyakan apakah semakin banyak negara yang lebih demokratis di tahun 1980-an?, menjawab pertanyaan tersebut Ia mengajukan perbedaan dua faktor yakni pra kondisi yang diperlukan untuk pembangunan demokrasi dan faktor proses politik yang diperlukan untuk terjadinya pembangunan demokrasi.Pra kondisi demokrasi yakni meliputi kemakmuran ekonomi dan pemerataan kekayaan, struktur sosial, lingkungan eksternal dan konteks budaya. Sedangkan faktor proses demokratisasi dibahas dalam tiga model utama yaitu: model linier, model siklus dan model dialektis. Dari telaah ketiga model tersebut Huntington memberikan penjelasan akan pilihannya tentang model demokrasi yang terbaik..

Teori Modernisasi BaruDari beberapa kajian penelitian tersebut di atas maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa teori modernisasi baru telah bergerak ke arah yang lebih canggih tidak lagi mengikuti teori modernisasi klasik yang memberikan pembaharuan dalam aspek-aspek sebagai berikut :1. Kembalinya peran nilai tradisionalDengan adanya konsep-konsep baru seperti teori barikade, familiisme, budaya local dan seterusnya maka secara cermat dapat diamati bahwa nilai tradisional tersebut berinteraksi dengan nilai Barat, serta apa peran yang dapat dilakukan oleh nilai tradisional untuk menunjang proses modernisasi.Dove dan kawan-kawan melihat bahwa budaya tradisional merupakan sesuatu yang dinamis dan selalu mengalami perubahan, dan oleh karena itu budaya tradisional tidaklah bertentangan dengan pembangunan.2. Kembali Ke SejarahTeori modernisasi baru tideak lagi mengandalkan analisa kontruksi tipologi dan analisa abstrak. Teori modernisasi baru memberikan perhatian pada keunikan dari setiap kasus pembangunan yang dianalisa. Akan tetapi hasil kajian teori modernisasi baru ini menggunakan teorinya untuk menjelaskan masing-masing kasus yang dipelajari. Penelitian yang dilakukan di Hongkong dapat saja

Page 10: 2. Teori Modern Klasik

tidak berlaku di Jepang, Cina atau Korea karena perbedaan kondisi dari masyarakat sebagai bagian dari system pembangunan di negara tersebut.3. Analisa MutakhirTeori modernisasi baru secara sadar menghindar untuk menyajikan analisa dan pernyataan yang simplisistik, dan mengandalkan analisa pada satu variable. Perhatiannya lebih ditujukan untuk mengamati dan menganalisa secara serentak dan simultan terhadap berbagai pranata sosial yang ada (sosial, budaya, ekonomi, dan politik), berbagai kemungkinan arah pembangunan dan interaksi antara factor internal dan eksternal.

C. PENUTUPProses modernisasi dan pembangunan negara Dunia Ketiga yang masih berhubungan dengan Barat yang dijadikan model dan panutan mulai bergeser secara perlahan-lahan pandang para pemerhati, gejala perubahan sosial budaya dengan semakin berkembangnya diskusi kajian dan penelitian tentang pandangan teori modernisasi. Negara Asia seperti Cina, Jepang dan Korea adalah tolehan para peneliti dan pengkaji perubahan sosial budaya dalam kaitannya dengan pembangunan.Pranata keluarga tradisional tidak lagi dipandang sebagai factor penghambat pembangunan tetapi merupakan faktor yang mampu membentuk etos ekonomi yang dinamis dengan apa yang disebut “etos usaha keluarga” . Etos ini melihat keluarga sebagai unit dasar kompetisi ekonomi, yang akan memberikan landasan untuk terjadinya proses inovasi dan kemantapan pengambilan resiko. Tiga karakteristik pokok dari usaha keluarga, yakni: (1) konsentrasi yang sangat tinggi dari proses pengambilan keputusan bersamaan dengan rendahnya formalitas struktur organisasi; (2) otonomi dihargai sangat tinggi dan bekerja secara lebih mandiri sangat disukai; dan (3) usaha keluarga jarang berjangka panjang dan selalu ajeg berada dalam posisi yang tidak stabil.Dalam kasus di Indonesia, budaya tradisional meruapakan sesuatu yang dinamis dan selalu mengalami perubahan dan tidak bertentangan dengan pembangunan. Masyarakat tradisional Indonesia pada dasarnya memiliki ciri yang dinamis, yakni selalu mengalami perubahan sosial dengan kekuatan internal dan eksternal yang mempengaruhinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Utama :Alvin Y. So dan Suwarsono. (1994). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Sumber Pendukung :

Amal Adnan Taufik. (1989). Islam dan Tantangan Modernitas Studi Atas Hukum Fazlur Rahman. Bandung: Mizan.

Hasan Zaini. (1987). Pendidikan dan Modernitas Individu dalam Proses Pembentukan Manusia Pembangunan di Indonesia. Malang: Ceramah Ilmiah dalam rangka Dies Natalies IKIP Malang, tidak diterbitkan.

Page 11: 2. Teori Modern Klasik

Rogers, Everett M. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.