2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    1/37

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan

    melalui membangun sistem manajemen mutu, penyelenggaraan Upaya

    Kesehatan, dan sistem pelayanan klinis untuk memenuhi standar akreditasi

    yang ditetapkan dan peraturan perundangan serta pedoman yang berlaku.

    Untuk membangun dan membakukan sistem manajemen mutu, sistem

    pelayanan, perlu disusun pengaturan-pengaturan (regulasi) internal yang

    menjadi dasar dalam pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas, baik upaya

    kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan. Regulasi

    internal tersebut berupa Kebijakan, Pedoman, Standar Prosedur Operasional

    (SOP) dan dokumen lain disusun berdasarkan peraturan perundangan dan

    pedoman-pedoman eksternal yang berlaku. Untuk memudahkan dalam

    mempersiapkan regulasi internal tersbut, maka perlu disusun pedoman

    penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas.

    Pedoman ini disusun dengan tujuan sebagai acuan bagi Kepala

    Puskesmas Gisting, penanggung jawab dan pelaksana Upaya Kesehatan di

    Puskesmas, dan tim mutu dalam menyusun dokumen-dokumen yang

    dipersyaratkan dalam standar akreditasi,

    Pedoman ini disusun sebagai bahan bagi Puskesmas Gisting untuk

    menyusun kelengkapan pedoman tata naskah terkait dengan dokumen-

    dokumen yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi. Dalam pedoman tata

    naskah perlu dimasukkan bagaimana penyusunan kebijakan, standar

    prosedur operasional, dengan tata penomorannya.

    1

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    2/37

    BAB II

    DOKUMENTASI AKREDITASI PUSKESMAS

    Sistem manajemen mutu, sistem pelayanan, dan sistem

    penyelenggaraan upaya Puskesmas/Klinik perlu dibakukan berdasarkan

    regulasi internal. Regulasi internal ini disusun dalam bentuk dokumen

    akreditasi yang harus dipersiapkan oleh Puskesmas/Klinik/Praktik mandiri

    untuk memenuhi standar akreditasi.

    Penyusunan regulasi internal, perlu didukung regulasi eksternal yang

    berupa peraturan perundangan dan pedoman-pedoman yang diberlakukan

    oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dan organisasi profesi, yang merupakan acuan bagi

    Puskesmas dalam menyelenggarakan manajemen Puskesmas, upaya

    kesehatan masyarakat, dan upaya kesehatan perorangan. Dokumen-dokumen

    tersebut sebaiknya ada di Puskesmas/Klinik, dan merupakan dokumen

    eksternal yang dikendalikan, meskipun dokumen eksternal tersebut tidak

    merupakan persyaratan dalam penilaian akreditasi.

    Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan di Puskesmas dapat

    dibedakan sebagai berikut :

    A.Penyelenggaraan manajemen Puskesmas:

    1.Kebijakan Kepala Puskesmas

    2.Rencana Lima Tahunan Puskesmas

    3.Pedoman/manual mutu,

    4.Pedoman/panduan tehnis yang terkait dengan manajemen

    5.Standar Prosedur Operasional (SOP)

    6.Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP): Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

    dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

    2

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    3/37

    7.Kerangka Acuan Kegiatan

    B.Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas:

    1.Kebijakan Kepala Puskesmas,

    2.Pedoman untuk masing-masing upaya kesehatan masyarakat,

    3.Standar Prosedur Operasional (SOP),

    4.Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM,

    5.Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM,

    C.Penyelenggaraan pelayanan klinis/upaya kesehatan perorangan

    1.Kebijakan tentang pelayanan klinis,

    2.Standar Prosedur Operasional (SOP) klinis,

    3.Pedoman Pelayanan Klinis,

    4.Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan Pelayanan Klinis dan

    Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

    Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan, Puskesmas dan

    Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama perlu menyiapkan rekam implementasi

    (bukti tertulis kegiatan yang dilaksanakan) dan dokumen-dokumen

    pendukung lain, seperti foto copy ijazah, sertifikat pelatihan, sertifikat

    kalibrasi, dan sebagainya.

    3

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    4/37

    BAB III

    PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI

    A.Kebijakan.

    Kebijakan adalah Peraturan/Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala

    Puskesmas yang merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan wajib

    dilaksanakan oleh: penanggung jawab maupun pelaksana. Berdasarkan

    kebijakan tersebut, disusun pedoman/panduan dan standar prosedur

    operasional (SOP) yang memberikan kejelasan langkah-langkah dalam

    pelaksanaan kegiatan di Puskesmas.

    Penyusunan Peraturan/Surat Keputusan tersebut harus didasarkan pada

    peraturan perundangan, baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah,

    Peraturan Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Peraturan

    Menteri dan pedoman-pedoman teknis yang berlaku seperti yang ditetapkan

    oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Dinas Kesehatan

    Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten.

    Peraturan/Surat Keputusan Kepala Puskesmas dapat dituangkan dalam

    pasal-pasal dalam keputusan tersebut, atau merupakan lampiran dari

    peraturan/keputusan.

    Format Peraturan/ surat keputusan dapat disusun sebagai berikut:

    1.Pembukaan:a. Judul : Surat Keputusan Kepala Puskesmas Gisting

    b. Nomor : ditulis sesuai sistem penomoran surat keputusan,

    4

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    5/37

    c. Jabatan pembuat keputusan ditulis simetris, diletakkan di tengah

    margin serta ditulis dengan huruf kapital,

    d. Konsideran, meliputi:

    1)Menimbang: memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran

    yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan keputusan.

    Huruf awal kata menimbang ditulis dengan huruf capital diakhiri

    dengan tanda baca titik dua ( : ), dan diletakkan di bagian kiri,

    konsideran menimbang diawali dengan penomoran menggunakan

    huruf kecil abjad dan dimulai dengan kata bahwa dengan b huruf

    kecil;

    2)Mengingat: memuat dasar kewenangan dan peraturan perundangan

    yang memerintahkan pembuat keputusan tersebut. Perturan

    perundangnan yang menjadi dasar hukum adalah peraturan yang

    tingkatannya sederajat atau lebih tinggi. Konsideran ini diletakkan

    di bagian kiri tegak lurus dengan kata menimbang. Konsideran

    yang berupa peraturan perundangan diurutkan sesuai dengan

    hirarki tata perundangan diawali dengan nomor dengan huruf

    angka 1, 2, dst.

    2. Diktum:

    a. Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan

    huruf capital, serta diletakkan di tengah margin;

    b. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan

    disejajarkan ke bawah dengan kata menimbang dan mengingat, huruf

    awal kata menetapkan ditulis dengan huruf capital, dan diakhiri

    dengan tanda baca titik dua ( : );

    c. Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala), seluruhnya ditulis

    dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda baca titik ( . )

    3. Batang Tubuh.

    a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang dirumuskan

    dalam dictum-diktum, misalnya:

    KESATU :

    5

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    6/37

    KEDUA :

    dst

    b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan, perubahan,

    pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan

    c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran

    peraturan/keputusan, dan pada halaman terakhir ditandatangani

    oleh pejabat yang menetapkan peraturan/keputusan.

    d. Kaki:

    Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir substansi

    peraturan/keputusan yang memuat penanda tangan penerapan

    peraturan/keputusan, pengundangan peraturan/keputusan yang

    teridiri atas tempat dan tanggal penetapan, nama jabatan, tanda

    tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang menanda tangani.

    e.Penandatanganan:

    Peraturan/Keputusan Kepala Puskesmas ditandatangani oleh Kepala

    Puskesmas, dituliskan nama dengan gelar.

    f. Lampiran peraturan/keputusan:

    1). Halaman pertama harus dicantumkan judul dan nomor

    peraturan/keputusan

    2). Halam terakhir harus ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas .

    Catatan: Untuk Peraturan pada Batang Tubuh tidak ditulis dalam diktum

    tetapi dalam Bab-bab dan Pasal-pasal.

    B.Manual Mutu,

    Manual Mutu adalah: dokumen yang memberi informasi yang konsisten ke

    dalam maupun ke luar tentang sistem manajemen mutu. Manual mutu

    disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh organisasi, yang meliputi:

    1. Pendahuluan, yang berisi:

    a. Latar belakang

    b. Gambaran Umum Puskesmas

    c. Visi dan Misi

    d. Motto

    6

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    7/37

    e. Tata Nilai

    f. Kebijakan Mutu

    g. Komitmen

    h. Struktur Organisasi

    i. Proses Pelayanan

    j. Ruang Lingkup

    k. Tujuan

    l. Landasan hukum dan acuan

    m. Istilah dan Definisi

    2. Sistem Manajemen Mutu:

    a. Persyaratan umum

    b. Pengendalian dokumen

    c. Pengendalian rekaman

    3. Tanggung jawab manajemen:

    a. Komitmen manajemen

    b. Fokus pada pelanggan

    c. Kebijakan mutu

    d. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu

    e. Tanggung jawab, wewenang

    f. Penangung jawab manajemen mutu

    g. Komunikasi internal

    4. Tinjauan Manajemen:

    a. Definisi

    b. Uraian Umum

    c. Pelaksanaan

    5. Manajemen sumber daya:

    a. Penyediaan sumber daya

    b. Manajemen sumber daya manusia

    c. Infrastruktur

    d. Lingkungan kerja

    6. Penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan Pelayanan Klinis :

    7

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    8/37

    a. Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas:

    a) Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat

    b) Proses yang berhubungan dengan sasaran:

    Penetapan persyaratan sasaran

    Tinjauan terhadap persyaratan sasaran

    Komunikasi dengan sasaran

    c) Pembelian (jika ada)

    d) Penyelenggaraan upaya:

    Pengendalian proses penyelenggaraan upaya

    Validasi proses penyelenggaraan upaya Identifikasi dan mampu telusur

    Hak dan kewajiban sasaran

    Pemeliharaan barang milik pelanggan (jika ada)

    Manajemen risiko dan keselamatan

    e) Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan:

    Umum

    Pemantauan dan pengukuran:

    Kepuasan pelanggan

    Audit internal

    Pemantauan dan pengukuran proses

    Pemantauan dan pengukuran hasil layanan

    Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai

    Analisis data

    Peningkatan berkelanjutan

    Tindakan korektif

    Tindakan preventif

    b. Pelayanan klinis (Upaya Kesehatan Perseorangan) :

    a) Perencanaan Pelayanan Klinis

    b) Proses yang berhubungan dengan pelanggan

    8

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    9/37

    c) Pembelian/pengadaan barang terkait dengan pelayanan

    klinis:

    Proses pembelian

    Verifikasi barang yang dibeli

    Kontrak dengan pihak ketiga

    d) Penyelenggaraan pelayanan klinis:

    Pengendalian proses pelayanan klinis

    Validasi proses pelayanan

    Identifikasi dan ketelusuran

    Hak dan kewajiban pasien Pemeliharaan barang milik pelanggan (spesiemen,

    rekam medis, dsb)

    Manajemen risiko dan keselamatan pasien

    7. Penutup

    Lampiran (jika ada)

    C. Rencana Lima Tahunan Puskesmas

    1. Pendahuluan

    Sejalan dengan rencana stratejik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

    Puskesmas perlu menyusun rencana kinerja lima tahunan dalam memberikan

    pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan

    oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi, misi, tugas

    pokok dan fungsi Puskesmas bedasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat

    akan pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat secara optimal.

    Dalam menyusun rencana lima tahunan, Kepala Puskesmas bersama

    seluruh jajaran karyawan yang bertugas di Puskesmas melakukan analisis

    situasi yang meliputi analisis pencapaian kinerja, mencari faktor-faktor yang

    menjadi pendorong maupun penghambat kinerja, sehingga dapat menyusun

    9

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    10/37

    program kerja lima tahunan yang dijabatkan dalam kegiatan dan rencana

    anggaran.

    2. Sistematika Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas.

    Sistematika Rencana kinerja lima tahunan Puskesmas dapat disusun dengan

    sistematika sebagai berikut:

    Bab I. Pendahuluan

    A. Keadaan Umum Puskesmas

    B. Tujuan penyusunan rencana lima tahunan

    C. Indikator dan standar kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan

    upaya Puskesmas

    Bab II. Analisis Kinerja

    A. Pencapaian Kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan upaya

    Puskesmas

    B. Analisis Kinerja: menganalisis factor pendukung dan penghambat

    pencapaian kinerja

    Bab III. Rencana Pencapaian Kinerja Lima Tahun

    A. Program Kerja dan kegiatan: berisi program-program kerja yang

    akan dilakukan yang meliputi antara lain:

    1.Program Kerja Pengembangan SDM, yang dijabarkan dalam

    kegiatan-kegiatan, misalnya: pelatihan, pengusulan

    penambahan SDM, seminar, workshop, dsb

    2.Program Kerja Pengembangan sarana, yang dijabarkan dalam

    kegiatan-kegiatan, misalnya: pemeliharaan sarana, pengadaan

    alat-alat kesehatan, dsb

    3.Program Kerja Pengembangan Manajemen, dan seterusnya,.

    B. Rencana anggaran: yang merupakan rencana biaya untuk tiap-tiap

    program kerja dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan secara

    garis besar

    Bab IV. Penutup.

    Lampiran : matriks rencana kinerja lima tahunan Puskesmas/ Klinik,

    3. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Kinerja Lima Tahunan

    Puskesmas:

    10

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    11/37

    Adapun tahapan penyusunan rencana lima tahunan Puskesmas adalah

    sebagai berikut:

    a. Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima tahun yang terdiri dari

    Kepala Puskesmas bersama dengan penanggung jawab upaya Puskesmas

    dan Pelayanan Klinis.

    b. Tim mempelajari rencana stratejik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

    target kinerja lima tahunan yang harus dicapai oleh Puskesmas

    c. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja

    d. Tim melakukan analisis kinerja

    e. Tim menyusun pentahapan pencapaian indicator kinerja untuk tiap

    upaya Puskesmas dengan penjabaran pencapaian untuk tiap tahun

    f. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan dilakukan untuk

    mencapai target pada tiap-tiap indicator kinerja

    g. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan untuk disahkan

    oleh Kepala Puskesmas

    h. Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran puskesmas

    4. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan (lihat form excel)

    Panduan dalam mengisi matriks rencana kinerja lima tahunan:

    a. Nomor : diisi dengan nomor urut

    b. Pelayanan/Upaya Puskesmas: diisi dengan Pelayanan Klinis (Upaya

    Kesehatan Perseorangan), dan Upaya Kesehatan Masyarakat yang

    dilaksanakan di Puskesmas tersebut, misalnya Upaya KIA, Upaya KB,

    Upaya PKM, dan seterusnya,

    c. Indikator: diisi dengan indikator-indikator yang menjadi tolok ukur

    kinerja Upaya/Pelayanan

    d. Standar : diisi dengan standar kinerja untuk tiap indicator

    e. Pencapaian : diisi dengan pencapaian kinerja tahun terakhir

    f. Target pencapaian: diisi dengan target-target yang akan dicapai pada tiap

    tahap tahunan

    g. Program Kerja : diisi dengan Program Kerja yang akan dilakukan untuk

    mencapai target pada tiap tahun berdasarkan hasil analisis kinerja,

    misalnya program kerja pengembangan SDM, program kerja peningkatan

    mutu, program kerja pengembangan SDM, program kerja pengembangan

    sarana, dsb

    h. Kegiatan: merupakan rincian kegiatan untuk tiap program yang

    direncanakan, misalnya untuk program pengembangan SDM, kegiatan

    Pelatihan Perawat, Pelatihan Tenaga PKM, dan sebagainya.

    11

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    12/37

    i. Volume : diisi dengan volume kegiatan yang direncanakan untuk tiap

    tahapan tahunan

    j. Harga Satuan: harga satuan untuk tiap kegiatan,

    k. Perkiraan Biaya : diisi dengan perkalian antara volume dengan harga

    satuan.

    5. Penutup.

    Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu Kepala Puskesmas

    dalam menyusun rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian diuraikan

    dalam rencana tahunan dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana

    Pencapaian Kegiatan.

    Lampiran:

    Lampiran 1. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas

    D. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Tahunan /Rencana Bisnis Anggaran

    (RBA) BLUD

    Perencanaan adalah: suatu proses kegiatan secara urut yang harus

    dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan

    yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia

    secara berhasil guna dan berdaya guna.

    Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan sebagai proses

    penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan datang,

    dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah

    kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.

    Perencanaan Puskesmas mencakup semua kegiatan upaya Puskesmas

    yang dilakukan di Puskesmas baik wajib, pengembangan maupun upaya

    khusus spesifik wilayah/ Puskesmas sebagai rencana Tahunan Puskesmas

    yang dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah serta

    sumber dana lainnya.

    1. Mekanisme Perencanan Tingkat Puskesmas.

    Langkah pertama dalam mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas

    (PTP) adalah: menyusun usulan kegiatan yang meliputi usulan

    mencakup semua kegiatan semua upaya Puskesmas, maupun upaya

    khusus spesifik wilayah/ Puskesmas.

    12

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    13/37

    Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) memperhatikan berbagai

    kebijakan yang berlaku, baik secara global, nasional maupun daerah

    sesuai dengan hasil kajian data dan informasi yang tersedia di

    Puskesmas. Puskesmas perlu mempertimbangkan masukan dari

    masyarakat melalui kajian maupun asupan dari lintas sektoral

    Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi usulan

    pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan

    operasional Puskesmas. RUK yang disusun merupakan RUK tahun

    mendatang (H+1). RUK dibahas di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

    selanjutnya terangkum dalam usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/

    Kota akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan

    pembiayaan dan dukungan politis. Secara rinci RUK dijabarkan

    kedalam rencana pelaksanaan kegiatan (RPK).

    Setelah menapatkan persetujuan, selanjutnya diserahkan ke Puskesmas

    melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota maka disusun secara rinci

    rencana pelaksanaan kegiatan dengan menyesesuaikan anggaran yang

    telah turun.

    2. Tahap penyusunan RUK.

    a.Tahap persiapan.

    Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses

    penyusunan RUK agar memperoleh kesamaan pandangan dan

    pengetahuan untuk melaksanakan tahap- tahap perencanaan.

    b.Tahap analisis situasi.

    Tahap ini dimkasudkan untuk memperoleh informasi mengenai

    keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui

    proses analisis terhadap data yang dikumpulkan tim yang telah

    ditunjuk oleh Kepala Puskesmas. Data- data tersebut mencakup

    data umum, data khusun (hasil penilaian kinerja Puskesmas.

    3. Tahap penyusunan RUK.

    Penyusunan RUK memperhatikan hal- hal untuk mempertahankan

    kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelmnya dan

    13

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    14/37

    memperhatikan program/ upaya yang masih bermasalah, menyusun

    rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan

    diwilayan tersebut dan kemampuan Puskesmas.

    Penyusunan RUK terdiri dua tahap, yaitu:

    a.Analisis Masalah dan Kebutuhan Masyarakat.

    Analisis masalah dan kebutuhan masyarakat dilakukan melalui

    kesepakatan tim penyusun dan lintas sektoral Puskesmas melalui:

    1)Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan

    kesehatan, melalui analisis kesehatan masyarakat (community

    health analysis)

    2)Menetapkan urutan prioritas masalah,

    3)Merumuskan masalah,

    4)Mencari akar penyebab, dapat mepergunakan diagram sebab

    akibat, pohon masalah, curah pendapat, dan alat lain yang dapat

    digunakan.

    b.Penyusunan RUK.

    Penyusunan RUK meliputi upaya kesehatan upaya wajib,

    pengembangan dan upaya khusus setempat yang meliputi:

    1)Kegiatan tahun yang akan datang,

    2)Kebutuhan sumber daya,

    3)Rekapitulasi rencana usulan kegiatan.

    4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.

    Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik upaya kesehatan wajib,

    pengembangan maupun khusus setempat dan rencana inovasi secara

    bersama-sama, terpadu dan terintegrasi, dengan langkah-langkah:

    a. Mempelajarai alokasi kegiatan,

    b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disutujui dengan RUK,

    c. Menyusun rancangan awal secara rinci,

    d. Mengadakan lokakarya mini,

    e. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan.

    14

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    15/37

    Proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dengan

    menggunakan format- format sesuai dengan Pedomanan Perencanaan Tingkat

    Puskesmas yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina

    Kesehatan Masyarakat, tahun 2006 serta mengacu Perbub 95 Tahun 2014

    tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

    Daerah Pada Puskesmas di Kabupaten Bantul.

    C.Pedoman/ Panduan

    Pedoman/ panduan adalah: kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah

    langkah-langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk

    menentukan dan melaksanakan kegiatan.

    Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat

    diartikan pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya

    mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/ panduan dapat diterapkan dengan

    baik dan benar melalui penerapan SOP.

    Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan maka

    Puskesmenyusun/membuat sistematika buku pedoman/ panduan sesuai

    kebutuhan.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan

    yaitu :

    1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan peraturan atau

    keputusan Kepala Puskesmas untuk pemberlakuan pedoman/ panduan

    tersebut.

    2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi

    penggantian Kepala Puskesmas.

    3. Setiap pedoman/ panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap

    2-3 tahun sekali.

    4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/ Panduan

    untuk suatu kegiatan/ pelayanan tertentu, maka Puskesmasdalam

    membuat pedoman/ panduan wajib mengacu pada pedoman/ panduan

    yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan.

    15

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    16/37

    5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim digunakan

    sebagai berikut :

    a.Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja

    BAB I Pendahuluan

    BAB II Gambaran Umum Puskesmas

    BAB III Visi, Mis, Falsafah, Nilai dan Tujuan Puskesmas

    BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas

    BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja

    BAB VI Uraian Jabatan

    BAB VII Tata Hubungan Kerja

    BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil

    BAB IX Kegiatan Orientasi

    BAB X Pertemuan/ Rapat

    BAB XI Pelaporan

    1.Laporan Harian

    2.Laporan Bulanan

    3.Laporan Tahunan

    b.Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja

    BAB I PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    B.Tujuan Pedoman

    C.Ruang Lingkup Pelayanan

    D.Batasan Operasional

    E.Landasan Hukum

    BAB II STANDAR KETENAGAAN

    A.Kualifikasi Sumber Daya Manusia

    B.Distribusi Ketenagaan

    C.Jadual Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (Rawat Inap)

    BAB IIISTANDAR FASILITAS

    A.Denah Ruang

    B.Standar Fasilitas

    16

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    17/37

    BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN

    BAB V LOGISTIK

    BAB VI KESELAMATAN PASIEN

    BAB VIIKESELAMATAN KERJA

    BAB VIIIPENGENDALIAN MUTU

    BAB IX PENUTUP

    c.Format Panduan Pelayanan Puskesmas

    BAB I DEFINISI

    BAB II RUANG LINGKUP

    BAB III TATALAKSANA

    BAB IV DOKUMENTASI

    Sistematika panduan pelayanan Puskesmas dapat dibuat sesuai dengan

    materi/isi panduan. Pedoman/panduan yang harus dibuat adalah

    pedoman/panduan minimal yang harus ada di Puskesmas yang

    dipersyaratkan sebagai regulasi yang diminta dalam elemen penilaian.

    Bagi Puskesmas yang telah menggunakane-filetetap harus mempunyai

    hardcopypedoman/panduan yang dikelola oleh tim akreditasi Puskesmas

    atau bagian Tata Usaha Puskesmas.

    D.Penyusunan kerangka acuan program/kegiatan.

    Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan yang akan dilakukan

    oeh Puskesmas, misalnya: program pengembangan SDM, program peningkatan

    mutu Puskesmas dan Keselamatan Pasien, Program pencegahan bencana,

    Program pencegahan kebakaran, Program Imunisasi, dsb. Dalam menyusun

    kerangka acuan harus jelas tujuan dan kegiatan-kegiatan yang akan

    dilakukan dalam mencapai tujuan. Tujuan dibedakan atas tujuan umum yang

    merupakan tujuan secara garis besar dari keseluruhan program/kegiatan, dan

    tujuan khusus yang merupakan tujuan dari tiap-tiap kegiatan yang akan

    dilakukan. Dalam kerangka acuan harus dijelaskan bagaimana cara

    melaksanakan kegiatan agar tujuan tercapai, dengan penjadualan yang jelas,

    dan evaluasi serta pelaporan.

    17

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    18/37

    1. Sistematika/ Format Kerangka Acuan Program/Kegiatan

    Sistematika atau format kerangka acuan Program/Kegiatan adalah

    sebagai berikut :

    a. Pendahuluan

    b. Latar belakang

    c. Tujuan umum dan tujuan khusus

    d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan

    e. Cara melaksanakan kegiatan

    f. Sasaran

    g. Jadwal pelaksanaan kegiatan

    h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

    i. Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan

    Jika diperlukan, dapat ditambahkan butir-butir lain sesuai kebutuhan,

    tetapi tidak diperbolehkan mengurangi, misalnya rencana pembiayaan

    dan anggaran

    Petunjuk Penulisan

    a.Pendahuluan

    Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum

    yang masih terkait dengan upaya/ kegiatan

    b.Latar belakang

    Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa

    program tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data

    sehingga alasan diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.

    c.Tujuan umum dan tujuan khusus

    Tujuan ini adalah merupakan tujuan Program/kegiatan. Tujuan

    umum adalah tujuan secara garis besarnya, sedangkan tujuan

    khusus adalah tujuan secara rinci

    d.Kegiatan pokok dan rincian kegiatan

    Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan

    yang harus dilakukan sehingga tercapainya tujuan Program/kegiatan.

    18

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    19/37

    Oleh karena itu antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan

    sejalan.

    e.Cara melaksanakan kegiatan

    Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melaksanakan

    kegiatan pokok dan rincian kegiatan. Metode tersebut bisa antara lain

    dengan membentuk tim, melakukan rapat, melakukan audit, dan

    lain-lain

    f.Sasaran

    Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik dan terukur

    untuk mencapai tujuan-tujuan upaya/ kegiatan .

    Sasaran Program/kegiatan menunjukkan hasil antara yang

    diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu. Penyusunan sasaran

    program perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

    Sasaran yang baik harus memenuhi SMART yaitu :

    1) Specific: sasaran harus menggambarkan hasil spesifik yang

    diinginkan, bukan cara pencapaiannya. Sasaran harus

    memberikan arah dan tolok ukur yang jelas sehingga dapat

    dijadikan landasan untuk penyusunan strategi dan kegiatan yang

    spesifik.

    2) Measurable: sasaran harus terukur dan dapat dipergunakan

    untuk memastikan apa dan kapan pencapaiannya. Akontabilitas

    harus ditanamkan kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya

    meetodologi untuk mengukur pencapaian sasaran (keberhasilan

    upaya/ kegiatan) harus ditetapkan sebelum kegiatan yang terkait

    dengan sasaran tersebut dilaksanakan.

    3)Agressive but Attainable: apabila sasaran harus dijadikan standar

    keberhasilan, maka sasaran harus menantang, namun tidak boleh

    mengandung target yang tidak layak.

    4) Result oriented: sedapat mungkin sasaran harus menspesifikkan

    hasil yang ingin dicapai. Misalnya : mengurangi komplain

    masyarakat terhadap pelayanan rawat inap sebesar 50%

    19

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    20/37

    5) Time bound: sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam waktu yang

    relatif pendek, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa

    bulan (sebaiknya kurang dari 1 tahun). Kalau ada

    Program/kegiatan 5 (lima) tahun dibuat sasaran antara. Sasaran

    akan lebih mudah dikelola dan dapat lebih serasi dengan proses

    anggaran apabila dibuat sesuai dengan batas-batas tahun

    anggaran di Puskesmas.

    g. Jadual pelaksanaan kegiatan

    Skedul atau jadwal adalah merupakan perencanaan waktu untuk

    tiap-tiap rincian kegiatan yang akan dilaksanakan, yang digambarkan

    dalam bentuk bagan Gantt.

    h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

    Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi

    pelaksanaan kegiatan terhadap jadual yang direncanakan. Jadual

    tersebut akan dievaluasi setiap berapa bulan sekali (kurun waktu

    tertentu), sehingga apabila dari evaluasi diketahui ada pergeseran

    jadwal atau penyimpangan jadwal, maka dapat segera diperbaiki

    sehingga tidak mengganggu Program/kegiatan secara keseluruhan.

    Karena itu yang ditulis dalam kerangka acuan adalah kapan (setiap

    kurun waktu berapa lama) evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan

    dan siapa yang melakukan.

    Yang dimaksud dengan pelaporannya adalah bagaimana membuat

    laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut dan kapan laporan

    tersebut harus dibuat. Jadi yang harus ditulis di dalam kerangka

    acuan adalah cara bagaimana membuat laporan evaluasi dan kapan

    laporan tersebut harus dibuat dan ditujukan kepada siapa.

    i.Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan

    Pencatatan adalah catatan kegiatan dan yang ditulis dalam kerangka

    acuan adalah bagaimana melakukan pencatatan kegiatan atau

    membuat dokumentasi kegiatan.

    20

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    21/37

    Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan program dan kapan

    laporan harus diserahkan dan kepada siapa saja laporan tersebut

    harus diserahkan.

    Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan Program/kegiatan

    secara menyeluruh. Jadi yang di tulis didalam kerangka acuan,

    bagaimana melakukan evaluasi dan kapan evaluasi harus dilakukan.

    Format kerangka acuan sesuai yang diterapkan di Dinas Kesehatan

    Kabupaten/ Kota masing- masing.

    E.Standar Prosedur Operasional (SOP)

    Istilah prosedur ada beberapa pengertian, diantaranya:

    1.Standard Operating Procedures(SOP) adalah serangkaian instruksi

    tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan

    administrasi pemerintah, (Kepmenpan No.021 tahun 2008).

    3. Standar Prosedur Operasional (SOP) adalah suatu perangkat

    instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses

    kerja rutin tertentu. Istilah ini digunakan di Undang-undang No. 29

    Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran dan Undang-undang No. 44

    Tahun 2009, tentang Rumah Sakit,

    Beberapa Istilah Prosedur yang sering digunakan yaitu :

    Prosedur yang telah ditetapkan disingkat Protap,

    Prosedur untuk panduan Kerja (prosedur kerja, disingkat PK),

    Prosedur untuk melakukan tindakan,

    Prosedur Penatalaksanaan

    Petunjuk pelaksanaan disingkat Juklak,

    Petunjuk pelaksanaan secara tehnis, disingkat Juknis,

    Prosedur untuk melakukan tindakan klinis: protokol klinis,

    Algoritma/Clinical Pathway

    21

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    22/37

    Walaupun banyak istilah tentang pengertian prosedur agar tidak

    menjadikan salah tapsir maka yang dipergunakan didalam dokumen

    akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama didalam

    buku panduan ini adalah Standar Prosedur Operasional (SOP).

    Sedangkan pengertian SOP adalah : Suatu perangkat instruksi/

    langkah-langkah yang di bakukan untuk menyelesaikan proses kerja

    rutin tertentu.

    a.Tujuan Penyusunan SOP,

    Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif,

    konsisten/ seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu

    pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.

    b.Manfaat SOP

    c.Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas

    d.Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan

    e.Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana melaksanakan

    pekerjaannya.

    Contoh :

    SOP Pemberian informasi, SOP Pemasangan infus, SOP

    Pemindahan pasien dari tempat tidur ke kereta dorong,

    f.Format SOP.

    1)Format SOP dibakukan agar tidak terjadi banyak format yang

    digunakan, contoh pada lampiran, dan diberlakukan sesuai dengan

    akreditasi Puskesmas ini diberlakukan,

    2)Format merupakan format minimal, oleh karena itu format ini

    dapat diberi tambahan materi/ kolom misalnya, nama penyusun

    SOP, unit yang memeriksa SOP. Untuk SOP tindakan agar

    memudahkan didalam melihat langkah- langkahnya dengan bagan

    alir, persiapan alat dan bahan dan lain- lain, namun tidak boleh

    mengurangi item-tem yang ada di SOP.

    Format SOP sebagai berikut :

    22

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    23/37

    Judul SOP

    PUSKESMASRAWAT INAP

    GISTING

    No. Kode :

    Terb!"# :

    SOP

    No. Re$% :

    T&l. Mul" 'erl"(u :"l"*"# :

    +e*b"r Pe#&e%","#

    dr. T"r%%u% Glor-

    1.Pengertian2.Tujuan

    3.Kebijakan

    4.Referensi

    5.Prosedur/ Langkah-

    langkah

    6.Unit terkait

    Penjelasan :

    Penulisan SOP yang harus tetap didalam tabel/kotak adalah :nama

    Puskesmas dan logo, judul SOP, nomor dokumen, tanggal terbit dan

    tandatangan Kepala Puskesmas, sedangkan untuk pengertian, tujuan,

    kebijakan, prosedur/ langkah- langkah, dan unit terkait boleh tidak

    diberi kotak/ tabel.

    g. Petujuk Pengisian SOP

    23

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    24/37

    a.Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah kabupaten/kota, nama

    organisasiadalah nama Puskesmas, atau logo dan nama dari Fasilitas

    Kesehatan Tingkat Pertama

    b.Kotak Heading:masing-masing kotak (Puskesmas, judul SOP, No.

    dokumen, No.revisi, Halaman, SOP, tanggal terbit, ditetapkan Kepala

    Puskesmas ) diisi sebagai berikut :

    Headingdan kotaknya dicetak pada setiap halaman. Pada halaman

    pertama kotak heading harus lengkap, untuk halaman-halaman

    berikutnya kotak headingdapat hanya memuat: kotak nama

    Puskesmas, judul SOP, No.dokumen, No.Revisi dan halaman. Kotak Puskesmas/ Klinik diberi nama Puskesmas dan Logo

    pemerintah daerah, atau logo dan nama Fasilitas Kesehatan

    Tingkat Pertama.

    Judul SOP : diberi Judul /nama SOP sesuai proses kerjanya

    No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan penomeran yang

    berlaku di Puskesmas/FKTP yang bersangkutan, dibuat sistematis

    agar ada keseragaman.

    No. Revisi : diisi dengan status revisi, dapat menggunakan huruf.

    Contoh : dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi pertama

    diberi huruf B dan seterusnya. Tetapi dapat juga dengan angka,

    misalnya untuk dokumen baru dapat diberi nomor 0, sedangkan

    dokumen revisi pertama diberi nomor 1, dan seterusnya.

    Halaman : diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total

    halaman untuk SOP tersebut. misalnya : halaman pertama : 1/5,

    halaman kedua: 2/5, halaman terakhir : 5/5.

    Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau

    tanggal diberlakukannya SOP tersebut

    Ditetapkan Kepala Pusksmas/FKTP : diberi tandatangan Kepala

    Puskesmas/FKTP dan nama jelasnya.

    c.Isi SOP

    24

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    25/37

    Isi dari SOP minimal adalah sebagai berikut:

    1.Pengertian : yang paling awal diisi judul SOP adalah, dan berisi

    penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang mungkin sulit

    dipahami atau menyebabkan salah pengertian/menimbulkan

    multi persepsi.

    2.Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata

    kunci : Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk

    3.Kebijakan : berisi kebijakan Kepala Puskesmas/FKTP yang

    menjadi dasar dibuatnya SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan

    yang mendasari SOP tersebut, contoh untuk SOP imunisasi pada

    bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala Puskesmas No

    005/2014 tentang Pelayanan Imunisasi.

    4.Referensi: berisikan dokumen ekternal sebagai acuan penyusunan

    SOP, bisa berbentuk buku, peraturan perundang- undangan,

    ataupun bentuk lain sebagai bahan pustaka,

    5.Langkah- langkah prosedur : bagian ini merupakan bagian utama

    yang menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk

    menyelesaikan proses kerja tertentu.

    6.Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur

    terkait dalam proses kerja tersebut.

    Dari keenam isi SOP sebagaimana diuraikan di atas, dapat ditambahkan

    antala lain: bagan alir, dokumen terkait, dsb menyesuaikan dengan format

    SOP yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah, yang penting dalam satu

    organisasi menggunakan satu format yang seragam.

    Diagram Alir/ bagan alir (Flow Chart):

    Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja sebaiknya dalam

    langkah- langkah kegiatan dilengkapi dengan diagram alir/bagan alir untuk

    memudahkan dalam pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir

    secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu diagram alir makro dan

    diagram alir mikro.

    25

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    26/37

    Diagram alir makro, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis

    besar dari proses yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu

    symbol, yaitu simbol balok:

    Diagram alir mikro, menunjukkan rincian kegiatan-kegiatan dari

    tiap tahapan diagram makro, bentuk simbul sebagai berikut:

    oAwal kegiatan :

    oAkhir kegiatan :

    o Simbol Keputusan : Ya

    tidak

    o Penghubung :

    o Dokumen :

    26

    ?

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    27/37

    oArsip :

    d.Tata Cara Pengelolaan SOP:

    1)Agar ditetapkan siapa yang mengelola SOP,

    2)Pengelola SOP harus mempunyai arsip seluruh SOP

    Puskesmas/Klinik,

    3)Pengelola SOP agar membuat tata cara penyusunan, penomoran,

    distribusi, penarikan, penyimpanan, evaluasi dan revisi SOP

    e.Tata Cara Penyusunan SOP

    Hal-hal yang perlu diingat :

    1)Siapa yang harus menulis atau menyusun SOP

    2)Bagaimana merencanakan dan mengembangkan SOP

    3)Bagaimana SOP dapat dikenali

    4)Bagaimana memperkenalkan SOP kepada pelaksana dan unit

    terkait

    5)Bagaimana pengendalian SOP: penomoran, revisi yang keberapa,

    dan distribusi kepada siapa.

    6)Syarat penyusunan SOP :

    Identifikasi kebutuhan, yakni mengidentifikasi apakah kegiatan

    yang dilakukan saat ini sudah memiliki SOP atau belum, dan bila

    sudah agar diidentifikasi apakah SOP masih efektif atau tidak,

    jika belum apakah kegiatan tersebut perlu disusun prosedurnya.

    Perlu ditekankan bahwa SOPharus ditulis oleh mereka yang

    melakukan pekerjaantersebut atau oleh unit kerja tersebut. Tim

    atau panitia yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas/FKTP hanya

    untuk menanggapi dan mengkoreksi SOP tersebut. Hal tersebutsangatlah penting, karena komitmen terhadap pelaksanaan SOP

    27

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    28/37

    hanya diperoleh dengan adanya keterlibatan personel/unit kerja

    dalam penyusunan SOP.

    SOP harus merupakanflow charting dari suatu kegiatan.

    Pelaksana atau unit kerja agar mencatat proses kegiatan dan

    membuat alurnya kemudian Tim Mutu diminta memberikan

    tanggapan.

    Di dalam SOP harus dapat dikenali dengan jelas siapa

    melakukan apa, dimana, kapan, dan mengapa.

    SOP jangan menggunakan kalimat majemuk, subjek, predikat

    dan objek harus jelas.

    SOP harus menggunakan kalimat perintah/instruksi dengan

    bahasa yang dikenal pemakai.

    SOP harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan. Untuk SOP

    pelayanan pasien maka harus memperhatikan aspek

    keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk SOP

    profesi harus mengacu kepada standar profesi, standar

    pelayanan, mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi (IPTEK) kesehatan, dan memperhatikan aspek

    keselamatan pasien.

    f.Proses penyusunan SOP

    1) SOP disusun dengan menggunakan format sesuai dengan panduan

    penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas/FKTP ini.

    2) Penyusunan SOP dapat dikoordinir oleh tim mutu/tim akreditasi

    Puskesmas/FKTP dengan mekanisme sebagai berikut :

    a)Pelaksana atau unit kerja/ upaya menyusun SOP dengan

    melibatkan unit terkait.

    b)SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja

    disampaikan ke tim mutu/tim akreditasi,

    c)Fungsi tim mutu/ tim akreditasi Puskesmas didalam

    penyusunan SOP adalah :

    28

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    29/37

    1)Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki SOP

    yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik dari

    segi bahasa maupun penulisan,

    2)Mengkoordinir proses pembuatan SOP sehingga tidak terjadi

    duplikasi SOP/tumpang tindih SOP antar unit,

    3)Melakukan cek ulang terhadap SOP-SOP yang akan

    ditandatangani oleh Kepala Puskesmas.

    4)Penyusunan SOP dilakukan dengan mengidentifikasi

    kebutuhan SOP. Untuk SOP pelayanan dan SOP administrasi,

    untuk melakukan identifikasi kebutuhan SOP bisa dilakukan

    dengan menggambarkan proses bisnis di unit kerja tersebut

    atau alur kegiatan dari kerja yang dilakukan di unit tersebut.

    Sedangkan untuk SOP klinis, identifikasi kebutuhan dilakukan

    dengan mengetahui pola penyakit yang sering ditangani di unit

    kerja tersebut. Dari identifikasi kebutuhan SOP dapat

    diketahui berapa banyak dan macam SOP yang harus

    dibuat/disusun. Untuk melakukan identifikasi kebutuhan SOP

    dapat pula dilakukan dengan memperhatikan elemen penilaian

    pada standar akreditasi, minimal SOP-SOP apa saja yang

    harus ada. SOP yang dipersyaratkan di elemen penilaian

    adalah SOP minimal yang harus ada di Puskesmas/FKTP.

    Sedangkan identifikasi SOP dengan menggambarkan terlebih

    dahulu proses bisnis di unit kerja adalah seluruh SOP secara

    lengkap yang harus ada di unit kerja tersebut.

    5)Mengingat SOP merupakanflow chartingdari proses kegiatan

    maka untuk memperoleh pengertian yang jelas bagi subyek,

    penulisan SOP adalah dimulai dengan membuatflow chartdari

    kegiatan yang dilaksanakan. Caranya adalah membuat

    diagram kotak sederhana yang menggambarkan langkah

    penting dari seluruh proses.

    29

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    30/37

    Setelah dibuatkan diagram kotak maka diuraikan kegiatan di

    masing-masing kotak dan dibuat alurnya.

    /) Semua SOP harus ditandatangani oleh Kepala Puskesmas/

    kepala Klinik,

    0)Agar SOP dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu dilakukan

    sosialisasi SOP-SOP tersebut dan bila SOP tersebut rumit

    maka untuk melaksanakan SOP tersebut perlu dilakukan

    pelatihan.

    g.Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penyusunan SOP

    1)Ada komitmen dari Kepala Puskesmas/FKTP yang terlihat dengan

    adanya dukungan fasilitas dan sumber daya.

    2)Adanya fasilitator/petugas yang mempunyai kemampuan dan

    kemauan untuk menyusun SOP.

    3)Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal yang disusun dan

    disepakati

    4)Adanya pemantauan dan pelaporan kemajuan penyusunan SOP.

    5)Tata cara penomoran SOP.

    Penomoran SOP maupun dokumen lainnya diatur pada kebijakan

    pengendalian dokumen, dengan ketentuan:

    a)Semua SOP harus diberi nomor,

    b)Puskesmas/FKTP agar membuat kebijakan tentang pemberian

    nomor untuk SOP sesuai dengan tata naskah yang dijadikan

    pedoman,

    c)Pemberian nomor mengikuti tata naskah Puskesmas/FKTP, atau

    ketentuan penomoran yang khusus untuk SOP (bisa

    menggunakan garis miring atau dengan sistem digit). Pemberian

    nomor sebaiknya dilakukan secara terpusat.

    6)Kode-kode dapat dipergunakan untuk pemberian nomor, seperti

    contoh sebagai berikut:

    a)Kode unit kerja : masing-masing unit kerja di Puskesmas/FKTP

    mempunyai kode sendiri-sendiri yang dapat berbentuk angka atau

    30

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    31/37

    huruf. Sebagai contoh pada Program Bab VI, dengan VI/

    SOP/KIA.KB, dan lain sebagainya (namun tergantung didalam

    pedoman tata naskah yang berlaku,

    b)Nomor urut SOP adalah urutan nomor SOP di dalam unit kerja

    upaya Puskesmas/FKTP.

    c)Satu SOP dipergunakan oleh lebih dari satu unit yang berbeda

    misalnya SOP rujukan pasien maka diberi kolom unit terkait/unit

    pemakai SOP.

    7)Tata Cara Penyimpanan SOP

    a)Penyimpanan adalah bagaimana SOP tersebut disimpan.

    b)SOP asli (master dokumen/ SOP yang sudah dinomori dan sudah

    ditandatangani) agar disimpan di sekretariat Tim Akreditasi

    Puskesmas/FKTP atau Bagian Tata Usaha Puskesmas/FKTP, sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku di organisasi tersebut tentang tata

    cara pengarsipan dokumen yang diatur dalam tata nasakh.

    Penyimpanan SOP yang asli harus rapi, sesuai metode pengarsipan

    sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.

    c)SOP fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya

    Puskesmas/FKTP, dimana SOP tersebut dipergunakan. Bila SOP

    tersebut tidak berlaku lagi atau tidak dipergunakan maka unit kerja

    wajib mengembalikan SOP yang sudah tidak berlaku tersebut ke

    sekretariat Tim mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga di unit

    kerja hanya ada SOP yang masih berlaku saja. Sekretariat Tim

    Mutu atau Bagian Tata Usaha organisasi dapat memusnahkan

    fotocopy SOP yang tidak berlaku tersebut, namun untuk SOP yang

    asli agar tetap disimpan, dengan lama penyimpanan sesuai

    ketentuan dalam ketentuan retensi dokumen yang berlaku di

    Puskesmas/FKTP.

    d)SOP di unit upaya Puskesmas/FKTP harus diletakkan ditempat

    yang mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah dibaca oleh

    pelaksana.

    31

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    32/37

    8)Tata Cara Pendistribusian SOP

    a)Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan SOP

    kepada unit upaya atau pelaksana yang memerlukan SOP

    tersebut agar dapat digunakan sebagai panduan dalam

    melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim mutu

    atau bagian Tata Usaha Puskesmas/FKTP sesuai pedoman tata

    naskah.

    b)Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir tanda

    terima.

    c)Distribusi SOP bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa

    juga untuk seluruh unit kerja lainnya.

    d)Bagi Puskesmas/Klinik yang sudah menggunakan e-filemaka

    distribusi SOP bisa melalui jejaring area local, dan diatur

    kewenangan otorisasi disetiap unit kerja, sehingga unit kerja dapat

    mengetahui batas kewenangan dalam membuka SOP.

    9)Evaluasi SOP.

    Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.

    a)Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan

    dengan meniai tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah

    dalam SOP. Untuk evaluasi ini dapat dilakukan dengan

    menggunakan daftar tilik/check list

    Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan

    secara konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian

    kegiatan, untuk diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (check-

    mark).

    Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu

    untuk mendukung standarisasi suatu proses pelayanan.

    Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.

    Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudahpelaksanaan dan memonitor SOP, bukan untuk menggantikan

    SOP itu sendiri.

    32

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    33/37

    (1)Langkah-langkah menyusun daftar tilik

    Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan

    Identifikasi prsedur yang membutuhkan daftar tilik untuk

    mempermudah pelaksanaan dan monitoringnya

    Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut,

    Buat daftar kerja yang harus dilakukan,

    Susun urutan kerja yang harus dilakukan,

    Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format

    tertentu,

    Lakukan uji-coba, Lakukan perbaikan daftar tilik,

    Standarisasi daftar tilik.

    Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap SOP dalam

    langkah- langkah kegiatan, dengan rumus sebagai berikut.

    Compliance rate (CR)= Ya x 100 %

    Ya+Tidak

    (2)Evaluasi isi SOP.

    ")Evaluasi SOP dilaksanakan sesuai kebutuhan dan minimal

    dua tahun sekali yang dilakukan oleh masing-masing unit

    kerja.

    b)Hasil evaluasi : SOP masih tetap bisa dipergunakan, atau

    SOP tersebut perlu diperbaiki/direvisi. Perbaikan/revisi isi

    SOP bisa dilakukan sebagian atau seluruhnya.

    )Perbaikan/ revisi perlu dilakukan bila :

    Alur SOP sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada

    Adanya perkembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK)

    pelayanan kesehatan,

    Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru,

    Adanya perubahan fasilititas

    33

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    34/37

    d) Pergantian kepala Puskesmas, bila SOP memang masih

    sesuai/ dipergunakan maka tidak perlu direvisi.

    F. Pengendalian Dokumen dan Rekam implementasi.

    1.Pengertian dokumen adalah: Semua dokumen yg harus disiapkan

    Puskesmas/FKTP yang merupakan regulasi internal yang berlaku di

    Puskesmas/FKTP. Dokumen tersebut disusun disesuaikan dengan

    persyaratan yang diminta oleh standar Akreditasi.

    2.Rekam implementasi adalah: dokumen yang menjadibukti obyektifdari

    kegiatan yang dilakukan atau hasil yang dicapai didalam kegiatan

    Puskesmas/FKTPdalam melaksanakan regulasi internal atau kegiatanyang direncanakan.

    3.Pengendalian dokumen dan rekam implementasi adalah: sistem

    penomoran dan sistem penyimpanan dokumen dan rekam implementasi.

    Pengendalian dokumen sebagaimana dipersyaratkan oleh standar

    akreditasi meliputi:

    a.Menyetujui dokumen untuk kecukupan sebelum terbit,

    b.Menelaah dan memperbaharui jika diperlukan, dan persetujuan

    pemebrlakukan ulang dokumen,

    c.Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen

    teridentifikasi,

    d.Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen yang dapat

    diterapkan tersedia ditempat pengguna,

    e.Memastikan bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan segeradapat

    teridentifikasi,

    f.Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar organisasi yang

    ditetapkan oleh organisasi yang penting untuk perencanaan dan

    operasional sistem manajemen mutu diidentifikasi dan distribusinya

    dikendalikan,

    g.Mencegah penggunaan tidak sengaja dokumen kadaluwarsa dan

    untuk menerapkan identifikasi yang sesuai pada dokumen bila

    disimpan untuk maksud apapun.

    34

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    35/37

    Catatan/rekam implementasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan juga

    harus dikendallikan. Organisasi harus menetapkan SOP

    terdokumentasi untuk mendefinikan pengendalian yang diperlukan

    untuk identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, lama

    simpan dan permusnahan. Catatan/rekam implementasi harus dapat

    terbaca, segera dapat teridentifikasi dan dapat diakses kembali.

    Untuk memperjelas dokumen areditasi Puskesmas/FKTP dilengkapi

    dengan contoh- contoh dokumen sebagai lampiran dari pedoman ini.

    G. Penataan Dokumen.

    Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen akreditasi

    Puskesmas/FKTP dikelompokan masing- masing bab/kelompok

    pelayanan/UKM dengan diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen

    penilaian, dan diberikan daftar secara berurutan.

    35

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    36/37

    BAB IV

    36

  • 7/26/2019 2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas

    37/37

    PENUTUP

    Penyusunan kebijakan, pedoman/ panduan, standar prosedur

    operasional dan program selain diperlukan komitmen Kepala Puskesmas

    beserta seluruh jajaranya , juga diperlukan staf yang mampu dan mau

    menyusun dokumen akreditasi tersebut. Dengan tersusunnya Buku Pedoman

    Penyusunan Dokumen diharapkan dapat membantu Puskesmas dalam

    menyusun dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi.

    37