27
5 Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Material konstruksi merupakan bagian penting dalam pelaksanaan suatu kontruksi. Tiap tahap pada konstruksi berhubungan langsung dengan material konstruksi. Penggunaan energi, eksploitasi material alam, polusi yang ditimbulkan sampai sisa material merupakan bagian-bagian yang menjadi pertimbangan dalam aspek material konstruksi. Krisis energi dunia yang mulai terjadi mengharuskan pelaku konstruksi untuk turut serta mengamankan cadangan energi dengan meminimalisasi penggunaan energi, dan jika ditinjau dari aspek material maka dapat dilakukan dengan menggunakan material yang hemat energi, baik hemat energi saat proses produksi sampai pada proses pemakaian material itu sendiri. Eskploitasi material dari alam sering kali tidak memperhatikan dampak lingkungan. Eksploitasi material secara berlebihan tanpa diikuti dengan peremajaan maupun perbaikan kondisi lingkungan sekitar menjadi faktor utama kerusakan lingkungan. Penanganan sisa material sebagai tahap terakhir dari proses material itu sendiri harus dilakukan secara tepat untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan, 15-30% sampah padat suatu kota merupakan sampah konstruksi (Bossink, 1996) . Selain berpengaruh pada lingkungan, material merupakan komponen yang penting dan sangat menentukan biaya suatu proyek karena 50- 60% biaya proyek digunakan untuk memenuhi kebutuhan material proyek (Stukhart, 1995). Jika ditinjau dari proses material itu sendiri, tahap perencanaan dan pelaksanaan kostruksi memiliki peran yang besar dalam mengimplementasikan bangunan berwawasan lingkungan dari aspek material. Hasil desain dan proses pemilihan material pada tahap perencanaan menjadi penting karena mengatur material yang digunakan pada bangunan hasil desain tersebut. Sedangkan pada tahap pelaksanaan konstruksi, penanganan material dan penanganan sisa material

2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

5 Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Material konstruksi merupakan bagian penting dalam pelaksanaan suatu

kontruksi. Tiap tahap pada konstruksi berhubungan langsung dengan material

konstruksi. Penggunaan energi, eksploitasi material alam, polusi yang ditimbulkan

sampai sisa material merupakan bagian-bagian yang menjadi pertimbangan dalam

aspek material konstruksi.

Krisis energi dunia yang mulai terjadi mengharuskan pelaku konstruksi

untuk turut serta mengamankan cadangan energi dengan meminimalisasi

penggunaan energi, dan jika ditinjau dari aspek material maka dapat dilakukan

dengan menggunakan material yang hemat energi, baik hemat energi saat proses

produksi sampai pada proses pemakaian material itu sendiri.

Eskploitasi material dari alam sering kali tidak memperhatikan dampak

lingkungan. Eksploitasi material secara berlebihan tanpa diikuti dengan

peremajaan maupun perbaikan kondisi lingkungan sekitar menjadi faktor utama

kerusakan lingkungan.

Penanganan sisa material sebagai tahap terakhir dari proses material itu

sendiri harus dilakukan secara tepat untuk mengurangi dampak negatif bagi

lingkungan, 15-30% sampah padat suatu kota merupakan sampah konstruksi

(Bossink, 1996) . Selain berpengaruh pada lingkungan, material merupakan

komponen yang penting dan sangat menentukan biaya suatu proyek karena 50-

60% biaya proyek digunakan untuk memenuhi kebutuhan material proyek

(Stukhart, 1995).

Jika ditinjau dari proses material itu sendiri, tahap perencanaan dan

pelaksanaan kostruksi memiliki peran yang besar dalam mengimplementasikan

bangunan berwawasan lingkungan dari aspek material. Hasil desain dan proses

pemilihan material pada tahap perencanaan menjadi penting karena mengatur

material yang digunakan pada bangunan hasil desain tersebut. Sedangkan pada

tahap pelaksanaan konstruksi, penanganan material dan penanganan sisa material

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

6 Universitas Kristen Petra

secara tepat dapat menjadi awal perhatian terhadap lingkungan terkait aspek

material konstruksi.

2.2 Dampak Lingkungan

Kondisi alam sangat tidak menentu, hal ini diakibatkan kerusakan yang

terjadi akibat perbuatan manusia sendiri. Tanpa memikirkan dampak yang terjadi

pada masa yang akan datang, manusia sering sekali merusak alam dengan

mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebih tanpa mengadakan perbaikan

lingkungan. Penggunaan energi yang tidak tepat guna dapat pula mengganggu

stabilitas lingkungan terutama karena energi fosil dunia telah menipis.

2.2.1 Dampak Kerusakan Lingkungan Secara Umum

Berikut ini beberapa masalah lingkungan yang terjadi belakangan ini yang

kemudian menjadi pola pikir manusia untuk kembali kepada lingkungan;

1) Pemanasan global

Suhu permukaan bumi saat ini secara global mengalami peningkatan, akibat

dari meningkatnya suhu permukaan bumi pada saat ini tingkat kenyamanan

berada di udara terbuka menjadi tidak memenuhi syarat, di sebagian wilayah

dunia bahkan suhu permukaan bumi bisa mencapai 45 derajat Celsius dan hal ini

dapat berdampak negatif bagi manusia terutama dapat mengakibatkan terjadinya

kangker kulit. Selain berimbas langsung bagi manusia, pemanasan global juga

dapat mengakibatkan es di kutub bumi mencair dan hal ini dapat berimbas pada

naiknya permukaan air laut dan konsisi seperti ini tentu tidak baik karena dapat

mengurangi daratan dan berimbas pada tenggelam atau semakin kecilnya

beberapa kota. Pemanasan global disebabkan banyak faktor seperti penipisan

lapisan ozon akibat penggunaan CFC sebagai refrigerant pada pendingin udara,

sehingga radiasi sinar matahari sangat tinggi masuk pada permukaan bumi,

gundulnya hutan dengan eksploitasi secara liar hutan-hutan yang sebenarnya

diproyeksikan menjadi paru-paru dunia. Demikian juga penggunaan material-

material yang banyak mengkonsumsi energi, dengan konsumsi energi maka

didapat pula emisi gas buang yang dihasilkan dari proses pembuatan material

sampai tahap konstruksi itu sendiri. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan

penghijauan hutan dan menggunakan material ramah lingkungan serta tidak

mempergunaan material yang berbahaya bagi lingkungan.

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

7 Universitas Kristen Petra

2) Penipisan lapisan ozon,

Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung

Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada refrigerant

pendingin ruangan maupun halon pada bahan pemadam kebakaran. (GBCI,

2011). Penggunaan material gas tersebut dapan menipiskan ozon (O3) karena gas

tersebut akan bereaksi dan merusak ozon sehingga merubahnya menjadi oksigen

(O2) dan proses ini akan berlangsung trus menerus. Upaya penanggulangan dapat

dilakukan dengan tdk menggunakan material-material gas yang dapat merusak

ozon tersebut.

3) Efek rumah kaca,

Efek rumah kaca merupakan suatu proses dimana gas CO2 dan beberapa gas

buang lainnya membentuk suatu lapisan di udara,  Energi yang diserap bumi

dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan

bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh

awan dan gas CO2 dan gas lainnya tersebut. Dalam keadaan normal, efek rumah

kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan

malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Efek rumah kaca sering terjadi terutama

pada kota-kota besar dengan emisi gas buang yang sangat tinggi. Efek rumah kaca

telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Penggunaan material berpengaruh

juga pada terjadinya efek rumah kaca, penggunaan material yang tidak hemat

energi member dampak pada terjadinya efek rumah kaca, penggunaan energi

berbanding lurus dengan emisi gas buang yang dihasilkan sehingga jika energi

yang di konsumsi besar oleh suatu material maka emisi gas buang akibat material

tersebut juga besar. Industri konstruksi cukup berperan karena 30% dari emisi gas

CO2 merupakan hasil dari konstruksi (Hajek, 2002).

4) Kontaminasi udara

Kontaminasi udara terjadi terutama menyangkut gas buang asap knalpot

kendaraan dan hasil buangan pabrik sangat mempengaruhi kondisi udara. Tidak

hanya memberi dampak buruk buat lingkungan, polusi pada udara bisa berdampak

langsung bagi manusia. Masyarakat konstruksi juga dapat mengurangi polusi

udara terutama saat pelaksanaan konstruksi karena debu yang dihasilkan saat

pelaksanaan konstruksi sangat banyak dan dapat mengganggu masyarakat.

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

8 Universitas Kristen Petra

5) Kontaminasi air,

Pembuangan air limbah pada saluran kota tanpa proses normalisasi terlebih

dahulu dapat mengkontaminasi, selain itu exploitasi air tanah secara berlebih juga

tdk baik karena dapat merusak struktur dan kondisi tanah itu sendiri, kontaminasi

pada air serign kali terjadi pada pelaksanaan proyek dengan pembuangan air

limbah konstruksi yang mengandung semen pada saluran kota.

6) Kontaminasi dan kerusakan tanah,

Exploitasi material alam saat mempengaruhi kondisi tanah, banyak terjadi

exploitasi hutan dan bahan tambang pada daerah tanah namun tidak dilakukan

peremajaan terhadap kondisi hutan maupun tanah tersebut. Pembuangan material

sisa pada tanah dapat merusak ekosistem tanah itu sendiri, terutama material sisa

yang berbahaya maupun yang tidak dapat diuraikan oleh tanah seperti steroform.

Pada kawasan negara eropa bidang konstruksi menghasilkan limbah padat 40%

dari keseluruhan limbah padat yang dihasilkan suatu kota (Hajek, 2002).

7) Krisis energi

Isu energi menjadi kepedulian utama dunia. Energi yang berasal dari bahan bakar

fosil sudah sangat menipis, sedangkan pemakaian enargi yang dikonsumsi dunia

terus meningkat. Penggunaan energi alternative dan terbaharukan masih belum

dapat menggantikan energi fosil . Pada saat ini yg sering dilakukan yaitu

percobaab menyangkut penggunaan energi sinar matahari, sumber energi dari

matahari yang tidak pernah habis berupaya terus di manfaatkan. Isu energi juga

menjadi perhatian bidang konstruksi karena 40% dari penggunaan energi di eropa

digunakan dalam industri konstruksi.(Hajek, 2002).

2.2.2 Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Material Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi pada umumnya memberi dampak negatif pada

lingkungan. Dampak negatif dapat berasal dari mana saja dan salah satunya ialah

penggunaan material konstruksi. Penggunaan material menjadi penting dalam

dunia konstruksi karena 60% anggaran biaya proyek dialokasikan buat pengadaan

material (Nugraha, 1985). Selain itu material pun memberi dampak lingkungan

karena dalam proses pembuatan material sampai penggunaan membutuhkan

energi dan menghasilkan sisa (Gambar 2.1). Sisa dari material konstruksi

menyumbang 15-30% dari sampah padat suatu kota (Bossink, 1996)

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

9 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.1 Proses perjalanan material konstruksi

Tiap tahapan pada material melibatkan keberadaan energi dan sisa material

yang berdampak bagi lingkungan, contohnya material marmer sebagai bahan

finishing lantai maupun dinding. Berikut ini tahapan pengadaan batu marmer

untuk menggambarkan penjabaran terhadap kebutuhan material dan sisa material

dalam tiap proses pengadaan material:

• Tahap awal raw material diambil dari gunung marmer, batu marmer di

lakukan pemotongan dalam ukutan yang sangat besar kemudian dibawa ke

pabrik pembuatan. Dalam proses pengambilan material melibatkan energi

untuk pemotongan dan menghasilkan sisa material berupa debu hasil

potongan maupun material marmer kecil yang tdk dapat digunakan lagi

Waste

Installation

Waste

Waste

Waste

Waste

Waste

Distribution

Packaging

Raw Material

Processing& ManufacturinDisposal

Use & Maintenanc

Energy

Waste

EnergyEnergy

Energy

Energy

Energy

Energy

Sumber: Eco-Interiors, Pilatowicsz,G

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

10 Universitas Kristen Petra

• Setelah raw material sampai di pabrik maka akan dilakukan pemotongan

sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan sekali lagi melibatkan energi dan

menghasilkan sisa.

• Tahap berikutnya material akan dipaket, dan pembungkugan material marmer

biasanya menggunakan peti kayu tergantung ukuran tiap jenis material

• Material kemudian dibawa ke tempat proyek, saat distribusi ini material

menggunakan energi kembali dalam bentuk alat transportasi dan

menghasilkan sisa akibat kerusakan material selama proses di transportasi.

• Kemudian marmer dipasang sesuai tempat, dan proses pemasangan juga

membutuhkan energi terutama untuk pemotongan marmer-marmer yang perlu

disesuaikan. Dalam proses pemotongan material tersebut kemungkinan pula

menhasilkan sisa material yang tidak mungkin dapat dipakai lagi.

• Dalam proses penggunaannya marmer terlebih dahulu dipoles, dan proses

pemolesan ini memerlukan energi untuk alat poles dan menghasilkan sisa

berupa cairan kental hasil polesan marmer

• Proses terakhir ialah pembuangan material sisa maupun pembongkaran

material lama jika ingin diganti, proses pembuangan dan pembongkaran

material lama membutuhkan energi dan menghasilkan sisa material juga

Tiap proses dalam pengadaan material selalu membutuhkan energi dan

menghasilkan sisa material dan hal ini berpengaruh negatif pada lingkungan.

Berikut ini dampak kerusakan lingkungan yang di akibatkan penggunaan material:

• Eksplorasi Material Alam.

Semua material konstruksi diambil dari alam, dan proses eksplorasi

material ini sangat diperhatikan karena pengaruhnya besar bagi lingkungan.

Eksplorasi material alam yang berlebihan dapat mengganggu stabilitas material di

masa yang akan datang. Selain pengaruh bagi material itu sendiri, efek negatif

eksploitasi juga berdampak pada lingkungan terutama tanah. Contohnya pada

proses eksploitasi kayu. Sering kali dilakukan secara berlebihan pada material

kayu di daerah-daerah yang kaya akan material kayu, kemudian tidak dilakukan

reboisasi atau peremajaan terhadap tanah yang di ekplorasi. Sehingga kondisi

tanah sekitar tempat eksplorasi menjadi rusak.

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

11 Universitas Kristen Petra

• Penggunaan energi

Proses pembuatan suatu material konstruksi pasti membutuhkan energi,

ditengah krisis energi yang mulai melanda dunia maka perhatian kita pada

penggunaan energi menjadi lebih besar. Proses produksi tiap material diharapkan

menggunakan energi dalam jumlah yang minimal guna menjaga kesinambungan

persediaan energi dunia. Penggunaan material yang minim penggunaan energinya

dalam proses pembuatannya sangat dianjurkan. Misalnya penggunaan aluminium,

aluminium merupakan material dengan konsumsi energi terbesar selama proses

pembuatannya yaitu mencapai 56kWh/kg (Tabel 2.1). Penggunaan material

aluminium dengan konsumsi energi yang demikian besar diharapkan lebih

diperhatikan dalam tiap pelaksanaan konstruksi.

Tabel 2.1. Kebutuhan energi material konstruksi (Priatman, 2007)

Material kWh/kg

Sand, gravel 0.01

Wood 0.1

Concrete 0.2

Sand-lime brickwork 0.4

Lightweight concrete 0.5

Plasterboard 1.0

Brickwork 1.2

Lime 1.5

Cement 2.2

Mineral fibre insulation 3.9

Glass 6.0

Porcelain 6.1

Plastics 10

Steel 10

Lead 14

Zinc 15

Copper 16

Aluminium 56

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

12 Universitas Kristen Petra

• Polusi

Dalam tiap proses pada material pasti menghasilkan polusi baik pada

udara, air, tanah dan sebagainya. Polusi terjadi dari proses pengadaan saat

eksplorasi material dari alam, proses produksi, distribusi sampai penggunaan

material itu sendiri. Polusi berdampak besar bagi manusia sekitar sehingga perlu

perhatian dari masyarakan konstruksi menyangkut material yang menjadi sumber

polusi. Contohnya penggunaan material cat yang tidak sesuai standart. Beberapa

material cat memiliki bau yang menyengat hidung, hal ini disebabkan nilai

volatine organic compounds (VOCs) sangat tinggi. Hal ini menimbulkan polusi

pada udara karena bau yang tidak sedap. Penggunaan material seperti ini dianggap

tidak baik terutama karena mengurangi kenyamanan pengguna gedung.

• Sisa material.

Tiap tahap dalam proses pembuatan material pasti menghasilkan sisa

material (Gambar 2.1) . Pengelolaan sisa ini harus ramah terhadap lingkungan.

Sering kali sisa material yang tidak memiliki nilai ekonomis lagi dibuang tanpa

memperhatikan dampak lingkungan. Sisa material konstruksi yang merupakan

bahan anorganik sangat berdampak buruk bagi lingkungan. Penanganan sisa

material konstruksi sering kali hanya ditimbun pada tanah, dan hal ini

membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses peruraiannya, adapula

material lain seperti styrofoam yang tidak dapat terurai sehingga penggunaan

bahan ini tidak di perbolehkan seperti yang diatur pada greenship rating tools

(GBCI 2010). Sisa material kontruksi diharapkan dipakai kembali ataupun didaur

ulang kembali. Contohnya material besi tulangan, besi bekas potongan diolah

kembali dengan cara di lebur dan kemudian menjadi besi tulangan yang baru.

Dengan melakukan reuse dan recycle pada sisa material maka upaya mereduksi

dampak negatif yang terjadi pada lingkungan akibat penggunaan material akan

terlaksana.

Pelaksanaan konstruksi pasti memberi dampak negatif bagi lingkungan

dan upaya para masyarakat kontruksi untuk meminimalisasi dampak negatif

tersebut harus diupayakan segera agar kelestarian lingkungan dapat pula di

perhatikan.

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

13 Universitas Kristen Petra

2.3 Material Konstruksi

Material dalam konstruksi dapat digolongkan menjadi dua bagian besar (Gavilan, 1994), yaitu: 1. Consumable material, merupakan material yang akhirnya akan menjadi

bagian dari struktur bangunan, misalnya semen, pasir, batu bata, besi tulangan.

2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, material tersebut kemudian bisa digunakan ulang ataupun dapat menjadi sampah konstruksi misalnya perancah, bekisting.

Dua golongan material tersebut dapat mengakibatkan sisa material maupun sampah yang besar dalam tiap aktifitas konstruksi. Material kayu sebagai bekisting misalnya, dalam pengerjaannya hanya dapat dipakai beberapa kali atau memiliki umur pakai tertentu sehingga penyediannya harus terus diperbaharui sehingga pasti menimbulkan sisa pada material. Penggunaan Consumable material juga berdampak sama. Dalam pengerjaannya Consumable material memerlukan pemotongan agar sesuai dengan kebutuhan sehingga sering kali potongan tersebut tidak dapat digunakan lagi sehingga menjadi sisa material yang kemudian menjadi sampah konstruksi.

Material merupakan bagian penting dalam pelaksanaan konstruksi. Penanganan sisa material pun perlu dianalisa dari awal yaitu mulai tahap perencanaan terkait hasil desain dan pelaksanaan yang dapat mencegah maupun mereduksi sisa material sampai tahap penanganan sisa material itu sendiri. Menurut dobler(1990), penanganan material dapat membantu mengefektifkan penggunaan material, mempertahankan kualitas material dan dapat pula meminimalisasi sisa material yang akan dihasilkan dari suatu proyek konstruksi.

2.3.1 Tahap Perencanaan Berkaitan dengan Material Konstruksi.

Pada tahap perencanaan dihasilkan desain bangunan dan spesifikasi

material. Desain yang dihasilkan pun erat kaitannya dengan material yang di

gunakan. Desain terkait langsung dengan spesifikasi material maupun dampaknya

juga dapat terlihat pada aspek sisa material. Tujuan utama dari lingkungan terkait

material ialah untuk mengoptimalkan pemakaian material dan mengurangi

dampak negatif yang di timbulkan olah material konstruksi.

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

14 Universitas Kristen Petra

2.3.1.1 Hasil Desain

Pelaksanaan desain sangat terkait material, tujuan dari penanganan

material yang tepat itu sendiri ialah efisiensi material dan minimalisasi sisa

material. Menurut fishbein 1998, dikatakan bahwa efektifitas material dan proses

meminimalisasi sisa material dilakukan mulai tahap desain dengan melakukan

pencegahan terhadap terjadinya sisa material. Berikut ini penjabaran faktor desain

yang dapat meminimalisasi sisa material

• Penggunaan kembali bangunan lama

Dengan mendesain menggunakan sebagian bangunan lama berarti kita

meminimalisasi sisa material yang terjadi akibat pembongkaran total suatu

bangunan atau demolition waste. Dampak terbesar dari demolition waste ialah

ke aspek tanah, berarti di perlukan area tanah tertentu untuk menampung dan

mengolah maupun menimbun material hasil demolition waste tersebut

• Mendesain bangunan tahan lama

Dengan mendesain bangunan tahan lama berarti menghasilkan umur

bangunan yang panjang. Hal ini berimbas pada proses renovasi atau

perbaikan maupun proses pembangunan bangunan baru. Usia bangunan yang

lama berarti lama pula proses renovasi maupun bangunan baru, hal ini berarti

efisiensi atas kebutuhan material energi dan sebagainya menyangkut proses

tahap renovasi maupun bangunan baru dan efeknya juga berimbas pada sisa

material yang tidak terjadi karena usia bangunan yang panjang

• Mendesain bangunan yang fleksible terhadap fungsi dan kegunaan.

Fleksibel disini dimaksudkan bahwa banguan sebaiknya di rencanakan untuk

beberapa alternatif dan fungsi lain, sehingga jika perlu perubahan terhadap

fungsi bangunan tidak perlu di lakukan renovasi besar maupun pembongkaran

total yang dapat menimbulkan sisa material.

• Mendesain bangunan dengan dinding yang dapat berpindah.

Desain dengan dinding yang dapat berpindah berarti mempermudah

pengaturan ruang dalam bangunan dan menghindari pembongkaran dinding

karena material dinding dibuat dapat berpindahkan. Penataan ruang menjadi

lebih muda tanpa kuatir terjadinya renovasi besar maupun pembongkaran

total terhadap material dinding.

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

15 Universitas Kristen Petra

• Menghasilkan desain dalam ukuran standar material

Desain seringkali tidak mempertimbangkan ukuran material dilapangan,

misalnya desain suatu ruangan yang menggunakan material karpet, sebaiknya

lebar ruangan disesuaikan dengan ketersediaan material dipasaran dalam hal

ini untuk karpet ukuran 4 meter dan tidak menimbulkan sisa akibat potong,

untuk ukuran besi juga telah distandarkan oleh pasar yaitu 12 meter sehingga

ukuran-ukuran penulangan beton yang menggunakan ukuran 12 meter

dianggap cocok karena tidak perlu dilakukan pemotongan material.

• Menghasilkan desain dengan warna standar.

Warna sebaiknya dipilih berdasarkan warna umum dipasaran dan juga

memakai jumlah warna yang minimal. Hal ini dilakukan untuk

mengantisipasi pengerjaan ulang saat renovasi. Selain itu warna yang sama

juga meminimalisasi sisa karena dapat diaplikasikan untuk bagian lain.

• Menggunakan teknik yang efisien dalam penggunaan material

Teknik pelaksanaan kontruksi pun harus telah direncanakan pada tahap

perencanaan dan setiap teknik yang dipilih diupayakan mengoptimalkan

penggunaan material. Misalnya desain menggunakan plat bondek baja untuk

struktur plat beton, hal ini mengefisienkan penggunaan kayu untuk bekisting.

2.3.1.2 Pemilihan Material Konstruksi

Pemilihan material yang tepat mengurangi dampak lingkungan yang

terjadi dan dapat pula meminimalisasi sisa material pada proyek konstruksi.

Menurut Fishbein tahun 1998, pemilihan material berikut memenuhi bangunan

berwawasan lingkungan

• Penggunaan material dari bangunan lama

• Menggunakan material yang tahan lama

• Menggunakan material tidak beracun

Misalnya tidak menggunakan material asbes yang beracun maupun material

lain dengan nilai VOCs (Volatile Organic Compounds) yang tinggi sehingga

mengganggu pernafasan.

• Menggunakan material yang dapat direuse dan recycle

• Menggunakan material prefabrikasi

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

16 Universitas Kristen Petra

2.3.2 Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanana konstruksi berkaitan langsung dengan material. Pada fase

penggunaan material dilakukan. Penanganan material yang tepat dapat

berpengaruh pada kualitas material serta meminimalisasi terjadinya sisa material.

Beberapa literatur membahas pencegahan yang dapat dilakukan terhadap sisa

material selama proses konstruksi mulai dari proses pengadaan material sampai

penggunaan material

2.3.2.1 Pengadaan Material

• Merencanakan pembelian dan pengadaan material (Fishbein, 1998)

• Mengkomunikasikan perencanaan dan perubahan perencanaan kerja terhadap

material ( Ekanayake, 2000)

• Mengestimasi kebutuhan material dengan tepat (Urio, 2006)

• Menggunaan suplier berpengalaman (Fishbein, 1998)

• Melakukan pengecekan kondisi material saat didistribusikan (Formoso, 2000)

2.3.2.2 Penyimpanan dan Penanganan Material

• Pembuatan gudang penyimpanan yang memenuhi syarat.

Pembuatan gudang yang memenuhi syarat dirasa sangat perlu, baik buat

material maupun sisa material. Pembuatan gudang standar menghindarkan

material dari kerusakan terutama material yang memiliki syarat tertentu untuk

tempat penyimpanan seperti semen, silicone dan lain-lain

• Penataan lapangan untuk tempat penyimpanan material (Urio, 2006)

• Training tentang transportasi material yang tepat di proyek (Urio, 2006)

• Penyimpanan sesuai anjuran pabrik atau produsen material (Bossink, 1996)

• Mengurangi sampah akibat kemasan (Fishbein, 1998)

2.3.2.3 Pemakaian Material

Pemakaian material harus tepat untuk meminimalisasi terjadinya sisa

material pada pelaksanaan konstruksi dan untuk tahap pemakaian material.

Ekanayake (2000) dan Urio (2006) mengutarakan cara meminimalisasi

sisa material yaitu

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

17 Universitas Kristen Petra

• Pemakaian peralatan yang baik dan memenuhi kualifikasi

• Pemilihan operator yang memenuhi kualifikasi

• Melakukan kontrol penggunaan material

• Mengadakan aturan untuk meminimalisasi sisa material

• Menempatkan supervisior lapangan yang profesional

• Mengedukasi penggunaan material secara tepat

• Training dan pelatihan pada pekerja terkait sisa material.

• Mengedukasi pekerja untuk menggunakan material sisa daripada

menggunakan material baru

2.3.3 Sisa Material Konstruksi

Sisa material konstruksi sangat berpengaruh pada lingkungan. Banyak

dampak yang ditimbulkan akibat adanya sisa material, baik dampak langsung

maupun tidak langsung. Sisa material konstruksi yang mencapai 15-30% dari total

sampah kota (Bossink, 1996) sangat berdampak negatif bagi lingkungan,terutama

karena sisa material kontruksi merupakan sampah-sampah anorganik yang susah

diuraikan oleh alam. Meminimalisasi sisa material yang terjadi pada suatu proyek

kontruksi sangat berdampak bagi lingkungan. Berikut ini dampak meminimalisasi

sisa material:

• Pengurangan sisa material yang harus di buang.

Penanganan lanjutan dari sisa material sangat berdampak pada lingkungan

terutama dalam hal menimbun bahan material sisa kontruksi dalam tanah

karena material kontruksi merupakan material anorganik susah terurai tanah.

• Efisiensi penggunaan material

Dengan meminimalisasi sisa material berarti terjadi efektifitas dalam

penggunanan material, hal ini berarti semua dampak yang timbul dari tahapan

produksi material pun bisa diminimalisasi. Seperti penggunaan energi dan

sisa material pada proses manufaktur, polusi yang timbul maupun energi

akibat transportasi dan dampak dari pengambilan material asli itu sendiri dari

alam. Dampak akibat material kontruksi telah dibahas pada bab ini juga.

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

18 Universitas Kristen Petra

• Minimalisasi polusi akibat penanganan sisa material

Pengananan lanjutan pada sisa material juga mengakibatkan terjadinya polusi

terutama jiga terjadi pembakaran sisa material, polusi pada air pun bisa terjadi

jika material di timbun pada tanah dan terjadi hujan maka kualitas air tanah

yang masuk ke dalam tanah tersebut sudah terkontaminasi dengan sisa

material konstruksi tersebut.

• Mengurangi penggunaan energi saat tahap penanganan lanjutan.

Tahap pengolahan lanjutan sisa material juga memerlukan energi terutama

saat transportasi maupun proses pengolahannya itu sendiri. Dengan

minimalisasi maka minimal pula dampak sisa material konstruksi terhadap

penggunaan energi.

Sisa meterial akan terus bertambah sesuai dengan perkembangan

pembangunan yang sedang dilaksanakan. Penanganan sisa material pun

memerlukan perhatian khusus. Metode serta pengendalian terhadap sisa material

pada tiap negara sangat berbeda. penangananan sisa material sendiri dapat

digambarkan seperti pada Gambar 2.2

Gambar 2.3 Penanganan sisa material (Wikipedia, 2010)

Penjelasan mengenai penanganan sisa material adalah sebagai berikut:

1. Prevention, merupakan penanganan paling awal yaitu dengan mencegah agar

tidak terjadinya sisa material selama pelaksanaan proyek konstruksi. contohnya

penggunaan beton prefabrikasi. Pelaksanaan pengecoran pada suatu proyek

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

19 Universitas Kristen Petra

sering kali menghasilkan sisa beton dalam jumlah besar, untuk menghindari

sisa material tersebut kita dapat menggunakan beton prefabrikasi sehingga

tidak diperlukan lagi proses pengecoran langsung di lapangan sehingga sisa

material beton tidak terjadi dalam suatu proyek. Tahapan prevention dilakukan

dari fase desain, jadi saat perencanaan bangunan telah dibicarakan bagaimana

cara dan upaya untuk mencegah terjadinya sisa material. Sampah pembungkus

dan proteksi material juga besar pengaruhnya terhadap sisa material konstruksi

secara total, pengadaan material konstruksi tanpa pembungkus atau proses

paket dianggap mencegah terjadinya sisa material dan menjadi salah satu

prevention

2. Reduce, mengurangi sisa material yang dihasilkan. Reduce hampir sama

dengan proses prevention. Pada tahap prevention, hal penyebab sisa material

dihindari dan dicari alternatif penyelesaian lain. Sedang pada tahap reduce hal

itu tetap dilakukan tetapi berusaha diminimalisasi sisa material yang akan

terjadi Contohnya saat menggunakan beton pengecoran langsung pada area

proyek, dapat dilakukan estimasi secara tepat agar tidak terjadi sisa beton. Jika

tetap terjadi sisa beton maka telah dipikirkan alternatif pekerjaan yang dapat

menampung sisa material beton basah tersebut sehingga sisa beton hasil

pekerjaan beton dapat tetap digunakan misalnya sisa beton digunakan untuk

pembuatan car stoper pada area parkir kendaraan. Penanganan sisa material

secara reduce berkaitan dengan tahap pelaksanaan konstruksi, terutama

mengenai penanganan material.

3. Reuse, menggunakan kembali sisa material yang ada pada proyek agar tidak

menjadi sampah proyek. Proses ini dilakukan agar material tidak mengalami

proses produksi kembali namun langsung dilakukan penggunaan dari material

yang ada. Contohnya menggunakan besi sisa potongan saat pembuatan beton

untuk penyangga pintu lift. Tahapan penanganan ini dilakukan pada tahap

konstruksi dengan menyediakan tempat penyimpanan sementara untuk

material-material sisa, dilakukan pemilahan tiap jenis material dan pencatatan.

Pelaksanaan yang tepat dapat mengefektifkan jumlah material yang kemudian

dapat dipakai kembali pada proyek konstruksi yang sedang dijalankan.

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

20 Universitas Kristen Petra

4. Recycle, sisa material yang dihasilkan proyek kemudian digunakan kembali

dengan cara diolah terlebih dahulu atau mengalami proses produksi kembali

sehingga material tersebut bisa di gunakan atau memiliki fungsi baru atau

fungsi yang sama. Contohnya penggunaan sisa material besi beton yang

kemudian didaur ulang sehingga menghasilkan besi tulangan yang baru.

Penanganan sisa material ini pun harus disiapkan tempat penimbunan material

sisa sementara. Dapat pula dibuat daftar rekanan pihak ke 3 yang dapat

membantu pengolahan material sisa supaya dapat di daur ulang dengan proses

yang lebih ramah lingkungan.

5. Sisa material yang tidak dapat digunakan lagi. Jika tidak dapat digunakan lagi

dan tidak dapat didaur ulang. Maka dapat dikatakan material tersebut menjadi

material sisa tanpa nilai jual, sering kali material seperti ini penanganannnya

tidak tepat sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sisa material

tersebut adalah sampah konstruksi sehingga harus ditangani pemusnahannya,

dan dapat dilakukan dengan cara:

• Compost, pengolahan untuk material organik seperti daun-daunan.

• Burn, pemusnahan dengan cara dibakar.

Pengolahan jenis ini dilakukan pada material kayu dan material lain yang

dapat di bakar dengan suhu normal pembakaran biasa. Penanganan jenis ini

kurang baik karena dapat menimbulkan polusi pada udara. Sebaiknya pembakaran

dilakukan pada insenerator atau tanur tinggi sehingga minim polusi.

• Landfill, penimbunan sisa material dengan tanah secara berlapis.

Pengolahan jenis ini dilakukan pada material beton, pasir, krikil dan bahan

anorganik lainnya yang dibuang. Biasanya material ini tidak dapat dibuang pada

sampah kota sehingga butuh penanganan lanjutan dengan pihak lain yang lebih

ahli dan perhatian pada lingkungan sehingga penangananya lebih tepat. Namun

karena biaya yang lebih tinggi sering kali pihak kontraktor tidak mau untuk

penanganan lanjutan dan memilih mengatasi sendiri masalah sampah konstruksi

walaupun menghadirkan efek negatif bagi lingkungan.

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

21 Universitas Kristen Petra

2.4 Green Building

Green building merupakan suatu aturan yang membahas mengenai

lingkungan dalam kaitannya dengan perencanaan dan pelaksanaan suatu

konstruksi. Indonesia sebagai suatu negara berkembang juga telah menghasilkan

aturan green building yang diberi nama greenship rating tool (GRT), pada saat ini

aturan tersebut bersifat anjuran dan belum menjadi suatu.

Inti dari pelaksanaan green building itu sendiri (Wikipedia, 2011)ialah :

1. Efisiensi penggunaan energi, air dan sumber daya lainnya

2. Melakukan penjagaan terhadap kualitas kesehatan pengguna bangunan dan

meningkatkan produktifitas pengguna bangunan.

3. Mereduksi sisa sumber daya, mereduksi polusi dan mengurangi kerusakan

yang terjadi pada lingkungan

Aspek material konstruksi yang menjadi landasan pada penelitian ini juga

dibahas secara khusus pada aturan green building. Sehingga aturan green building

dapat dijadikan sumber literatur untuk parameter-parameter aspek material yang

akan diteliti.

2.4.1 Green Building di Dunia

Seiring berjalannya waktu dan perhatian dunia yang semakin besar

mengenai lingkungan maka dibentuklah organisasi lingkungan yang tujuannya

menghasilkan peraturan dan tata cara pembangunan yang nantinya dipakai dalam

menghasilkan konstruksi yang ramah lingkungan pada tiap-tiap negara.

Lebih dari 30 negera telah membentuk organisasi dan aturan tentang

penerapan konsep green building. Negara-negara di eropa menjadi pelopor

dibentuknya green building council (GBC).

Lembaga GBC inilah yang kemudian didirikan diberbagai negara lain dan

membuat aturan green building yang disesuaikan dengan karakteristik dan aturan

pada masing-masing Negara. Pada landasan teori penelitian ini akan dibahas

aturan atau tools dari lima Negara antara lain Indonesia (INA), Amerika Serikat

(US), Inggris (UK), Australia (AUS) dan Hongkong (HK) (Table 2.2). Dalam

pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai tools yang berkaitan dengan

aspek material pada tiap pembahasan aturan masing-masing Negara.

Page 18: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

22 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.2 Green Building Council lima negara

No Negara INA US UK AUS HK

1 Nama Aturan Greenship LEED BREEAM Greenstar HK-BEAM

2 Nama Organisasi GBCI USGBC BRE-GL GBCA HK-BEAM

3 Tuhun Berdirinya 2010 1993 1990 2010 1996

4 Versi 2010 1998

2002

2009

1990

2011

2010

2011

2004

2010

5 % Material 14% 14% 20% 18% 8%

Keterangan :

GBCI Green Building Council Indonesia

USCBC U.S Green Building Council

LEED Leadership in Energy and Environmental Design

BREEAM Building Research Establishment’s Environmental Assessment

Method

BRE-GL Building research Establishment’s Global Limited

HK-BEAM Hongkong Building Environmental Assessment Method

GBCA Green Building Council of Australian

Penerapan green building diharapkan dapat mereduksi dampak lingkungan

terutama terkait aspek material konstruksi. Perlu disadari bahwa pembangunan

pasti akan memberi dampak negatif bagi lingkungan, namun dengan penerapan

green building secara tepat dapat mengurangi dampak negatif tersebut. Berikut ini

5 negara yang digunakan aturan green buildingnya sebagai landasan teori :

1. Indonesia (INA)

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah memiliki

aturan green building. Awalnya terbentuk Green Building Council Indonesia

(GBCI) yang merupakan organisasi green building council di Indonesia.

Organisasi ini di dirikan pada 2009. Kemudian pada juni tahun 2010 dihasilkanlah

aturan Greenship Rating Tools (GRT). Awalnya dibuat versi 1.0 untuk greenship

new building, lalu pada januari 2011 dihasilkan pula versi 1.0 greenship existing

building.

Page 19: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

23 Universitas Kristen Petra

2. Amerika Serikat (US)

Pada 1993 U.S Green Building Council (USGBC) didirikan dengan

melibatkan arsitek, agen perumahan, pemilik bangunan, praktisi lingkungan,

pengacara dan wakil dari industry. USGBC mengeluarkan aturan dengan nama

Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) versi 1.0 pada tahun

1998. Kemudian mengalami beberapa penyempurnaan sampai yang terbaru

merupakan versi 3.0 tahun 2009. Amerika Serikat merupakan negara maju yang

memiliki aturan green building yang lengkap. Selain aturan konstruksi untuk

bangunan baru, USGBC juga menghasilkan LEED untuk interior, operasional dan

perawatan gedung dan untuk rumah tinggal.

3. Inggris (UK).

Inggris merupakan Negara pertama yang membentuk aturan green building.

Tahun 1990 telah di bentuk aturan yang dikenal dengan istilah Building Research

Establishment’s Environmental Assessment Method (BREEAM) oleh Building

research Establishment’s Global Limited (BRE-GL) dan berjalannya waktu telah

melakukan sertifikasi pada lebih dari 200.000 gedung. Selain membahas material,

BREEAM juga membahas sisa material secara khusus. Aturan terbaru yang

merupakan revisi dari aturan terdahulu di keluar pada 2011 untuk gedung baru.

4. Australia (AUS)

Awalnya dibentuk GBCA (Green Building Council of Australian) yang

kemudian menjadi lembaga mandiri yang membentuk aturan untuk Green

Building di Australia. Aturan atau tools yang kemudian dikenal dengan Greenstar.

Pilot Greenstar awalnya pada oktober 2010, kemudian diperbaharui pada 2011

dengan judul office design versi 2.

5. Hongkong (HK)

Hongkong mulai membentuk aturan dengan nama Hongkong Building

Environmental Assessment Method disingkat HK-BEAM.aturan awalnya dimulai

pada 1996 dengan mengeluarkan aturan untuk pengkondisian udara dalam gedung

kemudian berkembang dan akhirnya pada 2010 mengeluarkan aturan terbaru HK-

BEAM plus.

Page 20: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

24 Universitas Kristen Petra

2.4.2 Greenship Rating Tools (GRT) Indonesia

Perhatian Indonesia terhadap pelaksanaan konstruksi berkonsep green

building cukup tinggi. Hal ini terbukti dengan pembuatan aturan konsep green

building, aturan bernama Greenship Rating Tools (GRT) oleh Green Building

Council Indonesia (GBCI). GBCI sendiri merupakan lembaga non profit yang

berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasi praktik-

praktik terbaik buat lingkungan dan mengfasilitasi transformasi industri bangunan

global yang berkelanjutan. Kehadiran GBCI dianggap baik terutama untuk

mengaplikasikan konsep green building pada pelaksanaan proyek pembangunan

di Indonesia, sehingga lingkungan Indonesia yang dianggap paru-paru dunia dapat

tetap terjaga dan pelaksanaan pembangunan gedung menjadi lebih berorientasi

lingkungan. GBCI diselenggarakan oleh sinergi di antara para pemangku

kepentingannya, meliputi:

• Profesional bidang jasa konstruksi,

• Kalangan industri sektor bangunan dan property

• Pemerintah,

• Institusi pendidikan dan penelitian,

• Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.

Greenship Rating Tools (GRT) menitik-beratkan pada 6 aspek dalam pembahasannya yaitu :

1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)

Aturan yang dibahas meliputi ruang terbuka hijau dan vegetasi yang di

rencanakan pada perencanaan desain, ketersediaan fasilitas umum terutama

transportasi publik, dan pengaruh bangunan terhadap lingkungan sekitar. Desain

bangunan pun diharapkan telah menyediakan fasilitas pendukung terkait

lingkungan seperti lahan parkir khusus dan shower buat pengguna sepeda. Dalam

aspek ini juga diatur terkait material atap dan non atap yang berhubungan

langsung dengan lingkungan luar bangunan. Aspek tepat guna lahan diberi bobot

17 poin atau 17 persen dari keseluruhan nilai dalam GRT.

Page 21: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

25 Universitas Kristen Petra

2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER)

Pembahasan aspek energi meliputi system tata udara dan tata cahaya terkait

dengan penghematan penggunaan energi. Dilakukan upaya penghematan energi

terkait system tata udara dan tata cahaya, namun tetap memenuhi standar

kebutuhan bangunan sesuai fungsi bangunan tersebut. Dibahas pula efek

lingkungan terhadap penggunaan energi terutama mengenai emisi gas buang CO2

yang harus di kurangi. Penggunaan energi terbaharukan pada sebagian kebutuhan

energi bangunan juga memberi poin pada yang mengaplikasikannya. Aspek

energi memiliki bobot 26 % dari nilai keseluruhan GRT. Aspek energi

merupakan bahasan dengan poin tertinggi di bandingkan dengan aspek lain, hal

ini dimungkinkan karena saat ini energi menjadi perhatian dunia karena konsumsi

energi yang semakin hari terus bertambah sedang penggunaan energi alternatif

belum dikembangkan.

3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)

Pembahasan menitik beratkan pada efisiensi penggunaan air, menggunakan

sumber air alternatif selain air tanah dan PDAM, serta pengurangan baban

limpasan air hujan pada saluran kota dengan membuat tangki penyimpanan air

hujan disesuaikan dengan intensitas curah hujan pada daerah tersebut menurut

BMKG. Konservasi air berbobot penilaian sebesar 21%.

4. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC)

Penggunaan material bekas, hasil daur ulang dan material bersertifikasi dan

material terbaharukan menjadi poin penting dalam pembahasan tentang material.

Penggunaan material prefabrikasi dan material lokal juga berpengaruh terhadap

penilaian aspek material yang berbobot total 14%.

5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC)

Pada aspek ini dibahas mengenai kenyamanan saat penggunaan gedung,

terutama kualitas udara pada suatu bangunan, penataan suhu dan cahaya yang

memenuhi syarat kenyamanan. Dalam tahap ini dibahas pula material berbahaya

yang berpotensi menurunkan kualitas udara, dan berbahaya bagi kesehatan

terutama yang berbau seperti material cat dan produk kayu komposit. Penataan

kualitas udara memiliki bobot penilaian 10%.

Page 22: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

26 Universitas Kristen Petra

6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management)

Aspek ini mengatur manajemen bangunan terkait testing commissioning,

pengolahan sampah baik saat konstruksi maupun sampah setelah penggunaan

bangunan atau masa operasional. serta langkah selama penggunaan bangunan

terkait survei pada pengguna dan aturan pendukung lainnya yang perlu di siapkan

pihak management dari bangunan itu sendiri. Bobot pelaksanaan keseluruhan

aspek manajemen lingkungan bangunan adalah 13%

2.4.3 GRT Indonesia dan 4 Negara Lain Terkait Aspek Material

Aspek material merupakan salah satu pembahasan penting dalam konsep

green building. Material memiliki porsi penilaian sebesar 8-20 persen dalam

pembahasan penerapan konsep green building di berbagai Negara.

Selain pembahasan khusus menyangkut aspek material, hal terkait material

juga terdapat pada aspek-aspek pembahasan lainnya. Pemilihan material yang

tidak berbau dalam hal ini dengan nilai VOCs rendah seperti pada material cat dan

kayu komposit diatur dalam aspek kualitas dan kenyaman udara. Penerapan aturan

atau tools pada konsep green building secara tepat terkait material konstruksi

dapat membantu kelestarian terhadap lingkungan dan kelestarian jenis material

dan sumber daya itu sendiri.

2.4.3.1 Greenship Rating Tools

Pembahasan aspek material dalam GRT menitik beratkan pada pemilihan

jenis material meliputi material bekas, material hasil daur ulang, material

terbaharukan, material bersertifikasi dan material lokal (Tabel 2.3).

Page 23: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

27 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3. Aturan terkait material menurut Greenship Indonesia

No Tools Penggunaan Material Poin Standart A.Material Resource and Cycle (14)

1 Non CFC untuk refrigeran dan halon P prasyarat 2 Reuse material dari bangunan lama atau tempat lain 2 >10, 20% 3 Material bersertifikat 1 >30% 4 Material hasil produk recycle 1 >5% 5 Material terbaharukan (<10 tahun) 1 >2% 6 Tidak menggunakan bahan perusak ozon 2 7 Material kayu bersertifikat legal 1 100% 8 Material kayu sertifikasi LEI atau FSC 1 >30% 9 Material modular atau prafabrikasi 3 >30% 10 Material lokal ( r < 1000 km ) 1 >50% 11 Material lokal dalam Indonesia 1 >80% B. Indoor Health and Comfort (3)

12 Material cat dan coating rendah VOCs 1 13 Material kayu komposit dan agrifiber non formaldehyde 1 14 Material tidak mengandung asbes, merkuri dan styrofoam 1 C. Building Environmental Management (3)

15 Menyediakan area pengumpulan, pemisahan, pencatatan 1 16 Kualitas air konstruksi tidak mencemari drainase kota 1 17 Kerjasama pihak ke 3 untuk mengelola limbah anorganik 1 D. Appropriate Site Development (2)

18 Material atap daya refleksi min 0,3 sesuai perhitungan 1 19 Material nonatap daya refleksi min 0,3 sesuai perhitungan 1

2.4.3.2 Leadership in Energy and Environmental Design (LEED)

Dalam LEED pembahasan difokuskan pada penggunaan gedung lama pada

proses pembuatan gedung baru baik gedung secara utuh maupun penggunaan

material bekas yang ada di gedung lama tersebut. Pemilihan material yang dapat

menimbulkan bau juga diatur lebih terperinci meliputi sealants, cat, penutup

lantai seperti karpet serta berbagai jenis kayu komposit. (Tabel 2.4)

Page 24: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

28 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.4 Aturan terkait material menurut LEED Amerika Serikat

No Tools Penggunaan Material Poin Standart A.Material and Resource (14)

1 Menyediakan gudang penyimpanan pengumpulan sisa material P 2 Reuse kembali gedung material struktur bangunan lama 3 >55,75,95% 3 Reuse kembali gedung material non-struktur bangunan lama 1 >50% 4 Sisa material dapat di daur ulang dan dipakai kembali 2 >50,75% 5 Menggunakan kembali material lama 2 >5,10% 6 Menggunakan material hasil daur ulang 2 >10,20% 7 Material lokal dan regional (<500miles) 2 >10,20% 8 Material dapat terbaharukan (<10tahun) 1 >2.5% 9 Material kayu bersertifikat FSC 1 >50% B. Indoor Health and Comfort (4)

10 Material adhesives dan sealants rendah VOCs 1 11 Material cat dan coating rendah VOCs 1 12 Material penutup lantai rendah VOCs 1 13 Material kayu komposit dan produk agrifiber rendah VOCs 1 C. Sustainable Sites (1)

14 Material atap dengan indeks refleksi sinar matahari min 1

2.4.3.3 BREEAM Inggris

Tabel 2.5 Aturan terkait material menurut BREEAM Inggris

No Tools Penggunaan Material Poin Standart A.Material Resource and Cycle

1 Material dari bangunan lama digunakan kembali 2 Reuse material 3 Material hasil produk recycle 4 Material bersertifikasi 5 Desain dengan kemampuan adaptasi tinggi B. Waste

6 Menetapkan target efisiensi material 7 Minimalisasi sisa material 8 Melakukan pemilahan, reuse dan recycle sisa material 9 Penggunaan kembali material pada proyek yang sama 10 Penggunaan kembali pada proyek yang lain 11 Mengembalikan pada supplier 12 Penyedian tempat untung penanganan sisa material

Page 25: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

29 Universitas Kristen Petra

Pembahasan pada BREEAM yang di terapkan di Inggris sedikit berbeda

dalam memandang aspek material. Pembahasan terkait aspek material di beri

bobot 12,5% sedang pembahasan mengenai sisa material dilakukan secara khusus

dan merupakan satu aspek pembahasan tersendiri dengan bobot 7,5%.

Penyesuaian desain juga diatur dalam BREEAM, hal ini untuk menghindari

pembongkaran total gedung jika akan difungsikan lain, pembentukan desain

bangunan yang fleksibel terhadap fungsi dan kegunaan dianggap perlu diatur pada

pembahasan terkait material. Pembahasan sisa material yang dilakukan secara

khusus karana minim lahan kosong untuk proses disposal sisa material (Tabel 2.5)

2.4.3.4 Greenstar Australia

Pembahasan aspek material menurut greenstar Australia juga sama dengan

beberapa tools di Negara lain, penggunaan material bekas gedung lama dan

material daur ulang di beri bobot poin yang tinggi dalam penilaian greenstar

Australia (Table 2.6).

Tabel 2.6.Aturan terkait material menurut Greenstar Australia

No Tools Penggunaan Material Poin Standart

A.Material Resource and Cycle (21)

1 Menyediakan gudang penyimpanan pengumpulan sisa material 2

2 Reuse kembali gedung material struktur bangunan lama 4 >30,60,90%

3 Reuse kembali gedung material non-struktur bangunan lama 2 >30%

4 Menggunakan beton hasil daur ulang 2 >20,40%

5 Menggunakan besi hasil daur ulang 4 >60,90%

6 Minimalisasi penggunaan PVC 4 >30,60%

7 Material kayu hasil reuse 1

8 Material kayu bersertifikat FSC 2 >95%

B. Indoor Environmental Quality (4)

9 Material cat dan coating rendah VOCs 1 >95%

10 Material karpet rendah VOCs 1 100%

11 Material adhesives dan sealants rendah VOCs 1 100%

12 Material kayu komposit dan produk agrifiber rendah VOCs 1 100%

C. Management (2)

13 Sisa material dapat di daur ulang atau pakai kembeli 2 >60,80%

Page 26: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

30 Universitas Kristen Petra

2.4.3.5 HK-BEAM Hongkong

Pengaturan desain pada HK-BEAM saat banyak, desain terkait material

perlu diterapkan terutama untuk meminimalisasi sisa material. Desain modular

standar dengan adaptasi fungsi bangunan yang tinggi saat diharapkan dipenuhi

dalam perencanaan suatu bangunan. Pemakaian gedung lama pada desain gedung

baru juga diatur guna menghindari terjadinya pembongkaran total (Tabel 2.7).

Tabel 2.7. Aturan terkait material menurut Hongkong BEAM

No Tools Penggunaan Material Poin Standart

A.Material and Resource (22+1)

1 Tidak menggunakan hasil hutan u/ non consumable material P

2 Tidak menggunakan CFC untuk refrigerant P

3 Merencanakan penanganan construction demolation waste P

4 Memfasilitasi pengumpulan, pemilahan sisa material P

5 Reuse kembali gedung material struktur bangunan lama 2+1 >30,60,90%

6 Menghasilkan desain modular dan standart 1

7 Material prefabrikasi 2 >20,40%

8 Menghasilkan desain yang fleksibel dan adaptable 3

9 Material dapat di perbaharui 2 >2.5,5%

10 Menggunakan hasil hutan ramah lingkungan 1 >50%

11 Menggunakan material hasil daur ulang 3 >10%

12 Menggunakan bahan material yang tidak merusak ozon 2

13 Menggunakan regional material (< 800km) 2 >10,20%

14 Menunjukan daur ulang sisa material saat demolation 2 >30,60%

15 Menunjukan daur ulang sisa material konstruksi 2 >30,60%

B. Sustainable Sites (1)

16 Material atap dengan indeks refleksi sinar matahari min 0.3 1

2.4.3.6 Rekapitulasi Tools Menurut Lima Negara

Penerapan aturan tiap-tiap Negara saat berbeda terkait material namun jika ditata

kembali dapat disimpulkan bahwa pengaturan aturan terkait material dapat dibagi

menjadi 3 bagian besar yaitu aturan desain yang terkait penggunaan material,

pemilihan material serta penanganan sisa material. (Table 2.8)

Page 27: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan · Penipisan lapisan ozon terjadi karena penggunaan material yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC), material tersebut biasanya terdapat pada

31 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.8. Rekapitulasi menurut aturan pada 5 negara

No Tools berkaitan dengan Material INA US UK AUS HK

A.Desain yang dihasilkan 1 Desain menggunakan sebagian bangunan lama √ √ √ √

2 Desain yang fleksibel dan dengan adaptasi tinggi √ √ 3 Desain modular dan standart √

B. Pemilihan material 1 Reuse material dari bangunan lama atau tempat lain √ √ √ √ √

2 Material hasil produk recycle √ √ √ √ √ 3 Material kayu sertifikasi LEI atau FSC √ √ √ √ √

4 Material terbaharukan (<10 tahun) √ √ √ 5 Material lokal √ √ √

6 Material cat dan coating rendah VOCs √ √ √ 7 Material kayu komposit & agrifiber non formaldehyde √ √ √

8 Material atap daya refleksi sesuai standart √ √ √ 9 Non CFC untuk refrigeran dan halon √ √

10 Material bersertifikat √ √ 11 Material modular atau prafabrikasi √ √

12 Tidak menggunakan bahan perusak ozon √ 13 Material kayu bersertifikat legal √

14 Material lokal dalam Indonesia √ 15 Material nonatap daya refleksi sesuai standart √

16 Material non-asbes, non-merkuri dan non-styrofoam √ 17 Material produk reuse √ √

18 Material penutup lantai rendah VOCs √ √ 19 Material adhesives dan sealants rendah VOCs √ √

20 Tidak gunakan hasil hutan u/non-consumable material √ 21 Penggunaan kayu hasil reuse √

22 Minimalisasi penggunaan PVC √ C. Penanganan Sisa Material

1 Menyediakan area pengumpulan,pemisahan, pencatatan √ √ √ √ √

2 Sisa material dapat dipakai kembali atau di daur ulang √ √ √ √ 3 Merencanakan penanganan sisa material konstruksi √ √

4 Mengembalikan material sisa pada supplier √ 5 Kualitas air konstruksi tidak mencemari drainase kota √

6 Kerjasama pihak ke 3 untuk mengelolaan limbah √