Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
Universitas Kristen Petra
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS
Sam Poo Kong adalah salah satu kelenteng di kota Semarang – Jawa
Tengah. Tidak seperti kelenteng lainnya, Sam Poo Kong memiliki keunikan
tersendiri. Kelenteng tersebut juga merupakan kelenteng muslim sehingga yang
berkunjung bukan hanya orang Tionghoa saja, tetapi juga orang-orang muslim
pribumi di Indonesia.Untuk memahami lebih jauh, penulis mencoba mencari data
dari literatur, wawancara, dan observasi.
2.1. Definisi dan Teori
2.1.1. Definisi Kelenteng
Kelenteng merupakan istilah asli dari bahasa Indonesia yang mempunyai
arti sebagai bangunan tempat memuja dan melakukan upacara-upacara keagamaan
bagi penganut kepercayaan Kong Hu Chu (KBBI, 2001: kelenteng). Kelenteng itu
sendiri mempunyai fungsi utama sebagai tempat atau sarana beribadah dan
melakukan upacara-upacara keagamaan bagi umat Kong Hu Chu. Di samping itu,
di tempat ini kita dapat menyaksikan acara-acara menarik pada saat umat Kong
Hu Chu menyelenggarakan upacara-upacara keagamaannya, yang tentu saja
memiliki daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang menyaksikannya.
Definisi tentang kelenteng ini diperlukan untuk mengetahui arti kelenteng
dan fungsinya, yang nantinya akan digunakan dalam video promosi dokumenter
kelenteng Sam Poo Kong untuk memberikan gambaran yang benar tentang
kelenteng, baik kelenteng Sam Poo Kong ataupun kelenteng lainnya.
2.1.2. Definisi Film/Video Dokumenter
Menurut Onong Uchjana Effendy, video dokumenter merupakan sebuah
karya ciptaan mengenai kenyataan yang pembuatannya dilakukan dengan
pemikrian dan perencanaan yang matang (creative treatment of actuality) serta
memerlukan usaha keras dalam imajinasi dan biasanya berkisar pada hal-hal yang
merupakan perpaduan antara manusia dan alam, selain itu video dokumenter
adalah siaran yang mengandung nilai dan fakta (Effendy, 2000:204).
9
Universitas Kristen Petra
Dalam ‘The Random House Dictionary’, istilah documentary berasal dari
kata document, yakni sebuah video yang menggambarkan kejadian nyata,
kehidupan dari seseorang, suatu periode dalam kurun sejarah atau barangkali
sebuah rekaman dari suatu cara hidup makhluk. Dokumenter berbentuk
rangkuman perekaman fotografi berdasarkan kejadian nyata dan akurat (Hanan,
1997:123).
Selanjutnya, John Grierson, pembuat video dokumenter pertama, membuat
revolusi dunia perfilman di Inggris. Gerakan yang dilakukan Grierson inilah yang
melahirkan video dokumenter di tahun 1940-an. Inti dari perjuangan Grierson
adalah reaksi terhadap kuatnya pengaruh ekspresi romantisme Jerman yang pada
saat itu sangat mendominasi perfilman Inggris. Dengan video dokumenter,
Grierson berupaya mengembalikan pengertian realis dalam sebuah film sehingga
bukan romantik dan imajinatif. Grierson berpendapat bahwa dokumenter
merupakan perwujudan interpretasi kreatif tentang fakta yang memungkinkan
diperlakukan sebagai arsip dari realitas disebabkan prosedur dan karakter yang
dimilikinya. Sebagai arsip dari suatu realitas, Bill Nicholas berpendapat bahwa
dokumenter menjadi sebuah upaya penghargaan yang diberikan melalui pilihan
kata batin, di saat kesan tentang “realita” digambarkan dalam film dengan
ketergantungan yang sangat kuat dalam seberapa besar kerja dalam memberikan
penghargaan itu (Prakosa, 1997:125).
Raymond Spottiswoodw dalam bukunya ‘A Grammer of the Film’
menyebut video dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah
penyajian hubungan manusia yang didramatisasi dengan kehidupan
kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik, dan dilihat dari
segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan isinya.
Dengan demikian, yang penting menurut Raymod bukan bentuknya tapi isinya.
Sebuah video dokumenter akan benar-benar menyajikan realitas sosial
budaya yang jujur tapi dibebani banyak tendensi jika mengutamakan empat nilai
berita, yakni impact (suatu kejadian yang menimbulkan dampak), prominance
(punya nilai keagungan), proximity (unsur berdekatan dengan penonton), dan the
unusual (tidak biasa terjadi).
10
Universitas Kristen Petra
Agar video dokumentar juga baik maka harus mempertimbangkan kualitas
yang diukur dengan standart accurate (ketepatan data), properly attribute
(identifikasi narasumber), balanced and fair (seimbang), objective, brief, and
focused (ringkas, padat, langsung), dan well written (kisahnya jelas, langsung, dan
menarik). Ini semua menyangkut aspek isi. Sementara sebagai alatnya,
sinematografi tetap harus diperhatikan, jangan sampai documentary video sebatas
dokumentasi peristiwa belaka.
Penonton sebagai konsumen sangat senang bila mendapat informasi
sekaligus hiburan. Ini akibat struktur masyarakat kita masih pada taraf views
sociey (masyarakat menonton), belum reading society (masyarakat baca) sehingga
kehadiran jurnalisme video sungguh mendjadi alternatif karya jurnalistik yang
dibalut dengan sense of art. “Penampakan” sosial budaya di televisi cenderung
mudah diterima masyarakat manapun. Dengan tampilan news dan art, jurnalisme
video akan melahirkan tontonan atraktif sehingga informatif. Karena itu tidak ada
salahnya bila kajian video dokumenter dapat menambah khazanah
perbendaharaan keilmuan di rumpun ilmu komunikasi.
Video dokumenter lebih banyak dikreasi oleh para antropolog karena pada
awalnya objek video dokumenter itu sendiri adalah masalah etno (budaya suatu
daerah dan yang melingkupinya) sehingga yang banyak terlibat dari disiplin
sosiologi dan antropologi budaya. Belakangan pemaknaan budaya itu sendiri
semakin luas sehingga mau tidak mau objek dokumenter pun berubah.
Yayasan yang memiliki program khusus untuk menangani film
dokumenter di Indonesia adalah Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia
(YMMFI)10 dengan In-docs programnya, yang dibentuk dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi dan promosi film dokumenter Indonesia, diantaranya
adalah mendirikan workshop, networking antara pembuat film dokumenter
Indonesia dan screening. In-docs adalah program non profit dan merupakan
subgrant dari Ford Foundation.
Program dokumenter menyajikan segala sesuatu dan peristiwa apa adanya.
Format ini menjadi lebih menarik bila tidak hanya merekam seperti adanya
10 YMMFI adalah yayasan yang menyelenggarakan program tahunan festifal film JIFFEST (Jakarta International Film Festival) yang biasanya diadakan setiap bulan Oktober.
11
Universitas Kristen Petra
melainkan dilengkapi juga dengan rekaman peristiwa kejadian di masa lalu.
Format dokumenter bisa dibedakan menjadi:11
a. Dokumenter berita, yaitu program yang mengambil kejadian mutakhir. Namun,
berhubung materinya hanya beberapa baris maka diperlukan penelitian untuk
memperoleh bahan yan lebih banyak. Misalnya, penyebab kejadian, orang yang
mengalami kejadian itu, dan orang lain yang sedikit memperhatikan tetapi
menerima akibat yang besar.
b. Dokumenter historis, yaitu format yang memerlukan penelitian besar. Bila
kejadiannya melebihi umur badan penyiaran, dapat digunakan rekaman lain.
Sehubungan dengan itu, pita pidato proklamasi, potongan film tentang KMD,
atau pemakaman pahlawan revolusi merupakan bahan-bahan yang perlu
dipelihara sebaik-baiknya sebab di masa mendatang mungkin diperlukan oleh
banyak pihak dalam rangka memproduksi program dokumenter historis.
c. Dokumenter biografi, yaitu format yang biasa digunakan untuk merekam
sejarah/cerita kehidupan pribadi. Misalnya, tokoh terkenal, pahlawan bangsa,
orang berjasa, dan penemu. Di Indonesia, format ini baru digunakan dalam
bentuk baku belum dicobakan untuk media lainnya.
d. Dokumenter musikal, yaitu format yang biasa digunakan untuk merekam tokoh
musik atau sejarah alat musik asli. Di Indonesia hal ini juga belum tergarap.
Definisi dan format film/video dokumenter diperlukan dalam pembuatan
video dokumenter promosi kelenteng Sam Poo Kong untuk mengetahui apa arti
sebenarnya dari dokumenter dan dalam pembuatan video tersebut tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada dan menempatkan video tersebut
ke dalam salah satu format yang sesuai.
2.1.3. Semarang dan Keberadaan Orang-orang Tionghoa
Semarang adalah ibukota Jawa Tengah yang dulunya daerah tersebut
banyak yang merupakan pantai dan laut, tetapi karena pendangkalan laut secara
alami, maka daratan Semarang bertambah luas.
Kedatangan orang-orang Tionghoa dari daratan Cina pada ratusan tahun
yang lalu diyakini karena adanya peperangan yang melanda di daratan Cina tak
11 P. C. S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, 1993, halaman 60-61.
12
Universitas Kristen Petra
kunjung selesai. Banyak penduduk Cina meninggalkan negerinya dengan berbagai
alasan untuk mencari penghidupan baru antara lain ke Indonesia yang terdiri dari
beribu pulau, dan satu diantaranya adalah pulau Jawa. Sementara kapan
kedatangan orang-orang Tionghoa dari daratan Cina ke Semarang tidaklah
diketahui dengan tepat. Namun menurut penuturan pendatang-pendatang
Tionghoa yang menetap di Semarang dan sekitarnya, merupakan bagian dari satu
rombongan besar yang berlayar dengan kapal-kapal menyeberangi lautan dan
mendarat di Banten, kemudian berpencar sebagian menyusuri pantai utara pulau
Jawa ke arah timur ke daerah Jakarta, Tanjoeng, Jepara, Rembang, dan sebagian
terus ke timur ke Lasem dan selanjutnya menetap di daerah sekitar bukit
Simongan. Kapan tepatnya koloni orang-orang Tionghoa bermukim di sekitar
gedung batu (Simongan) tidak diketahui dengan tepat, hanya dalam penulisan di
buku ‘Oud Semarang’ seorang ahli perpustakaan Belanda, J. R. Van Berkum,
yang pernah tinggal di Semarang menulis bahwa mungkin sekali orang-orang
Tionghoa itu telah bermukim di sana sebelum tahun 1000 Masehi. Bahkan Prof.
DR. S. Muhammad Husayn, M.A. dalam desertasinya ‘Java as noticed by ARAB
Geographers’ tahun 1952 memperkirakan telah ada sekitar tahun 921 Masehi.
Tetapi mulai agak jelas setelah sekitar abad XV, yaitu saat kedatangan Laksamana
Cheng Ho ke Simongan yang memang diutus oleh kaisar Tiongkok untuk
meninjau koloni-koloni di luar daratan Cina.12
Dengan mengetahui keadaan kota Semarang dan keberadaan orang-orang
Tionghoa, akan diperlukan pada penuturan sekilas tentang kota Semarang dan
keberadaan orang-orang Tionghoa tersebut, untuk mengetahui keadaan kota
Semarang tempo dulu, keberadaan orang-orang Tionghoa, dan penyebarannya
yang berkaitan dengan keberadaan kelenteng Sam Poo Kong.
2.1.4 Sejarah Singkat Sam Poo Tay Djien
Setelah dinasti Yuan (1260-1341) runtuh, muncullah dinasti Ming (1368-
1628) dengan kaisar pertamanya Zhu Yuan Zhang untuk mengadakan hubungan
dagang dan diplomatik ke negeri Asia dan Afrika. Ia menyadari akan pentingnya
12 Tio, Jongkie, Kota Semarang dalam Kenangan – Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Semarang, halaman 11.
13
Universitas Kristen Petra
pembukaan jalur pelayaran lewat laut yang sejak beberapa ribu tahun tidak
dikembangkan.13
Ketika kaisar ketiga Ming Cheng Zu (1403-1424) naik tahta, ia
memindahkan ibukota Nanking ke Peking (Beijing sekarang). Kemudian kaisar
Ming Cheng Zu, yang lebih dikenal dengan sebutan kaisar Yong Le, memilih
seorang yang dianggap luar biasa kemampuannya, yaitu Cheng Ho untuk
memimpin serangkaian penjelajahan ke beberapa negara di selatan dan barat Cina.
Menurut buku Mengenal Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu
Semarang (1982), keputusan untuk mengangkat Cheng Ho sebagai laksamana
armada besar itu antara lain karena selain ia beragama Islam, ia juga ahli dalam
agama Buddha.14
Cheng Ho adalah penduduk asli kabupaten Kunyang propinsi Yunnan
yang lahir pada tahun 1371. Ketika masih berusia 10 tahun, Cheng Ho menjadi
salah seorang anak yang dikebiri atas perintah kaisar Zhu Yuan Zhang untuk
dipekerjakan di istana kaisar.15
Di istana, Cheng Ho menjadi sahabat baik Yan Wang (nama asli Ming
Cheng Zu) putra kaisar pertama dinasti Ming yang berkedudukan di Peking.
Cheng Ho lahir dari keluarga Ma, dari kelompok etnik Hui, tetapi karena
jasanya yang sangat besar, dia diberi anugerah nama keluarga Cheng dan
diangkan sebagai Tay Djien (Da Ren)16, sebuah gelar untuk seorang pejabat
istana.
Sam Poo (San Bao) adalah sebuah gelar yang berarti panglima ketiga. San
adalah tingkatan dalam kepanglimaan.17 Dalam kamus Ci Hai disebutkan bahwa
San Bao Tai Jian adalah Cheng Ho yang hidup jaman dinasti Ming dan San Bao
adalah sebuah nama kecil.18
Tentang nama Sam Poo atau San Bao, para ahli sejarah tidak memiliki
kesatuan pendapat. Ada yang mengatakan San Bao sebetulnya menggambarkan 13 Riwayat Singkat Sam Poo Tay Djien, kutipan dari buku peringatan berdirinya yayasan kelenteng Sam Poo Kong, tahun 1937, halaman 2. 14 Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu, Mengenal Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu Semarang, 1982, halaman 10. 15 Budiman, Amen, Semarang Riwayatmu Dulu, 1987, halaman 11. 16 Da Ren berdasarkan Mathews English-Chinese Chinese-English Dictionary halaman 846 berarti Yang Mulia, yang merupakan sebutan pada jaman dahulu untuk orang yang dihormati. 17 Moerthiko, Riwayat Kelenteng, Vihara, Lithang, Tempat Ibadah Tridharma, 1980, halaman 188. 18 Kamus Ci Hai, halaman 46.
14
Universitas Kristen Petra
tiga orang yaitu Cheng Ho, Wang Ji Hong, Ho Xian, yang ketiga-tiganya
bersama-sama memimpin armada besar itu. Tetapi karena yang dikenal hanya
Cheng Ho saja, maka istilah San Bao dianggap identik dengan Cheng Ho saja.
Tetapi seorang ahli lain berpenda[at bahwa sebenarnya San Bao adalah sebuatan
umum bagi para kasim. Semasa Cheng Ho tinggal di istana, ia mempelajari agama
Buddha. San Bao dalam agama Buddha berarti Tri Ratna. Dari sini timbul dugaan
baru bahwa nama San Bao mungkin diberikan kepada Cheng Ho karena
ketekunannya mempelajari agama Buddha.
Cheng Ho melakukan pelayaran tujuh kali. Daerah yang dikunjunginya
antara lain: Persia, Madagaskar, Malaka, Aceh, Palembang, dan Jawa. Reputasi
Cheng Ho yang selalu menekankan kejujuran dan saling menghormati dalam
bidang perdagangan, sangat membekas di kalangan penduduk di daerah-daerah
yang pernah dikunjunginya.19 Pada tahun 1435, Cheng Ho meninggal dunia dan
dimakamkan di bukit Niu Shou di luar kota Nanjing. Sebagai penghormatan
kepadanya, banyak didirikan tempat-tempat suci untuk mengenang jasa-jasanya.
Misal kelenteng Sam Poo Kong dan Tay Kak Sie di kota Semarang, Jawa Tengah.
Ringkasan sejarah Sam Poo Tay Djien diperlukan dalam sekilas narasi
tentang sejarah keberadaan kelenteng Sam Poo Kong, antara lain untuk
mengetahui figur Cheng Ho, jasa-jasa Cheng Ho, dan tempat-tempat suci untuk
mengenang Cheng Ho yang merupakan tempat-tempat yang pernah
dikunjunginya.
19 Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu, Mengenal Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu Semarang, 1982, halaman 16.
15
Universitas Kristen Petra
2.2. Data
2.2.1. Data Produk
Gambar 2.1. Peta Kota Semarang, Daerah Sekitar Kelenteng Sam Poo Kong
a. Nama : kelenteng Sam Poo Kong
b. Nama lain : Gedung Batu
c. Lokasi : Jalan Simongan 129, Semarang – Jawa Tengah
Telp. (024) 7605277
d. Luas : 2 hektar, sebelumnya lebih luas namun telah digunakan sebagai
perkampungan penduduk
e. Batas : Utara : Jalan Simongan
Timur : Jalan Simongan
Selatan : Jalan Taman Simongan dan Jalan Candra Kusuma
Barat : perkampungan Bongsari
f. Alat transportasi :
Untuk menuju ke kota Semarang, transportasi umum yang ada antara lain:
Darat : berupa kereta api dengan dua stasiun kereta, yaitu stasiun Tawang
dan stasiun Poncol; dan bus yang berpusat di Terminal Terboyo
yang dapat menghubungkan kota-kota di sepanjang pulau Jawa
dan bahkan dapat mencapai kota luar pulau Jawa, yaitu pulau Bali
dan pulau Sumatra.
16
Universitas Kristen Petra
Laut : berupa kapal penumpang dan kapal barang yang dapat
menghubungkan banyak pulau di Indonesia maupun di negara
tetangga, seperti: Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura,
dapat berlabuh di pelabuhan laut Tanjung Mas.
Udara : alat transportasi udara yang dapat mendarat di bandara Ahmad
Yani.
Untuk mencapai ke kelenteng Sam Poo Kong – Gedung Batu setelah sampai di
kota Semarang dapat menggunakan taksi atau angkutan umum lainnya,
termasuk juga City Bus.
2.2.2. Keberadaan Produk
2.2.2.1. Sejarah Pendirian Kelenteng Sam Poo Kong
Gambar 2.2. Gerbang Kelenteng Sam Poo Kong Sekitar Tahun 1930
Sumber: Kota Semarang dalam Kenangan – Perpustakaan Umum dan Arsip
Daerah Kota Semarang
17
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3. Gerbang Kelenteng Sam Poo Kong Sekitar Tahun 1999
Sumber: Kota Semarang dalam Kenangan – Perpustakaan Umum dan Arsip
Daerah Kota Semarang
Gambar 2.4. Gerbang Kelenteng Sam Poo Kong Sekarang (2005)
Gambar 2.5. Tempat Pemujaan Sam Poo Kong Sekitar Tahun 1930
Sumber: Kota Semarang dalam Kenangan – Perpustakaan Umum dan Arsip
Daerah Kota Semarang
18
Universitas Kristen Petra
Ada yang mengatakan bahwa kelenteng Sam Poo Kong di gedung batu
(dulunya merupakan gua) mula-mula merupakan sebuah masjid.20 Tetapi pendapat
ini tidak ditunjang dengan bukti-bukti yang menunjukkan adanya masjid di daerah
kelenteng tersebut, namun dihubungkan dengan tokoh Cheng Ho yang merupakan
seorang muslim Tionghoa dan kedatangan masyarakat pribumi muslim untuk
berziarah.21 Kedatangan Cheng Ho di Jawa Tengah, khususnya di Semarang
tercatat pada bulan keenam tanggal 30 Imlek (Lak Gwee). Untuk mengenang
kedatangannya pertama kali di daerah Simongan, yang pada waktu itu adalah
pantai namun berubah menjadi daratan karena endapan lumpur, maka tempat
persinggahan Cheng Ho itu diubah menjadi tempat peringatan dan pemujaan
kepadanya. Hal ini jelas terlihat pada inskripsi yang ada di sebuah pojok kelenteng
Sam Poo Kong. Inskripsi yang ditulis daam tiga bahasa (Inggris, Cina, dan
Indonesia) itu adalah sumbangan dari Liem Djiang Tie tahun 1960. Pada tahun
1724, di kelenteng itu pernah diadakan upacara besar-besaran untuk menyatakan
teruma kasih kepada Cheng Ho yang dianggap melindungi penduduk di sekitar
Simongan, dan juga mengajarkan penduduk dengan berbagai keahlian, yang salah
satunya adalah membangun rumah dengan dinding batu bata dan atap genteng,
bukan dari kayu dan jerami seperti sebelumnya. Acara tersebut juga dimaksudkan
untuk memperingati kedatangan Cheng Ho di Semarang.22
Cu Ki Hak Sip, seorang penulis Cina mengemukakan bahwa gua asli yang
menurut cerita adalah tempat yang pernah dihuni Sam Poo ketika berkunjung ke
Semarang, telah runtuh tahun 1704 karena angin ribut. Kemudian dibangun
sebuah gua baru dan didatangkan patung Sam Poo beserta empat orang
pengikutnya dari Cina untuk disemayamkan di dalam gua tersebut.23
Pada tahun 1724, rakyat setempat sepakat untuk merawat kembali
kelenteng Sam Poo Kong untuk pemujaan. Sejak saat itu, setiap malam Jumat
Kliwon untuk penanggalan Jawa dan tanggal 1 dan 15 tiap bulan Imlek selalu
ramai oleh orang-orang yang melakukan pemujaan. Orang-orang yang datang
20 Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu, Mengenal Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu Semarang, 1982, halaman 56. 21 Hasil wawancara dengan Bp. Suratman, salah satu pemandu kelenteng Sam Poo Kong, tanggal 28 Februari 2005. 22 Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu, op. cit, halaman 65. 23 Ibid, halaman 59.
19
Universitas Kristen Petra
bukan saja berasal dari masyakat Tionghoa, melainkan juga masyarakat pribumi
Islam.24
Di komplek gedung batu, tak jauh dari makam Kyai Juru Mudi (salah satu
dari enam obyek pemujaan yang ada di kelenteng Sam Poo Kong) terdapat sebuah
batu bertulis setinggi hampir dua meter untuk memperingati dibangunnya kembali
kelenteng Sam Poo Kong yang hampir runtuh karena lama tidak terurus (saat ini
sedang disimpan dalam rangka renovasi kelenteng). Batu berukir yang tertanda
1879 itu, didirikan oleh Oei Tjie Sien, ayah Oei Tiong Ham, raja gula terkenal
pada jaman sebelum perang dunia II.25
Alasan Oei Tjie Sien membangun kelenteng tersebut adalah karena ia
pernah menyatakan nazar (janji) untuk membeli daerah Simongan dari tangah
Johannes bila usahanya berhasil dan maju. Johannes adalah seorang Yahudi kaya
yang menguasai daerah Simongan termasuk kelenteng Sam Poo Kong. Ia ingin
mengambil keuntungan untuk memperkaya diri dengan membebani pajak bagi
setiap orang yang akan berkunjung ke kelenteng Sam Poo Kong. Karena
masyarakat pada waktu itu tidak dapat dikatakan kaya, maka tidak sanggup
membayar pajak tersebut.
Setelah Oei Tjie Sien membeli daerah Simongan, rakyat dapat
bersembahyang dengan bebas di kelenteng Sam Poo Kong tanpa harus membayar
pajak.
Selama kelenteng Sam Poo Kong di gedung batu masih dalam kekuasaan
Johannes, rakyat menemui kesulitan untuk bersembahyang dan memuja Sam Poo
Kong. Oleh karena itu dibuat duplikat patung Sam Poo dan diletakkan di
kelenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok (daerah Pecinan Semarang) untuk
memudahkan orang-orang yang ingin bersembahyang kepada dan memohon
berkat dari Sam Poo.
24 Hasil wawancara dengan Bp. Suratman, salah satu pemandu kelenteng Sam Poo Kong, tanggal 28 Februari 2005. Yang pada malam Jumat Kliwon, tanggal 3 Maret 2005 diadakan pertunjukkan wayang semalam suntuk sebagai ucapan syukur (hajatan) salah satu peziarah. 25 Ibid.
20
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.6. Kelenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok
Patung duplikat inilah yang setiap tahun diarak dari kelenteng Tay Kak Sie
ke Gedung Batu pada upacara perayaan kedatangan Sam Poo Kong (tanggal 30
bulan 6 Imlek).26
2.2.2.2. Perayaan di Kelenteng Sam Poo Kong
Perayaan yang secara aktif diselenggarakan di kelenteng Sam Poo Kong
Gedung Batu hanya beberapa saja, antara lain:
� Tanggal 2 bulan 1 Imlek (Cia Gwee) : Hari Pembukaan Tahun (Thauw Ge)
� Tanggal 4 bulan 1 Imlek (Cia Gwee) : Hari Tao Pek Khong turun (Ci Sien)
� Tanggal 9 bulan 1 Imlek (Cia Gwee) : Hari Keng Thi Kong
� Tanggal 15 bulan 1 Imlek (Cia Gwee) : Hari lahir Thian Koan (Siang Goang)
� Tanggal 2 bulan 2 Imlek (Ji Gwee) : Hari ulang tahun Hok Tik Cheng Sin
� Tanggal 30 bulan 6 Imlek (Lak Gwee) : Hari peringatan kedatangan Sam Poo
Tay Djien/Sam Poo Kong/Cheng Ho
� Tanggal 28/29 bulan 7 Imlek (Jit Gwee) : Sembahyang King Ho Ping
� Tanggal 15 bulan 8 Imlek (Pak Gwee) : Sembahyang Tiong Jiu (Hok Tik
Ceng Sin)
� Tanggal 27 bulan 8 Imlek (Pak Gwee) : Hari lahir Khong Hoe Tjoe
� Tanggal 30 bulan 11 Imlek (Cap-it Gwee) : Hari lahir Sam Poo Tay Djien
26 Pada tahun 2005 dirayakan mulai tanggal 2-9 Agustus 2005, dirayakan besar-besaran dengan dihadiri 36 negara. Bertepatan dengan ulang tahun kedatangan Sam Poo Kong yang ke-600.
21
Universitas Kristen Petra
� Tanggal 16 bulan 12 Imlek (Cap-ji Gwee) : Hari berterima kasih kepada Hok
Tik Ceng Sin
� Tanggal 16 bulan 12 Imlek (Cap-ji Gwee) : Sembahyang mengantar Toa Pek
Kong (Sang Sin).
2.2.2.3. Obyek Pemujaan yang Dapat Dikunjungi di Kelenteng Sam Poo Kong
Kelenteng Sam Poo Kong merupakan hasil karya cipta manusia yang
mengandung sejarah, agama, dan budaya dengan kombinasi warnanya yang cerah
namun bermakna besar dan menyejukkan jiwa. Pada bangunan kelenteng terdapat
tiga jenis warna yang sering digunakan dan mempunyai arti yang berbeda, yaitu:
� Merah : melambangkan kebahagiaan, sering digunakan pada saat acara
yang bersifat menyenangkan, terutama perkawinan.
� Kuning : merupakan lambang kekaisaran.
� Hijau : merupakan lambang perenungan, kepercayaan (agama), dan
keabadian.27
Unsur sejarah, agama, dan budaya dalam komplek Sam Poo Kong terdapat pada
enam obyek pemujaan, yaitu:
a. Gua Suci
Gambar 2.7. Bangunan Gua Suci, Tempat Pemujaan Sam Poo Kong
27 Darmaprawira, Sulasmi W. A., Warna – Teori dan Kreativitas Penggunaannya, halaman 45-47.
22
Universitas Kristen Petra
Gua Suci terletak di pusat wilayah pertama kelenteng Sam Poo Kong yang
menghadap ke timur. Gua Suci berasal dari gua batu yang di dalamnya terdapat
patung Sam Poo Kong dengan dua buah patung pengawal, yaitu: Lau Im dan Thio
Kee. Gua Suci ini adalah tempat pemujaan utama setelah Thian Thi Kong (Tuhan
Yang Maha Esa) di lokasi kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu. Menurut Tju
Kie Hak Siep, penulis ‘Riwayat Sam Poo Kong’, gua asli dimana Cheng Ho
mendarat dan tinggal telah runtuh sejak 1704 karena angin puyuh besar.28
Di depan gua terdapat sebuah altar yang di bawahnya terdapat sebuah
sumur dengan air yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Air itu dianggap
sebagai air suci yang memiliki khasiat yang istimewa, maka tidaklah
mengherankan jika banyak sekali pengunjung yang datang untuk meminum dan
membawa pulang air suci itu tanpa dipungut biaya. Bangunan Gua Suci yang luas
dapat menampung banyak pengunjung untuk tujuan yang berbeda-beda,
diantaranya melakukan pemujaan, meminta berkah berupa rejeki maupun
kesehatan, serta untuk melihat-lihat dan rekreasi saja.
Karena disucikan, orang-orang tidak boleh sembarangan masuk ke dalam
gua suci ini . Selain itu juga tidak boleh mengambil gambar dalam bentuk
apapun.29
28 Tio, Jongkie, Kota Semarang dalam Kenangan, Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Semarang, halaman 13. 29 Hasil wawancara dengan Bp. Suratman, salah satu pemandu kelenteng Sam Poo Kong, tanggal 28 Februari 2005.
23
Universitas Kristen Petra
b. Makam Kyai Juru Mudi Dampo Awang
Gambar 2.8. Tempat Pemujaan Kyai Juru Mudi
Sumber: Brosur wisata kelenteng Sam Poo Kong, dibuat oleh Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan kota Semarang.
Makam Kyai Juru Mudi Dampo Awang berada di sebelah utara gua suci
dan bangunan makam terletak lebih rendah daripada gua suci, dan tidak seatap
dengan gua suci.
c. Tempat Pemujaan Kyai Djangkar
Gambar 2.9. Tempat Pemujaan Kyai Djangkar
24
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.10. Jangkar yang Dikeramatkan dan Sketsa Jangkar Asli
Di tempat ini terdapat sebuah jangkar kapal yang dikeramatkan, pemandu
mengatakan bahwa jangkar tersebut merupakan jangkar asli, namun dari
bentuknya dapat dipastikan bahwa jangkar tersebut bukan dari kapal Cina
melainkan dari kapal Belanda karena kakinya yang berjumlah dua bukan empat,
yang dimungkinkan jangkar yang mirip peninggalan Sam Poo Kong adalah
jangkar yang berada di Rembang dengan jumlah kaki empat. Jangkar yang
dikeramatkan tersebut sebelumnya ditemukan di sebuah kali di daerah Pecinan
Semarang, yang oleh warga setempat kemudian dianggap sebagai jangkar
peninggalan Sam Poo Kong.30
Di tempat ini terdapat tiga altar pemujaan, yaitu altar Nabi Khong Hoe
Tjoe, altar arwah King Ho Ping, dan altar Kyai Djangkar. Namun sembahyang
yang dilakukan di sini ada empat, ditambahkan kedalamnya sembahyang kepada
Thian Thi Kong (Tuhan). Di tempat ini juga terdapat tempat pembakaran dupa,
dimana pengunjung bisa membakar dupa sambil memohon berkat yang dilakukan
oleh juru kunci. Setelah berdoa dan memohon berkat, diberikan kertas putih berisi
serbuk dupa kepada pemohon sebagai ‘pegangan’.31
Lokasi pemujaan Kyai Djangkar lebih terbuka dan luas, sehingga umat
Islam lebih senang melakukan sembahyang dan meditasi di sini.
30 Hasil wawancara dengan Bp. Kwa Tong Hay, nara sumber yang dipercaya oleh yayasan kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu sebagai ahli sejarah, tanggal 13 Maret 2005. 31 Hasil wawancara dengan Bp. Sajiran, juru kunci tempat pemujaan Kyai Djangkar.
25
Universitas Kristen Petra
Di luar tempat pemujaan terdapat sebuah pohon yang memiliki akar dan
dahan yang menyerupai rantai dan tambang yang strukturnya juga sangat kuat. Di
wilayah Semarang tidak lagi terdapat pohon rantai ini, namun ada sumber
menyebutkan bahwa pohon serupa ditemukan di daerah Kalimantan.32
Gambar 2.11. Pohon rantai
d. Tempat Pemujaan Kyai Tjoendrek Bumi
Gambar 2.12. Nisan dan Tempat Pemujaan Kyai Tjoendrek Bumi
Tempat pemujaan Kyai Tjoendrek Bumi berada di sebelah selatan tempat
pemujaan Kyai Djangkar. Tempat ini menjadi tempat pemujaan juga tempat
penyimpanan senjata milik Sam Poo Kong. Saat ini tempat pemujaan tersebut
masih dalam masa renovasi dan batu altarnya untuk sementara digabungkan
dengan tempat pemujaan Mbah Kyai dan Nyai Tumpeng.
Tempat ini sering dikunjungi oleh umat Islam terutama orang Jawa, karena
menurut mereka senjata-senjata tersebut adalah pusaka, alat pelindung dari
seorang umat Islam yang mempunyai misi mulia. Sam Poo Kong adalah orang
32 Op.cit.
26
Universitas Kristen Petra
terakhir yang menggunakan senjata ini, sehingga menjadi kewajiban sesama
pemeluk agama Islam untuk merawat dan menjaganya.
e. Tempat Pemujaan Mbah Kyai dan Nyai Tumpeng
Gambar 2.13. Nisan dan Tempat Pemujaan Mbah Kyai dan Nyai Tumpeng
Mbah Kyai dan Nyai Tumpeng adalah sepasang suami istri yang dulunya
sebagai pengikut Sam Poo Kong yang meninggal karena tertimpa bencana pada
saat berada di dalam gua suci.33 Tempat pemujaan ini digunakan pula untuk
sembahyang secara Islam dan untuk meditasi para pengunjung. Letak dari tempat
pemujaan ini adalah di ujung selatan dari gua suci sebelum rumah penginapan
yang sedang dibangun.
f. Tempat Pemujaan Toa Pek Khong
Gambar 2.14. Gerbang Tempat Pemujaan Toa Pek Khong
33 Ibid.
27
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.15. Tempat Pemujaan Toa Pek Khong
Tempat pemujaan ini terletak di sebelah utara lokasi pemujaan Sam Poo
Kong sementara (di sebelah utara tempat pemujaan Kyai Juru Mudi yang saat ini
dibangun). Toa Phek Khong disebut sebagai dewa bumi, sang penguasa alam dan
pelindung umat manusia di bumi yang memiliki pengawal, yaitu seekor harimau
putih.
Nama Toa Pek Khong lebih dikenal sebagai dewa pembawa berkah
khususnya dalam hal perdagangan, sehingga tempat pemujan ini tidak hanya
dikunjungi oleh penganut agama tertentu saja, tetapi juga penganut agama lain
karena dipercaya sebagai dewa pemberi berkah untuk urusan perdagangan.
2.2.2.4. Keadaan Kelenteng Sam Poo Kong Saat Ini (Februari - April 2005)
Saat ini kelenteng Sam Poo Kong masih dalam renovasi yang telah
berjalan sekitar tiga tahun. Yang diutamakan dalam renovasi ini adalah bagian
sebelah barat parit yang membagi wilayah ini menjadi dua. Pada perayaan 600
tahun yang rencananya akan dirayakan pada tanggal 2-9 Agustus 2005, akan
dihadiri 36 negara. Selain perarakan dari kelenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok
ke kelenteng Sam Poo Kong, juga akan diadakan lomba barongshai dan wushu.
Pada saat itu diperkirakan bangunan utama, yaitu tempat pemujaan Sam Poo
Kong dan Gua Suci telah jadi total. Pembangunan tidak dapat berjalan dengan
lancar dan cepat karena terbatas oleh masalah dana yang merupakan sumbangan
dari peziarah/pengunjung.34
34 Ibid.
28
Universitas Kristen Petra
Bangunan utama kelenteng ini, berupa tempat pemujaan Sam Poo Kong
dan gua suci saat ini merupakan bangunan yang paling besar dengan meniru
gabungan gaya utara dan selatan. Di atas bangunan ini terdapat delapan binatang
legenda dalam budaya Cina. Bangunan kelenteng yang berwarna merah dan emas
sebenarnya bukan merupakan tiruan dari kelenteng-kelenteng di Cina, hanya saja
orang-orang salah mengartikan. Kelenteng-kelenteng di Cina banyak
menggunakan warna merah kecoklatan.35
Di gerbang utara kelenteng Sam Poo Kong terdapat dua patung Duarapala
yang berasal dari Muntilan sebagai hiasan karena pada jaman orde baru ada
pertentangan tentang bangunan ataupun simbol yang bernuansakan Cina. Jadi,
patung tersebut bukan merupakan bagian dari peninggalan atau simbol kelenteng
Sam Poo Kong.36
2.2.2.5. Denah Perencanaan Kelenteng Sam Poo Kong
Gambar 2.16. Denah Perencanaan Kelenteng Sam Poo Kong yang Ditempel di
Depan Kantin/Tempat Penjualan Yoshua
35 Ibid. 36 Ibid.
29
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.17. Denah Perencanaan Kelenteng Sam Poo Kong
Sumber: Brosur Sam Poo Kong – Revitalization, Semarang – 2002.
Gambar 2.18. Maket Perencanaan Kelenteng Sam Poo Kong
Sumber: Brosur Sam Poo Kong – Revitalization, Semarang – 2002.
2.2.2.6. Publikasi Kelenteng Sam Poo Kong yang Pernah Dilakukan
Pengelola kelenteng Sam Poo Kong adalah sebuah yayasan, dimana dalam
pempublikasian kelenteng tersebut tidak terlalu mewah. Beberapa bentuk
publikasi kelenteng Sam Poo Kong antara lain:
a. Penyediaan buku Riwayat Sam Poo Tay Djien, sebagai media promosi dan
juga pengetahuan bagi pengunjung kelenteng. Buku ini hanya sederhana dan
diterbitkan oleh yayasan kelenteng Sam Poo Kong.
30
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.19. Sampul Buku Riwayat Singkat Sam Poo Tay Djien yang
Diterbitkan oleh Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong
b. Yayasan Sam Poo Kong pernah menerbitkan buku tentang kelenteng itu
sendiri, yaitu Mengenal Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu Semarang,
yang disusun oleh Ir. E. Setiawan, Kwa Tong Hay, dan Tegu Setiawan.
c. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Semarang membantu pempublikasian
obyek-obyek wisata di Semarang dan kelenteng Sam Poo Kong salah satunya.
Pempublikasian Sam Poo Kong dilakukan dengan cara pencetakan brosur, saat
ini terdapat tiga buah brosur, satu diantaranya menggunakan bahasa dan tulisan
Mandarin, yang satu lagi bahasa Indonesia dan Mandarin dengan isi tentang
pembangunan kelenteng, dan yang lain brosur tentang wisata kelenteng Sam
Poo Kong.
31
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.20. Brosur Kelenteng Sam Poo Kong yang Diterbitkan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang
Gambar 2.21. Brosur Kelenteng Sam Poo Kong yang Diterbitkan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang dalam Bahasa dan Tulisan Mandarin
Gambar 2.22. Brosur Kelenteng Sam Poo Kong tentang Pengumpulan Dana untuk
Renovasi Kelenteng (2002)
d. Selain itu terdapat juga publikasi yang dilakukan oleh stasiun-stasiun televisi
dan media cetak (Suara Merdeka – Semarang).
e. Terdapat juga pemberitaan di internet, baik sebagai promosi ataupun
pengetahuan.
32
Universitas Kristen Petra
f. Pada waktu-waktu tertentu, kelenteng Sam Poo Kong juga mengadakan
kegiatan sosial, seperti bazaar dan festival, yang diantaranya akan diadakan
bulan Agustus mendatang sehubungan dengan ulang tahun kedatangan Sam
Poo Kong yang ke 600 tahun.
2.3. Analisa Data
Dari data-data yang ada, diperoleh analisa berdasarkan SWOT sebagai
berikut:
a. Strength (kekuatan)
� Promosi obyek wisata dalam bentuk video mulai digalakkan karena menarik
bagi calon pengunjung obyek wisata tersebut dan calon pengunjung dapat
melihat secara langsung lokasi seperti apa yang akan mereka kunjungi.
Dengan keaktualan berita/promosi yang disajikan maka pengunjung yang
telah mengunjungi tempat tersebut tidak merasa kecewa.
� Kelenteng Sam Poo Kong berada di tengah kota Semarang, dan tidak sulit
untuk menjangkaunya terutama lagi setelah diadakannya City Bus, yang
mulai dijalankan bulan April 2005 yang tujuannya juga menggalakkan
kepariwisataan kota Semarang dengan rute yang salah satunya melalui Sam
Poo Kong dari bandara Ahmad Yani.
� Kelenteng Sam Poo Kong memiliki daya tarik yang tidak dimiliki kelenteng
lain, yaitu merupakan kelenteng Cina – Muslim. Umumnya kelenteng
merupakan tempat ibadah Tri Dharma, namun kelenteng Sam Poo Kong
juga merupakan tempat ibadah orang muslim karena bangunan kelenteng
sendiri dibangun sebagai peringatan atas jasa seorang muslim tionghoa
Cheng Ho. Selain itu kelenteng Sam Poo Kong juga menarik secara
sejarahnya dan beberapa tempat pemujaan di sana tidak berada di kelenteng
lain.
b. Weakness (kelemahan)
� Penggunaan video (baik dalam format VCD ataupun DVD) kurang efisien,
karena memerlukan media untuk melihatnya. Konsumen tidak dapat melihat
kembali ketika mereka berada di jalan ataupun di rumah mereka.
33
Universitas Kristen Petra
� Bangunan dan lingkungan sekitar kelenteng saat ini kurang terawat, karena
di setiap musim penghujan kawasan ini selalu tergenang oleh air hujan,
yang bahkan sampai masuk ke tempat-tempat pemujaan.
� Pada masa pembangunan (yang telah berjalan tiga tahun), lingkungan
kelenteng semakin terlihat kurang menarik karena banyak tumpukan bahan
bangunan di sana sini dan di beberapa gedung tampak tiang-tiang untuk
pembangunan yang mengganggu.
c. Opportunity (kesempatan)
� Promosi obyek wisata dengan menggunakan media audio visual masih
jarang digunakan.
� Pendistribusian media ini untuk digunakan pada biro-biro wisata cukup
mudah dengan biaya yang rendah dan distribusi yang luas.
� Peningkatan jumlah pengunjung karena alasan agama (ziarah), sejarah, dan
budaya Sam Poo Kong cukup mendominasi segmen pasar. Pengunjung bisa
datang untuk berziarah atau sekedar melihat-lihat pemandangan lokasi
kelenteng setiap waktu, kecuali atraksi wisata dan berbagai perayaan budaya
yang hanya ditampilkan pada peringatan tertentu.
� Adanya Keputusan Presiden Nomor 6 tahun 1967 dan Instruksi Presiden
Nomor 4 tahun 1999 tentang kebebasan menjalankan agama, kepercayaan,
dan adat istiadat Cina.
d. Threat (ancaman)
� Mudahnya penduplikasian media audio visual baik dalam bentuk CD
ataupun DVD.
� Secara keseluruhan kawasan kelenteng Sam Poo Kong saat ini kurang
mendukung untuk dianggap sebagai obyek wisata karena sedang dalam
masa renovasi yang memakan waktu lama untuk penyelesaiannya, dan
kurangnya perawatan terhadap bangunan yang sudah ada sehingga
menimbulkan kesan kumuh dan kotor.
2.4. Kesimpulan Analisa
Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu menarik sebagai obyek wisata
ataupun pendidikan, baik dari segi agama, sejarah, dan budayanya. Salah satu
34
Universitas Kristen Petra
keunikan dari kelenteng ini adalah bahwa kelenteng ini bukan merupakan tempat
ibadah orang tionghoa tetapi juga orang muslim, sehingga pengunjung yang
datang menjadi banyak, bukan hanya untuk berwisata tetapi juga untuk berziarah.
Renovasi kelenteng dimaksudkan agar kelenteng ini tidak hanya menjadi
tempat ziarah tetapi juga tempat wisata dan tempat bersejarah dengan dilengkapi
pendukung-pendukungnya, seperti pembangunan hotel.
Dengan demikian kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu sebagai obyek
promosi dan dokumenter sangat menarik yang nantinya juga akan memajukan
potensi wisata kota Semarang. Video promosi dokumenter ini tidak terbatas pada
promosi arsitektur, sejarah, dan budaya saja tetapi juga dimungkinkan untuk
penggalangan dana bagi renovasi dan pembangunan kelenteng ini selanjutnya
sehingga semakin layak menjadi obyek wisata.